Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit jantung koronari disebut sebagai penyakit pembunuh nomor
satu di dunia, dan dianggap musuh nomor satu dalam kehidupan yang paling
ditakuti. Selain itu, juga menduduki tempat teratas, penyakit jantung bukan lagi
menjadi pembunuh misteri. Pada kolesterol yang
tinggi, diabetes, hipertensi,kegemukan, merokok, kurang melakukan olahraga,
dan proses penuaan adalah antara faktor penyumbang kepada penyakit ini. Isu-
isu yang dikaitkan dengan penyakit ini lebih banyak berkisar kepada aspek
pencegahan yang termasuk gaya hidup sehat, makanan yang seimbang,
olahraga dan sebagainya. Namun,statistik kematian mengenai penyakit jantung
tetap mencatatkan peningkatan yang membimbangkan.(Noer, Sjaifoellah. 1996)
Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan organisasi Federasi Jantung
Sedunia (World Heart Federation) jantung akan menjadi penyebab utama
kematian di negara-negara Asia pada tahun 2010. Saat ini, sedikitnya 78%
kematian global akibat penyakit jantung terjadi pada kalangan masyarakat miskin
dan menengah. Berdasarkan kondisi itu, dalam keadaan ekonomi terpuruk maka
upaya pencegahan merupakan hal terpenting untuk menurunkan penyakit
kardiovaskuler pada tahun 2010. Di negara berkembang dari tahun 1990 sampai
2020, angka kematian akibat penyakit jantung akan meningkat 137% pada laki-
laki dan 120% pada wanita, sedangkan di negara maju peningkatannya lebih
rendah yaitu 48% pada laki-laki dan 29% pada wanita. Ditahun 2020,
diperkirakan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab kematian 125 orang
setiap tahunnya. Oleh karena itu penyakit jantung penyebab kematian dan
kecacatan nomor satu di dunia. (Vany Yany, 2010).
Di Indonesia, angka kematian karena penyakit jantung koroner dalam 10
tahun terakhir ini meningkat mencapai 53,5% per 100.000 penduduk Indonesia
(Surevei Kesehatan Rumah Tangga Nasional, 2004). Berdasarkan data pola
penyakit di rumah sakit se-Jakarta tahun 2005, penyakit jantung dan pembuluh
darah menempati urutan ketiga. Kejadian kasus penyakit jantung koroner
mengalami peningkatan di Jakarta. Berdasarkan data rumah sakit se-Jakarta
Timur pada tahun 2007 sebanyak 24,92%, tahun 2008 sebanyak 26.85%. (Vany
Yany, 2010).

1
Memberikan layanan berupa asuhan keperawatan secara langsung
kepada klien (individu, keluarga, maupun komunitas) sesuai dengan
kewenangannya, sebagai pengelola (manager) yaitu perawat mempunyai peran
dan tanggung jawab dalam mengelola layanan keperawatan disemua tatanan
layanan kesehatan, sebagai pembela (advokad) berfungsi membela kepentingan
klien, sebagai Pendidik (edukator) yaitu dengan memberikan informasi kesehatan
melalui upaya perawat secara promotif yang merupakan upaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan. Upaya preventif dengan menyarankan agar
menjalani pola hidup sehat : makan-makanan yang rendah lemak, kurangi
merokok dan rajin berolahraga. Upaya kuratif yaitu memberi saran pasien agar
kooperatif yaitu dengan mentaati peraturan perawatan dan terapi yang dianjurkan
dokter. Dan upaya rehabilitatif yaitu dengan menganjurkan pasien agar tetap
kontrol ke dokter secara rutin, menjaga diet jangan memakan yang tinggi
kolesterol, penyesuaian gaya hidup rajin belorah raga dan tidak melakukan
aktifitas fisik yang berat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk Meningkatkan Derajat Kesehatan Pada Klien Lansia Yaitu Tn.E
Melalui Pemberian Asuhan Keperawatan Lansia Yang Tepat
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan Pengkajian Keperawata Pada Klien Dengan Masalah
Coronary Artery Disease (CAD)
b. Mengidentifikasi Masalah Yang Muncul Pada Klien Dengan Coronary
Artery Disease
c. Merencanakan Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Coronary
Artery Disease
d. Melaksanakan Tindakan Keperawatan Pada Klien Dengan Coronary
Artery Disease
e. Melaksanakan Evaluasi Keperawatan Pada Klien Dengan Coronary
Artery Disease

C. Studi Literatur
Laporan ini berisi konsep lansia, konsep penyakit, konsep asuhan keperawatan
dan asuhan keperawatan. Konsep teori Coronary Artery Disease didapat dari
berbagai macam sumber, diantaranya yaitu sebagian besar diambil dari
beberapa buku dan sebagiannya lagi diambil dari internet dengan sumber
terpercaya. Dan untuk asuhan keperawatannya, didapat dari hasil pengkajian

2
yaitu dengan melakukan wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik kepada
Tn. E.

D. Sistematika Penulisan
Laporan asuhan keperawatan pada Tn. E dengan masalah Coronary Artery
Disease/ Penyakit Jantung Koroner. Laporan ini berisi 4 bab, Bab I merupakan
pendahuluan laporan yang berisi latar belakang, tujuan umum, tujuan khusus,
studi literatur dan sistematika penulisan. Bab II merupakan Tinjauan Teoritis yang
berisi tentang konsep dasar penyakit, konsep lansia, dan konsep asuhan
keperawatan gerontik dengan masalah Coronary Artery Disease. Bab III
merupakan pembahasan dari kasus kelolaan yang berisi tentang asuhan
keperawatan gerontik pada Tn. E dengan masalah Coronary Artery
Disease/Penyakit jantung koroner, dimulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Yang terakhir adalah Bab IV
merupakan penutup laporan yang berisi kesimpulan dan saran.

BAB II

TINAJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Coronary Artery Disease (CAD) atau penyakit arteri koroner atau disebut
juga penyakit jantung koroner (Coronary Heart Disease/CHD) adalah istilah
umum untuk penumpukan plak di arteri jantung yang bisa menyebabkan
serangan jantung (AHA, 2015). CAD terjadi ketika arteri yang memasok
darah ke otot jantung menjadi mengeras dan menyempit. Hal ini disebabkan
oleh penumpukkan kolesterol dan bahan lainnya, yang disebut plak, di
dinding bagian dalamnya. Penumpukkan ini disebut aterosklerosis. Lama

3
kelamaan akan menghambat aliran darah diarteri. Akibatnya, otot jantung
tidak bisa mendapatkan darah atau oksigen yang dibutuhkannya hal ini dapat
menyebabkan nyeri dada (angina) atau serangan jantung. Sebagian besar
serangan jantung terjadi saat gumpalan darah tiba-tiba memotong suplai
darah jantung, menyebabkan kerusakan jantung permanen. (Ratini,2018)
2. Etiologi
Menurut Udjianti (2010), etiologi CAD meliputi:
a. Penyebab paling umum CAD adalah aterosklerosis. Aterosklerosis
digolongkan sebagai akumulasi sel-sel otot halus, lemak, dan jaringan
konektif disekitar lapisan intima arteri. Suatu plak fibrous adalah lesi khas
dari aterosklerosis. Lesi ini dapat bervariasi ukurannya dalam dinding
pembuluh darah, yang dapat mengakibatkan obstruksi aliran darah
parsial maupun komplet. Komplikasi lebih lanjut dari lesi tersebut terdiri
atas plak fibrous dengan deposit kalsium, disertai oleh pembentukan
thrombus. Obstruksi pada lumen mengurangi atau menghentikan aliran
darah kepada jaringan disekitarnya.
b. Penyebab lain adalah spasme artei coroner, penyempitan dari lumen
pembuluh darah terjadi bila serat otot halus dalam dinding pembuluh
darah berkontraksi (vasokontriksi). Spasme arteri coroner dapat
menyebabkan terjadinya iskemik actual atau perluasan dari infark
miokard. Penyebab lain diluar ateroskelorik yang dapat mempengaruhi
diameter lumen pembuluh darah coroner dapat berhubungan dengan
abnormalitas sirkulasi. Hal ini meliputi hipoperfusi, hipovolemi,
polisitemia, dan masalah-masalah atau gangguan katup jantung.

Menurut Mayo Clinic (2017), faktor risiko penyakit arteri koroner meliputi :

a. Usia
Cukup bertambah tua meningkatkan risiko arteri yang rusak dan
menyempit.
b. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga penyakit jantung dikaitkan dengan resiko penyakit
arteri koroner yang lebih tinggi, terutama jika seorang kerabat dekat
mengembangkan penyakit jantung pada usia dini.
c. Merokok
Orang yang merokok memiliki peningkatan risiko penyakit jantung secara
signifikan.
d. Tekanan darah tinggi
tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
pengerasan dan penebalan arteri.
e. Kadar kolesterol tinggi

4
Kadar kolesterol tinggi dalam darah dapat meningkatkan risiko
terbentuknya plak dan aterosklerosis. Kolesterol tinggi dapat disebabkan
oleh tingkat tinggi low-density lipoprotein (LDL), yang dikenal sebagai
kolesterol “jahat”. Tingkat rendah lipoprotein densitas tinggi (HDL), yang
dikenal sebagai kolesterol “baik”, bisa menjadi tanda aterosklerosis.
f. Diabetes
Diabetes dikaitkan dengan peningkatkan risiko penyakit arteri koroner.
Diabetes tipe 2 dan penyakit arteri coroner memiliki faktor risiko yang
sama, seperti obesitas dan tekanan darah tinggi.
g. Kegemukan atau obesitas
Kelebihan berat badan biasanya memperburuk faktor resiko lainnya.
h. Tidak aktif secara fisik
Kurang olahraga juga dikaitkan dengan penyakit arteri koroner dan
beberapa faktor resikonya juga.
i. Tegangan tinggi
Stress yang tidak henti-hentinya dalam hidup dapat merusak arteri dan
juga memperburuk faktor risiko penyakit arteri coroner lainnya.

3. Manifestasi klinis
Menurut (Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher,2014), manifestasi klinik
yang biasa terjadi pada kasus CAD meliputi:
a. Nyeri dada
Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus menerus, terletak
dibagian bawah sternum dan perut atas, adalah gejala utama yang
biasanya muncul. Nyeri akan terasa semakin berat sampai tidak
tertahankan. Rasa nyeri yang tajam dan berat, biasa menyebar kebahu
dan lengan biasanya lengan kiri. Tidak seperti nyeri angina, nyeri ini
muncul secara spontan (bukan setelah kerja berat atau gangguan emosi)
dan menetap selama beberapa jam sampai beberapa hari dan tidak akan
hilang dengan istirahat maupun nitrogliserin. Pada beberapa kasus nyeri
bisa menjalar kedagu dan leher.
b. Perubahan pola EKG
1) Normal pada saat istirahat, tetapi bisa depresi pada segmen ST.
gelombang T inverted menunjukkan iskemia, gelombang Q
menunjukkan nekrosis.
2) Disritmia dan Blok Jantung. Disebabkan kondisi yang mempengaruhi
sensitivitas sel miokard ke impuls saraf seperti iskemia,
ketidakseimbangan elektrolit dan stimulus saraf simpatis dapat
berupa bradikardi, takikardi, premature ventrikel, contraction
(ventrikel ekstra systole), ventrikel takikardi dan ventrikel fibrilasi.

5
c. Sesak napas
Keluhan ini timbul sebagai tanda mulainya gagal jantung dimana jantung
tidak mampu memompa darah ke paru-paru sehingga oksigen di paru-
paru juga berkurang.
d. Diaphoresis
Pada fase awal infark miokard terjadi pelepasan katekolamin yang
meningkatkan stimulasi simpatis sehingga terjadi vasokontriksi pembuluh
darah perifer sehingga kulit akan menjadi lembab, dingin, dan
berkeringat.
e. Pusing
Pusing juga merupakan salah satu tanda dimana jantung tidak bisa
memompa darahke otak sehingga supla oksigen ke otak berkurang.
f. Kelelahan
Kelelahan disebabkan karena jantung kekurangan oksigen akibat
penyempitan pembuluh darah.
g. Mual dan muntah
Nyeri yang dirasakan pada pasien dengan penyakit jantung adalah
didada dan didaerah perut khususnya ulu hati tergantung bagian jantung
mana yang bermasalah. Nyeri pada ulu hati bisa merangsang pusat
muntah. Area infark merangsang reflek vasofagal.
4. Komplikasi
Menurut Institute for Quality and Efficiency in Health Care (2017), komplikasi
CAD meliputi :
a. Aritmia merupakan yang paling sering ditemui, aritmia yanitu gangguan
dalam irama jantung yang bisa menimbulkan perubahan elektrofisiologi
otot-otot jantung. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai
perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman garfik aktivitas listrik sel.
Misalnya perangsangan simpatis akan meningkatkan kecepatan denyut
jantung. Jika jantung tidak mendapat oksigen yang cukup maka bagian
dari jaringan jantung yang mengatur detak jantung akan rusak. Hal
tersebut dapat meyebabkan denyut jantung menjadi tidak teratur selain
itu dapat menyebabkan jantung berdebar, kelelahan dan pusing.
b. Gagal Jantung Kongestif merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi
miokard. Disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kiri akan
menimbulkan kongesti pada vena pulmonalis sedangkan pada disfungsi
ventrikel kanan akan menimbulkan kongesti pada vena sistemik.
c. Syok kardiogegenik yang diakibatkan oleh disfungsi nyata ventrikel kiri
sesudah mengalami infark yang massif.
d. Disfungsi otot papillaris. Disfungsi iskemik atau rupture nekrotik otot
papilaris akan menganggu fungsi katup mitralis. Inkompetensi katup
mengakibatkan aliran balik dari ventrikel kiri ke atrium kiri sebagai akibat

6
pengurangan aliran ke aorta dan peningkatan kongesti pada atrium kiri
dan vena pulmonalis.
e. Ventrikel aneurisma. Aneurisma ini biasanya terjadi pada permukaan
atrium atau apek jantung. Aneurisma ventrikel akan mengembang
bagaikan balon pada setipa sistolik, teregang secara pasif oleh sebagian
curah sekuncup. Aneurisma ventrikel dapat menimbulkan 3 masalah
yaitu gagal jantung kongestif kronik, embolisasi sistemik dari thrombus
mural dan aritma ventrikel refrakter.
f. Perikarditis infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang
langsung berkontak dengan perikardium menjadi kasar, sehingga
merangsang permukaan pericardium dan menimbulkan reaksi
peradangan.
g. Emboli paru yang bisa menyebabkan episode dipsnea, aritmia atau
kematian mendadak. Trombosis vena profunda lebih lazim pada pasien
payah jantung kongestif yang parah.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Echo cardiogram
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi, bentuk dan ukuran
jantung melalui ultrasound dari bilik-bilik jantung. Selain itu pemeriksaan
ini juga dapat dilakukan untuk melihat fungsi dan kerja jantung, melihat
adanya thrombus pada bagian jantung, mengetahui kekuatan otot
jantung serta memeriksa kerusakan pada katup jantung.
b. Kateterisasi jantung (Angiografi Koroner)
Kateterisasi Jantung adalah prosedur diagnostic invaasif dimana satu
atau lebih kateter dimasukkan ke jantung dan pembuluh darah tertentu
untuk mengecek aliran darah dan oksigen diberbagai ruang. Saat
kateterisasi jantung, dapat juga dilakukan angigrafi coroner
menggunakan pewarna khusus dalam pembuluh darah X-ray untuk
menunjukkan bagian dalam pembuluh darah.hal ini dilakukan untuk
menguji patensi arteri koronaria dan mengetahui apakah terdapat
gangguan atau penyempitan pada arteri koroner pasien. Pemeriksaan ini
juga dapat dilakukan untuk menentukkan terapi yang diperlukan mis.
Percutaneus transluminal coronary angioplasty (PTCA) atau
pembedahan bypass coroner maupun Pertcutaneous Coronary
Intervention (PCI) bila ada aterosklerosis. (Smeltzer, Bare, & Hinkle,
2010).
c. Elektrokardiogram (EKG)
Elektrokardiogram mencerminkan aktivitas listrik jantung yang disadap
dari berbagai sudut pada permukaan kulit. Perubahan pada

7
elektrokardiografi secara konsisten akibat iskemia atau infark akan
Nampak pada lead tertentu.
d. Pemeriksaan darah lengkap dan kimia darah yang meliputi: profil lipid
(kolesterol total, trigliserida, dan lipoprotein)
e. Cardiac Stress Testing
Normalnya, arteri coroner akan berdilatasi sampai 4x dari diameter
normalnya untuk meningkatkan aliran darah yang membawa nutrisi dan
oksigen. Arteri yang tersumbat oleh plak akan menurunkan aliran darah
ke miokardium dan meyebabkan iskemik. Tes toleransi jantung yang
terdiri dari tes toleransi latihan (treadmill) dan tes toleransi pengobatan
(Pharmacologic stress test) membantu untuk:
1) Mendiagnosis CAD
2) Membantu mendiagnosis nyeri dada
3) Menentukkan kapasitas fungsional jantung setelah Infark Miokard
atau pembedahan jantung.
4) Mengkaji efektivitas terapi pengobatan antiangina dan antidisritmia
5) Mengidentifikasi disritmia yang terjadi selama latihan fisik
6) Membantu pengembangan program kesegaran jasmani

Tes toleransi latihan (Treadmill) dilakukan dengan cara pasien berjalan


pada ban berjalan, sepeda statis, atau naik turun tangga. Elektroda EKG
dipasang pada pasien dan pencactatan dilakukan sebelum, selama,
setelah tes. Tes toleransi pengobatan dilakukan pada pasien yang tidak
dapat melakukan aktivitas fisik atau tredmill. 2 agen vasodilatasi yaitu
dipyridamolen (Persantine) dan adenosine (Adenocard). Diberikan
melalui intravena untuk melihat efek dari dilatasi maksimal arteri
koronaria. (Lewis, Dirksen, Heitkemper,& Bucher,2014).

6. Penatalaksanaan
Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung.
Yang paling umum diantaranya:
a. Aspirin / Klopidogrel/ Tiklopidin
Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi kemingkinan
gumpalan darah terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit, maka
dari itu mengurangi resiko serangan jantung.
b. Beta-bloker (misalnya Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol).
Obat ini berfungsi menurunkan konsumsi oksigen dengan menghambat
impuls simpatis ke jantung. Hasilnya terjadi penurunan frekuensi jantung,
tekanan darah, dan waktu kontraktlitas jantung yang menciptakan suatu
keseimbangan antara kebutuhan oksigen jantung dan jumlah oksigen
yang tersedia.
c. Nitrogliserin (misalnya Isosorbide Dinitrate)

8
Obat-obatan ini bekerja membuka arteri jantung, dan kemudian
meningkatkan aliran darah ke otot jantung dan mengurangi gejala nyeri
dada. Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan
berupa tablet atau semprot dibawah lidah, biasa digunakan untuk
penghilang nyeri dada secara cepat.
d. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (misalnya Enalapril,
Perindopril) and Angiotensin Receptor Blockers (misalnya Losartan,
Valsartan).
Obat-obatan ini memungkinkan aliran darah ke jantung lebih mudah, dan
juga membantu menurunkan tekana darah.
e. Obat-obatan penurun lemak (misalnya Fenofibrat, Simvastatin,
Atorvastatin, Rosuvastatin).
Obat-obatan ini menurunkan kadar kolesterol jahat (Lipoprotein
Densitas-Rendah), yang merupakan salah satu penyebab umum untuk
penyakit jantung coroner dini atau lanjut.
f. PCI (Percutaneus Coronary Intervention) atau angiopasti coroner
Percutaneus Coronary Intervention merupakan suatu prosdur untuk
mengatasi stenosis atau penyempitan diarteri koronaria. Prosedur ini
digunakan untuk mengatasi stenosis atau penyempitan di arteri koronari.
Prosedur ini digunakan untuk mengurangi gejala penyakit arteri koroner
seperti nyeri dada, sesak serta gagal jantung. PCI dapat mencegah
terjadinya infark miokard serta mengurangi angka kematian. Angioplasti
merupakan prosedur yang tidak seinvasif CABG. Kateter yang berbentuk
balon dan stent dimasukkan ke arteri coroner yang mengalami gangguan
dan diletakkan diantara daerah aterosklerotik. Balon kemudian
dikembangkan dan dikempiskan dengan ceoat untuk memecah plak.
Prosedur PCI dilakukan di laboatorium keterisasi jantung. (Smeltzer,
Bare, & Hinkle, 2010)
g. CABG (Coronary Artery Bypass Graft)
CABG merupakan prosedur operasi yang digunakan untuk mengatasi
penyakit jantung coroner atau CAD dengan membuat rute baru di sekitar
arteri yang menyempit atau tersumbat agar darah tetap lancar hingga ke
otot jantung sehingga jantung mendapatkan oksigen dan nutrisi yang
cukup. Pembuatan rute tersebut menggunakan pembuluh darah dari
bagian tubuh lainnya seperti pembuluh darah dari kaki (vena saphena),
dada (arteri maamria interna) atau lengan (arteri radialis) (Aldokter,2016).

B. Konsep Lansia
1. Definisi Lansia

9
Lansia merupakan seseorang yang berusia 60 tahun ke atas baik pria
maupun wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun mereka
yang tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung
kepada orang lain untuk menghidupi dirinya (Tamher, 2009).
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses
menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari
dalam dan luar tubuh.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di
dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua
(Nugroho, 2006).
2. Batasan Lanjut Usia

a. Menurut WHO, lansia dibagi dalam beberapa kelompok yaitu :


- Usia pertengahan (Middle Age) : usia 45-59 tahun
- Usia lanjut (Elderly) : usia 60-74 tahun
- Usia lanjut tua (Old) : usia 75-90 tahun
- Usia sangat tua (Very Old) : usia diatas 90 tahun
b. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga
katagori, yaitu:
- Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun
- Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas
- Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun
ke atas dengan masalah kesehatan.
c. Menurut Undang - Undang No.13 tahun 1998
Seseorang diktakan sebagai lanjut usia setelah mencapai umur 60 tahun
keatas
3. Tipe Lansia
Tipe yang ada pada lansia tergantung oleh karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho , 2000
dalam Siti Maryam 2009) :
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,
sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri

10
Mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan yang baru, selektif
dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi
undangan.
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan
banyak menuntut.

d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja.
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif, dan acuh tak acuh.
4. Ciri –ciri Lansia
Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :
a. Lansia merupakan periode kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran
pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam
melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses kemunduran fisik,
akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka
kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan
terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya
lansia yang lebih senang mempertahankan pendapatnya maka sikap
sosial di masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang
mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap sosial
masyarakat menjadi positif.
c. Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya
dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan sosial di masyarakat
sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia
sebagai ketua RW karena usianya.

d. Penyesuaian yang buruk pada lansia.


Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat

11
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan yang
buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula. Contoh :
lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk
pengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi
inilah yang menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan, cepat
tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang rendah.
5. Tujuan Pelayanan Kesehatan Pada Lansia
Pelayanan pada umumnya selalu memberikan arah dalam memudahkan
petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan sosial, kesehatan,
perawatan dan meningkatkan mutu pelayanan bagi lansia. Tujuan
pelayanan kesehatan pada lansia terdiri dari :
a. Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang setinggi-
tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.
b. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik dan mental
c. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang menderita
suatu penyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan
kemandirian yang optimal.
d. Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian pada lansia
yang berada dalam fase terminal sehingga lansia dapat mengadapi
kematian dengan tenang dan bermartabat. Fungsi pelayanan dapat
dilaksanakan pada pusat pelayanan sosial lansia, pusat informasi
pelayanan sosial lansia, dan pusat pengembangan pelayanan sosial
lansia dan pusat pemberdayaan lansia.

6. Pendekatan Perawatan Lansia

a. Pendekatan Fisik

Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan pendekatan fisik


melalui perhatian terhadap kesehatan, kebutuhan, kejadian yang
dialami klien lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh,
tingkat kesehatan yang masih dapat dicapai dan dikembangkan, dan
penyakit yang dapat dicegah atau progresifitas penyakitnya. Pendekatan
fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi 2 bagian:

1) Klien lansia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik yang masih
mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga dalam
kebutuhannya sehari-hari ia masih mampu melakukannya
sendiri.
2) Klien lansia yang pasif, keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan
atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia

12
ini, terutama yang berkaitan dengan kebersihan perseorangan untuk
mempertahankan kesehatan.
b. Pendekatan Psikologis
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan
edukatif pada klien lansia. Perawat dapat berperan sebagai pendukung
terhadap segala sesuatu yang asing, penampung rahasia pribadi dan
sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan
ketelitian dalam memberi kesempatan dan waktu yang cukup banyak
untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar lansia merasa puas.
Perawat harus selalu memegang prinsip triple S yaitu sabar, simpatik
dan service. Bila ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka
terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan dan
bertahap.
c. Pendekatan Sosial
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu upaya
perawat dalam melakukan pendekatan sosial. Memberi kesempatan
untuk berkumpul bersama dengan sesama klien lansia berarti
menciptakan sosialisasi. Pendekatan sosial ini merupakan pegangan
bagi perawat bahwa lansia adalah makhluk sosial yang membutuhkan
orang lain. Dalam pelaksanaannya, perawat dapat menciptakan
hubungan sosial, baik antar lania maupun lansia dengan perawat.
Perawat memberi kesempatan seluas-luasnya kepada lansia untuk
mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi. Lansia perlu
dimotivasi untuk membaca surat kabar dan majalah.
7. Prinsip Etika Pada Pelayanan Kesehatan Lansia
Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan pada lansia
adalah (Kane et al, 1994, Reuben et al, 1996) :
a. Empati: istilah empati menyangkut pengertian “simpati atas dasar
pengertian yang dalam”artinya upaya pelayanan pada lansia harus
memandang seorang lansia yang sakit dengan pengertian, kasih
sayang dan memahami rasa penderitaan yang dialami oleh penderita
tersebut. Tindakan empati harus dilaksanakan dengan wajar, tidak
berlebihan, sehingga tidak memberi kesan over protective dan belas-
kasihan. Oleh karena itu semua petugas geriatrik harus memahami
peroses fisiologis dan patologik dari penderita lansia.
b. Non maleficence dan beneficence. Pelayanan pada lansia selalu
didasarkan pada keharusan untuk mengerjakan yang baik dan harus

13
menghindari tindakan yang menambah penderitaan (harm). Sebagai
contoh, upaya pemberian posisi baring yang tepat untuk menghindari
rasa nyeri, pemberian analgesik (kalau perlu dengan derivat morfina)
yang cukup, pengucapan kata-kata hiburan merupakan contoh
berbagai hal yang mungkin mudah dan praktis untuk dikerjakan.
c. Otonomi yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak
untuk menentukan nasibnya, dan mengemukakan keinginannya sendiri.
Tentu saja hak tersebut mempunyai batasan, akan tetapi di bidang
geriatri hal tersebut berdasar pada keadaan, apakah lansia dapat
membuat keputusan secara mandiri dan bebas. Dalam etika ketimuran,
seringakali hal ini dibantu (atau menjadi semakin rumit ?) oleh pendapat
keluarga dekat. Jadi secara hakiki, prinsip otonomi berupaya untuk
melindungi penderita yang fungsional masih kapabel (sedangkan non-
maleficence dan beneficence lebih bersifat melindungi penderita yang
inkapabel). Dalam berbagai hal aspek etik ini seolah-olah memakai
prinsip paternalisme, dimana seseorang menjadi wakil dari orang lain
untuk membuat suatu keputusan (misalnya seorang ayah membuat
keputusan bagi anaknya yang belum dewasa).
d. Keadilan: yaitu prinsip pelayanan pada lansia harus memberikan
perlakuan yang sama bagi semua. Kewajiban untuk memperlakukan
seorang penderita secara wajar dan tidak mengadakan pembedaan
atas dasar karakteristik yang tidak relevan.
e. Kesungguhan hati: Suatu prinsip untuk selalu memenuhi semua janji
yang diberikan pada seorang lansia.

14
C. Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik dengan kasus Coronary Artery
Disease (berdasarkan konsep teori)
1. Pengkajian
a. Pemeriksaan TTV meliputi tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan.
b. Kaji keluhan utama klien
c. Kaji nyeri (OPQRST) :
Onset : kapan terjadi nyeri dialami
Provocation : hal yang dapat memperburuk nyeri misalnya pada saat
berbaring.
Quality : bagaimana jenis nyeri yang dialami seperti terbakar,
tercekik, rasa meyesakkan nafas atau seperti tertindih
barang berat.
Radiasi : dimana nyeri dirasakan, apakah menjalar ke bagian
tubuh lainnya.
Severity : bagaimana keparahan nyerinya. Nilai menggunakan
skala nyeri.
Time : berapa lama nyeri berlangsung, apakah hilang timbul
atau terus-menerus.
d. Tanda dan gejala : cemas, gelisah, lemah sehubungan dengan
keringatan, dispnea, pening, tanda-tanda respon vasomotor meliputi:
mual, muntah, pingsan, kulit dingin dan lembab, cekukan, dan stress
gastrointestinal, suhu menurun.
e. Pemeriksaan fisik : mungkin tidak ada tanda kecuali dalam tanda-tanda
gagalnya ventrikel atau kardiogenik shok terjadi. BP normal, meningkat
atau menurun, takipnea, mula-mula panreda kemudian kembali normal,
suara jantung S3,S4 Galop menunjukkan disfungsi ventrikel, sistolik mur-
mur, M. Papillaris disfungsi, LV disfungsi terhadap suara jantung
menurun dan perikordial friksin rub, pulmonary carckles, urin output
menurun, Vena jugular amplitudonya meningkat (LV disfungsi), RV
disfungsi, amplitudo vena jugular menurun, edema perifer, hati lembek.
f. Parameter Hemodinamik : penurunan Pulmonary Arterial Pressure,
Pulmonary Capillary Wedge Pressure, Systemic Vascular Resistence,
Cardiac Output/Cardiac Index.
g. Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riawayat perokok
dengan penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di
dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas
crakcles atau wheezes atau juga vaskuler. Sputum jernih atau juga
merah muda /pink tinged.
h. Interaksi sosia

15
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stressor, emosi yang
terkontrol.l
i. Pengetahuan
Riwayat penyakit sebelumnya dan riwayat penyakit didalam keluarga ada
yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke, hipertensi, perokok.

2. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (iskemia) (Domain
12, kelas 1)
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimabngan antara
suplai dan kebutuhan oksigen (Domain 4, kelas 4)
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian (domain 9, kelas 2)
(NANDA Internasional,2016)

16
3. Intervensi Keperawatan

Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

Nyeri akut bd agen cedera biologis NOC :  Lakukan pengkajian nyeri


 Kontrol nyeri
(iskemia) komprehensif yang meliputi lokasi,
 Perfusi jaringan kardiak
DS:
 Status kenyaman fisik karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
- Keluhan tentang karakteristik nyeri
DO: kulaitas, intensitas atau beratnya
- Ekspresi wajah meringis Setelah dilakukan tindakan keperawatan
nyeri dan faktor pencetus
- Fokus menyempit selama…..nyeri akut teratasi dengan  Observasi adanya petunjuk nonverbal
- Fokus pada diri sendiri
indikator : mengenai ketidaknyamanan terutama
- Perubahan posisi untuk menghindari
 Angina tidak ada pada mereka yang tidak dapat
nyeri  Takikardia tidak ada
- Putus asa  Tekanan darah dalam batas normal berkomunikasi secara efektif.
- Sikap melindungi area nyeri  Nyeri hilang atau tidak ada  Gunakan strategi komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan sampaikan
penerimaan pasien terhadap nyeri.
 Tentukkan akibat dari pengalaman
nyeri terhadap kualitas hidup pasien
 Gali bersama pasien faktor-faktor
yang dapat menurunkan atau
memperberat nyeri.
 Berikan informasi mengenai nyeri,
seperti penyebab nyeri, berapa lama
nyeri dirasakan

17
 Kurangi atau eliminasi faktor-faktor
yang dapat mencetuskan atau
meningkatkan nyeri (kelelahan,
stress)
 Dorong istirahat/tidur yang adekuat
untuk membantu penurunan nyeri
 Ajarkan teknik non farmakologi
(teknik relaksasi)
 Berikan oksigen tambahan seperti
yang diperintahkan

18
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan NOC :  Monitor sumber kegiatan olahraga


 Status jantung paru
ketidakseimbangan antara suplai dan dan kelelahan emosional yang
 Keefektifan pompa jantung
kebutuhan oksigen dialami pasien
Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Monitor system kardiorespirasi pasien
DS:
selam kegiatan (takikardi, dispnea)
- Ketidaknyamanan setelah beraktivitas selama……..intoleransi aktivitas teratasi
 Monitor lokasi dan sumber
DO: dengan indikator :
- Respon frekuensi jantung abnormal ketidaknyamanan/nyeri yang dialmi
 Angina tidak ada
terhadap aktivitas  Tekanan darah dalam batas normal pasien selama aktivitas
- Perubahan EKG  Denyut nadi dalam batas normal  Buat batasan untuk aktivitas
- Respon tekanan darah abnormal hiperaktif klien saat menganggu yang
terhadap aktivitas lain atau dirinya sendiri
 Bantu pasien untuk memahami
prinsip konservasi energy (kebutuhan
untuk membatasi aktivitas)
 Batasi stimuli lingkungan yang
menganggu untuk memfasilitasi
relaksasi
 Tingkatkan tirah baring / pembatasan
kegiatan
 Monitor respon oksigen pasien saat
perawatan maupun perawatan diri
secara mandiri
 Instruksikan pasien dan keluarga

19
mengenai stress dan koping
intervensi untuk mengurangi
kelelahan.

20
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

Ansietas berhubungan dengan ancama NOC :  Kaji untuk tanda verbal dan non
 Status kenyaman fisik
kematian verbal kecemasan
 Tingkat kecemasan
DS:  Tentukan apakah ada intervensi
- Ketakutan
relaksasi dimasa lalu yang sudah
- Gelisah
DO: Setelah dilakukan tindakan keperawatan memberikan manfaat
- Gerakan ekstra selama…..ansietas teratasi dengan  Ciptakan lingkungan yang tenang dan
- Peningkatan tanda-tanda vital tanpa distraksi dengan lampu yang
indikator :
- Nyeri
 Tanda-tanda vital dalam batas redup dan suhu lingkungan yang

normal nyaman jika memungkinkan


 kontrol cemas  Dorong klien untuk mengambil posisi
yang nyaman dengan longgar dan
mata tertutup
 Minta klien untuk rileks dan
merasakan sensasi yang terjadi
 Tunjukkan dan praktikkan teknik
relaksasi pada klien
 Gunakan pendekatan yang tenang
dan menyakinkan
 Pahami situasi krisis yang terjadi dari
perspektif klien
 Berikan informasi faktual terkait
diagnosis, perawatan dan prognosis
 Berada disisi klien untuk

21
meningkatkan rasa aman dan
mengurangi ketakutan
 Lakukan usapan pada
punggung/leher dengan cara yang
tepat.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat, dan bukan atas petunjuk tenaga
kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas
kesehatan lain.
5. Evaluasi Keperawatan
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.

22
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

A. DATA KLIEN
Nama : Tn. E
Umur : 67 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Sunda
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Status perkawinan : Kawin
Alamat : Mandalaherang 004/001, Cimalaka.
Orang terdekat yang dihubungi : Ny. E
B. RIWAYAT KELUARGA
1. Pasangan
Apabila pasangan masih hidup,
Status kesehatan : Ny. E
Umur : 56 tahun.
Pekerjaan : IRT
Apabila pasangan telah meninggal,
Tahun meninggal :-
Penyebab kematian :-
Anak –anak
Apabila anak-anak masih hidup,
Nama dan alamat : klien mempunyai 3 orang anak, mereka tinggal
tidak jauh dari tempat tinggal klien.
Apabila anak-anak sudah meninggal,
Tahun meninggal :-
Penyebab kematian :-
C. RIWAYAT PEKERJAAN
1. Status pekerjaan saat ini : Tidak bekerja
2. Pekerjaan sebelumnya : Wiraswasta
3. Sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan : Klien mengatakan
sumber pendapatan klien dari anak-anaknya dan itu cukup untuk memenuhi
kebutuhan perbulan.

23
D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP
1. Tipe tempat tinggal : Permanen
2. Jumlah kamar : 1 kamar
3. Jumlah tingkat : Tidak ada
4. Jumlah orang yang tinggal di rumah: 3 orang dewasa.
5. Derajat privasi :Klien sangat terbuka dengan
lingkungan sekitar
6. Tetangga terdekat :Klien sangat dekat dengan semua
tetangga
E. RIWAYAT REKREASI
1. Hobi/minat : Klien mengatakan sangat suka jalan jalan
disekitaran rumah dan pergi ke pengajian.
2. Keanggotaan kelompok : Klien mengatakan sebelumnya aktif mengikuti
pengajian dan keanggotaan kelompok lainnya.
3. Liburan/perjalanan : Klien mengatakan tidak melakukan perjalanan
jauh karena tidak kuat bepergian.
F. SUMBER/SISTEM PENDUKUNG YANG DIGUNAKAN
1. Dokter : dr.Aprilianasary utami D, Sp.J
2. Rumah sakit : RSUD Sumedang
3. Klinik :-
4. Pelayanan kesehatan di rumah : klien mengatakan istrinya selalu merawat
dirinya dirumah dengan baik.
G. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
1. Penyakit
a. Penyakit yang diderita 1 tahun terakhir (dapat lebih dari satu)
Klien mengatakan selama 1 tahun terakhir tidak ada penyakit lainnya
kecuali penyakit jantung
b. Penyakit yang diderita saat ini (dapat lebih dari satu)
Klien mengatakan penyakit jantung
2. Keluhan
a. Keluhan yang dialami 1 tahun terakhir
Nyeri dada.
b. Keluhan saat ini
Klien mengatakan dibagian pundak terasa berat, tidak bisa banyak
beraktivitas. Klien mengeluh sedikit sesak, sesak bertambah apabila
klien beraktifitas berat dan berkurang apabila klien istirahat.

24
3. Pengetahuan/pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan (mis.
Diet khusus, mengganti balutan: klien mengatakan makanan yang harus
dikurangi yaitu makanan yang berlemak
4. Derajat keseluruhan fungsi relatif terhadap masalah kesehatan dan diagnosa
medis : klien mengetahui penyakitnya sejak 2012
5. Penggunaan obat-obatan
Nama obat & dosis obat :
- Furosemide ½ tablet 2x1
- Cetirizine 10 mg
- Simvastatin 10 mg malam 2 tablet sesudah makan
- Allopurinol 100 mg 1 x 1 tablet
- Amlodipin 10 mg 1x1 tablet
Dokter yang menginstruksikan : dr.Aprilianasary utami D, Sp.J
Tanggal resep 05-12-2018 :-
6. Status imunisasi (catat tanggal terbaru imunisasi)
Tetanus, difteria : klien mengatakan lupa
PPD : klien mengatakan lupa
Influenza : klien mengatakan lupa
Pneumovaks : klien mengatakan lupa
7. Alergi (catat agen dan reaksi spesifik)
Obat-obatan : tidak ada alergi obat-obatan
Makanan : tidak ada
Kontak substansi :-
Faktor lingkungan : debu dan dingin
8. Nutrisi ( ingat kembali diet 24 jam, termasuk intake cairan )
a. Kebiasaan makan (tinggi garam, kolesterol, purin) :klien mengatakan
senang memakan daging sapi/kambing, kulit ayam.
b. Diet khusus, pembatasan makanan : klien mengatakan tidak ada
pembatasan makanan.
c. Riwayat peningkatan/penurunan berat badan: klien mengatakan dirinya
mengalami penurunan berat badan, BB sebelumnya yaitu 83 kg
sekarang menjadi 78 kg.
d. Indeks Massa Tubuh :
BB : 78
TB : 162
IMT= 78/2.62 = 29,77
e. Pola konsumsi makanan (misal frekuensi, sendiri/dengan orang lain) :

25
Klien mengatakan makan 3x sehari tanpa dibantu.
f. Masalah yang mempengaruhi intake makanan (mis. Pendapatan tidak
adekuat, kurang transportasi, masalah menelan/mengunyah, stres
emosional,dll): Tidak ada
9. Pola istirahat tidur
Lama tidur : Klien mengatakan rata-rata lamamya tidur yaitu 4 jam
Gangguan tidur yang sering dialami:
Klien mengatatakan tiduenya terganggu karna sering BAK
H. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
1. Penyakit masa kanak-kanak : klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit
pada masa kank-kanak
2. Penyakit serius/kronik: tidak ada
3. Trauma : Tidak ada
4. Perawatan di rumah sakit (catat alasan, tanggal, tempat, alasan) :-
5. Pembedahan : -
6. Riwayat obsetri :
I. RIWAYAT KELUARGA
1. Silsilah keluarga (identifikasi kakek atau nenek, orang tua, paman, bibi,
saudara kandung, pasangan, anak-anak)
klien mengatakan anak ke 3 dari 4 bersaudara.
2. Riwayat penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga
Klien menagtakan dalam keluarganya sebelumnya tidak ada yang
mempunyai penyakit jantung, hanya saja oaring tua dr klien mempunyai
hipertensi.
J. TINJAUAN SISTEM
1. Tingkat kesadaran : Compos Mentis
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 100/70 Mmhg
Nadi : 67x/menit
Suhu : 36,1
RR : 21x/menit
3. Penilaian umum Kelelahan : ( ) ya ( ) tidak
Perubahan BB satu tahun yang lalu : ( ) ya ( ) tidak
Perubahan nafsu makan : ( ) ya ( ) tidak
Demam : ( ) ya ( ) tidak
Keringat malam : ( ) ya () tidak
Kesulitan tidur : ( ) ya ()tidak

26
Sering pilek, infeksi : ( ) ya ( ) tidak
Penialaian diri terhadap seluruh status kesehatan : ( ) ya ( ) tidak
Kemampuan melakukan ADL : ( ) ya ( ) tidak
4. Integumen
Lesi/luka : ( ) ya ( ) tidak
Pruritus : ( ) ya ( ) tidak
Perubahan pigmentasi : () ya ( ) tidak
Perubahan tekstur : () ya ( ) tidak
Perubahan nevi : ( ) ya ( ) tidak
Sering memar : ( ) ya ( )
tidak
Perubahan rambut : () ya ( ) tidak
Perubahan kuku : ( ) ya () tidak
Kalus : ( ) ya ( ) tidak
Pemajanan lama terhadap matahari : ( ) ya ( ) tidak
Turgor : <3
Pola penyembuhan lesi, memar : tidak ada
5. Hemopoetik
Perdarahan/memar abnormal : ( ) ya ( ) tidak
Pembengkakan kelenjar limfe : ( ) ya () tidak
Anemia : ( ) ya () tidak
Riwayat transfusi darah : ( ) ya () tidak
6. Kepala
Sakit kepala (sesekali) : ( ) ya ( ) tidak
Trauma : ( ) ya ()
tidak
Pusing : ( ) ya ( ) tidak
Gatal pada kulit kepala : ( ) ya ( ) tidak
7. Mata
Perubahan penglihatan : () ya ( ) tidak
Kacamata/lensa kontak : () ya ( ) tidak
Nyeri : ( ) ya () tidak
Air mata berlebihan : ( ) ya () tidak
Bengkak sekitar mata : ( ) ya () tidak
Floater : ( ) ya () tidak
Diplopia : ( ) ya () tidak
Pandangan kabur : ( ) ya () tidak

27
Fotofobia : ( ) ya () tidak
Skotomata : ( ) ya () tidak
Riwayat infeksi : ( ) ya () tidak
Tanggal pemeriksaan paling akhir : tidak ada
Tanggal pemeriksaan glukoma paling akhir : tidak ada
Dampak pada penampilan ADL : tidak ada
8. Telinga
Perubahan pendengaran : ( ) ya () tidak
Rabas : ( ) ya () tidak
Tinitus : ( ) ya () tidak
Vertigo : ( ) ya () tidak
Sensitivitas pendengaran : ( ) ya ( ) tidak
Alat-alat protesa : ( ) ya () tidak
Riwayat infeksi : ( ) ya () tidak
Tanggal pemeriksaan paling akhir : klien mangatakan tidak tahu
Kebiasaan perawatan telinga : membersihkan dengan katembat
Dampak pada penampilan ADL : tidak ada dampak,telinga klien bersih
9. Hidung dan sinus
Rinorea : ( ) ya ( ) tidak
Rabas : ( ) ya ( ) tidak
Epistaksis : ( ) ya ( ) tidak
Obstruksi : ( ) ya ( ) tidak
Mendengkur : ( ) ya ( ) tidak
Nyeri pada sinus : ( ) ya ( ) tidak
Drip postnasal : ( ) ya ( ) tidak
Alergi : ( ) ya
( ) tidak
Riwayat infeksi : ( ) ya ( ) tidak
Penilaian diri pada kemampuan olfaktori : kemampuan olfaktori klien normal
10. Mulut dan tenggorokan
Sakit tenggorokan : ( ) ya ( ) tidak
Lesi/ulkus : ( ) ya ( ) tidak
Serak : ( ) ya ( ) tidak
Perubahan suara : ( ) ya ( ) tidak
Kesulitan menelan : ( ) ya ( ) tidak
Perdarahan gusi : ( ) ya ( ) tidak
Karies : () ya ( ) tidak

28
Alat-alat protesa : ( ) ya () tidak
Riwayat infeksi : ( ) ya () tidak
Tanggal pemeriksaan gigi paling akhir : klien mengatakan lupa
Pola menggosok gigi : Klien menggosok gigi 2 kali sehari
Pola flossing : tidak terkaji
Masalah dan kebiasaan membersihkan : tidak terkaji
Gigi palsu : ( ) ya ( ) tidak
11. Leher
Kekuan : ( )
ya () tidak
Nyeri/nyeri tekan : ( ) ya ( ) tidak
Benjolan/ massa : ( ) ya () tidak
Keterbatasan gerak : ( ) ya () tidak
12. Payudara
Benjolan/ massa : ( ) ya () tidak
Nyeri/nyeri tekan : ( ) ya () tidak
Bengkak : ( ) ya () tidak
Keluar cairan dari puting susu : ( ) ya () tidak
Perubahan pada puting susu : ( ) ya () tidak
Pola pemeriksaan payudara sendiri : ( ) ya () tidak
Tanggal dan hasil pemeriksaan mamogram paling akhir : Tidak ada
13. Pernafasan
Batuk : ( ) ya () tidak
Sesak nafas : () ya ( ) tidak
Hemoptisis : ( ) ya () tidak
Sputum : ( ) ya () tidak
Asma/alergi pernafasan : ( ) ya ( ) tidak
Tanggal dan hasil pemeriksaan foto thorak terakhir : 23 Agustus 2018
14. Kardiovaskular
Ditensi vena jugularis : ( ) ya ( ) tidak
Nyeri/ketidaknyamanan dada : ( ) ya ( ) tidak
Palpitasi : ( ) ya ( ) tidak
Sesak nafas : ( ) ya ( ) tidak
Dispnea nocturnal paroksimal : ( ) ya () tidak
Ortopnea : ( ) ya ( ) tidak
Murmur : () ya ( ) tidak
Edema : () ya ( ) tidak

29
Varises : ( ) ya () tidak
Gastrointestinal
Disfagia : ( ) ya () tidak
Tidak dapat mencerna : ( ) ya () tidak
Nyeri ulu hati : ( ) ya () tidak
Mual/muntah : ( ) ya () tidak
Hematemesis : ( ) ya () tidak
Perubahan nafsu makan : ( ) ya () tidak
Intoleransi makanan : ( ) ya () tidak
Ulkus : ( ) ya () tidak
Nyeri : ( ) ya () tidak
Ikterik : ( ) ya () tidak
Benjolan/massa : ( ) ya () tidak
Perubahan kebiasaan defekasi : ( ) ya () tidak
Diare : ( ) ya () tidak
Konstipasi : ( ) ya () tidak
Melena : ( ) ya () tidak
Hemoroid : ( ) ya () tidak
Perdarahan rektum : ( ) ya () tidak
Pola defekasi biasanya : 1 kali sehari
15. Perkemihan
Disuria : ( ) ya () tidak
Frekuensi BAK : 4 kali sehari
Urine menetes : ( ) ya () tidak
Dorongan miksi : ( ) ya ( ) tidak
Hematuria : ( ) ya () tidak
Poliuria : ( ) ya ( ) tidak
Oliguria : ( ) ya () tidak
Nokturia : () ya ( ) tidak
Inkontinensia : ( ) ya () tidak
Nyeri saat berkemih : ( ) ya () tidak
Batu infeksi : ( ) ya () tidak
16. Genitalia pria
Lesi : ( ) ya ( ) tidak
Rabas : ( ) ya ( ) tidak
Nyeri testikular : ( ) ya ( ) tidak
Massa testikular : ( ) ya ( ) tidak

30
Masalah prostate : ( ) ya ( ) tidak
Penyakit kelaminn : ( ) ya ( ) tidak
17. Muskuloskeletal
Nyeri persendian : (  ) ya ( ) tidak
Kekakuan : ( ) ya ( ) tidak
Pembengkakan sendi : ( ) ya ( ) tidak
Deformitas : ( ) ya ( ) tidak
Spasme : ( ) ya ( ) tidak
Kelemahan otot : ( ) ya ( ) tidak
Masalah cara berjalan : ( ) ya ( ) tidak
Nyeri punggung : ( ) ya () tidak
Prostesa : ( ) ya ( ) tidak
Kekuatan otot : 5 dapat bergerak normal

18. TES KOORDINASI/KESEIMBANGAN

No. Aspek penilaian Keterangan Nilai


1 Berdiri dengan postur normal Melakukan aktivitas dengan 4
lengkap
2 Berdiri dengan postur normal Melakukan aktivitas dengan 4
(dengan mata tertutup) lengkap
3 Berdiri dengan satu kaki Kanan : bisa 4
Kiri : bisa
4 Berdiri, fleksi trunk, dan berdiri ke Melakukan aktivitas dengan 4
posisi netral lengakap
5 Berdiri, lateral dan fleksi trunk Melakukan aktivitas dengan 4
lengkap
6 Berjalan, tempatkan salah satu Dengan bantuan 3
tumit di depan jari kaki yang lain
7 Berjalan sepanjang garis lurus Melakukan aktivitas dengan 4
lengakap
8 Berjalan mengikuti tanda gambar Melakukan aktivitas dengan 4
pada lantai lengkap
9 Berjalan mundur Melakukkan aktivitas dengan 4
lengkap
10 Berjalan mengikuti lingkaran Melakukan aktivitas dengan 4
lengkap
11 Berjalan dengan tumit Dengan bantuan sedang 2
12 Berjalan dengan ujung kaki Sedikit bantuan 3
JUMLAH 44

31
Kriteria penilaian
4 : melakukan aktifitas dg lengkap
3 : sedikit bantuan (untuk keseimbangan)
2 : dengan bantuan sedang – maksimal
1 : tidak mampu melakukan aktivitas
Keterangan :
42 – 54 : Melakukan aktifitas dengan lengkap
28 – 41 : Sedikit bantuan (untuk keseimbangan)
14 – 27 : Dengan bantuan sedang sampai maksimal
< 14 : Tidak mampu melakukan aktifitas

Dampak pada penampilan ADL :tidak ada yang terganggu


19. Sistem saraf pusat
Sakit kepala : ( ) ya () tidak
Kejang : ( ) ya () tidak
Sinkope/serangan jatuh : ( ) ya () tidak
Paralisis : ( ) ya () tidak
Paresis : ( ) ya () tidak
Masalah koordinasi : ( ) ya () tidak
Tc/tremor/spasme : ( ) ya () tidak
Masalah memori : ( ) ya () tidak
20. Sistem endokrin
Intoleransi panas : ( ) ya () tidak
Intoleransi dingin : ( ) ya () tidak
Goiter : ( ) ya () tidak
Pigmentasi kulit/tekstur : ( ) ya () tidak
Perubahan rambut : ( ) ya () tidak
Polifagia : ( ) ya () tidak
Polidipsia : ( ) ya () tidak
Poliuria : () ya ( ) tidak
K. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
1. Cemas : ( ) ya () tidak
2. Stabilitas emosi
a. Labil (b). Stabil c. Iritable d. Datar
Jelaskan: emosi Tn. S terlihat stabil
3. Permasalahan emosional
Pertanyaan tahap 1

32
a. Apakah klien mengalami susah tidur? Ya
b. Apakah klien merasa gelisah? Tidak
c. Apakah klien murung menangis sendiri? Tidak
d. Apakah klien sering was-was atau kuatir? Tidak
e. Lanjutkan pertanyaan tahap 2 jika lebih dari satu atau sama dengan
jawaban 1 ya
Pertanyaan tahap 2
a. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan 1 kali dalam satu
bulan? Ya
b. Ada masalah atau banyak pikiran? Tidak
c. Ada gangguan atau masalah dengan orang lain? Tidak ada
d. Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter? Tidak
e. Cenderung mengurung diri ? tidak
f. Lebih dari 1 atau sama dengan 1 jawabannya ya, maka masalah
emosional ada atau ada gangguan emosional
4. Insomnia : () ya ( ) tidak
5. Gugup : ( ) ya ( ) tidak
6. Takut : ( ) ya () tidak
7. Stres : ( ) ya () tidak
8. Mekanisme koping yang biasa digunakan : Berdoa
9. Pola respon seksual : Tidak dikaji
L. STATUS FUNGSIONAL
Indek barthel
No Jenis aktivitas Nilai Penilaian
Bantuan Mandiri
1 Makan/minum 5 10 10
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat 5-10 15
15
tidur/sebaliknya
3 Kebersihan diri: cuci muka, menyisir, dll 0 5 5
4 Keluar/masuk kamar mandi 5 10 10
5 Mandi 0 5 5
6 Berjalan (jalan datar) 10 15 15
7 Naik turun tangga 5 10 10
8 Berpakaian/bersepatu 5 10 10
9 Mengontrol defekasi 5 10 10
10 Mengontrol berkemih 5 10 10
Jumlah 100

Keterangan :
0 – 20 : Ketergantungan penuh/total
21 – 61 : Ketergantungan berat

33
62 – 90 : Ketergantungan moderat
91 – 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri
M. STATUS KOGNITIF
Benar Salah Nomor Pertanyaan

 1 Tanggal berapa hari ini?

 2 Hari apa sekarang?

 3 Apa nama tempat ini?

 4 Di mana alamat Anda?

 5 Kapan Anda lahir?

 6 Berapa umur Anda?

 7 Siapa presiden Indonesia sekarang?

 8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?

 9 Siapa nama ibu Anda?

 10 Angka 20 dikurangi 3=? Dan seterusnya dikurangi 3

Jumlah: Jumlah: 0 Jumlah


10

34
Short Portable Mental Status Questsionnaire

Keterangan :
a. Salah 0 – 3: fungsi intelektual utuh
b. Salah 4 – 5: kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8: kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10: kerusakan intelektual berat

N. Mini Mental Status Exam (MMSE)

35
ITE TES NILAI NILAI
M MAX
ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari) apa?
5 4
2 Kita berada di mana? (negara), (provinsi), (kota), (rumah sakit),
5 5
(lantai/kamar)

REGISTRASI
3 Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, koin) tiap benda 1 detik,
pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tersebut dengan 3 3
benar dan catat jumlah pengulangan

ATENSI DAN KALKULASI


4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk setiap jawaban benar.
Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata
5 4
“DUNIA” (nilai diberikan pada huruf yang benar sebelum kesalaahn;
misalnya “aiund”=3

MENGINGAT KEMBALI (RECALL)


5 Klien diminta mengingat kembali nama benda di atas 3 3

BAHASA
6 Klien diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (pensil, 2 2
buku)
7 Klien diminta mengulang kata-kata “namun”, “tanpa”, “bila” 1 1
8 Klien diminta melakukan perintah : “Ambil kertas ini dengan tangan 3 3
Anda, lipatlah menjadi dua bagian dan letakkan di lantai”
9 Klien disuruh membaca dan melakukan perintah “Pejamkan mata 1 1
Anda”
10 Klien disuruh menulis dengan spontan 1 1
11 Klien diminta menggambarkan bentuk di bawah ini 1 1

TOTAL 30 28

Keterangan :
a. Nilai 24-30 = normal
b. Nilai 18-23 = gangguan kognitif sedang

36
c. Nilai 0-17 = gangguan kognitif berat

O. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

37
1 DS : Beban kerja jantung Gangguan Pola nafas
- Klien mengatakan meningkat
sering seak nafas
- Sulit melakukan aktifitas Kebutuhan O2 jantung
yang berlebihan meningkat

Peningkatan respirasi
DO :
- KU : Lemah
- TTV Takipnea
TD :140/90 mmHg
N: 67x/menit
Gangguan pola nafas
S: 36.1 celcius
RR: 21x/menit

2 DS : Intake cairan berlebih Gangguan pemenuhan


- klien mengatakan ketika kebutuhan istirahat tidur
tidur sering terbangun Peningkatan isi kandung
karena ingin kencing kemih
DO :
- klien minum 1000- Merangsang kandung

2000cc/hari kemih

- klien BAK pada malam


Poliuria
hari 5x
- tidur klien pada malam
hari selama 4 jam

P. SKORING MASALAH
1. Gangguan pola nafas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
No. Kriteria Skor bobot Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah 3/3 x1 Tn. E
Ancaman kesehatan 3 1 =1 menyadari

38
Skala: 2 selalu terjadi
Actual (tidak/kurang sehat) 1 kekambuhan
dari sesak
yang dialami
Kemungkinan masalah 2 ½x2 Masalah yang
dapat diubah dengan mudah 1 1 =1 terjadi pada
Skala: 0 Tn. E dapat
Sebagian diubah
2. dengan cara
melakukan
pengobatan,
pemberian
oksigen
Potensi masalah untuk 3 2/3 x 1 Proses
dicegah cukup 2 1 =2/3 pengobatan
Skala: 1 secara teratur
3. Cukup dapat
meminimalkan
masalah yang
dialami
Menonjolnya masalah 2 2/2x1 Masalah
Skala: 1 1 =1 sangat
Segera ditangani = 2 0 dirasakan
Masalah berat dan harus oleh Tn, E
4.
segera ditangani dan
memerlukan
penanganan
segera
TOTAL =3 2/3

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur b.d poliuria pada malam hari
No. Kriteria Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah : 2/3x1 Tn E menyadari bahwa
Skala 3 =1 minumnya banyak
Ancama kesehatan 1 1 sehingga intake cairan
2 yang masuk pun
1 berlebihan dan dapat

39
mempengaruhi
kesehatannya
Kemungkinan masalah 2 2/3 x 2 Masalah yang dialami
dapat diubah : 1 1 =1 1/3 oleh Tn. E dapat
Sekala 1 diperbaiki dengan
2.
Sebagian 0 memberitahu Tn. E
tentang pembatasan
intake cairan
Potensi masalah untuk 3 1/3 x 1 Masalah pada Tn. E
dicegah : 2 1 =1/3 sudah terjadi, namun
3.
Skala: rendah 1 dapat dicegah
1
Menonjolnya masalah : 2 ½x1 Masalah yang terjadi
Skala 1 1 =1/2 pada Tn. E harus ada
Masalah berat dan harus 1 penanganan yang serius
4.
segera ditangani 0 karena dapat menjadi
sebuah ancaman
kesehatan
TOTAL =3,16

Q. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN :


1. Gangguan pola nafas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur b.d poliuria pada malam hari

40
R. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
Nama Klien : Tn. E

N
Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan Implementasi
o
1 Gangguan pola nafas b.d Setelah dilakukan tindakan 13/12/2018
1. Obsernasi TTV 1. Observasi TTV
ketidakseimbangan antara keperawatan selama 3 hari,
2. Memberikan posisi yang nyaman 2. Mengajarkan
suplai dan kebutuhan pla nafas kembali efektif 3. Ajarkan teknik relaksasi dan
teknik relaksasi
oksigen dengan kriteria hasil: distraksi
dan distraksi
4. Berikan O2 yang cukup
DS: Pola nafa (+) 3. Memberikan
- Klien mengatakan posisi yang
sering seak nafas nyaman
- Sulit melakukan
aktifitas yang
berlebihan
DO: Rizky Abdulah
- KU : Lemah Jabbar
- TTV
TD : 140/90 mmHg
N: 67x/menit
S: 36.1 celcius
RR: 21x/menit

2. Gangguan pemenuhan Setelah diberikan 13/12/2018


1. anjurkan klien untuk mengurangi 1. menganjurkan
kebutuhan istirahat tidur b.d penjelasan selama 3 hari,
minum pada malam hari klien untuk
poliuria pada malam hari poliuria klien berkurang
2. anjurkan klien untuk menyimpan

41
ditandai dengan: dengan kriteria evaluasi : pispot dekat tempat tidur mengurangi
3. lakukan hal-hal yang menjadi
DS: - klien dapat membatasi minum di malam
kebiasaan klien sebelum tidur
- Klien mengatakan minum pada malam 4. ciptakan lingkungan yang tenang
hari
2. menganjurkan
ketika tidur sering hari menjelang tidur malam
- klien mengatakan tidak klien untuk
terbangun karena
kencing terus pada meyimpan pispot
ingin kencing
malam hari dekat tempat tidur
DO:
- klien mengatakan
- klien minum 1000-
tidurnya nyenyak
2000cc/hari Rizky Abdulah
- klien BAK pada
Jabbar
malam hari 5x
- tidur klien pada
malam hari selama
4 jam

S. FORMAT CATATAN PERKEMBANGAN

Tgl/Wakktu Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Tanda tangan

42
Gangguan pola nafas b.d 1. mengobservasi S: klien mengatakan
14/12/2018 ketidakseimbangan antara TTV sesak berkurang
2. Mengajarkan
14.00 WIB suplai dan kebutuhan O: TTV:
teknik relaksasi
oksigen TD: 130/80 mmHg
dan distraksi
N : 71x/menit
S: 36.0 celcius
RR: 20x/menit Rizky Abdulah Jabbar
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi

Gangguan pemenuhan 1. menganjurkan S:


14/12/2018 kebutuhan istirahat tidur klien untuk - Klien mengatakan
14.00 WIB b.d poliuria pada malam mengurangi minum sudah membatasi
hari di malam hari minum dimalam
2. menganjurkan
hari
klien untuk - Klien mengatakan
meyimpan pispot semalam tidurnya
dekat tempat tidur kurang nyenyak Rizky Abdulah Jabbar

43
O: - klien tampak sedang
tidur siang
- Kaki klien tampak
sedikit edema

TD: 110/80 mmHg


N : 75x/menit
S: 36.0 celcius
RR: 20x/menit

A: masalah teratasi
seabgian
P: lanjutkan intervensi

44
PENUTUP

A. Kesimpulan
Coronary Artery Disease(CAD) atau Penyakit jantung koroner (PJK) adalah
penyakit yng menyerang organ jantung. Gejala dan keluhan dari PJK hampir
sama dengan gejala yang dimiliki oleh penyakit jantung secara umum. Penyakit
jantung koroner juga salah satu penyakit yang tidak menular. Kejadian PJK
terjadi karena adanya faktor resiko yang antara lain adalah tekanan darah tinggi
(hipertensi), tingginya kolesterol, gaya hidup yang kurang aktivitas fisik
(olahraga), diabetes, riwayat PJK pada keluarga, merokok, konsumsi alkohol dan
faktor sosial ekonomi lainnya. Penyakit jantung koroner ini dapat dicegah dengan
melakukan pola hidup sehat dan menghindari fakto-faktor resiko.seperti pola
makan yang sehat, menurunkan kolesterol, melakukan aktivitas fisik dan
olehraga secara teratur, menghindari stress kerja.

B. Saran

Saya berharap laporan ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan


dan pemahaman tentang CAD dan asuhan keperawatan pada pasien CAD
sehingga dapat menjadi bekal pengetahuan untuk meningkatkan prestasi
akademik maupun ketrampilan saat terjun ke klinik. .Apabila dalam penulisan
laporan ini ada kesalahan maupun kekurangan, maka saya mengharapkan kritik
dan saran untuk memperbaiki makalah ini di masa yang akan datang.

45
46

Anda mungkin juga menyukai