Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN GADAR 2 TENTANG

PERDARAHAN INTRACEREBRAL

DI RS ISLAM BANJARMASIN

Nama : Azizah
NPM : 1714201110006
Kelas :6A
Kelompok :6
CT : Mira, Ns., M.Kep
CI : Rina Farida, S.Kep., Ns

PRAKTIK PRE NERS 1 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

TAHUN 2019-2020
Nama : Azizah

NPM : 1714201110006

Tempat : RS Islam Banjarmasin

Tugas : Laporan pendahuluan tentang perdarahan intracerebral

Banjarmasin, 20 Juli 2020

MENYETUJUI

Clinical Instruktur (CI) Clinical Teacher (CT)

Rina Farida, S.Kep., Ns Mira, Ns., M.Kep


LEMBAR KONSULTASI

Nama : Azizah

NPM : 1714201110006

CI : Rina Farida, S.Kep., Ns

CT : Mira, Ns., M.Kep

No Hari/Tanggal Keterangan Paraf


LAPORAN PENDAHULUAN
PERDARAHAN INTRACEREBRAL

1. Anatomi Fisiologi
Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100-200 milyar sel aktif
yang saling berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan
intelektual. Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron. Otak
merupakan bagian utama dari sistem saraf dengan komponen bagiannya
adalah:
1.1 Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang terdiri dari
sepasang hemisfer kanan dan kiri serta tersusun dari korteks. Cerebrum
dibagi menjadi beberapa lobus, yaitu:
1.1.1 Lobus Frontalis, berperan sebagai pusat fungsi intelektual yang
lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar
1.1.2 Lobus Temporalis. Lobus ini berfungsi untuk mengatur daya
ingat verbal, visual, pendengaran dan berperan dalam pembentukan
dan perkembangan emosi.
1.1.3 Lobus Parietalis merupakan daerah pusat kesadaran sensorik di
gyrus postsentralis (area sensorik primer) untuk rasa, raba, dan
pendengaran.
1.1.4 Lobus Oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area
asosiasi penglihatan.
1.1.5 Lobus Limbik. Lobus limbik untuk mengatur emosi manusia,
memoriemosi dan bersama hipothalamus menimbulkan perubahan
melalui pengendalian atas susunan endokrin dan susunan autonom
(Aliah, 2016).
1.2 Cerebellum
Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung lebih banyak
neuron dibandingkan otak secara keseluruhan. Memiliki peran koordinasi
yang penting dalam fungsi motorik yang didasarkan pada informasi
somato sensori yang diterima inputnya 40 kali lebih banyak dibandingkan
output. Cerebellum terdiri dari tiga bagian fungsional yang berbeda yang
menerima dan menyampaikan informasi ke bagian lain dari sistem saraf
pusat. Bagian-bagian dari cerebellum adalah lobus anterior, lobus medialis
dan lobus fluccolonodularis (Aliah, 2016).

Gambar otak

2. Definisi
Perdarahan intracerebral adalah perdarahan yang terjadi pada jaringan otak
biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak
(Labovitz, 2017).
Perdarahan intracerebral adalah perdarahan kedalam substansi otak
.Hemorragi ini biasanya terjadi dimana tekanan mendesak kepala sampai
daerah kecil dapat terjadi pada luka tembak, cidera tumpul (Aliah, 2016).
Intracerebral hemorrage adalah pendarahan dalam jaringan otak itu sendiri.
Hal ini dapat timbul pada cedera kepala tertutup yang berat atau cidera kepala
terbuka. Perdarahan intraserebral dapat timbul pada penderita stroke hemoragik
akibat melebarnya pembuluh nadi (Wihartono, 2016).
Jadi kesimpulannya perdarahan intracerebral adalah perdarahan yang
terjadi pada jaringan otak itu sendiri. Kondisi ini disebabkan oleh pecahnya
pembuluh arteri di otak hingga menyebabkan perdarahan lokal di jaringan
sekitarnya dan matinya sel-sel otak.

3. Etiologi
Etiologi dari perdarahan Intra Cerebral menurut Suyono (Wihartono, 2016)
adalah :
3.1 Kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala
3.2 Fraktur depresi tulang tengkorak
3.3 Angiopati Amiloid
Angiopati amiloid adalah kondisi ketika terjadi kelainan dinding
pembuluh darah yang disebabkan oleh faktor usia atau hipertensi.
Kondisi ini dapat menimbulkan banyak perdarahan kecil yang mengarah
pada perdarahan yang lebih besar.
3.4 Hipertensi
3.5 Aneurisma (Pembengkakan Pembuluh Darah )
Aneurisma menyebabkan melemahnya pembuluh darah, yang kemudian
dapat pecah dan menimbulkan perdarahan di dalam otak. Kondisi ini
dapat menyebabkan stroke.
3.6 Merokok

4. Patofisiologi
Perdarahan intraserebral ini dapat disebabkan oleh karena ruptur arteria
serebri yang dapat di permudah dengan adanya hipertensi. Keluarnya darah
dari pembuluh darah di dalam otak berakibat pada jaringan di sekitarnya atau
didekatnya, sehingga jaringan yang ada di sekitarnya akan bergeser dan
tertekan. Darah yang keluar dari pembuluh darah sangat mengiritasi otak,
sehingga mengakibatkan vosospasme pada arteri di sekitar perdarahan, spasme
ini dapat menyebar keseluruh hemisfer otak dan lingkaran willisi. Dalam
keadaan fisiologis pada orang dewasa jumlah darah yang mengalir ke otak 58
ml/menit per 100 gr jaringan otak. Bila aliran darah ke otak turun menjadi 18
ml/menit per 100 gr jaringan otak akan menjadi penghentian aktifitas listrik
pada neuron tetapi struktur sel masih baik, sehingga gejala ini masih revesibel.
Oksigen sangat dibutuhkan oleh otak sedangkan O2 diperoleh dari darah, otak
sendiri hampir tidak ada cadangan O2 dengan demikian otak sangat tergantung
pada keadaan aliran darah setiap saat. Bila suplay O2 terputus 8-10 detik akan
terjadi gangguan fungsi otak, bila lebih lama dari 6-8 menit akan tejadi
jelas/lesi yang tidak putih lagi (ireversibel) dan kemudian kematian.
Perdarahan dapat meninggikan tekanan intrakranial dan menyebabkan ischemi
didaerah lain yang tidak perdarahan, sehingga dapat berakibat mengurangnya
aliran darah ke otak baik secara umum maupun lokal. Timbulnya penyakit ini
sangat cepat dan konstan dapat berlangsung beberapa menit, jam bahkan
beberapa hari (Wihartono, 2016).
Pathway :
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik dari perdarahan intracerebral yaitu :
5.1. Kesadaran mungkin akan segera hilang, atau bertahap seiring dengan
membesarnya hematom.
5.2. Pola pernapasan dapat secara progresif menjadi abnormal
5.3. Respon pupil mungkin lenyap atau menjadi abnormal.
5.4. Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intra cranium.
5.5. Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan
gerakan motorik dapat timbul segera atau secara lambat.
5.6. Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan
peningkatan tekanan intra cranium (Widagdo, 2017).

6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang dari perdarahan Intra Cerebral menurut Sudoyo
(Wihartono, 2016) adalah sebagai berikut :
6.1 Angiografi
Angiografi adalah prosedur pemeriksaan dengan menggunakan sinar-X
(Rontgen) untuk melihat pembuluh darah arteri dan vena.
6.2 CT Scan
CT (computed tomography) scan adalah prosedur yang menggabungkan
serangkaian gambar X-ray yang diambil dari berbagai sisi di sekitar
tubuh seseorang. Pemeriksaan ini menggunakan komputer untuk
membuat gambar cross-sectional tulang, pembuluh darah, dan jaringan
lunak yang ada di dalam tubuh orang tersebut.
6.3 MRI
Magnetic resonance imaging (MRI) atau pencitraan resonansi magnetik
adalah pemeriksaan yang memanfaatkan medan magnet dan energi
gelombang radio untuk menampilkan gambar struktur dan organ dalam
tubuh.
7. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pada pendarahan intracerebral berbeda dari stroke ischemic.
Anticoagulant (seperti heparin dan warfarin), obat-obatan trombolitik, dan
obat-obatan antiplatelet (seperti aspirin) tidak diberikan karena membuat
pendarahan makin buruk. Jika orang yang menggunakan antikoagulan
mengalami stroke yang mengeluarkan darah, mereka bisa memerlukan
pengobatan yang membantu penggumpalan darah seperti :
7.1 Vitamin K, biasanya diberikan secara infuse.
7.2 Transfusi atau platelet. Transfusi darah yang telah mempunyai sel darah
dan pengangkatan platelet (plasma segar yang dibekukan).
7.3 Pemberian infus pada produk sintetis yang serupa pada protein di dalam
darah yang membantu darah untuk menggumpal (faktor penggumpalan).
Operasi untuk mengangkat penumpukan darah dan menghilangkan
tekanan di dalam tengkorak, bahkan jika hal itu bisa menyelamatkan hidup,
jarang dilakukan karena operasi itu sendiri bisa merusak otak. Juga,
pengangkatan penumpukan darah bisa memicu pendarahan lebih. Meskipun
begitu, operasi ini kemungkinan efektif untuk pendarahan pada kelenjar
pituitary atau pada cerebellum. Pada beberapa kasus, kesembuhan yang baik
adalah mungkin.
Menurut Corwin menyebutkan penatalaksanaan untuk perdarahan Intra
Cerebral adalah sebagai berikut :
7.1 Observasi dan tirah baring lama.
7.2 Mungkin diperlukan ligasi pembuluh yang pecah dan evakuasi hematom
secara bedah.
7.3 Mungkin diperlukan ventilasi mekanis.
7.4 Untuk cedera terbuka diperlukan antibiotiok.
7.5 Metode-metode untuk menurunkan tekanan intra kranium termasuk
pemberian diuretik dan obat anti inflamasi.
7.6 Pemeriksaan Laboratorium seperti: CT-Scan, Thorax foto, dan
laboratorium lainnya yang menunjang (Aliah A, 2016).
8. Pengkajian Keperawatan
8.1 Primary Survey
8.1.1 Airway. Tanda-tanda objektif-sumbatan Airway
8.1.1.1 Look (lihat) apakah penderita mengalami agitasi atau
kesadarannya menurun. Sianosis menunjukkan
hipoksemia yang disebabkan oleh kurangnya oksigenasi
dan dapat dilihat dengan melihat pada kuku-kuku dan kulit
sekitar mulut. Lihat adanya retraksi dan penggunaan otot-
otot napas tambahan yang apabila ada, merupakan bukti
tambahan adanya gangguan airway. Lakukan intubasi
(orotrakeal tube) jika apnea.
8.1.1.2 Listen (dengar) adanya suara-suara abnormal. Pernapasan
yang berbunyi (suara napas tambahan) adalah pernapasan
yang tersumbat.
8.1.1.3 Feel (raba)
8.1.2 Breathing. Tanda-tanda objektif-ventilasi yang tidak adekuat
8.1.2.1 Look (lihat) naik turunnya dada yang simetris dan
pergerakan dinding dada yang adekuat
8.1.2.2 Listen (dengar) adanya pergerakan udara pada kedua sisi
dada. Penurunan atau tidak terdengarnya suara napas pada
satu atau hemitoraks merupakan tanda akan adanya cedera
dada.
8.1.2.3 Gunakan pulse oxymeter
Alat ini mampu memberikan informasi tentang saturasi
oksigen dan perfusi perifer penderita, tetapi tidak
memastikan adanya ventilasi yang adekuat.
8.1.3 Circulation dengan kontrol perdarahan
8.1.3.1 Respon awal tubuh terhadap perdarahan adalah takikardi
untuk mempertahankan cardiac output walaupun stroke
volum menurun.
8.1.3.2 Selanjutnya akan diikuti oleh penurunan tekanan nadi
(tekanan sistolik-tekanan diastolik).Jika aliran darah ke
organ vital sudah dapat dipertahankan lagi, maka
timbullah hipotensi
8.1.3.3 Perdarahan yang tampak dari luar harus segera dihentikan
dengan balut tekan pada daerah tersebut.
8.1.3.4 Ingat, khusus untuk otorrhagia yang tidak membeku,
jangan sumpal MAE (Meatus Akustikus Eksternus)
dengan kapas atau kain kasa, biarkan cairan atau darah
mengalir keluar, karena hal ini membantu mengurangi
TTIK (Tekanan Tinggi Intra Kranial)
8.1.3.5 Semua cairan yang diberikan harus dihangatkan untuk
menghindari terjadinya koagulopati dan gangguan irama
jantung.

8.2 Secondary Survey


8.2.1 Kepala dan leher Kepala.
Inspeksi kepala (kesimetrisan muka dan tengkorak, warna dan
distribusi rambut kulit kepala), palpasi (keadaan rambut, tengkorak,
kulit kepala, massa, pembengkakan, nyeri tekan, fontanela (pada
bayi)).
Inspeksi leher (bentuk kulit (warna, pembengkakan, jaringan parut,
massa), tiroid), palpasi (kelenjar limpe, kelenjar tiroid, trakea),
mobilitas leher.
8.2.2 Dada dan paru Inspeksi. Dada diinspeksi terutama mengenai
postur, bentuk dan kesimetrisan ekspansi serta keadaan kulit.
Palpasi dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji keadaan kulit
pada dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan, kesimetrisan
ekspansi, dan tactil vremitus (vibrasi yang dapat teraba yang
dihantarkan melalui sistem bronkopulmonal selama seseorang
berbicara). Perkusi dengan memperhatikan adanya hipersonor atau
”dull” yang menunjukkan udara (pneumotorak) atau cairan
(hemotorak) yang terdapat pada rongga pleura. Auskultasi berguna
untuk mengkaji aliran udara melalui batang trakeobronkeal dan
untuk mengetahui adanya sumbatan aliran udara. Auskultasi juga
berguna untuk mengkaji kondisi paru-paru dan rongga pleura.
8.2.3 Kardiovaskuler Inspeksi dan palpasi. Area jantung diinspeksi dan
palpasi secara stimultan untuk mengetahui adanya ketidaknormalan
denyutan atau dorongan (heaves). Palpasi dilakukan secara
sistematis mengikuti struktur anatomi antung mulai area aorta, area
pulmonal, area trikuspidalis, area apikal dan area epigastrik.
8.2.4 Ekstermitas. Beberapa keadaan dapat menimbulkan iskemik pada
ekstremitas bersangkutan, antara lain : Cedera pembuluh darah,
fraktur di sekitar sendi lutut dan sendi siku, crush injury, sindroma
kompartemen, dan dislokasi sendi panggul (Wihartono, 2016).

9. Diagnosa Keperawatan
9.1 Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan tahanan
pembuluh darah ; infark.
9.2 Nyeri kepala akut berhubungan dengan peningkatan tekanan
intracranial (TIK).
9.3 Resiko tinggi infeksi (Herdman, 2018).

10. Intervensi Keperawatan


NO. Dx kep Tujuan (Noc) Intervensi

1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan - Monitor Vital Sign


perfusi jaringan tindakan keperawatan - Tentukan faktor penyebab
cerebral berhubungan diharapkan perfusi penurunan perfusi cerebral.
dengan tahanan jaringan cerebral - Pertahankan posisi tirah
pembuluh darah efektif dapat teratasi baring atau head up to 30°
;infark dengan kriteria hasil: - Kolaborasi dengan tim
a. Tanda-tanda vital kesehatan. Pemberian terapi
normal oksigen
b. Tidak ada tanda-
tanda
peningkatan TIK
(takikardi,
Tekanan darah
turun pelan2)

2 Nyeri kepala akut Setelah dilakukan - Observasi keadaan umum


berhubungan dengan tindakan keperawatan dan tanda-tanda vital .
peningkatan tekanan diharapkan nyeri - Lakukan pengkajian nyeri
intracranial (TIK) terkontrol atau secara komprehensif
berkurang dengan - Observasi reaksi abnormal
kriteria hasil : dan ketidaknyamanan.
a. Ekspresi wajah - Kolaborasi pemberian obat
rileks yang dianjurkan sesuai
b. Skala nyeri indikasi
berkurang
3. Resiko tinggi infeksi Setelah dilakukan - Pantau suhu tubuh secara
tindakan keperawatan teratur. Catat adanya demam,
diharapkan pasien menggigil, diaforesis dan
bebas tanda-tanda perubahan fungsi mental
infeksi dengan kriteria (penurunan kesadaran)
hasil : - Berikan perawatan aseptik
a. Tanda- tanda vital dan antiseptic.
normal - Batasi pengunjung yang
b. Suhu tubuh tidak dapat menularkan infeksi
meningkat atau cegah pengunjung yang
mengalami infeksi saluran
napas bagian atas.
- Berikan antibiotik sesuai
indikasi (Taylor, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Aliah A, Kuswara F.F, Limoa RA, Wuysang. (2016). Gangguan Peredaran


Darah Otak. Dalam: Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Herdman, T. Heather dan Shigemi Kamitsuru. (2018). NANDA-1 Diagnosis


Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC.

Labovitz DL, Sacco Rl. (2017). Intracerebral Hemorragic : Curr Opin Neurol.

Taylor, M. Cyintia dan Sheila SParks Ralph. (2017). Diagnosis Keperawatan


Dengan Rencana Asuhan. Jakarta: EGC.

Widagdo, Wahyu. (2017). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem


Persyarafan.WK: Jakarta.

Wihartono W, Gofir A, Wibowo S., (2016). Gambaran Klinis dan CT Scan


perdarahan intraserebral pada penderita hipertensi dan non hipertensi.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai