DAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BAYI J DENGAN KASUS ANEMIA
DI RUANG NUSA INDAH RUMAH SAKIT MARDI WALUYO KOTA BLITAR
DI SUSUN OLEH :
IMAS WAHYU EKA SAPUTRI
201903025
DI SUSUN OLEH :
IMAS WAHYU EKA SAPUTRI
201903025
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)
DERAJAT WHO NCI
Derajat 0 (nilai normal) > 11.0 g/dL Perempuan 12.0 - 16.0
g/dL
Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL
Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL 10.0 g/dL - nilai normal
Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 8.0 - 10.0 g/dL
Derajat 4 (mengancam < 6.5 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL
jiwa) < 6.5 g/dL
C. ETIOLOGI:
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin,
vitamin C dan copper
Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu
1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam folat,
vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena anemia
karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki
cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat besi dan
vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran
pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung
(aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam
penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah pada
kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat menyebabkan anemia
karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria, atau
disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.
D. PATOFISIOLOGI
Anemia menurut ( Wijaya & Putri, 2013) mencerminkan adanya kegagalan sum – sum atau
kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau kedua nya. Kegagalan sum – sum dapat
terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab
yang tidak di ketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(dekstruksi), hal ini dapat terjadi akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan
ketahanan sel darah merah normal yang menyebabkan dekstruksi sel darah merah. Lisis sel
darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagostik atau dalam sistem retikuloendotelial,
terutama dalam hati dan limpa. Sebagai efek samping proses ini, bilirubin yang terbentuk dalam
fagosit akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan dekstruksi sel darah merah (hemolisis)
segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma. Konsentrasi normal nya 1 mg/dL atau
kurang, bila kadar diatas 1,5 mg/dL akan mengakibatkan interik pada sklera. Proses perjalanan
penyakit dan gejala yang timbul serta keluhan yang dirasakan dapat digambarkan dalam bentuk
bagian sebagai berikut:
PATHWAY ANEMIA
DI SUSUN OLEH :
IMAS WAHYU EKA SAPUTRI
201903025
2) Intranatal: usia kehamilan cukup, proses persalinan dan berapa panjang dan berat
badan waktu lahir.
3) Postnatal: keadaan bayi setelah masa, neonatorium, ada trauma post partum akibat
tindakan misalnya vakum dan pemberian asi.
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: apakah klien tampak lemah sampai sakit berat.
2) Kesadaran: apakah klien mengalami compos mentis kooperatif sampai terjadi
penurunan tingkat kesadaranapatis, somnolen, spoor, coma.
3) Tanda – tanda vital
Tekanan darah menurun, frekuensi nadi meningkat, nadi kuat sampai lemah, suhu
meningkat atau menurun, pernafasan meningkat
4) TB dan BB
5) Kulit: apakah kulit klien teraba dingin, keringat yang berlebihan, pucat,
terdapatperdarahan dibawahkulit.
6) Mata: apakah ada kelainan bentuk mata, konjungtiva anemis, kondisi sklera, terdapat
perdarahan subkonjungtiva, keadaan pupil, palpebra, dan refleks cahaya.
7) Hidung: apakah ada kelainan bentuk, mukosa hidung, cairan yang keluar dari hidung
atau gangguan fungsi penciuman.
10)Leher: apakah terrdapat pembesaran kelenjar getah bening, tiroid membesar, dan
kondisi distensi vena jugularis.
11)Thoraks: periksa pergerakan dada, adakah pernafasan cepat atau irama nafas tidak
teratur.
12)Abdomen: periksa apakah ada pembesaran hati, nyeri, bising usus, dan bias dibawah
normal.
13)Genetalia: pada laki – laki apakah testis sudah turun kedalam skrotum dan pada
perempuan apakah labia minora tertutun labia mayora.
h. Pemeriksaa penunjang
1) Riwayat sosial
Siapa yang mengasuh klien dirumah. Kebersihan didaerah tempat tinggal, orang yang
terdekat dengan klien. Keadaan lingkungan, perkarangan, pembuangan sampah.
2) Kebutuhan dasar
Meliputi kebutuhan nutrisi klien suhubungan dengan anoreksia, diet yang harus
dijalani, pasang NGT, cairan IVFD yang digunakan jika ada.
3) Pemeriksaan tingkat perkembangan
Bergantung pada usia. Terdiri dari motorik kasar, halus, kognitif, dan bahasa.
1) Data psikologis
a) Keseriusan ancaman penyakit terhadap anaknya
b) Pengalama sebelumnya terhadap penyakit dan hospitalisasi
c) Prosedur medis yang akan dilakukan
d) Adanya sistem dukungan
e) Kemampuan koping
f) Agama, kepercayaan, adat
g) Pola komunikasi dalam keluarga
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Penyebab:
1. Hiperglikemia
2. Penurunan konsentrasi gemoglobin
3. Peningkatan tekanan darah
4. Kekurangan volume cairan
5. Penurunan aliran arteri dan / atau vena
6. Kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat (mis. merokok, gaya hidup monoton,
trauma, obesitas, asupan garam , imobilitas)
7. Kurang terpapar informasi tentang proses penyakit (mis. diabetes melittus,
hiperlipidemia)
8. Kurang aktivitas fisik.
1. Parastesia.
2. Nyeri ekstremitas (klaudikasi intermiten).
1. Edema.
2. Penyembuhan luka lambat.
3. Indeks ankle-brachial < 0,90.
4. Bruit femoral.
1. Tromboflebitis.
2. Diabetes melitus.
3. Anemia.
4. Gagal Jantung kongenital.
5. Kelainan jantung kongenital/
6. Thrombosis arteri.
7. Varises.
8. Trombosis vena dalam.
9. Sindrom kompartemen.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
PERAWATAN SIRKULASI (I.02079) Halaman 345
Definisi : mengidentifikasi dan merawat area local dengan keterbatasan sirkulasi perifer.
1. Observasi
Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, edema, pengisian kalpiler, warna, suhu,
angkle brachial index)
Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi (mis. Diabetes, perokok, orang tua,
hipertensi dan kadar kolesterol tinggi)
Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas
2. Terapeutik
Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan perfusi
Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas pada keterbatasan perfusi
Hindari penekanan dan pemasangan torniquet pada area yang cidera
Lakukan pencegahan infeksi
Lakukan perawatan kaki dan kuku
Lakukan hidrasi
3. Edukasi
Anjurkan berhenti merokok
Anjurkan berolahraga rutin
Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar
Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan, dan penurun
kolesterol, jika perlu
Anjurkan minum obat pengontrol tekakan darah secara teratur
Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat beta
Ajurkan melahkukan perawatan kulit yang tepat(mis. Melembabkan kulit kering
pada kaki)
Anjurkan program rehabilitasi vaskuler
Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi( mis. Rendah lemak jenuh,
minyak ikan, omega3)
Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan( mis. Rasa sakit yang
tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa)
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. Memeriksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, edema, pengisian kalpiler, warna, suhu,
angkle brachial index)
2. Mengidentifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi (mis. Diabetes, perokok, orang tua,
hipertensi dan kadar kolesterol tinggi)
3. Memonitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas
4. Menghindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan perfusi
5. Menghindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas pada keterbatasan perfusi
6. Menghindari penekanan dan pemasangan torniquet pada area yang cidera
7. Melakukan pencegahan infeksi
8. Melakukan perawatan kaki dan kuku
9. Melakukan hidrasi
10. Menganjurkan minum obat pengontrol tekakan darah secara teratur
11. Menginformasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan( mis. Rasa sakit yang
tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa)
E. EVALUASI
Definisi : keadekuatan aliran darah pembuluh darah distal untuk menunjang fungsi jaringan.
Ekspetasi Meningkat
Kriteria Hasil
Definisi : Berisiko mengalami gangguan untuk berkembang sesuai dengan kelompok usianya
Faktor Risiko
1. Ketidakadekuatan nutrisi
2. Penyakit kronis
4. Prematuritas
5. Terpapar teraterogen
1. Hipotiroidisme
3. Leukemia
5. Demensia
6. Delirium
8. Penyakit kronis
INTERVENSI KEPERAWATAN