Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

“Analisis Kasus”

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Netti, S.Kep, M.Pd

OLEH
KELOMPOK 1
Ade Surya Ningsih (193110121)
Afri Mursal (193110122)
Amanda Nabilla Putri (193110137)
Areka Novita (193110126)
Dila Yulia Putri (193110132)
Ii Aprila Indah Sari (193110136)
Mulyana (193110140)
Suci Angelina Mirza (193110155)
KELAS 2A

D3 KEPERAWATAN PADANG
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
2020/2021
Analisis Kasus

Kasus
Seorang pasien masuk IGD RSUP M.jamil jam 5 pagi dengan tingkat kesadaran
somnolen. Pada saat dinilai TTV pasien yaitu tekanan darah 190/110 mmHg ,
keluarga pasien mengatakan bahwa 2 jam sebelum kejadian pasien ingin sholat
tahajud, keluarga mendengar ada yang jatuh, kemudian dilihat pasien sudah tersandar,
dengan luka pada kaki kanan sepanjang 7 dalamnya 3/4 cm , usiannya 68 tahun.
Pasien mempunyai riwayat hipertensi sekitar 1 tahun yang lalu.Tapi di cek IGDnya
dilembar gula darah random 290. Pasien dilakukan CT-scan untuk melihat adakah
kerusakan dikepala seperti memar dan ditemukan dibagian paretal banyak infark,
dengan kondisi tersebut ada suatu daerah paretal sebelah kanan, kemudian ada yang
memutih (infark telah lama terjadi ) seperti pendarahan. Ditanya keluarga tentang
keluhan pasien, keluarga mengatakan pasien sering mengeluh sakit kepala, pasien
adalah seorang perokok berat, bisa menghabiskan 1 bungkus rokok. Dinilai kekuatan
otot kanan ekstremitas atas 5555 kiri diangkat sebentar kemudian jatuh (tidak bisa
melawan gravitasi) begitu juga dengan kaki kiri, bibir kiri sedikit jatuh.

PENGKAJIAN

1. Identitas
Nama : Tn.N
Umur : 68 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status kawin : Kawin

2. Diagnosa Dan Informasi Medik Yang Penting Waktu Masuk


Waktu Masuk : Jam 5 pagi
Ruang Rawat : IGD, RSUP M.Djamil
Diagnosa Medik : Stroke Hemoragik

3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
- Keluhan Utama Masuk : 2 jam sebelum kejadian pasien jatuhdi kamar
mandi, pasien tertelentang dan kaki kanan luka
sepanjang 7 x 3 ¼ cm.
- Keluhan Saat Ini (Waktu Pengkajian) : keluarga mengatakan pasien sering
mengeluh sakit kepala,pasien
perokok berat
b. Riwayat Kesehatan Yang Lalu : klien mempunyai penyakit hipertensi 1 tahun
yang lalu

4. Pengkajian Neurologi
a. Tingkat kesadaran : Somnolen
b. GCS :
1) Reaksi membuka mata :2
2) Reaksi berbicara :2
3) Reaksi gerakan :2

5. Pemeriksaan Fisik
- Kesadaran : Samnolen

- Tekanan Darah : 190/110 mmHg


- Rambut : Pendek, hitam, dan disaat diraba rambut tidak
berminyak dan tidak bau
- Telinga : Simetris kiri dan kanan, pendengaran baik, dan
tidak terdapat lesi.
- Mata : Simetris kiri dan kanan , penglihatan baik, visus
normal, dan tidak ada kelainan.
- Hidung : Bersih, tidak ada pembengkakan, dan tidak ada
nyeri tekan serta tidak terpasang oksigen.
- Mulut : Mukosa kering dan tidak mengalami perdarahan
gusi
- Leher : Tidak teraba pembengkakan
- Toraks : I : Simetris kiri dan kanan
P: Tidak teraba pembengkakan
P: fremitus antara kiri dan kanan
A : Reguler dan tidak ada bunyi tambahan
- Abdomen : I : Simetris dan tidak terlihat pembengkakan
P: Tidak teraba pembengkakan, dan nyeri tekan +
P: Timpani
A: Suara peristaltik terdengar setiap 12 x/detik
- Kulit : Turgior kulit normal, tidak ada edema
- Ekstremitas : Atas : kanan : 5555
kiri : 3333
Bawah : kanan : 555, terdapat luka sepanjang 7 dengan
kedalaman 3/4 cm
kiri : 3333

2. Pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan penunjang


Gula darah random 290 mg/dL
Pemeriksaaa Diagnostik :
CT Scan : dibelakang kepala ada infark kecil-kecil dengan kondisi tersebut ada
suatu daerah paretal sebelah kanan, kemudian ada yang memutih (infark telah
lama terjadi ) seperti pendarahan

ANALISA DATA
NO DATA PENYEBAB MASALAH
1. 1. Terjadi peningkatan TIK Agen pencedera fisik Nyeri akut

2. Tekanan darah 190/110 mmHg


2. 1. Kaki kanan luka sepanjang 7 x 3/4 Ketidakadekuatan Risiko infeksi
cm ketahanan tubuh
primer
3. 1. Tingkat kesadaran somnolen Penurunan tingkat Risiko jatuh
2. Ekstermitas kiri diangkat sebentar kesadaran, kekuatan
kemudian jatuh (tidak bisa melawan otot menurun
gravitasi) begitu juga dengan kaki
4. 1. Pada kepala ditemukan dibagian Cidera kepala, Risiko perfusi selebral
paretal banyak infark, dengan hipertensi tidak efektif
kondisi tersebut ada suatu daerah
paretal sebelah kanan, kemudian ada
yang memutih (infark telah lama
terjadi ) seperti pendarahan.
2. Tekanan darah 190/110 mmHg
3. GCS : 7 (somnolen)
4. Bibir agak miring/jatuh
5. 1. Ekstermitas kiri diangkat sebentar Gangguan Gangguan mobilitas
kemudian jatuh (tidak bisa melawan neuromuskular fisik
gravitasi) begitu juga dengan kaki

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d nyeri, meringis gelisah, tekanan darah
meningkat
2) Risiko infeksi d.d ketidakadekuatan ketahanan tubuh primer
3) Risiko jatuh d.d penurunan tingkat kesadaran, kekuatan otot menurun
4) Risiko perfusi selebral tidak efektif d.d cidera kepala, hipertensi
5) Gangguan mobilitas fisik b.d mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas, kekuatan
otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun, fisik lemah
N Diagnosa Tujuan Intervensi
o SLKI SIKI
Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
pencedera fisik
keperawatan 3x24 jam Observasi
diharapkan tingkat nyeri a. Identifikasi
menurun dengan kriteria lokasi,karakteristik,
hasil : durasi,frekuensi,kua
1. Keluhan nyeri litas,intensitas nyeri
menurun b. Identifikasi skala
2. Meringis menurun nyeri
3. Gelisah menurun c. Identifikasi faktor
4. Kesulitan tidur yang memperberat
menurun dan memperingan
nyeri
d. Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
Terapeutik
a. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri
b. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
c. Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi
a. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi
ketidakadekuatan keperawatan 3x24 jam 1) Monitor tanda dan gejala
pertahanan tubuh
diharapkan resiko infeksi infeksi
primer
menurun dengan kriteria 2) Pertahankan teknik
hasil : aseptic pd pasien beresiko
- Kebersihan badan tinggi
meningkat 3) Jelaskan tanda dan gejala
- Nyeri menurun infeksi
- Cairan berbau busuk
menurun
3. Resiko jatuh b.d Setelah dilakukan tindakan Pencegahan jatuh
penurunan tingkat Observasi
keperawatan 3x24 jam
kesadaran,kekuatan Identifikasi faktor risiko
otot menurun diharapkan tingkat jatuh jatuh
Identifikasi risiko jatuh
menurun dengan kriteri hasil
setidaknya sekali setiap shift
: atau sesuai dengan kebijakan
instituti
1. Jatuh saat berdiri
Identifikasi faktor
menurun lingkungan yang
meningkatkan risiko jatuh
2. Jatuh saat berjalan
Monitor kemampuan
menurun berpindah dari tempat tidur
ke kursi roda dan sebaliknya
3. Jatuh saat
Terapeutik
dipindahkan Orientasikan ruangan pada
pasien dan keluarga
menurun
Pastikan roda tempat tidur
Jatuh saat membungkuk dan kursi roda selalu dalam
kondisi terkunci
menurun
Pasang handrall tempat tidur
Gunakan alat bantu berjalan
Edukasi
Anjurkan memanggil
perawat jika membutuhkan
bantuan untuk berpindah
Anjurkan menggunakan alas
kaki yang tidak licin
Anjurkan melebarkan jarak
kedua kaki untuk
meningkatkan keseimbangan
saat berdiri
4. Resiko perfusi Setelah dilakukan tindakan Manajemen peningkatan
selebral tidak efektif
keperawatan selama 3x24 tekanan intrakranial:
berhubungan dengan
cidera kepala, jam,diharapkan resiko TINDAKAN
hipertensi
perfusi teratasi dengan Observasi:
kriteria hasil : - Identifikasi penyebab
- Tingkat kesadaran peningkatan TIK
meningkat - Monitor tanda gejala
-Tekanan intra kranial peningkatan TIK
menurun -Monitor MAP(Mean
-Kognitif meningkat Arterial Pressure)
-Sakit kepala menurun -Monitor PAWP,jika perlu
-Kesadaran membaik -Monitor status pernapasan
-Reflek saraf membaik -Monitor intake dan output
cairan
Terapeutik
-Minimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
-berikan posisi semi fowler
-cegah terjadinya kejang
Kalaborasi
-Kalaborasi pemberiansedasi
dan anti konvulsan,jika perlu
5 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Dukungan Ambulasi:
fisik berhubungan
keperawatan selama 3x24 TINDAKAN
dengan mengeluh
sulit menggerakan jam,diharapkan gangguan Observasi:
eksternits,menurun,r
mobilitas fisik teratasi -Identifikasi adanya nyeri
entang gerak(ROM)
menurun,fisik lemah dengan kriteria hasil : atau keluhan fisik lainnya
-Pergerakan ekstremitas -Identifikasi toleransi fisik
meningkat melakukan ambulasi
-Kekuatan otot meningkat -Monitor kondisi umum
-Rentang gerak ROM selama melakukan ambulasi
meningkat Terapeutik
-Nyeri menurun -Fasilitasi aktivitas ambulasi
-Kaku sendi menurun dengan alat bantu
-Gerakan terbatas menurun -Fasilitasi melakukan
-Kelemahan fisik menurun mobilasi fisik
Edukasi
-Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
-Anjurkan melakukan
ambulasi dini

A.  DEFINISI
Suatu kegiatan untuk memposisikan pasien setengah duduk atau kepala dinaikkan

B. TUJUAN

1. Membantu mengatasi masalah kardiovaskular atau pernafasan


2. Membantu pasien beraktivitas ( makan, minum, membaca dll)
3. Menurunkan tekanan intra abdomen
4. Memperlancar uterine drainage pada wanita post partum

C.  INDIKASI

1. Pasien dengan masalah kardiovaskuler


2. Pasien wanita post partum untuk memperlancar uterine drainage

D.  PERSIAPAN PASIEN
Memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan tindakan

E.  PESIAPAN ALAT

1. Tempat tidur
2. Bantal kecil 2 buah
3. Bantal biasa 3 buah
4. Handuk gulung
5. Footboard / bantalan kaki
6. Sarung tangan

F.  CARA KERJA

1. Memperkenalkan diri
2. Beritahu dan jelaskan kepada klien tentang prosedur yang akan dilakukan dan
lihat respon klien
3. Dekatkan alat ke klien
4. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
5. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan
6. Naikkan kepala tempat tidur 15o – 45o untuk fowler rendah dan 45o – 90o untuk
fowler tinggi
7. Letakan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal jika ada celah di
sana
8. Letakan bantal kecil dibawah kepala klien
9. Letakkan bantal kecil di bawah kaki mulai dari lutut sampai tumit
10. Pastikan tidak ada tekanan pada area popletia dan lutut dalam keaadan fleksi
11. Letakkan gulungan handuk di samping masing-masing paha
12. Topang kaki dengan bantalan kaki
13. Letakkan bantal untuk menopang kedua lengan dan tangan jika ada kelemahan
pada klien
14. Dokumentasikan tindakan 

1. NGT

Pengertian Memberikan makan lewat selang sonde (nasogastrik) adalah


memasukkan makanan cair atau obat melalui selang
nasogastrik
Tujuan a. Mempertahankan status nutrisi
b. Memberikan obat
Persiapan tempat dan a. Air matang
alat b. Makanan cair / obat
c. Corong
d. Spuit 5 cc atau 10 cc
e. Tisu
f. Perlak atau pengalas
g. Bengkok
h. Handschoon
Persiapan pasien Memberitahu pasien dan menjelaskan tujuannya.
Persiapan lingkungan Memasang sketsel/tabir dan menutup pintu.
Pelaksanaan a. Tahap pra interaksi :
1) Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2) Cuci tangan
3) Siapkan alat

b. Tahap orientasi :
1) Beri salam, panggil klien dengan namanya
2) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3) Beri kesempatan pada klien untuk bertanya

c. Tahap kerja :
1) Jaga privacy pasien
2) Atur posisi pasien dalam posisi semi fowler / fowler (jika
tidak ada kontraindikasi).
3) Pakai handschoon
4) Pasang pengalas di atas dada
5) Pastikan letak nasogastrik tube dengan cara mengaspirasi
sekresi lambung dan cek residu lambung
6) Pasang corong atau spuit
7) Masukkan air matang, buka klem, tinggikan selang 30 cm
dari hidung, klem kembali sebelum air habis atau isi kembali
sebelum habis. Jika air sulit masuk, bantu dengan
mendorong plunger spuit secara perlahan.
8) Masukkan makanan cair, buka klem, tinggikan selang 30
cm dari hidung, klem kembali sebelum makanan habis atau
isi kembali sebelum habis. Jika makanan sulit masuk, bantu
dengan mendorong plunger spuit secara perlahan.
9) Masukkan obat yang sudah diencerkan sesuai advis. Jika
obat sulit masuk, bantu dengan mendorong plunger spuit
secara perlahan.
10) Masukkan air matang, buka klem, tinggikan selang 30
cm dari hidung, klem kembali sebelum air habis atau isi
kembali sebelum habis. Jika air sulit masuk, bantu dengan
mendorong plunger spuit secara perlahan.
11) Tutup ujung nasogastrik dengan spuit atau klem
12) Bersihkan sisa makanan pada pasien
13) Rapikan pasien

d. Tahap terminasi :
1) Evaluasi hasil / respon klien
2) Dokumentasikan hasilnya
3) Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4) Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
5) Cuci tangan

2. Kateter

Pengertian Suatu kegiatan yang dilakukan yang untuk memenuhi


kebutuhan eliminasi urine
Indikasi Pasien pria masih mempunyai kemampuan berkemih normal
dan spontan, tetapi :
1. Pasien dengan gangguan eliminasi urine seperti
inkoninensia.
2. Pasien dengan pemantauan output.
3. Penyakit tertentu misal coma, imobilisasi.
Tujuan Memenuhi kebutuhan urin eliminasi.
Persiapan tempat dan Alat-alat:
alat 1. Pengalas.
2. Selimut ekstra.
3. Kantong penampung urine (Urine Bag).
4. Kapas sublimat dalam tempatnya.
5. Kassa.
6. Korentang.
7. Bengkok 2 buah (untuk kapas kotor dan penampung urine.
8. Pinset anatomi atau sarung tangan steril.
9. Duk steril.
10. Sketsel.
11. Kondom sesuai kebutuhan.
12. Sabun.
13. Botol beri air hangat.
Persiapan pasien 1. Memberitahu pasien dan menjelaskan tujuannya.
2. Menyiapkan pasien dalam posisi dorsal recumbent.
Persiapan lingkungan Memasang sketsel/tabir dan menutup pintu.
Pelaksanaan 1. Dekatkan alat-alat ke tempat tidur pasien.
2. Tutup jendela dan pintu/pasang sampiran.
3. Cuci tangan.
4. Pasang selimut ekstra.
5. Pasang pengalas di bawah bokong pasien.
6. Lepaskan pakaian bawah pasien.
7. Atur posisi dorsal recumbent (M Shape).
8. Pakai sarung tangan
9. Bersihkan penis dengan sabun dan air lalu keringkan
dengan handuk
10. Bersihkan penis
11. Pasang kondom kateter dan ikatan perekat/plesternya
yang ada pada kondom ke
bagian pangkal penis
12. Hubungkan ujung kondom kateter dengan kantong urine
13. Atur posisi pasien
14. Angkat pengalas
15. Ganti selimut ekstra dengan selimut pasien
16. Rapikan alat-alat dan kembalikan ke tempatnya
17. Cuci tangan
18. Buka sampiran/pintu/jendela
19. Observasi keadaan pasien
20. Catat tindakan yang dilakukan dan hasil tindakan
Evaluasi 1. Tanyakan keadaan dan kenyamanan pasien setelah
tindakan.
2. Observasi pengeluaran urine (jumlah, warna, dan bau).

3. Perawatan luka

Pengertian Merawat luka/ mengganti balutan luka adalah adalah suatu


tindakan keperawatan untuk mengganti balutan dalam
perawatan luka untuk mencegah infeksi silang dengan cara
menjaga agar luka tetap dalam keadaan bersih.
Tujuan a. Menghilangkan sekresi yang menumpuk dan jaringan mati
pada luka insisi.
b. Mengurangi pertumbuhan mikroorganisme pada
luka/insisi.
c. untuk membersihkan luka.
d. memberi rasa aman dan nyaman.
e. membantu mempercepat penyembuhan.
Persiapan tempat dan a. Alat-alat yang steril:
alat 1) pinset anatomi 2 buah
2) pinset chirurgi 1 buah
3) gunting runcing bila ingin mengangkat jahitan
4) kom kecil 2 buah masing-masing berisi: sublimate
submencurothroom /
alcohol atau kompres yang baru (menurut kebutuhan)
5) kapas beberapa gelintir
6) kain kasa secukupnya
7) bengkok / kapas bersih di dalam bengkok
8) potongan plastik ( bila luka di kompres )
9) duk penutup
b. Alat-alat yang tidak steril:
1) Gunting
2) Perban
3) Plester
4) pembalut
Persiapan pasien Memberitahu pasien dan menjelaskan tujuannya.
Persiapan lingkungan Memasang sketsel/tabir dan menutup pintu.
Pelaksanaan a. Tahap pra interaksi :
1) Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2) Cuci tangan
3) Siapkan alat

b. Tahap orientasi :
1) Beri salam, panggil klien dengan namanya
2) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan, dan instruksikan
klien untuk tidak
menyentuh area luka atau peralatan steril.
3) Beri kesempatan pada klien untuk bertanya

c. Tahap kerja :
1) Cuci tangan.
2) Kaji tingkat kenyamanan klien.
3) Tinjau ulang instruksi penggantian balutan.
4) Tutup ruangan atau tirai dan jendela.
5) Posisikan klien di tempat yang nyaman, dan tutupi dengan
selimut khusus untuk memaparkan area luka.
6) Letakkan kantung sekali pakai di antara area kerja. Lipat
ujungnya untuk membuat mangkuk.
7) Gunakan masker dan pelindung mata (google) jika
memungkinkan terjadi cipratan.
8) Pakai sarung tangan sekali pakai, dan singkirkan selang,
balutan atau tali.
9) Angkat plester; tarik balutan searah paralel pada kulit
menuju balutan; angkat plester yang masih melekat pada
kulit.
10) Dengan tangan yang masih memakai sarung tangan
sekali pakai, buang semua kasa balutan dalam satu waktu,
hati-hati agar tidak menarik drainase atau selang. Catatan
pada pembukaan balutan adalah:
a. Jika balutan menempel pada balutan basah kering, jangan
melembabkan balutan, tarik balutan dengan perlahan dan
ingatkan klien atas ketidaknyamananyang mungkin akan
diirasakan.
b. Jika balutan menempel di balutan kering, lembabkan
dengan larutan saline lalu angkat.
11) Observasi karakter dan jumlah drainase balutan dan
penampakkan luka.
12) Lipat balutan yang mengandung drainase, dan buka
sarung tangan sekali pakai pada bagian luarnya. Dengan
balutan kecil, buka sarung tangan dengan bagian dalam di
luar. Buang sarung tangan dan balutan yang kotor pada
kantung sekali pakai. Cuci tangan.
13) Buka nampan balutan steril atau peralatan steril lainnya
yang terpisah. Letakkan di meja atau troli di samping tempat
tidur.
14) Bersihkan luka (jika terdapat instruksi) dengan prosedur:
a. Tuang larutan yang diinstruksikan ke dalam tabung irigasi
steril.
b. Pakai sarung tangan steril. Letakkan bantalan tahan air di
bawah tubuh yang terdapat luka. Gunakan suntikan, alirkan
larutan pada area luka.
c. Terus lakukan aliran irigasi hingga bersih.
d. Keringkan kulit dan sekitarnya.
e. Beberapa pembersih yang diresepkan dijadikan satu pada
botol semprot. Semprotkan luka untuk membersihkan debris.
15) Berikan balutan
a. Balutan Kering
 Pakai sarung tangan steril.
 Inspeksi penampilan, drain, drainase dan integritas pada
kulit.
 Bersihlkan luka dengan larutan (bersihkan dari area
yang terkontaminasi sedikit ke area yang paling
terkontaminasi).
 Keringkan area dengan kasa.
 Berikan balutan kering steril yang menutupi luka.
 Berikan penutup balutan jika diinstruksikan.
b. Balutan Basah
 Pasang sarung tangan steril
 Kaji penampilan area sekitar luka.
 Bersihkan dasar luka dengan normal saline atau
pembersih luka lainnya. Kaji dasar luka.
 Lembabkkan kasa dengan kasa yang diinstruksikan.
Peras kelebihan larutan.
 Letakkan satu lapis kasa langsung di atas permukaan
luka. Jika luka dalam, masukkan balutan ke dasar luka
dengan tangan atau forceps hingga semua permukaan
luka kontak dengan kasa. Jika ada lorong luka, gunakan
aplikator berujung kapas untuk meletakkan kasa pada
area yang berlorong. Pastikan kasa tidak menyentuh
kulit di sekitarnya.
 Tutupi dengan kasa kering yang steril dan penuutup
balutan.
16) Fiksasi balutan
a. Gunakan plester non alergi untuk memfiksasi balutan.
b. Gunakan teknik ikatan Montgomery:
 Paparkan permukaan plester pada masing-masing ikatan
 Letakkan ikatan berlawanan dari balutan.
 Letakkan plester tepat di atas kulit, atau gunakan barrier
kulit.
 Fiksasi balutan dengan meletakkan tali di atasnya.
c. Untuk balutaan pada ekstremitas, fiksasi balutan dengan
kasa gulung atau jarring elastis.
17) Buka sarung tangan dan buang ke kantung. Lepaskan
masker dan pelindung mata.
18) Catat tanggal dan waktu penggantian balutan
menggunakan tinta (bukan spidol) pada plester.
19) Rapikan semua alat dan cuci tangan.
20) Bantu klien ke posisi yang nyaman.

d. Tahap terminasi :
1) Evaluasi hasil / respon klien
2) Dokumentasikan hasilnya
3) Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4) Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
5) Cuci tangan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


MEMPOSISIKAN PASIEN PADA POSISI FOWLER

A.  DEFINISI
Suatu kegiatan untuk memposisikan pasien setengah duduk atau kepala dinaikkan

B. TUJUAN

5. Membantu mengatasi masalah kardiovaskular atau pernafasan


6. Membantu pasien beraktivitas ( makan, minum, membaca dll)
7. Menurunkan tekanan intra abdomen
8. Memperlancar uterine drainage pada wanita post partum

C.  INDIKASI

3. Pasien dengan masalah kardiovaskuler


4. Pasien wanita post partum untuk memperlancar uterine drainage
D.  PERSIAPAN PASIEN
Memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan tindakan

E.  PESIAPAN ALAT

7. Tempat tidur
8. Bantal kecil 2 buah
9. Bantal biasa 3 buah
10. Handuk gulung
11. Footboard / bantalan kaki
12. Sarung tangan

F.  CARA KERJA

15. Memperkenalkan diri


16. Beritahu dan jelaskan kepada klien tentang prosedur yang akan dilakukan dan
lihat respon klien
17. Dekatkan alat ke klien
18. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
19. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan
20. Naikkan kepala tempat tidur 15o – 45o untuk fowler rendah dan 45o – 90o untuk
fowler tinggi
21. Letakan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal jika ada celah di
sana
22. Letakan bantal kecil dibawah kepala klien
23. Letakkan bantal kecil di bawah kaki mulai dari lutut sampai tumit
24. Pastikan tidak ada tekanan pada area popletia dan lutut dalam keaadan fleksi
25. Letakkan gulungan handuk di samping masing-masing paha
26. Topang kaki dengan bantalan kaki
27. Letakkan bantal untuk menopang kedua lengan dan tangan jika ada kelemahan
pada klien
28. Dokumentasikan tindakan 
Pengertian Memasang infus adalah pemasangan infus untuk
memberikan cairan atau obat melalui parenteral (intravena).
Tujuan a. Memperbaiki atau mencegah gangguan cairan dan
elektrolit pada klien yang sakit akut.
b. Mencegah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Memberikan akses intravena pada pemberian terapi
intermitten atau emergensi
Persiapan tempat dan a. Cairan infus sesuai program
alat b. Jarum / kateter intravena / abbocath (ukuran bervariasi)
c. Set infus (selang mikrodrip untuk bayi dan anak dengan
tetesan 60 tetes/ml, dewasa selang makrodrip dengan tetesan
15 tetes/ml atau 20 tetes/ml)
d. Selang ekstension
e. Alkohol atau povidone-iodine swabs atau sticks
f. Handschoon disposibel
g. Tourniquet
h. Spalk untuk tangan
i. Kasa dan povidone-iodine salep atau cairan
j. Plester/hipavik
k. Perlak dan pengalas
l. Bengkok
m. Tiang infus
Persiapan pasien Memberitahu pasien dan menjelaskan tujuannya.
Persiapan lingkungan Memasang sketsel/tabir dan menutup pintu.
Pelaksanaan a. Tahap pra interaksi :
1) Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2) Cuci tangan
3) Siapkan alat

b. Tahap orientasi :
1) Beri salam, panggil klien dengan namanya
2) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3) Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
c. Tahap kerja :
1) Anjurkan pasien memakai baju yang mudah untuk masuk
dan keluarnya lengan.
2) Buka set steril dengan teknik aseptik.
3) Cek cairan dengan menggunakan prinsip 6 benar dalam
pemberian obat.
4) Buka set infus, letakkan klem 2-4 cm di bawah tabung
drip dalam keadaan off / terkunci.
5) Buka tutup botol, lakukan desinfeksi tutup botol cairan,
dan tusukkan set infus ke botol / kantong cairan dengan
benar.
6) Gantungkan botol cairan infus pada tiang infus, isi tabung
drip infus ⅓-½ penuh.
7) Buka penutup jarum dan buka klem untuk mengalirkan
cairan sampai ke ujung jarum hingga tidak ada udara dalam
selang, klem kembali, dan tutup kembali jarum.
8) Pilih jarum intravena / abbocath.
9) Atur posisi pasien dan pilih vena.
10) Pasang perlak dan pengalas
11) Bebaskan daerah yang akan diinsersi, letakkan
tourniquet 10-15 cm proksimal tempat insersi.
12) Pakai handschoon
13) Bersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dari
dalam ke luar).
14) Pertahankan vena pada posisi stabil
15) Pegang IV kateter (abbocath) dengan sudut 20-30º, tusuk
vena dengan lubang jarum menghadap ke atas, dan pastikan
IV kateter masuk intavena dengan tanda darah masuk ke
abbocath, kemudian tarik mandrin ± 0.5 cm
16) Masukkan IV kateter secara perlahan, tarik mandrin, dan
sambungkan IV kateter dengan selang infus
17) Lepas tourniquet, kemudian alirkan cairan infus
18) Lakukan fiksasi IV kateter, kemudian beri desinfektan
daerah tusukan dan tutup dengan kasa
19) Atur tetesan sesuai program
20) Lepaskan sarung tangan

d. Tahap terminasi :
1) Evaluasi hasil / respon klien
2) Dokumentasikan hasilnya
3) Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4) Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
5) Cuci tangan

5. Pelaporan
a. Laporan praktikum berisi tentang : pengertian, tujuan,
peralatan, langkah-langkah
b. Laporan praktikum dikumpulkan sesuai dengan jadual
yang telah ditentukan oleh
instruktur.

Anda mungkin juga menyukai