Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN PADA ANAK

DENGAN ANEMIA Di Ruang Cattleya II


RSUD SOEWONDO PATI
(Minggu ke-2 Keperawatan Anak)

Disus

Disusun Oleh:
Nama : puput puji rahayu
NIM : 82021040069

Prodi : Pendidikan Profesi Ners


Fakultas Ilmu Kesehatan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


Tahun Pelajaran 2021\ 2022
A.    PENGERTIAN
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar
hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan
penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen (Badan POM,
2011)
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan
normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41%
pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita,
wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang
dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan penyakit,
melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan
fungsi tubuh.  Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah
hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Menurut Ngastiyah (2012:328), anemia adalah berkurangnya jumlah

eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1 mm3 darah atau berkurangnya volume
sel yang didapatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah. Hal ini terjadi
bila terdapat gangguan terhadap keseimbangan antara pembentukan darah pada
masa embrio setelah beberapa minggu dari pada masa anak atau dewasa.

B.     KLASIFIKASI ANEMIA


Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1.      Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a.       Anemia aplastik
Penyebab:
  agen neoplastik/sitoplastik
  terapi radiasi
  antibiotic tertentu
  obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
  benzene
  infeksi virus (khususnya hepatitis)

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik
Gejala-gejala:
  Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
  Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna,
perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
  Morfologis: anemia normositik normokromik
b.      Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
  Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
  Hematokrit turun 20-30%
  Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun
defisiensi eritopoitin
c.      Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis
normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang
normal).  Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis,
tuberkolosis dan berbagai keganasan
d.      Anemia defisiensi besi
Penyebab:
  Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
  Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
  Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus,
hemoroid, dll.)

gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi
Gejala-gejalanya:
  Atropi papilla lidah
  Lidah pucat, merah, meradang
  Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
  Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
e.       Anemia megaloblastik
Penyebab:
  Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
  Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
  Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi
cacing pita,makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.

Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi
2.      Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan
oleh destruksi sel darah merah:
  Pengaruh obat-obatan tertentu
  Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
  Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
  Proses autoimun
  Reaksi transfusi
  Malaria

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)
DERAJAT WHO NCI

Derajat 0 (nilai normal) > 11.0 g/dL Perempuan 12.0 - 16.0


g/dL
Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL Laki-laki 14.0 - 18.0
Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL g/dL
Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 10.0 g/dL - nilai normal
Derajat 4 (mengancam < 6.5 g/dL 8.0 - 10.0 g/dL
jiwa) 6.5 - 7.9 g/dL
< 6.5 g/dL

C.    ETIOLOGI:
1.      Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2.      Perdarahan
3.      Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4.      Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi  defisiensi besi, folic acid,
piridoksin, vitamin C dan copper.
Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:
1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12,
asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan
sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan
terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak
dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap
zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4. 4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di
saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan
anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan
lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan
masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis,
dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin
B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal,
masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya
dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel
darah merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria,
atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.
D.    PATOFISIOLOGI
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum
atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
(misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik
atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.  Hasil
samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah.  Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan
peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
(pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia).  Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat
semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin
(hemoglobinuria). 
Kesimpulan  mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan
oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang
dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
E. PATHWAY ANEMIA (Patrick Davey, 2012)
 
F.     TANDA DAN GEJALA
1.      Lemah, letih, lesu dan lelah
2.      Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3.      Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb,
vasokontriksi
4.      Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina
(sakit dada)
5.      Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
6.      Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan
berkurangnya oksigenasi pada SSP
7.      Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau
diare)
G.     KEMUNGKINAN KOMPLIKASI YANG MUNCUL
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
1.     gagal jantung,
2.      kejang.

3.      Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )

4.      Daya konsentrasi menurun

5.      Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun

H.    PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENUNJANG

1. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar
Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung
trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin
parsial. 
2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
3. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis
serta sumber kehilangan darah kronis.

I.    PENATALAKSANAAN MEDIS


Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang:
1.      Anemia aplastik:
  Transplantasi sumsum tulang
  Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2.      Anemia pada penyakit ginjal
  Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
  Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3.      Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan
untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya,
besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4.      Anemia pada defisiensi besi
  Dicari penyebab defisiensi besi
  Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat
ferosus.
5.      Anemia megaloblastik
  Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi
disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat
diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
  Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang
tidak dapat dikoreksi.
  Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan
asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.

J.   PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.      Lakukan pengkajian fisik
2.      Dapatkan riwayat kesehatan, termasuk riwayat diet
3.      Observasi adanya manifestasi anemia
a.       Manifestasi umum
  Kelemahan otot
  Mudah lelah
  Kulit pucat
b.      Manifestasi system saraf pusat
  Sakit kepala
  Pusing
  Kunang-kunang
  Peka rangsang
  Proses berpikir lambat
  Penurunan lapang pandang
  Apatis
  Depresi
c.       Syok (anemia kehilangan darah)
  Perfusi perifer buruh
  Kulit lembab dan dingin
  Tekanan darah rendah dan tekanan darah setral
  Peningkatan frekwensi jatung

J.      DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN MASALAH KOLABORASI YANG


MUNGKIN MUNCUL

1.  Perfusi jaringan tidak efektif b.d  perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan
konsentrasi Hb dalam darah.
2.  Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake
makanan.
3.  Defisit perawatan diri b.d kelemahan
4.  Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)
5.  Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
K.    PERENCANAAN KEPERAWATAN

DIANGOSA TUJUAN DAN


N INTERVENSI
KEPERAWAT KRITERIA
O (NIC)
AN HASIL (NOC)
1 Perfusi jaringan Setelah dilakukan Peripheral
tidak efektif b/d tindakan Sensation
penurunan keperawatan selama Management
konsentrasi Hb ……… jam perfusi (Manajemen
dan darah, suplai jaringan klien sensasi perifer)
oksigen adekuat dengan   Monitor adanya
berkurang kriteria : daerah tertentu yang
-     Membran mukosa hanya peka terhadap
merah panas/dingin/tajam/t
-     Konjungtiva tidak umpul
anemis   Monitor adanya
-     Akral hangat paretese
-     Tanda-tanda vital   Instruksikan keluarga
dalam rentang untuk
normal mengobservasi kulit
jika ada lesi atau
laserasi
  Gunakan sarun tangan
untuk proteksi
  Batasi gerakan pada
kepala, leher dan
punggung
  Monitor kemampuan
BAB
  Kolaborasi pemberian
analgetik
  Monitor adanya
tromboplebitis
  Diskusikan menganai
penyebab perubahan
sensasi

2 Ketidakseimbang Setelah dilakukan NIC :


an nutrisi kurang tindakan Nutrition
dari kebutuhan keperawatan selama Management
tubuh b/d intake ………. status   Kaji adanya alergi
yang kurang, nutrisi  klien makanan
anoreksia adekuat dengan   Kolaborasi dengan
kriteria ahli gizi untuk
Definisi : Intake   Adanya peningkatan menentukan jumlah
nutrisi tidak berat badan sesuai kalori dan nutrisi
cukup untuk dengan tujuan yang dibutuhkan
keperluan   Beratbadan ideal pasien.
metabolisme sesuai dengan tinggi   Anjurkan pasien
tubuh. badan untuk meningkatkan
  intake Fe
Batasan Mampumengidentif   Anjurkan pasien
karakteristik : ikasi kebutuhan untuk meningkatkan
-    Berat badan 20 nutrisi protein dan vitamin
% atau lebih di   Tidk ada tanda tanda C
bawah ideal malnutrisi   Berikan substansi gula
-    Dilaporkan   Menunjukkan   Yakinkan diet yang
adanya intake peningkatan fungsi dimakan
makanan yang pengecapan dari mengandung tinggi
kurang dari RDA serat untuk
(Recomended menelan mencegah
Daily Allowance)   Tidak terjadi konstipasi
-    Membran penurunan berat   Berikan makanan
mukosa dan badan yang berarti yang terpilih ( sudah
konjungtiva   Pemasukan yang dikonsultasikan
pucat adekuat dengan ahli gizi)
-    Kelemahan otot   Tanda-tanda   Ajarkan pasien
yang digunakan malnutri si bagaimana membuat
untuk   Membran catatan makanan
menelan/mengun konjungtiva dan harian.
yah mukos tidk pucat   Monitor jumlah
-    Luka, inflamasi   Nilai Lab.: nutrisi dan
pada rongga Protein total: 6-8 gr% kandungan kalori
mulut Albumin: 3.5-5,3 gr   Berikan informasi
-    Mudah merasa % tentang kebutuhan
kenyang, sesaat Globulin 1,8-3,6 gr % nutrisi
setelah HB tidak kurang dari   Kaji kemampuan
mengunyah 10 gr % pasien untuk
makanan mendapatkan nutrisi
-    Dilaporkan atau yang dibutuhkan
fakta adanya
kekurangan Nutrition
makanan Monitoring
-    Dilaporkan   BB pasien dalam
adanya batas normal
perubahan   Monitor adanya
sensasi rasa penurunan berat
-    Perasaan badan
ketidakmampuan   Monitor tipe dan
untuk jumlah aktivitas
mengunyah yang biasa
makanan dilakukan
-    Miskonsepsi   Monitor interaksi
-    Kehilangan BB anak atau orangtua
dengan makanan selama makan
cukup   Monitor lingkungan
-    Keengganan selama makan
untuk makan   Jadwalkan
-    Kram pada pengobatan  dan
abdomen tindakan tidak
-    Tonus otot jelek selama jam makan
-    Nyeri abdominal   Monitor kulit kering
dengan atau dan perubahan
tanpa patologi pigmentasi
-    Kurang berminat   Monitor turgor kulit
terhadap   Monitor kekeringan,
makanan rambut kusam, dan
-    Pembuluh darah mudah patah
kapiler mulai   Monitor mual dan
rapuh muntah
-    Diare dan atau   Monitor kadar
steatorrhea albumin, total
-    Kehilangan protein, Hb, dan
rambut yang kadar Ht
cukup banyak   Monitor makanan
(rontok) kesukaan
-    Suara usus   Monitor pertumbuhan
hiperaktif dan perkembangan
-    Kurangnya   Monitor pucat,
informasi, kemerahan, dan
misinformasi kekeringan jaringan
konjungtiva
Faktor-faktor   Monitor kalori dan
yang intake nuntrisi
berhubungan :   Catat adanya edema,
Ketidakmampuan hiperemik,
pemasukan atau hipertonik papila
mencerna lidah dan cavitas
makanan atau oral.
mengabsorpsi   Catat jika lidah
zat-zat gizi berwarna magenta,
berhubungan scarlet
dengan faktor
biologis,
psikologis atau
ekonomi.

3 Defisit perawatan Setelah dilakukan NIC :


diri b/d tindakan Self Care
kelemahan fisik keperawatan selama assistane : ADLs
………. jam   Monitor kemempuan
Definisi : kebutuhan mandiri klien untuk
Gangguan klien terpenuhi perawatan diri yang
kemampuan dengan kriteria mandiri.
untuk melakukan   Klien terbebas dari   Monitor kebutuhan
ADL pada diri bau badan klien untuk alat-alat
  Menyatakan bantu untuk
Batasan kenyamanan kebersihan diri,
karakteristik : terhadap berpakaian, berhias,
ketidakmampuan kemampuan untuk
untuk mandi, melakukan ADLs toileting dan makan.
ketidakmampuan   Dapat melakukan   Sediakan bantuan
untuk berpakaian, ADLS dengan sampai klien
ketidakmampuan bantuan mampu secara utuh
untuk makan, untuk melakukan
ketidakmampuan self-care.
untuk toileting   Dorong klien untuk
melakukan aktivitas
Faktor yang sehari-hari yang
berhubungan : normal sesuai
kelemahan, kemampuan yang
kerusakan dimiliki.
kognitif atau   Dorong untuk
perceptual, melakukan secara
kerusakan mandiri, tapi beri
neuromuskular/ bantuan ketika klien
otot-otot saraf tidak mampu
melakukannya.
  Ajarkan klien/
keluarga untuk
mendorong
kemandirian, untuk
memberikan
bantuan hanya jika
pasien tidak mampu
untuk
melakukannya.
  Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai
kemampuan.
  Pertimbangkan usia
klien jika
mendorong
pelaksanaan
aktivitas sehari-
hari. 

4 Resiko infeksi Setelah dilakukan NIC :


tindakan Infection Control
Definisi : keperawatan selama (Kontrol infeksi)
Peningkatan ………. jam status          Bersihkan
resiko masuknya imun klien lingkungan setelah
organisme meningkat dengan dipakai pasien lain
patogen kriteria          Pertahankan teknik
  Klien bebas dari isolasi
Faktor-faktor tanda dan gejala          Batasi pengunjung
resiko : infeksi bila perlu
-          Prosedur Infasif   Menunjukkan          Instruksikan pada
-          Ketidakcukupan kemampuan untuk pengunjung untuk
pengetahuan mencegah mencuci tangan saat
untuk timbulnya infeksi berkunjung dan
menghindari   Jumlah leukosit setelah berkunjung
paparan patogen dalam batas normal meninggalkan
-          Trauma   Menunjukkan pasien
-          Kerusakan perilaku hidup sehat          Gunakan sabun
jaringan dan antimikrobia untuk
peningkatan cuci tangan
paparan          Cuci tangan setiap
lingkungan sebelum dan
-          Ruptur membran sesudah tindakan
amnion kperawtan
-          Agen farmasi          Gunakan baju,
(imunosupresan) sarung tangan
-          Malnutrisi sebagai alat
-          Peningkatan pelindung
paparan          Pertahankan
lingkungan lingkungan aseptik
patogen selama pemasangan
-          Imonusupresi alat
-                   Ganti letak IV
Ketidakadekuata perifer dan line
n imum buatan central dan dressing
-          Tidak adekuat sesuai dengan
pertahanan petunjuk umum
sekunder          Gunakan kateter
(penurunan Hb, intermiten untuk
Leukopenia, menurunkan infeksi
penekanan kandung kencing
respon inflamasi)          Tingktkan intake
-          Tidak adekuat nutrisi
pertahanan tubuh          Berikan terapi
primer (kulit antibiotik bila perlu
tidak utuh,
trauma jaringan, Infection
penurunan kerja Protection
silia, cairan tubuh (proteksi terhadap
statis, perubahan infeksi)
sekresi pH,
         Monitor tanda dan
perubahan
gejala infeksi
peristaltik)
sistemik dan lokal
-          Penyakit kronik          Monitor hitung
granulosit, WBC
         Monitor kerentanan
terhadap infeksi
         Batasi pengunjung
         Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
         Partahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
         Pertahankan teknik
isolasi k/p
         Berikan perawatan
kuliat pada area
epidema
         Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap
kemerahan, panas,
drainase
         Ispeksi kondisi luka
/ insisi bedah
         Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
         Dorong masukan
cairan
         Dorong istirahat
         Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai
resep
         Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
         Ajarkan cara
menghindari infeksi
         Laporkan
kecurigaan infeksi
         Laporkan kultur
positif

5 Intoleransi Setelah dilakukan Toleransi aktivitasi


aktifitas b.d tindakan 1.   Menentukan
ketidakseimbang keperawatan selama penyebab intoleransi
an suplai dan …….. klien dapat aktivitas&menentuk
kebutuhan beraktivitas dengan an apakah penyebab
oksigen kriteria dari fisik,
- Berpartisipasi psikis/motivasi
dalam aktivitas fisik 2.   Observasi adanya
dgn TD, HR, RR pembatasan klien
yang sesuai dalam beraktifitas.
-Menyatakan gejala 3.   Kaji kesesuaian
memburuknya efek aktivitas&istirahat
dari klien sehari-hari
OR&menyatakan 4.   ↑ aktivitas secara
onsetnya segera bertahap, biarkan
-Warna kulit klien berpartisipasi
normal,hangat&keri dapat perubahan
ng posisi, berpindah &
Memverbalisa-sikan perawatan diri
pentingnya 5.   Pastikan klien
aktivitasseca-ra mengubah posisi
bertahap secara bertahap.
Mengekspresikan Monitor gejala
pengertian intoleransi aktivitas
pentingnya 6.   Ketika membantu
keseimbangan klien berdiri,
latihan&istira observasi gejala
Hat intoleransi spt mual,
-   Peningkatan pucat, pusing,
toleransi aktivitas gangguan
kesadaran&tanda
vital
7.   Lakukan latihan
ROM jika klien
tidak dapat
menoleransi
aktivitas
8.   Bantu klien
memilih aktifitas
yang mampu untuk
dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC

Carpenito, L.J. 2011. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6.
Jakarta: EGC

Johnson, M., et all. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River

Marlyn E. Doenges, 2012. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC

Mc Closkey, C.J., et all. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Patrick Davay, 2012, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS

Santosa, Budi. 2017. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:


Prima Medika

Smeltzer & Bare. 2014. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M. 2018. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai