Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK I

FOTOTERAPI

OLEH
2A KEPERAWATAN
KELOMPOK 2
ANDI ASRIZAL (201901003)
ARIFANDI (201901004)
INTAN ANGELINA DOMBO (201901011)
NI MADE RIANTIKAYANI (201901024)
MUTHIARA ANDINI (201901021)
SRI INDRIYANI (201901035)
SAKINA W (201901030)
SINDY CLAUDIA (201901033)
WINDI ISTIQOMAH (201901039)

PROGRAM STUDI NERS


STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb, Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat

Allah swt, yang telah memberikan rahmat, hidayah serta kesempatan kepada

kelompok kami sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah “

FOTOTERAPI” ini tepat pada waktunya. Demikian pula dengan makalah ini

tentu masih banyak kekurangan maka dari pada itu, kami sangat mengharapkan

kritik dan saran dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini. Akhir kata kami

sampaikan semoga makalah ini dapat berguna dan membantu para mahasiswa.

Palu, 24 Maret 2021

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................
A. Latar Belakang...........................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................................
C. Tujuan........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................
A. Pengertian..................................................................................................
B. Alat Fototerapi...........................................................................................
C. Indikasi Penggunaan..................................................................................
D. Mekanisme Kerja.......................................................................................
E. Durasi Fototerapi.......................................................................................
F. Prosedur Fototerapi...................................................................................
G. Peran perawat dalam prosedur fototerapi..................................................
BAB III PENUTUP...............................................................................................
A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran .........................................................................................................

BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hiperbilirubin merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi
pada bayi baru lahir. Manifestasi klinis yang sering muncul pada bayi adalah
jaundice atau ikterus yang merupakan warna kekuningan pada kulit, sklera dan
kuku (Hockenberry & Wilson, 2009). Hal tersebut diakibatkan karena adanya
peningkatan kadar bilirubin dalam sel darah.

Kadar bilirubin yang selalu meningkat akan menyebabkan kerusakan sel


otak (kernikterus). Sehingga hal tersebut harus segera dicegah. Pencegahan
yang dapat dilakukan untuk membantu mengurangi kadar bilirubin pada bayi
baru lahir antara lain pemberian ASI sedini mungkin, menjemur bayi dibawah
sinar matahari pagi, fototerapi serta pemberian transfusi tukar
(Bobak,Lowdermilk, & Jensen, 2005).

Salah satu terapi yang sering digunakan adalah fototerapi. Fototerapi


digunakan sebagai terapi pengobatan pada bayi baru lahir yang mengalami
hiperbilirubinemia karena aman dan efektif untuk menurunkan bilirubin
didalam darah (Potts & Mandleco, 2007). Fototerapi merupakan terapi dengan
memanfaatkan energi sinar untuk mengubah bentuk dan struktur bilirubin
dengan cara mengubah bilirubin indirek menjadi direk, di dalam usus bilirubin
direk akan terikat oleh makanan menjadi molekul yang dapat dieksresikan
melalui feses (Maisels, 2008).

Penelitian yang dilakukan Dewi (2015) tentang Efektivitas Fototerapi


Terhadap Penurunan Kadar Bilirubin Total pada Hiperbilirubinemia Neonatal
di RSUP Sanglah tedapat pengaruh fototerapi dengan penurunan kadar
hiperbilirubin dengan rata-rata kadar bilirubin total sebelum dilakukan
fototerapi 15,3±1,94 mg/dL dan setelah dilakukan fototerapi 24 jam 12,8±1,88
mg/dL/hari. Penurunan kadar bilirubin 2,5±0,8 mg/dL dalam 24 jam (turun
16,3% dalam 24 jam) dengan p=0,001. Data yang didapatkan peneliti di ruang
perinatologi RS Aulia Jagakarsa pada bulan November 2018 bahwa terdapat
sebanyak 76 bayi yang dirawat diantaranya karena RDS (respiratory distress
syndrom ) sebanyak 26,3% dirawat karena sepsis neonatorum 13,1%,
hipoglikemia sebanyak 13.1% dan mendapatkan terapi sinar karena kadar
hiperbilirubin total yang tinggi sebanyak 39,5% serta karena lain-lain sebanyak
7,9%. Pemeriksaan kadar bilirubin pada neonatus hiperbilirubinemia yang
mendapat fototerapi di RS Aulia dilakukan tiap 12-24 jam. Semakin lama
fototerapi semakin cepat penurunan kadar bilirubin, namun perlu diperhatikan
efek samping yang dapat timbul berupa eritema, kerusakan oksidasi, dehidrasi
(kehilangan cairan transepidermal), hipertermi, diare dan kerusakan retina.

Bayi yang dilakukan fototerapi diletakkan dibawah lampu terapi sinar


dengan penutup mata dan diusahakan permukaan tubuh seluas -luasnya
terpapar sinar, ubah posisi setiap 3 jam, perhatikan intake dan output cairan.
Ketika orang tua mengunjungi bayinya, fototerapi dihentikan sementara dan
membuka pelindung mata untuk memudahkan interaksi alami bayi dan
orangtuanya. Tidak ada prosedur tertulis untuk berapa lama fototerapi
dilakukan. Pada penelitian ini penulis tertarik melakukan penelitian tentang
hubungan fototerapi dengan penurunan billirubin total pada bayi baru lahir
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2016).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang mendapatkan terapi
sinar di ruang perinatologi RS Aulia pada bulan Januari Tahun 2019 sebanyak
30 orang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Fototerapi?
2. Apa Alat Fototerapi?
3. Bagaimana Indikasi Penggunaan Fototerapi?
4. Bagaimana Mekanisme Kerja Fototerapi?
5. Bagaimana Durasi Pemberian Fototerapi?
6. Bagaimana Prosedur Fototerapi?
7. Apa saja peran Perawat dalam Prosedur
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Fototerapi
2. Mengetahui Alat Fototerapi
3. Bagaimana Indikasi Penggunaan Kerja Fototerapi
4. Mengetahui mekanisme kerja Fototerapi
5. Mengetahui Durasi pemberian Fototerapi
6. Mengetahui Prosedur Fototerapi
7. Mengetahui peran Perawat dalam Prosedur

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Fototerapi merupakan terapi yang dilakukan dengan menggunakan cahaya
dari lampu fluorescent khusus dengan intensitas tinggi, secara umum metode
ini efektif untuk mengurangi serum bilirubin dan mencegah ikterus (Potts &
Mandleco, 2007).
Fototerapi adalah metode terapi dengan menggunakan cahaya dari lampu
fluorescent yang dipaparkan pada kulit bayi. Cahaya tersebut mampu
meningkatkan ekskresi bilirubin dengan fotoisomerisasi, yakni mengubah
struktur bilirubin menjadi lumirubin, zat yang larut dalam air agar lebih mudah
untuk diekskresikan melalui feses dan urin.
B. Alat Fototerapi
Alat fototerapi menggunakan bola lampu berkisar antara 6-8 buah,
terdiri dari biru (F20T12),cahaya biru khusus (F20T12/BB) atau daylight
fluorescent tubes (Porter & Dennis, 2002). Spectrum cahaya yang dikirim
oleh unit fototerapi ditentukan oleh tipe sumber cahaya dan filter yang
digunakan, biasanya terdiri dari daylight, cool white, blue atau “special
blue”fluorescent tubes, green light (American Academy of Pediatrics, 2004;
Bowdeen & Greenberg, 2010).
C. Indikasi Penggunaan
Tabel Indikasi fototerapi berdasarkan kadar bilirubin serum
Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Bayi Dengan Faktor
Resiko
mg/dl µmol/l mg/dl µmol/l
Hari Ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapun
Hari ke-2 15 260 13 220
Hari ke-3 18 310 16 270
Hari ke-4 20 340 17 290

Faktor resiko meliputi : bayi kecil (berat lahir kurang lebih 2,5 kg atau
lahir sebelum kehamilan bberusia 37 minggu) hemolisis dan spesis.
Bila kuning terlihat pada bagian tubuh maupun pada hari pertama dan
terlihat pada lengan, tungkai, tangan dan kaki pada hari kedua, maka
digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan fototerapi
secepatnya. Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum
untuk memilai fototerapi.
Tabel Indikasi fototerapi pada bayi berat badan lahir rendah
Berat badan (gr) Kadar Bilirubin
<1000 Fototerapi dimuali dalam usia 24 jam
pertama
1000-1500 7-9
1500-2000 10-12
2000-2500 13-15

D. Mekanisme Kerja Fototerapi


Cara kerja fototerapi adalah dengan mengubah bilirubin menjadi
bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin.
Ketika bilirubin mengbsorbsi cahaya, terjadi reaksi fotokimia yaitu
isomerisasi. Terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya
bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui
empedu. Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat
fototerapi pada manusia. Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi
diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang dieksresikan lewat urin. Foto
isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung
bisa dieksresikan melalui empedu. Hanya produk foto oksidan saja yang bisa
dieksresikan lewat urin (Maisels & McDonagh, 2008).
E. Durasi Fototerapi
Durasi fototerapi dihitung berdasarkan waktu dimulainya fototerappi
sampai fototerapi dihentikan. Pencatatan durasi fototerapi yang akurat
merupakan tanggung jawab perawat karena berkaitan dengan penggantian
tabung dan lama penggunaan tabung fototerapi.Tabung diganti setelah 2000
jam penggunaan atau setelah 3 bulan,walaupun tabung masih bisa berfungsi
(Moeslichan, dkk, 2004).
Durasi fototerapi ditentukan oleh penurunan nilai total serum bilirubin
sampai mencapai nilai yang diharapkan, sehingga tidak ada penentuan berapa
jam sebaiknya durasi fototerapi diberikan (American Academy of Pediatrics,
2004).
F. Prosedur Fototerapi
Prosedur fototerapi berdasarkan hasil tim Health Technology
Assessment Indonesia (2004) adalah memulai fototerapi, bila ikterus
diklasifikasikan sebagai ikterus berat, kemudian tentukan apakah bayi
memiliki faktor resiko berikut: berat lahir < 2,5 kg, lahir sebelum usia
kehamilan 37 minggu, hemolisis atau sepsis dengan mengambil contoh darah
bayi dan melakukan tes Coombs. Bila kadar bilirubin serum dibawah nilai
dibutuhkannya terapi sinar, hentikan fototerapi akan tetapi bila kadar bilirubin
serum berada pada atau diatas nilai dibutuhkannya terapi sinar, lakukan
fototerapi (Moeslichan, dkk, 2004, American Academy of Pediatrics, 2004).
Pengukuran kadar bilirubin serum dilakukan setiap 24 jam, kecuali
kasus-kasus khusus. Fototerapi dihentikan bila kadar serum bilirubin kurang
dari 13 mg/dL akan tetapi bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa, hentikan
fototerapi setelah 3 hari. Fototerapi dihentikan, observasi bayi selama 24 jam
dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan, atau perkirakan
keparahan ikterus menggunakan metode klinis (Moeslichan, dkk, 2004,
American Academy of Pediatrics, 2004).
Fototerapi diulang bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum
berada diatas nilai untuk memulai fototerapi sampai bilirubin serum dari hasil
pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk
memulai fototerapi. Bayi bisa makan dengan baik, tidak ada masalah lain
selama perawatan dan fototerapi sudah tidak diperlukan lagi maka bayi segera
dipulangkan ((Moeslichan, dkk, 2004, American Academy of Pediatrics,
2004).).
G. Peran Perawat dalam Prosedur
Asuhan keperawatan yang diberikan selama pelaksanaan prosedur
fototerapi mulai dari tahap persiapan alat sampai proses pelaksanaan
fototerapi menjadi tanggung jawab perawat untuk memastikan bayi menjalani
prosedur fototerapi secara tetap. Adapun langkah-langkah yang dilakukan
oleh perawat adalah sebagai berikut:
a. Lakukan pengkajian terhadap bayi, indikasi penggunaan fototerapi pada
bayi.
b. Siapkan ruangan tempat unit fototerapi ditempatkan, suhu dibawah
lampu
antara 30°C sampai 38°C.
c. Kemudian nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens
berfungsi dengan baik dan mengganti tabung/lampu fluoresens
berfungsi dengan baik dan mengganti tabung/lampu fluoresens yang
telah rusak atau berkelip-kelip, jangan lupa untuk mencatat tanggal
penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebut. Tabung
diganti setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan, walaupun
tabung masih bisa berfungsi (Moslichan, dkk, 2004).
d. Gunakan handrub/ cuci tangan sesuai langkah cuci tangan yang benar
e. Ambil bayi dan tempatkan bayi dibawah sinar fototerapi. Jika berat bayi
2 kg atau lebih, tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basiner
dan bayi yang lebih kecil ditempatkan dalam inkubator.
f. Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dan tutupi mata bayi
dengan penutup mata, dan genitalia bayi dengan popok/diapers.
g. Ubah posisi bayi setiap2-4 jam sekali.
h. Tetap motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI sesuai
keinginan dan kebutuhan atau setiap 3 jam sekali.
i. Pindahkan bayi dari unit fototerapi dan lepaskan penutup mata selama
menyusui akan tetapi jangan pindahkan bayi dari sinar fototerapi bila
bayi menerima cairan melalui intravena atau makanan melalui OGT
(Moeslichan, dkk, 2004).
j. Lakukan evaluasi terhadap bayi
k. Dokumentasikan tindakan: catat efek samping yang terjadi selama
menjalani fototerapi seperti letargi, peningkatan kehilangan cairan,
perubahan warna kulit, kerusakan retina dan peningkatan suhu tubuh
yang diketahui dengan mengukur suhu bayi dan suhu udara dibawah
sinar fototerapi setiap 3 jam. Matikan sinar fototerapi sebentar bila bayi
sedang menerima oksigen untuk mengetahui apakah bayi mengalami
sianosis sentral (Mali, 2004).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari materi diatas maka dapat disimpulkan bahwa, Fototerapi
adalah metode terapi dengan menggunakan cahaya dari lampu fluorescent
yang dipaparkan pada kulit bayi. Cahaya tersebut mampu meningkatkan
ekskresi bilirubin dengan fotoisomerisasi, yakni mengubah struktur
bilirubin menjadi lumirubin, zat yang larut dalam air agar lebih mudah
untuk diekskresikan melalui feses dan urin.
Cara kerja fototerapi adalah dengan mengubah bilirubin menjadi
bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin.
Ketika bilirubin mengbsorbsi cahaya, terjadi reaksi fotokimia yaitu
isomerisasi. Terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya
bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui
empedu. Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat
fototerapi pada manusia. Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi
diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang dieksresikan lewat urin.
B. Saran
Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna
sehingga penulis mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari
pembaca sehingga makalah ini bisa mendekati kata sempurna. Opini dari
para pembaca sangat berarti bagi kami guna evaluasi untuk
menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
American Academy of Pediatrics. (2004). Management of hyperlibirubinemia in
the newborn infant 35 or more weeks of gestation. American academy of
pediatrics.
Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen,M.D. (2005). Buku ajar keperawatan
maternitas. Jakarta: EGC
Bowden, V.R., & Greenberg, C.S. (2010). Children and their families: the
continuum of care vol 2. Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins
Hockenberry & Wilson. (2009). Essentials of pediatric nursing. St. Louis: Mosby
Elsevier
Maisels, M.J., & McDonagh, A. F. (2008). Phototherapy for neonatal jaundice.
The New England Journal of Medicine
Moeslichan. (2004). Tatalaksana hiperbilirubinemia neonatrum. http://www
.yanmedikdepkes. net/hta/Hasil%20Kajian %20HTA/2004/ Tatalaksana%20
Hiperbilirubin emia%20Neonatorum.doc.

Anda mungkin juga menyukai