Anda di halaman 1dari 25

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)

MANAJEMEN DIET NUTRISI DAN CAIRAN PADA PASIEN


DENGAN DIAGNOSA MEDIS CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE)
DI RUANG PANDAN I - RSUD Dr. SOETOMO

Disusun oleh:
Kelompok 7-Profesi Ners
Pembimbing Akademik:
Laily Hidayati, S.Kep., Ns., M.Kep.

Sulthon Shahdana, S.Kep. (131613143001)


M. Naim Kurniawan, S.Kep. (131613143023)
Ardhiana Novi Wulandari, S.Kep. (131613143036)
Mira Melynda Prakosa, S.Kep. (131613143054)
Nurul Ramadhani Yaner, S.Kep. (131613143074)
Wulan Oktavianti, S.Kep. (131613143083)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA, 2016
PENYULUHAN KESEHATAN
TENTANG MANAJEMEN DIET NUTRISI DAN CAIRAN PASIEN CKD
DI RUANG PANDAN I - RSUD Dr. SOETOMO

Sasaran : Keluarga Pasien dengan Penyakit CKD (Chronic Kidney Disease)


Hari/Tanggal : Kamis / 15 September 2016
Tempat : Ruang Nursing Station Pandan I
Waktu : 10.00 - 10.35 WIB
Pelaksana : Mahasiswa Profesi Ners - Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga

I. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapat penyuluhan selama 35 menit, peserta penyuluhan dapat
mengetahui dan memahami materi terkait penyakit CKD (Chronic Kidney
Disease) khususnya dalam manajemen diet nutrisi dan cairan pada pasien
CKD secara tepat.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapat penyuluhan kesehatan, peserta penyuluhan dapat:
1. Mengetahui tentang penyakit CKD (Chronic Kidney Disease)
2. Mengetahui faktor risiko dan gejala klinis CKD (Chronic Kidney
Disease)
3. Mengetahui komplikasi CKD (Chronic Kidney Disease)
4. Mengetahui manajemen diet nutrisi dan cairan pada pasien CKD
(Chronic Kidney Disease) yang tepat
II. Sasaran
Keluarga pasien dengan penyakit CKD (Chronic Kidney Disease) di Ruang
Pandan I
III. Materi
1. Definisi CKD (Chronic Kidney Disease)
2. Gejala-gejala klinis CKD (Chronic Kidney Disease)
3. Faktor risiko CKD (Chronic Kidney Disease)
4. Komplikasi CKD (Chronic Kidney Disease)
5. Manajemen diet nutrisi dan cairan:
(1)Target kontrol cairan ketat
(2)Manajemen diet nutrisi ketat
IV. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
V. Media
1. LCD dan proyektor
2. Laptop
VI. Setting Tempat
Peserta duduk berdampingan dengan tim penyuluhan

Keterangan :
: Penyuluh : Peserta
: Observer : Fasilitator
: Notulen

VII. Pengorganisasian
1. Pembimbing Akademik : Laily Hidayati, S.Kep., Ns., M.Kep.
2. Pembimbing Klinik : Amirul Musrini, S.Kep., Ns.
3. Penanggung jawab : M. Naim Kurniawan
4. Moderator : Wulan Oktavianti
5. Penyuluh : M. Naim Kurniawan
6. Fasilitator : Ardhiana Novi Wulandari
7. Observer : Sulthon Shahdana
8. Notulen : Mira Melynda Prakosa
9. Peserta : Keluarga Pasien dengan Penyakit CKD
(Chronic Kidney Disease)
VIII. Job Description
No. Nama Sie Job Description
1. Moderator 1. Membuka dan menutup acara
2. Mengatur jalannya acara dari awal hingga akhir
3. Memperkenalkan diri dan tim penyuluhan
4. Menjelaskan kontrak waktu penyuluhan
5. Memimpin jalannya acara

1. Penyuluh 1. Menyampaikan materi penyuluhan


2. Menggali pengetahuan peserta tentang materi yang akan
disampaikan
3. Menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh peserta

2. Fasilitator 1. Membantu dan mengondisikan peserta selama penyuluhan


berlangsung
2. Meminta tanda tangan peserta yang hadir (absensi)
3. Membantu mengajukan pertanyaan untuk evaluasi hasil
4. Memfasilitasi peserta untuk aktif bertanya

3. Notulen 1. Mencatat pertanyaan peserta dan jawaban penyaji sebagai


dokumentasi kegiatan
2. Mencatat proses kegiatan penyuluhan disesuaikan dengan
rencana kegiatan pada SAP
3. Menyusun laporan dan menilai hasil kegiatan penyuluhan

4. Observer 1. Mengawasi dan mengevaluasi selama penyuluhan


berlangsung
2. Mencatat situasi pendukung dan penghambat proses
kegiatan penyuluhan

5. PJ 1. Mempertanggungjawabkan terselenggaranya acara


penyuluhan
2. Mengkoordinasi tim penyuluhan
IX. Pelaksanaan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 5 Pembukaan:
Menit 1. Mengucapkan salam 1) Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2) Mengenal tim
3. Menjelaskan kontrak waktu dan topik penyuluh
penyuluhan 3) Mengetahui
4. Menjelaskan tujuan penyuluhan kontrak waktu dan
5. Menyebutkan materi penyuluhan topik penyuluhan
yang akan diberikan dan menggali 4) Mengerti tujuan
pengetahuan dasar mengenai materi dari penyuluhan
5) Tahu apa saja yang
akan disampaikan
2. 15 Pelaksanaan:
Menit Menjelaskan serta menggali pengetahuan 1) Mendengarkan dan
masyarakat tentang materi yang memperhatikan
disampaikan: materi
1. Definisi penyakit CKD (Chronic
Kidney Disease)
2. Gejala-gejala klinis penyakit CKD
(Chronic Kidney Disease)
3. Faktor risiko penyakit CKD (Chronic
Kidney Disease)
4. Komplikasi penyakit CKD (Chronic
Kidney Disease)
5. Manajemen penyakit CKD (Chronic
Kidney Disease)
1) Target kontrol cairan ketat
2) Manajemen diet nutrisi ketat
3. 10 Diskusi / Tanya jawab dan evaluasi:
menit 1. Memberikan kesempatan pada 1) Mengajukan
peserta untuk bertanya kemudian pertanyaan
didiskusikan bersama 2) Menanggapi
2. Menanyakan kepada peserta tentang jawaban
materi yang telah diberikan sebagai 3) Menjawab
review materi pertanyaan
3. Memberikan reinforcement kepada
peserta bila dapat menjawab dan
menjelaskan kembali pertanyaan/
materi
4. Memberikan kesimpulan penyuluhan
4 5 Terminasi:
Menit 1) Mengucapkan terima kasih kepada 1) Mendengarkan dan
peserta membalas salam
2) Mengucapkan salam penutup
X. Evaluasi
A. Kriteria struktur
1. Kontrak waktu dan tempat diberikan sebelum acara dilaksanakan
2. Pembuatan PPT dan SAP dikerjakan maksimal 3 hari sebelumnya
3. Penentuan tempat yang akan digunakan dalam penyuluhan
4. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan
saat penyuluhan dilaksanakan
B. Kriteria proses
1. Peserta sangat antusias dan aktif bertanya selama materi penyuluhan
berlangsung
2. Peserta mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan dari awal
sampai akhir
3. Pelaksanaan kegiatan sesuai SAP yang telah dibuat
4. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description
C. Kriteria hasil
1. Peserta yang mengikuti penyuluhan ini minimal 10 orang
2. Peserta dapat mengikuti acara penyuluhan dari awal sampai akhir
3. Acara dimulai tepat waktu tanpa kendala
4. Peserta mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan
5. Peserta terbukti memahami materi yang telah disampaikan penyuluh
dilihat dari kemampuan menjawab pertanyaan penyuluh dengan benar
XI. Pertanyaan Lisan
1. Apa definisi Gagal Ginjal Kronik (CKD)?
2. Apa saja penyebab Gagal Ginjal Kronik (CKD)?
3. Apa saja saja tanda-tanda Gagal Ginjal Kronik (CKD)?
4. Bagaimana cara mencegah Gagal Ginjal Kronik (CKD)?
5. Sebutkan contoh nutrisi yang tepat pada pasien Gagal Ginjal Kronik
(CKD)?
6. Bagaimana cara pemberian cairan pada pasien Gagal Ginjal Kronik
(CKD)?
XII. Antisipasi
1. Jika peserta tidak hadir, maka tim penyuluh akan memberikan KIE
langsung ke keluarga pasien dengan Gagal Ginjal Kronik (CKD) serta
memberikan leaflet materi penyuluhan
2. Jika peserta meninggalkan tempat saat penyuluhan, diusahakan dari
awal sudah diberikan kontrak waktu sehingga tidak ada peserta yang
meninggalkan tempat ditengah-tengah penyuluhan
PENYULUHAN KESEHATAN
TENTANG MANAJEMEN DIET NUTRISI DAN CAIRAN PASIEN CKD
DI RUANG PANDAN I - RSUD Dr. SOETOMO
KAMIS, 15 SEPTEMBER 2016

Penanggungjawab: Nugraheni Sriwulandari, S.Gz.RD

No. NAMA ALAMAT TTD


1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
10. 10.
11. 11.
12. 12.
13. 13.
14. 14.
15. 15.
16. 16.
DAFTAR PERTANYAAN
PENYULUHAN KESEHATAN
TENTANG MANAJEMEN DIET NUTRISI DAN CAIRAN PASIEN CKD
DI RUANG PANDAN I - RSUD Dr. SOETOMO
KAMIS, 15 SEPTEMBER 2016

Penanggungjawab: Nugraheni Sriwulandari, S.Gz.RD

No. NAMA PERTANYAAN JAWABAN


Lampiran 1
Susunan Acara Penyuluhan Kesehatan
Tentang Manajemen Diet Nutrisi dan Cairan Pasien CKD
Kamis, 15 September 2016

Jam Agenda Jobdesc


09.30-09.50 Persiapan acara PKRS Semua mahasiswa profesi
Ners UNAIR
10.00-10.05 Pembukaan penyuluhan Moderator
10.05-10.20 Penyajian materi manajemen diet Penyuluh
nutrisi dan cairan pasien CKD
10.20- 10.30 Tanya jawab Penyuluh dan fasilitator
10.30- 10.35 Penutupan Penyuluh
MATERI PENYULUHAN

1. Definisi CKD (Chronic Kidney Disease)


Chronic Kidney Disease (CKD) atau gagal ginjal kronik, merupakan
suatu kondisi dimana salah satu atau kedua ginjal mengalami kerusakan
secara progresif dan ireversibel sehingga terjadi penurunan kemampuan
untuk menjalankan fungsinya. Terutama dalammelakukan metabolisme dan
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, sehingga timbul
gejala uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). Apabila
kerusakannya bertambah parah, maka sisa metabolisme akan tertahan dan
menumpuk di dalam darah (National Kidney Foundation, 2015; Smeltzer,
2008).
Berdasarkan perkiraan WHO pada tahun 2012, angka harapan hidup
penduduk Indonesia mencapai 71 tahun, dan pada tahun yang sama WHO
memperkirakan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit kronis di
Indonesia mencapai 54% dari seluruh penyebab kematian, melebihi angka
kematian yang disebabkan karena penyakit menular dan kecelakaan. Salah
satu penyakit kronis yang angka kejadiannya diperkirakan meningkat setiap
tahunnya adalah penyakit gagal ginjal kronik (Sundara, 2015).
2. Gejala-Gejala Klinis

Gambar 1 Manifestasi klinis chronic kidney disease (Suyono, 2001)


1) Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
(1) Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sistem
renin-angiotensin-aldosteron/RAA), nyeri dada, perikarditis (akibat
iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik), sesak nafas akibat
perikarditis, effusi perikardiak dan gagal jantung akibat penimbunan
cairan, gangguan irama jantung dan edema, CRT turun, nadi cepat
tapi lemah, akral dingin, gagal ginjal kongestif dan edema pulmonal
(akibat cairan berlebihan).
(2) Gangguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental, suara
krekels.
(3) Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan vomitus yang berhubungan dengan
metabolisme protein dalam usus, perdarahan pada saluran
gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau ammonia,
parotitis dan stomatitis.
(4) Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg sindrom (pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan),
burning feet syndrom (rasa kesemutan dan terbakar, terutama
ditelapak kaki), tremor, miopati (kelemahan dan hipertropi otot-otot
ekstremitas).
(5) Gangguan Integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat
penimbunan urokrom, gatal-gatal hebat (pruritus) akibat toksik, kuku
tipis dan rapuh, serangan uremik tidak umum karena pengobatan dini
dan agresif.
(6) Gangguan endokrin
Gangguan seksual: libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan
menstruasi dan aminore. Gangguan metabolik glukosa, gangguan
metabolic lemak dan vitamin D.
(7) Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan
natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia,
hipokalsemia.
(8) Sistem hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin,
sehingga rangsangan eritopoesis pada sumsum tulang berkurang,
hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana
uremia toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosis dan
trombositopeni.
2) Manifestasi sistemik yang utama pada gagal ginjal kronik dan uremia
Penyebab Tanda / Gejala Parameter Pengkajian
Sistem Hematopoietik
1. Eritropoietin menurun 1. Anemia, cepat lelah 1. Hematokrit
2. Perdarahan 2. Trombositopenia 2. Hemoglobin
3. Trombositopenia ringan 3. Ekimosis 3. Hitung trombosit
4. Kegiatan trombosit 4. Perdarahan 4. Petekie dari hematoma
menurun 5. Hematemesis dan
melena
Sistem Kardiovaskuler
1. Kelebihan beban cairan 1. Hipervolemia 1. Tanda vital
2. Mekanisme renin- 2. Hipertensi 2. Berat badan
angiotensin 3. Takikardia 3. Elektrokardiogram
3. Anemia 4. Disritmia 4. Auskultasi jantung
4. Hipertensi kronik 5. Gagal jantung kongestif 5. Pemantauan elektrolit
5. Toksin uremik dalam 6. Perikarditis uremik 6. Kaji keluhan nyeri
cairan perikardium 7. Edema paru
Sistem Pernapasan
1. Mekanisme kompensasi 1. Takipnea 1. Pengkajian pernapasan
untuk asidosis 2. Pernapasan kussmaul 2. Hasil pemeriksaan gas
metabolik 3. Halitosis uremik atau fetor darah arteri
2. Toksin uremik 4. Sputum yang lengket 3. Inspeksi mukosa oral
3. Paru uremik 5. Batuk disertai nyeri 4. Tanda vital
4. Kelebihan beban cairan 6. Suhu tubuh meningkat
7. Hilar pneumonitis
8. Pleural friction rub
9. Edema paru
Sistem Gastrointestinal
1. Perubahan kegiatan 1. Nausea dan vomitus 1. Asupan dan haluaran
trombosit 2. Perdarahan gastrointestinal 2. Hematokrit
2. Toksin uremik serum 3. Esofagitis, gastritis, colitis 3. Hemoglobin
3. Ketidakseimbangan 4. Anoreksia 4. Uji Guaiak untuk
elektrolit 5. Distensi abdomen feses
4. Urea diubaah menjadi 6. Diare dan konstipasi 5. Kaji feses
amonia oleh saliva 6. Kaji nyeri abdomen
Sistem Neurologi
1. Toksin uremik 1. Miopati 1. Tingkat kesadaran
2. Ketidakseimbangan 2. Neuropati perifer 2. Refleks
elektrolit 3. Ensealopati 3. Elektroensefalogram
3. Edema serebral karena 4. Perubahan tingkat 4. Keseimbangan
perpindahan cairan kesadaran, letargi, bingung, elektrolit
stupor, dan koma
5. Kejang
6. Tidur terganggu
7. Asteriksis
Sistem Skeletal
1. Absorpsi kalsium 1. Osteodistrofi ginjal 1. Fosfor serum
menurun 2. Hiperfosfatemia 2. Kalsium serum
2. Ekskresi fosfat menurun 3. Hipokalsemia 3. Kaji nyeri sendi
4. Hiperparatiroidisme
sekunder
5. Rickets ginjal
6. Nyeri sendi
7. Pertumbuhan lambat pada
anak
Sistem Dermatologis (kulit)
1. Anemia 1. Warna kulit pucat 1. Lecet, lebab, dan luka
2. Pigmentasi 2. Pruritus 2. Kaji warna kulit
3. Kelenjar keringat 3. Pigmentasi 3. Perhatikan garukan
mengecil 4. Ekimosis pada kulit
4. Kegiatan kelenjar lemak 5. Lecet
menurun 6. Uremic frosts
5. Ekskresi sisa
metabolism melalui
kulit
Sistem Perkemihan
1. Kerusakan nefron 1. Haluaran urin berkurang 1. Asupan dan haluaran
2. Berat jenis urin menurun 2. BUN dan kreatinin
3. Proteinuria serum
4. Fragmen dan sel dalam urin 3. Elektrolit serum
5. Natrium dalam urin 4. Berat jenis urine
berkurang
Sistem Reproduksi
1. Abnormalitas hormonal 1. Infertilitas 1. Siklus menstruasi
2. Anemia 2. Libido menurun 2. Hematokrit
3. Hipertensi 3. Disfungsi ereksi 3. Hemoglobin
4. Malnutrisi 4. Amenorea
5. Lambat pubertas
Baradero (2008)
3. Faktor Resiko
Berikut ini adalah faktor resiko yang dapat memicu terjadinya chronic
kidney disease (CKD) (Hogg, 2003):
1) Hipertensi dan Merokok
2) Diabetes dan Dislipidemia
3) Penyebab CKD pada anak usia < 5 tahun paling sering adalah kelainan
congenital misalnya displasia atau hipoplasia ginjal dan uropati
obstruktif. Sedangkan pada usia > 5 tahun sering disebabkan oleh
penyakit yang diturunkan (penyakit ginjal polikistik) dan penyakit
didapat (glomerulonefritis kronis)
4) Riwayat keluarga dengan penyakit polikistik ginjal atau penyakit ginjal
genetik
5) Anak dengan riwayat gagal ginjal akut
6) Hipoplasia atau dysplasia ginjal
7) Penyakit urologi terutama uropati obstruktif
8) Refluks verikoureter yang berhubungan dengan ISK dan parut ginjal
9) Riwayat menderita sindrom nefrotik atau sindrom nefritis akut
10) Riwayat menderita sindrom hemolitik uremik
4. Komplikasi
Penyakit gagal ginjal kronis juga disertai dengan penyakit lain sebagai
penyulit atau komplikasi yang sering lebih berbahaya. Kompikasi yang
seringkali ditemukan pada penderita penyakit gagal ginjal kronis adalah
anemis, osteodistrofi ginjal, gagal jantung, dan disfungsi ereksi (impotensi)
(Alam, 2007).
Menurut Alam (2007) komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit
CKD antara lain:
1) Anemia
Dikatakan anemia bila kadar sel darah merah rendah, karena terjadi
gangguan pada produksi hormon eritropoietin yang bertugas
mematangkan sel darah, agar tubuh dapat menghasilkan energi yang
dibutuhkan untuk mendukung kegiatan sehari-hari. Akibat dari gangguan
tersebut, tubuh kekurangan energi karena sel darah merah yang bertugas
mengangkut oksigen ke seluruh tubuh dan jaringan tidak mencukupi.
Gejala dari gangguan sirkulasi darah adalah kesemutan, kurang energi,
cepat lelah, luka lebih lambat sembuh, kehilangan rasa (baal) pada kaki
dan tangan.
2) Osteodistofi Ginjal
Kelainan tulang karena tulang kehilangan kalsium akibat gangguan
metabolism mineral. Jika kadar kalsium dan fosfat dalam darah sangat
tinggi, akan terjadi pengendapan garam kalsium fosfat di berbagai
jaringan lunak (klasifikasi metastatik) berupa nyeri persendian (artritis),
batu ginjal (nefrolaksonosis), pengerasan dan penyumbatan pembuluh
darah, gangguan irama jantung, dan gangguan penglihatan.
3) Gagal Jantung
Jantung kehilangan kemampuan memompa darah dalam jumlah yang
memadai ke seluruh tubuh. Jantung tetap bekerja, tetapi kekuatan
memompa atau daya tampungnya berkurang. Gagal jantung pada
penderita gagal ginjal kronis dimulai dari anemia yang mengakibatkan
jantung harus bekerja lebih keras, sehingga terjadi pelebaran bilik
jantung kiri (left venticular hypertrophy/LVH). Lama-kelamaan otot
jantung akan melemah dan tidak mampu lagi memompa darah
sebagaimana mestinya (sindrom kardiorenal) (Alam, 2007).
4) Disfungsi Ereksi
Ketidakmampuan seorang pria untuk mencapai atau mempertahankan
ereksi yang diperlukan untuk melakukan hubungan seksual dengan
pasangannya. Selain akibat gangguan sistem endokrin (yang
memproduksi hormone testosteron) untuk merangsang hasrat seksual
(libido), secara emosional penderita gagal ginjal kronis juga mengalami
perubahan emosi (depresi) yang menguras energi. Namun, penyebab
utama gangguan kemampuan pria penderita gagal ginjal kronis adalah
suplai darah yang tidak cukup ke penis yang berhubungan langsung
dengan ginjal.
5. Manajemen Nutrisi dan Cairan
Tujuan diet nutrisi dan cairan pada penyakit Gagal Ginjal Kronik
(Chronic Kidney Disease) adalah:
1) Dapat mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal untuk
memperhitungkan sisa fungsi ginjal, sehingga tidak memperberat fungsi
ginjal.
2) Mencegah dan menurunkan kadar ureum darah yang tinggi (uremia).
3) Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
4) Mencegah dan mengurangi progesifitas dari CKD sendiri, dengan cara
memperlambat turunnya laju filtrasi glomerulus (Almatsier, 2006).
Pada penderita GGK / CKD ini biasantya sering terjadi gangguan
pencernaan seperti mual, muantah, anoreksia, dan gangguan lain yang
menyebabkan asupan gizi tidak adekuat.
Syarat pemberian diet pada CKD, (Almatsier, 2006) adalah:
1) Energi yang cukup (35kkal/kgBB)
2) Rendah protein (0,6-0,75 g/kgBB)
3) Cukup lemak (20-30% dari kebutuhan total energi yang diperlukan)
diutamakan makanan yang mengandung lemak tidak jenuh
4) Cukup karbohidrat (kebutuhan energi total dikurangi energy yang
berasal dari lemak dan protein)
5) Pembatasan natrium (1-3 g) jika terdapat hipertensi, edema, asites,
ologuria atau anuria
6) Pembatasan kalium (60-70) jika terjadi hiperkalemi (kalium darah > 5,5
mEq), oliguria atau anuria
7) Pembatasan intake cairan sebanyak jumlah output cairan (urine
output)/hari ditambah dengan pengeluaran cairan melalui keringat dan
pernapasan (+ 500ml)
8) Cukup vitamin bila perlu berikan suplemen piridoksin, asam folat,
vitamin C dan D
Tiga jenis diet yang diberikan menurut berat badan pasien, yaitu:
(1) Diet rendah protein I : 30 gr protein diberikan kepada pasien
dengan BB 50 kg
(2) Diet rendah protein II : 35 gr protein diberikan kepada pasien
dengan BB 60 kg
(3) Diet rendah protein III : 40 gr protein diberikan kepada pasien
dengan BB 65 kg
Karena kebutuhan gizi pasien penyakit ginjal kronik sangat
bergantung pada keadaan dan berat badan perorangan, maka jumlah
protein yang diberikan dapat lebih tinggi atau lebih rendah daripada
standar. Untuk protein dapat ditingkatkan dengan memberikan asam amino
esensial murni.
6. Target kontrol cairan ketat
Konteks cairan normal orang dewasa sehat adalah (KDIGO, 2012):
1) Nilai fungsi ginjal 120 cc/menit.
2) Belum ada tanda tanda penurunan fungsi ginjal.
3) Creatinine Clearence Test (CCT) atau TKK (tes kreatinin klirens)
normal yaitu 50cc/kg berat badan/24 jam.
4) Kebutuhan cairan terpenuhi direfleksikan dari produksi urin
1cc/menit, sehingga produksi urin dewasa normal 1200 cc/ 24 jam .
5) Peningkatan suhu 1 C kebutuhan cairan ditambah 12%-15%
dari kebutuhan cairan dalam 24jam
6) Kebutuhan cairan dalam/24 jam dihitung dengan menggunakan
rumus:
(IWL (500cc) + total produksi urin (urine output). Semua cairan yang
masuk ke dalam tubuh harus dikalkulasi dengan tepat, dengan cara:
cairan diberikan 50% saatpagi; 25-33% saat sore; sisanya diberikan
pada malam hari. Air: jumlah urin 24 jam + 500 ml (insensible water
loss).
7) Edukasi tentang cara mengatasi rasa haus/ manajemen xerostomia,
misalnya permen karet xylitol
8) Pemberian diuretik, misalnya furosemid
Prinsip diet cairan pasien CKD adalah Pembatasan asupan air pada
pasien penyakit ginjal kronik, sangat perlu dilakukan. Hal ini bertujuan
untuk mencegah terjadinya edema dan komplikasi kardiovaskular. Air
yang masuk kedalam tubuh dibuat seimbang dengan air yang keluar baik
melalui urin maupun insensible water loss. Asumsinya bahwa air yang
keluar melalui insible water antara 500-800 ml/hari (sesuai dengan luas
permukaan tubuh), maka air yang masuk dianjurkan 500-800 ml
ditambah jumlah urin. Elektrolit yang harus diawasi asupannya adalah
kalium dan natrium. Pembatasan kalium dilakukan, karena hiperkalemia
dapat mengakibatkan aritnia jantung yang fatal. Oleh karena itu,
pemberian obat-obat yang mengandung kalium dan makanan yang tinggi
kalium (seperti buah dan sayuran) harus dibatasi kadar kalium darah
dianjurkan 3,5-5,5 mEq/lt. Pembatasan natrium dimaksudkan untuk
mengendalikan hipertensi dan edema. Jumlah garam natrium yang
diberikan,disesuaikan dengan tingginya tekanan darah derajat edema
yang terjadi.
7. Manajemen diet nutrisi ketat
Faktor penyebab gizi kurang antara lain adalah asupan makanan
yang kurang sebagai akibat dari tidak nafsu makan, mual dan muntah.
Untuk mencegah penurunan dan mempertahankan status gizi, perlu
perhatian melalui monitoring dan evaluasi status kesehatan serta asupan
makanan oleh tim kesehatan. Pada dasaranya pelayanan dari suatu tim
terpadu yang terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi serta petugas
kesehatan lain diperlukan agar terapi yang diperlukan kepada pasien
optimal. Penatalaksanaan diet nutrisi betujuan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi agar mencapai status nutrisi optimal, pasien dapat
beraktivitas normal, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, yang
pada akhirnya mempunyai kualitas hidup yang cukup baik (Davita 2007).
Penderita sakit ginjal tidak bisa mengonsumsi buah dan sayur
sesukanya, dengan jumlah yang sama seperti orang sehat. Harus
dipahami bahwa ada sayur dan buah yang berpotensi memperparah
kondisi kesehatan penderita. Oleh karena itu, penderita gagal ginjal harus
benar-benar mengetahui kandungan buah dan sayur yang mereka
konsumsi. Penderita gagal ginjal sebaiknya mengurangi konsumsi buah-
buahan karena sebagian buah-buahan berkadar Kalium (potassium)
tinggi, ujar dr. Dian Novita Chandra, M.Gizi, Staf Departemen Ilmu
Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Kadar kalium yang sangat tinggi (hiperkalemia) dapat
menyebabkan irama jantung terganggu. Penderita harus bisa membatasi
jumlah konsumsi buah setiap harinya. Misalnya buah apel, penderita
ginjal hanya bisa mengonsumsi setengahnya saja. Namun yang juga
harus diingat, jika kondisi penderita ginjal sudah tidak bisa lagi
berkermih, maka sebaiknya hentikan konsumsi buah dan sayur hingga
lancar berkemih.
Sementara itu, bagi penderita yang belum menjalani cuci darah.
dianjurkan untuk melakukan diet rendah protein 40-45 gram/hari. Hal ini
tentunya tergantung fungsi ginjal penderita yang dapat diketahui dengan
pemeriksaan laboratorium. Jika fungsi ginjal kurang dari 15 persen, maka
pertu melakukan cuci darah.
Penderita gagal ginjal kronis harus menjalani diet ketat dengan
beberapa tujuan yaitu untuk mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
dalam tubuh dan untuk menjaga agar penderita dapat beraktivitas seperti
orang normal. Prinsip diet bagi penderita gagal ginjal kronis adalah:
1) Diet lunak atau biasa.
2) Sebagai sumber karbohidrat: gula pasir, selai, sirup, dan permen.
3) Cukup energi dan rendah protein
4) Sebagai sumber protein, diutamakan protein hewani, misalnya:
susu, daging sapi, dan ikan. Banyaknya sesuai dengan kegagalan
fungsi ginjal penderita.
5) Sebagai sumber lemak, diutamakan lemak tidak jenuh, dengan
kebutuhan sekitar 25 persen dari total energi yang diperlukan.
6) Untuk kebutuhan air, dianjurkan sesuai dengan jumlah urine 24 jam
yang ditampung dan diukur jumlahnya; sekitar 500 ml melalui
minuman dan makanan
7) Untuk kebutuhan kalium dan natrium dengan keadaan penderita.
8) Untuk kebutuhan kalori, sekitar 35 kkal/kgBB/hari.
9) Membatasi asupan garam dapur jika ada hipertensi (darah tinggi)
atau edema (bengkak).
10) Dianjurkan juga mengonsumsi agar-agar karena selain
mengandung sumber energi juga mengandung serat yang larut.

Menurut Kemenkes RI 2011, manfaat diet nutrisi untuk GGK:


1) Mencegah kekurangan gizi
2) Mempertahankan dan memperbaiki status gizi agar dapat melakukan
aktivitas
3) Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
4) Menjaga agar sisa metabolisme protein tidak berlebihan

Menurut Kemenkes RI 2011, syarat diet:


1) Energi 30-35 kkal/kg BB/Hari
2) Protein 1,1-1,2 gr/kgBB/hari, 50% protein hewani dan 50% protein
nabati
3) Kalsium 1000mg/ hari
4) Batasi garam terutama bila da penimbunan air dalam jaringan tubuh
(edema dan tekanan darah tinggi)
5) Kalium dibatasi terutama bila urine kurang dari 400ml atau kadar
kalium darah lebih dari 5,5 mEq/L
6) Jumlah asupan cairan = jumlah urine 24 jam + (500-750ml)

Menurut National Kidney Foundation, 1998-2006, bahan makanan


yang dianjurkan untuk pasien CKD yaitu:
1) Sumber karbohidrat: nasi, jagung, tepung-tepungan, umbi, madu,
dan permen
2) Sumber protein: Telur, daging, ayam, ikan, dan susu
3) Sumber lemak: minyak jagung, minyak kelapa sawit, margarine, dan
mentega rendah garam
4) Semua sayuran boleh diberikan dalam jumlah yang telah ditentukan
dan sudah dimasak
5) Buah boleh diberikan bila kadar kalium dalam darah normal. Jika
pasien mengalami hiperkalemi perlu menghindari buah dan sayur
tinggi kalium dan perlu pengelolaan khusus yaitu dengan cara
merendam sayur dan buah dalam air hangat selama 2 jam, setelah itu
air rendaman dibuang, sayur/buah dicuci kembali dengan air yang
mengalir dan untuk buah dapat dimasak menjadi sup buah/coktail
buah.
Menurut Dietary Protein and Chronic Kidney Disease (CKD)-
Davita 2004-2007 bahan makanan yang dihindari yaitu:
1) Sumber karbohidrat (tinggi kalium): singkong, ubi jalar, dan kentang
2) Sumber protein cukup: tahu, tempe, oncom kacang-kacangan,
bumbu pecel, sari kedelai, tauco, dan kecap
3) Sumber lemak: kelapa, santan, jerohan (babat, hati, otak, dan paruh)
4) Sumber purin: sarden, kepiting, keju, emping, mlinjo, bebek, dan
burung dara
5) Sayuran tinggi kalium: bayam, buncis, dan daun singkong, daun
papaya, seledri, dan kangkung
6) Makanan yang mengandung natrium: roti, cracker, telur asin, dan
garam dapur
7) Sayuran yang dimakan mentah atau segar (lalapan)
8) Semua buah-buahan (bila kadar kalium dalam darah tinggi)

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk pasien CKD yaitu:


(1) Makanlah secara teratur porsi kecil sering (kecuali DM)
(2) Diet hemodialisis harus direncanakan perorangan karena nafsu
makan pasien umumnya rendah sehingga perlu diperhatikan
makanan kesukaan pasien.
(3) Untuk membatasi banyaknya jumlah cairan masakan lebih baik
dibuat dalam bentuk tidak berkuah misalnya ditumis, dikukus,
dipanggang, di goreng.
(4) Bila ada edema, tekanan darah tinggi perlu mengurangi garam
dan menghindari bahan makanan sumber natrium lainnya seperti
minuman bersoda, kaldu instan, ikan asin, telur asin, makanan
yang diawetkan.
(5) Hidangkan makanan dalam bentuk yang menarik sehingga
menimbulkan selera
(6) Makanan tinggi kalori seperti sirup, madu, permen, dianjurkan
sebagai penambahan kalori tetapi hendaknya tidak diberikan
dekat waktu makan karena mengurangi nafsu makan.
(7) Perhatikan nilai serum kreatinin (laki-laki 0,6-1,3 mg/dl wanita
0,5-0,9 mg/dl)
Selain melakukan manajemen nutrisi dan cairan, hal lain yang
harus dilakukan yaitu pola hidup sehat (batasi minum minuman
suplemen berenergi), batasi mengonsumsi penggunaan obat
analgetik, pengendalian jumlah albumin urin, dan pengendalian
tekanan darah bagi penderita hipertensi (Pranandari R & Supatmi W,
2015). Aktivitas ringan sampai sedang, misalnya berjalan atau
mobilisasi dari tempat tidur dan bagi pasien dengan terapi on HD
harus memperhatikan jadwal kontrol rutin HD.
DAFTAR PUSTAKA

Alam, Syamsir dan Hadibroto, Iwan 2007, Gagal Ginjal, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama

Almatsier 2006, Prinsip Dasar Ilmu Gizi Edisi 6, Jakarta: Gramedia

Bagian Gizi RSCM dan PERSAGI 2004, Penuntun Diet, PT. Gramedia, Jakarta

Baradero, Mary 2008, Seri Asuhan Keperawatan: Klien Gangguan Ginjal. Jakarta:
EGC

Hogg, RJ. 2003. National Kidney Foundations Kidney Disease Outcomes Quality
Initiative Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease in
Children and Adolescents: Evaluation, Classification, and Stratification.
Pediatrics 2003;111:1416-1421.

Kementrian Kesehatan RI Direktorat Bina Gizi Subdit Bina Gizi Klinik 2011,
Diet Penyakit Ginjal Kronik dengan Hemodialisis

Kidney Disease Improving Global Outcomes (KDIGO) 2012

Kresnawan dan Markun 2004, Dietary protein and chronic Kidney Disease
(CKD)2004-2007, Davita

National Kidney Foundation (NKF) Kidney Disease Outcome Quality Initiative


(K/DOQI) Advisory Board: K/DOQI Clinical practice guideline for chronic
kidney disease: evaluation, classification, and stratification. Kisney Disease
Outcome Quality Initiative. Am J Kidney Dis 39 (Suppl 1): S246, 2000

Nutrition and Chronic Kidney Disease, National Kidney Foundation, 1998-2006.


www.kidney.org

Pranandari R & Supadmi W 2015, Faktor Resiko Gagal Ginjal Kronik di Unit
Hemodialisis RSUD Wates Kulon Progo, Majalah Farmaseutik 11(2)

Smeltzer et.al 2008, Buku Ajar Keperwatan Medikal Bedah, Buku Kedokteran
EGC, Jakarta

Sundara 2015, Penyakit Ginjal di Indonesia, Sampai di Mana?.


http://ppibelanda.org/penyakit-ginjal-di-indonesia-sampai-dimana/ Diakses
pada tanggal 9 September 2016 pukul 20.30

Suyono S 2001, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II, Jakarta: EGC

http://b11nk.wordpress.com/hemodialisa/diunduh tanggal 8 September 2016 jam


21.00
http://www.minuman-sehat.com/penyakit-dan-obatnya/obat-untuk-ginjal/diet-
bagi-penderita-gagal-ginjal.html diunduh tanggal 8 September 2016 jam
21.10

http://www.scribd.com/doc/94003823/Sap diunduh tanggal 8 September 2016 jam


21.00

Anda mungkin juga menyukai