Anda di halaman 1dari 19

KEPERAWATAN KRITIS

“Tugas Temu 7”

Oleh :

Ni Wayan Desri Arsarini

17.321.2754

A11-B

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR

2020
TUGAS KEPERAWATAN KRITIS PERTEMUAN 7
“Obat-Obatan Emergency”

1. Adrenaline / Epinephrine
Sumber: diakses tanggal 6 Oktober 2020
https://www.alodokter.com/epinephrine
a. Fungsi Obat
- Mengatasi syok anafilaktik akibat reaksi alergi
- Salah satu penanganan henti jantung
Epinephrine atau adrenaline merupakan obat yang dugunakan untuk
mengobati reaksi alergi yang dapat membahayakan nyawa, yaitu syok
anafilaktik. Epinephrine akan meredakan reaksi alergi tersebut dengan
melemaskan otot-otot saluran pernapasan dan mempersempit pembuluh
darah, sehingga napas menjadi lega dan aliran darah ke sel tetap terjaga.
Selain untuk mengatasi reaksi alergi, epinephrine juga diberikan saat
tindakan resusitasi jantung paru, pada pasien yang mengalami henti
jantung dan henti napas.

b. Dosis Pemberian

Keperluan Usia Dosis

Dewasa Suntikan di otot (IM) :


0,5 mg diberikan setiap 5 menit
hingga ada tanda-tanda
pemulihan kondisi pasien dari
syok anafilaktik.
Penanganan Syok
Suntikan di pembuluh darah
Anafilaktik
(IV) :
0,5 mg suntik perlahan hingga
perbaikan kondisi.

Anak-anak Suntikan IM atau IV :


0,01 mg/kgBB.
Dewasa Intravena :
1 mg, dapat diulangi setiap 2-3
menit sekali hingga kondisi
pasien mulai pulih dan denyut
Salah satu penanganan jantung normal kembali.
resusitasi jantung paru Anak-anak Intravena :
0,01 mg/kgBB, dapat diulangi
setiap 2-3 menit sekali hingga
kondisi pasien mulai pulih dan
denyut jantung normal kembali.

c. Efek Samping
- Berkeringat
- Mual dan muntah
- Gelisah
- Pusing
- Gangguan irama jantung
- Gangguan pernapasan
- Lemas
- Kulit pucat

d. Kriteria Pemberian
Perlu diperhatikan bahwa jika epinephrine digunakan bersamaan dengan
cisapride, indapamide, atau quinidine maka dapat terjadi gangguan irama
jantung, serta jika digunakan bersamaan dengan liinezolide maka dapat
meningkatkan tekanan darah.

2. Dopamine
Sumber: diakses tanggal 6 Oktober 2020
https://www.alodokter.com/dopamine
a. Fungsi Obat
- Mengatasi syok
Dopamine adalah senyawa alami tubuh yang memiliki peran penting pada
proses pengiriman sinyal di dalam otak. Dopamine juga tersedia sebagai
obat. Pemberian senyawa ini merupakan salah satu penanganan syok yang
diakibatkan oleh kondisi tertentu, seperti gagal jantung, gagal ginjal, pasca
trauma, atau serangan jantung.

b. Dosis Pemberian
Digunakan untuk dewasa. Dosis awal penggunaan dopamine adalah 2-5
mcg/kgBB per menit, melalui infus. Dosis dapat ditingkatkan secara
bertahap hingga 5-10 mch/kgBB per menit.

c. Efek Samping
- Sakit kepala
- Gelisah
- Mual dan muntah
- Menggigil
Diskusikan kembali dengan dokter jika penggunaan dopamine
menyebabkan keluhan berupa :
- Sakit dada
- Gangguan pada tekanan darah
- Gangrene
- Gangguan irama jantung
- Sesak napas
- Demam

d. Kriteria Pemberian
- Jika digunakan dengan gas bius, seperti halothane maka dopamine
dapat meningkatkan resiko aritmia.
- Jika digunakan dengan obat golongan penghambat beta, seperti
propranolol dan metoprolol maka akan mengurangi efektivitas
dopamine.
- Jika digunakan dengan obat penghambat adrenergik (alfa), seperti
doxazosin maka dapat terjadi penyempitan pembuluh darah.
- Jika digunakan dengn phenytoin maka berisiko menyebabkan
hipotensi dan bradikardia.

3. Dobutamine
Sumber: diakses tanggal 6 Oktober 2020
https://www.alodokter.com/dobutamin
a. Fungsi Obat
- Membantu meningkatkan volume darah yang dipompa jantung
Dobutamine adalah obat yang digunakan oleh penderita gagal jantung
untuk membatu jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Dobutamin
diberikan ketika gagal jantung yang diderita pasien sudah tidak bisa
dikompensasi oleh tubuh, yang dapat menimbulkan turunnya tekanan
darah. Obat ini bekerja dengan menstimulasi atau merangsang reseptor
yang berperan dalam meningkatkan kontraksi jantung.

b. Dosis Pemberian

Kondisi Usia Dosis

Gagal jantung yang Dewasa dan anak- 0,5 – 1 mcg/kgBB per


tidak bisa anak (bayi hingga menit, dapat
dikompensasi tubuh remaja usia 18 tahun) ditingkatkan 2 – 20
mcg/kgBB per menit.
Dosis tidak lebih dari
40 mcg/kgBB per
menit.

c. Efek Samping
- Demam
- Sakit kepala
- Mual dan muntah
- Kram kaki
- Nyeri dada
- Detak jantung cepat
- Pusing seperti ingin pingsan
- Sesak napas
- Mengi
- Tekanan darah tinggi, yang menimbulkan gejala berupa sakit kepala
berat, penglihatan kabur, telinga berdenging, kejng, kebingungan dan
gelisah, serta detak jantung yang tidak beraturan.

d. Kriteria Pemberian
- Jika digunakan bersamaan dengan penghambat alfa seperti doxazosin
maka dakan meningkatkan risiko hipotensi dan takikardia.
- Jika digunakan bersamaan dengan gas bius seperti halothane, quindine,
atau digoxin akan memicu gangguan irama jantung.
- Jika digunakan bersamaan dengan antidepresan trisiklik seperti
amitriptyline maka akan meningkatkan risiko hipertensi dan aritmia.
- Jika digunakan bersamaan dengan penghambat beta non selektif
(seperti propanolol) akan meningkatkan risiko hipertensi dan
bradikardia.
- Jika digunakan bersamaan dengan entacapone maka akan
meningkatkan risiko munculnya efek samping dobutamin.
- Jika digunakan bersamaan dengan oksitosin maka akan meningkatkan
efek dobutamin.

4. Xylocaine
Sumber: diakses tanggal 6 Oktober 2020
https://m.klikdokter.com/obat/xylocaine
a. Fungsi Obat
- Untuk membuat mati rasa sebagian area tubuh (obat bius lokal),
sebelum dilakukan proses penjahitan luka robek atau operasi Caesar.
Xylocaine merupakan sediaan gel, injeksi, dan spray topical yang
mengandung zat aktif Lidocaine HCI.

b. Dosis Pemberian
a) Anestesi epidural
- Dewasa : 2-3 mL diberikan untuk setiap dermatome untuk dibius.
- Dosis yang disarankan adalah : Lumbar epidural 250-300 mg (1%).
- Untuk analgesia 200-300 mg (2%) untuk anastesi.
- Untuk epidural toraks : 200-300 mg (1%).
- Untuk analgesia caudal obstetric, 200-300 mg (1%).
- Untuk anastesi ekor bedah : 225-300 mg (1,5% soln).
- Untuk anestesi apidural atau caudal kpntinu, jangan ulangi dosis
maksimal lebih dari 1,5 jam.
b) Intramuscular
- Dewasa : 300 mg disuntikkan ke otot, ulangi setelah 60-90 menit
jika perlu.
c) Intraspinal
- Anestesi spinal
Dewasa : sebagai hiperbarik, 1.5% atau 5% lidokain dalam 7.5%
glukosa. Persalinan pervaginam normal : hingga 50 mg (5%) atau
9-15 mg (1.5%). Operasi Caesar : 75 mg (5%). Prosedur bedah
lainnya : 75-100 mg.
d) Intravena
- Fibrilasi ventrikel yang tak berdenyut atau takikardia ventrikel
Dewasa : 1-1.5 mg/kgBB diulang seperlunya. Maksimal :
3mg/kgBB. Untuk aritmia ventrikel pada pasien yang lebih stabil :
dosis pembebanan biasa : 50-100 mg sebagai injeksi intravena
pada 25-50 mg/menit, dapat diulang satu atau dua kali hingga
maksimal 200-300 mg dalam 1 jam, diikuti oleh 1-4 mg/menit
melalui infus intravena berkelanjutan. Mungkin perlu mengurangi
dosisi jika infus lebih lama dari 24 jam.
- Anestesi regional intravena
Dewasa : sebagai 0,5% soln tanpa epinefrin : 50-300 mg.
Maksimal : 4 mg/kgBB. Penggunaan lidocain harus sesuai dengan
resep dokter.

c. Efek Samping
- Bradikardia
- Edema
- Hipotensi
- Kecemasan
- Koma
- Kebingungan
- Kantuk
- Halusinasi dan eufhoria
- Sakit kepala
- Lesu, gugup
- Kejang
- Bicara cadel
- Mual dan muntah
- Rasa logam
- Memar dan iritasi
- Perubahan visual

d. Kriteria Pemberian
Hindari penggunaan Xylocaine pada apsien yang memiliki indikasi :
- Sindrom Wolff-Parkinson-White (penyakit parkinson).
- Tidak boelh digunakan pada kulit yang meradang atau terluka
- Gangguan jantung

5. Morphine
Sumber: diakses tanggal 6 Oktober 2020
https://www.alodokter.com/morfin
a. Fungsi Obat
- Meredakan rasa sakit sedang hingga parah
Morfin adalah obat yang digunakan untuk mengatasi rasa sakit dengan
intensitas sedang hingga parah, seperti nyeri pada kanker atau serangan
jantung. Untuk mengatasi nyeri, morfin dapat dikonsumsi sebagai obat
tunggal atau dikombinasikan dengan obat pereda nyeri lainnya. Dalam
mengatasi nyeri, morfin bekerja dengan cara menghambat sinyal saraf
nyeri ke otak,sehingga tubh tidak akan merasakan sakit.

b. Dosis Pemberian
- Tablet lepas lambat
Dewasa : dosis ditentukan oleh dokter. Dosis dpat disesuaikan dengan
kebutuhan. Tablet umumnya diberikan setiap 8 atau 12 jam.
- Tablet biasa
Dewasa : 15-30 mg dikonsumsi setiap 4 jam. Dosis dapat disesuaikan
dengan kebutuhan.

c. Efek Samping
- Mengantuk
- Gatal
- Berkeringat
- Ruam dan kulit kemerahan
- Pusing dan skait kepala
- Mual dan muntah
- Konstipasi
- Sulit BAK
- Gangguan tidur
- Mulut terasa kering
- Perubahan suasana hati
Segera hubungi dokter jika efek samping tidak kunjung hilang, bertambah
parah, atau muncul efek samping berupa :
- Halusinasi
- Hilang kesadaran
- Sesak napas
- Kejang

d. Kriteria Pemberian
Sebelum menggunkan morfin, perhatikan hal-hal berikut ini :
- Morfin dapat menurunkan kesuburan pada pria dan wanita
- Beritahu dokter jika memiliki riwayat gangguan mental, jantung,
ginjal, hati, pernapasan, pencernaan, diabetes, fenilketonuria, dan
myasthenia gravis.
- Informasikan kepada dokter jika pernah mengalami cedera parah
dikepala dan ketergantungan terhadap NAPZA atau minuman.
- Beritahu dokter jika sedang menggunakan obat-obatan lainnya.,
termasuk suplemen dan obat hebal.
- Morfin dapat menyebabkan pusing dan kantuk. Hindari
mengemudikan kendaraan atau mengoperasikan alat berat saat
menggunakan obat.
- Morfin termasuk obat yang penggunaannya diawasi di beberapa
Negara demi mencegah terjadinya penyalahgunaan obat-obatan. Jika
berencana melakukan perjalanan ke luar negeri, mintalah surat
keterangan dokter bahwa anda sedang menjalani pengobatan morfin.

6. Nitroglycerine
Sumber: diakses tanggal 6 Oktober 2020
https://www.alodokter.com/nitrogliserin

a. Fungsi Obat
- Mencegah dan meredakan serangan angina pada penderita penyakit
jantung koroner
Nitroglycerine adalah obat yang digunakan untuk mengurangi dan
mencegah angina (nyeri dada) akibat penyakit jantung koroner.
Nitrogliserin tidk menyembuhkan penyebab angina. Nitrogliserin
merupakan obat golongan nitrat yang bekerja dengan cara melebarkan
pembuluh darah, serta meningkatkan pasokan darah dan oksigen ke otot
jantung. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet minum, tablet sublingual,
dan obat suntik.

b. Dosis Pemberian
- Tablet minum
Angina: 2,5 – 6,5 mg 3-4 kali sehari. Dosis maksimal 26 mg, 4 kali
sehari.
- Tablet sublingual
Angina : 300-600 mcg diletakkan persis dibawah lidah. Dosis dapat
diulangi setiap 5 menit, maksimal 3 kali konsumsi.

c. Efek Samping
- Pusing atau skait kepala
- Mual dan muntah
- Detak jantung tidak teratur
- Mulut kering
- Penglihatan kabur
- Merasa melayang atau lemas

d. Kriteria Pemberian
Sebelum menggunakan nitrogliserin, perhatikan hal-hal berikut ini :
- Jangan menggunakan nitrogliserin jika anda sedang menggunakan obat
riociguat atau sildelnafil.
- Jangan menggunakan nitrogliserin jika anda pernah atau sednag
mengalami serangan jantung, gagal jantung, cedera kepala, anemia
berat, glaukoma, atau hipotensi.
- Jika anda mengkonsumsi nitrogliserin dalam bentuk tablet sublingual,
letakkan obat dibawah lidah secara untuh dan biarkan larut. Namun,
jika anda diberikan tablet minum, telan secara utuh langsung dengan
bantuan air putih. Disarankan untuk mengkonsumsi nitrogliserin tablet
pada waktu yang sama setiap harinya.

7. Heparin
Sumber : diakses pada 6 Oktober 2020
https://www.alodokter.com/heparin
a. Fungsi Obat
- Mencegah dan mengobati penggumpalan darah
Heparin adalah obat yang digunakan untuk mengobati dan mencegah
penggumpalan darah. Obat ini bekerja dengan cara menghambat kerja
faktor pembekuan, yaitu protein dalam tubuh yang berperan dalam proses
pembekuan darah. Oleh karena itu, heparin dikenal sebagai obat pengencer
darah (antikoagulan).

b. Dosis Pemberian

Kondisi Bentuk Obat Usia Dosis (Unit)

Perawatan pasca Intravena Dewasa 60 U/kgBB (maksimal


terapi serangan 4000U), atau 5000 U
jantung dengan jiak menggunakan
obat trombolitik streptokinase. Lanjutkan
dengan infus 12U/kgBB
per jam. Dosis
maksimum 1000U per
jam , dengan lama
pengobatan 48 jam.
Dewasa 75 – 80 U /kgBB atau
5000U (10.000U pada
penderita emboli paru).
Dosis lanjutan dengan

Emboli arteri infus 18 U/kgBB atau

perifer, angina 1000-2000U per jam.

tidak stabil, deep Intravena Lansia Dosis yang lebih rendah


vein thrombosis dari dosis dewasa
(DVT) mungkin diperlukan.

Anak- Dosis awal adalah


anak 50U/kgBB, diikuti
dengan infus 15-
25U/kgBB, per jam.

Pencegahan Suntikan Dewasa 5000U diberikan 2 jam


DVT pasca dibawah kulit sebelum operasi.
operasi Selanjutnya dosis
diberkan tiap 8-12 jam,
selama 7 hari atau
sampai pasien dapat
bergerak.

Dewasa 15.000-20.000 U per 12


jam atau 8000-10.000U
per 8 jam.
Suntikan di
DVT Lansia Dosis yanglebih rendah
bawah kulit
mungkin diperlukan

Anak- 250U/kgBB, 2 kali


anak sehari.

c. Efek Samping
- Iritasi dan alergi di tempat suntikan.
- Nyeri ringan.
- Trombositopenia (heparin induced thrombocytopenia).
- Hematoma, yaitu perdarahan di bawah kulit.
- Meningkatkan enzim hati.
- Osteoporosis pada penggunaan jangka panjang.
- Heparin menurun efektivitasnya (resisten).

d. Kriteria Pemberian
Heparin diberikan melalui suntikan ke pembuluh darah atau infus oleh
tenaga medis yang berpengalaman sesuai petunjuk dokter. Untuk
penggunaan di luar rumah sakit, pasien atau keluarga pasien akan
diajarkan bagaimana menyuntikkan heparin di bawah kulit. Obat ini tidak
boleh disuntikkan ke dalam otot. Besarnya dosis yang diberikan
disesuaikan dengan kondisi medis, berat badan, serta respons tubuh
terhadap pengobatan, yang dilihat dari pemeriksaan aPTT. Sebelum
menyuntikkan heparin ke bawah kulit, bersihkan area suntikan dengan
alkohol terlebih dahulu. Usahakan ganti area suntikan untuk dosis
berikutnya, untuk mengurangi cedera di bawah kulit. Jangan lupa untuk
melihat tanggal kedaluwarsa dan perubahan fisik dari obat, misalnya
perubahan warna atau menjadi keruh.

8. Amiodarone
Sumber : diakses pada 6 Oktober 2020
https://www.alodokter.com/amiodarone
a. Fungsi Obat
- Mengatasi gangguan irama jantung
Amiodarone adalah obat antiaritmia yang bermanfaat untuk mengatasi
irama jantung yang tidak teratur.Pengobatan menggunakan amiodarone
merupakan langkah lanjutan apabila antiaritmia lain tidak memberikan
perkembangan. Amiodarone bekerja dengan menghambat signal listrik
tertentu di jantung yang menyebabkan irama jantung menjadi tidak
normal. Dengan menggunakan amiodarone, denyut jantung penderita
aritmia diharapkan menjadi teratur.

b. Dosis Pemberian
Berikut ini adalah dosis umum penggunaan amiodarone:
a) Bentuk obat: Suntik (intravena)
- Pulseless ventricular fibrillation (VF) atau pulseless vetricular
tachycardia (VT)
Dewasa: Dosis awal adalah 300 mg atau 5 mg/kgBB, dengan
injeksi cepat.Dosis lanjutan adalah 150 mg atau 2.5 mg/kgBB.
Lansia: Dimulai dengan dosis lebih rendah dibanding dosis
dewasa.
- Aritmia ventrikel atau supraventrikel
Dewasa: Dosis awal adalah 5 mg/kgBB, selama 20-120 menit.
Dapat diulang jika diperlukan, dengan dosis maksimal 1200 mg per
hari.
Lansia: Dosis akan dikurangi dari dosis dewasa.
b) Bentuk obat: Tablet
- Aritmia ventrikel atau supraventrikel
Dewasa: Dosis awal adalah 200 mg, 3 kali sehari, untuk satu
minggu. Dosis selanjutnya dapat dikurangi menjadi 200 mg, 2 kali
sehari.Dosis pemeliharaan adalah kurang dari 200 mg per hari.
Lansia: Dosis akan dikurangi dari dosis dewasa.

c. Efek Samping
- Peningkatan kadar SGOT dan SGPT dalam darah sebagai penanda
gangguan fungsi hati
- Lemas
- Tidak nafsu makan
- Sembelit
- Hipotensi
- Sakit kepala
- Pusing
- Gangguan daya ingat
- Sensitif terhadap cahaya
- Gangguan tidur
- Hipotiroidisme

d. Kriteria Pemberian
Sebelum menggunakan amiodaron, perhatikan hal-hal berikut ini :
- Jangan menggunakan amiodarone jika sedang menderita atau memiliki
riwayat gangguan kelenjar tiroid, hipotensi berat, bradikardia, syok
kardiogenik, dan gangguan pernapasan.
- Harap berhati-hati bagi penderita gangguan keseimbangan elektrolit,
gangguan fungsi hati, kardiomiopati, gagal jantung, serta penderita
yang tertanam alat pacu jantung dan defbrilator (ICD).
- Informasikan kepada dokter mengenai semua obat-obatan yang sedang
dikonsumsi, terutama warfarin, sofosbuvir, dan simeprevir.
- Hentikan pengobatan jika timbul gejala sindrom Stevens-Johnson atau
toxic epidermal necrolysis (TEN).
- Lakukan pemeriksaan fungsi hati secara rutin bagi pasien yang
menerima amiodarone dalam dosis tinggi.
- Pasien akan lebih sensitif terhadap sinar matahari (fotosensitif),
sehingga paparan sinar matahari yang berlebihan dapat menyebabkan
gangguan pada kulit. Oleh karena itu, selama konsumsi amiodarone,
pasien hendaknya menghindari aktivitas di bawah sinar matahari
langsung.

9. Calcium/Sodium Bicarbonat (Natrium Bikarbonat)


Sumber : diakses pada 6 Oktober 2020
https://www.alodokter.com/natrium-bikarbonat
a. Fungsi Obat
- Menetralisir asam darah berlebih, menetralisir urine yang terlalu asam,
dan menetralisir asam lambung berlebih.
Natrium bikarbonat adalah obat untuk mengatasi asidosis metabolik, urine
yang terlalu asam, dan asam lambung berlebih. Obat ini bekerja dengan
cara mengurai natrium dan bikarbonat di dalam air untuk membentuk
alkaline yang menetralkan asam.

b. Dosis Pemberian
a) Kondisi : Asidosis metabolic kronis
- Dewasa : 4,8 g natrium bikarbonat, dosis dapat ditingkatkan per
hari sesuai kebutuhan.
b) Kondisi : Alkalinisasi urine untuk mencegah terjadinya batu ginjal
akibat asam urat
- Dewasa : Dosis maksimal 10g per hari dalam dosis terpisah
c) Kondisi Maag
- Dewasa : 1-5g dilarutkan ke dalam segelas air

c. Efek Samping
Efek samping yang berpotensi muncul setelah menggunakan natrium
bikarbonat antara lain:
- Mual
- Haus
- Perut kembung
- Kram perut

d. Kriteria Pemberian
Sebelum menggunakan Natrium bikarbonat, perhatikan hal-hal berikut
ini :
- Jangan menggunakan obat ini jika Anda memiliki alergi terhadap
natrium bikarbonat.
- Jangan gunakan obat ini bila Anda sedang menjalani diet rendah
garam, karena obat ini mengandung natrium (garam).
- Beri tahu dokter riwayat kesehatan Anda, terutama jika pernah
mengalami gagal jantung, perdarahan pada usus, usus buntu, atau
tukak lambung, dan menderita hipertensi, gangguan ginjal, penyakit
hati, hipokalsemia, hipernatremia, atau edema tungkai.
- Beri tahu dokter obat, suplemen, dan produk herbal yang sedang Anda
digunakan.
- Jangan memberikan obat ini kepada anak-anak dan lansia. Natrium
bikarbonat untuk anak atau lansia hanya boleh dikonsumsi berdasarkan
resep dokter.

10. Naloxone
Sumber : diakses pada 6 Oktober 2020
https://m.klikdokter.com/obat/naloxone
a. Fungsi Obat
- Menghalangi efek dari narkotika di otak
Naloxone adalah sediaan obat generik, obat ini digunakan untuk pasien
yang diduga ketergantungan golongan opioid. Naloxone adalah antagonis
opioid murni yang bekerja secara kompetitif pada reseptor opioid.

b. Dosis Pemberian
Naloxone termasuk dalam golongan obat keras, maka dari itu penggunaan
obat ini harus dengan anjuran resep dokter dan dilakukan oleh tenaga
medis profesional.

Diketahui atau dicurigai overdosis opioid, dosis dewasa: 0.4-2 mg IV,


dapat diulangi dalam interval 2-3 menit. Jika tidak ada respons setelah
pemberian 10 mg, diagnosis toksisitas yang diinduksi narkotika harus
dipertanyakan. Intramuskular atau Subkutan jika rute IV tidak tersedia.

c. Efek Samping
- Hipotensi.
- Hipertensi.
- Takikardia dan fibrilasi ventrikel.
- Edema paru.
- Henti jantung.
- Kematian, koma dan ensefalopati (kelaainan fungsi otak) dengan
penggunaan pasca operasi.

d. Kriteria Pemberian
Sebelum menggunakan Naloxone, perhatikan hal-hal berikut ini :
- Hati-hati pada pasien dengan penyakit kardiovaskular atau kejang.
- Hindari dosis berlebihan setelah penggunaan opioid dalam operasi,
reversal pasca operasi mendadak dapat menyebabkan mual/muntah,
edema, takikardia, berkeringat, dan mungkin membuka kedok nyeri.
- Kambuhnya depresi pernafasan dapat terjadi jika opioid yang terlibat
adalah long-acting (jangka panjang) atau agonis parsial (misalnya,
metadon, buprenorfin).

Anda mungkin juga menyukai