Dosen Pengampu :
Ns. Yofa Anggriani Utama, M.Kes,M.Kep
Disusun oleh :
Rini Apriani 18.14201.30.15
1
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar HB sampai
dibawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat.anemia adalah gejala dari
kondisi yang mendasari,seperti kehilangan komponen darah ,elemen tidak adekuat
atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah,yang
mengakibatkan penurunan oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam
penyebabnya.(Marilyn E,Doenges,Jakarta,2002)
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan
kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan
penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat
gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan
jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi
hemoglobin turun dibawah normal.(wong,2003)
B. Anatomi fisiologi
Darah merupakan bentuk jaringan ikat khusus,terdiri atas elemen pembentuk yaitu
sel-sel darah,trombosit dan plasma darah.volume darah pada manusia dewasa
sehat kurang lebih lima liter dan dibandingkan darah meliputi sekitar 8% berat
badan,darah terdiri dari tiga sel utama yaitu sel darah merah,sel darah putih,dan
platelet.setiap jenis sel darah menjalani beberapa tahap kematangan dan
diferensiasi yang kompelks ketika berkembang dari sel induk menjadi sel matur
(matang).pada orang dewasa,pembentukan sel darah terutama berada di dalam
sumsum tulang.
Sel darah merah merupakan sel yang berdiferensiasi jauh dan mempunyai fungsi
transfor oksigen.sel darah putih adalah sel yang mengandung inti,melindungi
tubuh dari invasi bakteri dan reaksi melawan terhadap benda atau jaringan
asing,sedangkan platelet berperan dalam pelepasan sel-sel koagulasi.
C. Etiologi:
Anemia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit,namun semua kerusakan tersebut
secara signifikan akan mengurangi banyaknya oksigen yang tersedia untuk
2
jaringan.menurut brunner dan suddart (2001),beberapa penyebab anemia secara
umum antara lain :
a. Secara fisiologis anemia terjadi bila terdapat kekurangan jumlah
hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan
b. Akibat dari sel darah merah yang premature atau penghancuran sel darah
merah berlebihan
c. Produksi sel darah merah tidak mencukupi
d. Factor lain meliputi kehilangan,kekurangan nutrisi,faktor
keturunan,penyakit kronis dan kekurangan zat besi
E. Klasifikasi anemia:
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastik
Penyebab:
Agen neoplastik/sitoplastik
Terapi radiasi
Antibiotic tertentu
Obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
Benzene
Infeksi virus (khususnya hepatitis)
↓
Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler
↓
3
Gangguan sel induk di sumsum tulang
↓
Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai
↓
Pansitopenia
↓
Anemia aplastic
Gejala-gejala:
Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna,
perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
Morfologis: anemia normositik normokromik
b. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
Hematokrit turun 20-30%
Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun
defisiensi eritopoitin
c. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan
anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan
warna yang normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru,
osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan
d. Anemia defisiensi besi
Penyebab:
Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus,
hemoroid, dll.)
↓
gangguan eritropoesis
↓
4
Absorbsi besi dari usus kurang
↓
sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin
↓
Anemia defisiensi besi
Gejala-gejalanya:
Atropi papilla lidah
Lidah pucat, merah, meradang
Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
e. Anemia megaloblastik
Penyebab:
Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st gastrektomi)
infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing
pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.
↓
Sintesis DNA terganggu
↓
Gangguan maturasi inti sel darah merah
↓
Megaloblas (eritroblas yang besar)
↓
Eritrosit immatur dan hipofungsi
2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan
oleh destruksi sel darah merah:
Pengaruh obat-obatan tertentu
Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
Proses autoimun
Reaksi transfuse
Malaria
5
↓
Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit
↓
Antigesn pada eritrosit berubah
↓
Dianggap benda asing oleh tubuh
↓
sel darah merah dihancurkan oleh limposit
↓
Anemia hemolisis
F. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel
darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab
yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis
(destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan
ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini
adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel
darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma
(konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada
sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
biasanya dapat diperleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2.
derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
6
pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Anemia
↓
viskositas darah menurun
↓
resistensi aliran darah perifer
↓
penurunan transport O2 ke jaringan
↓
hipoksia, pucat, lemah
↓
beban jantung meningkat
↓
kerja jantung meningkat
↓
payah jantung
7
I. Terapi yang Dilakukan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang:
1. Anemia aplastik:
Transplantasi sumsum tulang
Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan
yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat
darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
Dicari penyebab defisiensi besi
Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat
ferosus.
5. Anemia megaloblastik
Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi
yang tidak dapat dikoreksi.
Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan
asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
8
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN MASALAH KOLABORASI YANG
MUNGKIN MUNCUL
1. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake
makanan.
3. Kurang pengatahuan tentang anemia berhubungan dengan kurang informasi.
4. Resiko Infeksi. Faktor resiko pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)
5. perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan
konsentrasi Hb dalam darah.
6. Deficite self care b.d kelemahan
7. Resiko jatuh
8. PK anemia
9
PERENCANAAN KEPERAWATAN
No NOC Indikator Nic Label intervensi rasional
Dx.
1 Klien dapat Berpartisipasi dalam aktivitas fisik Toleransi 1. Menentukan penyebab Menentukan penyebab dapat
menoleransi aktivitas & dgn TD, HR, RR yang sesuai aktivitas intoleransi membnatu menentukan
melakukan ADL dgn Menyatakan gejala aktivitas&menentukan intoleransi
baik memburuknya efek dari apakah penyebab dari fisik,
KH: OR&menyatakan onsetnya psikis/motivasi
segera 2. Kaji kesesuaian Terlalu lama bedrest dapat
Warna kulit aktivitas&istirahat klien memberi kontribusi pada
normal,hangat&kering sehari-hari intoleransi aktivitas
Memverbalisa-sikan pentingnya
aktivitas secara bertahap 3. ↑ aktivitas secara bertahap, Peningkatan aktivitas
Mengekspresikan pengertian biarkan klien berpartisipasi membantu mempertahankan
pentingnya keseimbangan dapat perubahan posisi, kekuatan otot, tonus
latihan&istirahat berpindah & perawatan diri
↑toleransi aktivitas 4. Pastikan klien mengubah Bedrest dalam posisi supinasi
posisi secara bertahap. menyebabkan volume
Monitor gejala intoleransi plasma→hipotensi
aktivitas postural&syncope
5. Ketika membantu klien TV&HR respon terhadap
berdiri, observasi gejala ortostatis sangat beragam
intoleransi spt mual, pucat,
pusing, gangguan
kesadaran&tanda vital
6. Lakukan latihan ROM jika Ketidakaktifan berkontribusi
klien tidak dapat terhadap kekuatan
menoleransi aktivitas otot&struktur sendi
2 Status nutrisi *Pemasukan yang adekuat Therapi gizi Monitor masukan cairan dan Mengantisipasi kekurangan
*Tanda-tanda malnutri si makanan dan hitung kalori gizi
*Membran konjungtiva dan makanan dengan tepat
mukos tidk pucat 1. berikan Pen-Kes tentang Meningkatkan pengetahuan ps
*Nilai Lab.: pentingnya gizi dan keluarga
Protein total: 6-8 gr% 2. Kolaborasi ahli gizi Menentukan jumlah kalori dan
Albumin: 3.5-5,3 gr % jenis makanan yang
Globulin 1,8-3,6 gr % diperlukan ps untuk
HB tidak kurang dari 10 gr % memenuhi persyaratan gizi
3. Pastikan diet gizi serat dan Mencegah konstipasi atau
buah-buahan yang cukup sembelit, Mencegah
penurunan nafsu makan
4. *pantau lab jika perlu Penanda pemenuhan keb.gizi
11
5. *evaluasi tanda-tanda Mencegah terjadinya gizi
kekurangan gizi buruk
3 Pengeta-huan tentang Ps mampu: Pengetahua 1. Jelaskan tentang proses Meningkatan pengetahuan dan
penyakit, Menjelaskan kembali tentang n penya-kit penyakit mengurangi cemas
proses penyakit, mengenal
kebutuhan perawatan dan 2. Jelaskan tentang program Mempermudah intervensi
pengobatan tanpa cemas pengobatan dan alternatif
pengobantan
3. Jelaskan tindakan untuk Mencegah keparahan penyakit
mencegah komplikasi
4. Tanyakan kembali Mereviw
pengetahuan ps tentang
penyakit, prosedur prwtn
dan pengobatan
4 Kontrol infeksi dan Bebas dari tanda-tanda infeksi manajemen 1. Amati tanda2 infeksi dan Ps mungkin masuk dg infeksi yg
kontrol resiko Angka leukosit normal infeksi peradangan, spt demam, bisanya telah mencetuskan
Ps mengatakan tahu tentang Aktifitas: kemerahan, adanya pus pada keadaan ketoasidosis atau dapat
tanda-tanda infeksi luka, sputum purulen, urine mengalami infeksi nasokomial
Tidak ada ulkus/luka wrna keruh atau berkabut.
2. Tingkatkan uapaya mencegah INOS
pencegahan (cuci tangan
12
semua orang yg b.d Ps
termasuk pasiennya sendiri
setiap kali akan melakukan
aktifitas untuk membantu ps
3. Pencegahan tehnik aseptic kadar glukosa yang tinggi dalam
untuk semua prosedur darah akan menjadi media
invasive terbaik bagi pertumbuhan
kuman
4. Auskultasi bunyi nafas Ronki mengidentifikasi adanya
akumulasisi secret yang
mungkin b.d
pnemonia/bronchitis (mungkin
sebagai pencetus KDA).
5. Lakukan perubahan posisi Membantu dalam
dan anjurkan ps untuk batuk memventilasikan semua derah
efektif/nafas dalam jika ps paru dan memobilisasikan
sadar dan kooperatif secret, mencegah secret tidak
statis dg terjadinya peningkatan
terhadap resiko infeksi
6. Kaloborasi medis untuk mengidentifikasi organisme
pemeriksaan kultur sehingga dapat memilih th/
13
sensitifitas sesuai indikasi antibiotik yang terbaik
7. Kelola antibiotik sesuai Penanganan awal dpt mencegah
order timbulnya sepsis
1. Batasi pengunjung Mencegah infeksi sekunder
Kontrol 2. Cuci tangan sebelum dan Mencegah INOS
infeksi sesudah merawat ps
Aktifi 3. Tingkatkan masukan gizi Meningkatkan daya tahan tubuh
tas: yang cukup Membantu relaksasi dan
4. Anjurkan istirahat cukup membantu proteksi infeksi
14
ADL 1. Informasikan pd ps dlm Memudahkan intervensi
berpakaian memilih pakaian selama
Aktifi-tas: perawatan
2. Sediakan pakaian di tempat Melatih kemandirian
yg mudah dijangkau
3. Bantu berpakaian yg sesuai Menghindari nyeri bertambah
4. Jaga privacy ps Memberikan kenyamanan
15
DAFTAR PUSTAKA
Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses keperawatan),
Bandung.
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa:
Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta
Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan
untuk perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-3, Alih
bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta
Kuliah ilmu penyakit dalam PSIK UGM, 2004, Tim spesialis dr. penyakit dalam RSUP
dr.Sardjito, yogyakarta.
McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By
Mosby-Year book.Inc,Newyork
NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia,
USA
University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications,
Philadelphia, USA
I Nyoman DS, Bakri.B, Fajar I., 2001, Penilaian Status Gizi, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
LAPORAN PENDAHULUAN
OLEH
EDI PURWANTO
06/200164/EIK/00594
17
II. ANALISA DATA
Data obyektif:
- Wajah mengekerut
menahan sakit
- Selalu minta digosok
balsam pada istrinya
- P: 30 x/m,
- N: 108 x/m
Data obyektif:
- Konjungtiva anemis
- Ekstrimitas mengalami
sianosis
- Hb 6,6 g/dl
- Hasil lab hematology
adanya gambaran anemia
defisiensi besi disertai proses
18
infeksi
- P: 30 x/m,
- N: 108 x/m
Data obyektif:
- Klien dan keluarga
belum tahu secara pasti
penyakit yangdiderita dan
perawatannya
19
- N: 108 x/m
- Terpasang selang infuse
NaCl 0,9%
Data obyektif:
- Konjungtiva anemis
- Ekstrimitas mengalami
sianosis
- Hb 6,6 g/dl
- Hasil lab hematology
adanya gambaran anemia
defisiensi besi disertai proses
infeksi
- P: 30 x/m,
- N: 108 x/m
- Aktifitas dilakukan di
tempat tidur
- Terpasang infus
20
15. Deficite self care b.d kelemahan
16. Resiko jatuh
21
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
22
imagery dan latihan aktifitas tampa
nafas dalam timbul rasa tidak
nyaman
CATATAN PERKEMBANGAN
Diagnosa keperawatan
1
.
Nyeri berhubungan dengan agen injuri
23
Hari/ Waktu Implementasi Evaluasi
tanggal
24
25
26