Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KELOMPOK KMB 1

ASUHAN KEPERAWATAN

ANEMIA

Oleh:

BUNGA INNASHOFA (1511003)


ILHAM WAHYU WIBISONO (1511006)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PATRIA HUSADA BLITAR
TAHUN 2016/2017
ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA

A. Definisi
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah dari
normal. Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah Hb dalam 1mm3 darah

atau berkurangnya volume sel yang didapatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml
darah.

B. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah
merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan
nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak
diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal
ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah

yang menyebabkan destruksi sel darah merah.


Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin
yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)
segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl,
kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk

hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus
ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran
sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh
dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah
muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan
ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer


penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung

C. Etiologi:
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid,
piridoksin, vitamin C dan copper

D. Klasifikasi anemia:
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh
defek produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastik penyebab:
- agen neoplastik/sitoplastik
- terapi radiasi
- antibiotic tertentu
- obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
- benzene
- infeksi virus (khususnya hepatitis)

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang


Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik

Gejala-gejala:
- Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)

- Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan


saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
Morfologis: anemia normositik normokromik
a. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
- Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
- Hematokrit turun 20-30%
- Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi

eritopoitin
b. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik
normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini
meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan
c. Anemia defisiensi besi
Penyebab:
- Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
- Gangguan absorbsi (post gastrektomi)

- Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus,


hemoroid, dll.)

gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)


sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi

Gejala-gejalanya:
- Atropi papilla lidah
- Lidah pucat, merah, meradang
- Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut

Morfologi: anemia mikrositik hipokromik


d. Anemia megaloblastik
Penyebab:
- Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
- Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st gastrektomi) infeksi
parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan
segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.

Sintesis DNA terganggu


Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi

2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh

destruksi sel darah merah:


a. Pengaruh obat-obatan tertentu
b. Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
c. Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
d. Proses autoimun
e. Reaksi transfusi
f. Malaria

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis

E. Tanda dan Gejala


Tanda-tanda umum Anemia :
a. Lemah, letih, lesu dan lelah
b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
c. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi
pucat.
2. Manifestasi khusus pada anemia:

a. Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral, infeksi bakteri, demam,

anemis, pucat, lelah, takikardi.


b. Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl), telapak tangan pucat (Hb < 8

gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi, murmur sistolik, letargi, tidur meningkat,


kehilangan minat bermain atau aktivitas bermain. Anak tampak lemas, sering
berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit kepala, anak tak tampak sakit, tampak
pucat pada mukosa bibir, farink,telapak tangan dan dasar kuku. Jantung agak
membesar dan terdengar bising sistolik yang fungsional.
Anemia aplastik : ikterus, hepatosplenomegali.

F. Penatalaksanaan
Anemia pasca perdarahan: transfusi darah. Pilihan kedua: plasma ekspander atau plasma
substitute. Pada keadaan darurat bisa diberikan infus IV apa saja.
Anemia defisiensi: makanan adekuat, diberikan SF 3x10mg/kg BB/hari. Transfusi
darah hanya diberikan pada Hb <5 gr/dl.
Anemia aplastik: prednison dan testosteron, transfusi darah, pengobatan infeksi
sekunder, makanan dan istirahat.

G. Kemungkinan Komplikasi yang muncul


Komplikasi umum akibat anemia adalah:
a. gagal jantung,
b. parestisia dan
c. kejang.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Kadar Hb.
Kadar Hb <10g/dl. Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata < 32% (normal: 32-37%),
leukosit dan trombosit normal, serum iron merendah, iron binding capacity meningkat.

2. Kelainan laborat sederhana untuk masing-masing tipe anemia :


Anemia defisiensi asam folat : makro/megalositosis
Anemia hemolitik : retikulosit meninggi, bilirubin indirek dan total naik, urobilinuria.
Anemia aplastik : trombositopeni, granulositopeni, pansitopenia, sel patologik darah tepi
ditemukan pada anemia aplastik karena keganasan.

I. Terapi yang Dilakukan


Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang:
1. Anemia aplastik:
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
a. Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
a. Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan
untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi
sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.

4. Aa. neDmicapriapdeandyefbisaibendseifibsei seinsi besi


b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi
disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan
vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama

hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat
dikoreksi.
c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat
1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN MASALAH KOLABORASI YANG MUNGKIN
MUNCUL
1. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake makanan.
3. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan konsentrasi
Hb dalam darah.
4. Resiko Infeksi b/d imunitas tubuh skunder menurun (penurunan Hb), prosedur invasive
5. PK anemia
6. Kurang pengatahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang informasi.
7. Sindrom deficite self care b.d kelemahan
RENPRA ANEMIA

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan askep Klien Terapi aktivitas :
B.d dapat menunjukkan toleransi Kaji kemampuan pasien melakukan
ketidakseimbangan terhadap aktivitas aktivitas
suplai & kebutuhan dengan KH: Jelaskan pada pasien manfaat aktivitas
O2 · Klien mampu aktivitas minimal bertahap
· Kemampuan aktivitas Evaluasi dan motivasi keinginan pasien
meningkat secara bertahap untuk meningktkan aktivitas
· Tidak ada keluhan sesak nafas Tetap sertakan oksigen saat aktivitas.
dan lelah selama dan setelah
aktivits minimal Monitoring /0S
· v/s dbn selama dan setelah Pantau V/S pasien sebelum, selama, dan
aktivitas setelah aktivitas selama 3-5 menit.

Energi manajemen
Rencanakan aktivitas saat pasien
mempunyai energi cukup untuk
melakukannya.
Bantu klien untuk istirahat setelah
aktivitas.

Manajemen nutrisi
Monitor intake nutrisi untuk memastikan
kecukupan sumber-sumber energi

Emosional support
Berikan reinfortcemen positip bila ps
mengalami kemajuan

2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi


nutrisi kurang dari keperawatan … jam klien Kaji adanya alergi makanan.
kebutuhan tubuh b.d menunjukan status Kaji makanan yang disukai oleh klien.
intake nutrisi nutrisi adekuat dengan Kolaborasi team gizi untuk penyediaan
KH:
inadekuat, faktor BB stabil, tingkat energi adekuat nutrisi TKTP
psikologis masukan nutrisi adekuat Anjurkan klien untuk meningkatkan

asupan nutrisi TKTP dan banyak


mengandung vitamin C
Yakinkan diet yang dikonsumsi
mengandung cukup serat untuk mencegah
konstipasi.
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori.
Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi.

Monitor Nutrisi
Monitor BB jika memungkinkan
Monitor respon klien terhadap situasi
yang mengharuskan klien makan.
Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak bersamaan dengan waktu klien
makan.
Monitor adanya mual muntah.

Kolaborasi untuk pemberian terapi


sesuai order
Monitor adanya gangguan dalam input
makanan misalnya perdarahan, bengkak
dsb.
Monitor intake nutrisi dan kalori.
Monitor kadar energi, kelemahan dan
kelelahan.

3. Perfusi jaringan tdk Setelah dilakukan tindakan perawatan sirkulasi : arterial


efektive keperawatan selama perfusi insuficiency
b.d perubahan ikatan jaringan klien adekuat dengan Lakukan penilaian secara komprehensif
O2 dengan Hb, criteria : fungsi sirkulasi periper. (cek nadi
penurunan - Membran mukosa merah muda priper,oedema, kapiler refil, temperatur
konsentrasi Hb dalam- Conjunctiva tidak anemis ekstremitas).
darah. - Akral hangat Evaluasi nadi, oedema

- TTV dalam batas normal Inspeksi kulit dan Palpasi anggota badan
Kaji nyeri
Atur posisi pasien, ekstremitas bawah
lebih rendah untuk memperbaiki sirkulasi.
Berikan therapi antikoagulan.
Rubah posisi pasien jika memungkinkan
Monitor status cairan intake dan output
Berikan makanan yang adekuat untuk
menjaga viskositas darah

4. Risiko infeksi b/d Setelah dilakukan askep tidak Konrol infeksi :


imunitas tubuh terdapat faktor risiko infeksi dg Bersihkan lingkungan setelah dipakai
menurun, prosedur KH: pasien lain.
invasive · bebas dari gejala infeksi, Batasi pengunjung bila perlu dan
· angka lekosit normal (4- 1.000) anjurkan u/ istirahat yang cukup
· V/S dbn Anjurkan keluarga untuk cuci tangan
sebelum dan setelah kontak dengan klien.
Gunakan sabun anti microba untuk

mencuci tangan.
Lakukan cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan.
Gunakan baju dan sarung tangan sebagai
alat pelindung.
Pertahankan lingkungan yang aseptik
selama pemasangan alat.
Lakukan perawatan luka dan dresing
infus,DC setiap hari jika ada
Tingkatkan intake nutrisi. Dan cairan
yang adekuat
berikan antibiotik sesuai program.

Proteksi terhadap infeksi


· Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan lokal.

· Monitor hitung granulosit dan WBC.


· Monitor kerentanan terhadap infeksi.
· Pertahankan teknik aseptik untuk setiap
tindakan.
· Inspeksi kulit dan mebran mukosa
terhadap kemerahan, panas.
· Monitor perubahan tingkat energi.
· Dorong klien untuk meningkatkan
mobilitas dan latihan.
· nstruksikan klien untuk minum antibiotik
sesuai program.
· Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan
gejala infeksi.dan melaporkan kecurigaan
infeksi.
5. PK:Anemia Setelah dilakukan askep Monitor tanda-tanda anemia Observasi

perawat dapat meminimalkan keadaan umum klien Anjurkan untuk

terjadinya komplikasi anemia : meningkatkan asupan

Hb >/= 10 gr/dl. nutrisi klien yg bergizi

Konjungtiva tdk anemis Kolaborasi untuk pemeberian terapi


Kulit tidak pucat hangat initravena dan tranfusi darah
Kolaborasi kontrol Hb, HMT, Retic,
status Fe
6. Deficite Knolage setelah diberikan penjelasan Teaching : Dissease Process
tentang penyakit dan selama X pengetahuan klien dan Kaji tingkat pengetahuan klien dan
perawatannya b.d keluarga meningkat dg KH: keluarga tentang proses penyakit
Kurang paparan thdp· ps mengerti proses penyakitnya Jelaskan tentang patofisiologi penyakit,
sumber informasi, dan Program prwtn serta Th/ yg tanda dan gejala serta penyebabnya
terbatasnya kognitif diberikan dg: Sediakan informasi tentang kondisi klien
· Ps mampu:Menjelaskan Berikan informasi tentang
kembali tentang apa yang perkembangan klien
dijelaskan Diskusikan perubahan gaya hidup yang
· Pasien / keluarga kooperatif mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan
atau kontrol proses penyakit

Diskusikan tentang pilihan tentang terapi


atau pengobatan
Jelaskan alasan dilaksanakannya
tindakan atau terapi
Gambarkan komplikasi yang mungkin
terjadi
Anjurkan klien untuk mencegah efek
samping dari penyakit
Gali sumber-sumber atau dukungan yang

ada
Anjurkan klien untuk melaporkan tanda
dan gejala yang muncul pada petugas
kesehatan

7. Sindrom defisit self Setelah dilakukan askep Klien Bantuan perawatan diri
care b/d kelemahan, dan keluarga dapat merawat · Monitor kemampuan pasien terhadap

penyakitnya diri : activity daily living perawatan diri yang mandiri


(adl)dengan kritria : · Monitor kebutuhan akan personal
· kebutuhan klien sehari-hari hygiene, berpakaian, toileting dan makan,
terpenuhi (makan, berpakaian, berhias
toileting, berhias, hygiene, oral· Beri bantuan sampai klien mempunyai
higiene) kemapuan untuk merawat diri
· klien bersih dan tidak bau. · Bantu klien dalam memenuhi
kebutuhannya sehari-hari.
· Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas

sehari-hari sesuai kemampuannya


· Pertahankan aktivitas perawatan diri
secara rutin
dorong untuk melakukan secara mandiri tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.
Berikan reinforcement positif atas usaha yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

http://asuhankeperawatanonline.blogspot.co.id/2012/03/asuhan-keperawatan-anemia
dengan-nanda.html

Smeltzer, Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8.
Jakarta, EGC.

Anda mungkin juga menyukai