Anda di halaman 1dari 19

TIARA YUNIKA WULANDARI P27820118067

AYU NOVITA FEBRIYANTI P27820118081


PENGKAJIAN
BIODATA
Menurut jurnal (Zamri, 2019) Pasien dengan HHS, umumnya berusia lanjut, sering tidak ada riwayat
DM, dan pasien DM tipe 2 yang dapat pengaturan diet dan atau obat hipoglikemik oral. Sering juga
dijumpai pada penggunaan obat yang dapat meningkatkan gula darah, seperti diuretik.

Kejadian Diabetes Melitus terus meningkat, data dari International Diabetes Federation dalam jurnal
(Oktaliani & Zamri, 2019) menunjukkan pada tahun 2015, 415 juta orang dewasa menderita DM di
dunia dan jumlahnya diperkirakan akan meningkat menjadi 642 juta pada 2040 Pada tahun 2015
Indonesia menempati peringkat tertinggi ke tujuh di dunia. Diabetes dengan komplikasi merupakan
penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia. Komplikasi akut dari diabetes melitus adalah
Ketoasidosis Diabetik (KAD) dan Hyperosmolar Hyperglycaemic State (HHS)

Zamri, A., 2019. DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN HYPEROSMOLAR HYPERGLYCEMIC STATE (HHS). JMJ, Volume 7 Nomor 2, pp. 151 - 160.
Oktaliani, R. & Zamri, A., 2019. Hyperosmolar Hyperglycemic State (HHS). Volume 7 No 1, pp. 50-55.
PENGKAJIAN
2. Pengkajian Primer (Primary survey)
a)A (Airway)
Kemungkinan ada sumbatan jalan nafas yang mungkin terjadi karena adanya penurunan kesadaran/koma sebagai akibat dari gangguan
transport oksigen ke otak
b)B (Breathing)
Ada takipnea sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan oksigen
c)C (Circulation).
Akibat diuresis osmotic, klien mengalami dehidrasi. Visikositas darah juga mengalami peningkatan yang berdampak pada resiko
terbentuknya thrombus. Thrombus tersebut dapat menyebabkan tidak adekuatnya perfusi organ.
d)D (Disability)
Ada kemungkinan penurunan kesadaran(Tasmania, 2019) Tasmania, N., 2019. ASKEP KAD, HHNK, HIPOGLIKEMIA. [Online]
Available at: https://id.scribd.com/document/401360692/ASKEP-KAD-HHNK-HIPOGLIKEMIA
[Accessed 25 September 2020].
Jika hasil manajemen ABC menunjukkan kondisi stabil, perlu dilakukan pengkajian lain dengan pendekatan head to
toe. Hasil pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan sebagai berikut

1.Neurologi : Kesadaran stupor, lemah, disorientasi, kejang, reflek normal / menurun/ tidak ada

2.Pulmonary : Takipnea, dispnea, nafas tidak bau keton

3.Kardiovaskuler :Takikardia, hipotensi postural, penyakit kardiovaskuler (Hipertensi, chf), CRT >3detik

4.Renal : Poliuria (tahap awal), oliguria (tahap lanjut), nocturia, inkontinensia.

5.Integument :Membrane mukosa dan kulit kering, turgor kulit tidak elastic, mempunyai infeksi kulit, luka sulit
sembuh.

6.Gastrointestinal : Distensi abdomen dan penurunan bising usus (Tasmania, 2019)


Tasmania, N., 2019. ASKEP KAD, HHNK, HIPOGLIKEMIA. [Online]
Available at: https://id.scribd.com/document/401360692/ASKEP-KAD-HHNK-HIPOGLIKEMIA
[Accessed 25 September 2020].
Keluhan Utama Riwayat penyakit saat ini

Biasanya klien dengan HHNK Hyperosmolar Hyperglycemic State (HHS)


mengeluh merasa lemah, gangguan merupakan kasus yang jarang dan komplikasi
penglihatan, atau kaki kejang, dapat pula emergensi akut dari pasien diabetes melitus
ditemukan keluhan mual dan muntah, namun tipe 2, dengan karakteristik hiperglikemi,
lebih jarang jika dibandingkan dengan KAD. hiperosmolar dan dehidrasi atau tidak adanya
Kadang, pasien datang dengan disertai ketoasidosis (Oktaliani & Zamri, 2019)
keluhan saraf, disorientasi, hemiparesis,
kejang atau koma. (Zamri, 2019)
Zamri, A., 2019. DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN HYPEROSMOLAR HYPERGLYCEMIC STATE (HHS). JMJ, Volume 7 Nomor 2, pp. 151 - 160.
Oktaliani, R. & Zamri, A., 2019. Hyperosmolar Hyperglycemic State (HHS). Volume 7 No 1, pp. 50-55.
Riwayat penyakit dahulu

HHS merupakan gangguan metabolic akut yang ditandai dengan hiperglikemia, hiperosmolaritas, dan dehidrasi tanpa
adanya ketoasidos. Faktor pencetus krisis hiperglikemia ini antara lain infeksi (pneumonia, infeksi saluran kencing,
sepsis), penyakit vaskular akut, trauma, luka bakar, hematom subdural, kelainan gastrointestinal, obat-obatan. (Oktaliani &
Zamri, 2019)

Pasien HHS jarang mengalami ketoasidosis. Faktor yang diduga ikut berpengaruh antara lain adalah keterbatasan
ketogenosis karena keadaan hiperosmolar, kadar asam lemak bebas yang rendah untuk ketogenosis. Ketersediaan insulin
yang cukup hanya menghambat ketogenosis namun tidak cukup untuk mencegah hiperglikemia (Zamri, 2019)

Riwayat penyakit keluarga


Pasien dengan HHS sering tidak ada riwayat DM dalam anggota keluarganya (Zamri, 2019)

Zamri, A., 2019. DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN HYPEROSMOLAR HYPERGLYCEMIC STATE (HHS). JMJ, Volume 7 Nomor 2, pp. 151 - 160.
Oktaliani, R. & Zamri, A., 2019. Hyperosmolar Hyperglycemic State (HHS). Volume 7 No 1, pp. 50-55.
Pengkajian Activity Daily Living (ADL) data yang mungkin muncul adalah sebagai
berikut :
1) Persepsi manajemen Kesehatan
Memiliki Riwayat diabetes melitus tipe 2, ada keluarga yang memiliki Riwayat penyakit dm, gejala yang timbul
beberapa hari/ minggu
2) Nutrisi-metabolik
Biasanya klien merasa haus yang meningkat/ polidipsi, anoreksia, dan berat badannya turun
3) Eliminasi
Biasanya klien HHNK mengalami polyuria, nocturia, diare/ konstipasi
4) Aktivitas- exercise
Biasanya klien HHNK merasa Lelah dan lemah
5) Kognitif
Biasanya klien HHNK merasa kepalanya pusing, hipotensi orthostatic, penglihatannya kabur, dan mengalami
gangguan sensorik
Oktaliani, R. & Zamri, A., 2019. Hyperosmolar Hyperglycemic State (HHS). Volume 7 No 1, pp. 50-55.
Dilakukan pengkajian fisik :
a.Keadaan umum :
penurunan tingkat kesadaran (Barbara, 1999)

b.Tanda-tanda Vital :
1)Tekanan Darah menurun
2)Peningkatan suhu
3)Pernapasan normal tanpa pernapasan aseton (Barbara, 1999)

c.Pemeriksaan Head to toe


Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda dehidrasi berat seperti turgor yang buruk, mukosa pipi
yang kering, mata cekung dan perabaan ektremitas yang dingin serta denyut nadi yang cepat dan
lemah. Dapat pula ditemukan peningkatan suhu tubuh yang tak terlalu tinggi, dapat pula dijumpai
distensi abdomen yang membaik setelah rehidrasi adekuat. (Zamri, 2019)

Barbara, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. 3nd ed. Jakarta: EGC.
Zamri, A., 2019. DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN HYPEROSMOLAR HYPERGLYCEMIC STATE (HHS). JMJ, Volume 7
Nomor 2, pp. 151 - 160.
Pemeriksaan Penunjang
1) Kadar gula darah >600 mg/dl

2) Kadar bikarbonat > 15 mEq/L

3) Ketonuria/ ketonemia s/d ±

4) Osmolalitas serum efektif ≥320 mOsm/kg

5) Derajat dehidrasi (rerata) Berat

6) pH > 7,3

7) Anion Gap Normal (Trihono, et al., 2012)

Trihono, P. P. et al., 2012. Kegawatan pada Bayi dan Anak. 1nd ed. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan
FKUI-RSCM.
Penatalaksanaan

Tujuan terapi awal adalah rehidrasi intravena secara agresif sehingga dapat mengembalikan perfusi perifer. Pada HHS sebagian besar terjadi
kehilangan elektrolit seperti natrium, klorida, dan kalium, sehingga cairan basa yang harus digunakan adalah larutan natrium klorida 0,9%
dengan kalium ditambahkan sesuai kebutuhan. (Zamri, 2019)

Prinsip terapi HHS adalah: 

1) Rehidrasi Intravena Agresif

2) Penggantian elektrolit

3) Insulin Intravena
Zamri, A., 2019. DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN HYPEROSMOLAR
4) Manajemen komplikasi dan komorbid HYPERGLYCEMIC STATE (HHS). JMJ, Volume 7 Nomor 2, pp. 151 - 160.
Dokter Post, 2015. Diagnosis dan Terapi Krisis Hiperglikemia (3): Terapi HHS.
[Online]
5) Pencegahan Available at: http://dokterpost.com/terapi-hyperosmolar-hyperglycemic-state/
[Accessed 23 September 2020].
Pathway

Tasmania, N., 2019. ASKEP KAD, HHNK, HIPOGLIKEMIA. [Online]


Available at: https://id.scribd.com/document/401360692/ASKEP-KAD-HHNK-
HIPOGLIKEMIA
[Accessed 25 September 2020].
DIAGNOSA
1. Hipovolemia b.d Kehilangan Cairan Aktif (D.0023)

2. Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit b.d Ketidakseimbangan Cairan (D.0037)

3. Ketidakstabilan Kadar Glukosa dalam Darah b.d Gangguan Toleransi Glukosa Darah (D.0027)

PPNI, T. P., 2016. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.
INTERVENSI
Hipovolemia b.d Kehilangan Cairan Aktif 1. Periksa tanda dan gejala hipovolume (nadi, RR, TD, tugior kulit dll..)

(D.0023) R : untuk memonitor vital klien dan memberikan intervensi secara berkala

2. Monitor intake output klien


Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama
3x24 jam maka diharapkan status cairan R : untuk menormal kan antara input dan output klien
membaik 3. Berikan posisi modiffed tendelenburg

Kriteria Hasil R : membantu untuk melancarkan peredaran darah klien

4. Berikun asupan cairan oral


1. Kekuatan nadi meningkat
R : membantu memenuhi cairan klien secara alami, dan menghindari dehidrasi yang
2. Turgor kulit meningkat lebih berat

5. Kolaborasi pebemberian cairan isotonis dan hipotonis


3. Frekuensi nadi membaik
PPNI, T. P., 2016. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi I. Jakarta: R
DPP: mempertahankan
PPNI. komponen cairan intraseluler klien.
PPNI, T. P., 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi I Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P., 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi I Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.
Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit b.d
Ketidakseimbangan Cairan (D.0037) 1. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
R : untuk mengetahui keadaan klien
Tujuan : setelah dilakukan intervensi selama 2. Monitor hasil pemeriksaan serum
3x24 jam maka diharapkan keseimbangan R : untuk mengetahui berapa serum dalam tubuh klien
elektrolit meningkat 3. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi
Kriteria Hasil
pasien
R : untuk mengecek keseimbangan elektrolit secara berkala
1. Serum natrium membaik 4. Informasikan hasil pemantauan ke keluarga klien
R : agar keluarga klien mengetahui keadaan klien
2. Serum kalium membaik

3. Serum klorida membaik


PPNI, T. P., 2016. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P., 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi I Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P., 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi I Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.
3. Ketidakstabilan Kadar Glukosa dalam Darah 1. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
b.d Gangguan Toleransi Glukosa Darah (D.0027) R : Untuk mengetahui tanda gejala hiperglikemi
2. Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama
meningkat
3x24 jam maka diharapkan Kestabilan kadar
R : untuk mengetahui apakah penyakit klien kambuh
glukosa darah meningkat 3. Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala
Kriteria Hasil hiperglikemi tetap ada atau memburuk
R: untuk mengetahui apa Tindakan yang harus dilakukan
1. Kadar glukosa dalam darah membaik jika semakin memburuk
4. Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
2. Mulut kering menurun
R : untuk mengembalikan cairan tubuh klien

PPNI, T. P., 2016. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P., 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi I Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P., 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi I Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.
Implementasi
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplimentasikan intervensi keperawatan dalam rangka
membantu klien untuk mencegah, mengurangi dan menghilangkan dampak atau respons yang ditimbulkan
oleh masalah keperawatan dan kesehatan. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi
yang telah dibuat dan tidak menutup kemungkinan jika melaksanakan tindakan keperawatan tidak sesuai
dengan intervensi (memodifikasi) bergantung dengan kondisi klien.

Kozier, 2011. Fundamental Keperawatan (Konsep, Proses dan Praktik). Jakarta: EGC.
Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian hasil dari proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh
keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah
ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan
dan evaluasi itu sendiri.

Ali, Z., 2009. Dasar - Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC.


Pembagian Tugas
TIARA YUNIKA WULANDARI :

1. Data objektif sampai dengan intervensi keperawatan 1 keperawatan

2. Implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan

AYU NOVITA FEBRIYANTI :

3. Identitas sampai dengan data subjektif

4. Intervensi keperawatan 2 dan 3


Daftar Pustaka
Ali, Z., 2009. Dasar - Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC.
Barbara, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. 3nd ed. Jakarta: EGC.
Dokter Post, 2015. Diagnosis dan Terapi Krisis Hiperglikemia (3): Terapi HHS. [Online]
Available at: http://dokterpost.com/terapi-hyperosmolar-hyperglycemic-state/
[Accessed 23 September 2020].
Kozier, 2011. Fundamental Keperawatan (Konsep, Proses dan Praktik). Jakarta: EGC
Oktaliani, R. & Zamri, A., 2019. Hyperosmolar Hyperglycemic State (HHS). Volume 7 No 1, pp.
50-55.
PPNI, T. P., 2016. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P., 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi I Cetakan II. Jakarta: DPP
PPNI.
PPNI, T. P., 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi I Cetakan II. Jakarta: DPP
PPNI.
Tasmania, N., 2019. ASKEP KAD, HHNK, HIPOGLIKEMIA. [Online]
Available at: https://id.scribd.com/document/401360692/ASKEP-KAD-HHNK-HIPOGLIKEMIA
[Accessed 25 September 2020].

Anda mungkin juga menyukai