Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

OSTEOMIELITIS

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1 - A.2 / SEMESTER V
1. MUH. IWAN ZULHAN (042 STYC 15)
2. MUHAMMAD REZA RAHMANA (044 STYC 15)
3. RANI KOMALASARI (062 STYC 15)
4. SAHRIL RAMDANI (064 STYC 15)
5. SANUSI (066 STYC 15
6. SEPTIANA WAHYUNING PRABAWATI (067 STYC 15
7. SULTAN AMONG ALAIKA (074 STYC 15)
8. SUNITA DEWI (

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2017
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.


Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga sampai sekarang kita bisa beraktivitas
dalam rangka beribadah kepada-Nya dengan salah satu cara menuntut ilmu.
Shalawat serta salam tidak lupa penulis senandungkan kepada tauladan semua umat
Nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan ilmu pengetahuan melalui Al-
Qur’an dan Sunnah, serta semoga kesejahteraan tetap tercurahkan kepada keluarga
beliau, para sahabat-sahabatnya dan kaum muslimin yang tetap berpegang teguh
kepada agama Islam.
Penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada Baiq Heni Riskawaty,
S.Kep., Ners., M.Kep. selaku Dosen Pengampu mata kuliah Sistem Pencernaan
yang telah memberikan bimbingan dan masukan sehingga makalah “Osteomielitis”
ini dapat tersusun sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Semoga amal baik
yang beliau berikan akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Akhir kata, semoga makalah ini senantiasa bermanfaat pada semua pihak
untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Mataram, 15 Oktober 2017

Penulis

(Osteomielitis – Kelompok 1) ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1


B. Tujuan ................................................................................................... 1
C. Manfaat ................................................................................................. 2
BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Definisi .................................................................................................. 3
B. Etiologi .................................................................................................. 3
C. Klasifikasi ............................................................................................. 5
D. Manifestasi Klinis ................................................................................. 5
E. Patofisiologi .......................................................................................... 6
F. Pathway ................................................................................................. 7
G. Pemeriksaan Penunjang ........................................................................ 7
H. Komplikasi ............................................................................................ 7
I. Penatalaksanaan .................................................................................... 8
BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ........................................................................................... 11
B. Diagnosa Keperawatan........................................................................ 11
C. Intervensi Keperawatan ....................................................................... 12
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 14
B. Saran .................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

(Osteomielitis – Kelompok 1) iii


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit infeksi adalah salah satu penyakit yang masih sering terjadi di
dunia. Salah satu penyakit infeksi yang mengenai tulang adalah osteomielitis.
Osteomielitis umumnya disebabkan oleh bakteri, namun jamur dan virus juga
bisa menjadi penyebabnya. Osteomielitis dapat mengenai tulang-tulang
panjang, vertebra, tulang pelvis, tulang tengkorak dan mandibula.
Banyak mitos yang berkembang tentang penyakit ini, seperti diyakini
bahwa infeksi akan berlanjut menyebar pada tulang dan akhirnya seluruh tubuh,
padahal hal yang sebenarnya adalah osteomielitis tidak menyebar ke bagian lain
tubuh karena jaringan lain tersebut punya aliran darah yang baik dan terproteksi
oleh sistem imun tubuh. Kecuali apabila terdapat sendi buatan di bagian tubuh
yang lain. Dalam keadaan ini, benda asing tersebut menjadi patogen. Secara
umum, terapi infeksi tulang bukanlah kasus yang emergensi. Tubuh memiliki
mekanime pertahanan yang mempertahankan agar infeksi tetap terlokalisasi di
daerah yang terinfeksi.
Osteomielitis dapat terjadi pada semua usia tetapi sering terjadi pada anak-
anak dan orang tua, juga pada orang dewasa muda dengan kondisi kesehatan
yang serius. Diagnosa osteomielitis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis
penyakit dan juga gambaran radiologik. Pasien yang beresiko tinggi mengalami
osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau
penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artritis
rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid
jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang, atau
sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan
ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nefrosis
insisi margial atau dehidrasi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma
pascaoperasi.

(Osteomielitis – Kelompok 1) 1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang penyakit osteomielitis dan memberi
pengetahuan dan pemahaman kepada Mahasiswa/Mahasiswi tentang
penyakit sistem muskuloskeletal khususnya osteomielitis.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tentang mekanisme penyakit osteomielitis.
b. Mengetahui konsep dasar penyakit osteomielitis.
c. Mengetahui asuhan keperawatan penyakit osteomielitis.

C. Manfaat
Dengan dibuatkannya makalah “Osteomielisis” ini, diharapkan dapat
bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan dalam mengetahui dan memahami
mengenai konsep medis serta konsep keperawatan mengenai asuhan
keperawatan tentang osteomielisis.

(Osteomielitis – Kelompok 1) 2
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Definisi
Osteomielitis adalah suatu bentuk infeksi tulang. Infeksi ini lebih sulit
untuk sembuh karena keterbatasan suplai darah, respons inflamasi jaringan, dan
peningkatan tekanan jaringan, dan pembentukan involukrum. Infeksi dapat
menjadi masalah kronis yang mempengaruhi kualitas hidup dan kehilangan
ektremitas. Infeksi mungkin merupakan akibat dari penyebaran hematogen
(melalui darah) dari tempat infeksi lain. Staphylococcus aureus menyebabkan
70-80% infeksi tulang. Organisme patogen lain yang sering di temukan
termasuk proteus, pseudomonas, dan Escherichia coli. Pasien yang beresiko
termasuk pasien dengan nutrisi buruk, lansia, obesitas, dan pasien diabetik.
Selain itu pasien yang pernah menjalani terapi kortikosteroid jangka panjang,
bedah sendi, sepsis bersamaan, bedah ortopedik rentan. Kondisi dapat dicegah
dengan pengobatan dan penata laksanaan cepat infeksi jaringan lunak dan polos.
Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi
kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas (Smeltzer, Suzanne
C, 2002).
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat
disebabkan oleh bakteri, virus atau proses spesifik (Mansjoer, 2000).
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena
penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering,
setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen)
(Corwin, 2001).

B. Etiologi
Adapun penyebab-penyebab osteomielitis ini adalah:
1. Bakteri
Menurut Joyce & Hawks (2005), penyebab osteomielitis adalah
Staphylococcus aureus (70%–80%), selain itu juga bisa disebabkan oleh
Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella, dan Proteus.

(Osteomielitis – Kelompok 1) 3
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara (Wikipedia, the free
encyclopedia, 2000) yaitu:
1. Aliran darah
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah)
dari fokus infeksi di tempat lain (misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi
terinfeksi). Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang
lain ke tulang.
Pada anak-anak, infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan
lengan. Sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi pada tulang
belakang dan panggul. Osteomielitis akibat penyebaran hematogen
biasanya terjadi di tempat dimana terdapat trauma.
2. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui fraktur
terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, selama pembedahan tulang
atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya
Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan
lunak. Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang
setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di
daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau
kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah
(misalnya ulkus dekubitus yang terinfeksi).
Osteomielitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan
dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang
berjalan dengan cepat. Osteomielitis kronik adalah akibat dari osteomielitis
akut yang tidak ditangani dengan baik. Osteomielitis kronis akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia
atau penyuntikan intramuskular dapat menyebabkan osteomielitis eksogen.

(Osteomielitis – Kelompok 1) 4
Osteomielitis akut biasanya disebabkan oleh bakteri, maupun virus, jamur,
dan mikroorganisme lain.
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka
yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus.
Selain itu, pasien yang menderita artritis rheumatoid, telah di rawat lama di
rumah sakit, menjalani pembedahan ortopedi, mengalami infeksi luka
mengeluarkan pus, juga beresiko mengalami osteomielitis.

C. Klasifikasi
Osteomielitis menurut kejadiannya ada 2 yaitu:
a. Osteomielitis primer penyebarannya secara hematogen dimana
mikroorganisme berasal dari fokus di tempat lain dan beredar melalui
sirkulasi darah.
b. Osteomielitis sekunder terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya
akibat dari bisul, luka, fraktur, dan sebagainya (Mansjoer, 2000).
Osteomielitis menurut perlangsungannya dibedakan atas:
1. Osteomielitis akut
a. Nyeri daerah lesi.
b. Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfa regional.
c. Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka.
d. Pembengkakan lokal.
e. Kemerahan.
f. Suhu raba hangat.
g. Gangguan fungsi.
2. Osteomielitis kronis
a. Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri.
b. Gejala-gejala umum tidak ada.
c. Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur.

D. Manifestasi Klinis
1. Infeksi dibawa oleh darah.
a. Biasanya awitannya mendadak.

(Osteomielitis – Kelompok 1) 5
b. Sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (misalnya
menggigil, demam) tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum).
2. Infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang.
a. Bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.
3. Infeksi terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi
langsung.
a. Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
4. Osteomielitis kronik.
a. Ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau
mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan
pengeluaran pus.

E. Pofisiologi
 Organisme menetap pada hematoma atau area yang lemah dan menyebar
secara lansung ke tulang.
 Pus dihasilkan dan terjadi penekanan di dalam ruang medula yang kuat.
 Pus terdorong melalui saluran havers.
 Abses superiosteal terbentuk.
 Suplai darah ke tulang berkurang.
 Terjadi nekrosis dan stimulasi pembentukan tulang baru.
 Tulang yang mati lepas dan keluar melalui abses atau sinus.
 Osteomielitis menjadi kronis.

(Osteomielitis – Kelompok 1) 6
F. Pathway

G. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi adalah berlangsungnya infeksi dengan
eksaserbasi akut. Infeksi yang terus menerus akan menyebabkan amioloidiosis,
anemia, penurunan berat badan, kelemahan. Selain itu juga dapat terjadi abses
tulang, meregangnya implan prostetik, selulitis pada jaringan lunak sekitar,
abses otak pada osteomielitis di daerah kranium, dan kematian.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pada fase akut di temukan CPR (Resusitasi Jantung Paru) yang meninggi,
LED yang meninggi, dan leukosit meningkat. Pada fase akut ditemukan
CPR yang meninggi, laju endap darah yang meninggi dan leukosit
meningkat.

(Osteomielitis – Kelompok 1) 7
2. Pemeriksaan radiologik
Pada fase akut gambaran radiologik tidak menunjukkan kelainan. Pada fase
kronik ditemukan suatu involukrum dan skuester.
3. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 l gr/dL disertai peningkatan laju
endapan darah.
4. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan
infeksi oleh bakteri Salmonella.
5. Bone scan
Pada pemeriksaan sidik tulang dengan menggunakan technetum-99 maka
akan terlihat gambaran abnormal dari tulang berupa peningkatan uptake
pada daerah yang aliran darahnya meningkat dan daerah pembentukan
tulang yang cepat. Dengan sidik tulang ini juga dapat ditemukan atau
ditentukan lokasi terjadinya infeksi atau dapat juga dengan menggunakan
gallium.
6. X-Ray
Pada fase akut belum terlihat kelainan-kelainan patologis pada tulang dan
hanya dapat terlihat berupa pembengkakan jaringan lunak saja, setelah lebih
dari 10 hari baru ada perubahan pada gambar X-ray.

I. Penatalaksanaan
Daerah yang terkena harus diimobilisasi untuk mengurangi
ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman
salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran
darah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi.
Kultur darah, swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi
organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan
oleh lebih dari satu patogen.
Begitu spesimen kultur diperoleh dimulai terapi antibiotika intravena,
dengan asumsi bahwa dengan infeksi Staphylococcus yang peka terhadap

(Osteomielitis – Kelompok 1) 8
peningkatan semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengontrol
infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat terjadinya
trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu sangat
penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus-menerus
tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang
diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak
telah terkontrol antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3
bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama
makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibioka, tulang
yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik
diangkat dan daerah itu diirigasi secara langsung dengan larutan salin fisiologis
steril. Terapi antibiotika dilanjutkan.
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap
debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pangangkatan involukrum
secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus
dilakukan pengangkatan tulang untuk menjalankan rongga yang dalam menjadi
cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang
terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau
dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting
di kemudian hari. Dapat dipasang drainase berpenghisap untuk mengontrol
hematoma dan membuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal
selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dangan pemberian irigasi
ini.
Rongga yang di debridemen dapat diisi dengan grafit tulang kanselus
untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat
diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flap otot (dimana suatu otot
diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh).
Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah, perbaikan asupan
darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi
infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan

(Osteomielitis – Kelompok 1) 9
penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, yang kemudian
memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat
penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang (Smeltzer,
Suzanne C, 2002).

(Osteomielitis – Kelompok 1) 10
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan
Identifikasi awitan gejala akut: nyeri akut, pembangkakan, eritema,
demam atau keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan
demam.
Kaji faktor resiko: lansia, DM, terapi kortikosteroid jangka panjang,
cedera, infeksi dan riwayat bedah ortopedi sebelumnya. Hal-hal yang dikaji
meliputi umur, pernah tidaknya trauma, luka terbuka, tindakan operasi
khususnya operasi tulang, dan terapi radiasi. Faktor-faktor tersebut adalah
sumber potensial terjadinya infeksi.
2. Pemeriksaan fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa
lembek bila di palpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan
panas. Efek sistemik menunjukkan adanya demam biasanya di atas 38°C,
takikardi, irritable, lemah, bengkak, nyeri, maupun eritema.
3. Riwayat psikososial
Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat
sembuh, takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit
sehingga perawat perlu mengkaji perubahan-perubahan kehidupan
khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.
4. Pemeriksaan diagnostik
Hasil laboratorium menunjukkan adanya leukositosis dan laju endap
darah meningkat. 50% pasien yang mengalami infeksi hematogen secara
dini adanya osteomielitis maka dilakukan scanning tulang. Selain itu dapat
pula dengan biopsi tulang atau MRI.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
osteomielitis adalah:

(Osteomielitis – Kelompok 1) 11
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.
2. Kerusakan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan
keterbatasan beban berat badan.
3. Risiko terhadap penyebaran infeksi: pembentukan abses tulang.
4. Kurang pengetahuan mengenai program pengobatan.

C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.
Bagian yang terkena harus diimobilisasi dengan bidai untuk
mengurangi nyeri dan spasme otot. Sendi di atas dan di bawah bagian yang
terkena harus dibuat sedemikian sehingga masih dapat digerakkan sesuai
rentangnya namun dengan lembut. Lukanya sendiri kadang terasa nyeri dan
harus ditangani dengan hati-hati dan perlahan.
Peninggian dapat mengurangi pembengkakan dan ketidaknyamanan
yang ditimbulkannya. Status neurovaskuler ektremitas yang terkena harus
terpantau. Teknik untuk mengurangi persepsi nyeri dan analgesik yang
diresepkan cukup berguna.
2. Kerusakan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan
keterbatasan beban berat badan.
Program pengobatan membatasi aktivitas. Tulang menjadi lemah
akibat proses infeksi dan harus dilindungi dengan alat imobilisasi dan
penghindaran stres pada tulang. Pasien harus memahami rasional
pembatasan aktivitas. Tetapi partisipasi aktif dalam kehidupan sehari-hari
dalam batas fisik tetap dianjurkan untuk mempertahankan rasa sehat secara
umum.
3. Risiko terhadap penyebaran infeksi: pembentukan abses tulang
Perawat memantau respons pasien terhadap terapi antibiotika dan
melakukan observasi tempat pemasangan infus adanya bukti flebitis atau
infiltrasi.
Bila diperlukan pembedahan, harus dilakukan upaya untuk
meyakinkan adanya peredaran darah yang memadai (penghisapan luka
untuk mencegah penumpukan cairan, peninggian daerah untuk

(Osteomielitis – Kelompok 1) 12
memperbaiki aliaran balik vena, menghindari tekanan pada daerah yang di-
grafit), untuk mempertahankan imobilitas yang dibutuhkan dan untuk
memenuhi pembatasan beban berat badan.
Kesehatan umum dan nutrisi pasien harus dipantau. Diet protein
seimbang, vitamin C dan vitamin D dipilih untuk meyakinkan adanya
keseimbangan nitrogen dan merangsang penyembuhan.
4. Kurang pengetahuan mengenai program pengobatan
Penanganan osteomielitis, termasuk perawatan luka dan terapi
antibiotika intravena, dapat dilakukan di rumah. Pasien harus dalam
keadaan stabil secara medis dan telah termotivasi serta keluarga
mendukung. Lingkungan rumah harus bersifat kondusif terhadap promosi
kesehatan dan sesuai dengan program pengobatan terapeutik.
Pasien dan keluarganya harus memahami benar protokol antibiotika.
Selain itu, penggantian balutan secara steril dan teknik kompres hangat
harus diajarkan. Pendidikan pasien sebelum pemulangan dari rumah sakit
dan supervisi serta dukungan yang memadai dari perawatan di rumah sangat
penting dalam keberhasilan penatalaksanaan osteomielitis di rumah.
Pasein tersebut harus dipantau dengan cermat mengenai
bertambahnya daerah nyeri atau peningkatan suhu yang mendadak. Pasien
diminta untuk melakukan obsevasi dan melaporkan bila terjadi peningkatan
suhu, keluar pus, bau, dan bertambahnya inflamasi.

(Osteomielitis – Kelompok 1) 13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit infeksi adalah salah satu penyakit yang masih sering terjadi di
dunia. Salah satu penyakit infeksi yang mengenai tulang adalah osteomielitis.
Osteomielitis umumnya disebabkan oleh bakteri, namun jamur dan virus juga
bisa menjadi penyebabnya. Osteomielitis dapat mengenai tulang-tulang
panjang, vertebra, tulang pelvis, tulang tengkorak dan mandibula.
Osteomielitis adalah suatu bentuk infeksi tulang. Infeksi ini lebih sulit
untuk sembuh karena keterbatasan suplai darah, respons inflamasi jaringan, dan
peningkatan tekanan jaringan, dan pembentukan involukrum. Infeksi dapat
menjadi masalah kronis yang mempengaruhi kualitas hidup dan kehilangan
ektremitas. Infeksi mungkin merupakan akibat dari penyebaran hematogen
(melalui darah) dari tempat infeksi lain.
Adapun penyebab-penyebab osteomielitis ini adalah bakteri, virus, jamur,
dan mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C, 2002).

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kelompok meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca.

(Osteomielitis – Kelompok 1) 14
DAFTAR PUSTAKA

Rosyidi, Kholid. 2013. Muskuloskeletal. Jakarta: Trans Info Media

(Osteomielitis – Kelompok 1) 15

Anda mungkin juga menyukai