Anda di halaman 1dari 14

Makalah

Keperawatan Medikal Bedah 1

“Anemia”

Pembimbing: Maria Imaculata Ose S.Kep Ns, M.Kep

DiSusun Oleh:

Siska akhmad fadillah

1930702055

B1 Keperawatan

Jurusan Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Borneo Tarakan

Tahun Ajaran 2020


ANEMIA

1. Definisi
a. Pengertian
Kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika tubuh kekerungan sel darah
merah yang sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya.
Organ tubuh tidak mendapat cukup oksigen, sehingga membuat penderita anemia
pucat dan mudah lelah. Anemia dapt terjadi sementara atau dalam jangka panjang,
dengan tingkat keparahan yang bisa ringan sampai berat.
Anemia adalah penyakit kurag darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin
(Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar
hemoglobin kurang 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria
tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar
hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37% maka wanita itu
dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubu. Secara
fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekuragan jumlah hemoglobin untuk
mengangkut oksigen ke jaringan.
b. Penyebab anemia
Secara garis besar, anemia terjadi akibat tiga kondisi berikut ini:
 Produksi sel darah merah yang kurang
 Kehilangan darah secara berlebihan
 Hancurnya sel darah merah yang terlalu cepat
Berikut adalah jenis anemia yang terjadi berdasarkan penyebabnya:

A. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh
defek produksi sel darah merah, meliputi:
a) Anemia aplastic
Penyebab:
1) Agen neoplastic/ sitoplastik
2) Terapi radias
3) Antibiotic tertentu
4) Obat bantu konsulvan, tryoid, senyawa emas, fenibutason
5) Benzene
6) Infeksi virus (khususnya hepatitis)


Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia plastic
Gejala –gejala:
1) Gejala anemia secara umum (pucat,lemah, dll)
2) Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, pendarahan saluran cerna,
perdarahansaluran kemih, perdarahansusunan saraf pusat.
3) Morfologis: anemia normositik normokromik

b) Anemia pada penyakit ginjal


Gejala-gejala:
1) Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
2) Hematocrit turun 20-30 %
3) Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi penyebabnya adalah
menurunya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritopoitin

c) Anemia pada penyakit kronis


Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis
normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran warna yang normal).
Kelainan ini meliputi artistis rematoid, abses paru, osteomolitis, tuberkolosis dan
berbagai keganasan
d) Anemia defisiensi besi
Penyebab:
1) Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
2) Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
3) Kehilangan darah yng menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesphagus,
hemoroid, dll)

gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi↓

Gejala-gejalanya:
1) Atropi papilla lidah
2) Lidah pucat, merah, meradang
3) Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
4) Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
e) Anemia megaloblastik
Penyebab:
1) Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
2) Malnutrisi, malabsropsi, penurunan intrinsic faktor
3) Infeksi parasite, penyakit usus dan keganasan , agen kemoterapuetik, infeksi
cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi , pecandu alkohol.
Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi
1. Anemia hemolitika, yaitu anemia dedisiensijumlah sel darah merah disebabkan oleh
destruksi sel darah merah:
a) pengaruh obat-obatan tertentu
b) penyakit hookin, limfosarkoma, mieoloma multiple, leukimia limfositik kronik
c) defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
d) proses autoimun
e) reaksi transfuse
f) malaria

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis

Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)
DERAJAT WHO NCI
Derajat 0 (nilai normal) > 11.0 g/dL Perempuan 12.0 - 16.0
g/dL
Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL
Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL 10.0 g/dL - nilai normal
Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 8.0 - 10.0 g/dL
Derajat 4 (mengancam < 6.5 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL
jiwa) < 6.5 g/dL

2. Etiologi
Secara garis besar, anemia dapat disebabkan karena:
a. Peningkatan destruksi eiritrosit, contohnya pada penyakit gangguan sistem imun,
talasemia.
b. Penurunan produksi eritrosit, contohnya pada penyakit anemia aplastic, kekurangan
nutrisi.
c. Kehilangan darah dalam jumlah besar, contohnya akibat pendarahan akut, perdarahan
kronis, menstruasi, ulser kronis, dan trauma.

3. Insidensi
Anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana rendahnya konsentrasi hemoglobin
(Hb) atau hematocrit berdasarkan nilai ambang batas (referensi) yang disebabkan oleh
rendahnya produksi sel darah merah (eritrosit) dan Hb, meningkatkan kerusakan eiritrosit
(hemolysis), atau kehilangan darah yang berleihan. Menurut oehadian (2012) anemia
didefinisikan sebagai berkurangnya 1 atau lebih parameter sel darah merah: konsentrasi
hemoglobin (HGB), hematocrit (HTC) atau jumlah sel darah merah (RBC).

Prevlensi anemia di india menunjukkan angka terbesar 45% remaja putri telah dilaporkan
mengalami anemia defisiensi zat besi. Prevalansi anemia di Indonesia masih cukup tinggi
( fakhidah) & putri, 2016) . kemenkes RI (2013) menunjukkan angka prelevensi anemia
secara nasional pada semua kelompok umur adalah 21, 70%

4. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya gegagalan sumsum atau kehilangan sel
darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanykan akibat penyebab yang
tidak diketahui.
Lisis sel darah merah (disolusi terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah
biliribu yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direflesikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal
< 1 mg/dl kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel drah merah mengalami penghancuran dalam sirukulasi,( pada
kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).
Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptologobin plasma ( protein
pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi
dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulannya mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
biasanya dapat dipeoleh dengan dasar: 1. Hitung retikulosit dalam sirkulasi darah,; 2.
Derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsy dan ada tidaknya hiperbilirunbinemia
dan hemoglobinemia.

Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantun meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung
pathway anemia

5. Manisfestasi klinik
Pada anemia, karena seuma sistem dapat terlibat, maka dapat menimblkan manifestasi
klinik yang luas. Manifestasi ini bergantung pada:
a. kecepatan timbulnya anemia
b. umur individu
c. mekanisme kompensasinya
d. tingkat aktivitasnya
e. keadaan penyakit yang mendasari, dan
f. parahnya anemia tersebut
Karena jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka lebihsedikit O2 yang
dikirimkan ke jaringan. Kehilangan darah yang mendadak (30% atau lebih)., seperti
pendarahan. Menimbulkan simtomatologi sekunde hivopelemia dan hipoksemia.
Mekanisme kompensasi bekerja melalui:
a. Penngkatan curah jantung dan pernafasan, karena itu menambah pengiriman O2 ke
jringan-jaringan oleh sel darah merah
b. Meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin
c. Mengembanhkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela jaringan, dan
d. Redisribusi aliran darah ke organ-organ vital

6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan penyaring: kadar Hb, indeks eritrosit, hapusan darah tepi
b. Pemeriksaan darah seri anemia: hitung leokosit, trombosit, retikulosit, LED
c. Pemeriksaan sumsum tulang: untuk An.Aplastik, an.Megaloblastik, MDS
d. Pemeriksaan Khusus : dikerjakan hanya atas indikasi khusus.

7. Terapi
Metode pengobatan anemia tergantung pada jenis anemia yang diderita pasien. Beberapa
contohnya antara lain:
a. transfuse darah
b. kortikosterois atau obat lain yang menekan sistem sistem kekebalan tubuh
c. erythropoietin, obat yang membantu sumsum tulang anda membuat lebih banyak sel
darah
d. suplemen zat besi, vitamin B12, asam folat, atau vitamin dan mineralnya.

8. Pengkajian keperawatan
Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Pucat, keletihan, kelemahan, nyeri kepala, demam, dyspnea, vertigo, sensitive
terhadap dingin, berat badan menurun.
b. Kulit
Kulit kering, kuku rapuh.
c. Mata
Penglihatan kabur, perdarahan retina
d. Telinga
Vertigo, tinnitus
e. Mulut
Mukosa licin dan mengkilat, stomatitis
f. Paru-paru
Dispneu
g. Kardiovaskuler
Takikardi, hipotensi, kardiomegali, gagal jantung.
h. Gastrointestinal
Anoreksia
i. Muskulokletal
Nyeri pinggang, nyeri sendi
j. Sistem persyarafan
Nyeri kepala, bingung , mental depresi, cemas.

9. Diagnosa keperawatan
a. Risiko tinggi terhadp infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
sekunder (penurunan hemoglobin leukopenia atau penurunan granulosit9respon
inflamasi tertekan)
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan/ absorpsi nutrisi yang
diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
c. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di
perlukan untuk pengiriman oksigen/nutrisi ke sel.
10.Intervensi
a. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
sekunder (penurunan hemoglobin leukopenia atau penurunan granulosit (respon
inflamasi tertekan).
Intervensi :
- anjurkan pasien untuk mencuci tangan
- Berikan perawatan kulit, perianal dan oral
b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/ nutrisi ke sel.
Intervensi:
- Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/ membrane mukosa, dasar
kuku.
- Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan/ absorpsi nutrisi yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah.
Intervensi:
- Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
- Observasi dan catat masukan makanan untuk penderita anemia
- Timbang berat badan setiap hari
- Berikan makanan sedikit dengan frekuensi sering atau makan diantara waktu
makan.

11.Penyimpangan KDM
Kekurangan zat gizi untuk sintesis erirosit

Anemia

Gangguan perfusi jaringan Viskositas darah me

Resistensi aliran darah perifer


Transport O, ke jaringan

Ketidakseimbangan perubahan proses

antara suplai O, pencernaan

dan kebutuhan jaringan

Kekurangan suplai nutrisi Metabolis me

Mual muntah Enery me paristaltik usus me

Anoreksia Kelemahan

Penurunan berat badan Intoleransi aktivitas Diare

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


12.Daftar Pustaka

https://www.alodokter.com/anemia
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Anemia
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/cd814441838a1678f90f08322af1e6cc.pdf
https://www.slideshare.net/mobile/aminudinharahap/makalah-anemia-miss
https://www.academia.edu/18750689/Makalah_Anemia
http://eprints.ums.ac.id/16666/2/BAB_I.pdf
http://www.kasih-group.com/id/berita/746/pemeriksaan-laboratorium-pada-anemia
https://satujam.com/askep-anemia/

Anda mungkin juga menyukai