Anda di halaman 1dari 22

KONSEP DASAR PATOFISIOLOGI DAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DENGAN SINDROM STEVENS-JOHNSON

Oleh :
Warih Mahardini
(202102040053)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
PENGERTIAN SINDROM
STEVENS-JOHNSON

Reaksi mukokutan akut yang ditandai dengan nekrosis


dan pengelupasan epidermis luas, disertai rasa sakit
dan dapat menyebabkan kematian. Pertama kali
ditemukan pada tahun 1922 oleh dokter anak
bernama A.M. Stevens dan F.C. Johnson setelah
mendiagnosa seorang anak dengan keterlibatan
okular dan oral akibat reaksi obat.
ETIOLOGI SINDROM
STEVENS-JOHNSON

1. Alergi obat sistemik, (presentase kejadian sekitar 70%) di antaranya


penisilin dan semi sintetiknya, streptomisin, sulfonamide,
tetrasiklin, antipiretik/analgetik (misalnya : derivatesalisil/pirazolon,
metamizol, metampiron, dan parasetamol), klorpromazin,
karbamazepin, kinin, antipirin, dan jamu.
2. Infeksi (presentase kejadian sekitar 10%) bakteri, virus, jamur,
parasit, neoplasma, pasca vaksinasi, radiasi, dan makanan.
PATOFISIOLOGI SINDROM
STEVENS-JOHNSON

Kelompok 11 Kelas 2B_Kep. Medikal Bedah II_Stikes Muh Pkj™


MANIFESTASI KLINIS SINDROM
STEVENS-JOHNSON
Trias Stevens Johnson (Hudak & Gallo, 2010. Hlm: 601) adalah :
1. Kelainan kulit berupa eritema, vesikel, dan bula yang kemudian memecah
sehingga terjadi erosi yang luas. Purpura dapat terjadi dan prognosisnya
menjadi lebih buruk. Pada keadaan berat kelainannya generalisata.
2. Kelainan selaput lendir orifisium, yang tersering ialah mukosa mulut (100%),
orifisium genitalia eksterna (50 %), lubang hidung (8%), dan anus (4%).
3. Kelainan mata (80%) yang tersering konjungtivitis kataralis. Dapat terjadi
konjungtivitis purulen, perdarahan, simblefaron, ulkus kornea, iritis dan
iridosiklitis. Selain kelainan tersebut dapat terjadi kelainan lain, misalnya
nefritis dan onikolisis.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
SINDROM STEVENS-JOHNSON

1. Biopsi kulit
2. Pemeriksaan darah lengkap.
3. Pemeriksaan elektrolit
4. Pemeriksaan bronkoskopi, esodagogastro
duodenoscopy (EGD), dan kolonoskopi.
5. Studi Pencitraan
6. Pemeriksaan histopatologi dan
immunofluoresence
TERAPI FARMAKOLOGI
SINDROM STEVENS-JOHNSON

1. Kortikosteroid Sistemik
2. Immunoglobulin Intravena (IVIg)
3. Siklosporin A
4. Agen TNF-α
TERAPI DIET SINDROM
STEVENS-JOHNSON

1. Infus dengan glukosa 5 % dan larutan Darrow.


2. Transfusi darah sebanyak 300 cc selama 2 hari berturut-turut,
dengan indikasi terapi pertama tidak ada perkembangan dalam 2-3
hari, terutama pada kasus yang disertai purpura yang luas.
3. Vitamin B kompleks, untuk memperpendek durasi penyakit. Pada
kasus dengan purpura yang luas dapat pula ditambahkan vitamin C
500 mg atau 1000 mg intravena sehari dan hemostatik dengan
tujuan untuk mengurasi permeabilitas kapiler.
4. Diet rendah garam dan tinggi protein.
PERTOLONGAN KEGAWATDARURATAN
SINDROM STEVENS-JOHNSON

1. Penghentian Obat Penyebab.


2. Menjaga Keseimbangan Cairan,
Termoregulasi, dan Nutrisi.
3. Pemberian Antibiotik.
4. Perawatan Luka.
5. Perawatan Mata dan Mulut.
PENGKAJIAN SINDROM
STEVENS-JOHNSON
1. Inspeksi kulit dan rongga mulut yang cermat harus dilakukan, dan penampilan
kulit serta luas lesi dicatat.
2. Kondisi pasien dinilai setiap hari untuk menemukan keluhan gatal, terbakar, dan
kekeringan pada mata.
3. Kaji kemampuan pasien menelan dan meminum cairan, di samping kemampuan
berbicara secara normal.
4. Tanda-tanda vital pasien dimonitor dan diberikan perhatian khusus terhadap
keberadaan serta karakter demam di samping terhadap frekuensi, kedalaman,
serta irama pernapasan dan gejala batuk.
5. Karakteristik dan jumlah sekret respiratorius dicatat.
6. Berat badan pasien dicatat setiap hari.
PENGKAJIAN SINDROM
STEVENS-JOHNSON
7. Pemeriksaan untuk menilai panas yang tinggi, takikardia, dan kelemahan serta
rasa lelah yang ekstrim sangat penting, karena tanda tersebut menunjukkan
proses nekrosis epidermis, peningkatan kebutuhan metabolik, dan kemungkinan
pelepasan jaringan mukosa gastrointestinal serta respiratorius.
8. Volume urin, berat jenis, dan warnanya harus dipantau.
9. Tempat pemasangan jarum infus diinspeksi untuk menemukan tanda-tanda
infeksi setempat.
10. Pasien dianjurkan untuk menjelaskan keluhan rasa lelah dan tingkat nyeri yang
dirasakannya.
11. Mekanisme koping dasar yang dimiliki pasien dinilai dan strategi koping yang
efektif diidentifikasi. (Smeltzer dan Suzanne, 2010).
DIAGNOSA KEPERAWATAN
SINDROM STEVENS-JOHNSON
1. Kerusakan integritas kulit, berhubungan dengan agens
farmaseutikal ditandai dengan adanya lesi pada kulit,
mukosa, dan mata.
2. Resiko infeksi, berhubungan dengan pertahanan tubuh
primer tidak adekuat.
3. Nyeri akut, berhubungan dengan agens cedera ditandai
dengan kulit yang terkelupas dan adanya lesi.
4. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh,
berhubungan dengan ketidakmampuan makan ditandai
dengan demam, sakit tenggorokan, dan adanya gangguan
pada mukosa.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
SINDROM STEVENS-JOHNSON
5. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan berupa erosi
dan pengelupasan epidermis pada kulit.
6. Gangguan citra tubuh, berhubungan dengan kondisi kulit
akibat proses penyakit ditandai dengan membenci diri
sendiri, merasa minder dengan penampilannya.
7. Harga diri rendah situasional, berhubungan dengan
gangguan citra tubuh ditandai dengan malu, menarik diri,
merasa minder dengan penampilannya, tidak mau
menerima perawatan.
INTERVENSI KEPERAWATAN
SINDROM STEVENS-JOHNSON
Kerusakan integritas kulit, berhubungan dengan agens farmaseutikal
ditandai dengan adanya lesi pada kulit, mukosa, dan mata.
1. Pantau kulit dan membran mukosa pada area yang mengalami perubahan
warna, memar, dan kerusakan.
2. Pantau adanya kekeringan dan kelembaban yang berlebihan pada kulit.
3. Oleskan salep yang sesuai dengan kulit/lesi.
4. Berikan balutan yang sesuai dengan jenis luka.
5. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang longgar.
6. Ajarkan kepada keluarga tentang tanda dan kerusakan kulit.
7. Rujuk pada ahli diet, dengan tepat.
INTERVENSI KEPERAWATAN
SINDROM STEVENS-JOHNSON
Resiko infeksi, berhubungan dengan pertahanan tubuh primer tidak adekuat.
1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernapasan dengan tepat.
2. Monitor karakteristik luka, termasuk drainase, warna, luas, dan bau.
3. Batasi jumlah pengunjung.
4. Tingkatkan intake nutrisi yang tepat.
5. Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan
ruangan klien.
6. Ajarkan klien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi dan kapan harus
melaporkannya kepada penyedia perawatan kesehatan.
7. Ajarkan klien dan keluarga mengenai bagaimana menghindari infeksi.
8. Berikan terapi antibiotik yang sesuai (kolaborasi dengan dokter).
INTERVENSI KEPERAWATAN
SINDROM STEVENS-JOHNSON
Nyeri akut, berhubungan dengan agens cedera ditandai dengan kulit
yang terkelupas dan adanya lesi.
1. Monitol vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik pertama kali.
2. Lakukan perubahan posisi dan relaksasi.
3. Tingkatkan istirahat/tidur yang cukup untuk membantu mengurangi rasa nyeri.
4. Ajarkan penggunaan teknik relaksasi nonfarmakologi sebelum atau sesudah
rasa sakit meningkat.
5. Berikan informasi yang lengkap dan akurat untuk mendukung pengetahuan
keluarga terhadap respon nyeri klien.
6. Berikan analgetik untuk mengurangi rasa nyeri (berkolaborasi dengan dokter).
INTERVENSI KEPERAWATAN
SINDROM STEVENS-JOHNSON
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan
dengan ketidakmampuan makan ditandai dengan demam, sakit
tenggorokan, dan adanya gangguan pada mukosa.
1. Monitor kalori dan intake nutrisi.
2. Lakukan atau bantu klien terkait dengan perawatan mulut sebelum makan.
3. Pastikan makanan disajikan dengan cara yang menarik dan pada suhu yang
paling cocok untuk konsumsi secara optimal.
4. Ajarkan dan dukung konsep nutrisi yang baik dengan klien dan keluarga.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan klien.
INTERVENSI KEPERAWATAN
SINDROM STEVENS-JOHNSON
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan faktor yang
mempengaruhi kebutuhan cairan berupa erosi dan pengelupasan
epidermis pada kulit.
1. Monitor masukan dan keluaran makanan/cairan.
2. Dorong keluarga untuk membantu klien makan dan minum air putih
dengan cukup.
3. Atur kemungkinan transfusi.
4. Kolaborasikan pemberian cairan via IV.
INTERVENSI KEPERAWATAN
SINDROM STEVENS-JOHNSON
Gangguan citra tubuh, berhubungan dengan kondisi kulit akibat proses
penyakit ditandai dengan membenci diri sendiri, merasa minder dengan
penampilannya.
1. Diskusikan dengan klien tentang masalah yang menyebabkan klien merasa
membenci diri sendiri.
2. Berikan terapi untuk mengatasi stress klien akibat membenci diri sendiri.
3. Libatkan keluarga untuk memberikan motivasi agar klien bisa mendapatkan
pikiran positif terhadap dirinya sendiri.
4. Ajarkan klien dan keluarga mengenai penanganan stress secara mandiri.
EVALUASI KEPERAWATAN
SINDROM STEVENS-JOHNSON

Lakukan evaluasi per tindakan dan secara


menyeluruh selama perawatan. Evaluasi di
mulai dari diagnosa yang berhubungan dengan
kebutuhan dasar sampai ke area psikososial
klien. Evaluasi yang tepat akan mempermudah
tindakan selanjutnya dan juga dapat
mengurangi penderitaan dan masalah klien
secara efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth. J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8 Volume 3. Jakarta : EGC.
Bulechek, et al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi
Keenam. Missouri : Mosby Elsevier.
Morhedd, et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi
Kelima. Missouri : Mosby Elsevier.
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta : Salemba
Medika.
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2015-
2017. Edisi 10. Jakarta : EGC.
Tim Penyusun. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius.
THANKS!

Anda mungkin juga menyukai