TUBERKULOSIS
Untuk memenuhi tugas Keperawatan Gerontik
OLEH :
2019
BAB I
KONSEP DASAR
A. PROSES MENUA PADA SISTEM PERNAFASAN
Lansia menurut WHO adalah seseorang yang berumur 65 tahun. Pada
lansia efek dari penuaan sudah dapat terlihat. Efek penuaan tersebut dapat
terlihat dari perubahan-perubahanyang terjadi baik dari segi anatomi
maupun fisiologinya. Perubahan-perubahan anatomi padalansia mengenai
hampir seluruh susunan anatomik tubuh, dan perubahan fungsi sel,
jaringan atauorgan. Perubahan anatomi yang terjadi turut berperan
terhadap perubahan fisiologis sistem pernafasan dan kemampuan untuk
mempertahankan homeostasis. Penuaan terjadi secara bertahap sehingga
saat seseorang memasuki masa lansia, ia dapat beradaptasi dengan
perubahanyang terjadi.
Perubahan anatomik sistem respirastory akibat penuaan menurut
Stanley, 2006, sebagai berikut :
a. Paru-paru kecil dan kendur.
b. Pembesaran alveoli.
c. Penurunan kapasitas vital ; penurunan PaO2 dan residu.
d. Hilangnya recoil elastic.
e. Kelenjar mucus kurang produktif
f. Pengerasan bronkus dengan peningkatan resistensi.
g. Penurunan sensivitas sfingter esophagus
h. Klasifikasi kartilago kosta, kekakuan tulang iga pada kondisi
pengembangan
i. Hilangnya tonus otot toraks, kelemahan kenaikan dasar paru.
j. Penurunan sensivitas kemoreseptor
Intervensi
1. Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi melalui
droplet udara selama batuk, bersin,meludah, bicara, tertawa
ataupun menyanyi.
Rasional : Untuk Membantu pasien menyadari/
menerimaperlunya mematuhi program
pengobatan untukmencegah pengaktifan
berrulang. Pemahaman bagaimana penyakit
disebarkan dan kesadarankemungkinan
tranmisi membantu pasien / orang terdekat
untuk mengambil langkah mencegah infeksike
orang lain
2. Identifikasi orang lain yang beresiko, contoh anggota rumah,
sahabat karib, dan tetangga.
Rasional : Orang-orang yang terpajan ini perlu
program terapi obat untuk mencegah
penyebaran/ terjadinya infeksi.
3. Anjurkan pasien untuk batuk/ bersin dan mengeluarkan dahak pada
tisu, menghindari meludahsembarangan, kaji pembuangan tisu
sekali pakai dan teknik mencuci tangan yang tepat. Dorong
untukmengulangi demonstrasi.
Rasional : Perilaku yang diperlukan untuk
melakukanpencegahan penyebaran infeksi.
4. Kaji tindakan kontrol infeksi sementara, contoh masker/ isolasi
pernafasan.
Rasional : Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi
pasien an membuang stigma sosial
sehubungandengan penyakit menular.
5. Observasi TTV (suhu tubuh).
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum klien karena
reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut.
6. Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengaktifan berulang
tuberkolusis, contoh tahanan bawah gunakan obat penekan imun
adanya dibetes militus, kanker, kalium.
Rasional : Pengetahuan tentang faktor ini membantu
pasien untuk mengubah pola hidup dan
menghindarimenurunkan insiden eksaserbasi.
7. Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat.
Rasional : Periode singkat berakhir 2-3 hari setelah
kemoterapi awal, tetapi pada adanya rongga/
penyakitluas sedang, resiko penyebaran infeksi
dapat berlanjut sampai 3 bulan.
8. Dorong memilih/ mencerna makanan seimbang, berikan sering
makanan kecil dan makanan besardalam jumlah yang tepat.
Rasional : Adanya anoreksia dan malnutrisi sebelumnya
merendahkan tahanan terhadap proses infeksi
danmengganggu penyembuhan.
9. Kolaborasi dengan dokter tentang pengobatan dan terapi.
Rasional : Untuk mempercepat penyembuhan infeksi.
Dx 2
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau
sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x30 menit,
diharapkan bersihan jalan napas pasien efektif dengan kriteria
hasil :
1. pasien melaporkan sesak berkurang
2. pernafasan teratur
3. ekspandi dinding dada simetris
4. ronchi tidak ada
5. sputum berkurang atau tidak ada
6. frekuensi nafas normal (16-24)x/menit
Intervensi
1. Mandiri
a. Auskultasi suara nafas, perhatikan bunyi nafas abnormal
Rasional : Untuk mengidentifikasi kelainan pernafasan
berhubungan dengan obstruksi jalan napas
b. Monitor usaha pernafasan, pengembangan dada, dan
keteraturan
Rasional : Untuk menentukan intervensi yang tepat dan
mengidentifikasi derajat kelainan pernafasan
c. Observasi produksi sputum, muntahan, atau lidah jatuh ke
belakang
Rasional : Merupakan indikasi dari kerusakan jaringan
otak
d. Pantau tanda-tanda vital terutama frekuensi pernapasan
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien
e. Berikan posisi semifowler jika tidak ada kontraindikasi
Rasional : Meningkatkan ekspansi paru optimal
f. Ajarkan klien napas dalam dan batuk efektif jika dalam
keadaan sadar
Rasional : Batuk efektif akan membantu dalam pengeluaran
secret sehingga jalan nafas klien kembali
efektif
g. Berikan klien air putih hangat sesuai kebutuhan jika tidak ada
kontraindikasi
Rasional : Untuk meningkatkan rasa nyaman pasien dan
membantu pengeluaran sekret
h. Lakukan fisioterapi dada sesuai indikasi
Rasional : Fisioterapi dada terdiri dari postural drainase,
perkusi dan fibrasi yang dapat membantu dalam
pengeluaran sekret klien sehingga jalan nafas
klien kembali efektif
i. Lakukan suction bila perlu
Rasional : Membantu dalam pengeluaran sekret klien
sehingga jalan nafas klien kembali efektif
secara mekanik
j. Lakukan pemasangan selang orofaringeal sesuai indikasi
Rasional : Membantu membebaskan jalan napas
2. Kolaborasi
a. Berikan O2 sesuai indikasi
Rasional : Memenuhi kebutuhan O2
b. Berikan obat sesuai indikasi misalnya bronkodilator,
mukolitik, antibiotik, atau steroid
Rasional : Membantu membebaskan jalan napas secara
kimiawi
Dx 3
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan
kerusakan membran alveolar kapiler.
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 2x30 menit diharapkan
pertukaran gas kembali efektif dengan kriteria :
1. Pasien melaporkan keluhan sesak berkurang
2. Pasien melaporkan tidak letih atau lemas
3. Napas teratur
4. Tanda vital stabil
5. Hasil AGD dalam batas normal (PCO2 : 35-45 mmHg,
PO2 : 95-100 mmH
Intervensi :
1. Mandiri
a. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernafasan. Catat penggunaan
otot aksesori, napas bibir, ketidak mampuan berbicara /
berbincang
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan
atau kronisnya proses penyakit
b. Mengobservasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, serta
mencatat adanya sianosis perifer (kuku) atau sianosis pusat
(circumoral).
Rasional : Sianosis kuku menggambarkan vasokontriksi/respon
tubuh terhadap demam. Sianosis cuping hidung,
membran mukosa, dan kulit sekitar mulut dapat
mengindikasikan adanya hipoksemia sistemik
c. Mengobservasi kondisi yang memburuk. Mencatat adanya
hipotensi,pucat, cyanosis, perubahan dalam tingkat kesadaran,
serta dispnea berat dan kelemahan.
Rasional : Mencegah kelelahan dan mengurangi komsumsi
oksigen untuk memfasilitasi resolusi infeksi.
d. Menyiapkan untuk dilakukan tindakan keperawatan kritis jika
diindikasikan
Rasional : Shock dan oedema paru-paru merupakan penyebab
yang sering menyebabkan kematian memerlukan
intervensi medis secepatnya. Intubasi dan ventilasi
mekanis dilakukan pada kondisi insufisiensi
respirasi berat.
b. Kolaborasi
1. Memberikan terapi oksigen sesuai kebutuhan, misalnya: nasal
kanul dan masker
Rasional : Pemberian terapi oksigen untuk menjaga PaO2
diatas 60 mmHg, oksigen yang diberikan sesuai
dengan toleransi dengan pasien
2. Memonitor ABGs, pulse oximetry.
Rasional : Untuk memantau perubahan proses penyakit dan
memfasilitasi perubahan
Dx 4
Gangguan keseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual muntah dan intake tidak adekuat.
Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan
nutrisi adekuat, dengan kriteria hasil:
1. Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan
dengan nilai laboratoriurn normal dan bebas tanda
malnutrisi.
2. Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan
mempertahankan berat badan yang tepat.
Intervensi:
1. Mandiri
a. Catat status nutrisi pasien: turgor kulit, timbang berat badan,
integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus,
riwayat mual/rnuntah atau diare.
Rasional : Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan
intervensi yang tepat
b. Kaji ulang pola diet pasien yang disukai/tidak disukai.
Rasional : Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik,
meningkatkan intake diet pasien.
c. Monitor intake dan output secara periodik.
Rasional : Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.
d. Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada
hubungannya dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume,
konsistensi Buang Air Besar (BAB).
Rasional : Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi
pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi.
e. Anjurkan bedrest.
Rasional : Membantu menghemat energi khusus saat demam
terjadi peningkatan metabolik.
f. Lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan
pernapasan.
Rasional : Mengurangi rasa tidak enak dari sputum atau obat-
obat yang digunakan yang dapat merangsang
muntah.
g. Anjurkan makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein
dan karbohidrat.
Rasional : Memaksimalkan intake nutrisi dan menurunkan
iritasi gaster.
2. Kolaborasi:
a. Rujuk ke ahli gizi untuk menentukan komposisi diet.
Rasional : Memberikan bantuan dalarn perencaaan diet
dengan nutrisi adekuat unruk kebutuhan metabolik
dan diet.
b. Awasi pemeriksaan laboratorium. (BUN, protein serum, dan
albumin).
Rasional : Nilai rendah menunjukkan malnutrisi dan
perubahan program terapi.
Dx 5
Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru, batuk menetap
Tujuan:
Setelah diberikan tindakan keperawatan rasa nyeridapat berkurang atau
terkontrol, dengan KH:
1. Menyatakan nyeri berkurang atau terkontrol
2. Pasien tampak rileks
Intervensi:
1. Mandiri
a. Observasi karakteristik nyeri, mis tajam, konstan , ditusuk.
Selidiki perubahan karakter /lokasi/intensitas nyeri.
Rasional : Nyeri merupakan respon subjekstif yang dapat
diukur
b. Pantau TTV
Rasional : Perubahan frekuensi jantung TD menunjukan bahwa
pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan
untuk perubahan tanda vital telah terlihat.
c. Berikan tindakan nyaman mis, pijatan punggung, perubahan
posisi, musik tenang, relaksasi/latihan nafas
Rasional : Tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan
lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan
memperbesar efek terapi analgesik.
d. Tawarkan pembersihan mulut dengan sering.
Rasional : Pernafasan mulut dan terapi oksigen dapat
mengiritasi dan mengeringkan membran mukosa,
potensial ketidaknyamanan umum.
e. Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama
episode batuk.
Rasional : Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada
sementara meningkatkan keefektifan upaya batuk.
2. Kloaborasi
a. Kolaborasi dalam pemberian analgesik sesuai indikasi
Rasional : Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk
non produktif, meningkatkan kenyamanan
Dx 6
Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi aktif.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
hipertermi dapat diatasi, dengan kriteria hasil :
1. Pasien melaporkan panas badannya turun.
2. Kulit tidak merah.
3. Suhu dalam rentang normal : 36,5-37,70C.
4. Nadi dalam batas normal : 60-100 x/menit.
5. Tekanan darah dalam batas normal : 120/110-90/70 mmHg.
6. RR dalam batas normal : 16-20x/menit.
Intervensi :
1. Mandiri
a. Pantau TTV
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien
b. Observasi suhu kulit dan catat keluhan demam
Rasional : Untuk mengetahui peningkatan suhu tubuh pasien
c. Berikan masukan cairan sesuai kebutuhan perhari, kecuali ada
kontraindikasi.
Rasional : Untuk menanggulangi terjadinya syok hipovolemi
d. Berikan kompres air biasa/hangat
Rasional : Untuk menurunkan suhu tubuh
2. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian cairan IV.
Rasional : Untuk menanggulangi terjadinya syok hipovolemi
b. Kolaborasi pemberian obat antipiretik
Rasional : Untuk menurunkan suhu tubuh yang bekerja langsung
di hipotalamus
Dx 7
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
Tujuan:
Setelah diberikan tindakan keperawatan pasien diharapkan mampu
melakukan aktivitas dalam batas yang ditoleransi dengan kriteria hasil:
1. Melaporkan atau menunjukan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
yang dapat diukur dengan adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan
tanda vital dalam rentan normal.
Intervensi:
1. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea,
peningkatan kelemahan atau kelelahan.
Rasioanal : Menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien
memudahkan pemilihan intervensi
2. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut
sesuai indikasi.
Rasional : Menurunkan stress dan rangsanagn berlebihan,
meningkatkan istirahat
3. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat.
Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk
menurunkan kebutuhan metabolic, menghemat energy
untuk penyembuhan.
4. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat.
Rasional : Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur
di kursi atau menunduk ke depan meja atau bantal.
5. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan
peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.
Rasional : Meminimalkan kelelahan dan membantu
keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
Dx 8
Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan
berhubungan dengan tidak ada yang menerangkan, informasi yang tidak
akurat, terbatasnya pengetahuan/kognitif
Tujuan:
Setelah diberikan tindakan keperawatan tingkat pengetahuan pasien
meningkat, dengan kriteria hasil:
1. Menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosisdan kebutuhan
pengobatan.
2. Melakukan perubahan prilaku dan pola hidup unruk memperbaiki
kesehatan umurn dan menurunkan resiko pengaktifan ulang
luberkulosis paru.
3. Mengidentifikasi gejala yang mernerlukan evaluasi/intervensi.
4. Menerima perawatan kesehatan adekuat.
Intervensi
1. Kaji ulang kemampuan belajar pasien misalnya: perhatian,
kelelahan,tingkat partisipasi, lingkungan belajar, tingkat pengetahuan,
media, orang dipercaya.
Rasional : Kemampuan belajar berkaitan dengan keadaan emosi dan
kesiapan fisik. Keberhasilan tergantung pada kemarnpuan
pasien.
2. Berikan Informasi yang spesifik dalam bentuk tulisan misalnya: jadwal
minum obat.
Rasional : Informasi tertulis dapat membantu mengingatkan pasien.
3. Jelaskan penatalaksanaan obat: dosis, frekuensi, tindakan dan perlunya
terapi dalam jangka waktu lama. Ulangi penyuluhan tentang interaksi
obat Tuberkulosis dengan obat lain.
Rasional : Meningkatkan partisipasi pasien mematuhi aturan terapi dan
mencegah putus obat.
4. Jelaskan tentang efek samping obat: mulut kering, konstipasi, gangguan
penglihatan, sakit kepala, peningkatan tekanan darah.
Rasional : Mencegah keraguan terhadap pengobatan sehingga mampu
menjalani terapi.
5. Anjurkan pasien untuk tidak minurn alkohol jika sedang terapi INH.
Rasional : Kebiasaan minurn alkohol berkaitan dengan terjadinya
hepatitis
6. Rujuk perneriksaan mata saat mulai dan menjalani terapi etambutol.
Rasional : Efek samping etambutol: menurunkan visus, kurang mampu
melihat warna hijau.
7. Berikan gambaran tentang pekerjaan yang berisiko terhadap penyakitnya
misalnya: bekerja di pengecoran logam, pertambangan, pengecatan..
Rasional : Debu silikon beresiko keracunan silikon yang mengganggu
fungsi paru/bronkus.
8. Review tentang cara penularan Tuberkulosis dan resiko kambuh lagi.
Rasional : Pengetahuan yang cukup dapat mengurangi resiko penularan/
kambuh kembali. Komplikasi Tuberkulosis: formasi abses,
empisema, pneumotorak, fibrosis, efusi pleura, empierna,
bronkiektasis, hernoptisis, u1serasi Gastro, Instestinal, fistula
bronkopleural, Tuberkulosis laring, dan penularan kuman.