Anda di halaman 1dari 15

BAB I

KONSEP DASAR PYLONEFRITIS

A. Definisi AsKep

Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal, yang sifatnya akut
maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya akan berlangsung selama 1 sampai 2 minggu. Bila
pengobatan pada pielonefritis akut tidak sukses maka dapat menimbulkan gejala lanjut yang
disebut dengan pielonefritis kronis.
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan
interstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002: 1436).
Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul secara
hematogen atau retrograd aliran ureterik (J. C. E. Underwood, 2002: 668)
Ginjal merupakan bagian utama dari sistem saluran kemih yang terdiri atas organ-
organ tubuh yang berfungsi memproduksi maupun menyalurkan air kemih (urine) ke luar
tubuh. Berbagai penyakit dapat menyerang komponen-komponen ginjal, antara lain yaitu
infeksi ginjal.
Pielonefritis dibagi menjadi dua macam yaitu :
Pielonefritis kronis
Pyelonefritis akut

1. Pyelonefritis akut
Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena terapi tidak
sempurna atau infeksi baru. 20% dari infeksi yang berulang terjadi setelah dua minggu
setelah terapi selesai.Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini
akan mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimut
antibodi bakteri dalam urin. Ginjal biasanya membesar disertai infiltrasi interstisial sel-sel
inflamasi. Abses dapat dijumpai pada kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis. Pada
akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi. Pyelonefritis akut merupakan
salah satu penyakit ginjal yang sering ditemui. Gangguan ini tidak dapat dilepaskan dari
infeksi saluran kemih. Infeksi ginjal lebih sering terjadi pada wanita, hal ini karena saluran
kemih bagian bawahnya (uretra) lebih pendek dibandingkan laki-laki, dan saluran kemihnya
terletak berdekatan dengan vagina dan anus, sehingga lebih cepat mencapai kandung kemih
dan menyebar ke ginjal. Insiden penyakit ini juga akan bertambah pada wanita hamil dan
pada usia di atas 40 tahun. Demikian pula, penderita kencing manis/diabetes mellitus dan
penyakit ginjal lainnya lebih mudah terkena infeksi ginjal dan saluran kemih.
2. Pielonefritis kronis
Pyelonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga karena faktor lain
seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin.Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan
ginjal secara permanen akibat inflamasi yang berulangkali dan timbulnya parut dan dapat
menyebabkan terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis. Ginjal pun membentuk
jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses perkembangan kegagalan
ginjal kronis dari infeksi ginjal yang berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah
infeksi yang gawat.Pembagian PielonefritisPielonefritis akutSering ditemukan pada wanita
hamil, biasanya diawali dengan hidro ureter dan hidronefrosis akibat obstruksi ureter karena
uterus yang membesar.
B. Etiologi
1. Bakteri (Escherichia coli, Klebsielle pneumoniac, Streptococus fecalis, dll). Escherichia coli
merupakan penyebab 85% dari infeksi.
2. Obstruksi urinari track. Misal batu ginjal atau pembesaran prostat.
3. Refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung kemih kembali ke dalam
ureter.
4. Kehamilan
5. Kencing Manis
6. Keadaan-keadaan menurunnya imunitas untuk melawan infeksi.
Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran
air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di tempat
masuknya ke kandung kemih. Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya
batu ginjal atau pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam
ureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal.

C. Patofisiologi
Umumnya bakteri seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis, Pseudomonas
aeruginosa, dan Staphilococus aureus yang menginfeksi ginjal berasal dari luar tubuh yang
masuk melalui saluran kemih bagian bawah (uretra), merambat ke kandung kemih, lalu ke
ureter (saluran kemih bagian atas yang menghubungkan kandung kemih dan ginjal) dan
tibalah ke ginjal, yang kemudian menyebar dan dapat membentuk koloni infeksi dalam waktu
24-48 jam. Infeksi bakteri pada ginjal juga dapat disebarkan melalui alat-alat seperti kateter
dan bedah urologis. Bakteri lebih mudah menyerang ginjal bila terdapat hambatan atau
obstruksi saluran kemih yang mempersulit pengeluaran urin, seperti adanya batu atau tumor.
Pada pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal yang tidak lazim.

Korteks dan medula mengembang dan multipel abses. Kalik dan pelvis ginjal juga akan

berinvolusi. Resolusi dari inflamasi menghsilkan fibrosis dan scarring. Pielonefritis kronis

muncul stelah periode berulang dari pielonefritis akut. Ginjal mengalami perubahan

degeneratif dan menjadi kecil serta atrophic. Jika destruksi nefron meluas, dapat

berkembang menjadi gagal ginjal.


D. Tanda dan Gejala
Gejala yang paling umum dapat berupa demam tiba-tiba. Kemudian dapat disertai

menggigil, nyeri punggung bagian bawah, mual, dan muntah. Pada beberapa kasus juga

menunjukkan gejala ISK bagian bawah yang dapat berupa nyeri berkemih dan frekuensi

berkemih yang meningkat.

Dapat terjadi kolik renalis, di mana penderita merasakan nyeri hebat yang

desebabkan oleh kejang ureter. Kejang dapat terjadi karena adanya iritasi akibat infeksi atau

karena lewatnya batu ginjal. Bisa terjadi pembesaran pada salah satu atau kedua ginjal.

Kadang juga disertai otot perut berkontraksi kuat.

Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan dan lebih sulit untuk

dikenali.

a. Pyelonefritis akut ditandai dengan :

pembengkakan ginjal atau pelebaran penampang ginjal

Pada pengkajian didapatkan adanya demam yang tinggi, menggigil, nausea,

nyeri pada pinggang, sakit kepala, nyeri otot dan adanya kelemahan fisik.

Pada perkusi di daerah CVA ditandai adanya tenderness.

Klien biasanya disertai disuria, frequency, urgency dalam beberapa hari.

Pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau hematuria dengan bau yang tajam,

selain itu juga adanya peningkatan sel darah putih.

b. Pielonefritis kronis

Pielonefritis kronis Terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang, sehingga kedua ginjal

perlahan-lahan menjadi rusak. Tanda dan gejala:

Adanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang biasanya tidak mempunyai gejala

yang spesifik.

Adanya keletihan.

Sakit kepala, nafsu makan rendah dan BB menurun.

Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis, proteinuria, pyuria dan

kepekatan urin menurun.

Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien mengalami gagal ginjal.

Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks.


Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka pada jaringan.

Tiba-tiba ketika ditemukan adanya hipertensi.

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk memperkuat diagnosis pielonefritis adalah:

1. Whole blood

2. Urinalisis

3. USG dan Radiologi : USG dan rontgen bisa membantu menemukan adanya batu ginjal,

kelainan struktural atau penyebab penyumbatan air kemih lainnya

4. BUN

5. Creatinin

6. Serum Electrolytes

7. Biopsi ginjal

8. Pemeriksaan IVP : Pielogram intravena (IVP) mengidentifikasi perubahan atau abnormalitas

struktur

F. Komplikasi
Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut (Patologi Umum &

Sistematik J. C. E. Underwood, 2002: 669)

1. Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah pada area medula

akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila guinjal, terutama pada penderita diabetes

melitus atau pada tempat terjadinya obstruksi.

2. Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang dekat sekali dengan

ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan sistem kaliks mengalami supurasi, sehingga

ginjal mengalami peregangan akibat adanya pus.


3. Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluas ke dalam jaringan

perirenal, terjadi abses perinefrik.

Komplikasi pielonefritis kronis mencakup penyakit ginjal stadium akhir (mulai dari
hilangnya progresifitas nefron akibat inflamasi kronik dan jaringan parut), hipertensi, dan
pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai organisme pengurai urea, yang
mangakibatkan terbentuknya batu) (Brunner&Suddarth, 2002: 1437).

G. Penatalaksanaan Medik
Infeksi ginjal akut setelah diobati beberapa minggu biasanya akan sembuh tuntas.
Namun residu infeksi bakteri dapat menyebabkan penyakit kambuh kembali terutama pada
penderita yang kekebalan tubuhnya lemah seperti penderita diabetes atau adanya
sumbatan/hambatan aliran urin misalnya oleh batu, tumor dan sebagainya.
Penatalaksanaan medis menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun 2007:
Mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-obat antimikrobial seperti

trimethroprim-sulfamethoxazole (TMF-SMZ, Septra), gentamycin dengan atau tanpa

ampicilin, cephelosporin, atau ciprofloksasin (cipro) selama 14 hari

Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih, meningkatkan rasa nyaman, dan

meningkatkan kapasitas kandung kemih menggunakan obat farmakologi tambahan

antispasmodic dan anticholinergic seperti oxybutinin (Ditropan) dan propantheline (Pro-

Banthine)

Pada kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan kerusakan ginjal secara

progresif.

Penatalaksanaan keperawatan menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun 2007:

Mengkaji riwayat medis, obat-obatan, dan alergi.

Monitor Vital Sign

Melakukan pemeriksaan fisik

Mengobservasi dan mendokumentasi karakteristik urine klien.

Mengumpulkan spesimen urin segar untuk urinalisis.

Memantau input dan output cairan.

Mengevaluasi hasil tes laboratorium (BUN, creatinin, serum electrolytes)


Memberikan dorongan semangat pada klien untuk mengikuti prosedur pengobatan. Karena

pada kasus kronis, pengobatan bertambah lama dan memakan banyak biaya yang dapat

membuat pasien berkecil hati.

H. Pencegahan
Untuk membantu perawatan infeksi ginjal, berikut beberapa hal yang harus dilakukan:
a. minumlah banyak air (sekitar 2,5 liter ) untuk membantu pengosongan kandung kemih serta
kontaminasi urin.
b. Perhatikan makanan (diet) supaya tidak terbentuk batu ginjal
c. banyak istirahat di tempat tidur
d. terapi antibiotika
Untuk mencegah terkena infeksi ginjal adalah dengan memastikan tidak pernah mengalami
infeksi saluran kemih, antara lain dengan memperhatikan cara membersihkan setelah buang
air besar, terutama pada wanita. Senantiasa membersihkan dari depan ke belakang, jangan
dari belakang ke depan. Hal tersebut untuk mencegah kontaminasi bakteri dari feses sewaktu
buang air besar agar tidak masuk melalui vagina dan menyerang uretra. Pada waktu
pemasangan kateter harus diperhatikan kebersihan dan kesterilan alat agar tidak terjadi
infeksi.
Tumbuhan obat atau herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan infeksi ginjal
mempunyai khasiat sebagai antiradang, antiinfeksi, menurunkan panas, dan diuretik (peluruh
kemih). Tumbuhan obat yang dapat digunakan, antara lain :
Kumis kucing (Ortthosiphon aristatus)
Meniran (Phyllanthus urinaria)
Sambiloto (Andrographis paniculata)
Pegagan (Centella asiatica)
Daun Sendok (Plantago major)
Akar alang-alang (Imperata cyllindrica)
Rambut Jagung (Zea mays)
Krokot (Portulaca oleracea)
Jombang (Taraxacum mongolicum)
Rumput mutiara(Hedyotys corymbosa)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PYLONEFRITIS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Anak wanita dan wanita dewasa mempunyai insidens infeksi saluran kemih yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pria.
2. Riwayat penyakit
a. Keluhan utama : Nyeri punggung bawah dan disuria
b. Riwayat penyakit sekarang : Masuknya bakteri kekandung kemih sehingga menyebabkan
infeksi
c. Riwayat penyakit dahulu : Mungkin px pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya
d. Riwayat penyakit keluarga : ISK bukanlah penyakit keturunan
3. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : Kurangnya pengetahuan kx tentang pencegahan
b. Pola instirahat dan tidur : Istirahat dan tidur kx mengalami gangguan karena gelisah dan
nyeri.
c. Pola eminasi : Kx cenderung mengalami disuria dan sering kencing
d. Pola aktivitas : Akativitas kx mengalami gangguan karena rasa nyeri yang kadang datang
4. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital
TD : normal / meningkat
Nadi : normal / meningkat
Respirasi : normal / meningkat
Temperatur : meningkat
b. Data focus
Inpeksi : Rrekuensi miksi b (+), lemah dan lesu, urin keruh
Palpasi : Suhu tubuh meningkat
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada ginjal.


b. Hipertermi berhubungan dengan respon imunologi terhadap infeksi.
c. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) yang
berhubungan dengan infeksi pada ginjal.
d. Nyeri yang berhubungan dengan infeksi pada ginjal.
e. Kecemasan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode
pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.
f. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya sumber informasi.
C. INTERVENSI

Diagnosa Keperawatan : Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada ginjal

Tujuan : tidak terjadi infeksi pada ginjal

Kreteria hasil : klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi, tanda-tanda vital normal.

Intervensi Rasional

Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan Tanda vital menandakan adanya

lapor jika suhu diatas 38,50 C perubahan di dalam tubuh

Catat karakteristik urine Untuk mengetahui/mengidentifikasi

indikasi kemajuan atau penyimpangan

dari hasil yang diharapkan.

Anjurkan pasien untuk minum 2 3 liter Untuk mencegah stasis urine

jika tidak ada kontra indikasi

Monitor pemeriksaan ulang urine kultur Mengetahui seberapa jauh efek

dan sensivitas untuk menentukan respon pengobatan terhadap keadaan

terapi penderita.

Anjurkan pasien untuk mengosongkan Untuk mencegah adanya distensi

kandung kemih secara komplit setiap kandung kemih

kali kemih.

Berikan perawatan perineal, pertahankan Untuk menjaga kebersihan dan

agar tetap bersih dan kering. menghindari bakteri yang membuat

infeksi uretra

Diagnosa Keperawatan : Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan

atau nokturia) yang berhubungan dengan infeksi pada ginjal.

Tujuan : Pola eliminasi baik

Kreteria Hasil : Pola eliminasi klien membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih

(urgensi, oliguri, disuria)


Intervensi Rasional

Ukur dan catat urine setiap kali berkemih Untuk mengetahui adanya perubahan

warna dan untuk mengetahui input/out

put

Anjurkan untuk berkemih setiap 2 3 Untuk mencegah terjadinya

jam penumpukan urine dalam vesika

urinaria.

Palpasi kandung kemih tiap 4 jam Untuk mengetahui adanya distensi

kandung kemih.

Bantu klien ke kamar kecil, memakai Untuk memudahkan klien di dalam

pispot/urinal berkemih.

Bantu klien mendapatkan posisi Supaya klien tidak sukar untuk

berkemih yang nyaman berkemih.

Dorong meningkatkan pemasukan cairan peningkatan hidrasi membilas bakteri.

Observasi perubahan status mental:, akumulasi sisa uremik dan

perilaku atau tingkat kesadaran ketidakseimbangan elektrolit dapat

menjadi toksik pada susunan saraf

pusat

Kolaborasi: Awasi- pemeriksaan Asam urin menghalangi tumbuhnya

laboratorium; elektrolit, BUN, kuman. Peningkatan masukan sari buah

kreatininRasional: pengawasan terhadap dapt berpengaruh dalm pengobatan

disfungsi ginjal Lakukan tindakan untuk infeksi saluran kemih.

memelihara asam urin:- tingkatkan

masukan sari buah berri dan berikan

obat-obat untuk meningkatkan asam

urin

Diagnosa Keperawatan : Nyeri yang berhubungan dengan infeksi pada ginjal

Tujuan : nyeri pada ginjal berkurang

Kreteria hasil : Tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi panggul
Intervensi Rasional

Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang Rasa sakit yang hebat menandakan

memperberat atau meringankan nyeri adanya infeksi

Berikan waktu istirahat yang cukup dan Klien dapat istirahat dengan tenang dan

tingkat aktivitas yang dapat di toleran. dapat merilekskan otot-otot

Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika Untuk membantu klien dalam berkemih

tidak ada kontra indikasi

Berikan obat analgetik sesuai dengan Analgetik memblok lintasan nyeri

program terapi

Pantau haluaran urine terhadap untuk mengidentifikasi indikasi

perubahan warna, baud an pola kemajuan atau penyimpangan dari hasil

berkemih, masukan dan haluaran setiap yang diharapkan

8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang

Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1- membantu mengevaluasi tempat

10) penyebaran nyeri obstruksi dan penyebab nyeri

Berikan tindakan nyaman, seprti pijatan meningkatkan relaksasi, menurunkan

punggung, lingkungan istirahat tegangan otot.

Bantu atau dorong penggunaan nafas membantu mengarahkan kembali

berfokus relaksasi perhatian dan untuk relaksasi otot.

Berikan perawatan perineal untuk mencegah kontaminasi uretra

Kolaborasi: Konsul dokter bila Temuan- temuan ini dapat memeberi

sebelumnya kuning gading-urine tanda kerusakan jaringan lanjut dan

kuning, jingga gelap, berkabut atau perlu pemeriksaan luas

keruh. Pla berkemih berubah, sring

berkemih dengan jumlah sedikit,

perasaan ingin kencing, menetes setelah

berkemih. Nyeri menetap atau

bertambah sakit

Diagnosa Keperawatan : Hipertermi berhubungan dengan respon imunologi terhadap

infeksi

Tujuan : tidak terjadi hipertermi

Kreteria hasil : suhu tubuh klien normal.

Intervensi Rasional

Pantau suhu tubuh klien Tanda vital dapat menandakan adanya

perubahan di dalam tubuh.

Pantau suhu lingkungan Suhu ruangan dan jumlah selimut harus

diubah untuk mempertahankan suhu

mendekati normal

Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk Mengurangi demam dengan aksi

pemberian antipiretik sentralnya pada hipotalamus

Diagnosa Keperawatan : Kecemasan yang berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.

tujuan : Kecemasan berkurang

Kreteria Hasil : Klien mengatakan rasa cemasnya berkurang

Intervensi Rasional

Kaji tingkat kecemasan Untuk mengetahui berat ringannya

kecemasan klien

Beri kesempatan klien untuk Agar klien mempunyai semangat dan

mengungkapkan perasaannya mau empati terhadap perawatan dan

pengobatan

Beri support pada klien

Beri dorongan spiritual Agar klien kembali menyerahkan

sepenuhnya kepada Tuhan YME

Beri penjelasan tentang penyakitnya Agar klien mengerti sepenuhnya

tentang penyakit yang dialaminya

Diagnosa Keperawatan : Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
Tujuan : klien mengerti mengerti mengenai pemyakitnya

Krteteria hasil : klien menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostic,

rencana pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.

Intervensi Rasional
Kaji ulang prose pemyakit dan memberikan pengetahuan dasar dimana
harapan yang akan datang pasien dapat membuat pilihan beradasarkan
informasi.
Berikan informasi tentang: sumber pengetahuan apa yang diharapkan dapat
infeksi, tindakan untuk mencegah mengurangi ansietas dan m,embantu
penyebaran, jelaskna pemberian mengembankan kepatuhan klien terhadap
antibiotic, pemeriksaan diagnostic: rencan terapetik.
tujuan, gambaran singkat, persiapan
ynag dibutuhkan sebelum
pemeriksaan, perawatan sesudah
pemeriksaan
Pastikan pasien atau orang terdekat instruksi verbal dapat dengan mudah
telah menulis perjanjian untuk dilupakan
perawatan lanjut dan instruksi
tertulis untuk perawatn sesudah
pemeriksaan
Instruksikan pasien untuk Pasien sering menghentikan obat mereka,
menggunakan obat yang diberikan, jika tanda-tanda penyakit mereda. Cairan
inum sebanyak kurang lebih menolong membilas ginjal. Asam piruvat
delapan gelas per hari khususnya dari sari buah berri membantu
sari buah berri. mempertahankan keadaan asam urin dan
mencegah pertumbuhan bakteri
Berikan kesempatan kepada pasien Untuk mendeteksi isyarat indikatif
untuk mengekspresikan perasaan kemungkinan ketidakpatuhan dan
dan masalah tentang rencana membantu mengembangkan penerimaan
pengobatan rencana terapeutik.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa,
Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.
Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.
Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI
Price,Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit:
pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah.
Edisi: 4. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi
Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.

Anda mungkin juga menyukai