2. Epidemiologi
Prevalensi OA cukup tinggi. Diseluruh dunia kecendrungan penderita
wanita lebih tinggi dibandingkan pria, diperkirakan 9,6% pria dan 18% wanita
berumur 60 th atau lebih menderita OA. Insidens atau kasus baru OA
meningkat dengan bertambahnya usia, 80% pasien berusia lebih dari 75 tahun
memiliki bukti radiologis adanya OA. Presentasi ini akan dapat terus
meningkat akibat pola hidup tidak sehat, obesitas dan bertambahnya usia
harapan hidup. Pada masa yang akan datang tantangan terhadap OA akan lebih
Penyebab pasti belum diketahui secara pasti, akan tetapi ada beberapa faktor
resiko timbulnya osteoarthritis antara lain:
a. Umur
Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya
umur (>50 thn) karena penurunan jumlah kolagen dan penurunan kondrotin
sulfat (substansi dasar tulang rawan) serta terjadi fibrosis tulang rawan.
Osteoartritis hampir tidak pernah pada anak-anak, jarang pada umur < 40
thn.
b. Jenis kelamin
Wanita sering terkena osteoarthritis lutut dan sendi, lelaki lebih sering
terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Sering ditemukan
pada wanita pasca menopause (osteoarthritis primer) dan Osteoartritis
sekunder lebih sering pada pria.
c. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoarthritis. misalnya
pada ibu menderita OA sendi interfalang distal, anak perempuannya
mempunyai kecenderungan terkena OA 2-3 kali lebih sering.
d. Ras
Lebih sering ditemukan pada orang Asia, khususnya Cina, Eropa dan
Amerika daripada kulit hitam. Hal ini mungkin berkaitan dengan
perbedaan pada frekuensi kelainan congenital dan pertumbuhan.
e. Faktor metabolic/endokrin
Klien hipertensi dan diabetes lebih rentan terhadap osteoarthritis. Faktor
kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan dan
meningkatkan resiko OA.
f. Faktor mekanis dan kelainan geometri sendi
sendi, pekerjaan dan olah raga yang menggunakan sendi berlebihan dan
gangguan kongruensi sendi akan meningkatkan OA.
6. Patofisiologi
pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi. Proses degenerasi ini
disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur penting
rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik
tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida
protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga
mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena
adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan
kolumna vertebralis. Sendi interfalang distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya
gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau
diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi
tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena
peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas
PATHWAY :
Membrane Kerusakan
sinovial tulan rawan
Deformitas
Pembengkakan
sendi
sendi
Perubahan bentuk
Fibrosis kapsul, tubuh pd tulang & sendi
osteosit, ireguleritas permukaan sendi
Gangguan
citra tubuh
Perubahan
status
Kurang
pengetahuan
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik
1) Hambatan gerak
Perubahan ini seringkali sudah ada meskipun pada OA yang masih dini
(secara radiologis). Biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya
penyakit, sampai sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontraktur.
Hambatan gerak dapat konsentris (seluruh arah gerakan) maupun
aksentris (salah satu arah gerakan saja).
2) Krepitasi
Gejala ini lebih berarti untuk pemeriksaan klinis OA lutut. Pada
awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau
remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Dengan bertambah
b. Pemeriksaan penunjang
- LED meningkat
8. Penatalaksanaan OA
1. Tindakan preventif
• Pencegahan cedera
9. Komplikasi dari OA
• Osteonekrosis
Merupakan suatu kelainan akibat dari kehilangan suplai darah pada tulang
yang terjadi secara sementara atau permanen. Darah membawa nutrisi
yang penting dan oksigen ke tulang. Tanpa darah, jaringan tulang akan
mati dan pada akhirnya tulang akan hancur. Osteonekrosis juga dikenal
dengan nama avascular necrosis, aseptic necrosis dan ischemia necrosis.
poplitea. Kista poplitea merupakan distensi cairan dari bursa antara tendon
gastrocnemius dan semi membraneus melalui komunikan dengan sendi
lutut disebut juga bursa gastrocnemio semi membranous.
• Bursitis
Adalah peradangan pada bursa yang disertai nyeri. Bursa adalah kantong
datar yang mengandung cairan synovial yang memudahkan pergerakan
normal dari beberapa sendi pada otot dan mengurangi gesekan. Dalam
keadaan normal, bursa mengandung sangat sedikit cairan, tetapi jika
terluka, bursa akan meradang dan terisi oleh cairan.
1) Pengkajian fisik
a) Identitas
b) Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri pada persendian, bengkak, dan terasa kaku.
c) Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan sakit pada persendian, bengak, dan terasa
kaku.
d) Pola fungsi Gordon
➢ Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya, saat klien sakit tindakan
yang dilakukan klien untuk menunjang kesehatannya.
➢ Nutrisi/metabolic
Kaji makanan yang dikonsumsi oleh klien, porsi sehari, jenis makanan,
dan volume minuman perhari, makanan kesukaan.
➢ Pola eliminasi
Kaji frekuensi BAB dan BAK, ada nyeri atau tidak saat BAB/BAK dan
warna
b. Fungsional klien
1) Indeks Barthel yang dimodifikasi
Penilaian didasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam meningkatkan
aktivitas fungsional. Penilaian meliputi makan, berpindah tempat,
kebersihan diri, aktivitas di toilet, mandi, berjalan di jalan datar, naik turun
1 Makan 5 10
2 Minum 5 10
6 Mandi 5 15
9 Menggunakan pakaian 5 10
Total skor
Cara penilaian:
< 60 : ketergantungan penuh/total
65-105 : ketergantungan sebagian
110 : mandiri
2) Indeks Katz
Pengkajian menggunakan indeks kemandirian katz untuk aktivitas
kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau
bergantung dari klien dalam hal: makan, kontinen (BAB/BAK), berpindah,
ke kamar mandi, mandi dan berpakaian. Indeks Katz adalah pemeriksaan
disimpulkan dengan system penilaian yang didasarkan pada tingkat
bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas fungsionalnya. Salah
satukeuntungan dari alat ini adalah kemampuan untuk mengukur
perubahan fungsi aktivitas dan latihan setiap waktu, yang diakhiri evaluasi
dan aktivitas rehabilitasi. Pengukuran pada kondisi ini meliputi:
Termasuk kategori manakah klien?
4 Alamat anda?
5 Berapa umur anda?
Jumlah
Interpretasi hasil :
2. Diagnosa keperawatan
3. Perencanaan
Analgesic Administration
□ Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
□ Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
□ Cek riwayat alergi
□ Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
□ Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
□ Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
aMketinvgitearstiftiusijk
uan dari
peningkatan mobilitas pemenuhan kebutuhan
Memverbalisasikan ADLs secara mandiri
perasaan dalam sesuai kemampuan
meningkatkan kekuatan □ Dampingi dan Bantu
dan kemampuan pasien saat mobilisasi
berpindah dan bantu penuhi
Memperagakan kebutuhan ADLs ps.
penggunaan alat □ Berikan alat Bantu jika
Bantu untuk klien memerlukan
mobilisasi (walker) □ Bantu klien melakukan
latihan ROM
□ Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
3 Defisit perawatan Setelah diberikan asuhan Self Care assistance : ADLs
diri b/d keperawatan selama 3x24 jam, □ Monitor
klien mampu merawat diri dengan kemampuan klien
kelemahan,
untuk perawatan diri
kerusakan persepsi kriteria hasil :
yang mandiri.
dan kognitif □ Monitor kebutuhan
Klien terbebas
klien untuk alat-alat
dari bau badan bantu untuk kebersihan
Menyatakan
diri, berpakaian,
kenyamanan terhadap
berhias, toileting dan
kemampuan untuk
makan.
melakukan ADLs
□ Sediakan bantuan
Dapat
sampai klien mampu
melakukan ADLS dengan
secara utuh untuk
bantuan
melakukan self-care.
□ Dorong klien untuk
melakukan aktivitas
sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan
yang dimiliki.
□ Dorong untuk
melakukan secara
mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien
tidak mampu
melakukannya.
□ Berikan aktivitas
rutin sehari- hari sesuai
kemampuan.
.
4. Resiko jatuh b/d Setelah diberikan asuhan Environmental
keperawatan selama 3x24 jam, Managemen
penurunan fungsi t safety
diharapkan klien tidak/terhindar
sendi, keterbatasan □ Sediakan lingkungan
dari resiko jatuh dengan kriteria:
yang aman untuk pasien
ketahanan fisik □ Identifikasi kebutuhan
• Klien terbebas dari cedera keamanan pasien, sesuai
• Klien mampu menjelaskan dengan kondisi fisik
faktor resiko dari dan fungsi kognitif
lingkungan/perilaku pasien
dan riwayat penyakit
personal terdahulu pasien
• Mampu memodifikasi □ Menghindarkan
gaya hidup untuk lingkungan yang
mencegah injuri berbahaya (misalnya
memindahkan
pMeeramba
□ side rail
ostang)
tempat tidur
□ Menyediakan tempat
tidur yang nyaman dan
bersih
□ Menempatkan saklar
lampu ditempat yang
mudah dijangkau
pasien.
□ Memberikan
penerangan yang cukup
□ Mengontrol lingkungan
dari kebisingan
□ Memindahkan barang-
barang yang dapat
membahayakan
□ Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga
atau pengunjung
adanya
perubahan status
kesehatan dan penyebab
penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo B & Martono Hadi (1999), Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut,
Jakarta, Balai Penerbit FK Universitas Indonesia.
Soeparman (1995), Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Kedua, Jakarta, Balai Penerbit
FKUI.