Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

“Osteoarthritis”

Dosen Pengampu : Ns. Mohammad Ali Hamid, M.Kes

Disusun Oleh :

1. Hilliya Adzillatun Aziza (2011011081)


2. Sirajul Munir (2011011092)
3. Yurega Tri Adista Prahardini (2011011097)
4. Zakia Az-Zahra (2011011100)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan sebuah makalah
yang berjudul “Osteoarthritis” dengan baik dan lancar.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Oleh itu
kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari dari segala hal tersebut,kami sadar bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu,
kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca supaya
kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata,kami berharap semoga dengan
adanya penulisan makalah ini bisa memberikan manfaat untuk pembaca.

Jember, 5 Oktober 2022


Penulis

ii
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Konsep Dasar Medis


1.1.1. Definisi
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang
berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut, dan
pergelangan kaki paling sering terkena OA. (Soeroso,2009)
OA merupakan penyakit sendi degenerative dimana keseluruhan
struktur dari sendi mengalami perubahan patologis, yang ditandai dengan
kerusakan tulang rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya ketebalan
serta sclerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi,
meregangnya kapsul sendi, timbulnya peradangan dan melemahnya otot-otot
yang menghubungkan sendi. OA lebih sering mengenai lutut dibandingkan
dengan lokasi sendi lainnya. Usia rata-rata saat diagnosa OA lutut adalah
berusia 50 tahun. Insidensi OA meningkat berdasarkan usia dan merupakan
penyebab utama kecacatan pada kalangan lansia.
1.1.2. Etiologi
Etiologi dari Osteoarthritis masih belum diketahui secara pasti, namun
faktor dari biomekanik dan biokimia merupakan faktor penting dalam proses
terjadinya Osteoarthritis. Faktor biomekanik yaitu kegagalan dalam
mekanisme protektif, antara lain kapsul sendi, ligamen, otot-otot persendian,
serabut aferen, dan tulang-tulang. Kerusakan sendi terjadi multifaktorial,
terjadi akibat terganggunya faktor-faktor protektif tersebut. Osteoarthritis
juga terjadi akibat komplikasi dari penyakit lain seperti gout, rheumatoid
arthritis, dan sebagainya.
Menurut (Haidari,2011) Osteoarthritis memiliki etiologi multifaktoral,
yang terjadi karena interaksi antara faktor sistemik dan lokal. Usia, jenis
kelamin perempuan, berat badan dan obesitas, cedera lutut, penggunaan
sendi berulang, kepadatan tulang, kelemahan otot, dan kelemahan sendi
memainkan peran dalam pengembangan osteoarthritis sendi.

1
1.1.3. Patofisiologi dan Pathway
 Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak
meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses
penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai
dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi. Proses
degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang
merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali
oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan
dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling
kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang
paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan,
seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan
proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan
terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang
dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang
digunakannya sendi tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yang
mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi
infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya
akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan
ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya
perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang
rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi
penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi,
deformitas, adanya hipertropi atau nodulus. ( Soeparman ,1995)

2
 Pathway

Proses Trauma
penuaan
- Instrinsik
- ekstrinsik

Proses penyakit Perubahan


dengeratif komponen sendi
Perubahan
MK : Kerusakan - Kolagen metabolisme
penatalaksanaan - Prokteogtikasi sendi
lingkungan - Jaringan sub
kondrial
- Kurang kemampuan
mengingat Pemecahan
- Kesalahan interpretasi kondrosit

MK : Kurang Pengeluaran
pengetahuan enzim lisosom

Kerusakan
matrik kartilago

Perubahan
Penebalan fungsi sendi
tulang sendi

Penyempitan Hipertrofi
rongga sendi kontraktur Deformitas
sendi

Distensi
- Penurunan MK :
MK : cairan
kekuatan gangguan
- nyeri citra tubuh
Kerusakan
Mobilitas
MK : Nyeri
fisik
akut
MK : Kurang
Perawatan diri

3
1.1.4. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik dari osteoarthritis biasanya terjadi secara perlahan
lahan. Awalnya persendian terasa nyeri kemudian nyeri tersebut akan
menjadi menetap,kemudian diikuti dengan kekakuan sendi terutama saat
pagi hari atau pada posisi tertentu pada waktu yang lama (subagjo, 2000).
Seperti pada penyakit reumatik umumnya diagnosis tidak dapat
didasarkan pada satu jenis pemeriksaan saja. Biasanya dilakukan
pemeriksaan reumatologi ringkas berdasarkan prinsip GALS (gait,
arms,legs,spine) dengan memperhatikan gejala dan tanda sebagai berikut (
Moskoitz, 2001):
a. Nyeri sendi
Nyeri sendi pada OA merupakan nyeri dalam yang terlokalisir, nyeri ini
akan semakin bertambah jika ada pergerakan sendi yang terserang dan
sedikit berkurang dengan istirahat. Nyeri ini dapat menjalar
(Radikulopati) misalnya pada osteoarthritis servikal dan lumbal.
b. Kaku pada pagi hari
Terjadinya kekakuan pada sendi setelah imobilisasi misalnya karena
duduk atau mengendarai kendaraan dalam waktu yang cukup
lama,bahkan sering disebutkan kaku muncul pada pagi hari setelah
bangun tidur.
c. Hambatan pergerakan sendi
Hambatan pergerakan sendi bersifat progresif lambat,bertambah berat
secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi.
d. Krepitasi
Rasa gemeretak (sering kali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi
yang sakit.
e. Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthtritis biasanya mengalami perubahan
bentuk dan penyempitan pada celah sendi. Perubahan ini dapat timbul
karena adanya kontraktur sendi yang lama, perubahan permukaan
sendi,berbagai kecacatan dan gaya berjalan dan perubahan pada tulang
serta permukaan sendi. Sering kali pada lutut atau tangan mengalami
perubahan bentuk membesar secara perlahan.

4
1.1.5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi
Dalam mediagnosa OA tidak hanya berpacu pada gambaran klinis saja,
namun juga perlu ditegakkan dengan gambaran radiologis. Maka disini
perawat perlu melakukan pemeriksaan radiologi terhadap pasien OA
sehingga nantinya menghasilkan gambaran radiologis sendi yang
menyongkong diagnosis OA.
Gambaran radiologis sendi yang menyokong diagnosis OA, ialah:
- Penyempitan celah sendi seringkali asimetris (lebih berat pada daerah
yang menanggung beban)
- Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral
- Kista tulang
- Osteofit pada pinggir sendi
- Perubahan struktur anatomi sendi

Berdasarkan perubahan-perubahan radiologis diatas, secara radiografi


OA dapat digradasi menjadi ringan sampai berat; yaitu menurut Kellgren
dan Lawrence. Harus diingat bahwa pada awal penyakit, seringkali
radiografi sendi masih normal. (Milne dkk, 2007).
b. Pemeriksaan Laboratorium
Peran perawat berkontribusi dalam Pemeriksaan laboratorium yang
nantinya dapat membantu perawat dalam mengidentifikasi penyebab
pokok pada OA sekunder. Darah tepi (hemoglobin, leukosit, laju endap
darah) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan arthritis peradangan. Pemeriksaan imunologi (ANA, faktor
rhematoid dan komplemen) juga normal. Pada OA yang disertai
peradangan, mungkin didapatkan penurunan viskositas, pleositosis ringan
sampai sedang, peningkatan ringan sel peradangan (<8000/m) dan
peningkatan protein. (Soeroso, 2009).
1.1.6. Penatalaksanaan Medis
a. Medikamentosa
Hingga saat ini belum diketahui mengenai obat yang spesifik untuk
penyakit osteoarthritis. Dikarenakan patogenesisnya yang belum diketahui
5
secara jelas, maka obat yang diberikan hanya bertujuan untuk mengurangi
rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan.
Obat-obat anti inflamasinon steroid (OAINS) bekerja sebagai analgetik
dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau
menghentikan proses patologis osteoartritis.
- Analgesic yang dapat dipakai adalah asetaminofen dosis 2,6-4,9 g/hari
atau profoksifen HCL. Asam salisilat juga cukup efektif namun
perhatikan efek samping pada saluran cerna dan ginjal.
- Jika tidak berpengaruh, atau tidak dapat peradangan maka OAINS
seperti fenofrofin, piroksikam,ibuprofen dapat digunakan. Dosis untuk
osteoarthritis biasanya ½-1/3 dosis penuh untuk arthritis rematoid
- Injeksi cortisone. Dokter akan menyuntikkan cortocosteroid pada
engsel yang mempu mengurangi nyeri/ngilu.
- Suplementasi-visco. Tindakan ini berupa injeksi turunan asam
hyluronik yang akan mengurangi nyeri pada pangkal tulang
b. Perlindungan sendi atau pencegahan cedera sendi
Osteoarthritis dapat timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh
yang kurang baik. Oleh karena itu, perlu dihindari aktivitas berlebihan
pada sendi yang sakit. Seperti penggunaan tongkat, alat-alat listrik yang
dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan.
c. Penurunan berat badan atau Diet
Pada pasien dengan osteoarthritis dengan kondisi tubuh yang gemuk
memiliki program utama pengobatan osteoarthritis seperti diet untuk
menurunkan berat badan, karena dengan berat badan yang menurun
dapat mengurangi timbulnya keluhan ataupun peradangan
d. Fisioterapi
Fisioterapi dalam penatalaksanaan osteoarthritis meliputi meliputi
pemakaian panas serta dingin dan program latihan yang tepat. Pemakaian
panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri
dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan
obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber
panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic,
inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas. Program

6
latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot
yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis.
Latihan isometrik lebih baik dari pada isotonik karena mengurangi
tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada
tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh
karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang
peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka
penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
e. Terapi konservatif
Mencakup penggunaan kompres hangat, penurunan berat badan,
upaya untuk menhistirahatkan sendi serta menghindari penggunaan sendi
yang berlebihan pemakaian alat-alat ortotail. Untuk menyangga sendi
yang mengalami inflamasi ( bidai penopang) dan latihan isometric serta
postural.
Irigasi tidal (pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen
artroscopik,
1.2. Konsep Dasar Keperawatan
1.2.1. Pengkajian
Sumber data pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan
osteoartritis meliputi:
a. Identitas Pasien
Dalam pengkajian identitas pasien, perawat perlu mengetahui data diri
pasien seperti nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, pekerjaan atau
pendidikan, status, dan wali sebagai penanggung jawab.
b. Riwayat Kesehatan.
Dalam pengkajian riwayat kesehatan, perawat perlu mengidentifikasi
adanya :
- Aktivitas/istirahat
Gejala : nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk
dengan stress pada sendi, kekakuan sendi pada pagi hari.
Tanda : malaise, keterbatasan ruang gerak, atrofi otot, kulit kontraktur
atau kelainan pada sendi dan otot.
- Kardiovaskular

7
- Gejala : fenomena Raynaud jari tangan/kaki, missal pucat intermitten,
sianotik kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali
normal.

- Integritas ego
Gejala : factor-faktor stress akut/kronis missal finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, factor-faktor hubungan social, keputusasaan dan
ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas
diri missal ketergantungan pada orang lain, dan perubahan bentuk
anggota tubuh.
c. Pemeriksaan fisik :
- Lakukan penekanan pada tulang punggung terdapat nyeri tekan atau
nyeri pergerakan
- Periksa mobilitas pasien
- Amati posisi pasien yang nampak membungkuk
d. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosis keperawatan untuk klien
osteoartritis sebagai berikut :
- Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan proses penyakit.
- Gangguan konsep diri : perubahan citra tubuh dan harga diri yang
berhubungan dengan proses penyakit.
- Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
- Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulang
osteoartritis.
e. Rencana Asuhan Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan diagnosis yang
ditemukan, meliputi:
1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan proses penyakit
Intervensi:
- Gunakan matras dengan tempat tidur papan untuk membantu
memperbaiki posisi tulang belakang
- Bantu pasien menggunakan alat bantu walker atau tongkat

8
- Bantu dan anjarkan latihan ROM setiap 4 jam untuk meningkatkan
fungsi persendian dan mencegah kontraktur
- Anjurkan menggunakan brace punggung atau korset, pasien perlu
dilatih menggunakannya dan jelas tujuannya
- Kolaborasi dalam pemberian analgetik, ekstrogen, kalsium, dan
vitamin D
2. Gangguan konsep diri : perubahan citra tubuh dan harga diri yang
berhubungan dengan proses penyakit Intervensi:
- Bantu pasien mengekspresikan perasaan dan dengarkan dengan
penuh perhatian. Perhatian sungguh-sungguh dapat meyakinkan
pasien bahwa perawat bersedia membantu mengatasi masalahnya dan
akan tercipta hubungan yang harmonis sehingga timbul koordinasi
- Klasifikasi jika terjadi kesalahpahaman tentang proses penyakit dan
pengobatan yang telah diberikan. Klasifikasi ini dapat meningkatkan
koordinasi pasien selama perawatan
- Bantu pasien mengidentifikasi pengalaman masa lalu yang
menimbulkan kesuksesan atau kebanggan saat itu. Ini dapat
membantu upaya mengenal diri kembali
- Identifikasi bersama pasien tentang alternative pemecahan masalah
yang positif. Hal ini akan mengembalikan rasa percaya diri
3. Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot Intervensi:
- Anjurkan istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang atau miring
- Atur posisi lutut fleksi, meningkatkan rasa nyaman dengan
merelaksasi otot
- Kompres hangat intermiten dan pijat pungung dapat memperbaiki
otot
- Anjurkan posisi tubuh yang baik dan ajarkan mekanika tubuh
- Gunakan korset atau brace punggung, saat pasien turun dari tempat
tidur
- Kolaborasi dalam pemberian analgesik untuk mengurangi rasa nyeri
4. Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulang
osteoartritis. Intervensi:
- Anjurkan untuk melakukan aktivitas fisik untuk memperkuat otot,
mencegah atrofi, dan memperlambat demineralisasi tulang progresif

9
- Latihan isometrik dapat digunakan untuk memperkuat otot batang
tubuh
- Anjurkan pasien untuk berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan
postur tubuh yang baik
- Hindari aktivitas membungkuk mendadak, melengok, dan
mengangkat beban lama
- Lakukan aktivitas di luar ruangan dan dibawah sinar matahari untuk
memperbaiki kemampuan tubuh menghasilkan vitamin D
f. Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan :
1. Aktivitas dan mobilitas fisik terpenuhi:
a) Melakukan ROM secara teratur
b) Menggunakan alat bantu saat aktivitas
c) Menggunakan brace / korset saat aktivitas
2. Koping pasien positif:
a) Mengekspresikan perasaan
b) Memilih alternatif pemecah masalah
c) Meningkatkan komunikasi
3. Mendapatkan peredaan nyeri
a) Mengalami redanya nyeri saat beristirahat
b) Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktivitas kehidupan
sehari-hari
c) Menunjukkan berkurangnya nyeri tekan pada tempat fraktur
4. Tidak mengalami fraktur baru
a) Mempertahankan postur yang bagus
b) Mempegunakan mekanika tubuh yang baik
c) Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D.
d) Rajin menjalankan latihan pembedahan berat badan (berjalan-jalan
setiap hari)
e) Istirahat dengan berbaring beberapa kali sehari
f) Berpartisipasi dalam aktivitas di luar rumah
g) Menciptakan lingkungan rumah yang aman
h) Menerima bantuan dan supervisi sesuai kebutuhan.
g. Dokumentasi

10
Dokumentasi adalah bagian integral proses. Dokumentasi keperawatan
mencangkup penyajian, identifikasi masalah, perencanaan, tindakan.
Dokumentasi keperawatan dicatat 30 dengan cara yang sistematis ,
komprehensif, akurat, dan terus menerus (Nursalam,2008)

11
BAB 2

TINJAUAN KASUS

2.1. Pengkajian

Tanggal Pemeriksaan Pasien : 16 Desember 2015


Tanggal Pelaksanaan PBL : 17 Desember 2015
a. Identitas Pasien

Nama : IAS
Umur : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Bali
Agama : Hindu
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Tukad Citarum Gg K no.3 Panjer
b. Keluhan Utama
Nyeri pada lutut
c. Riwayat Kesehatan
- Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke poliklinik penyakit dalam bagian reumatologi RSUP
Sanglah dengan keluhan nyeri pada lutut kanan dan kiri. Keluhan ini
dirasakan sejak kurang lebih 5 tahun yang lalu. Awalnya dikatakan keluhan
muncul saat pasien banyak berjalan, namun semakin lama semakin
memberat dan pasien sekarang merasakannya saat berubah posisi dari
jongkok ke berdiri dan sebaliknya. Keluhan ini dikatakan hilang timbul,
membaik dengan istirahat dan pemberian obat. Keluhan memberat dengan
aktivitas fisik yang berlebihan
- Riwayat Pengobatan
Pasien berobat di RSUP Sanglah sejak 5 tahun yang lalu, selama ini
diberikan pengobatan berupa Parasetamol dan fisioterapi untuk mengurangi
keluhan.

12
- Riwayat KesehatanDahulu
Pasien menopause sejak 6 tahun yang lalu. Riwayat hipertensi, diabetes
melitus, asma dan penyakit sistemik lainnya disangkal oleh pasien.
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami keluhan yang sama.
Riwayat hipertensi, diabetes melitus, asma dan penyakit sistemik lainnya
disangkal oleh pasien.
d. Riwayat Sosial
Pasien adalah seorang pensiunan PNS dari departemen keuangan yang
pensiun 4 tahun yang lalu. Pasien tinggal di sebuah rumah pribadi bersama
dengan anak pertama dan mertuanya. Sejak dulu pasien aktif menari bali,
serta membimbing anak-anak menari bali.
e. Pemeriksaan Fisik
- Status Present
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran :Compos Mentis
GCS : E4V5M6
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit reguler
Respirasi : 16 x/menit
Temperatur : 36 ºC
BB / TB : 50 kg / 160 cm
BMI : 19,53 kg/m2
Satus Gizi : Cukup
VAS : 0/10
- Status General
Mata : anemis (-/-), ikterus (-/-), refleks pupil (+/+) isokor, edema
palpebra (-/-) 20
THT : dalam batas normal, pendarahan gusi (-), epistaksis (-)
Leher : pembesaran kelenjar limfe (-)
Thoraks : simetris
Cor: Inspeksi: iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak teraba

13
Perkusi : batas atas jantung ICS II, batas kanan jantung parasternal line
dekstra, batas kiri jantung midclavicular line sinistra ICS V
Auskultasi : S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Pulmo:Inspeksi: Simetris saat statis & dinamis, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus N|N
N|N
N|N
Perkusi : sonor | sonor
sonor | sonor
sonor | sonor
Auskultasi : vesikuler +|+, ronkhi -|-, wheezing -|-
+|+, -|-, -|-
+|+, -|-, -|-
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), denyut epigastrial (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepar tidak teraba, lien tidak teraba,
Ballottement (-)
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Hangat +|+ edema -|-
+|+ -|-
f. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah Lengkap (13 Agustus 2015)
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Remarks
WBC 6,82 10³µL 4,10 – 11,00
% NEUT 60,5 % 47,00 – 80,00
% LYMPH 31,1 % 13,00 – 40,00
% MONO 4,4 % 2,00 – 11,00
% EOS 1,8 % 0,00 – 5,00
% BASO 0,2 % 0,00 – 2,00
#NEUT 4,12 10³µL 2,50 – 7,50
#LYMPH 2,12 10³µL 1,00 – 4,00
#MONO 0,30 10³µL 0,10 – 1,20

14
#EOS 0,12 10³µL 0,00 – 0,50
#BASO 0,01 10³µL 0,00 – 0,10
RBC 5,12 10⁶µL 4,50 – 5,90
Hemoglobin 13,9 g/dL 13,50 – 17,50
Hematokrit 45,8 % 41,00 – 53,00
Platelet 232 10³µL 150,00 –
440,00
MCV 89,4 fL 80,00 – 100,00
MCH 27,1 Pg 26,00 – 34,00
MCHC 30,3 g/dL 31,00 – 36,00 Rendah
RDW 11,1 % 11,60 – 14,80 Rendah
MPV 7,1 fL 6,80 - 10,00

2. Kimia Klinik (29 Mei 2015)

Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Remarks


CRP 0,01 m/gL 0,00 – 5,00

3. Foto Genu Kanan AP/Lateral (28 Mei 2015)


 Alignment baik
 Tampak osteophyte pada condylus lateralis et medialis os tibia kanan,
condylus
 lateralis os femur kanan, margo posteroinferior et superior os patella
kanan
 Tampak fabella di fossa poplitea kanan
 Trabekulasi tulang normal
 Aspek medial femurotibial joint kanan menyempit
 Tak tampak erosi / destruksi tulang
 Tak tampak soft tissue mass / swelling
 Kesan: Osteoartritis genu kanan

15
2.2. Analisis data

Data Etiologi Masalah


Ds
 Klien mengeluh nyeri pada
lutut kanan dan kiri
 Klien datang ke poliklinik
penyakit dalam bagian
reumatologi
 Nyeri hilang timbul
Arthritis reumatoid Nyeri kronis
Do
 MCHC 30,3g/dL
31,00 – 36,00 Rendah
 RDW 11,1% 11,60 – 14,80
Rendah
 Aspek medial femurotibial
joint kanan menyempit

Ds
 Klien mengeluh nyeri
memberat dengan aktifitas
fisik berlebihan
 Klien mengeluh nyeri saat
berubah posisi dari jongkok
ke berdiri dan sebaliknya Gangguan Risiko intoleransi
Do muskuloskeletal aktivitas
 MCHC 30,3g/dL
31,00 – 36,00 Rendah
 RDW 11,1% 11,60 – 14,80
Rendah
 Aspek medial femurotibial
joint kanan menyempit

16
2.3. Diagnosis Keperawatan

a. Nyeri Kronis b.d arthritis rheumatoid d.d Klien datang ke poliklinik penyakit
dalam bagian reumatologi, Klien mengeluh nyeri pada lutut kanan dan kiri
b. Risiko intoleransi aktivitas b.d gangguan musculoskeletal d.d Klien mengeluh
nyeri memberat dengan aktifitas fisik berlebihan, Klien mengekuh nyeri saat
berubah posisi dari jongkok ke berdiri dan sebaliknya

2.4. Intervensi Keperawatan

Diagnosis Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


keperawatan hasil, Rencana
tindakan
Nyeri Kronis b.d Nyeri klien teratasi  Identifikasi  Indikasi skala
arthritis rheumatoid dalam waktu 2x48 jam skala nyeri nyeri
d.d Klien datang ke dengan kriteria hasil :  Terapi  Memberikan
poliklinik penyakit  Klien tidak nonfarmakolog relaksasi\rasa
dalam bagian mengeluh nyeri is nyaman
reumatologi, Klien  Kekuatan otot  Terapi  Meredakan
mengeluh nyeri meningkat analgetik nyeri
pada lutut kanan  Ajarkan teknik  Pengetahuan
dan kiri nonfarmakolog yang adekuat
is pada klien dapat
 Kolaborasi meningkatkan
pemberian proses
analgetik penyembuhan
pasien
 Kolaborasi
yang tepat
dapat
memaksimalk
an proses
penyembuhan

17
Risiko intoleransi Gangguan  Identifikasi  Indikasi
aktivitas b.d musculoskeletal klien faktor yang faktor yang
gangguan teratasi dalam waktu memperberat mempengaruh
musculoskeletal d.d 2x48 jam dengan kriteria dan i nyeri
Klien mengeluh hasil : memperingan  Indikasi lokasi
nyeri memberat nyeri nyeri
dengan aktifitas  Kekuatan otot  Identikasi  Istirahat yang
fisik berlebihan, meningkat lokasi nyeri cukup dapat
Klien mengekuh  Klien dapat  Fasilitasi meringankan
nyeri saat berubah melakukan istirahat tidur kerja otot
posisi dari jongkok aktivitas sehari-  Jelaskan  Pengetahuan
ke berdiri dan hari strategi yang adekuat
sebaliknya  Klien tidak meredakan dapat
mengeluh nyeri nyeri meningkatkan
saat beraktifitas proses
penyembuhan
pasien

2.5. Implementasi

Nomor Hari/ Tgl Implementasi Paraf


Diagnosis
1 Hari 1 Mengidentifikasi skala nyeri
2 18-12-2015 Mengidentifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri
2 Mengidentikasi lokasi nyeri
1 Kolaborasi pemberian analgetik
1 Memberikan Terapi analgetik
1 Memberikan erapi nonfarmakologis
2 Jelaskan strategi meredakan nyeri
2 Memfasilitasi istirahat tidur
1 Hari ke 2 Mengajarkan teknik nonfarmakologis
pada klien

18
1 19-12-2015 Memberikan Terapi analgetik
2 Memfasilitasi istirahat tidur
1 Mengidentifikasi skala nyeri

2.6. Evaluasi

Nomor Hari/ Tgl Evaluasi Paraf


Diagnosis
1 Hari ke 3 S : Klien tidak mengeluh nyeri
O : Klien dapat berjalan dengan tidak
merasa nyeri
A : Tujuan tercapai
P : Intervensi dihentikan
2 S : Klien tidak mengeluh nyeri saat
beraktifitas lebih
O : Klien mampu beraktivitas lebih
A : Tujuan tercapai
P : Intervensi dihentikan

19
BAB 3

TELAAH JURNAL

3.1. Analisis Jurnal

3.1.1. Metode Penelusuran Jurnal

a. Jurnal 1

Keyword : Knee Osteoarthrits, Transcutaneus Electrical Nerve


Stimulation,Latihan Isometrik : Google Scholar

b. Jurnal 2

Keyword : Pedoman praktik klinis, Praktik berbasis bukti, Lutut, Meta-


analisis, Terapi fisik, Survei umpan balik praktisi, Rehabilitasi, Tinjauan
sistematis.

3.1.2. Jurnal 1

a. Judul : Manajemen IntervensiFisioterapiGuna Mengurangi Nyeri Dan


Peningkatan Lingkup Gerak Sendi Pada PadaKasus Knee Osteoarthitis :
Studi Kasus
b. Abstrak :
Osteoarthritis (OA ) adalah salah satu penyakit degenerative yang
ditandai dengan hilangnya tulang rawan articular dan terjadi peradangan
sinovial sehingga menyebabkan kekakuan sendi, nyeri dan hilangnya
mobilitas. Untuk mengetahui efektifitas terapi dengan modalitas TENS dan
latihan isometrik pada pasien knee osteoarthritsi. Setelah dilakukan terapi
sebanyak 5 kali didapatkan hasil pengurangan nyeri diam dari T0 -T5: 0,
nyeri tekan T0-T5 : 1, nyeri gerakT0-T5 : 5, MMT T0-T5 : 5, nilai LGS knee
dextra aktif T0-T5: S = 00 –0 -1250, knee dextra pasif T0-T5 S = 00 –0 -
1300, knee sinistra aktif T0-T5 S = 00 –0 -1300, knee sinistra pasif T-T5: S
= 00 –0 -1300. Rehabilitasi dan latihan yang diberikan pada pasien knee
osteoarthritis menggunakan modalitas TENS dan latihan isometric
mendukung optimalisasi terkait kondisi fisik, pengurangan nyeri,
peningkatan kekuatan otot dan aktifitas fungsional pasien.

20
c. Ringkasan Jurnal :
 Validity
Pemeriksaan Subjektif : Pada tahun 1994 pasien pernah
mengalami kecelakaan dan mengalami cedera di bagian bokong,
kemudian pasien melakukan oprasi di area bokong dan di rawat selama
satu bulan. Setelah itu pada bulan novmber pasien memeriksan kembali
keluhan yang dirasakan oleh pasien.Pada saat itu pasien mempunyai
riwayat penyakit penyerta diabettes militus, low back pain,Pada saat itu
pasien memeriksa keadaaanya ke dokter spesialis saraf tentang keluhan
yang dia rasakan, sebagai dokter penanggung jawab yang memeriksa
keadaan awal pasien didapatkan diagnosis knee osteoarthritis ,
kemudian dokter penanggung jawab merujuk ke poli rehab medik untuk
diperiksa kembali, dari dokter rehab medik kemudian dirujuk kembali
ke fisioterapi untuk diberikan terapi lebih lanjut.
Pemeriksaan fisik : pemeriksaan fisik pasien dilakukan dengan
rinci selama observasi dan pemeriksaan klinis sehingga dapat ditemukan
weaknespada m.quadriceps, spasme pada m.hamstring, dan nyeri.Pada
Inspeksi satatis, tidak di terlihat oedem pada kedua lutut, tidak ada
deformitas, wajah tidak terlihat pucat, dan tidak memakai alat bantu
gerak, telihat perubahan postur ( badan membungkuk dan knee sedikit
fleksi). Inspeksi dinamis pola jana tampak abnormal yaitu abnormal
antalgik hilangnya hee straik, pasien tampak berhati-hati ketika menaiki
bed.Ketika melakukan palpasi ditemukan nyeri tekan di darah lutut
kanan, suhu lokal normal, adanya spasme pada m. Hamstring
 Importence
Rehabilitasipada musculoskeletal yang ideal sebaiknya
diorganisasi untuk memberikan perubahan berdasarkan uderlying
patofisiologi untuk meningkatkan serta mempertahankan kapasitas
fungsional dan mengurangi resiko kecacatan untuk jangka panjang.
Fisioterapis perlu mendorong pasien untuk memiliki motivasi dan
kemauan jangka panjang dalam melakukan latihan. Permasalahan
primer yang umumnya muncul pada penderita kneeosteoarthritis
umumnya adalah nyeri, penurunan kekuatan otot, gangguan
keseimbangan, dan keterbatasan aktifitas fungsional. Tujuan fisioterapi

21
pada kasuskneeosteoarthritis adalah mengurangi impairment yang
timbul, memperbaiki kapasitas fungsional, dan meningkatkan kualitas
hidup pasien. Penurunan kekuatan otot pada pasien osteoarthritis pada
lutut dapat sebabkan karena pada penderita osteoarthritis knee terjadi
ketidak stabilan pada sendi yang akan menyebabkan penggunaan
berlebih pada otot untuk terus terulur sebagai proses untuk meredam
tekanan pada sendi yang akan menyebabkan terjadinya penurunan
kekuatan otot. Peningkatan kekuatan otot terjadi pada otot quadriceps
yang berfungsi sebagai ekstensor pada lutut, latihan isometrik juga
melibatkan aktivasi pada otot hamstring dan memberikan pengaruh
yang begitu besar terhadap peningkatan kekuatan otot sehingga akan
berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan fungsional
pasien(Fathoni, 2016; Ismailidis et al, 2020).Hasil kekuatan otot pada
peneltian ini tidak mengalami penigkatan dikarenakan kekuatan otot
pada saat awal intervensi sudah pada posisi maksimal dengan nilai otot
5.
 Applicability
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hasil
pengurangan nyeri diam dan nyeri tekan hal ini dapat dijelaskan bahwa
mekanisme kerja TENS menurut gate control theory of pain. Stimulasi
aferen berdiameter besar, akan menginhibisi respon serta nosiseptive
yang berbeda di dorsal horn. Hal in melibatkan inhibisi segmental
dengan menggunakan neuron yang berada di substansa gelatonosa yang
berada di kornu dorsalis medula spinalis dan meningkatkan alirah darah
ke area yang nyeri, dan menstimulasi produksi endorphin sehingga nyeri
akan terbelokir dan rasa nyeriakan dirasa berkurang (Suwarni &
Nugroho, 2019). Disebutkan juga dalam hasil penelian bahwa
peningkatan lingkup gerak sendi pasien terjadi hingga 20 derajat pada
fleksi lutut. Penigkatan lingkup gerak sendi dibutuhkan pada pasien
dengan kondisi knee osteoarthritis adalah untuk mengurangi cedera.
Penelitan yang dilakukan Elliot et.al pada tahun 2009 menyebutkan
bahwa penigkatan lingkup gerak sendi pada fleksi lutut dapat
meningkatkan internal rotation moment pada lutut dan hal tersebut
dapat menghindari adanya cedera di kemudian hari.

22
3.1.3. Jurnal 2
a. Judul : Berbasis Bukti Panel Philadelphia Pedoman Praktek Klinis tentang
Intervensi Rehabilitasi Terpilih untuk Sakit Lutut
b. Abstrak :
Sebuah metodologi terstruktur dan ketat dikembangkan untuk
perumusan pedoman praktik klinis berbasis bukti (EBCPGs), lalu
digunakan untuk mengembangkan EBCPG untuk intervensi rehabilitasi
terpilih untuk penatalaksanaan nyeri lutut. Metode. Bukti dari kontrol acak
uji coba (RCT) dan studi observasi diidentifikasi dan disintesis
menggunakan metode yang ditentukan oleh Kolaborasi Cochrane yang
meminimalkan bias dengan menggunakan pendekatan sistematis untuk
pencarian literatur, pemilihan studi, ekstraksi data, dan sintesis data. Meta-
analisis dilakukan jika memungkinkan.
Kekuatan bukti dinilai sebagai level I untuk RCT atau level II untuk
nonrandomized studi. Mengembangkan Rekomendasi. Panel ahli dibentuk
oleh mengundang organisasi profesi pemangku kepentingan untuk
mencalonkan wakilnya. Panel ini mengembangkan seperangkat kriteria
untuk menilai kekuatan keduanya bukti dan rekomendasi. Panel
memutuskan bahwa bukti dari manfaat penting secara klinis (didefinisikan
sebagai 15% lebih besar dibandingkan dengan berbasis control pada
keahlian panel dan hasil empiris) dalam hasil yang penting bagi pasien
diperlukan untuk rekomendasi. Signifikansi statistik juga diperlukan tetapi
tidak cukup sendirian. Hasil pasien-penting diputuskan oleh consensus
sebagai nyeri, fungsi, penilaian global pasien, kualitas hidup, dan kembali
untuk bekerja, asalkan hasil ini dinilai dengan skala yang reliabilitas dan
validitas pengukuran telah ditetapkan. Memvalidasi Rekomendasi.
Kuesioner survei umpan balik dikirim ke 324 praktisi dari 6 organisasi
profesional. Tingkat respons adalah 51%.
c. Ringkasan Jurnal
 Validity
Metode rinci pengembangan EBCPG proses dirangkum dalam
artikel terlampir di masalah ini (“Klinis Berbasis Bukti Panel
Philadelphia Panduan Praktik tentang Intervensi Rehabilitasi Terpilih:

23
Gambaran Umum dan Metodologi”). Secara singkat, apriori protokol
didefinisikan yang diikuti untuk perilakutinjauan sistematis terpisah
untuk setiap intervensi. Studi memenuhi syarat jika mereka dikontrol
secara acak percobaan (RCT), uji klinis terkontrol nonacak (CCT), atau
studi kasus kontrol atau kohort yang dievaluasi intervensi yang menarik
dalam populasi dengan lutut kondisi termasuk chondromalacia patellae
(sindrom patellofemoral), kondisi pasca operasi, osteoarthritis lutut, dan
tendinitis. Artritis reumatoid adalah pengecualian. Jenis pasien yang
terlihat pasca operasi termasuk mereka yang menjalani menisektomi,
lutut total penggantian, rekonstruksi ligamen anterior, dan operasi
arthroscopic untuk menghilangkan tubuh longgar atau plica. Hasil yang
menarik didefinisikan oleh Panel Philadelphia sebagai status fungsional,
rasa sakit, kemampuan untuk bekerja,penilaian global pasien, kepuasan
pasien, dan kualitas hidup. Intervensi termasuk pijat, termalterapi
(paket panas atau dingin), stimulasi listrik, EMG biofeedback, TENS,
ultrasound terapeutik, terapeutik latihan, dan kombinasi dari intervensi
rehabilitasi ini. Studi di mana kelompok kontrol diterima aktif
pengobatan tidak dianggap sebagai bukti yang cukup untuk
rekomendasi. Perawatan bersamaan diizinkan jika mereka diberikan
dengan cara yang sama pada kelompok eksperimen dan kontrol
(misalnya, latihan di rumah, buklet pendidikan, nasihat tentang postur
tubuh). Namun, terapi bersamaan yang diberikan kepada satu kelompok
tetapi tidak kelompok lain tidak diterima (misalnya, pendidikan dengan
sarana kuliah untuk kelompok kontrol tidak diterima). Tidak
keterbatasan berdasarkan kualitas metodologi yang dikenakan
 Importance
Metodologi standar dan ketat diterapkan mengembangkan
EBCPG berdasarkan sistematika Cochrane tinjauan literatur, dan
menggunakan transdisipliner panel ahli dan kelompok metode. Umpan
balik praktisi telah dicantumkan dalam pedoman. Ada dua EBCPG
dikembangkan oleh Philadelphia Panel berdasarkan manfaat penting
secara klinis ditemukan dengan TENS untuk lutut osteoarthritis dan
latihan terapi untuk osteoarthritis lutut. Bias metodologis potensial
dapat diperkenalkan dalam uji coba tentang efektivitas intervensi

24
rehabilitasi untuk pengelolaan nyeri lutut. Bias kesalahan klasifikasi
terkait dengan kondisi lutut yang diteliti adalah hadir dengan kurangnya
medis dan fisik yang tepat diagnosis terapi diamati. Bias seleksi bisa
telah terjadi dengan adanya heterogenitas karakteristik klinis seperti
usia, prevalensi versus kasus kejadian, stadium penyakit, tingkat nyeri,
dan ada atau tidak adanya peradangan. Namun, perbedaan durasi
penyakit diminimalkan dalam hal ini pedoman dengan mengecualikan
studi dengan campuran akut dan kondisi kronis atau diagnosis
campuran. Karakteristik parameter perangkat dan aplikasi terapeutik49
juga dapat membuat perbedaan dalam ukuran efek. Bias publikasi
mungkin menjadi masalah jika saja percobaan dengan temuan positif
telah dipublikasikan. Pengaruh bias publikasi tidak dapat dinilai karena
jumlah percobaan yang sedikit. EBCPG Panel Philadelphia untuk nyeri
lutut memiliki keuntungan bahwa mereka dikembangkan berdasarkan
penilaian bukti yang sistematis ditentukan oleh panel ahli, dan buktinya
adalah berasal dari tinjauan sistematis dan meta-analisis menggunakan
metodologi Kolaborasi Cochrane. Yang diselesaikan EBCPG diedarkan
untuk mendapatkan umpan balik dari para praktisi untuk memverifikasi
penerapan dan kemudahan penggunaan mereka untuk berlatih dokter.
 Applicability
Kesulitan utama dalam menentukan efektivitas intervensi
rehabilitasi adalah kurangnya dirancang dengan baik RCT prospektif.
Upaya penelitian yang sangat besar adalah diperlukan untuk melakukan
RCT untuk hampir setiap rehabilitasi intervensi nyeri lutut. Situasi ini
kritis dibandingkan dengan daerah penelitian lutut tumbuh. Ada
kebutuhan mendesak untuk pekerjaan lebih lanjut pada intervensi
rehabilitasi lainnya untuk nyeri lutut, terutama mengingat peningkatan
penggunaan terapis fisik di Amerika Utara. Selanjutnya, uji coba ini
perlu menggunakan standarisasi dan hasil yang divalidasi, jelaskan
sepenuhnya intervensi dan karakteristiknya, dan pertimbangkan untuk
mengevaluasi subkelompok dari ketertarikan tertentu.
3.2 Pembahasan Jurnal

Dari penjelasan kedua jurnal diatas didapatkan beberapa persamaan dan


perbedaan. Kedua jurnal ini memiliki validasi yang baik dan penjelasan tentang
25
penelitian dijelaskan secara lengkap pada kedua jurnal. Perbedaan yang ada
pada kedua jurnal diatas adalah lokasi tempat penelitian, yang berbeda. Dari dua
ringkasan jurnal di atas dapat kita ketahui dari validity jurnal 1 dan 2 memiliki
perbedaan dalam metode penelitian. Jurnal pertama menggunakan metode
penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan melakukan pemeriksaan subjektif
pada data sekunder dan pemeriksaan fisik dengan mengobservasi organ/ alat
gerak sedangkan jurnal yang kedua menggunakan metode Metode rinci
pengembangan EBCPG proses dirangkum dalam artikel terlampir di masalah ini
(“Klinis Berbasis Bukti Panel Philadelphia Panduan Praktik tentang Intervensi
Rehabilitasi Terpilih: Gambaran Umum dan Metodologi”). Secara singkat,
apriori protokol didefinisikan yang diikuti untuk perilakutinjauan sistematis
terpisah untuk setiap intervensi. Studi memenuhi syarat jika mereka dikontrol
secara acak percobaan (RCT), uji klinis terkontrol nonacak (CCT), atau studi
kasus kontrol atau kohort yang dievaluasi intervensi yang menarik dalam
populasi dengan lutut kondisi termasuk chondromalacia patellae (sindrom
patellofemoral),

Dua jurnal di atas menyajikan data-data penting tentang Osteoarthritis,


sehingga dapat di jadikan acuan untuk kepentingan edukasi. Di dapatkan dari
data jurnal pertama, Dari hasil penelitian ini dilakukan dengan pemilihan subjek
sesuai kriteria yang ditetapkan, kemudian menjelaskan tujuan penelitian kepada
responden dan memberikan informed consent. Selanjutnya peneliti
mengobservasi responden dengan kolaborasi bersama perawat yang melakukan
pengkajian status.

Permasalahan primer yang umumnya muncul pada penderita


kneeosteoarthritis umumnya adalah nyeri, penurunan kekuatan otot, gangguan
keseimbangan, dan keterbatasan aktifitas fungsional. Tujuan fisioterapi pada
kasuskneeosteoarthritis adalah mengurangi impairment yang timbul,
memperbaiki kapasitas fungsional, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hasil pengurangan nyeri diam
dan nyeri tekan hal ini dapat dijelaskan bahwa mekanisme kerja TENS menurut
gate control theory of pain. Stimulasi aferen berdiameter besar, akan
menginhibisi respon serta nosiseptive yang berbeda di dorsal horn. Hal in
melibatkan inhibisi segmental dengan menggunakan neuron yang berada di

26
substansa gelatonosa yang berada di kornu dorsalis medula spinalis dan
meningkatkan alirah darah ke area yang nyeri, dan menstimulasi produksi
endorphin sehingga nyeri akan terbelokir dan rasa nyeriakan dirasa berkurang

27
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab pembahasan ini kelompok kami akan membahas tentang proses
keperawatan pada IAS. Kemudian, prinsip dari pembahasan ini ialah dengan
memperhatikan aspek tahapan proses keperawatan yang terdiri dari 5 aspek
(pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan,
implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan) dengan melihat data pasien.

a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap pertama dalam proses keperawatan
dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
pasien. Pengkajian keperawatan ditunjukkan pada respon pasien terhadap
masalah kesehatan yang berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia
Berdasarkan hasil pengkajian Pasien datang ke poliklinik penyakit dalam
bagian reumatologi RSUP Sanglah dengan keluhan nyeri pada lutut kanan dan
kiri. Pasien mengatakan keluhan ini dirasakan sejak kurang lebih 5 tahun yang
lalu. Awalnya dikatakan keluhan muncul saat pasien banyak berjalan, namun
semakin lama semakin memberat dan pasien sekarang merasakannya saat
berubah posisi dari jongkok ke berdiri dan sebaliknya. Keluhan ini dikatakan
hilang timbul, membaik dengan istirahat dan pemberian obat. Keluhan memberat
dengan aktivitas fisik yang berlebihan
b. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan mengenai masalah kesehatan
klien yang aktual atau risiko mengidentifikasi dan menentukan intervensi
keperawatan untuk mengurangi, mencegah, atau menghilangkan masalah
kesehatan klien yang ada pada tanggung jawabnya. Setelah melakukan analisa
data didapatkan diagnosa utama yang muncul menurut SDKI (2019), yaitu:
- Nyeri Kronis b.d arthritis rheumatoid d.d Klien datang ke poliklinik penyakit
dalam bagian reumatologi, Klien mengeluh nyeri pada lutut kanan dan kiri
- Risiko intoleransi aktivitas b.d gangguan musculoskeletal d.d Klien mengeluh
nyeri memberat dengan aktifitas fisik berlebihan, Klien mengekuh nyeri saat
berubah posisi dari jongkok ke berdiri dan sebaliknya

28
c. Rencana tindakan
Intervensi keperawatan adalah setiap tindakan, berdasarkan penilaian klinis
dan pengetahuan, yang perawat lakukan untuk meningkatkan hasil pada klien.
Pada kasus IAS dengan Osteoarthritis didapatkan 2 masalah keperawatan seperti
nyeri kronis dan risiko intoleransi aktifitas. Adapun tujuan dari 2 masalah
keperawatan yang ditemukan yaitu diharapkan nyeri kronis yang dirasakan
pasien dapat teratasi, diharapkan pasien mampu melakukan aktifitas sehari”
dengan tidak mengeluh. Oleh karena itu, hasil yang diperoleh dari intervensi yang
telah dilakukan adalah masalah yang dirasakan pasien diharapkan dapat teratasi
selama 2 hari.
d. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan sebuah kegiatan mengkoordinasikan
segala aktivitas pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lainnya yang
bertujuan untuk mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukan.
Implementasi pada kasus IAS dilakukan dalam waktu 2 hari dari tanggal 18-
19 Desember 2015. Hari pertama, tanggal 18 Desember 2015 implementasi
dilakukan dari jam 08:00 dengan masalah Nyeri kronis. Selanjutnya, pada jam
11:00 dilakukan implementasi dengan masalah risiko intoleransi aktifitas. Hari
kedua, tanggal 19 desember 2015 implementasi dilakukan dari jam 08:00 dengan
masalah resikonyeri kronis. Selanjutnya, pada jam 09:00 dilakukan implementasi
dengan masalahrisiko intoleransi aktifitas.Jadi, dapat disimpulkan bahwa
implementasi pada kasus IAS dilakukan secara konsisten dengan manajemen
waktu yang baik karena implementasi dari tanggal 18-19 Desember 2015
dilakukan pada waktu yang terbilang hampir sama setiap hari nya dari jam 08:00-
11:00 WIB. Hal ini dilakukan mengingat kekonsistenan manajemen waktu yang
baik dalam memberikan suatu perawatan/pengobatan dapat mempercepat
kesembuhan.
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahapan akhir dari sebuah kegiatan keperawatan yang
bertujuan untuk menilai apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan telah
tercapai atau tidak dalam mengatasi suatu masalah.

29
Terdapat 2 masalah keperawatan yang dialami IAS antara lain nyeri kronis
dan risiko intoleransi aktifitas. Kemudian, evaluasi yang diharapkan dalam kasus
ini semua telah sesuai dengan teori dan masalah teratasi. Jadi, setelah dilakukan
evaluasi selama 2 hari dari tanggal 18-19 Desember 2015, keadaan pasien
membaik dan bisa dikatakan tindakan asuhan keperawatannya tercapai
(berhasil).

30
DAFTAR PUSTAKA

Ismail, I., & Wibisono, H. (2021). Literature Review  : Intervensi Short Wave
Diathermy Dan Latihan Calisthenic Untuk Meningkatkan Kemampuan
Fungsional Dan Keseimbangan Pada Kasus Osteoarthritis Lutut Kronis.
Indonesian Journal of Physiotherapy, 1(1), 1.
https://doi.org/10.52019/ijpt.v1i1.2574

Santosa, J. (2017). Pengalaman Belajar Lapangan OSTEOARTRITIS. Fakultas


Kedokteran Universitas Udayana, 1002005118, 1–29.
http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/14698/1/f472ab2e1f933355958e9690c79ee1c
7.pdf

Tugwell, P. (2001). Philadelphia panel evidence-based clinical practice guidelines on


selected rehabilitation interventions for neck pain. Physical Therapy, 81(10),
1701–1717. https://doi.org/10.1093/ptj/81.10.1719

Tata, T. (2020). Askep Osteoartritis (p. 19 halaman). academia.edu.


https://www.academia.edu/5555621/ASKEP_osteoartritis

31

Anda mungkin juga menyukai