Anda di halaman 1dari 60

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK : MASALAH PSIKOLOGIS


(PENGABAIAN)

KELOMPOK 7
1. Arsytul Munawwarah
2. Mutiara Putri Sari
3. Suci Angelina Mirza

KELAS 3A

Dosen Pembimbing :
Ns. Lola Felnanda Amri, S.Kep.M.Kep

D3 KEPERAWATAN PADANG
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada
waktunya.
Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu dalam proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca. Penulis juga tidak lupa
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,
dorongan dan doa.
Kami mengharap kritik dan saran untuk memperbaiki makalah kami ini, karena
banyak kekurangan dalam mengerjakan makalah ini.

Padang, 4 Agustus 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................5
A. Latar Belakang..................................................................................................................5
B. Tujuan Penulisan...............................................................................................................6
C. Rumusan Masalah..............................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................7
A. Konsep pengabaian............................................................................................................7
B. Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik Kasus Pengabaian............................................11
C. Asuhan keperawatan kasus Pengabaian...........................................................................32
BAB III PENUTUP............................................................................................................60
A. KESIMPULAN...............................................................................................................60
B. SARAN............................................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................61
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan khusus yang sering terjadi pada lansia adalah proses penuaan
yang terjadi secara alami dengan konsekuensi timbulnya masalah fisik, mental, dan
sosial. Masalah psikososial yang sering dijumpai pada lansia menambah berat
beban keluarga dan masyarakat. Dari segi sosial, lansia mengalami penurunan
interaksi antara diri lansia dengan kelompok. Pada interaksi ini kelompok yang
lebih mempunyai kuasa akan mendapatkan keuntungan yang besar, yang pada
umumnya adalah kelompok yang lebih muda. Hal tersebut bisa terjadi karena lansia
mulai menarik diri dari kehidupan sosial, status kesehatannya menurun,
penghasilan berkurang, dan terbatasnya program untuk memberi kesempatan lansia
tetap berinteraksi maupun dalam melakukan kegiatan ekonomi. Karena itu lansia
merasa dirinya diabaikan dalam lingkungannya (Sunaryo, dkk, 2016).
Pengabaian merupakan kondisi yang berhubungan dengan kegagalan
pemberi perawatan dalam memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh lansia baik
itu pemenuhan kebutuhan kesehatan fisik maupun pemenuhan kebutuhan kesehatan
mental pada individu lansia, Stanhope & Lancaster (dalam Ramlah, 2011).
Pengabaian ada dua yaitu pengabaian fisik dan pengabaian psikologis. Pengabaian
fisik termasuk salah satu bentuk pengabaian yang tampak dikalangan masyarakat,
hal ini dapat dilihat ketika lansia harus memenuhi segala kebutuhan dasarnya
sendiri walaupun keluarga atau pemberi pelayanan kepada lansia mampu dan sadar
akan hak-hak yang harus dipenuhi terhadap lansia, Maas, dkk (dalam Rahayu,
2016). Pengabaian psikologis dapat terjadi ketika keluarga atau pemberi pelayanan
kepada lansia tidak dapat memenuhi kebutuhan psikologis atau emosional lansia.
Beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi psikologis
lansia yaitu penurunan kondisi fisik, perubahan aspek psikososial, perubahan yang
berkaitan dengan pekerjaan serta perubahan dalam peran sosial dimasyarakat,
Qamariah danSudrajat (dalam Rahayu, 2016).
B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan gerontik pada
lansia dengan Pengabaian

2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan konsep Pengabaian
b. Mampu mendeskripsikan konsep Asuhan keperawatan gerontik lansia dengan
Pengabaian secara teoritis
c. Mampu menyelesaikan kasus asuhan keperawatan gerontik lansia dengan
Pengabaian

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan penulis utarakan dalam pembahasan di


dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah konsep Pengabaian?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan secara teoritis?
3. Bagaimana penyelesaian kasus gerontik lansia dengan pengabaian ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep pengabaian

1. Pengertian Pengabaian

Pengabaian adalah kegagalan yang dilakukan oleh pengasuh atau orang


yang bertanggung jawab lainnya untuk melindungi lansia dari bahaya, atau
kegagalan untuk memenuhi kebutuhan akan perawatan medis yang penting,
nutrisi, kebersihan, pakaian, kegiatan dasar sehari-sehari atau tempat tinggal,
yang mengakibatkan resiko serius terhadap kesehatan dan keamanan lansia,
J.Hall, Karch dan Crosby (2016 dalam Fitzpatrick. Joyje J, Celeste M Alfes, dan
Ronald L Hickman, 2018). Pengabaian adalah sesuatu yang berhubungan dengan
kegagalan pemberi perawatan dalam memberikan pelayanan yang dibutuhkan
untuk kebutuhan fisik dan mental pada individu lansia, Stanhope dan Lancaster
(1945 dalam Ramlah, 2011). The American Medical Association (1998 dalam
Carmel, 2015) mendefinisikan pengabaian sebagai kegagalan untuk
menyediakan barang atau jasa yang diperlukan untuk kebutuhan atau untuk
menghindari bahaya. Mengabaikan berkonotasi penolakan atau kegagalan untuk
menyediakan kebutuhan hidup seperti makanan, air, pakaian, tempat tinggal,
kebersihan pribadi, obat- obatan, rumah, keselamatan pribadi, dan hal-hal
penting lainnya (Dyer, 2015).
Mauk (2010), menjelaskan lebih terperinci tentang pengabaian pada
lansia yaitu kegagalan dari pemberi perawatan yang dilakukan dengan sengaja
ataupun tidak disengaja disaat lansia memerlukan makanan, pengobatan,
meninggalkan lansia sendirian, tidak menyiapkan pelayanan kepada lansia
sebagai tindakan hukuman untuk lansia juga termasuk bentuk resiko pengabaian
pada lansia. Burke dan Laramie (2000 dalam Ramlah, 2011) menyatakan
pengabaian dibagi atas pengabaian aktif dan pengabaian pasif. Pengabaian aktif
adalah penolakan atau kegagalan pemberi pelayanan melakukan kewajibannya
yang dilakukan dengan sadar dan sengaja sehingga menyebabkan penderitaan
fisik dan distress emosional pada lansia. Pengabaian pasif adalah penolakan atau
kegagalan pemberi pelayanan melakukan kewajiban dalam memenuhi kebutuhan
lansia tanpa adanya unsur kesengajaan tetapi menimbulkan distress fisik dan
emosional pada lansia.
Sesuai dengan pendapat yang diuraikan tersebut, disimpulkan bahwa
pengabaian merupakan kegagalan pengasuh maupun keluarga dalam
memberikan asuhan dan kebutuhan lansia baik disengaja maupun tidak sengaja
yang menyebabkan lansia tersebut tidak terpenuhi semua kebutuhannya.

2. Karakteristik Pengabaian

Mauk (2010), mengatakan bahwa adanya kesulitan dalam


memperkirakan angka kejadian atau prevalensi kejadian pengabaian lansia. Hal
ini disebabkan karena kurangnya kegiatan untuk penemuan kasus pengabaian
tersebut. Tanda-tanda adanya bentuk perlakuan pengabaian pada lansia menurut
Mauk (2010) antara lain: (a). Terlambat dalam melakukan pengobatan; (b).
Dehidrasi, malnutrisi, ulkus decubitus, atau kondisi kebersihan kurang; (c).
Perubahan dalam pemberian pelayanan kesehatan; (d). Kehilangan alat bantu
seperti gigi palsu, kacamata, alat bantu dengar serta alat bantu lainnya.
Penyebab penelantaran lansia menurut International Institute on
Agening, (2006) antara lain: (a). Ketiadaan sanak keluarga; (b). Kesulitan
hubungan antara lansia dan keluarga (c). Ketiadaan kemampuan
ekonomi/keuangan; (c). Kebutuhan tidak dapat dipenuhi melalui lapangan
pekerjaan yang ada; (d). Beban orang yang merawat Lanjut usia tersebut sudah
terlalu berat; (e). Kelainan kepribadian dan perilaku lanjut usia dan keluarganya;
(f). Lanjut usia yang diasingkan oleh keluarganya. Penyebab lain penelantaran
lansia dalam keluarga menurut Acierno R, dkk (2010) antara lain: (a). Perlakuan
salah terhadap lanjut usia; (b). Ketidaksiapan dari orang yang akan merawat
lanjut usia; (c). Konflik lama diantara lanjut usia dan keluarganya; (d). Tidak
adanya dukungan masyarakat; (e). Keluarga mengalami pemutusan hubungan
pekerjaan/ kehilangan pekerjaan; (f). Adanya riwayat kekerasan dalam keluarga.
Stevenson (2008) membagi kriteria untuk kejadian pengabaian berfokus
pada kelalaian dalam memberikan pelayanan dalam memenuhi kebutuhan dasar
pada lansia. Selanjutnya Stevenson menyatakan efek dari pengabaian tersebut
dapat dilihat pada adanya kondisi malnutrisi yang merupakan kondisi physical
neglect. Pengabaian merupakan hal-hal yang berkaitan dengan fungsi tubuh
lansia seperti adanya kondisi meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi, cairan dan
kebersihan diri pada lansia. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan pada
lansia untuk mengidentifikasi adanya kondisi pengabaian menurut Springe (2002
dalam Ramlah, 2011).
Pertanyaan-pertanyaan tersebut antara lain:

a. “apakah anda sering ditinggal sendiri?”


b. “apakah seseorang tidak memberikan bantuan atau tidak
memberikan pelayanan saat anda membutuhkan bantuan?”
c. “apakah seseorang tidak menyiapkan kebutuhan finansial anda?”

Dari beberapa pertanyaan diatas, bila lansia menjawab ya berarti lansia


berisiko untuk mengalami kondisi pengabaian dimasa yang akan datang.
Disimpulkan bahwa resiko pengabaian pada lansia kerap terjadi dalam keluarga
tanpa disengaja maupun disadari oleh lansia dan keluarganya.

3. Tanda-Tanda Pengabaian pada Lansia

Acierno R, dkk (2010) mengatakan bahwa lansia tidak selalu melaporkan


pelecehan karena mereka mungkin merasa malu, takut, atau tidak mampu
melakukannya. Beberapa lansia bahkan mungkin tidak menyadari bahwa mereka
diabaikan. Beberapa tanda lansia mengalami pengabaian menurut Acierno R,
dkk yaitu:
a. Tidak terpenuhinya semua kebutuhan sehari-hari
b. Kondisi medis atau mental yang tidak diobati atau tidak dapat
dijelaskan.
c. Lingkungan hidup yang tidak memadai dibuktikan oleh kurangnya
fasilitas, ruang yang cukup, dan ventilasi
d. Perumahan tidak aman akibat dari kerusakan, sanitasi yang tidak
memadai, kebersihan di bawah standar.
e. Cedera yang tidak dapat dijelaskan atau penjelasan yang tidak mungkin
untuk cedera.
f. Dehidrasi atau malnutrisi (sering dibuktikan dengan kehilangan berat
badan, atau rasa haus yang ekstrem, keluaran urin rendah, kulit
kering yang rapuh, mulut kering, apatis, kurang energi, dan kebingungan
mental).
g. Perasaan ambivalen (perasaan sayang dan benci) terhadap pengasuh atau
anggota keluarga.
h. Tidak adanya gigi palsu, kacamata, alat bantu dengar, alat bantu jalan,
kursi roda.
i. Seprai tempat tidur yang tidak pernah diganti
j. Tidak berpakaian, atau tidak berpakaian dengan benar.

Beberapa tanda lansia mengalami pengabaian menurut (Springe, 2002;


Acierno R, dkk, 2010; Mauk, 2010) yaitu:
a) Sering Mengalami mimpi buruk atau kesulitan tidur
b) Memperlihatkan perilaku regresif atau merusak diri sendiri
c) Menunjukkan tekanan emosional.

4. Faktor yang Mempengaruhi Pengabaian

Risiko pengabaian lansia dikaitkan dengan sebuah kombinasi dari


karakteristik dan keadaan pada korban dan pelaku, identifikasi semua faktor
risiko sangat kompleks. Paling sering, beberapa faktor risiko harus ada dan ini
umumnya berkembang dalam waktu lama. Karakteristik yang cenderung umum
terjadi pada kebanyakan situasi pengabaian lansia adalah tidak terlihat dari
masalah, kerentanan orang tua, dan faktor risiko psikososial dan pengasuh.
Faktor yang mempengaruhi pengabaian menurut Miller (1995 dalam Ramlah
2011):
a. Ketidakmampuan dan Kerentanan

Faktor yang berkontribusi terhadap ketidakmampuan dan tidak adanya


laporan ini meliputi:
1) Orang tua umumnya kurang memiliki kontak dengan
masyarakat daripada segmen populasi lainnya.
2) Orang tua enggan mengakui disalahgunakan atau diabaikan,
karena mereka takut balas dendam atau percaya bahwa situasi
alternatif mungkin lebih buruk daripada pengabaian
3) Banyak mitos dan persepsi negatif yang berhubungan dengan
lansia yang menumbuhkan penolakan yang kuat dari penuaan
dan bahkan lebih kuat dari penolakan masalah sosial yang
terkait dengan lansia yang rentan.

b. Faktor Psikososial

Gangguan fungsi kognitif adalah salah satu karakteristik yang


paling umum dari lansia yang diabaikan. Perhatian yang besar telah
difokuskan pada demensia sebagai faktor resiko untuk mengabaikan diri
sendiri dan juga pelecehan psikologis dan fisik, Miller (1995 dalam
Ramlah, 2011). Pandangan yang lemah, kurangnya wawasan,
ketidakmampuan membuat keputusan yang aman, dan hilangnya kontak
dengan kenyataan merupakan kelemahan spesifik yang bisa
menyebabkan penyalahgunaan dan pengabaian. ketika lansia menyangkal
adanya gangguan kognitif atau menolak bantuan atau evaluasi, akan
meningkatkan resiko pengabaian lansia. Lansia yang tinggal sendiri dan
sadar akan gangguan mereka mungkin takut untuk mengakui, karena
mereka takut bahwa mereka memiliki masalah yang tidak dapat diobati
yang akan dipindahkan ke fasilitas perawatan jangka panjang. Rasa takut
ini bisa berujung pada isolasi sosial, penampakan penyebab gangguan/
kerusakan yang dapat diobati atau reversibel, atau penurunan fungsi yang
progresif namun tidak perlu, Miller (1995 dalam Ramlah, 2011).

c. Faktor Pengasuh
Pengasuhan yang tidak benar menyebabkan pengabaian pada lansia,
ketika mereka yang mengasumsikan peran pengasuhan tidak mampu
melakukan itu karena tekanan hidup, ekonomi, karakteristik kepribadian,
sumber daya yang tidak mencukupi, atau kurang memahami kondisi
lansia. Faktor pengasuh terkait dengan pengabaian lansia termasuk
kesehatan yang buruk, gangguan kognitif, isolasi sosial, ketergantungan,
dan hubungan interpersonal yang buruk dengan lansia yang terabaikan
Miller (1995 dalam Ramlah, 2011).

B. Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik Kasus Pengabaian

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan dan


merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Sunaryo, 2016). Pengkajian keperawatan yang dilakukan meliputi:
mengidentifikasi status kesehatannya (anamnesis dan pemeriksaan fisik), status
gizi, kapasitas fungsional, status psikososial, masalah khusus lainnya yang
dihadapi secara individual (Sunaryo, 2016).
a. Data Umum

1) Nama
2) TTL/Umur
3) Alamat dan no telpon
4) Pendidikan
5) Komposisi keluarga

Komposisi keluarga dibuat dalam bentuk genogram dari 3 generasi.

6) Tipe Keluarga: Menjelaskan mengenai tipe/jenis keluarga beserta


kendala atau masalah-masalah yang terjadi pada keluarga tersebut.
7) Suku: Mengakaji asal usul suku bangsa keluarga serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan
kesehatan.
8) Agama: Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.
9) Status sosial ekonomi Keluarga: Status sosial ekonomi keluarga
ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun
anggota keluarga lainnya.Selain itu sosial ekonomi keluarga
ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh
keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
10) Aktifitas Rekreasi Keluarga: Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat
dari kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi
tempat rekreasi tertentu, namun dengan menonton televisi dan
mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.

b. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini

Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari


keluarga ini.
2) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi

Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh


keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas perkembangan
tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat
penyakit keturunan, adanya riwayat kanker dalam keluarga, riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian keluarga
terhadap pencegahan penyakit termasuk status imunisasi, sumber
pelayanan kesehatan yang bias digunakan keluarga dan pengalaman
terhadapa pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak suami


dan istri.

c. Lingkungan

1) Karakteristik Rumah

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe


rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,
peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic
tank dengan sumber air minum yang digunakan serta denah rumah.
2) Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas


setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan dan

kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang


mempengaruhi kesehatan.
3) Mobilitas geografis keluraga

Data yang perlu dikaji adalah berapa lama keluarga tinggal di


tempat tersebut, adakah riwayat pindah rumah, dari mana
pindahnya. Kemudian ditanyakan juga perkumpulan keluarga dan
interaksi dengan masyarakat, penggunaan pelayanan di komunitas,
dan keikutsertaan keluarga di komunitas.
4) Perkumpulan Keluarga dan interaksi dalam Masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh
mana interaksi keluarga dengan masyarakat.

d. Struktur Keluarga
1) Sistem Pendukung Keluarga

Jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasiltas yang dimilki


keluarga untuk menunjang kesehatan mencakup fasilitas fisik,
fasilitas psikologis atau pendukung dari anggota keluarga dan
fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.
2) Pola komunikasi

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.

3) Struktur Kekuatan Keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi


orang lain untuk mengubah perilaku khususnya perilaku kesehatan
mengenai kanker payudara.
4) Struktur Peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik


secara formal maupun informal, tidak ada konflik dalam peran,
bagaimana perasaan dalam menjalankan perannya, apakah peran
dapat berlaku fleksibel.

5) Nilai dan Norma Budaya

Menjelaskan tentang nilai kebudayaan yang dianut keluarga, nilai


inti keluarga seperti siapa yang berperan dalam mencari nafkah,
kemajuan dan penguasaan lingkungan, orientasi masa depan,
kegemaran keluarga, keluarga sebagai pelindung dan kesehatan bagi
keluarga, apakah ada kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dan nilai
subsistem keluarga, bagaimana pentingnya nilai-nilai keluarga
secara sadar atau tidak, apakah ada konflik nilai yang menonjol
dalam keluarga itu sendiri, bagaimana nilai nilai memengaruhi
kesehatan keluarga khususnya tentang kanker payudara.

e. Fungsi Keluarga

1) Fungsi Afektif

Pada fungsi ini dilakukan pengkajian pada pola kebutuhan keluarga


dan responnya. Apakah anggota keluarga merasakan kebutuhan
individu lain dalam keluarga, apakah anggota keluarga memberikan
perhatian satu sama lain, bagaimana mereka saling mendukung satu
sama lainnya.
2) Fungsi Sosialisasi

Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh


mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya serta
perilaku bagaimana keluarga menanamkan disiplin, penghargaan
dan hukuman bagi anggota keluarga, bagaimana keluarga melatih
otonomi dan ketergantungan, memberi dan menerima cinta, serta
latihan perilaku yang sesuai usia.
3) Fungsi Perawatan Keluarga

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,


pakaian,perlindungan serta merawat anggota keluarga yg sakit.
Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.
Kesanggupan keluarga didalam melaksanakan perawatan kesehatan.

Hal yang perlu dikaji sejauh mana keluarga melakukan pemenuhan


tugas perawatan kesehatan keluarga adalah :
a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan, maka perlu dikaji sejauhmana keluarga mengetahui
fakta-fakta dari masalah kesehatan, meliputi pengertian, tanda
dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya serta
persepsi keluarga terhadap masalah.
b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan yang tepat.
c) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit, termasuk kemampuan memelihara
lingkungan dan menggunakan sumber / fasilitas kesehatan yang
ada di masyarakat.
d) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga
memelihara lingkungan rumah yang sakit.
e) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat.
4) Fungsi reproduksi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:

a) Berapa jumlah anak?


b) Apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota
keluarga?
c) Metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan
jumlah anggota keluarga?
5) Fungsi ekonomi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah:

a) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan


dan papan
b) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada
dimasyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan
keluarga

f. Stress dan koping keluarga

1) Stressor Jangka Pendek dan Panjang


a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari enam
bulan.
b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang di alami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari enam
bulan.
2) Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Masalah

Stressor dikaji sejauh mana keluarga berespon terhadap stressor.

3) Strategi koping yang digunakan

Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi


permasalahan/stress.
4) Strategi adaptasi disfungsional

Dijelaskan menegnai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan


keluarga bila menghadapi permasalahan/stress.

g. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang


digunakan sama dengan pemeriksaan fisik di klinik. Pada saat akan
melakukan pemeriksaan fisik ada beberapa persiapan untuk pemeriksaan
fisik, yaitu :
1) Tunjukkan pendekatan dengan pasien
2) Atur pencahayaan dan lingkungan
3) Tetapkan ruang lingkup pemeriksaan
4) Pilih urutan pemeriksaan
5) Buat pasien merasa nyaman

Pemeriksaan secara umum terhadap bentuk tubuh, tinggi badan,


dan berat badan dimulai ketika pertama kali berhadapan dengan
pasien.

Berikut adalah pengkajian secara umum : warna kulit, ekspresi


wajah, mobilitas, pakaian dan postur, pola bicara, gangguan,
bahasa asing, kesulitan mendengar, alat bantu, tinggi badan dan
perawakannya, deformitas dan muskuloskletal, masalah
penglihatan dan alat bantu yang dipakai, kontak mata dengan
kewaspadaan mental, status nutrisi, masalah pernafasan.
Berikut pengkajian fisik secara spesifik pada sistem tubuh manusia

1) Kaji keadaan umum pasien, tingkat kesadaran, berat badan,


tinggi badan, tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu.
2) TTV: dalam melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, hal
yang perlu diperiksa yaitu tekanan darah, nadi, suhu, dan
pernapasan,
3) BB & TB :berat badan dan tinggi badan klien perlu diukur
untuk melihat status gizi klien.
4) Bagaimana postur tulang belakang lansia: (a). Tegap;
(b).Membungkuk; (c). Kifosis; (d). Scoliosis; (e). Lordosis.
5) Setelah itu dilakukan pemeriksaan fisik Head to toe,
pemeriksaan fisik head to toe dimulai dari kepala, pada saat
melakukan pemeriksaan kepala hal yang perlu dilihat yaitu:
a) Pemeriksaan kepala, kebersihan kepala, apakah kepala
klien bersih atau tidak, rambut klien rontok atau tidak, dan
dikaji apakah ada keluhan lain pada kepala seperti sering
sakit dan pusing, untuk pemeriksaan mata, terdiri dari
pemeriksaan konjungtiva yang kemungkinan ditemukan
konjungtiva anemis atau tidak anemis, pemeriksaan sklera
apakah sklera ikterik atau tidak ikterik, pemeriksaan
penglihatan apakah penglihatan kabur atau masih bersih,
apakah klien menggunakan kacamata atau tidak, dan
tanyakan apakah ada keluhan lain yang dirasakan klien.
b) Pemeriksaan hidung, diperiksa bentuk hidung simetris atau
tidak, ada peradangan atau tidak, apakah ada masalah pada
fungsi penciuman, dan keluhan lain yang mungkin
dirasakan klien, untuk mulut dan tenggorokan, dilihat
apakah mulut bersih atau tidak, mukosa bibir lembab atau
kering, ada peradangan atau tidak pada mulut ataupun gusi,
diperiksa kondisi gigi klien masih utuh atau tidak, ada yang
berlubang atau tidak, dan kemampuan mengunyah klien,
apakah sulit mengunyah makanan yang keras atau masih
mampu mengunyah makanan yang keras, dan diperiksa
kemampuan menelan klien, dan keluhan lainnya,
sedangkan pada telinga, diperiksa apakah telinga bersih
atau tidak, pendengaran masih bagus atau sudah berkurang,
apakah klien menggunakan alat bantu pendengaran dan
keluhan lain jika ada. Pada pemeriksaan leher, diperiksa
apakah ada pembesaran kelenjar tiroid atau tidak, apakah
klien mengalami kaku kuduk atau tidak, dan keluhan
lainnya.
c) Pemeriksaan dada, dilihat bentuk dada apakah simetris kiri
dan kanan, apakah terdapat retraksi dinding dada,
auskultasi suara napas, ada atau tidak ada suara napas
tambahan, ada wheezing atau tidak, ada ronchi atau tidak,
ada bunyi napas tambahan atau tidak pada klien, pada
abdomen, bentuk abdomen normal atau tidak, apakah ada
edema, lesi, nyeri tekan, kembung, atau keluhan lainnya
pada abdomen klien, untuk genetalia, apakah genetalia
klien bersih atau tidak, apakah ada hemoroid, hernia dan
keluhan lain yang dirasakan klien pada genitalia atau tidak
ada.
d) Pemeriksaan ekstremitas, bagaimana kondisi kekuatan otot
klien dimana (0: lumpuh, 1:ada kontraksi, 2:melawan
grafitasi dengan sokongan, 3: melawan grafitasi tapi tidak
ada tahanan, 4: melawan grafitasi dengan tahanan sedikit,
5: melawan grafitasi dengan kekuatan penuh), apakah ada
tremor pada ekstremitas klien atau tidak, apakah ada edema
atau tidak, apakah klien menggunaan alat bantu berjalan
seperti tongkat atau kursi roda, untuk bagian integument
dilihat apakah kulit bersih atau tidak, bagaimana warna,
kelembaban, dan tekstur kulit, apakah ada masalah pada kulit
atau tidak.

h. Pengkajian Status Fungsional

Pengkajian status fungsional ini meliputi pengukuran kemampuan


seseorang dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, penentuan
kemandirian, mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan klien, serta
menciptakan pemilihan intervensi yang tepat. Aktivitas tersebut meliputi
makan, aktivitas ke toilet, berpindah tempat/posisi, berpakaian, kebersihan
diri, mencuci muka, menyisir rambut, dan menggosok gigi, naik turun
tangga, mengontrol defekasi dan mengontrol berkemih.

i. Pengkajian status kognitif

Pengkajian status kognitif merupakan pemeriksaan status mental sehingga


dapat memberikan gambaran perilaku dan kemampuan mental dan fungsi
intelektual. Pengkajian status mental ditekankan pada pengkajian tingkat
kesadaran, perhatian, keterampilan berbahasa, ingatan interpretasi Bahasa,
keterampilan menghitung dan menulis, serta kemampuan konstruksional.

j. Pengkajian aspek spiritual

1) Pengkajian data subjektif

Mencakup konsep ketuhanan, sumber kekuatan dan harapan, praktik


agama dan ritual, dan hubungan antara keyakinan spiritual dan kondisi
kesehatan.
2) Pengkajian data objektif

Dilakukan dengan melakukan observasi, yang meliputi afek dan sikap


(pasien tampak kesepian, depresi, marah, cemas, apatis, dll), perilaku
(pasien berdoa sebelum makan, membaca kitab suci, mengeluh sulit
tidur, mimpi buruk, berkata-kata kotor), verbalisasi (pasien menyebut
Tuhan, berdoa, ke rumah ibadah, dll), hubungan interpersonal (siapa
pengunjung pasien, bagaimana respon pasien terhadap pengunjung),
lingkungan (apakah pasien membawa kitab suci kemanapun dia pergi,
apakah dia memakai jilbab bagi perempuan)

k. Pengkajian fungsi sosial

Pengkajian ini lebih ditekankan pada hubungan lansia dengan keluarga,


karena perawatan jangka panjang membutuhkan dukungan fisik dan
emosional dari keluarga (Sunaryo, 2016).

l. Harapan Keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap


petugas kesehatan yang ada.

2. Analisis, Diagnosa Keperawatan dan Prioritas Masalah


a. Analisa Data Keperawatan Gerontik

DATA MASALAH PENYEBAB


- Berat badan 20% atau lebih di Ketidakseimbangan - Faktor biologis
bawah rentang berat badan ideal nutrisi kurang dari - Gangguan
- Bising usus hiperaktif kebutuhan tubuh / psikososial
- Ketidakmampuan memakan Defisit Nutrisi - Ketidakmampuan
makanan mencerna makanan
- Kurang minat pada makanan - Kurang asupan
- Membran mukosa pucat makanan
- Gangguan sikap berjalan Hambatan - Ansietas
- Gerakan lambat mobilitas - Depresi
- Keterbatasan rentang gerak fisik - Gangguan
- Ketidaknyamanan muskuloskeletal
- Penurunan kemampuan melakukan - Penurunan
keterampilan motoric halus dan kasar kekuatan otot
- Penurunan
ketahanan tubuh
- Ketidakmampuan membasuh tubuh Defisit perawatan - Ansietas
- Ketidakmampuan mengakses kamar diri - Gangguan
mandi muskuloskeletal
- Ketidakmampuan mengambil - Gangguan
perlengkapan neuromuskular
mandi - Kelemahankendala
- Ketidakmampuan mengeringkan lingkungan
tubuh - ketidaknyamanan
- Ketidakmampuan menjangkau penurunan
sumber air motivasi
- Hambatan memilih pakaian
- Hambatan mempertahankan
penampilan yang
memuaskan
- Hambatan mengambil pakaian
- Hambatan mengenakan pakaian
- Hambatan menggunakan resleting
- Ketidakmampuan mengenakan dan
melepaskan
atribut pakaian
- Ketidakmampuan mengancingkan
pakaian
- Penggunaan alat bantu (tongkat, Risiko - Faktor usia
kursi roda) jatuh - Kelemahan
- Memiliki riwayat jatuh ekstemitas bawah
- Usia ≥ 60 tahun - Gangguan
- Kurang pencahayaan muskuloskeletal
- Penggunaan karpet yang tidak
rata/terlipat
- Penurunan kekuatan ekstremitas
bawah
- Ketidakmampuan keluarga untuk Ketidakefektifan - Gangguan fungsi kognitif
bertanggungjawab dalam memenuhi pemeliharaan - Gangguan persepsi
praktik kesehatan dasar kesehatan - Hambatan pengambilan
- Kurang dukungan sosial keluarga Keputusan
- Kurang pengetahuan tentang praktik - Keterampilan komunikasi
kesehatan dasar tidak efektif
- Pola perilaku kurang mencari - Strategi koping tidak
bantuan kesehatan efektif
- Tidak menunjukkan minat pada - Kurang pengetahuan
perbaikan perilaku sehat
- Tidak menunjukkan perilaku adaptif
terhadap perubahan lingkungan
- Akselerasi gejala penyakit seorang Ketidakefektifan - Kerumitan system
anggota keluarga manajemen pelayanan kesehatan
- Kegagalan melakukan tindakan kesehatan keluarga - Kesulitan ekonomi
mengurangi faktor resiko - Konflik keluarga
- Kesulitan dengan regimen yang - Konflik pengambilan
ditetapkan keputusan
- Ketidaktepatan aktivitas keluarga
untuk memenuhi tujuan kesehatan
- Kurang perhatian pada penyakit

b. Diagnosis keperawatan
Carpenito, 2000 (dalam Sunaryo,dkk, 2011), menjelaskan bahwa
diagnosis keperawatan memberikan dasar petunjuk untuk memberikan terapi
yang pasti dimana perawat bertanggungjawab di dalamnya. Diagnosis
keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respons individu, keluarga,
dan masyarakat tentang masalah kesehatan actual atau potensial, dimana
berdasarkan penelitian dan pengalamannya, perawat secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga,
menurunkan, membatasi, mencegah, dan mengubah status kesehatan klien.
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada masalah
pengabaian lansia dalam keluarga: a) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh; b) Hambatan mobilitas fisik; c) Defisit perawatan diri; d)
Risiko jatuh e) Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan keluarga; f) Perilaku
kesehatan cenderung beresiko;

3. Perencanaan / Intervensi

No Diagnosa Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)


keperawatan
1. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari keperawatan selama 1x24 a. Observasi
kebutuhan tubuh / jam diharapkan status - Identifikasi status
Defisit nutrisi nutrisi meningkat dengan nutrisi
kriteria hasil : - Identifikasi
1. Porsi makan yang kebutuhan kalori dan
dihabiskan jenis nutrient
meningkat - Monitor asupan
2. Kekuatan otot makan
pengunyah - Monitor BB
meningkat b. Terapeutik
3. Kekuatan otot - Sajikan makanan
menelan meningkat secara menarik dan
4. Berat badan suhu yang sesuai
membaik - Berikan makanan
5. IMT membaik tinggi serat untuk
6. Frekuensi makan mencegah konstipasi
membaik - Berikan makanan
7. Nafsu makan
tinggi protein dan
membaik
tinggi kalori
8. Bising usus
- Berikan suplemen
membaik
makan,jika perlu
9. Membran mukosa
c. Kolaborasi
membaik
- Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan
2. Hambatan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Dukungan Mobilisasi
fisik keperawatan selama 1x24 a. Observasi
jam diharapkan mobilitas - Identifikasi adanya
fisik meningkat dengan nyeri atau keluhan
kriteria hasil : fisik lainnya
1. Pergerakan - Identifikasi toleransi
ekstremitas fisik melakukan
meningkat pergerakan
2. Kekuatan otot - Monitor frekuensi
meningkat jantung dan tekanan
3. Rentang gerak darah sebelum
(ROM) meningkat memulai mobilisasi
4. Nyeri menurun b. Terapeutik
5. Kecemasan menurun - Fasilitasi aktivitas
6. Gerakan terbatas mobilisasi dengan
menurun alat bantu (mis. pagar
7. Kelemahan fisik tempat tidur)
menurun - Fasilitasi melakukan
pergerakan,jika perlu
- Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
c. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan
3. Defisit perawatan Setelah dilakukan tindakan Dukungan perawatan diri
diri keperawatan selama 1x24 a. Observasi
jam diharapkan perawatan - Identifikasi kebiasaan
diri meningkat dengan aktivitas perawatan
kriteria hasil : diri sesuai usia
1. Kemampuan mandi - Monitor tingkat
meningkat kemandirian
2. Kemampuan - Identifikasi
mengenakan pakaian kebutuhan alat bantu
meningkat kebersihan diri,
3. Kemampuan ke berpakaian, berhias,
toilet (BAB/BAK) dan makan
meningkat b. Terapeutik
4. Verbalisasi - Sediakan lingkungan
keinginan yang terapeutik
melakukan - Siapkan keperluan
perawatan diri pribadi
meningkat - Dampingi dalam
5. Minat melakukan melakukan perawatan
perawatan diri diri sampai mandiri
meningkat - Fasilitasi untuk
6. Mempertahankan menerima keadaan
kebersihan diri ketergantungan
meningkat
- Fasilitasi
7. Mempertahankan
kemandirian, bantu
kebersihan mulut
jika tidak mampu
meningkat
melakukan perawatan
diri
- Jadwalkan rutinitas
perawatan diri
c. Edukasi
- Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
4. Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan Pencegahan jatuh
keperawatan selama 1x24 a. Observasi
jam diharapkan tingkat jatuh - Identifikasi factor
menurun dengan kriteria risiko jatuh
hasil : - Identifikasi risiko
1. Jatuh dari tempat jatuh setidaknya
tidur menurun sekali setiap shift
2. Jatuh saat berdiri atau sesuai dengan
menurun kebijakan institusi
3. Jatuh saat duduk - Identifikasi factor
menurun lingkungan yang
4. Jatuh saat berjalan meningkatkan risiko
menurun jatuh
5. Jatuh saat - Hitung risiko jatuh
dipindahkan dengan menggunakan
menurun skala
6. Jatuh saat dikamar - Monitor kemampuan
mandi menurun berpindah dari tempat
tidur ke kursi roda
dan sebaliknya
b. Terapeutik
- Orientasikan ruangan
pada pasien dan
keluarga
- Pastikan roda tempat
tidur dan kursi roda
selalu dalam kondisi
terkunci
- Pasang handrall
tempat tidur
- Atur tempat tidur
mekanis posisi
terendah
- Tempatkan pasien
berisiko tinggi jatuh
dekat dengan
pantauan perawat
dari nurse station
- Gunakan alat bantu
berjalan (mis. kursi
roda,walker)
c. Edukasi
- Anjurkan memanggil
perawat jika
membutuhkan
bantuan untuk
berpindah
- Anjurkan
menggunakan alas
kaki yang tidak licin
- Anjurkan
berkonsentrasi untuk
menjaga
keseimbangan tubuh

5. Pemeliharaan Setelah dilakukan asuhan A. Kontrol Perilaku Positif


kesehatan tidak keperawatan selama …x24 1. Observasi
efektif jam,diharapkan a. Identifikasi kemampuan
pemeliharaan kesehatan mental dan kognitif
meningkat. untuk membuat kontrak
Dengan kriteria hasil: b. Identifikasi cara dan
1) Menunjukkan perilaku sumber daya terbaik
adaptif meningkat untuk mencapai tujuan
dengan skala 5 c. Identifikasi hambatan
2) Menunjukkan dalam menerapkan
pemahaman perilaku perilaku positif
sehat meningkat dengan d. Monitor pelaksanaan
skala 5 perilaku ketidaksesuaian
3) Kemampuan dan kurang komitmen
menjalankan perilaku untuk memenuhi kontrak
sehat meningkat dengan 2. Terapeutik
skala 5 a. Ciptakan lingkungan
4) Perilaku mencari yang terbuka untuk
bantuan meningkat membuat kontrak
dengan skala 5 perilaku
5) Menunjukkan minat b. Fasilitasi pembuatan
meningkatkan perilaku kontrak tertulis
sehat meningkat dengan c. Diskusikan perilaku
skala 5 kesehatan yang ingin
6) Memiliki system diubah
pendukung meningkat d. Diskusikan tujuan positif
dengan skala 5 jangka pendek dan
jangka panjang yang
realistis dan dapat
dicapai
e. Diskusikan
pengembangan rencana
perilaku positif
f. Diskusikan cara
mengamati perilaku
g. Diskusikan penghargaan
yang diinginkan ketika
tujuan tercapai
h. Diskusikan konsekuensi
atau sanksi tidak
memenuhi kontrak
i. Tetapkan batas waktu
yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan tindakan
yang realistis
j. Pastikan kontrak
ditandatangani oleh
semua pihak yang
terlibat
k. Libatkan keluarga dalam
proses kontrak
3. Edukasi
a. Anjurkan menuliskan
tujuan sendiri, jika perlu

B. Pelibatan Keluarga
1. Observasi
a. Identifikasi kesiapan
keluarga untuk terlibat
dalam perawatan
2. Terapeutik
a. Ciptakan hubungan
terapeutik pasien dengan
keluarga dalam
perawatan
b. Diskusikan cara
perawatan di rumah (mis.
Kelompok, perawatan di
rumah, atau rumah
singgah)
c. Motivasi keluarga
mengembangkan aspek
positif rencana perawatan
d. Fasilitasi keluarga
membuat keputusan
3. Edukasi
a. Jelaskan kondisi pasien
kepada keluarga
b. Informasikan tingkat
ketergantungan pasien
kepada keluarga
c. Informasikan harapan
pasien kepada keluarga
d. Anjurkan keluarga
bersikap asertif dalam
perawatan
e. Anjurkan keluarga
terlibat dalam perawatan
6. Perilaku kesehatan Setelah dilakukan asuhan A. Kontrol Perilaku Positif
cenderung beresiko keperawatan selama …x24 1. Observasi
jam, diharapkan perilaku a. Identifikasi kemampuan
kesehatan membaik. mental dan kognitif
1) Penerimaan terhadap untuk membuat kontrak
perubahan status b. Identifikasi cara dan
kesehatan meningkat sumber daya terbaik
dengan skala 5 untuk mencapai tujuan
2) Kemampuan melakukan c. Identifikasi hambatan
tindakan pencegahan dalam menerapkan
masalah kesehatan perilaku positif
meningkat dengan skala d. Monitor pelaksanaan
5 perilaku ketidaksesuaian
3) Kemampuan dan kurang komitmen
peningkatan kesehatan untuk memenuhi kontrak
meningkat dengan skala 2. Terapeutik
5 a. Ciptakan lingkungan
4) Pencapaian yang terbuka untuk
pengendalian kesehatan membuat kontrak
meningkat dengan skala perilaku
5 b. Fasilitasi pembuatan
kontrak tertulis
Diskusikan
4. Implementasi keperawatan
Implementasi pada asuhan keperawatan keluarga dapat dilakukan
pada individu dalam keluarga dan pada anggota keluarga lainnya.
Implementasi yang ditujukan pada individu meliputi (IPKKI, 2017): a)
Tindakan keperawatan langsung; b) Tindakan kolaboratif dan pengobatan
dasar; c) Tindakan observasi; d) Tindakan pendidikan kesehatan

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi Keperawatan bertujuan untuk mengetahui tingkat
perkembangan terhadap implementasi yang telah dilakukan, serta menilai
keberhasilan aktivitas yang telah dilakukan, antara lain dengan:
mengumpulkan data tentang respon klien, membandingkan respon dengan
kriteria, menganalisa alasan pencapaian tujuan, dan memodifikasi rencana
keeprawatan bila perlu. Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemajuan status
kesehatan klien, membandingkan respons klien dengan kriteria hasil dan
menyimpulkan hasil kemajuan masalah dan kemajuan pencapaian tujuan
keperawatan klien ( Sunaryo, 2016).

C. Asuhan keperawatan kasus Pengabaian

Kasus : Nenek J yang hidup sebagai kepala keluarga dengan dua orang cucu yang sudah
remaja yang tidak memperhatikan nenek, mereka jarang mengurus nenek, tidak
mengantarkan nenek mengontrol kesehatan ke fasilitas kesehatan secara rutin, tidak
membantu nenek menyiapkan makanan dan minuman, dan sering meninggalkan nenek
sendiri di rumah.

PENGKAJIAN KELUARGA

I. DATA UMUM
1. Nama Keluarga (KK) : Ny.J
2. Alamat dan telepon : Kampung Tanjung kota Padang
3. Komposisi Keluarga : Ibu yang sudah tua, dan dua orang cucu
No Nama Hub dg KK TTL/Umur Pendidikan
1. Ny.S Ibu SD

2. An..N Cucu SMA

3. An. R Cucu SMP

Genogram :

Keterangan :

: Meninggal

: Perempuan

: Laki-laki

: Keluarga satu Rumah

: Menderita Gastritis

4. Tipe keluarga
Pada saat dikaji keluarga secara umum keluarga Ny.J termasuk keluarga inti
(nuclear family) yang terdiri dari nenek dan 2 orang cucu yaitu cucu N dan cucu
R. Nenek J hanya tinggal berdua dengan cucunya yang dititipkan oleh ayahnya
kepada nenek J. Ibu kandung mereka sudah meninggal saat mereka masih kecil.
Anak-anak nenek J sudah menikah semua dan tinggal terpisah dengan nenek J.
5. Suku
Keluarga Ny.J berasal dari suku minang yaitu bersuku bodi.
6. Agama
Keluarga Ny.J menganut agama islam. dan keluarganya selalu menjalankan sholat
5 waktu dan merupakan kegiatan wajib yang dilakukan keluarga setiap hari.

7. Status Sosek Keluarga


a. Pekerjaan
- Ny.S : Tidak bekerja
b. Tempat Bekerja : Nenek J tidak bekerja
c. Sumber Penghasilan : Dari uang pensiunan nenek J
d. Jumlah Penghasilan : Jumlah penghasilan Ny.S setiap bulan nenek J
mendapat uang pensiunan sebesar Rp 3.000.000
e. Vasilitas :-

8. Aktifitas Rekreasi Keluarga


Ny.S tidak pergi berekreasi hanya saja serin pergi pengajian membuat hatinya
tenang, cucunya sering keluar rumah

II. RIWAYAT & TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


1. Tahap Perkembangan Keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah tahap viii yaitu keluarga lansia dan
pensiunan

2. Tugas Perkembangan Keluarga yang belum terpenuhi


Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi yaitu kedua cucu nenek J
yang belum bisa mandiri dalam melakukan aktifitas di rumah. Seperti cucu N
masih jarang membantu nenek memasak, mencuci, dan membersihkan rumah. .

3. Riwayat Kesehatan keluarga inti


Pada saat dilakukan pengkajian Ny.S mengatakan Semua fungsi tubuh nenek
sudah mulai berkurang, seperti fungsi otot, nenek J memiliki kelemahan pada otot
ekstremitas bawah dan nenek J berjalan lambat, membungkuk serta berpegangan
pada dinding. Nenek J tinggal bersama dua orang cucu yang masih remaja, yaitu
cucu N perempuan berusia 16 tahun dan cucu R laki-laki berusia 15 tahun. Nenek
J mengurus rumah dan cucunya sendiri, cucu nenek J sekolah di SMP dan yang
perempuan di SMA. nenek J sudah menderita hipertensi sejak lama, tetapi
hipertensi nenek J tidak terkontrol. Nenek J pergi berobat jika mata sudah kabur,
berkunang-kunang, dan kepala terasa pusing.

4. Riwayat keluarga sebelumnya


Ny.S mengatakan bahwa keluarga tidak memiliki riwayat hipertensi.

III. LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah (Termasuk Denah)
Rumah nenek J lantainya dari semen dan ada yang berlubang, di luar rumah seng
rumah nenek J masih ada yang bocor sehingga saat hujan, teras rumah nenek J basah
dan licin. Dapur, sumur, dan gudang berada di satu ruangan tanpa pembatas, dan 1
kamar mandi di dekat dapur. Di dekat dapur banyak kayu yang berserakan dan tertata
tidak rapi. Ruang tamu nenek J terdapat kursi dan banyak tumpukan kain di atas kursi
tersebut. Halaman rumah nenek J banyak tanah sehingga saat hujan halaman nenek
becek dan licin. Terdapat fasilitas kesehatan di dekat lingkungan tempat tinggal nenek
J seperti posyandu, klinik bidan, dan puskesmas.

Denah Rumah
B
kam kamar Dapur
ar

U S
Ruang Tamu
kamar wc

2. Karakteristik tetangga & Komunitas RW


Pada saat dilakukan pengkajian keluarga mengatakan mempunyai tetangga yang
ramah. Jarak antara rumah keluarga dan tetangga kurang lebih 5-10 meter.
Keluarga mengatakan mempunyai hubungan yang baik dengan tetangga.
3. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Ny.J merupakan asli penduduk Kampung Tanjung kota Padang
4. Perkumpulan keluarga & Interaksi dengan masyarakat
Ny.J mengatakan tidak sesering sebelum pandemic ini jika bertemu dengan
tetangganya. Cucu nya sering keluar rumah.
5. Sistem Pendukung Keluarga
Ny.J memiliki BPJS yang digunakan saat melakukan pengobatan.
Keluarga/cucunya tidak mengantarkan nenek mengontrol kesehatan ke fasilitas
kesehatan secara rutin.

IV. STRUKTUR KELUARGA


1. Pola Komunikasi keluarga
Komunikasi antar keluarga adalah komunikasi terbuka, komunikasi antar
keluarga baik. Bahasa yang digunakan dalam sehari-hari adalah Bahasa minang.
2. Struktur kekuatan keluarga
Struktur kekuatan keluarga terletak pada Ny.J, dimana saat terjadi permasalahan
dalam keluaraga akan diselesaikan dengan cara yang baik.
3. Struktur peran
Nenek J berperan sebagai kepala keluarga dan orang tua serta nenek dari anak dan
cucunya, nenek J tinggal dengan kedua cucunya dan memenuhi kebutuhan sehari-
hari cucunya.
4. Nilai dan Norma Budaya
Nilai kebudayanan yang dianut keluarga adalah budaya minang, keluarga sangat
mendukung nilai dan norma budaya mereka seperti saling menhormati dan
berpakaian yang sopan, keluarga menganut nila-nilai tersebut secara sadar dan
tidak ada konflik dalam keluarga, menurut Ny..J tidak ada nilai dan norma budaya
yang bertentangan dengan kesehatan.

V. FUNGSI KELUARGA
Nenek J mengetahui akan kelemahan yang dialaminya dan mengetahui apa
penyakit yang sedang dialaminya. Biasanya saat sakit nenek J akan mengkonsumsi
obat herbal terlebih dahulu, jika tidak ada perubahan baru dibawa ke fasilitas
kesehatan. Keluarga nenek J masih belum mampu memodifikasi lingkungan yang
nyaman dan aman untuk kesehatan, terlihat dari ruang tamu yang banyak berserakan
kain-kain di atas kursi dan lantai yang kotor, di ruangan belakang terdapat satu
ruangan yang disana ada dapur, sumur, kamar mandi, jamban, dan gudang yang tidak
ada pembatas yang jelas, banyak kayu-kayu berserakan di dekat dapur, kain
bergantungan, dan pencahayaan yang kurang. Nenek J pernah terjatuh di rumahnya,
nenek J jarang mengontrol kesehatannya ke fasilitas kesehatan.

VI. STRESS DAN KOPING KELUARGA


1. Stressor Jangka Pendek
Ny.J mengatakan bahwa hal yang mengganggu pikiranya saat ini adalah Dan
nenek J juga sering memikirkan apa sambal yang akan dibuat setiap hari untuk
cucu-cucunya.
2. Stressor Jangka Panjang
Ny.J mengatakan yang menjadi beban nenek J yaitu bagaimana dengan nasib
cucunya saat dia tiada, karena di usia cucunya yang sudah remaja mereka masih
belum bisa melakukan pekerjaan rumah sendiri.
3. Kemampuan keluarga berespon terhadap Masalah
Ny.J mengatakan jika ada masalah dalam keluarga, biasanya keluarga nenek J
mencari jalan keluar dengan bermusyawarah. Jika ada anggota keluarga yang sakit
biasanya diberi obat herbal terlebih dahulu, jika tidak ada perubahan dibawa ke
fasilitas kesehatan
4. Strategi Koping yang digunakan
Ny.S mengatakan jika ada masalah dikeluarganya selalu bermusyawarah. Selain
itu mereka juga berkomonikasi dengan baik dengan masyarakat sekitar. Selama
pandemic covid 19 tetap berkomunikasi dengan baik tetapi menggunakan protokol
kesehatan dan selalu berdoa kepada Allah SWT agar penyakit bisa sembuh.
5. Strategi Adaptasi Disfungsional
Sejauh ini keluarga mampu menyelesaikan masalah yang terjadi dalam keluarga
secara baik-baik, berfikir jernih, selalu berkomunikasi dengan baik dan mencari
solusi dalam memecahkan masalah.

VII. HARAPAN KELUARGA


Keluarga Ny. J berharap selalu diberikan kesehatan oleh Allah SWT , dilindungi dari
segala marabahaya, penyakit apalagi saat pandemic ini. Dan apapun urusan yang
dihadapinya di mudahkan dan di lancarkan kedepannya.

VIII. Tambahan / data pendukung / Lab/ dan data spesifik


-

IX. PEMERIKSAAN FISIK ANGGOTA KELUARGA


(Semua Anggota Keluarga)
Pemeriksaa Ny.S An. N An. R
n Fisik
Keadaan Sadar Sadar Sadar
Umum
Tekanan 140/90 mmHg 125/80 mmHg 120/70 mmHg
Darah
Nadi 89x/menit 81x/menit x/89menit
Suhu 36,8 C 36,5 C 36,5 C
RR 20x/menit 20x/menit 19x/menit
BB 41,7 kg 56 Kg 58 Kg
TB 145 cm 156 cm 160 cm
Kepala Bulat Bulat Bulat
Rambut Beruban, Hitam , lurus, Hitam, ikal
lurus, tidak tidak panjang, tidak
berketombe berketombe berketombe
Mata Konjuctiva Konjuctiva Konjuctiva
non anemi non anemi non anemi
Hidung Simetris kiri Simetris kiri Simetris kiri
dan kanan , dan kanan , dan kanan ,
tidak ada tidak ada tidak ada
secret, tidak secret, tidak secret, tidak
ada polip ada polip ada polip
Mulut Gigi tidak ada Masih rapid an Tidak ada
yang copot, putih masalah
tidak
menggunakan
gigi palsu.
Telinga Simetris kiri Simetris kiri Simetris kiri
dan kanan , dan kanan , dan kanan ,
tidak ada tidak ada tidak ada
serumen, serumen, serumen,
pendengaran pendengaran pendengaran
baik baik baik
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada
nyeri telan , nyeri telan , nyeri telan ,
tidak tidak tidak
pembengkaka pembengkakan pembengkakan
n kelenjar kelenjar tyroid kelenjar tyroid
tyroid , tidak , tidak ada , tidak ada
ada pembengkakan pembengkakan
pembengkaka vena jugularis vena jugularis
n vena
jugularis
Dada I : simetris kiri I : simetris kiri I : simetris kiri
dan kanan dan kanan dan kanan
P:fremitus kiri P:fremitus kiri P:fremitus kiri
dan kanan dan kanan dan kanan
P:sonor P:sonor P:sonor
A:tidak ada A:tidak ada A:tidak ada
suara suara suara
tambahan tambahan tambahan
Jantung I: Ictus cordis I: Ictus cordis I: Ictus cordis
tidak tampak tidak tampak tidak tampak
P: Ictus cordis P: Ictus cordis P: Ictus cordis
tidak teraba tidak teraba tidak teraba
P: Pekak P: Pekak P: Pekak
A: Reguler A: Reguler A: Reguler
Perut Tidak ada Ada nyeri Tidak ada
nyeri tekan, tekan, nyeri tekan ,
tidak ada kembung , tidak ada
kembung , tidak ada kembung ,
tidak ada pembengkakan tidak ada
pembengkaka pembengkakan
n
Ektremitas Jumlah jari Jumlah jari Jumlah jari
tangan dan jari tangan dan jari tangan dan jari
kaki lengkap , kaki lengkap , kaki lengkap ,
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
nyeri pada nyeri pada nyeri pada
ektremitas ektremitas ektremitas
Kaki lemah,
tidak kuat
berjalan jauh
Integument Tidak ada lesi Tidak ada lesi Tidak ada lesi
atau luka atau luka atau luka

PRAKTIK KEPERAWATAN GERONTIK


MAHASISWA TK III PRODI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2020

FORM PENGKAJIAN

A. IDENTITAS DIRI KLIEN


Nama (Umur) : Ny.J (92 tahun)
Jenis kelamin : perempuan
Status Perkawinan : Janda
Agama / Suku : islam / minang
Pendidikan terakhir : SD
Sumber Informasi : Klien / Ny.J
Keluarga yang bisa di hubungi: Cucunya Ny.J
Diagnosis Medis (Jika Ada) : Hipertensi

B. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


1. Keluhan Utama
Ibu mengatakan kaki lemah saat berjalan, jari kaki bersilangan, berjalan dengan
menggunakan tongkat, Ibu mengatakan Semua fungsi tubuh nenek sudah mulai
berkurang, seperti fungsi otot, nenek J memiliki kelemahan pada otot ekstremitas
bawah dan nenek J berjalan lambat, membungkuk serta berpegangan pada dinding.
nenek J sudah menderita hipertensi sejak lama, tetapi hipertensi nenek J tidak
terkontrol. Nenek J pergi berobat jika mata sudah kabur, berkunang-kunang, dan
kepala terasa pusing
2. Kronologi keluhan
a. Faktor pencetus :-
b. Timbulnya keluhan : Bertahap
c. Lamanya : Ny.S mengatakan ia menderita hipertensi sudah sejak
lama
d. Upaya klien untuk Mengatasi
Nenek J dan keluarga biasanya pergi berobat ke klinik bidan atau jika hanya
demam biasa nenek J menggunakan obat herbal yang ditanam di halaman
rumahnya. Nenek J juga menggunakan obat warung untuk mengobati kakinya
yang sakit yaitu minyak urut.
3. Alasan masuk panti :-
4. Tanggal masuk panti :-

C. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


1. Riwayat alergi (makanan, Obat, binatang, lingkungan) :
2. Riwayat kecelakaan : pernah terjatuh di rumah
3. Riwayat di rawat di RS :
Riwayat pemakaian obat :

D. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Ny.S mengatakan bahwa tidak ada keluarga yang memiliki penyakit hipertensi
E. RIWAYAT PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL
1. Orang terdekat dengan klien : Anak dan cucunya.
2. Masalah yang mempengaruhi klien :
Ny.J mengatakan yang menjadi beban nenek J yaitu bagaimana dengan nasib cucunya
saat dia tiada, karena di usia cucunya yang sudah remaja mereka masih belum bisa
melakukan pekerjaan rumah sendiri.
Mekanisme koping terhadap stress
( ) Pemecahan masalah ( v ) Minum Obat ( ) Tidur
( ) Makan ( v ) Cari pertolongan ( ) Lain”, sebutkan

3. Persepsi klien terhadap penyakitnya


a. Hal yang sangat dipikirkan klien saat ini :
Ny.J mengatakan cemas apabila penyakitnya tidak bisa sembuh. Dan memikirkan
nasib cucunya jika ia sudah tiada

4. Sistem nilai kepercayaan


a. Aktifitas keagamaan / kepercayaan yang dilakukan (macam dan frekuensi) :
Ny.J melakukan sholat 5 waktu setiap harinya dan membaca Al-Quran setelah
maghrib.

b. Kegiatan keagamaan / kepercayaan yang ingin dilakukan :


Ny.J ingin mengikuti kegiatan tambahan seperti wirid pengajian dan anggota
yaasin kembali, karena untuk saat ini Ny.J tidak bisa mengikuti karena keadaan
pandemi covid dan kondisi ibu terkadang kambuh.

c. Kepercayaan akan adanya kematian :


Ny.J mengatakan bahwa iya percaya dengan Allah SWT karena setiap yang
bernyawa pasti akan mati, dan dia percaya bahwa dunia ini tidak kekal yang sudah
diatur oleh Allah SWT.

F. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


1. Nutrisi
a. Frekuensi makan : d Nafsu makan :
Klien makan 3x1 hari dengan porsi . Nafsu makan klien baik
sedang
b Jenis makanan : e. Makanan yang disukai / alergi /
. Setelah sakit klien memakan pantangan :
makanan yang sama dengan cucunya Sate, klien tidak suka meminum
susu atau minuman atau makanan
yang mengandung susu

c. Kebiasaan sebelum makan : f. BB / TB : 145 cm / 41,7 kg


Klien memiliki kebiasaan makan
yaitu minum sebelum makan

2. Eliminasi
a. Berkemih
 Frekuensi : klien berkemih lebih kurang 4-6x/hari
 Warna : jernih kekuningan
 Keluhan yang berhubungan dengan BAK : tidak ada

b. Defekasi
 Frekuensi : 1-3x/hari
 Warna : kuning kecoklatan
 Waktu : sering pada pagi hari
 Bau : bau khas feses
 Konsistensi : lembek
 Keluhan yang berhubungan dengan defekasi : tidak ada
 Pengalaman makan laksatif : tidak ada

3. Higiene Personal
a. Mandi
* Frekuensi : * Pakai Sabun (Ya / Tidak) :
Klien mandi 2x1 hari pagi dan Klien mandi menggunakan sabun
sore batang
b. Higiene Oral
* Frekuensi : * Waktu :
Klien menggosok gigi Klien menggosok gigi pada saat
sebanyak 3x1 hari mandi pagi, mandi sore, dan
menjelang tidur
c. Cuci Rambut
* Frekuensi : * Pakai Shampo (Ya / Tidak) :
3x1 minggu Klien menggunakan shampo
d. Gunting kuku
* Frekuensi : klien guntung
kuku 1x/minggu

4. Istirahat dan tidur


* Lama tidur (jam / hari) : * Tidur Siang (Ya / Tidak) :
Klien tidur malam selama lebih Klien tidak memiliki kebiasaan
kurang 7 jam setiap malam, dari tidur siang.
jam 21.00 – 04.00 WIB

5. Aktivitas dan latihan


a. Olah Raga (Ya / Tidak)
Jenis dan frekuensi : klien mengatakan dulu ia sering olahraga marathon dan
senam, tetapi saat ini tidak lagi karena klien sakit.

b. Kegiatan waktu luang : waktu luang sering melakukan cocok tanam

c. Keluhan dalam beraktifitas ;


( ) Pergerakan tubuh : ( ) Sesak nafas setelah latihan :
pergerakan terganggu karna Tidak ada keluhan
kaki lemah saat berjalan
( ) Mengenakan pakaian : ( ) Mandi :
Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
( ) Bersolek : ( ) Lain – lain : -
Tidak ada keluhan
6. Kebiasaan
a. Merokok (Ya / Tidak)
Frekuensi / jumlah / lama pakai : -
b. Minuman Keras (Ya / Tidak)
Frekuensi / jumlah / lama pakai : -
c. Ketergantungan obat (Ya / Tidak)
Frekuensi / jumlah / lama pakai : saat ini klien mengonsumsi obat ranitidine
dan etasid untuk mengatasi maghnya apabila kambuh.

G. PEMERIKSAAN FISIK
1 Keadaan Umum (TTV) : 7. Leher
. Compos Mentis (GCS 15) Tidak ada nyeri telan, tidak ada
TD : 140/90 mmHg pembesaran kelenjer getah bening
N : menitx/menit dan thyroid.
RR : 20x/menit
S : 36,8 C
2 Rambut 8. Dada
. Beruban, lurus, dan tidak I : simetris kiri dan kanan
berketombe. P : fremitus kiri dan kanan
P : sonor
A : tidak ada suara tambahan
3 Mata 9. Abdomen
. Konjungtiva non anemi, sklera tidak I : iktus cordis tidak terlihat
ikterik, penglihatan mulai kabur saat P : nyeri tekan
ini menggunakan kaca mata P : pekak
A : bising usus normal

4 Hidung 10. Genitalia


. Simetris kiri dan kanan, tidak ada Tidak dilakukan pemeriksaan
secret, tidak ada polip.
5 Telinga 11. Ekstremitas
. Simetris kiri dan kanan, tidak ada Tidak ada edema, akral teraba
serumen, pendengaran baik. hangat.
6 Mulut dan Bibir
. Mukosa bibir kering, sedikit pucat,
memakai gigi palsu pada bagian
rahang atas saja.

H. PENGKAJIAN STATUS MENTAL


1. Daya orientasi (waktu, tempat, orang) : daya orientasi baik
2. Daya ingat ( jangka panjang, jangka pendek) : Ny.J mengatakan dapat mengingat
dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang.
3. Kontak mata : kontak mata baik
4. Afek : afek datar

I. PENGKAJIAN STATUS KEMANDIRIAN


Mandiri Bergantung
NO Aktivitas
(Nilai 1) (Nilai 0)
1 Mandi di kamar mandi (menggosok, 1
membersihkan, dan mengeringkan badan).
2 Menyiapkan pakaian, membuka, dan 1
menggunakannya.
3 Memakan makanan yang telah disiapkan. 1
4 Memelihara kebersihan diri untuk penampilan 1
diri (menyisir rambut, mencuci rambut,
menggosok gigi, mencukur kumis).
5 Buang air besar di WC (membersihkan dan 1
mengeringkan daerah bokong).
6 Dapat mengontrol pengeluaran feses (tinja) 1
7 Buang air kecil dikamar mandi (membersihkan 1
dan mengeringkan daerah kemaluan)
8 Dapat mengontrol pengeluaran air kemih 1
9 Berjalan dilingkungan tempat tinggal atau keluar 1
ruangan tanpa alat bantu, seperti tongkat
10 Menjalankan agama sesuai agama dan 1
kepercayaan yang dianut.
11 Melakukan pekerjaan rumah, seperti : merapikan 0
tempat tidur, mencuci pakaian, memasak, dan
membersihkan ruangan.
12 Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau 0
kebutuhan keluarga.
13 Mengelola keuangan (menyimpan dan 1
menggunakan uang sendiri).
14 Menggunakan transportasi umum untuk
bepergian.
15 Menyiapkan obat dan minum obat sesuai dengan 1
aturan (takaran obat dan waktu minum obat
tepat).
16 Merencanakan dan mengambil keputusan untuk 1
kepentingan keluarga dalam hal penggunaan
uang, aktivitas sosial yang dilakukan dan
kebutuhan akan pelayanan kesehatan.
17 Melakukan aktivitas diwaktu luang (kegiatan 0
keagamaan, sosial, rekreasi, olah raga dan
menyalurkan hobi).
JUMLAH POIN MANDIRI 14 3

Analisis hasil :
Poin : 13 – 17 : Mandiri Poin : 0 – 12 : Ketergantungan

J. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

Jawaban Pedoma
Ya Tidak
No Pertanyaan n
jawaban
1. Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan tidak
(tidak)
anda?
2. Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan tidak
(ya)
dan minat atau kesenangan anda?
3. Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? tidak (tidak)
4. Apakah anda sering merasa bosan? tidak (ya)
5. Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap ya
(tidak)
saat?
6. Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan tidak
(ya)
terjadi pada anda?
7. Apakah anda merasa bahagia untuk sebahagian ya
(ya)
besar hidup anda?
8. apakah anda sering merasa tidak berdaya? tidak (ya)
9. Apakah anda lebih senang tinggal dirumah, tidak
daripada keluar dan mengerjakan sesuatu yang (ya)
baru?
10 Apakah anda merasa bahwa anda lebih banyak tidak
. mempunyai masalah dengan ingatan anda (ya)
dibandingkan kebanyakan orang?
11 Apakah anda berfikir bahwa hidup anda sekarang Tidak
(tidak)
. ini lebih menyenangkan ?
12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti Tidak
(ya)
. perasaan anda saat ini?
13 Apakah anda merasa penuh semangat? ya
(tidak)
.
14 Apakah anda berfikir, bahwa kondisi anda saat ini tidak
(ya)
. tidak ada harapan?
15 Apakah anda berfikir bahwa orang lain lebih baik Tidak
(ya)
. keadannya daripada anda?
Total jawaban “Ya”

Bila jawaban “YA” lebih dari 5 dapat menandakan depresi.

K. PENGKAJIAN LINGKUNGAN (Membuat Denah)


1. Penataan kamar lansia : penataan kamar lansia tersusun tampak rapi dan bersih,
didalam kamar terdapat 2 buah lemari, 1 lemari kosmetik dan ranjang tidur, serta ada
pintu sebagai jalan pintas ke kamar mandi.
2. Kebersihan dan kerapian : ruma Ny.J ruang tamu yang banyak berserakan kain-kain
di atas kursi dan lantai yang kotor, di ruangan belakang terdapat satu ruangan yang
disana ada dapur, sumur, kamar mandi, jamban, dan gudang yang tidak ada pembatas
yang jelas, banyak kayu-kayu berserakan di dekat dapur, kain bergantungan.
3. Penerangan : penerangan rumah Ny.S kurang, menggunakan lampu cahaya yang
redup untuk menerangi rumahnya pada malam hari, dan pada pagi hari rumah Ny.S
terkena sinar matahari pagi.
4. Sirkulasi udara : sirkulasi udara dirumah Ny.J baik karena dicukupi ventilasi udara
yang banyak, sehingga pertukaran udara lancar dan baik.
5. Penataan halaman : Halaman rumah nenek J banyak tanah sehingga saat hujan
halaman nenek becek dan licin.
6. Keadaan kamar mandi : kamar mandi Ny.J bersih, menggunakan wc jongkok, ibu
selalu membersihkan bak mandi 2x/minggu, sumber air ibu brasal dari air PDAM.
7. Pembuangan air kotor : Ny.J mengatakan pembuangan air kotor ke septitank, jarak
septitank dengan air bersih lebih kurang 15 meter.
8. Sumber air minum : Ny.J mengatakan sumber air minum sehari-harinya direbus dan
ada juga air galon.
9. Pembuangan sampah : Ny.J mengatakan tempat pembuangan sampah rumah
tangganya pada tempat pembuangan sampah umum.
10. Sumber pencemaran : menurut Ny.J sumber pencemaran pada rumah dan
lingkungannya tidak ada.

ANALISA DATA KEPERAWATAN GERONTIK

DATA MASALAH PENYEBAB


DS: resiko jatuh Ketidakmampuan keluarga
1. Nenek J mengatakan dalam memodifikasi
kakinya lemah dan tidak kuat lingkungan yang aman bagi
berjalan jauh lansia
2. Nenek J mengatakan
pernah terjatuh dihalaman
rumah kita-kira 2 tahun yang
lalu dan pernah tersandung di
dalam rumahnya
3. Keluarga mengatakan
tidak mampu membuat
lingkungan yang aman untuk
lansia

DO :
1. Kaki nenek J tampak lemah
dan nenek J berjalan
membungkuk
2. Rumah nenek J berantakan
dan barang-barang tidak
tertata rapi
3. Nenek J berjalan berpegangan
di dinding dan di dalam
rumah banyak lubang-lubang
dan kayu

DS : Ketidakefektifan Ketidakmampuan keluarga


1. Nenek J mengatakan dia sering pemeliharaan dalam mengenal masalah
demam dan mata berkunangkunang kesehatan keluarga yang ada pada lansia
2. Keluarga mengatakan sering
meninggalkan nenek J di rumah
karena pergi sekolah
3. Keluarga mengatakan tidak tahu
masalah yang dialami oleh nenek J

DO:
1. Cucu jarang berada di
rumah dan memperhatikan
nenek J
2. Rumah berantakan dan
barang tidak tersusun rapi
DS: Perilaku kesehatan Ketidakmampuan keluarga
1. Keluarga tidak mengetahui cenderung beresiko dalam merawat lansia yang
bagaimana pola hidup yang sehat mengalami hipertensi
untuk mengatasi masalah
kesehatannya yaitu penderita
hipertensi
2. Keluarga dan nenek mengatakan
jarang mengkonsumsi buah dan sayur

DO:
1. Nenek J sering mengkonsumsi
gorengan dan gulai
2. keluarga tidak bisa merawat nenek

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko jatuh berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi
lingkungan yang aman bagi lansia
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah yang ada pada lansia
3. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat lansia yang mengalami hipertensi

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi
( SLKI ) ( SIKI )
1. Resiko jatuh Setelah dilakukan Pencegahan jatuh
a. Observasi
tindakan keperawatan
- Identifikasi
selama 3x24 jam factor risiko
jatuh
diharapkan tingkat jatuh
- Identifikasi
menurun dengan kriteria risiko jatuh
hasil : setidaknya
sekali setiap
1. Jatuh dari tempat shift atau
tidur menurun sesuai dengan
kebijakan
2. Jatuh saat berdiri institusi
menurun - Identifikasi
factor
3. Jatuh saat duduk lingkungan
menurun yang
meningkatkan
4. Jatuh saat risiko jatuh
berjalan menurun - Hitung risiko
jatuh dengan
5. Jatuh saat menggunakan
dipindahkan skala
- Monitor
menurun kemampuan
Jatuh saat dikamar mandi berpindah dari
tempat tidur ke
menurun kursi roda dan
sebaliknya
b. Terapeutik
- Orientasikan
ruangan pada
pasien dan
keluarga
- Pastikan roda
tempat tidur
dan kursi roda
selalu dalam
kondisi
terkunci
- Pasang
handrall tempat
tidur
- Atur tempat
tidur mekanis
posisi terendah
- Tempatkan
pasien berisiko
tinggi jatuh
dekat dengan
pantauan
perawat dari
nurse station
- Gunakan alat
bantu berjalan
(mis. kursi
roda,walker)
c. Edukasi
- Anjurkan
memanggil
perawat jika
membutuhkan
bantuan untuk
berpindah
- Anjurkan
menggunakan
alas kaki yang
tidak licin
- Anjurkan
berkonsentrasi
untuk menjaga
keseimbangan
tubuh

2. Pemeliharaan kesehatan Setelah dilakukan asuhan Kontrol Perilaku


tidak efektif keperawatan selama Positif
3x24 jam, diharapkan a. Observasi
pemeliharaan kesehatan 1. Identifikasi
meningkat. kemampuan
Dengan kriteria hasil: mental dan
1. Menunjukkan kognitif untuk
perilaku adaptif membuat kontrak
meningkat dengan 2. Identifikasi cara
skala 5 dan sumber daya
2. Menunjukkan terbaik untuk
pemahaman perilaku mencapai tujuan
sehat meningkat 3. Identifikasi
dengan skala 5 hambatan dalam
3. Kemampuan menerapkan
menjalankan perilaku perilaku positif
sehat meningkat 4. Monitor
dengan skala 5 pelaksanaan
4. Perilaku mencari perilaku
bantuan meningkat ketidaksesuaian
dengan skala 5 dan kurang
5. Menunjukkan minat komitmen untuk
meningkatkan memenuhi kontrak
perilaku sehat b. Terapeutik
meningkat dengan 1. Ciptakan
skala 5 lingkungan yang
6. Memiliki system terbuka untuk
pendukung membuat kontrak
meningkat dengan perilaku
skala 5 2. Fasilitasi
pembuatan kontrak
tertulis
3. Diskusikan
perilaku kesehatan
yang ingin diubah
4. Diskusikan tujuan
positif jangka
pendek dan jangka
panjang yang
realistis dan dapat
dicapai
5. Diskusikan
pengembangan
rencana perilaku
positif
6. Diskusikan cara
mengamati
perilaku
7. Diskusikan
penghargaan yang
diinginkan ketika
tujuan tercapai
8. Diskusikan
konsekuensi atau
sanksi tidak
memenuhi kontrak
9. Tetapkan batas
waktu yang
dibutuhkan untuk
pelaksanaan
tindakan yang
realistis
10. Pastikan kontrak
ditandatangani
oleh semua pihak
yang terlibat
11. Libatkan keluarga
dalam proses
kontrak
c. Edukasi
1. Anjurkan
menuliskan tujuan
sendiri, jika perlu

Pelibatan Keluarga
1. Observasi
a. Identifikasi
kesiapan keluarga
untuk terlibat
dalam perawatan
2. Terapeutik
a. Ciptakan
hubungan
terapeutik pasien
dengan keluarga
dalam perawatan
b. Diskusikan cara
perawatan di
rumah (mis.
Kelompok,
perawatan di
rumah, atau rumah
singgah)
c. Motivasi keluarga
mengembangkan
aspek positif
rencana perawatan
d. Fasilitasi keluarga
membuat
keputusan
3. Edukasi
a. Jelaskan kondisi
pasien kepada
keluarga
b. Informasikan
tingkat
ketergantungan
pasien kepada
keluarga
c. Informasikan
harapan pasien
kepada keluarga
d. Anjurkan keluarga
bersikap asertif
dalam perawatan
e. Anjurkan keluarga
terlibat dalam
perawatan
3. Perilaku kesehatan Setelah dilakukan asuhan Kontrol Perilaku
cenderung beresiko keperawatan selama Positif
3x24 jam, diharapkan 1. Observasi
perilaku kesehatan a. Identifikasi
membaik. kemampuan
5) Penerimaan terhadap mental dan
perubahan status kognitif untuk
kesehatan meningkat membuat kontrak
dengan skala 5 b. Identifikasi cara
6) Kemampuan dan sumber daya
melakukan tindakan terbaik untuk
pencegahan masalah mencapai tujuan
kesehatan meningkat c. Identifikasi
dengan skala 5 hambatan dalam
7) Kemampuan menerapkan
peningkatan perilaku positif
kesehatan meningkat d. Monitor
dengan skala 5 pelaksanaan
8) Pencapaian perilaku
pengendalian ketidaksesuaian
kesehatan meningkat dan kurang
dengan skala 5 komitmen untuk
memenuhi kontrak
2. Terapeutik
a. Ciptakan
lingkungan yang
terbuka untuk
membuat kontrak
perilaku
b. Fasilitasi
pembuatan kontrak
tertulis
c. Diskusikan
perilaku kesehatan
yang ingin diubah
d. Diskusikan tujuan
positif jangka
pendek dan jangka
panjang yang
realistis dan dapat
dicapai
e. Diskusikan
pengembangan
rencana perilaku
positif
f. Diskusikan cara
mengamati
perilaku
g. Diskusikan
penghargaan yang
diinginkan ketika
tujuan tercapai
h. Diskusikan
konsekuensi atau
sanksi tidak
memenuhi kontrak
i. Tetapkan batas
waktu yang
dibutuhkan untuk
pelaksanaan
tindakan yang
realistis
j. Pastikan kontrak
ditandatangani
oleh semua pihak
yang terlibat
k. Libatkan keluarga
dalam proses
kontrak
3. Edukasi
a. Anjurkan menuliskan
tujuan sendiri, jika
perlu
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pengabaian merupakan suatu bentuk kegagalan keluarga dalam


menyediakan dengan baik atau kegagalan dalam memberikan pelayanan yang
menimbulkan kondisi bahaya fisik, mental atau menimbulkan sakit mental,
seperti meninggalkan lansia, menolak memberi makan atau menyiapkan
makan ataupun pelayanan yang berhubungan dengan kesehatan, Maurier dan
Smith (dalam Ramlah, 2011).
Pengabaian termasuk kondisi yang bisa dilakukan baik dengan sengaja
ataupun tidak disengaja, seperti disaat lansia memerlukan makanan,
pengobatan atau pelayanan pada diri lansia tetapi tidak dilakukan oleh
keluarga. Meninggalkan lansia sendirian merupakan bentuk pengabaian
dimana seseorang yang seharusnya memberikan perawatan pada lansia tetapi
dia tidak melakukannya dan menghindarinya (Mauk, 2014).

B. SARAN

Setelah pembuatan makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat


memahami konsep pengabaian dan asuhan keperawatan gerontik pada lansia
dengan masalah psikologi (pengabaian).
DAFTAR PUSTAKA

Acierno, R., Hernandez, M. A., Amstadter, A. B., Resnick, H. S., Steve, K.,
Muzzy, W., & Kilpatrick, D. G. (2010). Prevalence and correlates of
emotional, physical, sexual, and financial abuse and potential neglect in
the United States: The National Elder Mistreatment Study. American
Journal of Public Health, 100(2), 292-297. http :// www. ncbi. nlm. nih.
go/ pmc/ articles/ PMC 28004623/

IPKKI. (2017). Panduan Asuhan Keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok,


dan Komunitas dengan Modifikasi, ICNP, NOC, dan NIC di Puskesmas
dan Masyarakat. Ikatan Perawat Keshatan Komunitas Indonesia.
Jakarta: Universitas Indonesia

Maas, dkk. (2011). Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

Mauk, KL. (2010). Gerontological Nursing : Competencies For Care (Second


Edition). Massachusetts: Jones and Bartlett Publisher.

PPNI, T. P. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) : Definisi


dan indikator Diagnostik ((cetakan III) I ed.). Jakarta : DPP PPNI

PPNI, T. P. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) : Definisi


dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) I ed.). Jakarta : DPP PPNI

PPNI, T. P. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) : Definisi


dan Kriteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) I ed.). Jakarta : DPP PPNI

Ramlah. (2011). Hubungan Pelaksanaan Tugas dan Dukungan Keluarga


dengan Pengabaian Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kassi-Kassi
Makassar [Tesis]. Depok (ID): Universitas Indonesia. Lontar.ui.ac.id
diunduh tanggal 20 November 2018

Sunaryo, dkk. (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Andi


Kholifah, SN. 2016. Keperawatan Gerontik. Jakarta Selatan : PUSDIK SDM
Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai