Anda di halaman 1dari 19

OSTEOARTRITIS

DISUSUN OLEH :
HERY STYWAN
INTAN PERMATA HATI
ROSIANA S.A
BAMBANG PRIHATIN
LINDA WIJAYA
METRI RIALITA
DANIATY
MAMAN SETIAWAN
ASTRI ARIYANTI
ELLI APIKA B. A

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES SUAKA INSAN BANJARMASIN
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Osteorathritis merupakan penyakit sendi degenerative yang berkaitan dengan
kerussakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki paling
sering terkena OA. (Sudoyo Aru dkk, 2009 dalam Nurarif dkk, 2015)
Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat
kronik, berjalan progresif lambat, dan abrasi rawan sendi dan adanya gangguan
pembentukan tulang baru pada permukaan persendian.
Osteoartritis adalah bentuk atritis yang paling umum, dengan jumlah
pasiennya sedikit melampui separuh jumlah pasien arthritis. Osteoartritis adalah
penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia lanjut. Jarang dijumpai pada
usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia diatas 60 tahun.
Osteoartritis juga dikenal dengan nama osteoartrosi, yaitu melemahnya tulang
rawan pada engsel yang dapat terjadi di engsel manapun di sekujur tubuh. Tapi
umumnya, penyakit ini terjadi pada siku tangan, lutut, pinggang dan pinggul.

2. Etiologi
Osteoartritis terjadi karena tulang rawan yang menjadi ujung dari tulang yang
bersambung dengan tulang lain menurun fungsinya. Permukaan halus tulang rawan
ini menjadi kasar dan menyebabkan iritasi. Jika tulang rawan ini sudah kasar
seluruhnya, akhirnya tulang akan bertemu tulang yang menyebabkan pangkal tulang
menjadi rusak dan gerakan pada sambungan akan menyebabkan nyeri dan ngilu.
Beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :
a. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis faktor ketuaan adalah
yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan
bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang
pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
b. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi, dan lelaki lebih sering
terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan
dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita
tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada
pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
c. Riwayat Trauma sebelumnya
Trauma pada suatu sendi yang terjadi sebelumnya, biasa
mengakibatkanmalformasi sendi yang akan meningkatkan resiko terjadinya
osteoartritis. trauma berpengaruh terhadap kartilago artikuler, ligamen ataupun
menikus yang menyebabkan biomekanika sendi menjadi abnormal dan memicu
terjadinya degenerasi prematur.
d. Pekerjaan
Osteoartritis lebih sering terjadi pada mereka yang pekerjaannnya sering
memberikan tekananan pada sendi-sendi tertentu. Jenis pekerjaan juga
mempengaruhi sendi mana yang cenderung terkena osteoartritis. sebagai contoh,
pada tukang jahit, osteoartritis lebih sering terjadi di daerah lutut, sedangkan
pada buruh bangunan sering terjadi pada daerah pinggang.
e. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata
tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban,
tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Pada
kondisi ini terjadi peningkatan beban mekanis pada tulang dan sendi.
f. Faktor Gaya hidup
Banyak penelitian telah membuktikan bahwa faktor gaya hidup mampu
mengakibatkan seseorang mengalami osteoartritis. contohnya adalah kebiasaan
buruk merokok. Merokok dapat meningkatkan kandungan karbon monoksida
dalam darah, menyebabkan jaringan kekurangan oksigen dan dapat menghambat
pembentukan tulang rawan
g. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari
seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat
dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya
perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak
perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
h. Suku.
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat
perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha
lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan Asia dari pada kaukasia.
Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang–orang Amerika asli (Indian) dari
pada orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup
maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.

3. Klasifikasi
Osteoartritis dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu, OA Primer dan OA
sekunder. OA primer disebut idiopatik, disebabkan karena adanya faktor genetik
yaitu adanya abnormalitas kolagen sehingga mudah rusak. Sedangkan OA sekunder
adalah OA yang didasari oleh kelainan seperti kelainan endokrin, trauma,
kegemukan, dan inflamasi.

4. Patofisiologi dan Pathway


Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang
dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi
mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru
pada bagian tepi sendi. Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan
kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga
diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan
dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit
sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena
adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna
vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan.
Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan
ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut. Perubahan-perubahan
degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera
sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan
menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga
menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang
pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang
menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki
kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus.
Pathway Osteoartritis

Faktor Resiko : STRESS


BIOMEKANIK
Umur, Jenis Kelamin, Riwayat
trauma, Pekerjaan, Pecahnya
Kegemukan, Gaya hidup, Polisakarida Protein
Genetik, suku. Pengeluaran
Enzim Lisosom
Degenerasi Kondrosit

Kerusakan Tulang Rawan


OA PRIMER Idiopatik

OSTEOARTRITIS Kelainan Endokrin, trauma,


OA SEKUNDER kegemukan, inflamasi

Fraktur Ligamen

Penyempitan Rongga Perubahan Perubahan Bentuk


Kelemahan dan Perasaan
Sendi Metabolisme Tulang Tubuh pada Tulang
Mudah Lelah
Rawan Sendi dan Sendi Kaki Kripitasi

Keletihan
Gangguan Citra Deformitas
Nyeri Peningkatan beban
Tubuh
sendi yang Hambatan
menanggung tubuh Mobilitas Fisik Hipertropi atau
nodulus
5. Manifestasi Klinis
a. Nyeri sendi, keluhan utama dan cenderung memiliki onset yang perlahan.
b. Hambatan gerak sendi, gangguan ini biasanya semakin berat dengan pelan-pelan
sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
c. Nyeri bertambah dengan aktifitas, membaik dengan istirahat, terasa paling nyeri
pada akhir dan seiring dengan memburuknya penyakit menjadi semakin parah,
sampai pada tahap dimana pergerakan minimal saja sudah menimbulkan rasa
nyeri dan biasa menganggu tidur
d. Kekakuan paling ringan pada pagi hari namun terjadi berulang-ulang sepanjang
hari dengan periode istirahat.
e. Krepitasi, rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit
f. Pembesaran sendi (deformitas)
g. Perubahan gaya berjalan
h. Tanda-tanda peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat
yang merata dan warna kemerahan). (Nurarif dkk, 2015)

Gambar : Perbandingan sendi sehat dengan sendi yang terkena osteoarthritis

6. Pemeriksaan Diagnostik
Terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk lebih mendukung adanya
Osteoartritis, antara lain sebagai berikut :
a. Foto polos sendi (Rontgent) menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi
sebagai penyempitan rongga sendi, destruksi tulang, pembentukan osteofit (tonjolan-
tonjolan kecil pada tulang), perubahan bentuk sendi, dan destruksi tulang.
b. Pemeriksaan cairan sendi dapat dijumpai peningkatan kekentalan cairan sendi.
c. Pemeriksaan artroskopi dapat memperlihatkan destruksi tulang rawan sebelum tampak
di foto polos.
d. Pemeriksaan Laboratorium: Osteoatritis adalah gangguan atritis lokal, sehingga tidak
ada pemeriksaan darah khusus untuk menegakkan diagnosis. Uji laboratorium
adakalanya dipakai untuk menyingkirkan bentuk-bentuk atritis lainnya. Faktor
rheumatoid bisa ditemukan dalam serum, karena factor ini meningkat secara normal paa
peningkatan usia. Laju endap darah eritrosit mungkin akan meningkat apabila ada
sinovitis yang luas.

7. Penatalaksanaan
a. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh karena
patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa
sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti
inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis,
meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
b. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik.
Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-
alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut
berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
c. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi
program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat
mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
d. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun
dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin
menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut
memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-
alat pembantu karena factor-faktor psikologis.
e. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang
belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena
biasanya pasien enggan mengutarakannya.
f. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian
panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang
diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang
masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum
pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik,
ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang
biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometrik lebih baik dari pada
isotonik karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang
timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh
karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang peran penting
terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut
adalah penting.
g. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang
nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan
adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement
sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.

8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat osteoarthritis dapat terjadi apabila penyakit ini tidak
ditangani dengan serius. Terdapat dua macam komplikasi yaitu :
a. Komplikasi akut berupa, osteonekrosis, Ruptur Baker Cyst, Bursitis.
b. Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, yang terparah ialah terjadi
kelumpuhan.
B. KONSEP MANAGEMEN ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
- Biodata meliputi ( nama, usia, jenis kelamin, suku dan kebangsaan,
pendidikan, pekerjaan dan alamat )
- Keluhan utama
Nyeri pada salah satu sendi, kekakuan
- Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat kesehatan keluarga
- Tanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit
osteoarthritis?
b. Pola Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan
Aktivitas / Istirahat
 Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress pada sendi,
kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris
limitimasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,
pekerjaan, keletihan, malaise.
 Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit : kontraktor/ kelainan pada sendi
dan otot.
c. Pola Nutrisi Metabolik
Makanan / Cairan
 Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi makanan atau
cairan adekuat, mual, anoreksia.
 Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan pada
membrane mukosa.
d. Pola Eliminasi
1) Nyeri / kenyamanan
Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan pembengkakan jaringan
lunak pada sendi). Rasa nyeri kronis dan kekakuan ( terutama pada pagi
hari ).
2) Kenyamanan
 Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus
 Lesi kulit, ulkus kaki
 Kesulitan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.
 Demam ringan menetap
 Kekeringan pada mata dan membrane mukosa
3) Pemeriksaan Diagnostik
 Reaksi aglutinasi : positif
 LED meningkat pesat
 Protein C reaktif : positif pada masa inkubasi
 SDP : meningkat pada proses inflamasi
 JDL : Menunjukan ancaman sedang
 Ig ( IgM & IgG ) peningkatan besar menunjukkan proses autoimun
 RO : menunjukkan pembengkakkan jaringan lunak, erosi sendi,
osteoporosis pada tulang yang berdekatan, formasi kista tulang,
penyempitan ruang sendi.
e. Pola Aktivitas dan Latihan
Kardiovaskuler
Fenomena Raynaud dari tangan ( misalnya pucat litermiten, sianosis kemudian
kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal ).
f. Pola Tidur dan Istirahat
Kaji perbedaan waktu tidur sebelum dan sesudah sakit dan jumlah tidur
danistirahat per hari.
g. Pola Kognitif dan Perseptual
Hygiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri, ketergantungan
pada orang lain.
h. Pola Persemsi dan Konsep Diri
Integritas Ego
 Faktor – faktor stress akut / kronis (misalnya finansial pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor – faktor hubungan).
 Keputusasaan dan ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan )
 Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi, misalnya
ketergantungan pada orang lain.
i. Pola Peran dan Hubungan Dengan Sesama ( Koping )
Interaksi Sosial
Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan peran : Isolasi.

j. Pola Reproduksi – Seksualitas


Kaji pengetahuan klien tentang hubungan penyakit dengan masalah seksualitas.
Ada atau tidaknya gangguan fungsional/ seksual karena penyakit yang diderita
(osteoarthritis). Klien mengalami perubahan atau masalah seksualitas yang
berhubungan dengan penyakit kronik yang diderita.
k. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap stress.
Adakah gangguan penyesuaian diri klien terhadap lingkungan dan situasi yang
baru berhubungan dengan penyakit.
l. Pola Sistem Nilai Kepercayaan
Apa yang menjadi tujuan hidup klien agar dapat menjadi motivasi dalam melawan
rasa dan penyakit yang diderita klien.

Analisa Data

No. Sign/ Symptom Etiologi Problem


1. DS : Perubahan metabolisme TRS
- Klien mengeluh
Matriks makromolekul TRS rusak
nyeri sendi
DO : Antibody membentuk kompleks
Imun di ruang sendi
- Ekspresi wajah
Permeabilitas/ makrovaskuler
meringis synovial meningkat
- Perilaku yang
Antigen menetap pada jaringan
bersifat hati-hati/ sendi
melindungi Destruksi Sendi

Nyeri akut/ kronik

2. DS : Destruksi sendi
- Klien mengatakan
Perubahan fungsi dan struktur
sendinya terasa kaku sendi
dan bengkak
Mengurangi aktivitas pada sendi
DO : yang terkena
- Adanya Rentang gerak terbatas
pembengkakkan Mobilitas fisik, kerusakan
pada sendi yang
terkena
- Adanya keterbatasan
pergerakan
- Penurunan kekuatan
otot
3. DS : Destruksi sendi
- Klien merasa tidak
Perubahan fungsi dan struktur
berdaya, putus asa sendi
- Klien merasa
terisolasi dari Mengurangi aktivitas pada sendi
yang terkena
lingkungan
sosialnya. Rentang gerak terbatas

DO : Ketidakseimbangan antara
mobilitas dan aktivitas
- Perubahan struktur/
fungsi dari bagian – Gangguan citra tubuh

bagian yang sakit

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan destruksi sendi ditandai dengan klien mengeluh nyeri
sendi, ekspresi wajah meringis, perilaku yang bersifat hati – hati/ melindungi.
b. Mobilitas fisik berhubungan dengan rentang gerak terbatas ditandai dengan klien
mengatakan sendi terasa kaku dan bengkak, adanya pembengkakkan pada sendi
yang terkena, adanya keterbatasan pergerakan, penurunan kekuatan otot.
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ketidaseimbangan anatara mobilitas
dan alkivitas ditandai dengan klien merasa tidak berdaya, putus asa. Klien merasa
terisolasi dari lingkungan sosialnya, perubahan struktur / fungsi dari bagian –
bagian yang sakit.
3. Intervensi

Dx 1 . Nyeri berhubungan dengan destruksi sendi ditandai


Kriteria Hasil : 1. Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol
2. Klien terlihat rileks dapat tidur/ beristirahat dan berpartisipasi
dalam aktivitas.
3. Mengikuti program terapi
4. Menggambungkan ketrampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke
dalam program control nyeri.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan 1. Membantu dalam menentukan
intensitas nyeri ( skala 0-10 ), catat faktor kebutuhan managemen nyeri dan ke
– faktor yang mempercepat dan tanda – efektifan program.
tanda rasa nyeri. 2. Matras yanglembut/ empuk, bantal
2. Berikan matras atau kasur keras, bantal yang besar akan mencegah
kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai pemeliharaan kesejajaran tubuh yang
kebutuhan. tepat, menempatkan stress pada sendi
yang sakit.
3. Biarkan pasien mengamabil posisi yang 3. Peningkatan linen tempat tidur
nyaman pada waktu tidur atau duduk di menurunkan tekanan pada sendi yang
kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur terinflamasi/ nyeri.
sesuai indikasi.
4. Dorong untuk mengambil posisi. Bantu 4. Pada penyakit berat, tirah baring
pasien untuk bergerak di tempat, sokong mungkin diperlukan untuk membatasi
sendi yang sakit di atas dan di bawah, nyeri atau cedera sendi.
hindari gerakan yang menyentak.
5. Mencegah terjadinya kelelahan umum
5. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat
dan kekakuan sendi. Menstabilkan
atau mandi pancuran pada waktu bangun.
sendi, menngurangi gerakan/ rasa sakait
Sediakan waslap hangat untuk
pada sendi.
mengompres sendi-sendi yang sakit
beberapa kali sehari. Pantau suhu air
kompres, air mandi.
6. Meningkatkan elaksasi/ mengurangi
6. Berikan obat sebelum aktivitas atau tegangan otot, memudahkan untuk ikut
latihan yang direncanakan sesuai serta dalam terapi.
petunjuk seperti asetil salisilat.

Dx 2. Mobilitas fisik berhubungan dengan rentang gerak terbatas


Kriteria Hasil : Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.
INTERVENSI RASIONAL
1. Pertahankan istirahat tirah baring / duduk 1. Untuk mencegah kelelahan dan
jika diperlukan. mempertahankan kekuatan.
2. Bantu bergerak dengan bantuan 2. Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan
seminimal mungkin. otot dan stamina umum.
3. Dorong klien mempertahankan postur 3. Memaksimalkan fungsi sendi dan
tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan. mempertahankan mobilitas.
4. Berikan lingkungan yang aman dan 4. Menghindari cedera akibat kecelakaan
menganjurkan untuk menggunakan alat seperti jatuh.
bantu.
5. Berikan obat-obatan sesuai indikasi 5. Untuk menekan inflamasi sistemik
seperti steroid. akut.

Dx 3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan


Kriteria Hasil : Klien mampu mengungkapkan peningkatan rasa percaya
kemampuan untuk menghadapai penyakit, perubahan gaya hidup
dan kemungkinan keterbatasan.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :
1. Dorong pengungkapan mengenai 1. Beri kesempatan untuk
masalah mengenai proses penyakit, mengidentifikasi rasa takut/ kesal
harapan masa depan. menghadapinya secara langsung.
2. Diskusikan arti dari kehilangan/ 2. Mengidentifikasi bagaimana penyakit
perubahan pada pasien/ orang terdekat. mempengaruhi persepsi diri dan
Memastikan bagaimana pandangan interaksi dengan orang lain akan
pribadi pasien dalam memfungsikan gaya menentukan kebutuhan terhadap
hidup sehari-hari termasuk aspek-aspek intervensi atau konseling lebih lanjut.
seksual.
3. Diskusikan persepsi pasien mengenai
bagaimana orang terdekat menerima 3. Isyarat verbal/ nonverbal orang
keterbatasan. terdekat dapat mempunyai pengaruh
mayor pada bagaimana pasien
memandang dirinya sendiri.
4. Akui dan terima perasaan berduka, 4. Nyeri melelahkan, dan perasaan
bermusuhan, ketergantungan. marah, bermusuhan umum terjadi.
5. Perhatikan perilaku menarik diri, 5. Dapat menunjukkan emosional atau
penguatan menyangkal atau terlalu metode maladaptive, membutuhkan
memperhatikan tubuh/ perubahan. intervensi lebih lanjut atau dukungan
psikologis.
6. Susun batasan pada perilaku 6. Membantu pasien mempertahankan
maladaptive. Bantu pasien untuk control diri yang dapat meningkatkan
mengidentifikasi perilaku positif yang perasaan harga diri.
dapat membantu koping.
7. Ikut serta pasien dalam merencanakan 7. Meningkatkan perasaan kompetensi/
perawatan dan membuat jadwal aktivitas. harga diri, mendorong kemandirian,
dan mendorong partisipasi dan terapi.
Kolaborasi :
1. Rujuk pada konseling psikiatri 1. Pasien/ orang terdekat mungkin
membutuhkan dukungan selama
berhadapan dengan proses jangka
panjang/ ketidakmampuan.
2. Berikan obat – obatan sesuai petunjuk
2. Mungkin dibutuhkan pada saat
munculnya depresi hebat sampai pasien
mengembangkan kemampuan koping
yang efektif.

4. Implementasi dan Evaluasi


Tanggal No. Implementasi Evaluasi
1. Dx 1 . Nyeri berhubungan S :
dengan destruksi sendi  Klien mengatakan nyeri
berkurang
 Klien mengatakan dapat
beristirahat dan melakukan
aktivitas.
 Klien mengatakan dapat
mengontrol rasa nyeri
O:
 Klien terlihat rileks dan
mampu beraktivitas tanpa
bantuan orang lain
 Skala nyeri terkontrol = 3
A:
 Masalah sudah teratasi
sebagian
P:
 Lanjutkan Intervensi
2. Dx 2. Mobilitas fisik S :
berhubungan dengan rentang  Klien mengatakan tidak
gerak terbatas sanggup berjalan
 Klien mengatakan lelah
ketika berjalan jauh
O:
 Klien tampak lemah
 Klien berjalan lambat
 Klien mau melakukan
latihan ringan
A:
 Masalah teratasi sebagian
P:
 Lanjutkan Intervensi

3. Dx 3. Gangguan citra tubuh S :


berhubungan dengan  Klien mengatakan merasa
ketidakseimbangan terisolasi dari lingkungan
 Klien mengatakan putus
asa karena sakit yang di
alami
O:
 Klien tampak menutup
diri
 Klien tidak mampu
melakukan aktivitas
A:
 Masalah belum teratasi
P:
 Lanjutkan Intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc, Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction.
Bulecheck,G. N & Doctherman, J. M. (2008). Nursing Intervensions Classification (NIC),
Fifth Edition. St. Louis : Mosby – Year Book

Herdman, T. H. (2011). Diagnosa Keperawatan: Defenisi dan Klasifikasi 2012 – 2014


(NANDA). Jakarta : EGC ( terjemahan Sumarwati, dkk, 2011)

Merriam-Webster’s Medical Dictionary. (2006). USA.

Paramita. (2011). Nursing : Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta : PT. Indeks

Price, S.A & Wilson, L. M. (2013). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – proses Penyakit.
Edisi 6, Volume 2. Jakarta: EGC

Smeltzer, S. C, & Bare, B. G,. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Volume 2, Edisi 8. Jakarta: EGC
Stein, J. H,. (2001). “Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam,”Edisi 3. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai