KELOMPOK VIII
Eva Yulistina
Nurul Saufika
Sukmawati
Puji syukur kehadirat Allah swt atas limpahan rahmat dan anugerah serta nikmat kesehatan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada
junjungan kita Nabi Muhammad saw yang telah menjadi anugerah terbesar bagi alam semesta.
Makalah “Amputasi, Bidai dan Traksi” dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Gawat Darurat Muskuloskeletal. Dalam makalah ini mengulas tentang bagaimana kolaborasi
yang dilakukan interprofesi dalam pelayanan home care nursing pada pasien.
Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyusun makalah ini. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan dari
para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada tugas yang
lain dan pada waktu mendatang.
Kelompok VIII
AMPUTASI, BIDAI DAN TRAKSI
2. Bidai
Bidai adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan
yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak
bergerak (immobilisasi), memberikan istirahat dan mengurangi rasa sakit.
3. Traksi
Traksi adalah suatu tindakan untuk memindahkan tulang yang patah/dislokasi ke
tempat yang normal kembali dengan menggunakan daya tarik tertentu atau dengan
kata lain suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian tubuh yang diindikasikan pada
pasien dengan fraktur atau dislokasi.
2. Jenis-jenis Bidai
Beberapa macam jenis bidai:
a. Bidai keras
Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karon, plastic atau bahan lain yang
kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna
dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang
memenuhi syarat di lapangan. Contoh: bidai kayu, bidai udara dan bidai Vakum.
b. Bidai Traksi
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya
dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah
tulang paha. Contoh: bidai traksi tulang paha.
c. Bidai Improvisasi
Bidai yang dibuat dengan bahan yanag cukup kuat dan ringan untuk penopang.
Pembuatannnya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan
improvisasi si penolong. Contoh: majalh, Koran, karton dll.
d. Gendongan/ belat dan bebat
Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela (kain
segitiga) dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk
menghentikan pergerakan daerah cidera. Contoh: gendongan lengan.
3. Jenis-jenis Traksi
a. Traksi Kulit
Traksi kulit adalah daya penariknya bekerja melalui jaringan lunak
disekitar gabungan tulang dengan mempergunakan perban atau sponge (seperti
traktion bang), dinginkan untuk mempertahankan lokasi yang telah dikoreksi.
Jenis traksi kulit menentukan bahan yang dipakai adalah penarikan dengan
perban, penarikan sponge, penarikan glison, dan penarikan pelvis.
b. Traksi Skeletal
Metode ini sering digunakan untuk menangani fraktur femur, tibia,
humerus dan tulang leher. Fraksi dipasang langsung ke tulang dengan
menggunakan pin metal atau kawat (misal Steinman’s pin, Kirchner wire) yang
dimasukkan ke dalam tulang disebelah distal garis fraktur, menghindari saraf,
pembuluh darah otot, tendon, dan sendi. Tong yang dipasang di kepala (misal
Gardner Wells Tong) difraksi di kepala untuk diberikan traksi yang
mengimobilisasi.
Traksi skelet biasanya menggunakan beban 7 – 12 kg untuk mencapai
efek terapi. Beban yang di pasang biasanya harus dapat melawan daya
pemendekan akibat spasme otot yang cedera. Ketika otot rileks, deleks, beban
traksi dapat dikurangi untuk mencegah terjadinya dislokasi garis fraktur dan
untuk mencapai pnyembuhan fraktur. Mengutip pendapat Sjamsuhidajat (1997)
bahwa beban traksi untuk reposisi tulang femur dewasa biasanya 5 – 7 kg, pada
dislokasi lama panggul bias sampai 15 – 20 kg.
Kadang-kadang fraksi skelet bersifat seimbang, yang menyokong
ekstremitas terkena, memungkinkan klien dapat bergerak sampai batas-batas
tertentu, dan memungkinkan kemandirian klien maupun asupan keperawatan,
sementara traksi yang efektif tetap di pertahankan. Beban Thomas dengan
mengait pearsn sering di gunakan bersama traksi skelet pada fraktur femur.
Dapat pula digunakan dengan traksi kulit dan apparatus suspense seimbang
lainnya.
Untuk mempertahankan traksi teap efektif, pastikan tali tetap terletak
dalam alur roda pada katrol, tali tidak rusak, pemberat tetap bergantung dengan
bebas, dan simpul pada tali terikat erat. Evaluasi posisi klien, karena klien yang
merosot ke bawah dapat menyebabkan traksi tidak efektif. Beban tidak boleh
diambil dari traksi skelet kecuali jika terjadi keadaan yang membahayakan jiwa.
Bila beban di ambil, tujuan menggunakannya akan hilang dan dapat terjadi
cedera.
Kesejajaran tubuh ke klien harus di jaga agar garis tarikannya efektif.
Kaki di posisikan sedemikian rupa sehingga dapat dicegah tejadinya footdrop
(platar fleksi), rotasi ke dalam (inversi). Kaki klien harus disanggah dalam posisi
netral dengan alat ortopedi.
Perlu di pasang pegangan di atas tempat tidur, agar klien mudah untuk
berpegangan. Alat itu sangat berguna untuk membantu klien bergarak dan
defekasi di tempat tidur, serta menaikkan pinggul dari tempat tidur untuk
memudahkan perawatan punggung. Lindungi tumit dan lakukan inspeksi, karena
klien sering menggunakannya sebagai penyangga, sehingga dapat menyebabkan
cedera pada jaringan tersebut. Tempat penusukan pin (luka) perlu dikaji. Lakukan
inspeksi paling sedikit tiap 8 jam dari adanya tanda inflamasi dan bukti adanya
inspeksi.
Pada klien terpasang traksi perlu malakukan latihan, berguna untuk
menjaga kekuatan dan tonus otot, serta memperbaiki peredaran darah. Latihan
dilakukan sesuai kemampuan. Latihan aktif meliputi menarik pegangan di atas
tempat tidur, fleksi dan ekstensi kaki, latihan rentang gerak, dan menahan beban
bagi sendi yang sehat.Pada ekstremitas yang diimobilisasi, lakukan latihan
isometrik. Untuk mempertahankan kekuatan otot besar, lakukan latihan
kuadrisep dan pengesetan gluteal.
Dorong klien untuk latihan fleksi dan ekstensi prgelangan kaki dan
kontraksi isometric otot-otot betis, sebanyak 10 kali setiap jam. Saat klien
terjaga, dapat mengurangi resiko thrombosis vena dalam.Dapat juga di berikan
stoking elastis, alat kompresi dan terapi anti koagulan untuk mencegah
terbentuknya trombus.
Pengangkatan pin dapat dilakukan setelah sinar-X menunjukkan
terbentuknya kalus. Pin di potong sedekat mungkin dengan kulit dan di angkat
oleh dokter kemudian di pasang gibs atau bidai untuk melindungi tulang yang
sedang proses penyembuhan.
Traksi skeletal :
a. Traksi dengan tarikan langsung pada tulang
b. DP dilakukan pembedahan digunakan :
1) Reposisi : tanpa dislokasi
2) Mobilisasi yang lama
3) Alat : kawat (k-ivire) diam 0,036 – 0,0625 inci
Keuntungan :
a) Pemasangan mudah
b) Kerusakan jaringan sekeliling ringan
Kerugian :
a) Mudah berputar kalau busur kurang baik
b) Dapat memotong tulang Osteoporotik
e. Traksi Manual
Traksi manual adalah traksi dapat dipasang dengan tangan , dan
merupakan traksi sementara yang bisa digunakan pada saat pemasangan gips.
D. Perawatan Stump Dengan Teknik Aseptic dan Asepsis, Perawatan Bidai dan Traksi
1. Perawatan Stump dengan teknik aseptic dan asepsis
Penaganan Stump:
Mengendalikan nyeri dan edema
Mempertahankan kekuatan dan ROM
Mempercepat penyembuhan luja dan maturasi stump
Penanganan Luka/ dressing:
Proteksi luka operasi sehingga luka insisis tidak terbuka
Mempertahankan luka bersih dan mencegah infeksi
Kontrol swelling paska operasi
Mencegah kontraktur atau sapsme otot yang membatasi gerak
persendian
Membentuk stump sehingga bekerja lebih baik dalam fitting socket
Perawatan Kulit:
Mencegah infeksi dan iritasi kulit
Mempertahankan mobilitas kulit
Mengurangi sensivitas kulit pada stump
Higiene dan lubrikasi
Inspeksi
Mobilisasi
Desensitisasi
Exercise
Tujuan dari exercise:
Meningkatkan/ mempertahankan ROM semua anggota gerak
Meningkatkan kekuatan anggota gerak
Meningkatkan ketahanan ADL
Beberapa exercise yang dilakukan yaitu:
ROM
Positioning
Stretching
Strengthening
Meningkatkan Endurance
Exercise sebelum berjalan antara lain:
Mampu menggerakkan berat badan secara tepat diatas prosthesis dan
keseimbangan pada prosthesis
Dilakukan didepan cermin sehingga pasien dapat melihat postur dan
pergerakan lebih baik
Berjalan pada lantai dasar menggunakan alat bantu:
Walking frame
Cruches or Canes
Naik dan turun:
Steps with a rail
Follow up jangka panjang:
1. Tiap 3 bulan(18 bulan pertama), problem(+) lebih sering
2. Selanjutnya tiap 6 bulan
3. Problem amputasi antara lain:
Masalh kulit: edema, dermatitis kontak, folikulitis, adheren scar, ulserasi
Nyeri: nyeri insisi (sembuh 4-5 hari) rigid dressing post- opers=atif
Neoroma modifikasi socket, eksisi pembedahan
Nyeri phantom modifikasi perilaku, konseling psikososial, antidepresan,
antikonvulsif
Kontraktur gips serial, dynamic splint, pembedahan
Problem tulang
Scoliosis koreksi panjang protesa
Iskemi stump
Masalah penyesuaian psikososial konseling psikologis
Masalah aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) dan penyesuain pekerjaan
2. Perawatan Bidai
3. Perawatan Traksi
Bagian tubuh yang ditraksi harus dikaji. Status neurovaskular (misal
sistem tubuh harus dilengkapi dengan data dasar, dan dilakukan pengkajiaan
masalah tersebut.
Evaluasi :
Dukung penilaian psikologis dan fisiologi
Evaluasi :
Hilangkan rasa nyeri
Evaluasi :
Tidak terjadinya komplikasi.
4) Infeksi, resiko tinggi terhadap ketidak adekuatan pertahanan primer
( kulit robek, jaringan traumatik) prosedur invasif ; terpajan pada
lingkungan, penyakit kronis, perubahan status nutrisi.
Perancanaan/ Pelaksanaan :
a. pertahankan teknik antiseptic bila mengganti balutan/ merawat luka.
Rasional :
Meminimalkan kesempatan introduksi bakteri
b. Infeksi balutan dan luka, perhatikan karateristik drainase.
Rasional :
Deteksi dini terjadinya infeksi memberikan kesempatan untuk
intervensi tepat waktu dan mencegah kuomplikasi lebih serius
(contoh, osteomielitis)
c. Pertahankan potensi dan pengosongan alat drainase secara rutin.
Rasional :
Hemov ac, drain jakson-pratt membantu membuang drainase,
meningkatkan penyebuhan luka dan mnurunkan resiko infeksi.
d. Tutup balutan dengan plastic bila menggunakan pispot atau bila
inkontinensia
Rasional :
Mencegah kontaminasi pada amputasi tungkai bawah
e. Berikan antibiotic sesuai indikasi
Rasional :
Antibiotic spectrum luas dapat digunakan secara profilaktif atau
terapi antibiotic mungkin disesuaikan terhadap organisme khusus.
Evaluasi :
Meningkatkan mobilitas/kemampuan fungsi
Evaluasi :
memberikan teknik atau prilaku yang memampukan tindakan
aktivitas
Lukman dan Ningsih, Nurma. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
system Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika.
Suratun, dkk. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan system
musculoskeletal. Jakarta : EGC.