Disusun Oleh:
RIRIN APRIANI (2014201077)
A. PENGERTIAN
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb)
atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah
dalam membawa oksigen (Badan POM, 2018)
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin
(Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar
hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut
dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin
kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia
bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau
akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan
jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di
bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah gejala dari kondisi yang
mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi
yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas
pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya.
(Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2017)
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi
hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2017)
↓
Sintesis DNA terganggu
↓
Gangguan maturasi inti sel darah merah
↓
Megaloblas (eritroblas yang besar)
↓
Eritrosit immatur dan hipofungsi
2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh
destruksi sel darah merah:
a) Pengaruh obat-obatan tertentu
b) Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
c) Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
d) Proses autoimun
e) Reaksi transfusi
f) Malaria
↓
Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit
↓
Antigesn pada eritrosit berubah
↓
Dianggap benda asing oleh tubuh
↓
sel darah merah dihancurkan oleh limposit
↓
Anemia hemolisis
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)
DERAJAT WHO NCI
C. ETIOLOGI:
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin,
vitamin C dan copper
Menurut Badan POM (2019), Penyebab anemia yaitu
1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam folat,
vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena
anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak
memiliki cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat besi
dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran
pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung
(aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam
penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah pada
kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat menyebabkan
anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria, atau
disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.
D. PATOFISIOLOGI
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya
berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin
yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)
segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl,
kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus
ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya
dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi
sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat
dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Anemia
↓
viskositas darah menurun
↓
resistensi aliran darah perifer
↓
penurunan transport O2 ke jaringan
↓
hipoksia, pucat, lemah
↓
beban jantung meningkat
↓
kerja jantung meningkat
↓
payah jantung
A. Identitas Pasien
Anemia lebih sering terjadi pada umur 14-15 tahun (WHO 2011), sedangkan menurut
jenis kelamin Kemenkes RI (2013) menunjukkan angka prevalensi anemia pada
perempuan relatif lebih tinggi (23,90%) dibanding laki-laki (18,40%), prevalensi
anemia berdasarkan lokasi tempat tinggal (alamat) menunjukkan bahwa masyarakat
yang tinggal di pedesaan memiliki risisko lebih tinggi (22,80%) dibandingkan tinggal di
perkotaan (20,60%) (Priyanto 2018, pendidikan, pekerjaan yang beresiko terjadinya
anemia salah satunya yaitu penggunaan pestisida, karena pestisida merupakan bahan
yang digunakan secara luas diberbagai sektor, terutama disektor pertanian atau
perkebunan, kehutanan, perikanan, dan pertanian pangan (Arwin N. M, Suyud. 2016),
Diagnosa medis biasanya yang terjadi pada anemia salah satunya yaitu
ketidakseimbanagn nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, keletihan, risiko infeksi.
B. Clinical History
1. Diagnosa Medis
2. Keluhan utama
Pasien dengan penyakit anemia biasanya keluhan yang paling khas adalah pusing,
pucat, kelelahan dan kelemahan
Pada riwayat keluarga yang dikaji adalah riwayat dari anggota yang memiliki
penyakit sama seperti klien, penyakit menular seperti TBC, penyakit keturunan
seperti DM, Hipertensi, jantung dan asma. Jika ada riwayat penyakit keturunan
selanjutnya dibuat genogram.
C. Pola Fungsingonal
1. Pola persepsepsi kesehatan dan management kesehatan
a. Makan
Dikaji tentang frekuensi makan, jenis diet, porsi makan, riwayat alergi terhadap
suatu jenis makanan tertentu. pada klien anemia, bisanya mengalami penurunan
nafsu makan karena badan yang terasa lemas
b. Minum
Dikaji tentang jumlah dan jenis minuman setiap hari dan tidak ada perubahan
pada pola minum pada pasien
c. Pola eliminasi
Meliputi kebiasaan BAK dan BAB, warnanya, konsisten, frekuensi dan bau baik
sebelum masuk kerumahan sakit atau saat masuk rumah sakit. klien anemia
tidak mengalami perubahan dalam pola eliminasinya
d. Pola aktivitas
Dikaji tentang kegiatan dalam pekerjaan, mobilisasi, ola raga, kegiatan diwaktu
luang dan apakah keluhan yang dirasakan klien mengganggu aktivitas klien
tersebut. Aktivitas pada klien anemia biasanya terganggu karena pola istirahat
yang tidak teratur, keletihan atau kelemahan yang dialami klien.
e. Pola istirahat tidur
Waktu tidur, lamanya tidur setiap hari, apakah ada kesulitan dalam tidur.
Pada pasien anemia biasanya pola tidurnya sering terganggu pada malam hari dan
pasien merasakan gelisah akan kondisinya atau kare pola aktivitas pada saat pagi
hari.
f. Pola kognitif-perseptual
Menggambarkan : body image, identitas diri, harga diri, peran diri, ideal diri dan
klien dengan riwayat penyakit anemia biasanya menginginkan kesmbuhan
supaya dapat beraktivitas kembali seperti biasanya
Koping yang didapatkan klien biasanya dukungan dari keluarga dan kedekatan
keluarga kepada klien.
Pada Pasien anemia, aktivitas dalam beribadah sedikit terganggua karena klien
mengalami lemas.
D. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
b. Mata
Inspeksi : kedua mata simetris, mata terlihat sayu dan berwarna merah,
konjungtiva merah muda, terdapat kotoran pada sudut-sudut mata.
c. Telinga
d. Hidung
Inspeksi : hidung terlihat simetris, tidak terlihat keluar lendir pada hidung,
dari kedua lubang hidung tidak tampak kotoran, tidak tampak cuping hidung.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada hidung, tidak teraba benjolan klien.
e. Mulut
Inspeksi : klien tidak menggunakan gigi palsu, lidah tampak kotor, gigi
tampak kotor, mukosa bibir tampak kering.
f. Leher
Inspeksi : tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak tampak jejas
dan massa.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada leher.
g. Dada
jantung
Inspeksi : dada terlihat simetris , tidak tampak massa, tidak tampak ictus
cordis.
Palpasi : tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan, teraba ictus cordis.
Perkusi : pekak pada batas jantung.
Auskultasi : terdengar S1 dan S2 tunggal
Paru
Inspeksi : dada terlihat simetris,pengembangan dada simetris .
Palpasi : tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus
normal.
Perkusi : sonor pada lapang paru.
Auskultasi : terdengar vesikuler.
h. Abdomen
Tidak terkaji
j. Ekstremitas
Kulit
Inspeksi : warna merata, tidak ada jaringan parut, tidak ada lesi, kuku
bersih dan pendek
Palpasi : akral hangat, suhu 36℃C
F. DIAGNOSA
1. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan
konsentrasi Hb dalam darah.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake
makanan.
3. Defisit perawatan diri b.d kelemahan
4. Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)
5. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
6. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi perfusi
7. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan
8. Keletihan b.d anemia
G. PERENCANAAN KEPERAWATAN
N DIANGOSA
SLKI SIKI
O KEPERAWATAN
1 Perfusi jaringan tidak Setelah dilakukan tindakan Peripheral Sensation
efektif b/d penurunan keperawatan selama ……… Management (Manajemen
konsentrasi Hb dan jam perfusi jaringan klien sensasi perifer)
darah, suplai oksigen adekuat dengan kriteria : a) Monitor adanya daerah
berkurang a) Membran mukosa merah tertentu yang hanya
b) Konjungtiva tidak peka terhadap
anemis panas/dingin/tajam/tum
c) Akral hangat pu
d) Tanda-tanda vital dalam b) Monitor adanya paretese
rentang normal c) Instruksikan keluarga
untuk mengobservasi
kulit jika ada lesi atau
laserasi
d) Gunakan sarun tangan
untuk proteksi
e) Batasi gerakan pada
kepala, leher dan
punggung
f) Monitor kemampuan
BAB
g) Kolaborasi pemberian
analgetik
h) Monitor adanya
tromboplebitis
i) Diskusikan menganai
penyebab perubahan
sensasi
3 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan Self Care assistane : ADLs
b/d kelemahan fisik keperawatan selama ………. a) Monitor kemempuan
jam kebutuhan mandiri klien klien untuk perawatan
Definisi : terpenuhi dengan kriteria diri yang mandiri.
Gangguan kemampuan a. Klien terbebas dari bau b) Monitor kebutuhan
untuk melakukan ADL badan klien untuk alat-alat
pada diri b. Menyatakan bantu untuk kebersihan
kenyamanan terhadap diri, berpakaian, berhias,
Batasan karakteristik kemampuan untuk toileting dan makan.
a. ketidakmampuan melakukan ADLs c) Sediakan bantuan
untuk mandi, c. Dapat melakukan ADLS sampai klien mampu
b. ketidakmampuan dengan bantuan secara utuh untuk
untuk berpakaian, melakukan self-care.
c. ketidakmampuan d) Dorong klien untuk
untuk makan, melakukan aktivitas
d. ketidakmampuan sehari-hari yang normal
untuk toileting sesuai kemampuan yang
dimiliki.
Faktor yang e) Dorong untuk
berhubungan : melakukan secara
kelemahan, kerusakan mandiri, tapi beri
kognitif atau bantuan ketika klien
perceptual, kerusakan tidak mampu
neuromuskular/ otot- melakukannya.
otot saraf f) Ajarkan klien/ keluarga
untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak
mampu untuk
melakukannya.
g) Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai
kemampuan.
h) Pertimbangkan usia
klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.
Brunner & Suddarth. 2017. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2016. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta:
EGC
Johnson, M., et all. 2017. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Smeltzer & Bare. 2020. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2016. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.