Anda di halaman 1dari 11

PERBANDINGAN TERAPI MUSIK KLASIK DAN GENGGAM JARI

TERHADAP PENURUNAN NYERI POST OPERASI APPENDIKTOMY

Rinda Anugrah Wati¹˟, Yuli Widyastuti², Nurul Istiqomah³


¹Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan, ITS PKU Muhammadiyah Surakarta
²³Dosen Program Studi DIII Keperawatan, ITS PKU Muhammadiyah Surakarta
˟Email: rindaanugrah1@gmail.com

Kata Kunci Abstrak

Genggam Jari, Latar Belakang: Appendiktomy merupakan tindakan pembedahan yang


Nyeri, dilakukan untuk memotong jaringan apendiks yang mengalami peradangan.
Post Operasi Appendiktomy dapat menyebabkan terjadinya kontinuitas jaringan tubuh dan
Appendiktomy, nyeri pada sistem saraf tepi. Manajemen nyeri non farmakologi dapat
Terapi Musik menggunakan terapi musik klasik dan genggam jari. Studi pendahuluan yang
Klasik dilakukan di RSUD Kab. Karanganyar didapatkan angka kejadian
appendiktomy pada bulan Juli-September 2019 sebanyak 48 pasien. Tujuan:
Mengetahui perbandingan terapi musik klasik dan genggam jari terhadap
penurunan nyeri post operasi appendiktomy. Metode penelitian: Quasi
experiment design dengan two group comparison pretest-posttest design,
dengan teknik pengambilan sampel ialah accidental sampling. Uji normalitas
dengan shapiro-wilk test dan teknik analisis menggunakan uji wilcoxon dan
mann-whitney. Hasil: Berdasarkan uji wilcoxon pada kelompok terapi musik
klasik dan genggam jari didapatkan nilai p sebesar 0,038, karena nilai
p<0,05 maka ada perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah diberikan
terapi musik klasik dan genggam jari. Uji mann-whitney pada kelompok pre-
test didapatkan nilai p masing-masing yaitu 0,650, karena nilai p>0,05 maka
dapat disimpulkan tidak ada perbedaan bermakna penurunan skala nyeri
pada pasien post operasi appendiktomy yang diberikan genggam jari dan
musik klasik. Kesimpulan: Pemberian terapi musik klasik dan genggam jari
sama-sama efektif dalam penurunan nyeri post operasi appendiktomy.

COMPARISON OF CLASSICAL MUSIC THERAPY AND FINGER


CLOTHING ON THE DECREASE OF APPENDICTOMY PAIN OPERATIONS
Keywords Abstract

Classical Background: Appendectomy is a surgical procedure performed to bypass the


Music inflamed appendix tissue. Appendectomy can cause continuity of body tissue
Therapy, and pain in the peripheral nervous system. Non pharmacological pain
Finger management can use classical music therapy and finger grasping.
Grasping, Preliminary studies conducted at the District Hospital. Karanganyar
Pain, obtained the incidence of appendictomy in July-September 2019 as many as
Post 48 patients. Objective: To find out the comparison of classical music therapy
Appendektomy and finger grasping for post operative appendectomy pain reduction.
Surgery Research methods: Quasi experiment design with two group comparison
pretest-posttest design, with sampling technique is accidental sampling.
Normality test with shapiro-Wilk test and analytical technique using
Wilcoxon and Mann-Whitney test. Results: Based on the Wilcoxon test in the
classical music therapy group and the finger grip the p value was 0.038,
because the p value <0.05, there was a difference in pain intensity before and
after classical music therapy and the finger grip. The mann-whitney test in
the pre-test group obtained a p value of 0.650 each, because the p value>

1
0.05, it can be concluded that there was no significant difference in the
decrease in pain scale in post operative appendectomy patients who were
given a finger grip and classical music. Conclusion: The administration of
classical music therapy and finger grasping were equally effective in
decreasing appendectomy postoperative pain.

1. PENDAHULUAN kesembuhan pasien dan menghambat


World Health Organisation (WHO) kemampuan pasien untuk beraktifitas serta
(2010) menyatakan kejadian apendisitis dapat meningkatkan risiko komplikasi
didunia cukup tinggi. Angka kematian akibat imobilisasi. Nyeri akut yang tidak
akibat apendisitis mencapai 21.000 jiwa, terkontrol akan menyebabkan hospitalisasi
populasi laki-laki 11.000 jiwa dan 10.000 yang lebih lama, karena pasien masih
jiwa pada perempuan. Sebanyak 596.132 terfokus terhadap upaya mengatasi nyeri
orang (3,36%) di Indonesia dilaporkan (Potter and Perry, 2014). Appendiktomy
menderita apendisitis pada tahun 2016, dan dapat menyebabkan terjadinya perubahan
mengalami peningkatan menjadi 621.435 kontinuitas jaringan tubuh dan nyeri pada
(3,35%) pada tahun 2017 (Kemenkes, sistem saraf tepi (Jamaludin & Ulya, 2017).
2017). Jumlah kasus apendisitis di Jawa Nyeri post operasi dapat diatasi
Tengah sebanyak 1.355 dan 190 dengan intervensi manajemen nyeri yaitu
diantaranya menyebabkan kematian dengan pemberian terapi farmakologi dan
(Dinkes Jateng, 2014). non farmakologi. Terapi farmakologi
Apendisitis adalah radang pada usus menekankan pada pemberian obat yang
buntu atau organ yang berbentuk kerucut mampu menghilangkan sensasi nyeri
memanjang (6-9 cm) dengan pangkal (Rosdahl & Kawalski, 2011). Terapi non
terletak pada bagian sekum (Handaya, farmakologi adalah terapi untuk
2017). Apendisitis merupakan kondisi menghilangkan nyeri dengan menggunakan
dimana infeksi terjadi di umbai cacing dan teknik manajemen nyeri seperti: pemijatan,
dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa kompres hangat dan dingin, terapi musik,
perawatan, tetapi banyak kasus imajinasi terbimbing, hipnosis dan teknik
memerlukan laparatomi dengan relaksasi; seperti tarik napas dalam
penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. (Bulechek, dkk, 2013). Salah satu terapi
Angka kematian cukup apabila tidak non farmakologis untuk mengurangi nyeri
terawat, dikarenakan oleh peritonitis adalah dengan mendengarkan musik klasik
(peradangan peritoneum, biasanya (Endarto, 2014). Penelitian yang dilakukan
disebabkan oleh penyebaran infeksi dari oleh Djamal, dkk menunjukkan bahwa
organ abdomen berfurasi apendiks atau musik klasik efektif dalam menurunkan
saluran cerna atau luka tembus abdomen) nyeri (Djamal, dkk, 2015).
dan shock ketika umbai cacing yang Terapi musik merupakan salah satu
terinfeksi hancur (Nuari, 2015). tindakan untuk mengatasi nyeri, individu
Apendisitis dapat diobati dengan yang mengalami kesakitan akan merasa
pembedahan atau appendiktomy yaitu rileks saat mendengarkan musik. Musik
pemotongan untuk membuang apendiks memberikan distraksi dan disasosiasi opiate
yang meradang. Selain itu, biasanya endogen dibeberapa fosi didalam otak,
penderita juga diberi antibiotik termasuk hipotalamus dan system limbik
(Prihaningtyas, 2014). Appendiktomy (Joyce & Hawks, 2014). New Zealand
merupakan suatu tindakan invansif Society for Music Therapy (NZSMT)
membuka bagian tubuh yang akan menyatakan bahwa terapi musik terbukti
ditangani dengan membuat sayatan pada efektivitasnya untuk implementasi pada
pembedahan appendiktomy terbuka, insisi bidang kesehatan, karena musik dapat
Mc Burney paling banyak dipilih oleh ahli menurunkan kecemasan, nyeri, stress, dan
bedah. Nyeri setelah operasi termasuk ke menimbulkan mood yang positif
dalam nyeri akut yang dapat mengancam (Economidou, 2012).

2
Hasil penelitian Djamal, dkk (2015), sebagai pengurangan nyeri. Berdasarkan
tentang pengaruh terapi musik klasik latar belakang diatas, maka penulis tertarik
terhadap skala nyeri pada pasien fraktur untuk menyusun karya tulis ilmiah yang
menunjukkan adanya perbedaan nilai rata- berjudul “Perbandingan Terapi Musik
rata atau mean pada pre dan post dengan Klasik Dan Genggam Jari Terhadap
perlakuan terapi musik klasik terhadap Penurunan Nyeri Post Operasi
penurunan intensitas nyeri pada kelompok Appendiktomy”.
eksperimen dengan mean sebelum
diberikan terapi musik klasik yang berarti 2. METODE PENELITIAN
terdapat pengaruh terapi musik terhadap Penelitian ini merupakan jenis
penurunan intensitas nyeri. penelitian kuantitatif dengan menggunakan
Teknik relaksasi genggam jari desain penelitian studi penelitian
merupakan cara yang mudah untuk
eksperimen semu (quasi eksperiment
mengelola emosi dan mengembangkan
kecerdasan emosional. Terdapat saluran design). Desain penelitian yang digunakan
atau meridian energy di sepanjang jari-jari adalah two group comparison pretest-
yang terhubung dengan berbagai organ dan postest design. Penelitian ini dilakukan di
emosi (Puwahang, 2011). Keadaan RSUD Kab. Karanganyar pada bulan
relaksasi secara alamiah akan memicu Februari-Maret 2020.
pengeluaran hormon endorfin atau hormon Sampel dalam penelitian ini adalah
analgesik alami dari tubuh sehingga nyeri
10 responden dengan perbandingan 5
akan berkurang (Prasetyo, 2010). Penelitian
yang dilakukan oleh Pinandita, dkk, responden terapi musik klasik dan 5
menunjukkan bahwa relaksasi genggam responden genggam jari. Teknik sampling
jari efektif dalam mengurangi nyeri dalam penelitian ini adalah non probability
(Pinandita, dkk, 2012). sampling dengan teknik accidental
Hasil penelitian oleh Aini, dkk sampling dengan kriteria hasil:
(2017), tentang pengaruh teknik relaksasi 1) Kriteria inklusi
genggam jari terhadap penurunan tingkat
a) Pasien post operasi appendiktomy
nyeri pasien post operasi appendiktomy
hari ke-2.
menunjukkan bahwa sebelum diberikan
b) Pasien post operasi appendiktomy
perlakuan teknik relaksasi genggam jari
yang mengalami nyeri sedang dan
responden yang mengalami nyeri
ringan.
menyusahkan sebanyak (50%), nyeri
c) Pasien post operasi appendiktomy
mengganggu (40%), nyeri hebat (10%).
laki-laki maupun perempuan.
Hasil yang didapatkan setelah diberikan
d) Pasien post appendiktomy yang
perlakuan teknik relaksasi genggam jari
bersedia menjadi responden.
responden yang mengalami nyeri ringan
e) Pasien post operasi appendiktomy
sebanyak (23,3%), nyeri mengganggu
yang mampu berkomunikasi
(63,3%), nyeri menyusahkan (13,3%).
dengan baik.
Studi pendahuluan yang dilakukan
f) Pasien post operasi appendiktomy
oleh peneliti pada tanggal 28 Oktober 2019
yang tidak mengalami gangguan
di RSUD Karanganyar didapatkan hasil
pendengaran.
dari rekam medis selama 3 bulan terakhir
g) Pasien sadar penuh.
yaitu Juli-September 2019 didapatkan
2) Kriteria Eksklusi
jumlah data appendiktomy sebanyak 48
a) Pasien yang tidak mau menjadi
orang dibagi 27 perempuan dan 21 laki-
responden.
laki. Berdasarkan wawancara dengan
b) Pasien yang tidak menyukai musik
perawat didapatkan pasien hanya dilakukan
klasik.
tindakan pengurangan nyeri dengan
c) Pasien yang mengalami komplikasi
menggunakan analgesik dan jarang yang
apendisitis seperti abses dan
menggunakan teknik non farmakologis
perforasi.
seperti genggam jari dan musik klasik

3
Variabel dalam penelitian ini terdiri Tabel 1. menunjukkan bahwa
dari variabel bebas yaitu terapi musik responden berdasarkan usia terbanyak
klasik dan genggam jari dan variabel terikat adalah usia dewasa awal dengan
yaitu penurunan nyeri. Teknik rentang 26-35 tahun sebanyak 4
pengumpulan data pada penelitian ini responden (40%). Pekerjaan terbanyak
adalah observasi adalah swasta dan petani sebanyak 3
Analisa data dilakukan dengan responden (30%), sedangkan berdasarkan
menggunakan program SPSS for Windows pengalaman operasi sebagian besar adalah
versi 19.0. Data dianalisis secara statistik 1 kali yakni 8 responden (80%).
dengan proses sebagai berikut: analisis
univariat bertujuan untuk menjelaskan b) Distribusi Frekuensi Nyeri Sebelum
karakteristik setiap variabel.dan analisis dan Sesudah Terapi Musik Klasik dan
bivariat merupakan analisa yang dilakukan Geggam Jari
terhadap dua variabel yang diduga Distribusi frekuensi intensitas nyeri
berhubungan atau berkorelasi. Hasil pretest pre-test dan post-test kelompok terapi
dan posttest dari masing-masing metode musik klasik dan genggam jari dapat dilihat
dianalisis dengan menggunakan uji di tabel 2 berikut:
wilxocon kemudian dilakukan uji mann
whitney untuk mengetahui perbedaan Tabel 2. Distribusi Frekuensi Intensitas
variabel tidak berpasangan yaitu musik Nyeri Sebelum dan Sesudah Terapi
klasik dan genggam jari. Musik Klasik dan Genggam Jari
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Penelitian Vari N Me Med Mo S M M
3.1.1 Analisis Univariat abel an ian de D in ax
a) Karakteristik Responden Pre- 5 5,4 6,00 6 ,8 4 6
Karakteristik responden berdasarkan usia, MK 0 94
pekerjaan, dan pengalaman operasi dapat Post- 5 3,0 3,00 3 ,7 2 4
dilihat pada tabel 1. berikut: MK 0 07
Pre- 5 5,4 5,00 5 ,5 5 6
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik
GJ 0 48
Responden (n=10)
Post- 5 2,8 3,00 2 ,8 2 4
Variabel Frekuens Presentase (%) GJ 0 37
i (f)
Usia Tabel 2. menunjukkan bahwa nilai
17-25 tahun 1 10 mean nyeri sebelum diberikan terapi musik
26-35 tahun 4 40 klasik dan genggam jari masing-masing
sebesar 5,40 dimana intensitas nyeri yang
36-45 tahun 1 10
dirasakan berada di skala sedang. Setelah
46-55 tahun 3 30
diberikan terapi musik klasik dan genggam
56-65 tahun 1 10 jari adalah 3,00 dan 2,80 dimana intensitas
Pekerjaan nyeri yang dirasakan berada di skala
Mahasiswa 1 10 ringan.
PNS 1 10
Swasta 3 30 3.1.2 Analisa Bivariat
Buruh 2 20 Analisis bivariat\ dalam penelitian ini
Petani 3 30 untuk mengetahui perbandingan terapi
Pengalaman musik klasik dan genggam jari terhadap
Operasi penurunan nyeri post operasi
1 kali 8 80 appendiktomy. Sebelum dilakukan uji
2 kali 2 20 analisis, dilakukan uji normalitas data
dengan menggunakan uji shapiro-wilk.

4
Hasil dari uji normalitas didapatkan hasil Variabel n P
yaitu: uji normalitas data pre-test dan post- Post-test kelompok 5 0,650
test kelompok musik klasik p=0,046 dan musik klasik
0,325, uji normalitas data pre-test dan post- Post-test kelompok 5
test kelompok genggam jari p=0,006 dan genggam jari
0,314, karena nilai p pre-test <0,05 maka
data berdistribusi normal. Sehingga teknik Tabel 4. menunjukkan bahwa
analisa yang digunakan adalah uji statistik perbandingan nyeri post-test kelompok
non parametrik dengan menggunakan terapi musik klasik dan genggam jari pada
wilxocon untuk menguji variabel pasien post operasi appendiktomy diperoleh
berpasangan yaitu pre-test dan post-test nilai p yaitu 0,650, karena p>0,05 maka
kelompok musik klasik dan genggam jari. diambil kesimpulan Ho diterima sehingga
Uji yang dilakukan untuk mengetahui disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
perbedaan variabel tidak berpasangan yaitu bermakna skala nyeri setelah diberikan
musik klasik dan genggam jari dengan terapi musik klasik dan genggam jari.
menggunakan uji mann-whitney.
a) Uji Wilcoxon 3.2 Pembahasan
Hasil analisa uji perbedaan 2 Karakteristik responden dalam
kelompok berpasangan pre-test dan post- penelitian ini membahas tentang usia,
test baik terapi musik klasik maupun pekerjaan, dan pengalaman operasi.
genggam jari dapat dilihat di tabel 3. Kelompok usia terbanyak dalam penelitian
berikut: ini adalah usia dewasa awal. Usia
mempengaruhi tingkat kesehatan seseorang
Tabel 3. Hasil Uji Wilcoxon Kelompok dimana dimana penyakit lebih banyak
Terapi Musik Klasik dan Genggam Jari terjadi pada kalangan dewasa. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Dani & Calista, (2013) tentang
Kelompok Z P karakteristik penderita apendisitis, dari
Pre-Test – Post-Test -2,070 0,038 penelitian tersebut didapatkan bahwa
MK kelompok usia terbanyak adalah pada
Pre-Test – Post-Test -2,070 0,038 kategori dewasa awal. Hal ini juga sesuai
GJ dengan teori Gearhart & Silen, (2013)
bahwa insiden puncak apendisitis ialah
Tabel 3. menunjukkan bahwa nilai p pada dekade kedua dan ketiga kehidupan.
sebelum dan sesudah dilakukan terapi Mayoritas pekerjaan responden
musik dan genggam jari sebesar 0,038 dalam penelitian ini adalah swasta dan
karena nilai p <0,05 maka dapat petani. Hal ini sesuai dengan penelitian
disimpulkan bahwa ada perbedaan yang dilakukan oleh Gearhart & Silen,
intensitas nyeri sebelum dan sesudah (2013) yang menyatakan karyawan swasta
diberikan terapi musik klasik dan genggam memiliki presentase paling banyak daripada
jari. pekerjaan lainnya seperti pedagang dan
buruh, hal ini dapat terjadi karena
b) Uji Mann-whitney apendisitis lebih sering mengenai kelompok
Hasil analisa uji perbedaan 2 dengan sosial ekonomi menengah keatas
kelompok tidak berpasangan pre-test dan seperti karyawan swasta karena berkaitan
post-test terapi musik klasik dan genggam dengan diet rendah serat.
jari dapat dilihat di tabel 4. berikut: Berdasarkan pengalaman operasi
sebagian besar responden baru pertama kali
Tabel 4. Hasil Uji Mann-Whitney menjalani operasi. Individu yang belum
Kelompok Post-Test pernah mengalami operasi dapat
dimungkinkan koping terhadap nyeri pasca
operasi menjadi tidak bagus dan individu

5
yang pernah mengalami nyeri sebelumnya nyeri terhambat dan berkurang (Pinandita,
akan lebih siap dan mudah mengantisipasi 2012).
nyeri daripada responden yang mempunyai Nyeri merupakan suatu kondisi
pengalaman sedikit tentang nyeri (Prasetyo, berupa perasaan tidak menyenangkan
2010). bersifat subjektif karena perasaan nyeri
Hasil penelitian diketahui terdapat berbeda pada setiap orang dalam hal skala
penurunan nyeri setelah dilakukan terapi atau tingkatannya (Hidayah & Uliyah,
musik klasik terhadap pasien post 2014). Nyeri pada pasien post operasi
appendiktomy. Hasil penelitian ini sejalan disebabkan terjadinya kerusakan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Arif kontinuitas jaringan karena pembedahan
& Sari, (2018), tentang efektivitas terapi yang akan menyebabkan pelepasan
musik mozart terhadap penurunan mediator kimia yang kemudian
intensitas nyeri pasien post operasi fraktur. mengaktivasi nosiseptor dan memulai
Pada penelitiannya tersebut dari 15 transmisi nosiseptik sampai terjadi nyeri
responden mengalami penurunan skala (Economidou, 2012). Adanya perbedaan
nyeri dari intensitas berat menjadi sedang skala nyeri setelah pemberian terapi musik
dan ringan. Terapi musik merupakan salah klasik dan genggam jari dikarenakan
satu penatalaksanaan nyeri dengan metode perbedaan persepsi setiap individu.
non farmakologis, yang mampu Sebagian besar responden merasakan
mempengaruhi persepsi dengan cara nyaman dan rileks setelah diberikan terapi
mendistraksi. Musik juga merangsang musik klasik dan genggam jari namun
pelepasan hormon endorphin yang terdapat responden yang cemas serta sulit
memberikan perasaan senang yang untuk fokus saat diberikan terapi musik
berperan dalam penurunan nyeri (Arif & klasik dan genggam jari sehingga tidak
Sari, 2018). Rangsangan musik akan mengalami perubahan intensitas nyeri.
mengaktivasi jalur-jalur spesifik diberbagai Prasetyo, (2010) menyatakan bahwa
area otak, seperti sistem limbik yang yang beberapa fakor yang mempengaruhi nyeri
akan menyebabkan individu menjadi rileks antara lain usia, jenis kelamin, perhatian,
saat mendengarkan musik (Hidayah, 2015). pengalaman operasi, dan makna nyeri.
Hasil penelitian diketahui terdapat Hasil penelitian ini menujukkan bahwa
perubahan nyeri sebelum dan sesudah metode non farmakologi yang dapat
diberikan genggam jari terhadap pasien digunakan untuk mengurangi rasa nyeri
post appendiktomy. Hasil penelitian ini pada pasien post appendiktomy adalah
sejalan dengan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan terapi musik klasik
oleh Sulung & Rani, (2017), tentang teknik dan genggam jari dimana keduanya sama-
relaksasi genggam jari terhadap intensitas sama efektif dalam menurunkan skala
nyeri pada pasien post appendiktomi. Pada nyeri.
penelitiannya tersebut dari 10 responden Hasil penelitian ini didukung oleh
mengalami penurunan intensitas nyeri Djamal, dkk, (2015) mengenai pengaruh
sebelum dan sesudah teknik relaksasi terapi musik terhadap skala nyeri pada
genggam jari. Hal ini terjadi karena teknik pasien fraktur di iriana A. RSUP Prof. Dr.
relaksasi genggam jari memberikan suatu R. D. Kandau Manado. Sampel dibagi
tindakan untuk membebaskan mental dan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok
fisik dari ketegangan dan stress, sehingga eksperimen (16 responden) diberikan terapi
dapat meningkatkan toleransi terhadap musik dan kelompok kontrol (16
nyeri. Sepanjang jari-jari tangan terdapat responden). Penelitian ini menunjukkan
saluran atau meridian energy yang adanya pengaruh yang signifikan antara
terhubung dengan berbagai organ dan terapi musik terhadap skala nyeri dengan
emosi (Puwahang, 2011). Perlakuan uji statistik yaitu p=0,000. Penelitian ini
relaksasi genggam jari akan menghasilkan juga didukung oleh penelitian yang
impuls yang dikirim melalui serabut saraf dilakukan oleh Arif & Sari, (2018) tentang
aferen non nosiseptor, yang menyebabkan efektivitas terapi musik mozart terhadap
“pintu gerbang” tertutup sehingga stimulus penurunan intensitas nyeri pasien post

6
operasi fraktur. Hasil penelitian c) Pengalaman operasi responden
menunjukkan bahwa terapi musik mozart terbanyak yaitu 1 kali sebanyak 8
efektif dalam penurunan intensitas nyeri responden (80%).
post operasi fraktur dengan nilai p=0,001. d) Intensitas rata-rata nyeri sebelum
Hal tersebut sesuai dengan teori Suryana, pemberian terapi musik klasik
(2012) bahwa terapi musik digunakan adalah 5,40 (sedang), setelah terapi
sebagai motivasi, komunikasi, terapi musik klasik rata-rata tingkat nyeri
kesehatan seperti nyeri. Musik yang menjadi 3,00 (ringan).
menghasilkan alkaline adalah musik klasik e) Intensitas rata-rata nyeri sebelum
yang lembut, instrumental, medatif dan genggam jari adalah 5,40 (sedang),
musik yang membuat rileks dan tenang setelah genggam jari rata-rata
seperti musik klasik (Damayanti, dkk, tingkat nyeri menjadi 2,80 (ringan).
2014). f) Ada perbedaan intensitas nyeri
Penelitian ini juga didukung oleh sebelum dan sesudah pada
Aini, (2017) mengenai pengaruh teknik kelompok terapi musik klasik
relaksasi genggam jari terhadap penurunan dimana nilai p = 0,038 pada
tingkat nyeri pasien post operasi signifikan 5%.
appendiktomy di RSUD Dr. H. Soewondo g) Ada perbedaan intensitas nyeri
Kendal. Hasil penelitian menunjukkan sebelum dan sesudah pada
bahwa teknik relaksasi genggam jari kelompok genggam jari dimana
berpengaruh terhadap penurunan nyeri pada nilai p = 0,038 pada signifikan 5%.
pasien post operasi appediktomy dengan h) Tidak ada perbedaan bermakna
nilai p=0,000. Penelitian ini juga sesuai skala nyeri setelah diberikan terapi
dengan pernyataan Astutik & Kurlinawati, musik klasik dan genggam jari,
(2017) bahwa salah satu manfaat genggam dimana nilai p = 0,650 atau p>0,05.
jari adalah menurunkan nyeri. Hal ini
disebabkan saat relaksasi genggam jari Keberhasilan penurunan nyeri
akan menghasilkan impuls yang dikirim berdasarkan tanda klinis yang
melalui serabut saraf aferen non- diobservasi oleh peneliti berupa rasa
nosiseptor, serabut ini mengakibatkan nyaman dan rileks yang dirasakan oleh
“gerbang” tertutup sehingga stimulus pada sebagian besar responden saat
kortek serebi dihambat atau dikurangi diberikan terapi musik klasik dan
akibat counter stimulasi relaksasi genggam genggam jari yang diberikan secara
jari, sehingga intensitas nyeri akan berubah. berulang, namun terdapat responden
Relaksasi genggam jari dapat yang tidak mengalami perubahan nyeri
mengendalikan dan mengembalikan emosi setelah diberikan terapi hal ini
yang akan membuat tubuh menjadi rileks dikarenakan responden mengalami
(Pinandita, 2012). kecemasan dan sulit untuk fokus saat
diberikan terapi musik klasik dan
4. SIMPULAN genggam jari.
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan 4.2 Saran
pembahasan tentang perbandingan terapi musik Bagi peneliti lain diharapkan
klasik dan genggam jari terhadap penurunan dapat melakukan penelitian tentang
nyeri post operasi appendiktomy di RSUD Kab. terapi musik klasik maupun genggam
Karanganyar pada 10 responden dapat jari tidak hanya berfokus pada
disimpulkan sebagai berikut: intensitas nyeri namun seperti tingkat
a) Usia responden terbanyak pada rentang kecemasan sehingga dapat menambah
usia antara 26-35 tahun sebanyak 4 ilmu pengetahuan.
responden (40%).
b) Pekerjaan responden terbanyak yaitu
swasta dan petani sebanyak 3 responden
(30%).

7
5. REFERENSI Damayanti., Jumaini., Sri. (2014).
Efektifitas Terapi Musik Klasik
Andarmoyo, S. (2013). Konep dan Proses Terhadap Penurunan Tingkat
Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Ar- Halusinasi Pada Pasien Halusinasi
Ruzz Media. Dengar di RSJ Tampan Prvinsi
Riau. JOM PSIK, volume 1 (2).
Aini., Tamrin., Rilasadi. (2017). Pengaruh
Teknik Relaksasi Genggam Jari Dani., Calista. P. (2013). Karakteristik
Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Penderita Apendisitis Akut di
Pasien Post Operasi Appendiktomy di Rumah Sakit Immanuel Bandung
RSUD Dr. H. Soewondo Kendal. Periode 1 Januari 2013-30 Juni
2013.
Aribawa, M. (2017). Dasar Manajemen Nyeri
& Tatalaksana Multi Teknik Patient Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2014).
Controlled Analgesia. Jakarta: Sagung Profil Kesehatan. Diakses pada 25
Seto. September 2019 dari
www.dinkesjatengprov.go.id
Arif, M., Sari, Y. P. (2018). Efektifitas Terapi
Muaik Mozart Terhadap Penurunan Djamal, R., Sefty, R., Jeavery, B. (2015).
Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi Pengaruh Terapi Musik Terhadap
Fraktur. Jurnal Kesehatan Medika Skala Nyeri Pada Pasien Fraktur di
Saintika, volume 10 (1). Iriana A RSUP. DR. R.D. Kandau
Manado. E-Journal Keperawatan,
Asmadi. (2009). Teknik Prosedural volume 3 (2).
Keperawatan:Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Economidou. E., Amalia, K., Victoria, G.,
Salemba Medika. Katerina, L. (2012). Health Science
Journal. Volume 6, Issue 3 (July -
Astutik, P., Kurlinawati, E. (2017). Pengaruh September 2012).
Relaksasi Genggam Jari Terhadap
Penurunan Nyeri Pada Pasien Post Endarto A., Isqomah., Wulandari. (2014).
Sectio Caesarea Di Ruang Delima Perbedaan Intensitas Nyeri Pada
RSUD Kertosono. STRADA Jurnal Pasien Kanker Sebelum dan
Ilmiah Kesehatan, volume 6 (2): 30-37. Sesudah Pemberian Terapi Musik
Klasik di Rumah Sakit Telogorejo
Black J. M., Jane H. H. (2014). Keperawatan Semarang. Karya Ilmiah, volume
Medikal Bedah: Manajemen Klinis 1.
Untuk Hasil Yang Diharapkan Edisi 8
Buku 1. Jakarta: Salemba Medika. Gearhart, S., Silen, W. (2013). Harrison
Gastroenterologi & Hepatologi.
Bulechek, G. M., Howard K. B., Joanne M. D., Jakarta: EGC.
Cheryl. M. W. (2016). Nursing
Intervention Classification (NIC) Ed. 6. Halawa, A., Timotius, B. M. A. (2018).
Elsevier. Perbandingan Kompres Air Hangat
Dengan Kompres Air Jahe
Carsel, S. (2018). Metodologi Penelitian Terhadap Low Back Pain Pada
Kesehatan dan Pendidikan. Lansia di Rumah Usiawan Panti
Yogyakarta: Penebar Media Pustaka. Surya Surabaya. Jurnal William
Booth.
Dahlan, S. (2011). Statistik Untuk Kedokteran
dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Handaya, A. Y. (2017). Deteksi Dini &
Medika. Atasi 31 Penyakit Bedah Saluran

8
Cerna (Digestif). Yogyakarta : Kejadian Apendisitis di Bandar
Rapha Publishing. Lampung. Digital Respiratory
Haniyah., Martyarin., Siti . (2016). Efektifitas Unila, hal : 23-24.
Teknik Relaksasi Genggam Jari
Terhadap Nyeri Post Sectio Cesarea di Jamaludin., Nur. K. U. (2017). Pengaruh
RSUD Ajibarang. MUSWIL IPEMI Terapi Guided Imagery Dan
Jateng. Iringan Musik Klasik Terhadap
Penurunan Nyeri Post Operasi
Hariyanto, A., Rini, S. (2015). “Asuhan Apendiktomi Hari 1 di Ruang
Keperawatan Apendisitis”. Dalam Rose Cempaka RSUD Sunan Kalijaga
KR (Ed.), Buku Ajar Keperawatan Demak. Jurnal Profesi
Medikal Bedah 1 : Dengan Diagnosis Keperawatan, volume 4 (2).
NANDA International. Yogyakarta:
AR-Ruzz Media. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
(2017). Profil Kesehatan
Hasmawa, I. K. (2016). Identifikasi Tingkat Indonesia. Jakarta: Departemen
Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Di Kesehatan.
Rumah Sakit Umum Bahteramas
Sulawesi Tenggara. Karya Tulis Noor, J. (2016). Metodologi Penelitian:
Ilmiah. Kendari: Politeknik Skripsi, Tesis, Disertai & Karya
Kementerian Kesehatan Kendari. Ilmiah. Jakarta: Prenada Media.

Herdman., Shigemi, K. (2018). NANDA-I Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi


Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.
Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC. Rineka karya.

Hermawan, I. (2019). Metodologi Penelitian Nuari, N. A. (2015). Buku Ajar Asuhan


Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan Keperawatan Pada Gangguan
Mixed Methode. Hidayatul Qur’an Sistem Gastrointestinal. Jakarta :
Kuningan. CV. Trans Info Media.

Hidayah, S., Veny. (2015). Perbandingan Pinandita, I., Ery, P., Bambang, U. (2012).
Efektivitas Terapi Musik Klasik Pengaruh Teknik Relaksasi
Dengan Aromaterapi Mawar Terhadap Genggam Jari Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Penderita Intensitas Nyeri Pada Pasien Post
Hipertensi. JOM, volume 2 (2). Operasi Laparatomi. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan, volume
Hidayat, A. A. (2014). Metode Penelitian 8(1).
Kebidanan dan Teknik Analisis Data:
Contoh Aplikasi Studi Kasus. Jakarta: Potter., Perry. (2014). Buku Ajar
Salemba Medika. Fundamental Keperawatan :
konsep, proses, dan praktik.
Hidayat, A., Musrifatul, U. Pengantar Volume 2. Alih Bahasa : Reneta
Kebutuhan Dasar Manusia. Edisi 2. Komalasari, dkk. Jakarta : EGC.
Jakarta: Salemba Medika.
Prasetyo, SN. (2010). Konsep dan Proses
Hill, R. T. (2011). Nursing From The Inside- Keperawatan Nyeri. Yogyakarta:
Out: Living and Nursing From The Graha Ilmu.
Highest Point Of Your Consciousness.
London: Jones and Barlett Publishers. Prihaningtyas, R. A. (2014). Deteksi dan
Cepat Obati 30+ Penyakit yang
Humaera, R. (2016). Hubungan Sering Menyerang Anak.
Ketidakcukupan Serat Terhadap Yogyakarta: Media Pressindo.

9
Putri, D. M. P. (2019). Pengantar Riset
Keperawatan. Yogyakarta: PT. Pustaka Syamsuni. (2019). Statistik & Metodologi
Baru. Penelitian Dengan Implentasi
Pembelajaran Android. Bojonegoro:
Puwahang. (2011). Jari-Jaritangan. Diakses CV. Karya Bakti Makmur.
pada tanggal 25 September 2019 dari Thomas, G. A., Ishak L., Adrian, T. (2016).
http://titikrefleksi-pada-tangan. Angka Kejadian Apendisitis di
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Tsamsuhidajat. R., Wim D. J. (2010). At a Manado Periode Oktober 2012-
Glance Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: September 2015. Jurnal e-Clinic,
Erlangga. volume 4(1): 232.

Rehatta N. M., Elizeus, H., Aida, R. T (2019). Wahyudi, A. S., Abd. W (2016). Buku Ajar
Anestesiologi dan Terapi Intensif: Buku Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta:
Teks Kati-Perdatin. Jakarta: PT. Mitra Wacana Media.
Gramedia Pustaka Utama.
Widyastuti, Y., Nabhani., Anik, E.,
Riyanto. (2017). Metodologi Penelitian. Sulastri. (2016). Buku
Jakarta: Salemba Medika. Keterampilan Keperawatan.
Sukoharjo: CV. Jasmine.
Rosdahl, C. B., Kawalski, M. T. (2015). Buku
Ajar Keperawatan Dasar Edisi 10, Wirya, I., Margareth, D. S. (2013).
Volume 3. Jakarta: EGC. Pengaruh Pemberian Massase
Punggung dan Teknik Relaksasi
Sari, K. D., Ika P. (2013). Perbandingan Teknik Napas Dalam Terhadap Penurunan
Masase dan Terapi Musik Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post
Penurunan Kecemasan Pada Ibu Appendiktomy di Zaal C RS
Bersalin Primipara Di Kecamatan HKBP Balige Tahun 2011. Jurnal
Brebes Tahun 2013. Jurnal Ilmiah Keperawatan HKBP Balige,
Kebidanan, vol. 4. No. 2. volume 1(1).

Septiani, L. (2015). Analisa Faktor-Faktor World Health Organization (WHO).


Yang Mempengaruhi Nyeri Pada Klien (2010). Prevalensi Penyakit
Fraktur di RS PKU Muhammadiyah Apendiktomi. Diakses pada tanggal
Yogyakarta. Naskah Publikasi. 25 September 2019 dari http//
Angka Kejadian Apendiktomi.co.id
Smeltzer, S. C. (2018). Keperawatan Medikal-
Bedah Brunner & Suddarth, Ed. 12. Zakiyah. A. (2015). Nyeri: Konsep dan
Jakarta: EGC. Penatalaksanaan Praktik
Keperawatan Berbasis Bukti.
Suryana, D. (2012). Terapi Musik: Musik Jakarta: Salemba Medika.
Therapy 2012. Bandung: Create Space
Independent Publishing Platform.

Suwartono. (2014). Dasar-Dasar Metodologi


Penelitian. Yogyakarta: CV. Andi
Offset.

10
11

Anda mungkin juga menyukai