Anda di halaman 1dari 51

SKRIPSI

LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN


MINUM OBAT DENGAN KEJADIAN RAWAT INAP ULANG
PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF
TAHUN 2020

ANGGI S.A SIMATUPANG

P07520216005

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2020
SKRIPSI

LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN


MINUM OBAT DENGAN KEJADIAN RAWAT INAP ULANG
PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF
TAHUN 2020

Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi


Diploma IV Keperawatan

ANGGI S.A SIMATUPANG

P07520216005

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : LITERATURE REVIEW: HUBUNGAN TINGKAT


KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN KEJADIAN
RAWAT INAP ULANG PADA PASIEN GAGAL JANTUNG
KONGESTIF TAHUN 2020

NAMA : ANGGI S.A SIMATUPANG

NIM : P07520216005

Telah Diterima dan Disetujui Untuk Diseminarkan Dihadapan Penguji

Medan, 20 Juni 2020

Menyetujui,

Pembimbing

Marlisa., S.Kep., Ns., M.Kep


NIP: 19710109 199303 2 002

Ketua Jurusan Keperawatan


Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

Johani Dewita Nasution., SKM., M.Kes


NIP: 19650512 199903 2 001
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL SKRIPSI : LITERATURE REVIEW: HUBUNGAN


TINGKAT KEPATUHAN MINUM OBAT
DENGAN KEJADIAN RAWAT INAP ULANG
PADA PASIEN GAGAL JANTUNG
KONGESTIF TAHUN 2020

NAMA MAHASISWA : ANGGI S.A SIMATUPANG


NIM : P07520216005

Skripsi ini telah diuji pada sidang ujian hasil skripsi


Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan
Medan, 20 Juni 2020

Penguji I Penguji II

Elny L Silalahi,S.Kep,Ns,M.Kep Ida Suryani Hsb,S.Kep,Ns,M.Kep


NIP.19691008 1993 03 2001 NIP.19770312 2002 12 2002

Ketua Penguji

Marlisa, S.Kep., Ns., M.Kep


NIP. 19710109 1993 03 2002

Ketua Jurusan Keperawatan


Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

Johani Dewita Nasution,SKM.,M.Kes


NIP. 19650512 199903 2 001
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
JURUSAN KEPERAWATAN

LITERATURE REVIEW: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN MINUM


OBAT DENGAN KEJADIAN RAWAT INAP ULANG PADA PASIEN
GAGAL JANTUNG KONGESTIF TAHUN 2020
V BAB + 36 HALAMAN + 3 TABEL

Abstrak
Latar Belakang: Gagal jantung kongestif merupakan penyakit yang
bersifat progresif dengan gejala yang sangat mempengaruhi kondisi vital
pasien. Pasien gagal jantung kongestif sering kembali untuk dirawat inap
ulang di Rumah Sakit karena adanya kekambuhan. Kebanyakan
kekambuhan gagal jantung kongestif terjadi karena pasien tidak
memenuhi terapi yang dianjurkan misalnya tidak mampu melaksanakan
terapi pengobatan dengan tepat, melanggar pembatasan diet, tidak
mematuhi tindak lanjut medis, melakukan aktifitas fisik yang berlebihan
dan tidak dapat mengenali gejala kekambuhan. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mencari persamaan, kelebihan, dan kekurangan tentang
hubungan tingkat kepatuhan minum obat dengan kejadian rawat inap
ulang pada pasien gagal jantung kongestif berdasarkan literature review.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain literature review yang
diperoleh dari google scholar, BMC Research Notes dan research gate
dengan tahun penelitian yang terbaru yaitu 10 tahun terakhir. Hasil: Dari
kelima jurnal yang telah di review didapatkan hasil bahwa tingkat
kepatuhan minum obat mempunyai hubungan yang erat dengan kejadian
rawat inap ulang pada pasien gagal jantung kongestif. Kesimpulan:
Responden dengan tingkat kepatuhan minum obat yang tinggi memiliki
angka rawat inap ulang lebih rendah dibanding dengan responden dengan
tingkat kepatuhan minum obat yang rendah. Maka dari itu petugas
kesehatan dan keluarga sangat memiliki peran yang penting dalam
pengawasan dan meningkatkan keinginan pasien untuk patuh dalam
meminum obat agar meminimalisir angka kejadian rawat inap ulang.

Kata kunci: Kepatuhan minum obat, Kejadian rawat inap ulang, Gagal
jantung kongestif.
MEDAN HEALTH POLYTECHNIC OF MINISTRY OF HEALTH
EXTENTION PROGRAM OF APPLIED HEALTH SCIENCE IN NURSING
SCENTIFIC

LITERATURE REVIEW: THE RELATIONSHIP OF THE LEVEL OF


DRUG COMPLIANCE WITH THE EVENT OF RE-HOSPITALIZATION OF
CONGESTIVE HEART FAILURE PATIENTS IN 2020

V BAB + 36 PAGES + 3 TABLES

Abstract

Background: Congestive heart failure is a progressive disease with


symptoms that greatly affect the patient's vital condition. Congestive heart
failure patients often return for hospitalization due to recurrence. Most
recurrences of congestive heart failure occur because the patient does not
meet the recommended therapy for example is unable to carry out
treatment therapy properly, violates dietary restrictions, does not comply
with medical follow-up, excessive physical activity and cannot recognize
the symptoms of recurrence. The purpose of this study was to look for
similarities, strengths, and weaknesses about the relationship of
medication adherence levels with the incidence of hospitalization in
patients with congestive heart failure based on literature review. Method:
This study used a literature review design obtained from Google Scholar,
BMC Research Notes and Research Gate with the most recent research
years, namely the last 10 years. Results: From the five journals reviewed,
it was found that the level of adherence to taking medication had a close
relationship with the incidence of hospitalization in patients with congestive
heart failure. Conclusion: Respondents with high levels of medication
adherence had lower rates of hospitalization compared to respondents
with low levels of medication adherence. Therefore health workers and
families have a very important role in supervision and increase the
patient's desire to be obedient in taking medication in order to minimize
the incidence of re-hospitalization.

Keywords: Compliance With Medication, Incidence of Re-Hospitalization,


Congestive Heart Failure.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “LITERATURE REVIEW:
HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN
KEJADIAN RAWAT INAP ULANG PADA PASIEN GAGAL JANTUNG
KONGESTIF TAHUN 2020”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu
Hj.Marlisa, S.Kep, Ns, M.Kep yang telah banyak memberikan bimbingan,
dukungan, dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa
mengucapkan terimakasih kepada :
1) Ibu Dra. Ida Nurhayati.,M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Medan.
2) Ibu Johani Dewita Nasution,SKM.,M.Kes selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan.
3) Ibu Dina Indarsita,SST,M.Kes selaku Ketua Prodi D-IV Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan .
4) Ibu Elny Lorensi Silalahi,S.Kep.,Ns.,M.kep dan Ibu Ida Suryani
Hasibuan,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku tim penguji yang telah membimbing
dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5) Para dosen dan seluruh staff di Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Medan yang telah membimbing dan mengajari
penulis selama menjalani masa pendidikan .
6) Terkhusus kepada keluarga penulis, Ayah Edwin Simatupang dan Ibu
Victoria Nainggolan yang telah membesarkan penulis dengan penuh kasih
sayang, sabar mengajari dan memberikan nasehat, dukungan serta doa
agar penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dengan baik. Untuk abang
penulis, Virginia Basana Simatupang, Gian F Zola Simatupang dan adik

i
Mario Simatupang yang telah memberikan dukungan dan semangat, dan
untuk 24/7 penulis Hz, terimakasih karena telah menjadi teman berbagi.
7) Terima kasih juga kepada sahabat-sahabat penulis, Jagalon Squad, TTG,
Keluarga Lebih, Destika, Fifi dan Elprida, serta kakak senior dan adik-adik
junior penulis yang selalu mendukung, memotivasi dan memberi
dukungan dan semangat.
8) Kepada teman-teman D-IV Keperawatan angkatan Ke-II yang telah
menjadi saudara dan keluarga selama 4 tahun ini, selalu memberikan
motivasi, semangat dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak


kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penulisan
maupun dari tata bahasanya. Maka dengan segala kerendahan hati
penulis mengharapkan saran dan kritik serta masukan dari semua pihak
demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Juni 2020


Penulis

Anggi S.A Simatupang


P07520216005

ii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR..............................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................iii
DAFTAR TABEL.....................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................3
C. Tujuan Penelitian..........................................................................4
D. Manfaat Penelitian........................................................................4
1. Bagi Jurusan Keperawatan................................................4
2. Bagi Pelayanan Kesehatan................................................4
3. Bagi Peneliti.......................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kepatuhan........................................................................5
1. Definisi Kepatuhan.............................................................5
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan.....5
3. Cara Meningkatkan Kepatuhan..........................................7
4. Ketidakpatuhan dan Penanganannya................................8
5. Cara Mengetahui Ketidakpatuhan.....................................8
6. Kepatuhan Minum Obat.....................................................9
7. Prinsip Cara Benar Minum Obat........................................9
B. Konsep Gagal Jantung Kongestif...............................................10
1. Definisi Gagal Jantung Kongestif.....................................10
2. Etiologi..............................................................................10
3. Klasifikasi.........................................................................11
4. Patofisiologi......................................................................13
5. Manifestasi Klinis..............................................................14
6. Pemeriksaan Diagnostik..................................................15
7. Penatalaksanaan..............................................................16
C. Rawat Inap Ulang (Rehospitalisasi)............................................18
1. Rawat Inap Ulang Pasien Gagal jantung.........................18
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rawat Inap Ulang....19
D. Kerangka Konsep........................................................................23

iii
E. Variabel Penelitian......................................................................23
1. Variabel Independen........................................................23
2. Variabel Dependen..........................................................24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian.......................................................25
B. Jenis dan Cara Pengumpulan Data............................................25
1. Jenis Data........................................................................25
2. Cara Pengumpulan Data.................................................25
C. Analisa Data................................................................................25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil............................................................................................27
B. Pembahasan...............................................................................32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.................................................................................36
B. Saran...........................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Ringkasan Jurnal...................................................................27


Tabel 4.2 Persamaan Jurnal.................................................................32
Tabel 4.3 Kelebihan dan Kekurangan Jurnal........................................33

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit kronis yang


tidak ditularkan dari orang ke orang. Penyakit Tidak Menular diantaranya
adalah penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes dan Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (PPOK).

Sekitar 70% kematian di dunia disebabkan oleh Penyakit Tidak


menular (39,5 juta dari 56,4 kematian). Dari seluruh kematian akibat
Penyakit Tidak Menular (PTM) tersebut, 45% nya disebabkan oleh
Penyakit jantung dan Pembuluh Darah, yaitu 17,7 juta dari 39,5 juta
kematian (WHO, 2015).

Penyakit kardiovaskular atau cardiovaskular disease saat ini


merupakan penyebab kematian paling banyak di seluruh dunia. Sebelum
tahun 1900, penyakit infeksi dan malnutrisi menjadi penyebab terbanyak
dan penyakit kardiovaskular hanya menyebabkan kurang dari 10%
kematian. Saat ini, penyakit kardiovaskular menyebabkan sekitar 30%
kematian di seluruh dunia, termasuk hampir 40% dinegara berpendapatan
tinggi dan sekitar 28% di negara-negara berpendapatan rendah dan
sedang (Gaziano, 2015).

Berdasarkan hasil dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)


prevalensi Penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia
sebesar 1,5% dengan peringkat prevalensi tertinggi yaitu provinsi
Kalimantan Utara sebanyak 2,2%, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
sebanyak 2% dan Gorontalo sebanyak 2%. Sementara provinsi Sumatera
Utara sebanyak 1,2%. Hasil Riskesdas juga menunjukkan prevalensi
penyakit jantung menurut karakteristik usia yang tertinggi yaitu usia >75
tahun sebanyak 4,7% . Menurut karakteristik jenis kelamin yang tertinggi
adalah perempuan sebanyak 1,6% dan menurut karakteristik tempat

1
2

tinggal yang tertinggi yaitu daerah perkotaan sebanyak 1,6% (Kemenkes


RI, 2019).

Gagal jantung kongestif merupakan penyakit yang bersifat progresif


dengan gejala yang sangat mempengaruhi kondisi vital pasien gagal
jantung kongestif. Kondisi ini mengharuskan pasien gagal jantung
kongestif untuk menjalani rawat inap. (Sembiring, 2015).

Saat ini, Congestive Heart Failure (CHF) atau yang biasa disebut
gagal jantung kongestif merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskular
yang terus meningkat insiden dan prevalensinya. Risiko kematian akibat
gagal jantung berkisar antara 5-10% pertahun pada gagal jantung ringan
yang akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Selain
itu, gagal jantung merupakan penyakit yang paling sering memerlukan
perawatan ulang di rumah sakit (readmission) meskipun pengobatan
rawat jalan telah diberikan secara optimal (Kasron, 2018).

Pasien gagal jantung kongestif sering kembali untuk dirawat inap


ulang di Rumah Sakit karena adanya kekambuhan. Kebanyakan
kekambuhan gagal jantung kongestif terjadi karena pasien tidak
memenuhi terapi yang dianjurkan misalnya tidak mampu melaksanakan
terapi pengobatan dengan tepat, melanggar pembatasan diet, tidak
mematuhi tindak lanjut medis, melakukan aktifitas fisik yang berlebihan
dan tidak dapat mengenali gejala kekambuhan (Smeltzer, 2010).
Berdasarkan data American Heart Assosiation (AHA) tahun 2012, pasien
yang mengalami hospitalisasi akibat congestive heart failure diseluruh
dunia sebanyak 1.094.000 pasien (Sarika, 2015).

Pasien tidak patuh dalam pengobatan Angiotensin converting


enzyme (ACE) Inhibitor pada pasien gagal jantung kongestif akan kembali
dirawat inap ulang di rumah sakit, ada hubungan kepatuhan minum obat
Angiotensin converting enzyme (ACE) Inhibitor dengan kejadian rawat
inap ulang dirumah sakit (Konto, 2015).
3

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, di dapatkan hasil kepatuhan


minum obat anti duretik dan Angiotensin converting enzyme (ACE)
Inhibitor pada pasien gagal jantung kongestif terhadap rehospitalisasi
sebagian besar tidak patuh dan ada hubungan kepatuhan minum obat
antidiuretik dan Angiotensin converting enzyme (ACE) Inhibator pada
pasien gagal jantung kongestif dengan rehospitalisasi (Koto, 2015).

Penelitian lain yang dilakukan di ruangan ICCU RSUD Tidar Kota


Magelang dengan memperlihatkan responden yang tidak patuh dengan
penggunaan obat sejumlah 17 orang (94,4%) dengan frekuensi
rehospitalisasi >1 kali, sementara yang patuh dalam peggunaan obat
terdapat 2 orang (22,2%) dengan frekuensi rehospitalisasi >1 kali.
Berdasarkan hasil tersebut, kepatuhan penggunaan obat memiliki
hubungan dengan kejadian rehospitalisasi atau rawat inap ulang pada
pasien Congestive Heart Failure (Hidayah & Wahyuningtias, 2018).

Berdasarkan pengalaman pribadi penulis saat menjalankan praktek


belajar atau dinas di RSUD Dr.Pirngadi, penulis bertemu dengan pasien
yang sama yang di rawat inap dengan diagnosa medis gagal jantung
kongestif di waktu yang berbeda. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian literatur review tentang “Hubungan
Tingkat Kepatuhan Minum Obat dengan Kejadian Rawat Inap Ulang pada
Pasien Gagal Jantung Kongestif”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan


masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan tingkat
kepatuhan minum obat dengan kejadian rawat inap ulang pada pasien
gagal jantung berdasarkan literatur review.
4

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari hubungan tingkat


kepatuhan minum obat dengan kejadian rawat inap ulang pada pasien
gagal jantung kongestif dan mencari persamaan, kelebihan dan
kekurangan berdasarkan studi literatur review.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi


tambahan dan acuan dalam penelitian selanjutnya bagi Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan dalam mengetahui hubungan
tingkat kepatuhan minum obat dengan rawat inap ulang pada pasien
gagal jantung kongestif.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi


tambahan bagi perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan dan
asuhan keperawatan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan tentang
hubungan tingkat kepatuhan minum obat dengan rawat inap ulang pada
pasien gagal jantung kongestif.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini berguna bagi peneliti untuk mendapatkan pengalaman


pertama dalam melakukan penelitian dan mengetahui hubungan tingkat
kepatuhan minum obat dengan rawat inap ulang pada pasien gagal
jantung kongestif melalui studi literatur review.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP KEPATUHAN

1. Definisi Kepatuhan

Kepatuhan adalah suatu bentuk perilaku yang timbul akibat adanya


interaksi antara petugas kesehatan dan pasien sehingga pasien mengerti
rencana dan segala konsekwensi dan menyetujui rencana tersebut serta
melaksanakannya (Kemenkes RI, 2011).

Kepatuhan (compliance) dalam pengobatan dapat diartikan sebagai


perilaku pasien yang mentaati semua nasihat dan petunjuk yang
dianjurkan oleh kalangan tenaga medis, mengenai segala sesuatu yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan pengobatan, sala satunya
diantaranya adalah kepatuhan dalam minum obat (Saragi, 2011).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan


1. Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge), merupakan hasil dari tahu dan terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari
pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
2. Tingkat ekonomi
Tingkat ekonomi atau penghasilan yang rendah akan berhubungan
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan.
Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
mugkin karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat
atau memnbayar transportasi. Tingkat ekonomi dapat

5
6

mempengaruhi pemilihan metode terapi yang akan digunakan oleh


klien.
3. Sikap
Sikap (attitude) merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup
dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap itu merupakan
kesiapan atau kesediaan ntuk bertindak dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu.
4. Usia
Usia berpengaruh terhadap cara pandang seseorang dalam
kehidupan, masa depan dan pengambilan keputusan. Penderita
yang dalam usia produktif merasa terpacu untuk sembuh
mengingat dia masih mudan mempunyai harapan hidup yang
tinggi, sebagai tulang punggung keluarga.
5. Dukungan keluarga
Didalam melaksanakan program terapi, klien tidak bisa
melakukannya sendiri, dia butuh orang yang selalu mendampingi
selama pelaksanaan program terapi. Dalam hal pengaturan diet,
pembatasan cairan, obat-obatan dan pengecekan laboratorium
juga memerlukan keluarga untuk mencapai target.
6. Jarak dari pusat pelayanan
Mereka yang tinggal di daerah yang belum ada fasilitas pelayanan
kesehatan tentu saja akan lebih sulit dan memerlukan biaya lebih
besar untuk mencapai lokasi.
7. Nilai dan keyakinan
Nilai-nilai dan keyakinan individu dalam mengambil suatu
keputusan dalam hal ini untuk mendapatkan kesehatan yang
optimal merupakan keyakinan dasar yang digunakan oleh individu
untuk memotivasi dirinya selama menjalani terapi. Individu yang
pada awalnya sudah memiliki cara pandang yang negatif, tidak
memiliki keyakinan untuk hidup lebih baik cenderung tidak
7

menjalani terapi dengan sungguh-sungguh, bahkan sering absen


atau tidak mau datang lagi untuk menjalani terapi (Majid, 2010).
8. Pendidikan
Berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang
menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan
untuk mendapat informasi misalnya hal yang menunjang kesehatan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat
mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan
pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta
dalam pembangunan. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan
seseorang semakin mudah menerima informasi (Wawan & Dewi,
2017).

3. Cara meningkatkan kepatuhan


Ada beberapa cara untuk meningkatkan kepatuhan :
a. Memberikan informasi kepada pasien akan manfaat dan
pentingnya kepatuhan untuk mencapai keberhasilan pengobatan.
b. Mengingatkan pasien untuk melakukan segala sesuatu yang harus
dilakukan demi keberhasilan pengobatan melalui telepon atau alat
komunikasi yang lainnya.
c. Apabila mungkin obat yang digunakan hanya dikonsumsi sehari
satu kali, karena pemberian obat yang dikonsumsi lebih dari satu
kali dalam sehari mengakibatkan pasien sering lupa, sehingga
menyebabkan tidak teratur minum obat.
d. Menunjukkan kepada pasien kemasan obat yang sebenarnya, yaitu
dengan cara membuka kemasan atau vial dan sebagainya.
e. Memberikan keyakinan kepada pasien akan efektivitas obat.
f. Memberikan informasi resiko ketidakpatuhan.
8

g. Memberikan layanan kefarmasian dengan obsevasi langsung,


mengunjungi rumah pasien dan memberikan konsultasi kesehatan.
h. Menggunakan alat bantu kepatuhan seperti multi kompartemen
atau sejenisnya.
i. Adanya dukungan dari pihak keluarga, teman dan orang-orang di
sekitarnya untuk selalu mengingatkan pasien, agar teratur minum
obat demi keberhasilan pengobatan (Saragi, 2011).

4. Ketidakpatuhan dan Penanganannya

Ketidakpatuhan adalah suatu tingkat, dimana pasien tidak


mengikuti rekomendasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang
merawat. Ketidakpatuhan meliputi ketidakpatuhan dalam pemeriksaan
penyakit, ketidakpatuhan dalam pengobatan (jangka pendek dan jangka
panjang). Ketidakpatuhan dalam pengobatan adalah perilaku pasien yang
sulit mengontrol diri mereka masing-masing untuk melakukan segala
sesuatu yang harus dilakukan dalam pengobatan demi terciptanya
keberhasilan pengobatan (Saragi, 2011).

5. Cara Mengetahui Ketidakpatuhan


Beberapa cara untuk mengetahui ketidakpatuhan pasien
diantaranya adalah:
1. Melihat hasil terapi yang dicapai secara berkala.
2. Memonitor pasien kembali datang untuk membeli obat pada
periode selanjutan setelah obat habis diminum.
3. Melihat jumlah sisa obat pasien dalam jangka waktu
pengobatan maupun secara berkala.
4. Langsung bertanya kepada pasien mengenai kepatuhannya
terhadap pengobatan (Sembiring, 2015).
9

6. Kepatuhan minum obat

1. Tepat dosis
Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang
dengan rentang terapi yang sempit akan sangat beresiko timbulnya
efek samping. Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan
menjamin tercapainya kadar terapi yang diharapkan.
2. Cara pemberian obat
Cara pemberian obat memerlukan pertimbangan farmakokinetik,
yaitu cara atau rute pemberian, besar dosis, frekuensi pemberian,
sampai kepemilihan cara pemakaian yang paling mudah diikuti
pasien, aman dan efektif untuk pasien.
3. Waktu pemberian obat
Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan
praktis agar mudah ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi
pemberian obat perhari semakin rendah tingkat ketaatan minum
obat.
4. Periode minum obat
Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakit masing-masing
(Maryanti, 2017).

7. Prinsip cara benar pemberian obat

1. Benar pasien
2. Benar obat
3. Benar dosis
4. Benar rute
5. Benar waktu
6. Benar dokumentasi
7. Benar pendidikan kesehatan perihal medikasi pasien (Siti, 2016)
10

B. KONSEP GAGAL JANTUNG KONGESTIF

1. Definisi Gagal Jantung Kongestif

Gagal jantung yaitu suatu keadaan patofisiologi adanya kelainan


fungsi janung yang berakibat jantung gagal memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau peningkatan tekanan
pengisian diastolik dari ventrikel kiri atau keduanya, sehingga tekanan
kapiler paru meningkat (ilmu penyakit dalam).

Dekompensasi kordis (gagal jantung) merupakan keadaan


abnormal dimana terdapat gangguan fungsi jantung yang mengakibatkan
ketidakmampuan jantung dalam memompa darah keluar untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh dalam kondisi istirahat maupun aktivitas
nirmal (Asikin, 2016).

Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi adanya kelainan


fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya
hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri
(Kasron, 2018).

2. Etiologi

Ada beberapa etiologi/penyebab dari gagal jantung :

a. Kelainan otot jantung


Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung, kondisi yang
mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosis
koroner, hipertensi arterial dan penyakit degeneratif atau inflamasi.
b. Aterosklerosis koroner
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan
asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium
11

(kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal


jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif,
berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang secara
langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun.
c. Hipertensi Sistemik atau Pulmonal
Meningkatnya beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertropi serabut otot jantung.
d. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
Sangat berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini
secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan
kontraktilitas menurun.
e. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang
sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung.
Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah
yang masuk jantung (stenosis katup semiluner), ketidakmampuan
jantung untuk mengisi darah, peningkatan mendadak afterload.
f. Faktor iskemik
Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan
beratnya gagal ginjal. Meningkatnya laju metabolisme, hipoksia dan
anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis
respiratorik atau metabolik dan abnormalita elektrolik dapat
menurunkan kontraktilitas jantung (Kasron, 2018).

3. Klasifikasi

1) Klasifikasi gagal jantung menurut fungsi NYHA


 Kelas I : Aktivitas fisik tidak dibatasi
 Kelas II : Aktivitas fisik terbatas
 Kelas III : Marked limitation of activity
 Kelas IV : Activity severely limited.
12

The New York Heart Association (NYHA) menetapkan metode


pertama klasifikasi berdasarkan jumlah aktivitas yang diperlukan untuk
memunculkan gejala. Kelas I tidak menunjukkan adanya keterbatasan
aktivitas. Kelas II adalah diagnosis ketika gejala pada saraf ringan dan
hanya saat aktivitas tertentu. Kelas III ditandai dengan timbulnya gejala
saat beraktivitas, kecuali hanya saat subjek istirahat. Diagnosis kelas IV
dibuat ketika gejala terlihat meskipun pasien sedang istirahat.

2) Klasifikasi ACC/AHA
 Kelas A : Orang yang berisiko tinggi
 Kelas B : Struktur jantung tidak normal tanpa perkembangan
gejala.
 Kelas C : Gejala gagal jantung dirasakan dengan fraksi ejeksi
(blood output) normal atau menurun
 Kelas D : Gagal jantung paa fase akhir atau telah sulit
disembuhkan (fase refraktomi).

Skema klasifikasi kedua dikembangkan oleh America College of


Cardiology dan The American Heart Association yang didasarkan kepada
temuan yang terukur pada jantung. Klasifikasi ni terdiri atas empat tahap
atau dikenal dengan ACC/AHA klasifikasi. Tahap A menunjukkan seorang
pasien yang berisiko tinggi untuk mengalami gagal jantung tetapi belum
menunjukkan perubahan pada jantung. Tahap B dianggap sebagai tahap
berisiko tinggi tetapi sejumlah perubahan/gejala mulai terlihat. Tahap C
adalah tehap pertama ketika diagnosis gagal jantung telah ditetapkan.
Pada tahap ini biasa orang baru menyadari gejala dan mulai mengunjungi
dokter untuk diagnosis serta pengobatan. Tahap D adalah gagal jantung
tahap akhir, ketika pasien tidak lagi merespons terhadap terapi
konvensional. Masing-masing tahap memerlukan pengobatan tersendiri
(Syamsudin,2011).
13

4. Patofisiologi

Fungsi jantung sebagai sebuah pompa diindikasikan oleh


kemampuannya untuk memenuhi suplai darah yang adekuat keseluruhan
bagian tubuh, baik dalam keadaan istirahat maupun saat mengalami
stress fisiologik.

Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung meliputi


keadaan-keadaan:

• Preload (beban awal)


Jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan
tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut
jantung.
• Kontraktilitas
Perubahan kekuatan kontriksi berkaitan dengan panjangnya
regangan serabut jantung.
• Afterlood (beban akhir)
Besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa
darah melawan tekanan yang diperlukan oleh tekanan arteri.

Pada keadaan gagal jantung, bila salah satu atau lebih dari
keadaan diatas terganggu, menyebabkan curah jantung menurun, meliputi
keadaan yang menyebabkan preload meningkat contoh regurgitasi aorta,
cacat septum ventrikel. Menyebabkan afterload meningkat yaitu pada
keadaan stenosis aorta dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium
dapat menurun pada infark miokardium dan kelainan otot jantung.

Adapun mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi


menurunnya kemampuan kontraktilitas jantung, sehingga darah yang
dipompa pada setiap kontriksi menurun dan menyebabkan penurunan
darah keseluruh tubuh. Apabila suplai darah yang kurang ke ginjal akan
mempengaruhi mekanisme pelepasan renin-angiotensin dan akhirnya
terbentuk angiotensin II mengakibatkan trangsangnya sekresi aldosteron
14

dan menyebabkan retensi natrium dan air, perubahan tersebut


meningkatkan cairan ektra-intravaskuler sehingga terjadi
ketidakseimbangan volume cairan dan tekanan selanjutnya terjadi edema.
Edema perifer terjadi akibat penimbunan cairan dalam ruang interstial.
Proses ini timbul masalah seperti nokturia dimana berkurangnya
vasokontriksi ginjal pada waktu istirahat dan juga redistribusi cairan dan
absorbsi pada waktu berbaring. Gagal jantung berlanjut dapat
menimbulkan asites, dimana asites dapat menimbulkan gejala-gejala
gastrointestinal seperti mual, muntah, anoreksia.

Apabila suplai darah tidak lancar diparu-paru (darah tidak masuk


kejantung), menyebabkan penimbunan cairan diparu-paru yang dapat
menurunkan pertukaran O2 dan CO2 antara udara dan darah diparu-paru.
Sehingga oksigenisasi arteri berkurang dan terjadi peningkatan CO 2 , yang
akan membentuk asam di dalam tubuh. Situasi ini akan memberikan suatu
gejala sesak napas (dyspnea), ortopnea (dyspnea saat berbaring) terjadi
apabila aliran darah dari ekstrimitas meningkatkan aliran balik vena ke
jantung dan paru-paru.

Apabila terjadi pembesaran vena dihepar mengakibatkan


hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan. Suplai darah yang
didaerah otot dan kulit, menyebabkan kulit menjadi pucat dan dingin serta
timbul gejala letih, lemah, lesu (Kasron, 2018).

5. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis gagal jantung harus dipertimbangkan terhadap
derajat latihan fisik yang dapat menyebabkan timbulnya gejala. Pada
awalnya, secara khas gejala hanya muncul saat melakukan aktivitas fisik.
Namun, semakin berat kondisi gagal jantung, semakin menurun toleransi
terhadap latihan, dan gejala muncul lebih awal dengan aktivitas yang lebih
ringan.
Dampak dari curah jantung dan kongesti yang terjadi pada sistem
vena atau sistem pulmonal antara lain:
15

 Sesak saat beraktivitas


 Sesak saat berbaring dan membaik dengan melakukan elevasi
kepala menggunakan bantal (ortopnea)
 Sesak di malam hari (proxysmal nocturnal dyspnea)
 Sesak saat beristirahat
 Nyeri dada dan palpitasi
 Anoreksia
 Mual, kembung
 Penurunan berat badan
 Letih, lemas
 Oliguria/nokturia
 Gejala otak bervariasi mulai dari ansietas hingga gangguan memori
dan konfusi (Asikin & Nuralamsyah, 2016).

6. Pemeriksaan diagnostik

1. EKG
Mengetahuai hipertrofi atrial atau ventrikuler, infark, penyimpanan
aksis, iskemia dan kerusakan pola.
2. Tes laboratorium darah
Enzim hepar : meningkat dalam gagal jantung.
3. Radiologi
Sonogram Ekokardiogram, dapat menunjukkan pembesaran bilik
perubahan dalam fungsi struktur katup, penurunan kontraktilitas
ventrikel.
Scan Jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan
memperkirakan gerakan dinding.
Rontgen Dada : Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan
mencerminkan dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam
pembuluh darah atau peningkatan tekanan pulmonal (Kasron,
2018).
16

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan berdasarkan kelas NYHA :

a. Kelas I : Non farmakologi, meliputi diet rendah garam,


batasi cairan, menurunkan berat badan,
menghindari alkohol dan rokok, aktifitas fisik,
manajemen stress.
b. Kelas II, III : Terapi pengobatan, meliputi diuretic, vasodilator, ace
inhibator, digitalis, dopamineroik, oksigen.
c. Kelas IV : kombinasi diuretid, digitalis, ace inhibitor, seumur
hidup.

Penatalaksanaan Congestive Heart Failure meliputi :


a. Non farmakologis
1. Congestive Heart Failure Kronik
- Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan
menurunkan konsumsi oksigen melalui istirahat atau
pembatasan aktivitas.
- Diet pembatasan natrium (< 4 gr/hari) untuk menurunkan
edema.
- Menghentikan obat-obatan yang memperparah seperti
NSAIDs karena prostaglandin pada ginjal menyebabkan
retensi air dan natrium.
- Pembatasan cairan (kurang dari 1200-1500 cc/hari)
- Olahraga secara teratur
2. Congestive Heart Failure Akut
- Oksigenasi (ventilasi mekanik)
- Pembatasan cairan (< 1,5 liter/hari)
17

b. Farmakologis
Tujuan : untuk mengurangi afterload dan preload.
1. First line drugs; diuretik
Tujuan: mengurangi afterload pada disfungsi sistolik dan
mengurangi kongesti pulmonal pada disfungsi diastolic.
Obatnya adalah: thiazide diuretics untuk Congestive Heart
Failure sedang, loop diuretic, metolazon (kombinasi dari loop
diuretic untuk meningkatkan pengeluaran cairan), kalium
sparing diuretic.
2. Second line drugs; Angiotensin Converting Enzyme inhibator
Tujuan: membantu meningkatkan Cardiac Output dan
menurunkan kerja jantung. Obatnya adalah:
- Digoxin; meningkatkan konraktilitas. Obat ini tidak digunakan
untuk kegagalan diastolic yang mana dibutuhkan
pengembangan ventrikel untuk relaksasi.
- Hidralazin; menurunkan afterload pada disfungsi sistolik.
- Isobarbide dinitrat; mengurangi preload dan afterload untuk
disfungsi sistolik, hindari vasodilator pada disfungsi sistolik.
- Calsium channel blocker; untuk kegagalan diastolik,
meningkatkan relaksasi dan pengisian ventrikel (jangan
dipakai pada Congestive Heart Failure kronik).
- Beta blocker; sering dikontraindikasikan karena menekan
respon miokard. Digunakan pada disfungsi diastolik untuk
mengurangi denyut jantung, mencegah iskemi miokard,
menurunkan Tekanan darah, hipertrofi ventrikel kiri.
3. Pendidikan kesehatan
- Informasikan pada pasien, keluarga dan pemberi perawatan
tentang penyakit dan penanganannya.
- Informasi difokuskan pada: monitoring Berat Badan setiap
hari dan intake natrium.
18

- Diet yang sesuai untuk lansia : pemberian makanan


tambahan yang banyak mengandung kalium seperti; pisang,
jeruk, dll.
- Teknik konservasi energi dan latihan aktivitas yang dapat
ditoleransi dengan bantuan terapis (Kasron, 2018).

C. RAWAT INAP ULANG (REHOSPITALISASI)

1. Rawat inap ulang pasien gagal jantung

Gagal jantung kongestif merupakan penyakit yang bersifat progresif


dengan gejala yang sangat mempengaruhi kondisi vital pasien gagal
jantung kongestif. Kondisi ini mengharuskan pasien gagal jantung
kongestif untuk menjalani rawat inap. Pasien gagal jantung kongestif
rentan untuk mengalami rawat inap ulang (Sembiring, 2015).

Kekambuhan gagal jantung dan dirawat kembali ke rumah sakit


terjadi karena pasien tidak memenuhi terapi yang dianjurkan dan terapi
pengobatan yang kurang tepat (Smeltzer and Bare, 2010).

Rawat inap ulang (Readmission) pada penyakit gagal jantung


kongestif diakibatkan oleh eksaserbasi dari gejala klinis gagal jantung
kongestif. Beberapa dipicu oleh faktor concomitant kardiovaskular, seperti
takiaritmia, unstable coronary syndrome. Selain itu juga bisa disebabkan
oleh gangguan serebrovaskular dan ketidakpatuhan dalam diet dan terapi
(AHA, 2009).

Setelah menjalani perawatan dirumah sakit dan gagal jantung


dapat terkontrol, maka pasien diupayakan secara bertahap untuk kembali
ke aktivitas seperti sebelum sakit sedini mungkin. Aktivitas kegiatan hidup
sehari-hari harus direncanakan untuk meminimalkan timbulnya gejala
yang diakibatkan kelelahan, dan setiap aktivitas yang dapat menimbulkan
gejala harus dihindari atau dilakukan adaptasi. Berbagai penyesuaian
kebiasaan, pekerjaan dan hubungan interpersonal harus dilakukan.
19

Pasien harus dibantu untuk mengidentifikasi stress emosional dan


menggali cara-cara untuk menyelesaikannya. Pasien datang ke klinik atau
rumah sakit biasanya diakibatkan adanya kekambuhan episode gagal
jantung. Kebanyakan kekambuhan gagal jantung dan dirawat kembali
dirumah sakit terjadi karena pasien tidak memenuhi terapi yang
dianjurkan, misalnya karema ketidakmampuan secara ekonomi. Pasien
sering kembali melaksanakan terapi pengobatan yang kurang tepat,
melanggar pembatasan diet, tidak mematuhi tindak lanjut medis,
melakukan aktivitas fisik yang berlebihan dan tidak dapat mengenali
gejala kekambuhan (Majid, 2010).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi rawat inap ulang pada pasien

1. Riwayat sebelum masuk rumah sakit dan lama dirawat dirumah


sakit.
Semakin lamadirawat dirumah sakit menunjukkan tingkat
keparahan atau kompleksitas dari penyakit tersebut.
2. Hipertensi
Hipertensi memberikan kontribusi dalam morbiditas pasien
CHF, dengan meningkatkan afterload jantung. Hipertensi
merupakan faktor resiko didalam perkembangan gagal jantung.
Karena hipertensi menyebabkan perkembangan hipertrofi ventrikel
kiri dan perkembangan penyakit jantung koroner.
Resiko relatif gagal jantung pada pasien dengan hipertensi adalah
1,4 dibandingkan dengan populasi umum. Hipertensi merupakan
prediktor kelangsungan hidup pada pasien dengan gagal jantung
kongestif. Hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung melalui
beberapa mekanisme, termasuk hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi
ventrikel kiri dikaitkan dengan disfungsi ventrikel kiri sistolik dan
diastolik dan meningkatkan risiko terjadinya infark miokard, serta
memudahkan untuk terjadinya aritmia baik itu aritmia atrial maupun
aritmia ventrikel.
20

3. Usia
Semakin tua usia pasien Congestive Heart Failure , maka
diprediksi semakin tinggi terhadap rawat inap ulang dirumah sakit.
Gagal jantung merupakan penyebab paling banyak dirawat dirumah
sakit di Amerika serikat. Peningkatan tersebut berkaitan dengan
semakin bertambahnya usia seseorang.
Orang dengan usia lanjut mengalami perubahan anatomis,
fisiologis dan patologi anatomis. Perubahan anatomis yang
dimaksud adalah terjadinya penebalan dinding vebtrikel kiri, meski
tekanan darah relatif normal. Begitupun fibrosis dan kalsifikasi
katup jantung terutama pada anulus mitral dan katup aorta. Selain
itu terdapat pengurangan jumlah sel pada nodus sinoatrial (SA
Node) yang menyebabkan hantaran listrik jantung mengalami
gangguan. Hanya sekitar 10% sel yang tersisa ketika manusia
berusia 75 tahun ketimbang jumlahnya pada usia 20 tahun lalu.
Sementara itu, pada pembuluh darah terjadi kekakuan arteri sentral
dan perifer akibat proliferasi kolagen, hipertrofi otot polos, kalsifikasi
derta kehilangan jaringan elastik. Meski sering kali terdapat
aterosklerosis pada manula, secara normal pembuluh darah akan
mengalami penurunan debit aliran akibat peningkatan situs
deposisi lipid pada endotel. Lebih jauh, terdapat pula perubahan
arteri koroner difus yang pada awalnya terjadi arteri koroner kiri
kerika muda, kemudian berlanjut pada arteri koroner kanan dan
posterior diatas 60 tahun.
Perubahan fisiologis yang paling umum terjadi seiring
bertambahnya usia adalah perubahan pada fungsi sistolik vebtrikel.
Sebagai pemompa utama aliran darah sistemik, perubahan sistolik
ventrikel akan sangat mempengaruhi keadaan umum pasien.
Parameter utama yang terlihat ialah detak jantung, preload dan
afterload, performa otot jantung, serta regulasi neurohormonal
kardiovaskular. Oleh karenanya, orang-orang tua menjadi
21

sekuncup menjadi mudah deg-degan. Akibat terlalu sensitif


terhadap respon tersebut, isi sekuncup menjadi bertambah menurut
kurva Frank-Starlling. Efeknya, volume akhir diastolik menjadi
bertambah dan menyebabkan kerja jantung yang terlalu berat dan
lemah jantung. Awalnya, efek ini diduga terjadi akibat efek blokade
reseptor β-agonis ternyata tidak memberikan perbaikan efek. Dilain
sisi, terjadi perubahan kerja diastolik terutama pada pengisian awal
diastolik lantaran otot-otot jantung sudah mengalami penurunan
kerja. Secara otomatis, akibat kurangnya kerja otot atrium untuk
melakukan pengisian diastolik awal, akan terjadi pula fibrilasi
atrium, sebagaimana sangat sering dikeluhkan para lansia. Masih
berhubungan dengan diastolik, akibat ketidakmampuan kontraksi
atrium secara optimal, akan terjadi penurunan komplians ventrikel
ketika menerima darah yang dapat menyebabkan peningkatan
tekanan diastolik ventrikel ketika istirahat dan exersice. Hasilnya,
akan terjadi edema paru dan kongesti sistemik vena yang sering
menjadi gejala klinis utama pasien lansia. Secara umum, yang
sering terjadi dan memberikan efek nyata secara klinis ialah
gangguan fungsi diastolik.
Adapun perubahan patologi anatomis pada penyakit jantung
degeneratif umumnya berupa degeneratif dan atrofi. Perubahan ini
dapat mengenai semua lapisan jantung terutama endokard,
miokard dan pembuluh darah. Umumnya perubahan patologi
anatomis merupakan perubahan mendasar yang menyebabkan
perubahan makroskopis, meskipun tidak berhubungan langsung
dengan fisiologis. Seperti halnya di organ-organ lain, akan terjadi
akumulasi pigmen lipofuksi di dalam sel-sel otot jantung sehingga
otot berwarna coklat dan disebut brown atrophy. Begitu juga terjadi
degenerasi amiloid alias amiloidosis, biasa disebut senile cardiac
amiloidosis. Perubahan demikian yang cukup luas dan akan dapat
mengganggu faal pompa jantung. Terdapat pula klasifikasi pada
22

tempat-tempat tertentu, terutama mengenai lapisan dalam jantung


dan aorta. Kalsifikasi ini secara umum mengakibatkan gangguan
aliran darah sentral dan perifer. Ditambah lagi dengan adanya
aterosklerosis pada dinding pembuluh darah besar dan degenerasi
mukoid terutama mengenai daun katup jantung, menyebabkan
seringnya terjadi kelainan aliran jantung dan pembuluh darah.
Akibat perubahan anatomis pada otot-otot dan katup-katup jantung
menyebabkan pertambahan sel-sel jaringan ikat (fibrosis)
menggantukan sel yang mengalami degenerasi, terutama
mengenai lapisan endokard termasuk daun katup. Tidak heran,
akibat berbagai perubahan-perubahan mikroskopis seperti tersebut
diatas, keseluruhan kerja jantung menjadi rusak.
4. Jenis kelamin
Pasien gagal jantung kongestif dengan jenis kelamin laki-laki
prevalensinya lebih besar daripada perempuan pada usia 40-75
tahun.
5. Dukungan keluarga dan Sosial.
Dukungan keluarga dan sosial dapat menurunkan kemungkinan
terjadinya rawat ulang pada pasien dengan gagal jantung kongestif.
Faktor-faktor sosial juga telah terbukti penting sebagai perdiktor
merbiditas dan mortilitas pada pasien dengan penyakit arteri
koroner. Pentingnya dukungan sosial telah dikonfirmasi oleh
sebuah studi baru-baru ini bahwa tidak adanya dukungan
emosional yang kuat, dapat meningkatkan mortalitas dan tingkat
rawat ulang di rumah sakit pada pasien yang dirawat di rumah sakit
dengan Congestive Heart Failure.
6. Perawatan tindak lanjut di rumah. Semakin minim perawatan tindak
lanjut maka semkain tinggi kemungkinan terjadinya rawat ulang di
rumah sakit.
23

7. Kunjungan ke klinik secara rutin.


Kunjungan ke klinik secara rutin dapat meningkatkan kepatuhan
pasien gagal jantung kongestif terutama dalam perawatan medis
(Majid, 2010).

D. Kerangka konsep

Adapun kerangka konsep penelitian yang berjudul Hubungan


Tingkat kepatuhan Minum Obat Dengan Kejadian Rawat Inap Ulang Pada
Pasien Gagal Jantung Kongestif adalah sebagai berikut :
Variabel independen Variabel dependen

Hubungan kepatuhan
minum obat.

1. Pendidikan Kejadian rawat inap


2. Usia ulang
3. Sosial
ekonomi

E. Variabel penelitian

1. Variabel independen
Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel
dependen (terikat) (Sugiyono, 2018).
Variablel independen dalam penelitian ini adalah faktor yang
mempengaruhi kepatuhan minum obat yang terdiri dari pendidikan,
usia, sosial ekonomi.
24

2. Variabel dependen
Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas
(Sugiyono, 2018).
Variabel dependen dalan penelitian ini adalah kejadian rawat inap
ulang.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu penelitian


kuantitatif bersifat survey analitik berdasarkan studi literatur review yaitu
sebuah metode yang sistematis, eksplisist dan reprodusibel untuk
melakukan identifikasi, evaluasi dan sintesis terhadap karya-karya hasil
penelitian dan hasil pemikiran yang sudah dihasilkan oleh para peneliti
dan praktisi (Titik Rahayu, et all., 2019).

B. Jenis dan cara pengumpulan data

1. Jenis data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder. yaitu data
yang diperoleh dari jurnal, textbook, artikel ilmiah, literature review,
yang berisikan tentang konsep yang diteliti. Jurnal yang diambil
didapat dari berbagai sumber seperti google scholar, BMC
Research Notes dan research gate.
2. Cara pengumpulan data
a. Peneliti mencari jurnal dari google schoolar dan research gate.
b. Jurnal yang diambil berkaitan dengan variabel judul penelitian
sebanyak 5 jurnal ; (3 jurnal nasional dan 2 jurnal
internasional).
c. Peneliti melakukan telaah terhadap jurnal yang telah diambil.
d. Setelah ditelaah, kemudian peneliti melakukan analisa data
dengan cara mencari persamaan, kelebihan, dan kekurangan
jurnal tersebut.

C. Analisa data

Penelitian yang berkaitan dengan hubungan tingkat kepatuhan


minum obat dengan kejadian rawat inap ulang pada pasien gagal jantung

25
26

kongestif diambil yang paling relevan dengan melihat tahun penelitian


yang terbaru sampai 10 tahun terakhir. Kemudian peneliti melakukan
telaah pada jurnal penelitian tersebut dan mencari persamaan, keleibihan
dan kekurangan pada tiap-tiap jurnal.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
4.1 Tabel ringkasan jurnal
No. Judul Peneliti Tujuan Populasi dan Metode Ha
Penelitian Sampel penelitian
1. Hubungan Nurul Untuk Populasi Metode Hasil
kepatuhan Hidayah, menganalisi penelitian ini penelitian ini korelas
penggunaan Eka Sakti s hubungan adalah semua Kuantitatif diperole
obat dengan Wahyuningt kepatuhan subjek yang dengan : 0,598
rehospitalis yas penggunaan sesuai dengan desain nilai p
asi pasien obat dengan kriteria yang Cross Kesimp
Congestive rehospitalis telah Sectional. dari uji
heart failure asi pasien ditentukan ini
di ICCU CHF di penulis di terdapa
ESUD Tidar ICCU RSUD ICCU RSUD hubung
Kota Tidar Kota Tidar Kota antara
Magelang Magelang. Magelang. penggu
(2018) Sampel dalam obat
penelitian ini rehospi
sejumlah 27 pasien
responden jantung
dengan teknik konges
pengambilan
sampel
consecutive
sampling.

2. Analisis Suci Untuk Populasi Jenis Hasil pe


faktor yang khasanah, mengetahui dalam penelitian ini ini
berhubunga Amin faktor-faktor penelitian ini adalah menunj

27
28

n dengan susanto, yang adalah seluruh kuantitatif bahwa


kejadian Rudiati. berhubunga pasien gagal dengan 33% re
rehospitalis n dengan jantung menggunak yang pa
asi pasien kejadian kongestif an desain minum
gagal rehospitalis dengan penelitian semuan
jantung asi pasien riwayat rawat yang bersifat (100%)
kongestif Congestive inap ulang dan korelasional. mengal
(2019) Heart sedang rehospi
Failure di dirawat di RS dalam 1
Rumah Islam ini pada
Sakit Islam Banjarnegara. kategor
Banjarnegar Sampel pada rendah
a. penelitian ini Semen
sebanyak 30 respond
responden yang tid
dengan teknik patuh m
pengambilan obat ter
sampel orang (
concecutive diantara
sampling. mengal
rehospi
pada ka
tinggi, y
lebih da
dalam 1
Hasil pe
ini
menunj
adanya
hubung
antara
29

kepatuh
minum
dengan
kejadia
rehospi
(p value
r -0,200
3. Gambaran Natalia Dwi Tujuan Populasi Jenis Hasil pe
kepatuhan Narjanah penelitian ini dalam penelitian ini didapat
pasien adalah penelitian ini adalah motivas
gagal untuk adalah pasien penelitian pengob
jantung mengetahui gagal jantung kuantitatif kurang
kongestif gambaran di RSUD dengan (56,3%
dalam kepatuhan Dr.Moewardi pendekatan Sehing
melakukan pasien Sukarta deskriptif. disaran
manajemen gagal sebanyak 117 kepada
pengobatan jantung pasien . keseha
di RDUD dalam Sampel pada untuk
Dr.Moeward melakukan penelitian ini memoti
i Surakarta manajemen sebanyak 60 membe
(2019) pengobatan responden edukas
yang diambil tentang
dengan manaje
menggunakan pengob
teknik pasien
accidental jantung
sampling. konges
sehingg
menceg
muncul
yang
30

mengak
rawat in
ulang.
4. Medicatio Zahid U Tujuan dari Populasi dari Jenis Terdap
n non- Rehman, penelitian ini penelitian ini penelitian ini 23,5%
adherenc Arsalan K adalah adalah pasien adalah dengan
e among Sissiqui, untuk rawat jalan kuantitatif pendidi
patients Musa menilai dengan dengan rendah
with heart Karim, Haris tingkat diagnosa desain tinggal
failure Majeed, kepatuhan gagal jantung penelitian pedesa
(2019) Muhammad minum obat di Karachi, Cross dengan
Hashim pada pasien Pakistan. sectional jantung
gagal Sampel tidak pa
jantung penelitian ini dalam
yang berjumlah 200 mengon
mengunjung orang. obat ya
i diresep
departemen Sehing
rawat jalan sangat
dari pusat untuk
perawatan menged
jantung di pasien
Karachi, penting
Pakistan. pengob
untuk
mempe
angka r
inap ula
resiko
komplik
5. Medication Pedro Tujuan dari Populasi pada Penelitian ini Respon
31

adherence pallangyo, penelitian ini penelitian ini menggunak dengan


and survival Jalack adalah adalah pasien an desain kepatuh
among Millinga, untuk dengan penelitian yang re
hospitalized Smita mengetahui diagnosa observasion menunj
heart failure bhalia, pola gagal jantung al dengan 70%
patients in a Zabella kepatuhan di RS Dar es pendekatan peningk
tertiary mkojera, minum obat Salam, kohort resiko r
hospital in Nsajigwa dan faktor Tanzania. prospektif. inap
Tanzania: a misidai, rawat inap Sampel pada dibandi
prospective Happiness J ulang penelitian ini dengan
cohort study swal, pasien sebanyak 459 respond
(2018) Naairah R gagal responden dengan
hemed, jantung di akan tetapi kepatuh
Alice RS Dar es pada saat yang tin
kaijage, Salam, penelitian (p= 0,0
Mohamed Tanzania. berlangsung
janabi. 40 responden
meninggal.
Sehingga
responden
menjadi 419.

B. Pembahasan

Tabel 4.2 Persamaan Jurnal

No Persamaan jurnal
32

1. Ada 2 jurnal yang memiliki tujuan yang sama yaitu mencari hubungan kepatuhan minum
obat dengan kejadian rawat inap ulang pada pasien gagal jantung:
1. Hubungan kepatuhan penggunaan obat dengan rehospitalisasi pasien Congestive
heart failure di ICCU RSUD Tidar Kota Magelang (2018)
2. Medication adherence and survival among hospitalized heart failure patient in a
tertiary hospital in Tanzania: a prospective cohort study (2020).

2. Terdapat 2 jurnal yang memiliki jenis penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional.
1. Hubungan kepatuhan penggunaan obat dengan rehospitalisasi pasien Congestive
heart failure di ICCU RSUD Tidar Kota Magelang (2018).
2. Medication non-adherence among patients with heart failure (2019).
3. Kelima jurnal menunjukkan hasil yang sama, yaitu ketidakpatuhan dalam penggunaan obat
dapat meningkatkan angka kejadian rawat inap ulang pada pasien gagal jantung kongestif.
4. Terdapat 2 jurnal dengan teknik pengambilan sampel yang sama yaitu consecutive
sampling:
1. Hubungan kepatuhan penggunaan obat dengan rehospitalisasi pasien Congestive
heart failure di ICCU RSUD Tidar Kota Magelang.
2. Analisis faktor yang berhubungan dengan kejadian rehospitalisasi pasien gagal
jantung kongestif.

Tabel 4.3 Kelebihan dan kekurangan jurnal

No. Jurnal penelitian Kelebihan Kekurangan


1. Hubungan kepatuhan • Pada pendahuluan • Pada abstrak tidak
penggunaan obat dengan penulis menjabarkan terdapat tujuan
rehospitalisasi pasien tentang penyakit gagal penelitian.
Congestive Heart Failure jantung kongestif, cara • Sampel pada
33

(CHF) di ICCU RSUD penanganannya dan penelitian ini termasuk


Tidar Kota Magelang mengenai rawat inap sedikit (27 responden).
(2018) ulang.
• Pada bahan dan
metode penelitian
penulis menjelaskan
mengenai populasi,
sampel, teknik
sampling, alat
pengumpulan data
hingga uji yang dipakai
pada penelitian ini.
• Pada hasil penulis
memaparkan hasil
penelitiannya dengan
lengkap dan terperinci
menggunakan tabel
yang memiliki
keterangan yang cukup
jelas sehingga pembaca
mudah untuk mengerti.
• Pada pembahasan
penulis menjelaskan
dengan mengaitkannya
dengan penelitian
terdahulu dan teori yang
sudah ada.

2. Analisis faktor yang • Abstrak pada penelitian • Penyajian hasil dan


berhubungan dengan ini ditulis dengan pembahasan sedikit
kejadian rehospitalisasi lengkap dan dalam 2 sulit untuk dimengerti
34

pasien gagal jantung bahasa (Indonesia dan karena hanya


kongestif (2019). Inggris) yang disertai menyajikan semua
dengan kata kunci. hasil dalam satu tabel
• Pendahuluan ditulis tidak dijabarkan
berdasarkan riset dan pervariabel.
teori dari berbagai
sumber.
3. Gambaran kepatuhan • Sampel penelitian • Pada abstrak
pasien gagal jantung banyak sehingga hasil penelitian tidak
dalam melakukan penelitian lebih akurat. terdapat populasi yag
managemen pengobatan • Hasil dan pembahasan diteliti, hasil uji statistik
di RSUD Dr.Moewardi penelitian dijelaskan penelitian tidak
Surakarta (2019). dengan baik dipaparkan dengan
menggunakan tabel dan angka hanya dengan
keterangan yang mudah kalimat.
dimengerti.
4. Medication non- • Pada metode penelitian • Pada abstrak peneitian
adherence among dijelaskan cara skoring tidak terdapat kata
patients with heart failure dan disertai dgn kunci dan populasi
(2019). kuisioner yang dipakai pada penelitian ini.
pada penelitian ini.
• Pembahasan disertai
dengan tabel dan
keterangan yang mudah
dimengerti.
5. Medication adherence • Hasil penelitian • Pada abstrak dalam
and survival among disajikan tidak hanya penelitian ini tidak
hospitalized heart failure dengan tabel tapi juga terdapat tujuan,
patients in a tertiary diagram dengan metode dan populasi.
hospital in Tanzania: a keterangan yang jelas.
prospective cohort study • Pada hasil penelitian
(2020). dijabarkan semua apa
35

yang terjadi saat


responden dalam
pengontrolan dan apa
saja yang dikontrol dari
responden.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil literature review 5 junal (3 jurnal nasional dan 2 jurnal
internasional), hubungan tingkat kepatuhan minum obat dengan
kejadian rawat inap ulang pada pasien gagal jantung kongestif
didapatkan kesimpulan bahwa kepatuhan minum obat atau
manajemen obat memiliki hubungan dengan kejadian rawat inap
ulang pada pasien gagal jantung kongestif. Maka dari itu petugas
kesehatan dan keluarga sangat memiliki peran yang penting dalam
pengawasan dan meningkatkan keinginan pasien untuk patuh
dalam meminum obat agar meminimalisir angka kejadian rawat
inap ulang.
B. Saran
1. Pelayanan Kesehatan

Hasil studi literature review ini merupakan masukan bagi


keperawatan medikal bedah khususnya kepada pelayanan ICCU
atau cardiac care center lainnya, diharapkan melalui penelitian
ini dapat memberikan pengawasan dan edukasi yang lebih
kepada psien tentang pentingnya untuk patuh dalam meminum
obat agar angka rawat inap ulang semakin kecil.

2. Institusi kesehatan

Penelitian studi literature ini diharapkan dapat berguna dan


menjadi sumber referensi untuk mengembangkan penelitian
yang berkaitan dengan keperawatan medikal bedah.

36
DAFTAR PUSTAKA

Asikin, M. d. (2016). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Kardiovaskular.


Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hidayah, & Wahyuningtias. (2018). Hubungan Kepauhan Penggunaan
Obat Dengan Rehospitalisasi Pasien CHF di ICCU RSUD Tidar
Kota Magelang.
Hidayah, N., & Wahyuningtyas, E. S. (2018). Hubungan Kepatuhan
Penggunaan Obat Dengan Rehospitalisasi Pasien Congestive
Heart Failure (CHF) Di ICCU RSUD Tidar Kota Magelang.
Kasron. (2018). Buku Ajar Gangguan Sistem Kardiovaskular . Yogyakarta:
Nuha Medika.
Kemenkes, R. (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar. Retrieved from
http:/www.kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f
00/files/hasil_riskesdas_2018_1274.pdf.
Kemenkes, R. (2019). Buku Pedoman Manajemen Penyakit Tidak
Menular. Retrieved from
http:/p2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbkVobjRzUDN3Ucs4eUJ0d
VBndz09/2019/03/Buku_Pedoman_Manajemen_PTM.pdf
Khasanah, S., & Rudiati, A. S. (2019). Analisis Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Rehospitalisasi Pasien Gagal Jantung Kongestif.
Koto. (2015). Gambaran Kepatuhan Pasien Gagal Jantung Dalam
Melakukan Managemen Pengobatan di RSUD Dr.Moewardi
Surakarta.
Loscalzo, J. (2015). Kardiologi Dan Pembuluh Darah. Jakarta: EGC.
Majid, A. (2010). Tesis Analisa Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Rawat Inap Ulang Pasien Gagal Jantung Kongestif di RS
Yogyakarta.
Maryanti, R. (2017). Hubungan Kepatuhan Minum Obat Terhadap
Peningkatan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi.
Notoadmojo. (2017). Metodologi Penelitan Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Notoadmojo, d. M. (2010). Analisa Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Rawat Inap Ulang Pasien Gagal Jantung Konestif
di RS Yogyakarta.
Nurjanah, N. D. (2019). Gambaran Kepatuhan Pasien Gagal Jantung
Dalam Melakukan Managemen Pengobatan Di RSUD Dr.Moewardi
Surakarta.
Nursalam. (2017). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Pallangyo, P., Millinga, J., Bhalia, S., Mkojera, Z., Misidai, N., Swai, H. J., .
. . Janabi, M. (2020). Medication Adherence And Survival Among
Hospitalized Heart Failure Patients In A Tertiary Hospital In
Tanzania: a prospective cohort study.
Rehman, Z. U., Siddiqui, A. K., Karim, M., Majeed, H., & Hashim, M.
(2019). Medication Non-Adherence Among Patients With Heart
Failure.
Saragi, S. (2011). Panduan Penggunaan Obat. Jakarta: Rosemata
Publisher.
Sarika. (2018). Hubungan Kepatuhan Penggunaan Obat Dengan
Rehospitalisasi Pasien Congestive Heart Failure di ICCU RSUD
Tidar Kota Magelang.
Sembiring, E. (2015). Hubungan Antara Kepatuhan Diet Rendah Garam,
Kepatuhan Minum Obat, Riwayat Hipertensi Dengan Kejadian
Rehospitaliasi Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif.
Setiadi. (2017). Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Siti, L. (2016). Farmakologi Dalam Keperawatan. Jakarta Selatan: Pusdik
SDM Kesehatan.
Smeltzer, S., Bare, B., Hinkle, J., & Cheeveer, K. (2016). Brunner and
Suddarth's Text Book Of Medical Surgical Nursing (11th ed). Anisa
Ulfa, dkk. Hubungan Kepatuhan Minum Obat Dengan Kejadian
Rawat Inap Ulang Pada Pasien Gagal Jantung KOngestif di RSU
Kab.Tangerang.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Syamsudin. (2011). Buku Ajar Farmakologi Kardiovaskular & Renal.
Jakarta: Salemba Medika.
Titik, R., Syafrimen, S., Ismail, W. S., & Rita, E. (2019). Teknik Menulis
Review Literatur Dalam Sebuah Artikel Ilmiah.
Wawan, A., & Dewi. (2017). Teori Dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap
dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuhamedika.
WHO. (2015). Worlf Health Statistic.
Lampiran
LEMBAR KONSULTASI
BIMBINGAN SKRIPSI
Nama : Anggi Soraya Agnesia Simatupang
Nim : P07520216005
Judul Skripsi : Literatur review: Hubungan Tingkat
Kepatuhan Minum Obat Dengan Kejadian
Rawat Inap Ulang Pada Pasien Gagal
Jantung Kongestif Tahun 2020
Nama Pembimbing : Marlisa,S.Kep.,Ns.,M.Kep

No. Hari/Tangg Materi Rekomendasi Paraf


al Bimbingan Pembimbing Pembimbing
1. Rabu, 11 Pengajuan Telaah jurnal dan
Desember judul kerjakan latar belakang
2019
2. Senin, 16 Acc judul Kerjakan bab 1-3
Desember
2019
3. Kamis, 06 Konsul bab 1 Revisi bab 1
Februari
2020
4. Rabu, 19 Konsul revisi Revisi bab 1 dan lanjut
Februari bab 1 mengerjakan bab 2
2020
5. Kamis, 27 Konsul revisi Revisi bab 1 dan 2, lanjut
Februari bab1 dan bab mengerjakan bab 3
2020 2
6. Jumat, 28 Konsul bab 1-3 Revisi bab 1-3
Februari
2020
7. Selasa, 03 Konsul bab 1-3 Revisi bab 1-3, lanjut
Maret 2020 mengerjakan kuisioner
8. Rabu, 04 Konsul bab 1-3 Revisi bab 1-3 dan
Maret 2020 dan kuisioner kuisioner
9. Jumat, 06 Konsul revisi Acc bab 1 dan 2, revisi
Maret 2020 bab 1-3 dan bab 3 dan kuisioner
kuisioner
10. Selasa, 10 Konsul revisi Acc bab 3 dan kuisioner
Maret 2020 bab 3 dan
kuisioner
11. Senin, 16 Konsul Revisi bab 3 dan daftar
Maret 2020 perbaikan pustaka
proposal
setelah
sempro
12. Rabu, 18 Konsul revisi Acc perbaikan proposal
Maret 2020 bab 3 dan lanjut mengerjakan studi
daftar pustaka literatur
13. Jumat, 03 Konsul jurnal Perbaikan studi literatur
April 2020 studi literature
14. Rabu, 15 Konsul Perbaikan studi literatur
April 2020 perbaikan
studi literatur
15. Senin, 27 Konsul telaah Perbaikan telaah
April 2020 studi literatur
16. Selasa, 05 Konsul Perbaikan telaah dan
Mei 2020 perbaikan penulisan
telaah studi
literatur
17. kamis, 21 Konsul Perbaikan penulisan studi
Mei 2020 perbaikan literatur
telaah studi
literatur
18. Rabu, 10 Konsul Acc studi literatur
Juni perbaikan
penulisan studi
literatur
19. Selasa, 23 Konsul revisi Perbaikan revisi studi
Juni 2020 setelah sidang literature

20. Jumat, 26 Konsul revisi Acc revisi studi literatur


Juni 2020 studi literature

Anda mungkin juga menyukai