Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN CONGESTIVE

HEART FAILURE (CHF) DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT DAERAH


DR. HARYOTO LUMAJANG

LAPORAN PENDAHULUAN APLIKASI KLINIS KEPERAWATAN

oleh :

Febria Savitry Arum Melati

NIM 162310101019

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JEMBER

FAKULTAS KEPERAWATAN

2019
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Anatomi Fisiologi


Jantung merupakan organ utama sistem kardiovaskuler, yang memiliki
otot dan berongga serta terletak pada rongga toraks bagian mediastriun.
Jantung berbentuk kerucut tumpul dengan bagian bawah disebut apeks yang
terletak lebih ke kiri dari garis medial. Jantung dilapisi oleh selaput yang
disebut dengan perikardium. Selaput ini memiliki 2 lapisan yaitu perikardium
lateral dan perikardium viseral. Perikardium lateral merupakan lapisan luar
yang melekat pada lapisan permukaan dari jantung itu sendiri yang juga
disebut dengan epikardium (Aspiani, 2016).
Bagian sisi kiri jantung berfungsu untuk memompa darah ke sirkulasi
sistemik, yang menjangkau seluruh sel tubuh kecil sel-sel yang berperan
dalam pertukaran gas di paru, sedangkan sisi kanan jantung berfungsi untuk
memompa darah ke sirkulasi paru (pulmonalis), yang mengalir hanya ke paru
untuk mendapatkan oksigen. Siklus jantung merupakan rangkaian kejadian
dalam satu irama jantung, dalam bentuk yang paling sederhana adalah
kontraksi bersamaan kedua ventrikel (Aspiani, 2016).

Gambar 1. Anatomi Organ Jantung

Jantung terdiri atas empat ruang, yaitu dua ruang yang berdinding tipis
disebut atrium (serambi), dan dua ruang yang berdinding tebal disebut
ventrikel (bilik). Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan (reservoir)
darah yang rendah oksigen dari seluruh tubuh. Atrium kiri menerima darah
yang kaya oksigen dari kedua paru melalui 4 buah vena pulmonalis.
Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri, dan selanjutnya ke seluruh tubuh
melalui aorta. Kedua atrium tersebut dipisahkan oleh sekat, yang disebut
septum atrium. Fungsi ventrikel kanan yaitu menerima darah dari atrium
kanan dan dipompakan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis. Fungsi
ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan ke seluruh
tubuh melalui aorta. Kedua ventrikel ini dipisahkan oleh sekat yang disebut
septum ventrikel.

Gambar 2. Pembagian Ruang Jantung

Katup pada jantung terdapat dua jenis yaitu katup atrioventikuler dan
katup semilunar. Katup atrioventikuler memisahkan antara atrium dan
ventrikel yang memungkinkan darah mengalir dari masing-masing atrium ke
ventrikel baik pada saat sistole maupun diastole ventrikel. Katup
atrioventikuler terbagi lagi menjadi 2 yaitu katup trikuspidalis yang terletak
antara atrium kanan dan ventrikel kanan, dan juga katup bikuspidalis yang
terletak antara atrium kiri dan atrium kanan. Katup yang kedua yaitu katup
semilunar yang memisahkan antara arteri pulmonalis dan aorta dari ventrikel.
Katup semilunar juga terbagi menjadi dua yaitu katup semilunar pulmonal
yang membatasi ventrikel kanan dan arteri pulmonalis, dan katup yang kedua
yaitu katup semilunar aorta yang membatasi ventrikel kiri dan aorta (Aspiani,
2016).

Kedua jenis katup tersebut membuka dan menutup secara pasif, dapat
menanggapi perubahan tekanan dan volume dalam bilik jantung dan pembuluh
darah. Terdapat juga bagian septum atrial yaitu bagian yang memisahkan
antara atrium kiri dan kanan, sedangkan septum ventrikel merupakan bagian
yang memisahkan ventrikel kiri dan kanan (Aspiani, 2016).

Fungsi utama jantung adalah sebagai pompa yang melakukan tekanan


terhadap darah agar darah dapat mengalir ke seluruh bagian tubuh melalui
pembuluh darah arteri maupun vena. Selain itu jantung juga berfungsi sebagai
suatu sistem sirkulasi yang menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan
membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Jantung
melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan
oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paru-paru, dimana
darah akan mengambil oksigen dan membuang karbondioksida. Keadaan ini
biasa disebut sebagai sirkulasi paru. Kemudian dilanjutkan dengan sirkulasi
sistemik dimana jantung akan mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari
paru-paru dan memompanya ke jaringan diseluruh tubuh.

Dalam buku Aspiani, 2016 dijelaskan bahwa jantung memiliki 4 ruang yaitu:

1. Atrium kanan
Ruang jantung yang memiliki dinding yang tipis, serta berfungsi sebagai
tempat penampungan darah yang rendah oksigen dari seluruh tubuh,
kemudian mengalirkan ke dalam ventrikel melalui katup trikuspidalis
dengan 80% mengalir secara pasif dan 20% dengan kontraksi atrium.
Pengisian ventrikel dengan kontraksi dinamakan atrial kick, dan
hilangnya atrial kick pada disritmia dapat mengurangi pengisisan
ventrikel sehingga mengurangi curah ventrikel.
2. Ventrikel kanan
Ventrikel kanan sangat berperan penting dalam menghasilkan kontraksi
bertekanan rendah yang cukup untuk mengalirkan darah ke dalam arteri
pulmonal. Sirkulasi pulmonal merupakan sistem aliran darah yang
bertekanan rendah, dengan resisten jauh lebih kecil terhadap aliran darah
dari ventrikel kanan, dibandingkan tekanan tinggi sirkulasi sistemik
terhadap aliran darah dari ventrikel kiri.
3. Atrium kiri
Pada rongga atrium kiri disinilah yang menerima darah yang sudah
teroksigenasi dari paru melalui keempat vena pulmonalis. Antara vena
pulmonalis dan atrium kiri tidak ada katup sejati, sehingga perubahan
tekanan dari atrium kiri mudah sekali membalik retograd ke dalam
pembuluh paru. Darah ini kemudian mengalir ke ventrikel kiri melalui
katup mitralis
4. Ventrikel kiri
Ventrikel kiri memompa darah ke seluruh tubuh melalui aorta yang
merupakan arteri terbesar tubuh. Ventrikel kiri harus menghasilkan
tekanan yang cukup tinggi untuk mengatasi tahanan sirkulasi sistemik
dan mempertahankan aliran darah ke jaringan perifer.

1.2 Definisi
Gagal jantung kongestif atau congestive heart failure (CHF) merupakan
kondisi dimana fungsi jantung sebagai pompa untuk mengantarkan darah yang
kaya oksigen ke tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan
tubuh. Gagal jantung kongestive merupakan ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan terhadap oksigen dan nutrien (Andra Saferi, 2013).
Dapat pula digambarkan sebagai suatu keadaan dimana terjadi bendungan
sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme kompensatoriknya. Gagal
jantung merupakan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan adanya gejala
gagal jantung seperti: sesak nafas, lelah saat beraktivitas, adanya tanda-tanda
retensi cairan seperti kongesti paru atau bengkak di pergelangan kaki, serta
adanya bukti objektif kelainan struktur dan fungsi jantung yang didapatkan
dari hasil pemeriksaan lanjutan.
Gagal jantung terjadi pada saat jantung tidak mampu untuk memompa
darah secara efisien untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh dan hal
ini berdampak pada memburuknya perfusi atau aliran darah ke berbagai organ
dalam tubuh dan kongesti vaskular pada sirkulasi paru maupun sistemik.
Gagal jantung dalam pengertian ini disebutkan memiliki 2 efek yaitu
backward (efek belakang) maupun forward (efek depan).
Apabila jantung kiri mengalami kegagalan maka efek backward yang
terjadi adalah penumpukan volume darah dari atrium kiri, kemudian
menyebabkan darah dari paru terhambat, sehingga akan terjadi juga
penumpukan volume darah di kapiler dari paru. Peningkatan tekanan
hidrostatik ini yang menyebabkan cairan plasma keluar dari pembuluh kapiler
paru dan menyebabkan edema paru. Sedangkan efek forward yang terjadi
yaitu penurunan curah jantung yang berdampak pada terjadinya penurunan
perfusi ke organ-organ di dalam tubuh.
Sedangkan jika jantung kanan yang mengalami kegagalan maka efek
backward yang akan tejadi yaitu kongesti sistemik yang ditandai dengan
adanya edema pada seluruh tubuh, hal ini disebabkan karena darah tidak dapat
memasuki jantung kanan karena tingginya tekanan di atrium dan ventrikel
kanan jantung. Sedangkan eek forward yang akan terjadi yaitu adanya
penurunan perfusi ke paru. Hal ini akan menyebabkan gangguan pertukaran
gas serta penurunan preload yang pada akhirnya dapat menrunkan curah
jantung.
1.3 Epidemiologi
Berdasarkan adanya diagnosis dokter prevalensi penyakit gagal jantung di
Indonesia tahun 2013 sebesar 0.13% atau diperkirakan sekitar 229.696 orang,
sedangkan berdasarkan gejala sebesar 0.3% atau diperkirakan sekitar 530.068
orang. Dengan adanya diagnosa dokter estimasi jumlah penderita penyakit
gagal jantung terbanyak terdapat pada daerah Provinsi Jawa Timur sebanyak
54.826 orang (0.19%), dan untuk jumlah penderita terendah yaitu daerah
Provinsi Maluku Utara sebanyak 144 orang (0.02%). Sedangkan berdasarkan
adanya gejala jumlah penderita gagal jantung terbanyak terdapat di daerah
Provinsi Jawa Barat sebanyak 96.487 orang (0.3%), sedangkan jumlah
penderita paling sedikit ditemukan di Provinsi Kep. Bangka Belitung yaitu
sebanyak 945 orang (0.1%) (Kemenkes RI, 2014).

1.4 Etiologi
1. Faktor intrinsik
Penyebab utama dari gagal jantung adalah penyakit arteri koroner.
Penyakit arteri koroner ini menyebabkan berkurangnya aliran darah ke
arteri koroner sehingga menurunkan suplai oksigen dan nutrisi ke otot
jantung. Berkurangnya oksigen dan nutrisi menyebabkan kerusakan atau
bahkan kematian otot jantung sehingga otot jantung tidak dapat
berkontraksi dengan baik (AHA, 2012). Kematian otot jantung atau
disebut infark miokard merupakan penyebab tersering lain yang
menyebabkan gagal jantung (Black & Hawks, 2009). Keadaan infark
miokard tersebut akan melemahkan kemampuan jantung dalam memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Penyebab
intrinsik lain dari gagal jantung kelainan katup, cardiomyopathy, dan
aritmia jantung (Black & Hawks, 2009).
2. Faktor ekstrinsik
Beberapa faktor ekstrinsik yang dapat menyebabkan gagal jantung
meliputi kondisi yang dapat meningkatkan afterload (seperti hipertensi),
peningkatan stroke volume akibat kelebihan volume atau peningkatan
preload, dan peningkatan kebutuhan (seperti tirotoksikosis, kehamilan).
Kelemahan pada ventrikel kiri tidak mampu menoleransi perubahan yang
masuk ke ventrikel kiri. Kondisi ini termasuk volume abnormal yang
masuk ke ventrikel kiri, otot jantung ventrikel kiri yang abnormal, dan
masalah yang menyebabkan penurunan kontraktilitas otot jantung (Black
& Hawks, 2009).
1.5 Klasifikasi
1. Berdasarkan waktu terjadinya
Berdasarkan waktu terjadinua gagal jantung dibagi menjadi 2 yaitu gagal
jantung akut dan gagal jantung kronis. Gagal jantung akur merupakan suatu
sindrom klinis disfungsi yang terjadi secara cepat dan dalam waktu yang
singkat dalam hitungan beberapa jam dan atau hari. Sedangkan gagal
jantung kronis adalah sindrom klinis yang ditandai dengan adanya gejala
dan tanda abnormalitas struktur dan fungsi pada jantung. Hal ini akan
menyebabkan kegagalan jantung memenuhi kebutuhan oksigen
metabolisme tubuh.
2. Berdasarkan adanya kelainan struktural jantung dan berdasarkan adanya
gejala yan berkaitan dengan kapasitas fungsional
1) Klasifikasi berdasarkan kelainan struktural jantung
a. Stadium A
Memiliki resiko tinggi untuk berkembang menjadi gagal
jantung. Tidak terdapat gangguan struktural dan fungsional
yang berhubungan dengan perkembangan jantung yang
mendasari.
b. Stadium B
Telah terbentuk penyakit struktural jantung yang
berhubungan dengan perkembangan gagal jantung, tidak
terdapat tanda dan gejala.
c. Stadium C
Gagal jantung yang simtomatil berhubungan dengan penyakit
struktural jantung yang mendasari.
d. Stadium D
Penyakit jantung struktural lanjut serta gejala jantung yang
sangat bermakna saat istirahat walaupun sudah mendapatkan
terapi medis maksimal (refrakter).
2) Klasifikasi berdasarkan kapasitas fungsional (NYHA)
a. Kelas I
Tidak terdapat batasan dalam melakukan aktifitas fisik.
Aktifitas fisik yang dilakukan sehari-hari tidak menimbulkan
kelelahan, palpitasi atau sesak napas.
b. Kelas II
Terdapat batasan atifitas ringan, tidak terdapat keluhan saat
istirahat,namun aktifitas fisik sehari-hari menimbulkan
kelelahan, palpitasi atau sesak napas.
c. Kelas III
Terdapat betasan aktifitas bermakna, tidak ada keluha saat
istirahatm tetapi aktifitas fisik ringan menyebabkan
kelelahan, palpitasi atau sesak napas.
d. Kelas IV
Tidak dapat melakukan aktifitas fisik tanpa keluahan terdapat
gejala saat istirahat dan keluhan meningkat saat melakukan
aktifitas.
3. Berdasarkan besarnya curah jantung
1) Gagal jantung curah tinggi
Kondisi ketidakmampuan jantung untuk memenuhi peningkatan
kebutuhan metabolisme tubuh meskipun curah jantung normal
atau tinggi. Biasanya terjadi pada pasien anemnia berat,
hipertirod, dan penyakit paget. Dalam kondisi ini istirahat curah
jantung penderita ini sudah lebih besar dari orang normal.
2) Gagal jantung curah rendah
Pada kondisi intirahat, penderita tidak akan mengalami keluhan,
dan sebaliknya pada saat melakukan aktivitas fisik maka jantung
akan mengalami kegagalan untuk mengkompensasi kebutuhan
peningkatan curah jantung. Pada awalnya akan terjadi sedikit
peningkatan curah jantung, namun akan turun kembali bhakan
akan lebih rendah dari curah jantung sebelumnya.
1.6 Patofisiologi

Secara umum penyebab gagal jantung dikelompokkan sebagai berikut:

1. Disfungsi miokard
2. Beban tekanan berlebih – pembenan sistolik (systolic overload)
a. Volume: defek septum atrial, defek septum ventrikel, duktus
arteriosus paten
b. Tekanan: stenosis aorta, stenosis pulmonal, koarktasi aorta
c. Disritmia
3. Beban volume berlebihan – pembenan diastolic (diastolic overload)
4. Peningkatan kebutuhan metabolik (demand overload)
Gagal jantung merupakan penyakit komplikasi yang sering terjadi setelah
adanya penyakit miokard infark akut atau iskemia jantung yang
berkepanjangan yang merusak otot jantung. Hal lain yang dapat menyebabkan
gagal jantung yaitu:

1. Penyakit arteri koroner


Arterosklerosis arteri koroner merupakan penyebab utama dari
penyakit gagal jantung, dan lebih dari 60% pasien gagal jantung juga
terdapat penyakit arteri koroner.
2. Kardiomiopati
Merupakan penyakit pada jantung otot dan dapat dibedakan menjadi
tiga jenis yaitu dilatasi, hipertrofi, dan restriktif. Kardiomiopati dilatasi
penyebabanya dapat bersifat idiopatik (tidak diketahui penyebabnya),
namun penyakit ini juga dapat dipicu oleh adanya proses inflamasi pada
miokarditis dan kehamilan serta faktor sitotoktik seperti alkohol.
Sedangkan kardiomiopati hipertrofi dan restriktif dapat mengakibatkan
terjadinya penurunan disensibilitas dan pengisian ventrikular (gagal
jantung diastolik) sehingga dapat menurunkan curah jantung.
3. Iskemia atau infark miokard akut.
Iskemia dapat menyebabkan adanya disfungsi miokardial akibat
hipoksia dan asidosis akibat akumulasi asam laktat. Sedangakan infark
miokard dapat menyebabkan nekrosis atau kematian sel otot jantung. Hal
ini menyebabkan hilangnya kontraktilitas sehingga menurunkan daya
pompa jantung.
4. Hipertensi pulmonaris maupun sistemik
Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya peningkatan afterload, hal
ini dapat meningkatkan beban jantunng dan memicu terjadinya hipertrofi
otot jantung. Walaupun sebenarnya hipertrofi tersebut dapat melewati
tingginya afterload, namun hal tersebut justru akan mengganggu saat
pengisian ventrikel selama diastole.
5. Penyakit katup jantung jantung yang didapat, penyakit jantung rheumatoid
(RHD)= Endokarditis
Disfungsi katup jantung dapat membuat aliran darah ke arah depan
terhambat, meningkatnya tekanan dalam ruang jantung dan meningkatnya
beban jantung, sehingga gagal jantung diastolik dapat terpacu oleh kondisi
tersebut.

6. Takikardia kronis (hipertiroidisme yang tidak diobati)


7. Penyakit jantung bawaan
8. Miokarditis (virus menyerang otot jantung)
9. Penggantian serabut otot miokardial dengan jaringan parut (keruskan dari
berbagai penyebab)
10. Infiltrasi serabut otot miokardium dengan benda asing yang dapat
menyebabkan otot menjadi kaku atau kehilangan fleksibelitasnya.

1.7 Manifestasi Klinis


Gagal jantung dapat menyebabkan berbagai manifestasi klinis yang dapat
teramati dari penderitanya. American Heart Association (2012) menjelaskan
beberapa manifestasi klinis yang biasanya muncul, antara lain:
1. Sesak napas atau dyspnea
Sesak napas atau dispnea biasanya dialami selama kegiatan (paling
sering), saat istirahat, atau saat tidur. Pasien CHF juga akan
mengalamikesulitan bernapas saat berbaring dengan posisi supine
sehingga biasannya akan menopang tubuh bagian atas dan kepala diatas
dua bantal. Hal ini disebabkan karena aliran balik darah di vena
pulmonalis ke paru-paru karena jantung tidak mampu menyalurkannya.
Hal ini menyebabkan bendungan darah di paru-paru.
2. Batuk persisten atau mengi
3. Penumpukan cairan pada jaringan atau edema
4. Kelelahan atau fatigue
5. Penurunan nafsu makan dan mual
6. Peningkatan denyut nadi
7. Kebingungan, gangguan berpikir

Sifat dan derajat nyeri pada klien gagal jantung


Sifat Nyeri:
1. Akut
Timbul secara mendadak dan segera lenyap bila penyebab hilang. Ditandai
oleh nyeri seperti tertusuk benda tajam, pucat, disritmia, tanda syok
kardiogenik (akral dingin dan perfusi turun)
2. Kronis
Nyeri yang terjadi berkepanjangan hingga berbulan-bulan. Penyebabnya
sulit dijelaskan dan gejala objektif tidak jelas, dan biasanya disertai
dengan adanya gangguan kepribadian serta kemampuan fungsional.
Derajat Nyeri
1. Ringan : tidak menggangu aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) dan
penderita dapat tidur
2. Sedang : mengganggu AKS dan pasien dapat tidur
3. Berat : mengganggu AKS dan pasien tidak dapat tidur
Manifestasi klinis pada penderita gagal jantung sistolik dan diastolik

Kegagalan jantung sistolik Kegagalan jantung diastolik


Jantung tidak dapat berkontraksi dan Jantung tidak dapat rileks dan terisi
memompa
a. Pada kongesti pulmonal terdengar a. Edemea perifer dan dependen akibat
krekels lembap pada saat auskultasi pengumpulan darah di ekstremitas
b. Dispnea, napas pendek meskipun bawah
aktivitas minimal b. Peningkatan tekanan di ruang
c. Sulit bernapas pada saat terjaga di vaskuler akibat FVE memberikan
malam hari dan ortopnea tekanan pada jaringan dan cairan
d. Batuk mungkin saja tidak produktif merembes keluar ke rongga vaskuler
pada awalnya, dan kemudian dan menyebabkan edema pitting,
menjadi produktif karena cairan cairan yang merembes ke rongga
paru meningkat dengan dahak abdomen menyebabkan asites.
berwarna merah muda c. Pembesaran hati dapat menyebabkan
ketidaknyamanan abdomen dan
nyeri tekan akibat peningkatan
tekanan vena dan aliran darah balik

1.8 Pemeriksaan Penunjang


Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
mengindikasikan CHF, antara lain adalah:
a. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan elektrokardiogram harus dilakukan pada semua pasien yang
diduga gagal jantung. Abnormalitas EKG sering dijumpai pada gagal
jantung yaitu memiliki nilai prediktif yang kecil dalam mendiagnosis
penyakit. Jika EKG normal, diagnosis gagal jantung khususnya dengan
disfungsi sistolik sangat kecil (< 10%)
b. Foto thoraks
Merupakan komponen penting dalam diagnosis gagal jantung. Rontgen
toraks dapat mendeteksi kardiomegali, kongesti paru, efusi pleura dan
dapat mendeteksi penyakit atau infeksi paru yang menyebabkan atau
memperberat sesak nafas. Kardiomegali dapat tidak ditemukan pada gagal
jantung akut dan kronik.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin pada pasien diduga gagal jantung adalah
darah perifer lengkap (hemo-globin, leukosit, trombosit), elektrolit,
kreatinin, laju filtrasi glomerulus (GFR), glukosa, tes fungsi hati dan
urinalisis. Pemeriksaan tambahan lain dipertimbangkan sesuai tampilan
klinis. Gangguan hematologis atau elektrolit yang bermakna jarang
dijumpai pada pasien dengan gejala ringan sampai sedang yang belum
diterapi, meskipun anemia ringan, hiponatremia, hiperkalemia dan
penurunan fungsi ginjal sering dijumpai terutama pada pasien dengan
terapi menggunakan diuretik dan/atau ACEI (Angiotensin Converting
Enzime Inhibitor), ARB (Angiotensin Receptor Blocker), atau antagonis
aldosterone.
d. Pemeriksaan Troponin I atau T
Pemeriksaan troponin dilakukan pada penderita gagal jantung jika
gambaran klinisnya disertai dengan dugaan sindroma koroner akut.
Peningkatan ringan kadar troponin kardiak sering ditemukan pada gagal
jantung berat atau selama episode dekompensasi gagal jantung pada
penderita tanpa iskemia miokard.

1.9 Penatalaksanaan Medis


1. Farmakologis
Studi penelitian tentang gagal jantung telah menunjukkan bahwa beberapa
kelas obat (obat-obatan) telah terbukti terbaik untuk pengobatan gagal
jantung. Pasien gagal jantung mungkin memerlukan banyak obat. Masing-
masing memperlakukan gejala yang berbeda atau faktor penyebabnya.
Berikut adalah obat-obatan yang dapat digunakan untuk pasien dengan
CHF:
a. Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) Inhibitors biasanya
diresepkan meliputi:
a) Captopril (Capoten)
b) Enalapril (Vasotec)
c) Lisinopril (Prinivil, Zestril)
d) Perindopril (Aceon)
e) Ramipril (Altace)
Dosis Awal (mg) Dosis target (mg)
Captopril 6,25 (3x/hari) 50-100 (3x/hari)
Enalapril 2,5 (2x/hari) 10-20 (2x/hari)
Lisinopril 2,5- 5 (1x/hari) 20-40 (1x/hari)
Ramipiril 2,5 (1x/hari) 5 (2x/hari)
Perindopril 2 (1x/hari) 8 (1x/hari)
b. Angiotensin II Receptor Blockers (or Inhibitors) (atau Inhibitor) (Juga
dikenal sebagai antagonis reseptor ARB atau Angiotensin-2) biasanya
diresepkan meliputi:
a) Candesartan (Atacand)
b) Valsartan (Diovan)
Dosis Awal (mg) Dosis target (mg)
Candesartan 4/8 (1x/hari) 32 (1x/hari)
Valsartan 40 (2x/hari) 160 (2x/hari)

c. Beta Blockers (Juga dikenal sebagai Beta-Adrenergic Blocking


Agents). Biasanya diresepkan meliputi:
a) Bisoprolol (Zebeta)
b) Metoprolol
c) Carvedilol (Coreg)
Dosis Awal (mg) Dosis target (mg)
bisoprolol 1,25 (1x/hari) 10 (1x/hari)
Carvedilol 3,125 (2x/hari) 20-50 (2x/hari)
Metoprolol 12,5/25 (1x/hari) 200 (1x/hari)
d. Antagonis alergenosteron. Biasanya diresepkan meliputi:
a) Spironolakton (Aldactone)
b) Eplerenone (Inspra)
Dosis Awal (mg) Dosis target (mg)
Eplerenon 25 (1x/hari) 50 (1x/hari)
Spironolakton 25 (1x/hari) 25-50 (1x/hari)
Metoprolol 12,5/25 (1x/hari) 200 x/hari)

e. Hydralazine dan isosorbide dinitrate. Biasanya diresepkan:


Hydralazine dan isosorbide dinitrate (obat kombinasi) - (Bidil) Dosis
awal: hydralazine 12,5 mg dan ISDN 10 mg, 2 - 3 x/hari dan jika
toleransi baik, dosis dititrasi naik sampai dosis target (hydralazine 50
mg dan ISDN 20 mg, 3-4 x/hari)
f. Diuretik (Juga dikenal sebagai Pills Air). Biasanya diresepkan
meliputi:
a) Furosemide (Lasix)
b) Bumetanide (Bumex)
c) Torsemide (Demadex)
d) Hydrochlorothiazide atau HCTZ (Esidrix, Hydrodiuril)
e) Indapamide (Lozol)
f) Metolazone (Zaroxolyn)

g. Obat lain yang mungkin digunakan:


Digoxin
Pada pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrial, digoksin dapat
digunakan untuk memperlambat laju ventrikel yang cepat, walaupun
obat lain (seperti penyekat beta) lebih diutamakan. Dosis awal: 0,25
mg, 1 x/hari pada pasien dengan fungsi ginjal normal. Pada pasien
usia lanjut dan gangguan fungsi ginjal dosis diturunkan menjadi 0,125
atau 0,0625 mg, 1 x/hari.
1. Non farmakologis
Penatalaksanaan Non farmakaologis untuk penyakit CHF dapat dilakukan
dengan:
a. Transplantasi Jantung
b. Penggantian Katup jantung
c. Operasi Bypass artery coroner
CABG merupakan prosedur yang dilakukan pada pasien penyakit
arteri koroner dengan memotong jaringan vena dan arteri.
d. Menjaga BB
e. Olahraga yang teratur
f. Perubahan diet: rendah garam, kolestrol, lemak, peningkatan diet serat
rendah kalori
g. Mengganti estrogen pada wanita menopause
h. Pola hidup: berhenti merokok dan menghindari alcohol
i. Istirahat yang cukup
1.10 Pathway
BAB II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
a. Identitas Klien

Nama : No. RM :
Umur : Pekerjaan :
JenisKelamin : Status Perkawinan :
Agama : Tanggal MRS :
Pendidikan : TanggalPengkajian :
Alamat : SumberInformasi :

b. Riwayat Kesehatan

1. Diagnosa Medik: Gagal Jantung Kongestif


2. Keluhan Utama: keluhan yang paling dirasakan klien hingga klien
memerlukan pertolongan. Keluhan utama pada klien dengan gangguan
sistem kardiovaskuler secara umum antara lain sesak nafas, nyeri dada,
pingsan, berdebaar-debar, cepat lelah, edema ekstremitas, dan
sebagainya
3. Riwayat penyakit sekarang: perjalanan penyakit sejak timbul keluhan
hingga klien meminta pertolongan.
4. Riwayat kesehatan terdahulu:
a. Penyakit yang pernah dialami: riwayat penyakit yang pernah
dialami klien sebelumnya. Misalnya hipertensi, pemhakit katup
jantung, penyakit jantung bawaan, IMA, dll.
b. Alergi (obat, makanan, plester, dll): apakah klien memiliki alergi
terhadap obat dan reaksi alergi yang timbul.
c. Kebiasaan/pola hidup/life style: bagaimana klien menjalani
hidupnya sehari-hari yang berkaitan dengan kesehatan
5. Riwayat penyakit keluarga: apakah ada penyakit keturunan yang
dialami anggota keluarga.
c. Pola aktivitas dan istirahat
Dinilai untuk menilai kemampuan dan toleransi pasien dalam melakukan
aktivitas. Pada klien dengan CHF sering ditemukan keletihan dan
kelelahan sepanjang hari, nyeri dada dan sesak saat beraktivitas, sesak saat
istirahat.
d. Sirkulasi
Biasanya klien memiliki riwayat hipertensi, infark miokard baru/ akut,
episode GJK sebelumnya, penyakit jantung, bedah jantung, endokarditis,
anemia, syok septic, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
e. Eliminasi
Untuk kasus CHF perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces
pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji
frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga
dikaji ada kesulitan atau tidak.
f. Nutrisi
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, dan perubahan berat badan.
g. Kenyamanan
Klien mengeluh nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan
atas dan sakit pada otot..
h. Neuro sensori
Klien menyatakan tubuhnya lemah, suka merasakan pusing, dan terkadang
mengalami pingsan.
i. Respirasi
Klien menyatakan dispnea saat beraktivitas, tidur sambil duduk atau
dengan beberapa bantal, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat
penyakit kronis, penggunaan bantuanpernapasan.
j. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum pasien mulai saat pertama kali bertemu dengan klien
dilanjutkan mengukur tanda-tanda vital dan tingkat kesadaran.
Tanda-tanda vital Pemeriksaan fisik lanjutan
1. B1 (breathing)
Gejala-gejala kongesti vascular pulmonal adalah dipsnea, ortopnea,
dispnea nocturnal pasroksismal, batuk dan edema pulmonal akut,
takipnea. Adanya sputum mungkin bersemu darah.
2. B2 (Blood)
a. Inspeksi : Inspeksi tentang adanya parut pada dada, keluhan
kelemahan fisik dan adanya edema ektremitas. Ujung jari kebiruan,
bibir pucat abu-abu.
b. Palpasi : Denyut nadi perifer melemah. Thrill biasanya ditemukan.
c. Auskultasi : Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan
volume sekuncup. Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup
biasanya ditemukan apabila gagal jantung adalah kelainan katup.
Irama jantung disritmia. Bunyi jantung S3 (Gallop) adalah
diagnostik, S4 dapat terjadi. S1 dan S2 mungkin melemah.
d. Perkusi : Batas jantung mengalami pergeseran yang menunjukkan
adanya hipertrofi jantung (kardiomegali).
3. B3 (Brain)
Kesadaran klien biasanya composmentis. Sering ditemukan sianosis
perifer apabila terjadi gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian
objektif klien meliputi wajah meringis, menangis, merintihm meregang
dan menggeliat.
4. B4 ( Bladder)
Pengukuran volume output urine selalu dihubungkan dengan intake
cairan. Perawat perlu memonitor adanya oliguruia karena merupakan
tanda awal dari syok kardiogenik. Adanya edema ekstremitas
menunjukkan adanya retensi cairan yang parah. Penurunan berkemih,
urine berwarna gelap, berkemih malam hari (nokturia).
5. B5 ( Bowel)
a. Hepatomegali
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena di hepar. Bila proses ini berkembang,
maka tekanan dalam pembuluh portal meningkat sehingga cairan
terdorong masuk ke rongga abdomen, suatu kondisi yang
dinamakan asites. Pengumpulan cairan dalam rongga abdomen ini
dapat menyebabkan tekanan pada diafragma sehingga klien dapat
mengalami distress pernapasan.
a. Anoreksia
Anoreksia (hilangnya selera makan) dan mual terjadi akibat
pembesaran vena dan stasis vena didalam rongga abdomen.
6. B6 ( Bone)
a. Ektremitas
Pada ujung jari terjadi kebiruan dan pucat. Warna kulit pucat dan
sianosis.
b. Edema
Edema sering dipertimbangkan sebagai tanda gagal jantung yang
dapat dipercaya dan tentu saja, ini sering ditemukan bila gagal
ventrikel kanan telah terjadi. Ini sedikitnya merupakan tanda yang
dapat dipercaya bahwa telah terjadi disfungsi ventrikel.
c. Mudah lelah
Klien dengan gagal jantung akan cepat merasa lelah, hal ini terjadi
akibat curah jantung yang berkurang yang dapat menghambat
sirkulasi normal dan suplai oksigen ke jaringan dan menghambat
pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi akibat
meningkatnya energy yang digunakan untuk bernapas dan
insomnia yang terjadi akibat distress pernapasan dan batuk. Perfusi
yang kurang pada otot-otot rangka menyebabkan kelemahan dan
keletihan. Gejala-gejala ini dapat dipicu oleh ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit atau anoreksia.

2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan CHF adalah:
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miokardium, perubahan frekuensi, irama
3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium dan air
5. Hambatan pertukaran gas berhubungan dengan adanya edema di paru
6. Ketidakefektian bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan
secret
7. Nyeri akut berhubungan dengan adanya pembesaran di hati

No Domain Kelas Diagnosa Pengertian


1. Domain 4 Kelas 4 00032 Inspirasi dan/atau ekspirasi yang
Ketidakefektifan memberi ventilasi adekuat
pola napas

2. Domain 4 Kelas 4 00029 penuruna Ketidakadekuatan volume darah


curah jantung yang dipompa oleh jantung
untuk memenuhi kebutuhan
metabolik tubuh

3. Domain 4 Kelas 4 00092 intoleran Ketidakcukupan energi


aktivitas psikologis atau fisiologis untuk
mempertahankan atau
menyelesakan aktivitas
kehidupan sehari-hari yang harus
atau yang ingin dilakukan

4. Domain 2 Kelas 5 00026 kelebihan Peningkatan asupan dan/atau


volume cairan retensi cairan

5. Domain 3 Kelas 4 00030 hambatan Kelebihan ata defisit oksigenasi


pertukaran gas dan/atau eliminasi
karbondioksida pada membran
alveola-kapiler
6. Domain 11 Kelas 2 00031 Ketidakmampuan membersihkan
ketidakefektifan sekret atau obstruksi dari saluran
bersihan jalan napas untuk mempertahankan
napas bersihan jalan napas

7. Domain 12 Kelas 1 00132 nyeri Pengalaman sensori dan


akut emosional tidak menyenangkan
berkaitan dengan kerusakan
jarigan aktual atau potensial,
atau yang digambarkan sebagai
kerusakan (international
Association for the Study of
Pain); awitan yang tiba-tiba atau
lambat dengan ontensitas ringan
hingga berat, dengan berakhirnya
dapat diantisipasi atau diprediksi,
dan dengan durasi kurang dari 3
bulan
2.3 Intervensi

Dx Hari/ Tgl/ NOC NIC RASIONAL Paraf


Jam

Domain 4 kelas 4 00032 Hari/Tang Tujuan: Manajemen jalan nafas 1. Untuk memaksimalkan
Ketidakefektifan pola gal/ jam Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan klien semi potensi ventilasi
nafas dilakukan keperawatan klien fowler 2. Membantu mengatur
Definisi : inspirasi
dan/atau ekspirasi yang perencana diharapkan pola nafas 2. Motivasi klien untuk pernafasan
tidak memberi ventilasi an klien menjadi efektif bernafas pelan, dalam, dan 3. Memonitor kepatenan
adekuat tindakan Kriteria Hasil: batuk jalan nafas
Batasan karakteristik :
3. Auskultasi suara nafas dan 4. Untuk membantu
1. Pola napas abnormal - Pasien tidak mengalami
2. perubahan ekskursi sesak catat adanya suara nafas menambah suplai
dada - Pola nafas pasien tambahan oksigen dan mengurangi
3. bradipnea
efektif 4. Berikan oksigenasi jika sesak nafas
4. penurunan tekanan
ekspirasi - TTV dalam rentang diperlukan 5. Memonitor respirasi dan
5. penurunan tekanan normal 5. Monitor status pernafasan keadekuatan oksigen
inspirasi
dan status oksigen yang
6. penurunan ventilasi
semenit sesuai 1. Keadekuatan pernapasan
7. penurunan kapasitas 2. Mengetahui adanya
vital
8. dispnea Monitor pernafasan sumbatan pada jalan
9. peningkatan diameter 1. Monitor kecepatan, irama, nafas
anterior-posterior kedalaman, dan kecepatan 3. Memonitor keadaan
10. pernapasan cuping
bernafas pernapasan klien
hidung
11. ortopnea 2. Monitor suara nafas 4. Mengilangkan sumbatan
12. fase ekspirasi tambahan seperti ngorok dan memperlacar jalan
memanjang
atau mengi nafas
13. pernapasan bibir
14. takipnea 3. Monitor pola nafas 5. Untuk memantau status
15. penggunaan otot (bradipneu, takipneu, pernafasan
bantu pernapasan hiperventilasi) 6. Memonitor keadekuatan
16. penggunaan posisi
tiga titik 4. Kaji perlunya penyedotan oksigen
pada jalan nafas dengan
auskultasi suara nafas ronki
di paru

5. Monitor keluhan
sesak nafas
6. Berikan terapi bantu
nafas jika diperlukan
(mis. Nebulaier).
Domain 4 kelas 4 00029 Hari/Tang Tujuan: 1. Auskultasi nadi apical dan 1. Memantau terjadinya
Penurunan curah gal/ jam Setelah dilakukan tindakan kaji frekuensi serta irama takikardi untuk
jantung dilakukan keperawatan klien jantung mengkompensasi
Definisi : ketidakkuatan perencana menunjukkan tidak adanya 2. Catat bunyi jantung penurunan kontraktilitas
volume darah yang an penurunan curah jantung 3. Palpasi nadi perifer jantung
dipompa oleh jantung tindakan Kriteria hasil: 4. Pantau tekanan darah 2. S1 dan S2 lemah karena
untuk memenuhi - Frekuensi jantung 5. Pantau keluaran urine menurunnya kerja pompa
kebutuhan metabolik meningkat 6. Kaji perubahan sensori (mis S3 sebagai aliran ke
tubuh - Status hemodinamik latergi, bingung, cemas) dalam serambi yaitu
Batasan karakteristik: stabil 7. Posisikan semi fowler distensi. S4
1 perubahan frekuensi - Keluaran urine adekuat 8. Kolaborasi dengan dokter menunjukkan
/irama jantung - Tidak terjadi dispneu untuk terapi oksigen dan inkopetensi atau stenosis
- Bradikardi - Akral hangat obat-obatan katup
- Perubahan 3. Untuk mengetahui fungsi
elektrokardiogra pompa jantung yang
m sangat dipengaruhi oleh
- Palpitasi jantung CO dan pengisisan
- Takikardi jantung
2 perubahan preload 4. Dengan menurunnya CO
- penurunan mempengaruhi suplai
tekanan vena darah ke ginjal yang
sentral juga mempengaruhi
- penurunan pengeluaran hormone
PAWP aldosteron yang
- edema berfungsi pada proses
- keletihan pengeluaran urine.
- murmur jantung 5. .Menunjukkan tidak
- peningkatan CVP adekuatnya perfusi
- peningkatan serebral sekunder
PAWP terhadap penurunan
- distensi vena curah jantung.
jugular
6. Membantu dalam proses
- peningkatan berat kimia dalam tubuh
badan
3 perubahan afterload
- perubahan warna
kulit abnormal
- penurunan
tekanan darah
- kulit lembab
- penurunan nadi
perifer
- penurunan
resistansi
vaskuler paru
- penurunan
resistensi
vaskuler sistemik
- dispnea
- peningkatan PVR
- peningkatan SVR
- oliguria
- pengisian kapiler
memanjang
4 perubahan
kontraktilitas
- bunyi napas
tambahan
- batuk
- penurunan indeks
jantung
- penurunan fraksi
ejeksi
- lenurunan
LVSWI
- penurunan SVI
- otopnea
- dispnea
proksismal
nokturnal
- ada bunyi S3
- ada bunyi S4

Domain 4 kelas 4 00092 Hari/Tang Tujuan: 1. Pantau kecenderungan 1. Hipotensi dapat terjadi
Intoleransi aktivitas gal/ jam Setelah dilakukan tindakan jantung TD, khususnya akibat kekurangan
Definisi : dilakukan keperawatan diharapkan hipotensi cairan, disritmia, gagal
ketidakcukupan energi perencana klien menunjukkan 2. Observasi perubahan jantung
psikologis atau fisiologis an peningkatan kemampuan status 2. Dapat mengindikasikan
untuk mempertahankan tindakan dalam melakukan aktivitas mental/orientasi/gerak penurunan aliran darah
atau menyelesaikan Kriteria hasil: tubuh atau oksigenasi serebral
aktivitas kehidupan - Klien menunjukkan 3. Buatkan jadwal tdur tanpa sebagai akibat penurunan
sehari-hari yang harus toleransi pada gangguan curah jantung
atau yang ingin aktivitas 4. Pantau program aktivitas 3. Mencegah kelemahan
dilakukan - Menunjukkan 5. Evaluasi adanya dan stress kardiovaskuler
Batasan karakteristik : peningkatan toleransi cemas/emosi berlebihan
1 respons tekanan darah aktivitas 6. Jelaskan pada pasien 4. Latihan teratur
abnormal terhadap tentang tahap-tahap merangsang sirkulasi
aktivitas aktivitas yang boleh kardiovaskuler berleihan
2 respons frekuensi dilakukan oleh pasien 5. Reaksi emosi berlebihan
jantung abnormal dapat mempengaruhi
terhadap aktivitas TTV dan tahanan
3 perubahan EKG vaskuler sistemik serta
4 ketidaknyamanan mempengaruhi fungsi
setelah beraktivitas jantung
5 dispnea setelah Meningkatkan oksigenasi
beraktivitas maksimal
6 keletihan 6. Klien mengetahui
7 kelemahan umum aktivitas yang dapat dan
tidak dapat dilakukan
7.3 Implementasi

Kata implementasi sendiri berasal dari bahasa Inggris “to implement” artinya
mengimplementasikan. Tak hanya sekedar aktivitas, implementasi
merupakan suatu kegiatan yang direncanakan serta dilaksanakan dengan
serius juga mengacu pada norma-norma tertentu guna mencapai tujuan
kegiatan. Dalam kalimat lain implementasi itu sebagai penyedia sarana untuk
melaksanakan sesuatu yang menyebabkan dampak terhadap sesuatu.
Berdasarkan konsep dasar asuhan keperawatan pada penyakit gagal jantung
dengan diagnosa utama yakni ketidakefektifan pola napas dapat dilakukan
dengan memposisikan klien semi fowler, memotivasi klien untuk bernafas
pelan, dalam, dan batuk, mendengarkan suara nafas dan catat adanya suara
nafas tambahan, memerikan oksigenasi jika diperlukan, memonitor status
pernafasan dan status oksigen yang sesuai.

7.4 Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian dari keberhasilan atau tidaknya suatu tindakan
untuk mengatasi masalah yang dihadapi pasien. Pada tahap evaluasi juga
dapat melihat bagaimana perubahan dan respon yang dirasakan oleh pasien.
Berdasarkan konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
gagal jantung dapat dilihat melalui tercapainya kriteria hasil yang sudah
ditulis seperti status pernafasan kembali normal.
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Congestive Heart Failure atau gagal jantung merupakan suatu kondisi
penyakit dimana jantung tidak dapat bekerja sesuai dengan fungsinya, yaitu
terutama pada bagian ventrikel dan hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu seperti hipertensi dan infark miokard akut. Seseorang yang
mengalami penyakit gagal jantung pastinya akan mengalami beberapa
keluhan seperti sesak nafas, edema, dan beberapa tanda lainnya.
3.2 Saran
Laporan pendahuluan mengenai Congestive Heart Failure atau gagal jantung
ini, diharapkan kepada pembaca dapat memanfaatkan dengan baik serta
mengembangkan isi materi untuk mencapai suatu pembaharuan informasi.
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R. Y. 2016. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Kardiovaskular :Aplikasi NIC Dan NOC. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

AHA. (2017). Classes of heart failure. Diakses melalui


http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HeartFailure/AboutHeartFail
ure/Classes-of-Heart-Failure_UCM_306328_Article.jsp#.WlsyUa6WbIU
pada tanggal 13 Januari 2019.

AHA. (2017). Common Tests of heart failure. Diakses melalui


http://www.heart.org pada tanggal 13 Januari 2019.

AHA. (2017).Treatment Options for Heart Diakses melalui


Failure.
http://www.heart.org pada tanggal 13 Januari 2019.

Black, Joice M. & Hawks, Jane H. (2009). Medical surgical nursing: clinical
management for positive outcomes (8 ed). Singapore: Elsevier

Corwin, E. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC Dosen Keperawatan Medikal-Bedah Indonesia. 2017. Rencana


Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah: Diagnosis Nanda-I 2015-2017
Intervensi NIC Hasil NOC. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Hasanah, L. (2013). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat


Perkotaan pada Pasien dengan Gangguan Kardiovaskular: Congestive Heart
Failure (CHF), di Ruang Rawat Kardiovaskular, Lantai 6 Zona B, RS. Dr
Cipto Mangunkusumo Tahun 2013. Depok: Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai