HEMORAGIC STROKE
A. DEFINISI
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai
dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan
fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya
gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan
kapan saja (Muttaqin, 2008).
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah
sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes
ke dalam suatu kawasan di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib,
2009).
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh
darah di otak pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir.
Penyebab stroke hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya
aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat
melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat
istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun (Ria Artiani, 2009)
B. KLASIFIKASI
1. Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala
kliniknya, yaitu: (Muttaqin, 2008)
a. Stroke Hemoragi,
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan
subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak
pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan
aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat
istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun. Perdarahan otak
dibagi dua, yaitu:
1) Perdarahan intraserebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma)
terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk
ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang
menekan jaringan otak, dan menimbulkan edema otak.
Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat
mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak.
Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena
hipertensi sering dijumpai di daerah putamen, thalamus,
pons dan serebelum.
2) Perdarahan subaraknoid
Pedarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma
berry atau AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal dari
pembuluh darah sirkulasi willisi dan cabang-cabangnya
yang terdapat diluar parenkim otak.Pecahnya arteri dan
keluarnya keruang subaraknoid menyebabkan TIK
meningkat mendadak, meregangnya struktur peka nyeri,
dan vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat
disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan kesadaran)
maupun fokal (hemiparase, gangguan hemisensorik, dll)
b. Stroke Non Hemoragi
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis
serebral, biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru
bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun
terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya
dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya baik.
2. Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya, yaitu:
a. TIA (Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang
terjadi selama beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala
yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam
waktu kurang dari 24 jam.
b. Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang
dimana gangguan neurologis terlihat semakin berat dan
bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa
hari.
c. Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah
menetap atau permanen . Sesuai dengan istilahnya stroke
komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang
C. PATOFISIOLOGI
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area
tertentu di otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti
lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi
kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang
tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lmbat atau
cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan
spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena
gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik sering/ cenderung
sebagai faktor penting terhadap otak, thrombus dapat berasal dari flak
arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana
aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa
sebagai emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia
jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan
dan edema dan kongesti disekitar area. Area edema ini menyebabkan
disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema
dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah
beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai menunjukan
perbaikan. Oleh karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak
terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh
embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika
terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembukluh darah
maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada
pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma
pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan cerebral, jika
aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur
arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan
intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian
dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler, karena
perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan
tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi
otak.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak,
hemisfer otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi
perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi
pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus
dan pons. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia
cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel
untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia
lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena
gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan
yang relatif banyak akan mengakibatkan peningian tekanan
intrakranial dan mentebabkan menurunnya tekanan perfusi otak serta
terganggunya drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah yang
keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi,
menyebabkan neuron-neuron di daerah yang terkena darah dan
sekitarnya tertekan lagi.
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila
volume darah lebih dari 60 cc maka resiko kematian sebesar 93 %
pada perdarahan dalam dan 71 % pada perdarahan lobar. Sedangkan
bila terjadi perdarahan serebelar dengan volume antara 30-60 cc
diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75 % tetapi volume
darah 5 cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal. (Muttaqin 2008)
D. ETIOLOGI
Menurut Muttaqin (2008) perdarahan intracranial atau
intraserebri meliputi perdarahan di dalam ruang subarachnoid atau di
dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena
aterosklerosis dan hipertensi. Pecahnya pembuluh darah otak
menyebabkan perembesan darah ke dalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pergesaran, dan pemisahan jaringan otak
yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak
tertekan sehingga terjadi infark otak, edema, dan mungkin herniasi
otak.
Penyebab perdarahan otak yang paling umum terjadi:
Aneurisma (dilatasi pembuluh darah) berry, biasanya defek
congenital
Aneurisma fusiformis dari aterosklerosis.
Aneurisma mikotik dari vaskulitis nekrose dan emboli sepsis.
Malformasi arteriovena, terjadi hubungan persambungan
pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk
vena.
Rupture arteriol serebri, akibat hipertensi yang menimbulkan
penebalan dan degenerasi pembuluh darah.
Adapun penyebab stroke hemoragik sangat beragam menurut Ropper
et al (2005), yaitu:
Perdarahan intraserebral primer (hipertensif)
Ruptur kantung aneurisma
Ruptur malformasi arteri dan vena
Trauma (termasuk apopleksi tertunda paska trauma)
Kelainan perdarahan seperti leukemia, anemia aplastik, ITP,
gangguan fungsi hati, komplikasi obat trombolitik atau anti
koagulan, hipofibrinogenemia, dan hemofilia.
Perdarahan primer atau sekunder dari tumor otak.
Septik embolisme, myotik aneurisma
Penyakit inflamasi pada arteri dan vena
Amiloidosis arteri
Obat vasopressor, kokain, herpes simpleks ensefalitis, diseksi
arteri vertebral, dan acute necrotizing haemorrhagic encephalitis.
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi
pendarahan dan jumlah jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya
muncul tiba-tiba, tanpa peringatan, dan sering selama aktivitas.
Gejala mungkin sering muncul dan menghilang, atau perlahan-lahan
menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu. Gejala stroke hemoragik
bisa meliputi:
a. Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.
b. Kesulitan menelan.
c. Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).
d. Kesulitan menulis atau membaca.
e. Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur,
membungkuk, batuk, atau kadang terjadi secara tiba-tiba.
f. Kehilangan koordinasi.
g. Kehilangan keseimbangan.
h. Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti
kesulitan menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau penurunan
keterampilan motorik.
i. Mual atau muntah.
j. Kejang.
k. Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti
penurunan sensasi, baal atau kesemutan.
l. Kelemahan pada salah satu bagian tubuh.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang disgnostik yang dapat dilakukan adalah :
1. Laboratorium : mengarah pada pemeriksaan darah lengkap,
elektrolit, kolesterol, dan bila perlu analisa gas darah, gula darah
dsb.
2. CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan
atau infark
3. MRI untuk mengetahui adanya edema, infark, hematom dan
bergesernya struktur otak.
4. Angiografi untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas
mengenai pembuluh darah yang terganggu.
5. Fungsi Lumbal : Menunjukan adanya tekanan normal dan biasanya
ada trombosis, emboli serabral dan TIA, sedangkan tekanan
meningkat dan cairan yang mengandung darah menujukan adanya
hemoragi suaraknoid intrakranial. Kadar protein meningkat pada
kasus trombosis sehubungan dengan adanya proses imflamasi.
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan
mungkin adanya daerah lesi yang spesifik. Menggambarkan
perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari
masa yang meluas; klasifikasi karptis interna terdapat pada
trombosis serebral.
6. Ultrasonografi Doppler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
(masalah system arteri karotis), aliran darah / muncul plak
(arteriosklerotik).
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Secepatnya pada terapeutik window (waktu dari serangan hingga
mendapatkan pengobatan maksimal). Therapeutik window ini ada
3 konsensus:
a) Konsensus amerika : 6 jam
b) Konsensus eropa: 1,5 jam
c) Konsensus asia: 12 jam
Prinsip pengobatan pada therapeutic window:
a) Jaringan penubra ada aliran lagi sehingga jaringan penubra
tidak menjadi iskhemik.
b) Meminimalisir jaringan iskhemik yang terjadi.
b. Terapi umum
Untuk merawat keadaan akut perlu diperhatikan faktor – faktor
kritis sebagai berikut :
a) Menstabilkan tanda – tanda vital
(1) Mempertahankan saluran nafas (sering melakukan
penghisapan yang dalam , O2, trakeotomi, pasang alat
bantu pernafasan bila batang otak terkena)
(2) Kendalikan tekanan darah sesuai dengan keadaan masing –
masing individu ; termasuk usaha untuk memperbaiki
hipotensi maupun hipertensi.
b) Deteksi dan memperbaiki aritmia jantung
c) Merawat kandung kemih. Sedapat mungkin jangan memasang
kateter tinggal; cara ini telah diganti dengan kateterisasi “keluar
– masuk” setiap 4 sampai 6 jam.
d) Menempatkan posisi penderita dengan baik secepat mungkin :
(1) penderita harus dibalik setiap jam dan latihangerakan pasif
setiap 2 jam
(2) dalam beberapa hari dianjurkan untuk dilakukan gerakan
pasif penuh sebanyak 50 kali per hari; tindakan ini perlu
untuk mencegah tekanan pada daerah tertentu dan untuk
mencegah kontraktur (terutama pada bahu, siku dan mata
kaki)
a. Terapi khusus
Ditujukan untuk stroke pada therapeutic window dengan obat
anti agregasi dan neuroprotektan. Obat anti agregasi: golongan
pentoxifilin, tielopidin, low heparin, tPA.
a) Pentoxifilin
Mempunyai 3 cara kerja:
Sebagai anti agregasi → menghancurkan thrombus
Meningkatkan deformalitas eritrosit
Memperbaiki sirkulasi intraselebral
b) Neuroprotektan
(1) Piracetam: menstabilkan membrane sel neuron, ex:
notropil
Cara kerja dengan menaikkan cAMP ATP dan
meningkatkan sintesis glikogen
(2) Nimodipin: gol. Ca blocker yang merintangi masuknya
Ca2+ ke dalam sel, ex.nimotup.
Cara kerja dengan merintangi masuknya Ca2+ ke dalam
sel dan memperbaiki perfusi jaringan otak
(3) Citicholin: mencegah kerusakan sel otak, ex. Nicholin
Cara kerja dengan menurunkan free faty acid,
menurunkan generasi radikal bebas dan biosintesa
lesitin. Ekstrax gingkobiloba, ex ginkan
b. Pengobatan konservatif
Pada percobaan vasodilator mampu meningkatkan aliran darah
otak (ADO), tetapi belum terbukti demikian pada tubuh
manusia. Dilator yang efektif untuk pembuluh di tempat lain
ternyata sedikit sekali efeknya bahkan tidak ada efek sama
sekali pada pembuluh darah serebral, terutama bila diberikan
secara oral (asam nikotinat, tolazolin, papaverin dan
sebagainya), berdasarkan uji klinis ternyata pengobatan berikut
ini masih berguna : histamin, aminofilin, asetazolamid,
papaverin intraarteri.
c. Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki
peredaran darah otak. Penderita yang menjalani tindakan ini
seringkali juga menderita beberapa penyulit seperti hipertensi,
diabetes dan penyakit kardiovaskular yang luas. Tindakan ini
dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran pernafasan
dan kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan.
H. KOMPLIKASI
Peningkatan tekanan intrakranial dan herniasi adalah
komplikasi yang paling ditakutkan pada perdarahan intraserebral.
Perburukan edema serebri sering mengakibatkan deteoriasi pada 24-
48 jam pertama. Perdarahan awal juga berhubungan dengan
deteorisasi neurologis, dan perluasan dari hematoma tersebut adalah
penyebab paling sering deteorisasi neurologis dalam 3 jam pertama.
Pada pasien yang dalam keadaan waspada, 25% akan mengalami
penurunan kesadaran dalam 24 jam pertama. Kejang setelah stroke
dapat muncul. Selain dari hal-hal yang telah disebutkan diatas, stroke
sendiri adalah penyebab utama dari disabilitas permanen (Denise,
2010).
Prognosis bervariasi bergantung pada tingkap keparahan stroke
dan lokasi serta ukuran dari perdarahan. Skor dari Skala Koma
Glasgow yang rendah berhubungan dengan prognosis yang lebih
buruk dan mortalitas yang lebih tinggi. Apabila terdapat volume darah
yang besar dan pertumbuhan dari volume hematoma, prognosis
biasanya buruk dan outcome fungsionalnya juga sangat buruk dengan
tingkat mortalitas yang tinggi. Adanya darah dalam ventrikel bisa
meningkatkan resiko kematian dua kali lipat. Pasien yang
menggunakan antikoagulasi oral yang berhubungan dengan
perdarahan intraserebral juga memiliki outcome fungsional yang
buruk dan tingkat mortilitas yang tinggi (Denise, 2010).
2. Diagnosa keperawatan
a) Kerusakan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot, kontrol
b) perfusi jaringanm tidak efektif berhubungan dengan perdarahan
otak. Oedem otak
c) Kurang perawatan diri b.d kelemahan fisik
d) Kerusakan komunikasi verbal b.d kerusakan otak
e) Resiko kerusakan integritas kulit b.d faktor mekanik
f) Resiko infeksi b.d penurunan pertahanan primer
3. Rencana keperawatan
No Diagnosa Tujuan/KH Intervensi Rasional
1. Kerusakan mobilitas fisik NOC : NIC :
b.d penurunan kekuatan Ambulasi/ROM normal 1.Terapi latihan Pergerakan aktif/pasif bertujuan untuk
otot dipertahankan. Mobilitas sendi mempertahankan fleksibilitas sendi
Setelah dilakukan tindakan o Jelaskan pada klien&kelg tujuan latihan
keperawatan 3x24 jam pergerakan sendi.
KH: o Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
o Sendi tidak kaku latihan
o Tidak terjadi atropi otot o Gunakan pakaian yang longgar
o Kaji kemampuan klien terhadap pergerakan
o Encourage ROM aktif
o Ajarkan ROM aktif/pasif pada klien/keluarga.
o Ubah posisi klien tiap 2 jam.
o Kaji perkembangan/kemajuan latihan
Ketidakmampuan fisik dan psikologi
2. Self care Assistance
klien dapat menurunkan perawatan dir
o Monitor kemandirian klien
sehari-hari dan dapat terpenuhi dengan
o bantu perawatan diri klien dalam hal:
bantuan agar kebersihan diri klien dapa
makan,mandi, toileting.
terjaga
o Ajarkan keluarga dalam pemenuhan perawatan
diri klien.
2. Perfusi jaringan cerebral NOC: NIC : 1. mengetahui kecenderungan tk kesadaran
tidak efektif b.d perdarahan Perfusi jaringan cerebral. Perawatan sirkulasi. dan potensial peningkatan TIK dan
otak, oedem Setelah dilakukan tindakan Peningkatan perfusi jaringan otak mengetahui lokasi. Luas dan kemajuan
keperawatan selama 3 x 24 jam kerusakan SSP
perfusi jaringan adekuat dengan Aktifitas : 2. Ketidakteraturan pernapasan dapa
indikator : 1. Monitor status neurologik memberikan gambaran lokas
o Perfusi jaringan yang adekuat 2. monitor status respitasi kerusakan/peningkatan TIK
didasarkan pada tekanan nadi 3. monitor bunyi jantung 3. Bradikardi dapat terjadi sebagai akiba
perifer, kehangatan kulit, urine 4. letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikan adanya kerusakan otak.
output yang adekuat dan tidak ada dan dalam posisi netral 4. Menurunkan tekanan arteri dengan
gangguan pada respirasi. 5. kelola obat sesuai order meningkatkan drainase & meningkatkan
6. berikan Oksigen sesuai indikasi sirkulasi
5. Pencegahan/pengobatan penurunan TIK
6. Menurunkan hipoksia.
3. Resiko infeksi b.d NOC : Risk Control Setelah NIC : Cegah infeksi
penurunan pertahan primer dilakukan tindakan keperawatan 1. Mengobservasi & melaporkan tanda & gejala 1. Onset infeksi dengan system imun
selama 3 x 24 jam klien tidak infeksi, seperti kemerahan, hangat, rabas dan diaktivasi & tanda infeksi muncul
mengalami infeksi peningkatan suhu badan 2. Klien dengan netropeni tidak memproduks
KH: 2. mengkaji suhu klien netropeni setiap 4 jam, cukup respon inflamasi karena itu pana
0
o Klien bebas dari tanda-tanda melaporkan jika temperature lebih dari 38 C biasanya tanda & sering merupakan satu
infeksi 3. Menggunakan thermometer elektronik atau satunya tanda
o Klien mampu menjelaskan merkuri untuk mengkaji suhu 3. Nilai suhu memiliki konsekuensi yang
tanda&gejala infeksi 4. Catat dan laporkan nilai laboratorium penting terhadap pengobatan yang tepat
5. Kaji warna kulit, kelembaban kulit, tekstur dan 4. Nilai lab berkorelasi dgn riwayat klien &
turgor lakukan dokumentasi yang tepat pada setiap pemeriksaan fisik utk memberikan
perubahan pandangan menyeluruh
6. Dukung untuk konsumsi diet seimbang, penekanan 5. Dapat mencegah kerusakan kulit, kuli
pada protein untuk pembentukan system imun yang utuh merupakan pertahanan pertama
terhadap mikroorganisme
6. Fungsi imun dipengaruhi oleh intake
protein
4. Defisit perawatan diri b.d NOC : Self Care Assistance( mandi, NIC : Self Care
kelemahan fisik berpakaian, makan, toileting. 1. Observasi kemampuan klien untuk mandi, 1. Dengan menggunakan intervens
Setelah dilakukan tindakan berpakaian dan makan. langsung dapat menentukan intervens
keperawatan selama 5 x 24 jam Klien 2. Bantu klien dalam posisi duduk, yakinkan kepala yang tepat untuk klien
dapat memenuhi kebutuhan perawatan dan bahu tegak selama makan dan 1 jam setelah 2. Posisi duduk membantu proses menelan
diri makan dan mencegah aspirasi
KH: 3. Hindari kelelahan sebelum makan, mandi dan
-Klien terbebas dari bau, dapat makan berpakaian 3. Konservasi energi meningkatkan
sendiri, dan berpakaian sendiri 4. Dorong klien untuk tetap makan sedikit tapi sering toleransi aktivitas dan peningkatan
kemampuan perawatan diri
4. Untuk meningkatkan nafsu makan
5. Resiko kerusakan intagritas NOC: mempertahankan integritas NIC: Berikan manajemen tekanan
kulit b.d faktor mekanik kulit 1. Lakukan penggantian alat tenun setiap hari dan 1. Meningkatkan kenyamanan dan
Setelah dilakukan perawatan 5 x 24 tempatkan kasur yang sesuai mengurangi resiko gatal-gatal
jam integritas kulit tetap adekuat 2. Monitor kulit adanya area kemerahan/pecah2 2. Menandakan gejala awal lajutan
dengan indikator : 3. monitor area yang tertekan kerusakan integritas kulit
Tidak terjadi kerusakan kulit ditandai 4. berikan masage pada punggung/daerah yang 3. Area yang tertekan biasanya sirkulasinya
dengan tidak adanya kemerahan, luka tertekan serta berikan pelembab pad area yang kurang optimal shg menjadi pencetu
dekubitus pecah2 lecet
5. monitor status nutrisi 4. Memperlancar sirkulasi
5. Status nutrisi baik dapat membantu
mencegah keruakan integritas kulit.
6 Kurang pengetahuan b.d NOC : Pengetahuan klien NIC : Pendidikan kesehatan
kurang mengakses meningkat 1. Mengkaji kesiapan dan kemampuan klien untuk Proses belajar tergantung pada situasi tertentu
informasi kesehatan KH: belajar interaksi social, nilai budaya dan lingkungan
-Klien dan keluarga memahami 2. Mengkaji pengetahuan dan ketrampilan klien Informasi baru diserap meallui asumsi dan
tentang penyakit Stroke, perawatan sebelumnya tentang penyakit dan pengaruhnya fakta sebelumnya dan bias mempengaruh
dan pengobatan terhadap keinginan belajar proses transformasi
3. Berikan materi yang paling penting pada klien Informasi akan lebih mengena apabila
4. Mengidentifikasi sumber dukungan utama dan dijelaskan dari konsep yang sederhana ke
perhatikan kemampuan klien untuk belajar dan yang komplek
mendukung perubahan perilaku yang diperlukan Dukungan keluarga diperlukan untuk
5. Mengkaji keinginan keluarga untuk mendukung mendukung perubahan perilaku
perubahan perilaku klien
6. Evaluasi hasi pembelajarn klie lewat demonstrasi
dan menyebutkan kembali materi yang diajarkan
DAFTAR PUSTAKA
Silbernagl, S., Florian Lang. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. EGC: Jakarta,
2007.