Sindrom Steven Jhonson merupakan kelainan kulit yang bersifat fatal dan merupakan kondisi paling
ekstrim dari eritema multiformis. Kondisi ini dipicu oleh penggunaan medikasi. Antibiotik, agens
anti kejang NSAID, dan sulfonamida adalah obat-obatan yang paling sering menimbulkan kejadian ini.
Seluruh permukaan tubuh dapat dipenuhi oleh eritema dan lepuhan (Brunner & Suddarth, 2013).
Sindrom Steven Johnson merupakan sindrom yang mengenai kulit, selaput lendir diorifisium,
dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat. Kelainan pada kulit berupa eritema,
vesikel/bula, dapat disertai purpura. (Muttaqin, 2012).
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa sindrom steven johnson yaitu suatu
sindrom yang terjadi pada kulit/integumen, dimana seluruh permukaan tubuh dipenuhi oleh eritema dan
lepuhan, yang kebanyakan diketehui disebabkan oleh respon dari pengobatan, infeksi, dan terkadang
keganasan.
Dalam dunia medis, sindrom Stevens-Johnson dapat dianggap dan disepakati sebagai bentuk ringan
dari nekrolisis epidermal toksik yang kondisi ini baru pertama kali diakui pada tahun 1922
Meskipun sindrom Stevens-Johnson kadang disebabkan oleh infeksi, tetapi penderitanya lebih sering
diakibatkan oleh alergi dan efek samping dari obat-obatan tertentu.
Berikut klasifikasi dari SSJ
a. Sindrom Steven Johnson
Apabila pengelupasan menyebar kurang dari 10% area tubuh, maka termasuk sindrom Stevens-
Johnson
b. Sindron Steven Johnson dan TEN
Jika 10-30% disebut Stevens Johnson Syndrome Toxic Epidermal Necrolysis (SJS-TEN)
c. TEN
Serta jika lebih dari 30% area tubuh, maka disebut Toxic Epidermal Necrolysis (TEN).
6. Pemeriksaan diagnostic
a. Laboratorium : Biasanya dijumpai leukositosis atau eosinofilia. Bila disangka penyebabnya infeksi
dapat dilakukan kultur darah.
b. Histopatologi : Kelainan berupa infiltrat sel mononuklear, oedema, dan esktravasasi sel darah merah.
Degenerasi lapisan basalis. Nekrosis sel epidermal dan spongiosis dan edema intrasel di epidermis.
c. Imunologi : Dijumpai deposis IgM dan C3 di pembuluh darah dermal superficial serta terdapat
komplek imun yang mengandung IgG, IgM, IgA.
7. Penatalaksanaan
Penanganan secara cepat bertujuan untuk mengontro keseimbangan dan elektrolit, mencegah sepsis, dan
mencegah komplikasi pada mata. Focus penanganan adalah pemberian asuhan yang suportif diantaranya
:
1. Semua pengobatan yang tidak penting dihentikan dengan segera
2. Operasi debridement untuk mengangkat kulit yang rusak
3. Pemberian cairan intravena untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Penggantian cairan diberikan melalui NGT dan oral secepat mungkin
5. Pemberian immunoglobin melalui intravena untuk mempercepat kondisi dan penyembuhan kulit
6. Pemberian antibiotic
7. Perawatan topikal
d. Riwayat Kesehatan
riwayat alergi, reaksi alergi terhadap makanan, obat serta zat kimia, masalah kulit sebelumnya dan
riwayat kanker kulit.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
ada atau tidak anggota keluarga yang mengalami riwayat penyakit alergi
f. Data Fokus
1. Data Subjektif
Gatal-gatal pada kulit, sulit menelan, pandanganya kabur, aktivitas menurun.
2. Data Objektif
Kemerah-merahan, memegangi tenggorokan, gelisah, tampak lemas dalam aktivitas
g. Data penunjang
3. Laboratorium : leukositosis atau esosinefilia
4. Histopatologi : infiltrat sel mononuklear, oedema dan ekstravasasi sel darah merah, degenerasi
lapisan basalis, nekrosis sel epidermal, spongiosis dan edema intrasel di epidermis.
5. Imunologi : deposis IgM dan C3 serta terdapat komplek imun yang mengandung IgG,
IgM, IgA.
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencedara fisiologis
b. Gangguan integritas kulit/ jaringan b.d perubahan hormonal
c. Risiko deficit nutrisi d.d ketidakmampuan menelan makanan
d. ansietas b.d ancaman terhadap konsep diri
3. Intervensi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa
jauh diagnosis tindakan keperawatan, rencana tindakan dan implementasinya yang sudah berhasil.
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan
standart yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya (Efendy Ferry, 2009)
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tjokroprawiro Askandar.2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya: Airlangga Univesity Press
https://www.academia.edu/36756426/ASUHAN_KEPERAWATAN_SINDROM