Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH GIZI DAN DIET

“ PEMENUHAN GIZI PADA ANEMIA DAN CACINGAN “

DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK 9

1. EKA MEITA SARI


2. MIROSLAV KLOSE WIJAYA
3. TRISNA WIJAYA

TINGKAT : I.B
DOSEN PEMBIMBING : Hj. ENI FOLENDRA ROSA, SKM, MPH

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PRODI KEPERAWATAN BATURAJA
TAHUN 2020

1
PEMENUHAN GIZI PADA ANEMIA DAN CACINGAN

A. ANEMIA
1. Pengertian Penyakit Anemia
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar
hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan
penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen (Badan
POM, 2011).
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar
hemoglobin Hb) dan sel darah merah eritrosit) lebih rendah dibandingkan
normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang
dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula
pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl
dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia
bukan merupakan penyakit melainkan merupakan pencerminan keadaan
suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis
anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk
mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau
kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat.
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang
dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan
kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan
beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2002)
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau
konsentrasi hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2003)

2
2. Klasifikasi Anemia
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
a. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlash sel darah
merah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
1. Anemia aplastik
Penyebab:
Agen neoplastik/sitoplastik
Terapi radiasi
Antibiotic tertentu
Obat anti konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutosan
Benzene
Infeksi virus (khususnya hepatitis)

Anmemia aplastik
Gejala-gelaja
Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan
saluran cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan
susunan saraf pusat.
Morfologis : anemia normositik normokromik

2. Anemia pada ginjal


Gejala-gejala:
Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
Hematokrit turun 20-30%
Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah
maupun defisiensi eritopotin
3. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan
anemia jenis normostik normokromik (sel darah merah dengan
ukuran warna yang normal). Kelainan ini meliputi

3
artristik rematoid , abses paru, osteomilitis, tuberkolosis, dan
berbagai keganasan.
4. Anemia defisiensi besi
Penyebab :
Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama
hamil, menstruasi
Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis,
varises oesophagus, hemoroid)

gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi
Gejala-gejalanya:
Atropi papilla lidah
Lidah pucat, merah, meradang
Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
5. Anemia megaloblastik
Penyebab:
Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik,
infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu
alkohol.

Sintesis DNA terganggu

4

Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi

6. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah


merah disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
Pengaruh obat-obatan tertentu
Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
Proses autoimun
Reaksi transfusi
Malaria

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis

3. ETIOLOGI ANEMIA
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic
acid, piridoksin, vitamin C dan copper

5
Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:
a. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin
B12, asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah.
b. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi
rawan terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah
menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat
besi.
c. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin
menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
d. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-
menerus di saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu
dapat menyebabkan anemia.
e. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan
perdarahan lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat
menyebabkan masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid,
pil KB, antiarthritis, dll).
f. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini
dapat menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan
vitamin B12.
g. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal,
masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit
lainnya dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses
pembentukan sel darah merah.
h. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang,
malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

6
4. Gambaran Pathway Dan Pathofisiologi Anemia
PATHOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini
dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik
atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil
samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah.
Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan
dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar
diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
(pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien
disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah
merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh dengan dasar:1.
hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah
merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang
terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan
hemoglobinemia.

7
Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung

5. Pencegahan Penyakit Anemia


Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Tapi anda dapat membantu
menghindari iron deficiency anemia dan vitamin deficiency anemias
dengan makanan sehat yang mengandung:
Zat besi
Dapat ditemukan pada daging. Jenis lain adalah kacang, sayuran berwana
hijau gelap, buah yang dikeringkan, dan lain-lain.
Folat
Dapat ditemukan pada jeruk, pisang, sayuran berwarna hijau gelap,
kacang-kavangan, sereal dan pasta.
Vitamin B-12
Vitamin ini banyak terdapat pada daging dan susu.
Vitamin C
Vitamin C membantu penyerapan zat besi. Makanan yang mengandung
vitamin C antara lain jeruk, melon dan buah beri. Makanan yang

8
mengandung zat besi penting untuk mereka yang membutuhkan zat besi
tinggi seperti pada anak-anak, wanita menstruasi dan wanita hamil. Zat
besi yang cukup juga penting untuk bayi, vegetarian dan atlet.
Metabolisme Fe
Besi diabsorsi dalam usus halus (duodenum dan yeyenum) proksimal. Besi
yang terkandung dalam makanan ketika dalam lambung dibebaskan
menjadi ion fero dengan bantuan asam lambung (HCL). Kemudian masuk
ke usus halus dirubah menjadi ion fero dengan pengaruh alkali, kemudian
ion fero diabsorpsi, sebagian disimpan sebagai senyawa feritin dan
sebagian lagi masuk keperedaran darah berikatan dengan protein
(transferin) yang akan digunakan kembali untuk sintesa hemoglobin.
Sebagian dari transferin yang tidak terpakai disimpan sebagai labile iron
pool. Penyerapan ion fero dipermudah dengan adanya vitamin atau
fruktosa, tetapi akan terhambat dengan fosfat, oksalat, susu, antasid

PEMENUHAN GIZI PADA ANEMIA


Zat besi adalah salah satu komponen dasar hemoglobin, suatu zat yang
membantu sel darah merah membawa oksigen ke seluruh tubuh. Jika Anda
mengalami defisiensi besi, tubuh akan kesulitan menghasilkan
hemoglobin, dan hal ini dapat memicu kondisi yang disebut anemia, yaitu
tidak tersedianya cukup hemoglobin dalam darah. [1] Saat seseorang
menderita anemia akibat defisiensi besi, pola makan kaya zat besi adalah
salah satu cara yang mungkin dianjurkan dokter untuk membantu
menambah kadar zat besi dalam tubuh.
1. Menjalani Pola Makan Kaya Zat Besi
Cari tahu seberapa banyak zat besi yang Anda butuhkan. Angka
kecukupan gizi (AKG) zat besi Anda ditentukan oleh beberapa faktor,
yang meliputi usia dan jenis kelamin. [2] Zat besi berlebihan dapat
menimbulkan keracunan, jadi Anda sebaiknya tetap
mempertimbangkan AKG saat beralih menjalani pola makan kaya zat
besi.
 Pria dan wanita antara 9-13 tahun: 8 mg

9
 Pria 14-18 tahun: 11 mg
 Wanita 14-18 tahun: 15 mg
 Pria 19-50 tahun: 8 mg
 Wanita 19-50 tahun: 18 mg
 Pria dan wanita 51 tahun lebih: 8 mg
 Wanita hamil antara 14-50 tahun: 27 mg [3]

2. Masukkan daging kaya zat besi ke dalam makanan Anda.


Daging adalah sumber zat besi heme (zat besi yang berasal dari
hemoglobin bahan makanan hewani) yang bagus. [4] Walaupun zat besi
nonheme (nabati) lebih lazim terkandung dalam makanan sehari-hari,
tubuh kita lebih mudah menyerap zat besi dari sumber heme. [5] Daging
sapi dan unggas merupakan sumber zat besi heme yang bagus.
 Daging sirloin seberat 170 gram akan mengandung sekitar 3,2 mg zat
besi.[6]
 Hati sapi atau ayam juga merupakan sumber yang bagus, dan
mengandung sekitar 5-9 mg zat besi dalam sajian seberat 85 gram.
 Di antara kelompok daging unggas, daging bebek adalah sumber
terbaik dengan kandungan 2,3 mg zat besi dalam sajian seberat 85
gram, [8] dan daging kalkun di peringkat kedua dengan kandungan
kira-kira 2,1 mg zat besi dalam sajian seberat 85 mg.
 Inilah salah satu penyebab vegetarian dan vegan cenderung mengalami
kadar zat besi yang rendah: mereka tidak mengonsumsi daging, jadi
sering kali kadar zat besinya rendah. Jika Anda
seorang vegetarian atau vegan, Anda harus menggantinya dengan
mengonsumsi sayuran kaya zat besi.

3. Tingkatkan konsumsi hidangan laut. Hidangan laut tertentu juga sangat


kaya akan zat besi heme. Pilihan ini juga memiliki manfaat lainnya karena
kaya protein dan rendah lemak. [10] Hidangan laut adalah sumber protein
yang bagus bagi vegetarian yang mau mengonsumsi ikan.

10
 Kerang dan tiram adalah dua di antara bahan makanan yang paling
kaya akan zat besi dengan kandungan berturut-turut sekitar 23 mg dan
10 mg dalam sajian seberat 85 gram.
 Dalam 85 gram moluska atau remis terkandung sekitar 3,5 mg zat besi.
 Satu sajian sarden kalengan dalam minyak seberat 85 gram
mengandung sekitar 2,1 mg zat besi. Ikan tuna, mackerel,
dan haddock juga merupakan sumber yang bagus dengan kandungan
sekitar 0,7 mg zat besi setiap sajiannya.

4. Tambahkan kacang-kacangan dalam makanan Anda. Walaupun zat


besi nonheme tidak diserap sama mudahnya oleh tubuh, Anda masih bisa
mendapatkan banyak zat besi dari bahan makanan nabati, dan kacang-
kacangan adalah salah satu sumber terbaik. Satu cangkir kacang masak
mengandung rata-rata sekitar 3,5 mg zat besi.
 Kacang putih adalah salah satu sumber tertinggi zat besi, dengan
kandungan sebanyak 3,9 mg dalam 1/2 cangkir.
 Beberapa jenis kacang-kacangan yang juga bagus lainnya mengandung
sekitar 2,1 mg dalam 1/2 cangkir saja. Jenis kacang-kacangan ini
meliputi kacang merah, kacang garbanzo (kacang arab), dan
kacang lima.

5. Masukkan tahu atau kacang kedelai dalam makanan


Anda. Vegetarian dan vegan masih dapat menambah zat besi dalam
makanannya karena tahu juga merupakan sumber zat besi nonheme yang
bagus. Dalam 1/2 cangkir tahu saja bisa terkandung zat besi sebanyak 3,5
mg. [20][21]
 Kacang kedelai masak (seperti edamame) bisa mengandung paling
banyak 4,4 mg zat besi dalam 1/2 cangkir sajian.

6. Makanlah banyak-banyak sayuran berdaun hijau gelap. Kandungan

zat besi dalam sayuran seperti ini sangat tinggi. Bayam, kale, dan kubis

adalah beberapa pilihan sumber zat besi nonheme terbaik. [23] Bayam

11
misalnya, mengandung sekitar 3,2 mg zat besi dalam 1/2

cangkir.[24] Sayura berdaun hijau juga dapat disajikan dalam berbagai cara,

dari salad hingga dicampurkan ke dalam smoothies.

7. Makanlah bahan makanan berenergi tinggi seperti polong-polongan

dan biji-bijian. Biji dan polong yang berkecambah lebih bagus lagi bagi

Anda. Misalnya, dalam 28 gram biji labu, wijen, ataupun waluh bisa

terkandung zat besi nonheme sebanyak 4,2 mg. [25]

 Jika suka biji bunga matahari, walaupun kandungan zat besinya tidak

sebanyak biji-bijian di atas, Anda masih bisa mendapatkan 0,7 mg zat

besi dalam setiap 28 gram sajiannya

8. Carilah pilihan bahan makanan yang difortifikasi. Banyak sereal

sarapan dan produk sekam dan oat yang difortikasi dengan zat besi

sehingga sangat bagus untuk meningkatkan zat besi dalam pola makan

yang kekurangan nutrisi ini.[27] Bacalah label dalam kemasan produk untuk

mengetahui kandungan zat besi dalam setiap sajiannya.

9. Minumlah suplemen zat besi. Suplemen zat besi juga tersedia untuk

melengkapi pola makan kaya zat besi. Hanya saja, selalu konsultasikan

dengan dokter untuk memastikan Anda tidak menyerap zat besi terlalu

banyak karena nilai AKG Anda merupakan gabungan antara kandungan

zat besi yang terkandung dalam suplemen dan makanan yang Anda

makan.

12
10. Pertimbangkan suplemen vitamin. Beberapa vitamin dan mineral tidak

akan diserap dengan baik tanpa pasangannya. Misalnya, penyerapan zat

besi akan lebih efisien bersama vitamin C, dan sebaliknya, penyerapan zat

besi akan dihambat oleh konsumsi kalsium. Asupan vitamin B12

diperlukan pada vegetarian karena nutrisi ini dibutuhkan dalam

penyerapan zat besi. Pola makan vegetarian tidak memberikan jumlah

vitamin B12 yang cukup.

 Suplemen zat besi dapat menyebabkan gangguan lambung. Jadi,

minumlah suplemen ini bersama makanan atau di malam hari sebelum

tidur.

11. Hindari makanan dan minuman yang dapat menghambat penyerapan

zat besi. Teh dan kopi mengandung senyawa polifenol yang dapat

menghambat penyerapan zat besi.[29] Bahan makanan lain yang dapat

menghambat penyerapan zat besi antara lain produk kaya kalsium seperti

produk olahan susu.[30]

 Anda tidak harus berhenti mengonsumsi semua bahan

makanan ini sama sekali. Anda hanya cukup menghindari

konsumsinya di waktu bersamaan dengan suplemen zat besi.

12. Makanlah buah jeruk atau minumlah sari buah jeruk saat meminum

tablet zat besi (ferro sulfat, ferro glukonat, dll.). Vitamin C yang

terkandung di dalamnya dapat membantu penyerapan zat besi.[31][32]

 Hal ini sangat penting terutama bagi mereka yang mengandalkan

sumber zat besi nonheme karena vitamin C akan mempermudah tubuh

menyerapnya

13
B. CACINGAN

A. Pengertian Kecacingan

Infeksi cacing atau bisa disebut dengan penyakit cacingan yang

termasuk dalam infeksi yang disebabkan oleh parasit. Parasit adalah

makhluk kecil yang menyerang tubuh inangnya dengan cara menempelkan

diri baik di luar maupun di dalam tubuh, dan mengambil nutrisi dari tubuh

inangnya.

Penyakit infeksi cacingan merupakan masalah kesehatan

masyarakat Indonesia yang dapat menimbulkan kekurangan gizi berupa

kalori dan protein, serta kehilangan darah yang berakibat menurunnya daya

tahan tubuh dan menimbulkan gangguan tumbuh kembang anak.

Kecacingan merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan

yang masih menjadi masalah bagi kesehatan masyarakat di Indonesia hingga

saat ini. Hal ini disebabkan karena prevalensi kecacingan tersebut di

Indonesia masih tinggi terutama kecacingan yang disebabkan oleh sejumlah

cacing perut yang ditularkan melalui tanah atau yang disebut Soil

Transmitted Helminths. Diantara cacing tersebut yang terpenting adalah

cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma

duodenale dan Necator americanus) dan cacing cambuk (Trichuris

trichura).

B. Gejala-Gejala Cacingan

Infeksi kecacingan tergolong penyakit neglected disease yaitu

infeksi yang kurang diperhatikan dan penyakitnya bersifat kronis tanpa

14
menimbulkan gejala klinis yang jelas dan dampak yang ditimbulkannya

baru terlihat dalam jangka panjang seperti kekurangan gizi, gangguan

tumbuh kembang dan gangguan kognitif pada anak. Penyebabnya

adalah Ascaris lumbricoides, Ancylostoma duodenale, Necator

americanus, Trichuris trichiura dan Strongyloides stercoralis.

Berikut beberapa jenis cacing yang paling sering dijumpai pada

kasus kecacingan dan gejala yang ditimbulkannya yaitu :

 Cacing kremi gejala nya adalah rasa gatal di sekitar daerah anus atau

vulva (kemaluan wanita). Gejala ini akan memburuk di malam hari

ketika cacing kremi biasanya akan keluar dari permukaan tubuh tidak

untuk menaruh telurnya di sekitar anus / vulva.

 Cacing gelang gejala nya adalah dapat menyebabkan masalah

penglihatan apabila terdapat di mata karena menimbulkan radang dan

luka pada retina mata. Cacing gelang ini dapat berpindah ke bagian paru–

paru menyebabkan timbulnya batuk dan asma, serta menimbulkan

bengkak di organ tubuh lain.

 Cacing tambang gejala nya adalah dapat menimbulkan rasa sakit di

daerah perut, cacing pita dapat menutupi daerah otot, kulit, jantung, mata

dan otak. Selain hal tersebut di atas, gejala lain yang mungkin timbul

adalah :

- Rasa mual

- Lemas

- Hilangnya nafsu makan

- Rasa sakit di bagian perut

15
- Diare

- Turunnya BB karena penyerapan nutrisi yang tidak mencukupi dari

makanan

Apabila infeksi yang lebih lanjut apabila cacing sudah berpindah

tempat dari usus ke organ lain, sehingga menimbulkan kerusakan organ

dan jaringan. Yang dapat menyebabkan :

- Demam

- Adanya benjolan di organ

- Dapat timbul reaksi alergi terhadap larva cacing

- Infeksi bakteri

- Kejang atau gejala gangguan syaraf apabila organ otak sudah terkena

C. Faktor Penyebab Infeksi Cacingan

Banyak faktor yang menyebabkan infeksi penyakit kecacingan

diantaranya adalah Personal Hygiene dan sanitasi lingkungan. Dalam hal

ini, Personal Hygiene yang masih kurang baik sangat mempengaruhi

penyakit kecacingan terutama pada anak-anak. Misalnya jarang melakukan

cuci tangan dan cuci kaki apabila abis melakukan aktivitas di luar rumah,

kemudian membiarkan kuku panjang dan kotor, kebiasaan masih sering

menggigit kuku dan sebagainya merupakan kebiasaan masyarakat yang

sangat buruk sehingga menyebabkan masih tingginya angka kecacingan.

Sanitasi lingkungan yang kurang memadai juga merupakan

salah satu faktor terjadinya infeksi cacingan, sanitasi lingkungan

mempunyai peranan penting dalam penularan infeksi cacingan, pada

daerah yang kelembaban tinggi dan pada kelompok sanitasi lingkungan

16
yang kurang baik itu juga salah satu penyebab infeksi cacingan, sanitasi

makanan juga berpengaruh terjadinya infeksi cacingan karena pola

makanan biasanya sering mengonsumsi makanan mentah atau makanan

yang setengah matang seperti lalapan, ikan, daging itu mengakibatkan

banyak terkena infeksi cacingan.

Dari hasil penelitian Adisti Andaruni dalam jurnalnya “Faktor-

Faktor Penyebab Infeksi Cacingan pada Anak di SDN 01 Pasirlangu

Cisarua” menyimpulkan bahwa terdapat faktor-faktor yang mendukung ke

arah kejadian infeksi cacingan yaitu didapatkan nilai 50,98% untuk

faktor personal hygiene, 52,95% untuk mencuci tangan, 56,90% untuk

memotong dan membersihkan kuku, 50,90% untuk penggunaan alas kaki,

43,14% untuk faktor sanitasi lingkungan, 49,10% untuk sanitasi sumber

air, 49,10% pembuangan kotoran manusia, 56,90% untuk sanitasi

makanan.

Berkaitan dengan hal di atas ternyata faktor-faktor yang

mempengaruhi infeksi kecacingan merupakan faktor dari perilaku hidup

dan faktor lingkungan. Dimana perilaku hidup masyarakat yang masih

kurang akan minat untuk melakukan personal hygiene seperti masih jarang

melakukan cuci tangan, kemudian kebiasaan tidak memotong kuku dan

membiarkan kuku kotor bahkan kebiasaan menggigit kuku. Kemudian

sanitasi lingkungan yang masih kurang memadai seperti sumur sebagai

sarana sumber air bersih yang digunakan masyarakat untuk kehidupan

sehari-hari masih sedikit, kemudian pembuangan kotoran yang masih tidak

semestinya seperti masyarakat masih ada yang buang air besar tidak pada

17
jamban yang memenuhi syarat serta sanitasi makanan yang kurang

diperhatikan seperti memakan makanan yang tidak dikelolah dengan baik.

D. Cara Pencengahan Infeksi Cacingan

Dalam upaya untuk melakukan pencegahan terhadap infeksi

cacing demi menekan prevalensi angka kecacingan di Indonesia,

hendaklah membiasakan diri untuk menjaga personal hygiene dan

diharapkan bantuan pemerintah dan masyarakat setempat dalam upaya

menyediakan sarana lingkungan yang memehi syarat. Untuk masyarakat,

dalam kehidupan sehari-hari sebaiknya membiasakan diri untuk hidup

sehat dimulai dari memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

o Jaga kebersihan diri dengan baik

o Jangan buang air besar di sembarang tempat

o Cuci tangan dengan bersih dan menggunakan sabun setelah buang

air besar

o Cuci tangan sebelum makan

o Memotong kuku untuk mencegah infeksi selanjutnya

o Masak daging dan ikan dengan baik hingga bener–benar matang

o Simpan makanan di tempat yang terlindungi dari kontaminasi

pencemaran

o Menggunkan alas kaki ketika berada di luar rumah

o Cuci tangan dan kaki usai bermain, maupun usai berpergian

Dengan melakukan upaya pencegahan seperti di atas,

setidaknya kita mencoba agar sebisa mungkin untuk menghindari

18
terkontaminasinya penyakit cacingan. Dan cara lainnya adalah dengan

minum obat cacing secara rutin tiap 6 bulan sekali dan memeriksa kondisi

kesehatan setiap 6 bulan sekali.

Basmi cacingan dengan konsumsi 4 makanan ini secara rutin


 Bit dan delima. Sifat anti bakteri di dalam bit dan delima tidak hanya
membantu menurunkan risiko infeksi bakteri, namun juga berguna untuk
membersihkan racun dari dalam tubuh karena tingginya zat antioksidan di
dalamnya.
 Bawang putih, bawang bombay, dan kelapa. ...
 Pepaya dan nanas. ...
 pisang.

19
DAFTAR PUSTAKA

Arisman,MB.2010.Gizi Dalam Daur Kehidupan.Jakarta:Buku Kedokteran EGC


Atikah P, Erna K. 2011. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan.
Yogyakarta: Muha Medika.
Indra, wulandari yettik. 2013. Prinsip Prinsip Dasar Ahli Gizi. Jakarta Timur:
Dunia cerdas
Widyastuti,Agustin,Hardiyanto.(Peneterjemah).2008.GiziKesehatan
Masyarakat.Jakarta:
Dewi, Pujiastuti N, Ibnu Fajar. 2013. Ilmu Gizi untuk praktisi kesehatan.
Yogyakarta: Graha Ilmu Ruko Jambusari No.7 A
Utami Wahyuningsih1*, Ali Khomsan1, dan Karina Rahmadia Ekawidyani1.
2014. Asupan Zat Gizi, Status Gizi, Dan Status Anemia Pada Remaja Laki-Laki
Pengguna Narkoba Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Tangera. Vol 9
number 1 Maret 2014 diambil
dari http://journal.ipb.ac.id/index.php/jgizipangan/article/view/8259 (27
November 2014)
Infeksi Cacingan pada Anak di SDN 01 Pasirlangu Cisarua.
Endriani, dkk. Jurnal 2010. Beberapa Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Kecacingan pada Anak Usia 1-4 Tahun.
Kundaian, Friskasari., dkk. Jurnal 2011. Hubungan antara Sanitasi
Lingkungan ingan Infestasi Cacingan pada Murid Sekolah Dasar di Desa Teling
Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa.
Winita, Rawina., dkk. Jurnal Makara, Kesehatan, Vol 16, No.2,
Desember 2012. Upaya Pemberantasan Kecacingan di Sekolah Dasar.

20

Anda mungkin juga menyukai