Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN SINDROM STEVEN

JOHNSON
Kelompok 4
Aqilla Fidya Haya (P071201180)
Baiq Dwi Fitra Sulistya(P071201180)
Beryl Aji Khafidyan (P071201180)
Dewa Ayu Linda Mahayani (P071201180)
Intari Tiba Raestutien (P071201180)
Ni Made Gayatri Ananda Putri (P071201180)
Shila Ditya Friscila (P071201180)
Teguh Wahyudi Ilhami(P071201180)
Uswatun Hasanah (P071201180)
Definisi

sindrom steven johnson yaitu suatu sindrom yang terjadi


pada kulit/integumen, dimana seluruh permukaan tubuh
dipenuhi oleh eritema dan lepuhan, yang kebanyakan
diketehui disebabkan oleh respon dari pengobatan, infeksi,
dan terkadang keganasan.
• Terdapat tiga derajat klasifikasi yang diajukan menurut
(Kusuma & Nurarif, 2015):
1. Derajat 1 : erosi mukosa SSJ dan pelepasan epidermis kurang
dari 10%
2. Derajat 2 : lepasnya lapisan epidermis antara 10-30%
3. Derajat 3 : lepasnya lapisan epidermis lebih dari 30%
Etiologi
• Beberapa penyebab sindrom steven johnson menurut (Kusuma & Nurarif,
2015):
1. Infeksi (biasanya merupakan lanjutan dari infeksi seperti virus herpes
simpleks, influenza, gondongan/mumps, histoplasmosis, virus Epstein-
Barr, atau sejenisnya).
2. Efek samping dari obat-obatan (allopurinol, diklofenak, fluconazole,
valdecoxib, sitagliptin, penicillin, barbiturat, sulfanomide, fenitoin,
azitromisin, modafinil, lamotrigin, nevirapin, ibuprofen, ethosuximide,
carbamazepin).
3. Keganasan (karsinoma dan limfoma).
4. Faktor idiopatik (hingga 50%).
5. Sindrom steven johnson juga dilaporkan secara konsisten sebagai efek
samping yang jarang dari suplemen herbal yang mengandung ginseng.
Sindrom steven johnson juga mungkin disebabkan oleh karena
penggunaan kokain.
6. Walaupun SSJ dapat disebabkan oleh infeksi viral, keganasan atau reaksi
alergi berat terhadap pengobatan, penyebab utama nampaknya karena
penggunaan antibiotik dan sulfametoksazole.
Patofisiologi
Patogenesisnya belum jelas, diperkirakan karena reaksi
alergi tipe III dan IV. Reaksi tipe III terjadi akibat
terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang
membentuk mikropresipitasi sehingga terjadi aktivasi
sistem komplemen. Akibatnya terjadi akumulasi netrofil
yang kemudian melepaskan lisozim dan menyebabkan
kerusakan jaringan pada organ sasaran. Reaksi tipe IV
terjadi akibat limfosit T yang tersensitisasi berkontak
kembali dengan antigen yang sama, kemudian limfokin
dilepaskan sehingga terjadi reaksi radang (Muttaqin,
2012).
Manifestasi Klinis
Lanjutan….
Menurut (Brunner & Suddarth, 2013) tanda-tanda awal
sindrom steven johnson antara lain konjungtiva terasa panas
atau gatal, nyeri tekan kutaneus, demam, sakit kepala, batuk,
sakit tenggorokan, malaise ekstrem, dan mialgia (nyeri dan
sakit). Dilanjutkan dengan awitan eritema yang cepat yang
mengenai sebagian besar permukaan tubuh dan membran
mukosa, munculnya bula yang kaku dan luas dibeberapa
area. Di area lain, lapisan epidermis yang luas mengelupas
sehingga jaringan dermis dibawahnya terlihat kuku kaki,
kuku tangan, alis dan bulu mata dapat rontok, begitu juga
dengan epidermis di sekitarnya
Lanjutan…
• Menurut (Kusuma & Nurarif, 2015), pada
sindroma ini terlihat adanya kelainan berupa :
1. Kelainan kulit
2. Kelainan selaput lendir di orifisium
3. Kelainan mata
Pemeriksaan Penunjang
` Pemeriksaan untuk mendukung ditegakkannya diagnosis sindrom
steven johnson menurut (Kusuma & Nurarif, 2015), yaitu :
1. Laboratorium : Biasanya dijumpai leukositosis atau eosinofilia. Bila
disangka penyebabnya infeksi dapat dilakukan kultur darah.
2. Histopatologi : Kelainan berupa infiltrat sel mononuklear, oedema,
dan esktravasasi sel darah merah. Degenerasi lapisan basalis.
Nekrosis sel epidermal dan spongiosis dan edema intrasel di
epidermis.
3. Imunologi : Dijumpai deposis IgM dan C3 di pembuluh darah
dermal superficial serta terdapat komplek imun yang mengandung
IgG, IgM, IgA.
Penatalaksanaan

• Menurut (Brunner & Suddarth, 2013) sasaran


penanganan antara lain mengontrol
keseimbangan cairan dan elektrolit, mencegah
sepsis, dan mencegah komplikasi pada mata.
Fokus utama penanganan adalah pemberian
asuhan yang suportif,
Konsep Asuhan Keperawatan

• Pengkajian
• Menurut (Smeltzer, Suzanne C, 2010) inspeksi kulit yang cermat
harus dilakukan, dan penampilan kulit serta luas lesi dicatat.
Kulit yang normal diobservasi secara ketat untuk menentukan
apakah timbul daerah- daerah bula yang baru. Perembasan
cairan dari bula dipantau untuk memantau jumlah, warna dan
baunya. Inspeksi rongga mulut untuk mendeteksi pembentukan
bula dan lesi yang terkelupas harus dilakukan setiap hari.
Kondisi pasien dinilai setiap hari untuk menemukan keluhan
gatal, terbakar dan kekeringan pada mata. Kemampuan pasien
menelan dan meminum cairan, di samping kemampuan
berbicara secara normal, ditentukan.
 Diagnosa Keperawatan
Menurut (NANDA, 2015), diagnosa yang dapat ditegakkan pada klien
dengan sindrom steven johnson, adalah :
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan agens farmaseutikal
ditandai dengan adanya lesi pada kulit, mukosa, dan mata (00046)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer tidak
adekuat (gangguan integritas kulit) (00004)
3. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera ditandai dengan kulit
yang terkelupas dan adanya lesi (00132)
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan makan ditandai dengan demam, sakit
tenggorokan, dan adanya gangguan pada mukosa (00002)
5. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan faktor yang
mempengaruhi kebutuhan cairan (00028)
• Perencanaan Keperawatan
A. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
agens farmaseutikal ditandai dengan adanya
lesi pada kulit, mukosa, dan mata (00046).
 
– Tujuan yang diharapkan (NOC) : Integritas jaringan :
kulit & membran mukosa baik Kriteria Hasil :
• Tidak ada lesi pada kulit dan mukosa membran
• Tidak ada pengelupasan kulit
• Tidak ada eritema
• Tidak ada peningkatan suhu kulit
• Intervensi
INTERVENSI RASIONAL

1. Pantau kulit dan membran mukosa pada area 1. Mengetahui perkembangan kondisi luka/lesi dan
yang mengalami perubahan warna, memar, menentukan intervensi tindakan
dan kerusakan. selanjutnya dengan tepat untuk memperbaiki
2. Pantau adanya kekeringan dan kelembaban yang integritas kulit.
berlebihan pada kulit. 2. Kekeringan/kelembaban yang berlebihan pada kulit
dapat memperparah
kerusakan integritas kulit dan
menjadi indikator keseimbangan
3. Oleskan salep yang sesuai dengan kulit/lesi. cairan klien.
3. Pemberian salep yang sesuai dapat menjadi
pelindung area luka dari agens infeksi dan
mempercepat penyembuhan luka/lesi.
INTERVENSI RASIONAL
4. Berikan balutan yang sesuai dengan jenis 4. Balutan yang sesuai dengan jenis luka dapat
luka. menghindari gesekan luka pada area lain.
5. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian 5. Pakaian yang ketat dapat meningkatkan
yang longgar. gesekan antara luka dengan kain, sehingga
dapat memperparah kerusakan integritas
kulit.
6. Ajarkan kepada keluarga tentang tanda dan 6. Pengetahuan yang adekuat pada keluarga
kerusakan kulit. dapat membantu tenaga kesehatan dalam
mengantisipasi tanda kerusakan kulit pada
klien.
7. Rujuk pada ahli diet, dengan tepat 7. Pemberian diet tinggi protein diperlukan
untuk pembentukan jaringan baru pada
luka/lesi
B. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh
primer tidak adekuat (gangguan integritas kulit)
  - Tujuan yang diharapkan (NOC): Kontrol resiko: proses
infeksi dapat dilakukan dan status imunitas baik
Kriteria Hasil:
– Mengidentifikasi faktor resiko infeksi
– Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi
– Memonitor perilaku diri yang berhubungan dengan resiko
infeksi
– Memonitor faktor di lingkungan yang berhubungan dengan
resiko infeksi
– Jumlah leukosit dalam batas normal (5000 - 10.000/mm3)
intervensi rasional

1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, 1. Perubahan tanda vital, terutama suhu
dan status pernafasan dengan merupakan komplikasi lanjut untuk
tepat. terjadinya infeksi.
2. Karakteristik luka dapat menjadi
2. Monitor karakteristik luka, indikator adanya infeksi.
termasuk drainase, warna, ukuran,
dan bau. 3. Pengunjung dapat
3. Batasi jumlah pengunjung meningkatkan resiko kontaminasi
silang.
4. Nutrisi yang adekuat dapat
4. Tingkatkan intake nutrisi yang mempercepat regenerasi jaringan dan
tepat. penyembuhan luka.
intervensi rsional

5. Anjurkan pengunjung untuk mencuci 5. Mencuci tangan dapat meminimalkan


tangan pada saat memasuki dan adanya kontaminasi silang.
meninggalkan ruangan pasien.
6. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai 6. Pasien dan keluarga dapat kooperatif dan
tanda dan gejala infeksi dan kapan mengantisipasi faktor resiko terjadinya infeksi.
harus melaporkannya kepada
penyedia perawatan kesehatan. 7. Pengetahuan yang cukup dapat
7. Ajarkan pasien dan anggota keluarga meminimalkan faktor resiko infeksi.
mengenai bagaimana menghindari
infeksi. 8. Antibiotik dapat mencegah mikroorganisme
8. Berikan terapi antibiotik yang sesuai menyerang tubuh klien.
(kolaborasi dengan dokter).
C. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera
ditandai dengan kulit yang terkelupas dan adanya
lesi
 
Tujuan yang diharapkan (NOC) : Kontrol nyeri dapat
dilakukan dan tingkat nyeri dapat berkurang
Kriteria Hasil :
– Secara konsisten menunjukkan dalam menggunakan
tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesic
– Nyeri yang dilaporkan : tidak ada
– Ekspresi nyeri wajah : tidak ada
– Melaporkan nyeri yang terkontrol
– Melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri pada
profesional kesehatan
Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat nyeri yang komprehensi 1. Data-data tersebut digunakan sebagai


meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan data dasar dalam menentukan
durasi, frekwensi, kualitas, intensitas intervensi tindakan yang tepat pada
atau keparahan nyeri, dan klien selanjutnya untuk mencapai
faktorpresipitasinya. kesembuhan klien yang optimal.
2. Observasi isyarat nonverbal 2. Isyarat non verbal klien (meringis,
ketidaknyamanan. mengernyit) menjadi tanda bahwa
klien merasakan
ketidaknyamanan/nyeri
3. Monitor vital sign sebelum dan sesudah 3. Nyeri dan pemberian analgesik
pemberian analgesik pertama kali dapat memengaruhi vital sign klien,
seperti nadi dan RR.
4. Lakukan perubahan posisi dan relaksasi. 4. Perubahan posisi dan relaksasi dapat
membantu klien mengurangi rasa nyeri
dan klien merasa rileks.
intervensi rasional

5. Tingkatkan istirahat/tidur yang cukup 5. Istirahat/tidur dapat mengalihkan


untuk membantu mengurangi rasa fokus pada nyeri klien.
nyeri. 6. Teknik relaksasi nonfarmakologi dapat
6. Ajarkan penggunaan teknik relaksasi dilakukan klien tanpa bantuan
nonfarmakologi sebelum atau sesudah perawat atau tenaga kesehatan untuk
rasa sakit meningkat. mengurangi nyeri.
7. Berikan informasi yang lengkap dan 7. Pengetahuan yang adekuat pada
akurat untuk mendukung keluarga dapat membantu perawat
pengetahuan keluarga terhadap atau tenaga kesehatan untuk
respon nyeri pasien. mengenali respon nyeri klien.
8. Berikan analgesik untuk mengurangi 8. Analgesik dapat mengurangi nyeri
nyeri (berkolaborasi dengan dokter). pada klien.
Kesimpulan

Sindrom steven johnson yaitu suatu sindrom yang


terjadi pada kulit/integumen, dimana seluruh
permukaan tubuh dipenuhi oleh eritema dan lepuhan,
yang kebanyakan diketehui disebabkan oleh respon dari
pengobatan, infeksi, dan terkadang keganasan.
Patogenesisnya belum jelas, diperkirakan karena reaksi
alergi tipe III dan IV. tanda-tanda awal sindrom steven
jhonson antara lain konjungtiva terasa panas atau gatal,
nyeri tekan kutaneus, demam, sakit kepala, batuk, sakit
tenggorokan, malaise ekstrem, dan mialgia (nyeri dan
sakit). Pada sindroma ini terlihat adanya kelainan kulit,
kelainan selaput lendir di orifisium, dan kelainan mata.

Anda mungkin juga menyukai