Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GERONTIK

DENGAN OSTEOATHRITIS

OLEH :
HANAPI
NIM : 202207007

UNIVERSITAS ICHSAN SATYA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022/2023
1

A. Konsep Teori Penyakit


1. Pendahuluan
Osteoarthritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis
(sekalipun terdapat inflamasi ) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan
dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne,
2002 hal 1087).
Osteoarthritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab keganjilan yang
menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit
ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di
atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin memperlihatkan adanya perbedaan
frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).
Sedangkan berdasarkan Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995) osteoarthritis
merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi yang sanggup
digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dengan citra patologis yang karakteristik
berupa buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang gres pada sub
kondrial dan tepi-tepi tulang yang membentuk sendi, sebagai hasil simpulan terjadi
perubahan biokimia, metabolisme, fisiologis dan patologis secara serentak pada
jaringan hialin rawan, jaringan subkondrial dan jaringan tulang yang membentuk
persendian.( R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi ,1999)

2. Definisi
Osteoarthritis atau osteoartritis (OA) adalah jenis arthritis atau radang sendi yang
paling sering terjadi. Orang awam seringkali menyebut penyakit ini dengan nama
pengapuran sendi.
Osteoarthritis adalah peradangan pada sendi yang diakibatkan oleh kerusakan
tulang rawan, yaitu bantalan halus yang melindungi bagian ujung tulang. Kondisi ini
kemudian dapat menimbulkan rasa nyeri atau sakit dan kekakuan pada persendian.
Ostheoarthritis adalah penyakit yang bisa menyerang sendi di bagian tubuh mana
pun. Namun, osteoarthritis atau pengapuran sendi lebih sering terjadi pada tangan atau
jari tangan, lutut, pinggul, serta tulang punggung. Penyakit ini pun umumnya
berkembang secara bertahap dan semakin memburuk seiring waktu.
Osteoarthritis adalah penyakit yang umum terjadi. Penyakit ini pun dikenal
sebagai penyakit degeneratif atau arthritis yang terkait usia karena cenderung muncul
seiring dengan pertambahan usia seseorang. Oleh karena itu, osteoartritis umumnya
ditemukan pada lansia atau di atas usia 50 tahun. Namun, pengapuran sendi ini juga
2

bisa terjadi pada usia berapapun. Osteoarthritis dapat terjadi pada pria maupun wanita.
Namun, penyakit ini lebih sering ditemukan pada wanita pascamenopause.

3. Klasifikasi
Osteoarthritis diklasifikasikan menjadi :
1. Tipe primer ( idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang bekerjasama
dengan osteoartritis
2. Tipe sekunder menyerupai akhir trauma, infeksi dan pernah fraktur. (Long, C
Barbara, 1996 hal 336).

4. Manifestasi Klinis
a. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan citra primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang
melaksanakan sesuatu kegiatan fisik.
b. Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 – 30 menit dan timbul sesudah istirahat atau ketika
memulai kegiatan fisik.
c. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan PH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang
sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua
ini akan menimbulkan rasa nyeri.
d. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan sesudah melaksanakan kegiatan usai dan akan
berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan
3

penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya
berlokasi pada sendi yang terkena tetapi sanggup menjalar, contohnya pada
osteoartritis coxae nyeri sanggup di rasakan di lutut, bokong sebelah lateral, dan
tungkai atas. Nyeri sanggup timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum
sanggup diketahui penyebabnya.
e. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan lantaran pengumpulan cairan
dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
f. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
g. Gangguan Fungsi
Timbul akhir Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.

5. Etiologi / Penyebab
Beberapa penyebab dan faktor predisposisi ialah sebagai berikut:
a. Umur
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur
dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk
pigmen yang berwarna kuning.
b. Pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis sanggup merusak rawan sendi
melalui dua prosedur yaitu pengikisan dan proses degenerasi lantaran materi yang
harus dikandungnya.
c. Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan,
sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis menimbulkan
seseorang menjadi tidak aktif dan sanggup menambah kegemukan.
d. Trauma
Kegiatan fisik yang sanggup mengakibatkan osteoartritis ialah stress berat yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.
e. Keturunan
Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya ditemukan
pada laki-laki yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis, sedangkan wanita,
hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.
f. Akibat penyakit radang sendi lain
4

Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi


peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran
sinovial dan sel-sel radang.
g. Joint Mallignment
Pada akromegali lantaran efek hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan
membalik dan mengakibatkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga
mempercepat proses degenerasi.
h. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang
berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan
sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan
mengakibatkan produksi proteaglikan menurun.
i. Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat sanggup
mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal
monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.

6. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang, dan
progresif lambat, yang seperti merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami
kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang gres pada serpihan
tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang
merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress
biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom mengakibatkan dipecahnya
polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga
menimbulkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena ialah sendi
yang harus menanggung berat badan, menyerupai panggul lutut dan kolumna
vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan menimbulkan terbatasnya gerakan. Hal
ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan
ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut.
Perubahan-perubahan degeneratif yang menimbulkan lantaran peristiwa-peristiwa
tertentu contohnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit
peradangan sendi lainnya akan mengakibatkan stress berat pada kartilago yang bersifat
intrinsik dan ekstrinsik sehingga mengakibatkan fraktur ada ligamen atau adanya
5

perubahan metabolisme sendi yang pada alhasil menimbulkan tulang rawan mengalami
abrasi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang
mengakibatkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus.
( Soeparman ,1995).

Clinical Path Way

Proses Penuaan Trauma


- Intrinsik
- Ekstrinsik

Pemecahan
Kondrosit Perubahan
komponen sendi:
- Kolagen Perubahan
- Progteogtika metabolism sendi

Proses penyakit si
degenaratif yang - Jaringan sub
panjang kondrial

MK: Pengeluaran
Kerusakan enzim lisosom
Penatalaksaan
lingkungan Perubahan
fungsi sendi
Krusakan matrik
- Kurang kartilago
kemampuan
mengingat Deformitas sendi
- Kesalahan
Penebalan tulang
interpretasi
sendi
MK: kerusakan
mobilitas fisik
Penyempitan
MK: Kurang rongga sendi
Pengetahuan Kontraktur
Hipertrofi

- Penurunan
kekuatan
MK: Gangguan Distensi
- Nyeri
Citra Tubuh Cairan

MK : Kurang
perawatan diri MK:Nyeri akut
6

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Untuk OA tidak ada investigasi laboratorium yang diagnostik, tetapi pemeriksan
laboratorium yang spesifik sanggup membantu mengetahui penyakit yang
mendasari pada OA sekunder.
b. Dengan uji serologik dengan pendeteksian di dalam cairan sinovium dan/ serum
adanya makromolekul (mis, glikosaminoglikan) yang dilepas oleh tulang rawan /
tulang yang mengalami degenerasi.
c. Sinar-X. Gambar sinar X pada engsel akan memperlihatkan perubahan yang terjadi
pada tulang menyerupai pecahnya tulang rawan.
d. Tes darah. Tes darah akan membantu memberi informasi untuk menilik rematik.
e. Analisa cairan engsel. Dokter akan mengambil pola sampel cairan pada engsel
untuk kemudian diketahui apakah nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh encok atau
infeksi.
f. Artroskopi. Artroskopi ialah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalan engsel
tulang. Dokter akan mengamati ketidaknormalan yang terjadi.
g. Foto Rontgent memperlihatkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai
penyempitan rongga sendi

8. Stadium penyakit osteoarthritis


Osteoarthritis adalah penyakit yang berkembang secara perlahan dan semakin
memburuk seiring waktu. Perkembangan penyakit ini kemudian digambarkan melalui
stadium. Namun, tidak seperti penyakit lainnya, gambaran stadium osteoarthritis tidak
hanya merujuk pada hasil tes atau pemeriksaan yang dilakukan. Sebab, beberapa orang
yang menderita osteoarthrtis berat mungkin hanya menunjukkan perubahan ringan pada
pemeriksaan sinar-X atau rontgennya. Oleh karena itu, stadium osteoarthritis, termasuk
lutut, umumnya berkonsentrasi pada gejala yang timbul, tidak hanya pada hasil tes
yang dijalani. Berikut penjelasan mengenai stadium osteoarthritis:
 Stadium 0. Stadium 0 disebut juga dengan kondisi normal atau sendi yang masih
sehat dan tidak menunjukkan adanya kerusakan.
 Stadium 1. Stadium ini ditandai dengan kerusakan minor pada sendi dan adanya
pertumbuhan taji tulang di ujung sendi. Penderitanya pun umumnya tidak
mengalami rasa nyeri atau ketidaknyamanan pada sendi.
 Stadium 2. Stadium ini ditandai dengan taji tulang yang lebih besar, meski ruang di
antara tulang tampak normal. Pada tahap ini, umumnya seseorang sudah mulai
mengalami gejala nyeri sendi.
7

 Stadium 3. Pada tahap ini sudah jelas terlihat adanya kerusakan pada tulang rawan
dan ruang antara tulang terlihat menyempit. Rasa nyeri umumnya semakin terasa,
terutama saat berlari, berjalan, berlutut, atau membungkuk.
 Stadium 4. Pada tahap ini, ruang antar tulang sangat berkurang dan tulang rawan
semakin hilang. Kondisi ini menyebabkan peradangan kronis dan rasa nyeri yang
semakin besar.

9. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Sampai kini belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh
lantaran patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk
mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan.
Obat-obat anti inflamasinon steroid (OAINS) bekerja sebagai analgetik dan
sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak sanggup memperbaiki atau
menghentikan proses patologis osteoartritis.
 Analgesic yang dapatdipakai ialah asetaminofen takaran 2,6-4,9 g/hari atau
profoksifen HCL. Asam salisilat juga cukup efektif namun perhatikan imbas
samping pada saluran cerna dan ginjal
 Jika tidak berpengaruh, atau tidak sanggup peradangan maka OAINS,
menyerupai fenofrofin, piroksikam,ibuprofen sanggup digunakan. Dosis untuk
osteoarthritis biasanya ½-1/3 takaran penuh untuk arthritis rematoid. Karena
pemakaian biasanya untuk jangka panjang, imbas samping utama
adalahganggauan mukosa lambung dan gangguan faal ginjal.
 Injeksi cortisone. Dokter akan menyuntikkan cortocosteroid pada engsel yang
mempu mengurangi nyeri/ngilu
 Suplementasi-visco. Tindakan ini berupa injeksi turunan asam hyluronik yang
akan mengurangi nyeri pada pangkal tulang. Tindakan ini hanya dilakukan
jikalau osteoarhtritis pada lutut.
b. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat lantaran prosedur tubuh yang kurang
baik. Perlu dihindari kegiatan yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian
tongkat, alat-alat listrik yang sanggup memperingan kerja sendi juga perlu
diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan lantaran kakai yang tertekuk (pronatio).
c. Diet
8

Diet untuk menurunkan berat tubuh pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi
acara utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat tubuh seringkali sanggup
mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
d. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diharapkan pasien osteoartritis oleh lantaran sifatnya yang
menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin
menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain ia ingin orang lain turut
memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk
menggunakan alat-alat pembantu lantaran faktor-faktor psikologis.
e. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi
pemakaian panas dan cuek dan acara latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang
sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada
sendi yang masih aktif sebaiknya diberi cuek dan obat-obat gosok jangan
digunakan sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas sanggup digunakan
menyerupai Hidrokolator, alas elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan
mandi dari pancuran panas. Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak
sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis.
Latihan isometrik lebih baik dari pada isotonik lantaran mengurangi tegangan pada
sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh
timbul lantaran berkurangnya beban ke sendi oleh lantaran kontraksi otot. Oleh
lantaran otot-otot periartikular memegang kiprah penting terhadap proteksi rawan
senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut ialah penting.
f. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi
yang konkret dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang
dilakukan ialah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian,
debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan
osteofit.
 Penggantian engsel (artroplasti). Engsel yang rusak akan diangkat dan diganti
dengan alat yang terbuat dari plastik atau metal yang disebut prostesis.
 Pembersihan sambungan (debridemen). Dokter bedah tulang akan mengangkat
serpihan tulang rawan yang rusak dan mengganggu pergerakan yang
mengakibatkan nyeri ketika tulang bergerak.
9

 Penataan tulang. Opsi ini diambil untuk osteoatritis pada anak dan remaja.
Penataan dilakukan biar sambungan/engsel tidak mendapatkan beban ketika
bergerak.
g. Terapi konservatif
Terapi konservatif meliputi penggunaan kompres hangat, penurunan berat badan,
upaya untuk menhistirahatkan sendi serta menghindari penggunaan sendi yang
berlebihan pemakaian alat-alat ortotail. Untuk menyangga sendi yang mengalami
inflamasi ( bidai penopang) dan latihan isometric serta postural. Terapi
okupasioanl dan fisioterapi sanggup membantu pasien untuk mengadopsi taktik
penangan mandiri.
h. Perawatan di rumah
Perubahan gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu mengatasi
osteoarthritis adalah sebagai berikut:
 Tetap aktif dan rutin berolahraga ringan untuk memperkuat otot di sekitar
sendi dan sendi lebih fleksibel, seperti berjalan kaki, bersepeda, atau berenang.
 Hindari makanan yang menjadi pantangan untuk osteoarthritis.
 Jaga berat badan ideal.
 Kompres air hangat dan dingin. Air hangat utamanya dilakukan untuk
mengendurkan otot dan meredakan nyeri, sedangkan air dingin dapat
meredakan nyeri otot setelah berolahraga.
 Gunakan alat bantu, seperti penopang atau tongkat untuk mengurangi beban
lutut saat bergerak.

10. Komplikasi Osteoarthritis


Osteoarthritis yang tidak mendapatkan penanganan dapat menyebabkan nyeri dan rasa
tidak nyaman. Kondisi ini dapat menyebabkan pendeitanya mengalami beberapa
komplikasi, seperti:
 Gangguan tidur.
 Gangguan kecemasan.
 Depresi.
 Osteonecrosis atau avascular necrosis (kematian jaringan tulang).
 Infeksi pada sendi.
 Saraf terjepit di tulang belakang.
10

11. Pencegahan
Osteoarthritis adalah penyakit yang sulit dicegah. Namun, dapat mengurangi risiko
terkena kondisi ini dengan menghindari cedera atau trauma serta menjalani gaya hidup
sehat. Berikut beberapa cara yang dapat lakukan untuk membantu mencegah
osteoarthritis:
 Lakukan olahraga yang baik untuk kesehatan sendi, seperti berenang, bersepeda,
atau jalan cepat, selama 150 menit setiap minggu, dan diselingi dengan latihan
kekuatan selama 2 hari dalam seminggu. Hindari olahraga yang membebani sendi,
seperti lari dan latihan angkat beban.
 Pertahankan postur tubuh yang baik dan menghindari posisi yang sama terlalu
lama. Bila bekerja di meja, sebaiknya sesekali bergerak dan atur posisi duduk yang
nyaman.
 Jaga berat badan tetap ideal.

A. Konsep Asuhan Keperawatan


Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat
 Nyeri sendi lantaran gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress pada sendi,
kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris limitimasi
fungsional yang kuat pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan,
malaise.
 Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan pada sendi dan otot.
2. Kardiovaskuler
 Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis kemudian
kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
3. Integritas Ego
 Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan, ketidakmampuan,
faktor-faktor hubungan.
 Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
 Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi, contohnya ketergantungan
pada orang lain.
4. Makanan / Cairan
 Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi makanan atau cairan
adekuat mual, anoreksia.
11

 Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan pada membran


mukosa.
5. Hygiene
 Berbagai kesulitan untuk melaksanakan kegiatan perawatan diri, ketergantungan
pada orang lain.
6. Neurosensori
 Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi
7. Nyeri/kenyamanan
 Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan pembengkakan jaringan lunak
pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pagi hari).
8. Keamanan
 Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus
 Lesi kulit, ulkas kaki
 Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
 Demam ringan menetap
 Kekeringan pada mata dan membran mukosa
9. Interaksi Sosial
 Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan peran: isolasi.
10. Penyuluhan/Pembelajaran
 Riwayat rematik pada keluarga
 Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan penyakit tanpa pengujian
 Riwayat perikarditis, lesi tepi katup. Fibrosis pulmonal, pkeuritis.
11. Pemeriksaan Diagnostik
 Reaksi aglutinasi: positif
 LED meningkat pesat
 protein C reaktif : positif pada masa inkubasi.
 SDP: meningkat pada proses inflamasi
 JDL: Menunjukkan bahaya sedang
 Ig (Igm & Ig G) peningkatan besar memperlihatkan proses autoimun
 RO: memperlihatkan pembengkakan jaringan lunak, abrasi sendi, osteoporosis
pada tulang yang berdekatan, deretan kista tulang, penyempitan ruang sendi.
12

12. Pengkajian Instrument Geriatric


a. Fungsional Bartel
Tabel 2.2
Fungsional bartel

No Jenis ADL Kategori Skor

1 Makan (Feeding) 0 = tidak ada 2


1 = perlu bantuan
untuk memotong dll 2
= mandiri

2 Mandi (Bathting) 0 = tergantung 1


orang lain
1 = mandiri

3 Perawatan diri 0 = perlu bantuan 1

(Grooming) 1 = mandiri
4 Berpakaian 0 = tergantung 2

(Dressing) 1 = sebagian
dibantu 13

2 = mandiri
5 Buang air kecil 0 = tidak bisa 2
(Bowel) mengontrol (perlu
dikateter dan tidak
dapat mengatur)
1 = BAK kadang-
kadang (sekali/24jam)
2 = terkontrol penuh

(lebih dari 7 hari)

6 Buang air besar 0 = inkontinensia 1


(Bladder) (perlu enema)
1 = kadang
inkontinensia (sekali
seminggu)
2 = terkontrol penuh

7 Penggunaan 0 = tergantung
toilet bantuan orang lain
1 = perlu bantuan

tetapi dapat
14
melakukan sesuatu 2
sendiri
2 = mandiri

8 Berpindah (Tidur 0 = tidak dapat 3


atau duduk)
1 = butuh bantuan(2
orang)
2 = dapat duduk
dengan sedikit
3 = mandiri

9 Mobilitas 0 = tidak 3
bergerak/tidak mampu
1 = mandiri dengan
kursi
2 = berjalan dengan

bantuan 3 = mandiri

10 Naik turun tangga 0 = tidak mampu 1 1


= perlu bantuan
2 = mandiri

Interpretasi Hasil :
20 : Mandiri
15

12 - 19 : Ketergantungan Ringan
9 – 11 : Ketergantungan Sedang
5 – 8 : Ketergantungan Berat
0 – 4 : Ketergantungan
b. Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
Tabel 2.3

Short Portable Mental Status Questionnaire


Benar Salah No Pertanyaan

1 Tanggal berapa hari ini?

2 Hari apa sekarang?

3 Apa nama tempat ini?

4 Dimana alamat anda?

5 Berapa alamat anda

6 Kapan anda lahir?

7 Siapa presiden Indonesia?

8 Siapa presiden Indonesia

sebelumnya?
9 Siapa nama ibu anda

10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap


pengurangan 3 dari setiap angka
baru, semua secara
menuru
16

Interpretasi:

0 – 2 : Fungsi intelektual utuh

3 – 4 : Fungsi intelektual kerusakan ringan


5 – 6 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
7 – 8 : Fungsi intelektual kerusakan berat

c. Mini mental state exam (MMSE)


Tabel 2.4

Mini mental state exam


Apek Nilai Nilai
No Kriteria
Kongnitif Mak Klien
1 Oriemtasi 5 Menyebutkan
dengan benar
a. Tahun

b. Musim

c. Tanggal

d. Hari

e. Bulan
2 Orientasi 5 Dimana sekarang
Registrasi kita
3 berada?
Negara
17

Provinsi
Kabupaten
Sebutkan 3
nama objek

(kursi, meja,
kertas) kemudian
ditanyakan
kepada klien,
menjawab
a. Kursi

b. Meja

c. Kertas

3 Perhatian 5 Meminta klien


dan berhitung mulai
Kalkulasi dari 100,
kemudian
dikurangi 7
sampai 5
tingkat a. 100,
93, .., ..., ...
18

4 Mengingat 3 Meminta klien


untuk
menyebutkan
objek pada poin
2.
a. Kursi

b. Meja

c. Kertas

5 Bahasa 9 Menanyakan
kepada klien
tentang benda
(sambil
menunjuk benda
tersebut)
a. Jendela
b. Jam
dinding
Meminta klien
untuk
mengulangi
kata berikut
19

“tak ada jika,


dan, atau,tetapi”
Klien menjawab
-,dan, atau,
tetapi
Minta klien
untuk mengikuti
perintah berikut
yang
terdiri dari 3
langkah
Ambil ballpoint
di tangan
anda, ambil
kertas, menulis
saya mau tidur
a. Ambil bolpen

b. Ambil kertas
20

c. –
Perintahkan klien
untuk halberiku
(bilaaktivitas
sesuaiperintah
nilai 1point)
“tutupmata anda”
a. Klien
menutup
mata
Perintahkan
pada klien
untuk
menulis
atau
kalimat dan
menyalin
gambar

Total 30

Skor:

Nilai 24 – 30 : Normal

Nilai 17 – 23 : Probable gangguan kognitif


21

Nilai 0 – 16 : Defisit gangguan kognitif

d. Pengkajian risiko jatuh

Tabel 2.5
Pengkajian resiko jatuh

No Resiko Skala Hasil

1 Gangguan gaya berjalan (diseret, 4

menghentak, berayun)
2 Pusing atau pingsan pada posisi 3

tegak
3 Kebingungan setiap saat 3
(contoh:pasien yang mengalami
demensia)

4 Nokturia/Inkontinen 3

5 Kebingungan intermiten (contoh 2


pasien yang
mengalamidelirium/Acute
confusional state)

6 Kebingungan intermiten (contoh 2


pasien yang
mengalamidelirium/Acute
confusional state)

7 Obat-obat berisiko tinggi (diuretic, 2


22

narkotik, sedative,
antipsikotik,laksatif, vasodilator,
antiaritmia, antihipertensi, obat
hipoglikemik,antidepresan,
neuroleptic, NSAID)

8 Riwayat jatuh dalam 12 bulan 2


terakhir

9 Osteoporosis 1

10 Gangguan pendengaran dan/atau 1


penglihatan

11 Usia 70 tahun ke atas 1

Jumlah

Tingkat risiko

Risiko rendah bila skor 1 – 3 : Lakukan intervensi risiko


rendah

Risiko tinggi bila skor ≥ 4 : Lakukan intervensu risiko


tinggi.
23

1) Pengkajian depresi
Pilihlah jawaban yang paling tepat untuk menggambarkan
perasaan Anda selama dua minggu terakhir.

Tabel2.6
Pengkajian skala depresi

No Pertanyaan Ya Tidak Skor

1 Apakah anda pada Ya Tidak


dasarnya puas dengan
kehidupan anda?

2 Apakah anda sudah Ya Tidak


meninggalkan banyak
kegiatan dan minat
/kesenangan anda

3 Apakah anda merasa Ya Tidak

kehidupan anda hampa?


4 Apakah anda sering Ya Tidak

merasa bosan?
5 Apakah anda mempunyai Ya Tidak
semangat baik setiap
saat?

6 Apakah anda takut Ya Tidak


24

sesuatu yang buruk akan


terjadi pada anda?

7 Apakah anda merasabahagia ya Tidak


pada sebagian
besar hidup anda?

8 Apakah anda sering Ya Tidak


merasa tidak berdaya?

9 Apakah anda lebih senang Ya Tidak


tinggal di rumah daripada
pergi ke luar dan
mengerjakan sesuatu hal
yang baru?

10 Apakah anda merasa Ya Tidak


mempunyai banyak masalah
dengan daya ingat anda
dibandingkan
kebanyakan orang?

11 Apakah anda pikir hidup ya Tidak


Anda sekarang ini
menyenangkan?

12 Apakah anda merasa tidak Ya Tidak


25

berharga seperti perasaan

anda saat kini?


13 Apakah anda merasa Ya Tidak

penuh semangat?
14 Apakah anda merasa Ya Tidak
bahwa keadaan anda tidakada
harapan?

15 Apakah anda pikir bahwa Ya Tidak


orang lain lebih baik
keadaannya dari anda?

Total Skor
26

B. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan


Diagnosa Keperawatan. 1
Nyeri akut/kronis bekerjasama dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses
inflamasi, distruksi sendi.
Hasil yang diharapkan/Kriteria evaluasi:
 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Tanda vital dalam rentang normal
Intervensi:
Pain Management
 Lakukan pengkajian nyeri
 Bantu klien dengan terapi fisik secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas danfaktor presipitasi
 Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
 Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
 Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Pilih dan lakukanpenanganan nyeri (farmakologi, nonfarmakologi dan inter personal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukanintervensi
 Ajarkan tentang tekniknon farmakologi
 Berikan analgetik untukmengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifankontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidakberhasil
 Monitor penerimaanpasien tentang manajemen nyeri
 Analgesic Administration
 Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, danderajat nyeri sebelumpemberian obat
 Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
27

 Pilih analgesik yangdiperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari
satu
 Tentukan analgesikpilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
 Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dangejala (efek samping)

Diagnosa Keperawatan. 2
Kerusakan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Deformitas skeletal, Nyeri,
ketidaknyamanan, Penurunan kekuatan otot.
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi
 Klien meningkat dalam aktivitas fisik
 Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
 Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah
 Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker)
 Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/pembatasan kontraktor
 Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari kompensasi serpihan
tubuh
 Mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melaksanakan aktivitas.
Intervensi:
 Monitoring vital signsebelm/sesudah latihandan lihat respon pasiensaat Latihan
 Kaji kemampuan pasiendalam mobilisasi
 Latih pasien dalampemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
 Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi danbantu penuhi kebutuhan ADLs ps.
 Berikan alat Bantu jika klien memerlukan
 Bantu klien melakukan latihan ROM
 Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi danberikan bantuan jika diperlukan
 Berikan lingkungan yang aman, contohnya menaikkan kursi/kloset, menggunakan
pegangan tinggi dan kolam dan toilet, penggunaan alat bantu mobilitas/kursi roda
penyelamat
28

Diagnosa Keperawatan. 3
Gangguan Citra Tubuh/Perubahan Penampilan Peran bekerjasama dengan Perubahan
kemampuan melaksanakan tugas-tugas umum, Peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi:
 Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi
penyakit, perubahan pada gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan.
 Menyusun tujuan atau planning realistis untuk masa mendatang.
Intervensi:
 Dorong klien mengungkapkan mengenai duduk masalah wacana proses penyakit, impian
masa depan.
 Diskusikan dari arti kehilangan/perubahan pada seseorang. Memastikan bagaimana
pandangan pribadi klien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari termasuk aspek-aspek
secual
 Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan
 Perhatikan sikap menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan
tubuh/perubahan.
 Susun batasan pada sikap maladaptif, bantu klien untuk mengidentifikasi sikap positif yang
sanggup membantu koping.
 Bantu kebutuhan perawatan yang diharapkan klien.
 Ikutsertakan klien dalam merencanakan dan menciptakan acara aktivitas.

Diagnosa Keperawatan. 4
Kurang Perawatan Diri bekerjasama dengan Kerusakan Auskuloskeletal: Penurunan
Kekuatan, Daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, Depresi.
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi:
 Melaksanakan kegiatan perawatan diri pada tingkat yang konsisten pada kemampuan klien.
 Klien terbebas dari bau badan
 Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs
 Dapat melakukan ADLS dengan bantuan
29

Intervensi:
Self Care assistance : ADLs
 Monitor kemampuanklien untuk perawatan diri yang mandiri.
 Monitor kebutuhan klienuntuk alat-alat bantuuntuk kebersihan diri, berpakaian, berhias,
toileting dan makan.
 Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuhuntuk melakukan self- care.
 Dorong klien untukmelakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan
yangdimiliki.
 Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidakmampu
melakukannya.Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan. .

Diagnosa Keperawatan. 5
Resiko Tinggi terhadap Kerusakan Penatalaksanaan Lingkungan bekerjasama dengan
Proses penyakit degeneratif jangka panjang, Sistem pendukung tidak adekuat.
Hasil yang Diharapkan/Kriteria Evaluasi :
 Mempertahankan keamanan lingkungan yang meningkatkan perkembangan.
 Mendemonstrasikan penggunaan sumber-sumber yang efektif dan tepat.
Intervensi:
 Kaji tingkat fungsi fisik
 Evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan untuk diri sendiri.
 Tentukan sumber-sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan situasi individual.
 Identifikasi untuk peralatan yang diharapkan misal alat bantu mobilisasi.

Diagnosa Keperawatan. 6
Kurang Pengetahuan (Kebutuhan Belajar) Mengenai Penyakit, Prognosis dan Kebutuhan
Perawatan dan Pengobatan bekerjasama dengan Kurangnya pemahaman/mengingat
kesalahan interpretasi informasi.
Hasil yang diharapkan/Kriteria Evaluasi:
 Menunjukkan pemahaman wacana kondisi/pragnosis dan perawatan.
 Mengembangkan planning untuk perawatan diri termasuk modifikasi gaya hidup yang
konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.
30

Intervensi :
 Tinjau proses penyakit, prognosis dan impian masa depan
 Diskusikan kebiasaan pasien dalam melaksanakan proses sakit melalui diet, obat-obatan dan
acara diet seimbang, latihan dan istirahat.
 Bantu dalam merencanakan acara kegiatan terintegrasi yang realistis, istirahat, perawatan
diri, derma obat-obatan, terapi fisik, dan administrasi stress.
 Tekankan pentingnya melanjutkan administrasi farmakologi terapi.
 Identifikasi imbas samping obat.
 Diskusikan teknik menghemat energi.
 Berikan informasi wacana alat bantu contohnya tongkat, daerah duduk, dan palang
keamanan.
 Dorong klien untuk mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada ketika istirahat
maupun pada ketika melaksanakan aktivitas.
 Diskusikan pentingnya investigasi lanjutan contohnya LED, kadar salisilat, PT.
 Beri konseling sesuai dengan prioritas kebutuhan klien.
31

Anda mungkin juga menyukai