Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

TOTAL KNEE REPLACEMENT

A. Konsep Teori
a. Definisi
Sendi lutut adalah hinge joint atau sendi engsel yang memfasilitasi gerakan pada paha
dan anggota gerak tubuh bawah. Sendi lutut terdiri dari 3 tulang, yakni tulang paha (femur),
tulang kering (tibia) dan tulang tempurung lutut (patella). Fungsi tempurung lutut adalah
untuk mengurangi atau menyerap daya tekanan pada otot-otot tersebut.

Total Knee Replacement (TKR) adalah prosedur operasi penggantian sendi lutut yang
tidak normal dengan material buatan. Pada TKR, ujung dari tulang femur akan dibuang dan
diganti dengan metal shell dan ujung dari tibia juga akan diganti dengan metal stem dan
diantara keduanya dihubungkan dengan plastik sebagai peredam gerakan. Tergantung dari
kondisi tempurung lutut pasien biasanya di belakang tempurung lutut juga ditambahkan
plastik.
Total Knee Replacement (TKR) adalah prosedur operasi penggantian sendi lutut yang
tidak normal dengan material buatan. Pada TKR, ujung dari tulang femur akan dibuang dan
diganti dengan metal shell dan ujung dari tibia juga akan diganti dengan metal stem dan
diantara keduanya dihubungkan dengan plastik sebagai peredam gerakan (AAOS, 2015).
Total knee replacement diberikaan untuk kondisi perkapuran stadium lanjut atau
grade IV, biasanya disertai dengan perubahan bentuk fisik dari kaki menyerupai huruf ‘O’
atau ‘X’.
Tujuan total knee replacement yaitu :
a. Untuk membebaskan sendi dari rasa nyeri
b. Untuk menggembalikkan rentang gerak (ROM)
c. Untuk menggembalikkan fungsi normal bagi seorang pasien
d. Untuk membangun kembali akrivitas sehari-hari (ADL), dengan modifikasi yang tetap
menjaga ROM pasien.

b. Etiologi
Indikasi pasien yang membutuhkan tindakan TKR antara lain:
a) Pasien-pasien yang menderita osteoarthritis berat
b) Sakit lutut yang dialami pasien setiap hari, terutama bila berjalan >100m
c) Sakit sampai membatasi pergerakan untuk aktivitas sehari-hari
d) Kekakuan sendi yang signifikan
e) Ketidakstabilan sendi lutut saat berjalan
f) Kelainan deformitas yang menonjol seperti kaki O atau X
g) fraktur kolum femoralis
h) kegagalan pembedahan rekontruksi sebelumnya (kerusakan prostesis, osteotomi,
penggantian kaput femoris)
Kontraindikasi total knee replacement:
a) Infeksi Lutut
b) Obesitas morbid (lebih besar dari 300 pound atau 136 kg)
c) Quadriceps sangat lemah, karena dapat menyebabkan kesulitan berjalan dan lutut karena
kelemahan.
d) Kerusakan atau penyakit pada kulit di sekitar lutut.
e) Cacat mental yang berat.
f) Aliran darah yang buruk di kaki untuk penyakit pembuluh darah perifer.
g) Sebuah penyakit, jenis kanker terminal, yang telah menyebar.

c. Patofisiologi
Tindakan TKR paling sering dilakukan pada pasien dengan penyakit osteoarthritis
tingkat lanjut. Osteoarthritis adalah peradangan sendi yang disebabkan oleh kerusakan
progresif tulang rawan yang mengakibatkan hilangnya pelapis permukaan tulang sehingga
menimbulkan rasa nyeri jika terjadi setuhan antara tulang dengan tulang.
Penghancuran osteoarthritis lutut adalah alasan umum untuk total knee replacement.
Hal ini terutama berkaitan dengan penuaan. Gejala osteoarthritis biasanya muncul pada usia
tua. Kartilago yang terkena menjadi kasar dan rata. Akan menjadi parah saat kartilago
menghilang ketika terjadi gesekan tulang. Spur pada tulang biasanya tumbuh di sekitar sendi.
Osteoarthrtitis diklasifikasikan menjadi Primer dan Sekunder. Osteoarthitis primer
terjadi tanpa cedera yang dapat diidentifikasi. Osteoarthritis sekunder terjadi karena penyakit
lain. Penyebab paling umum dari osteoarthritis sekunder yaitu kondisi metabolisme, cedera
atau pun karena gangguan peradangan seperti arthritis septik. Derajat osteoartritis lutut dinilai
menjadi lima derajat oleh Kellgren dan Lawrence.
0 : tidak ada gambaran osteoartritis.
1 : osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal, tetapi terdapat osteofit minimal.
2 : osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat, tidak terdapat sklerosis dan kista
subkondral, serta celah sendi baik.
3 : osteoartritis moderat dengan osteofit moderat, deformitas ujung tulang, dan celah sendi
sempit
4 :osteoartritis berat dengan osteofit besar, deformitas ujung tulang, celah sendi hilang, serta
adanya sklerosis dan kista subkondral
Operasi dilakukan dengan anastesi umum. Dokter ortopedi akan membuat insisi di
sendi lutut yang terkena. Patellanya dipindah (diambil dari tempatnya) kemudian ujung femur
dan tibia dipotong agar sesuai dengan protesa. Demikian pula permukaan bawah patella
dipotong untuk memungkinkan penempatan protesa tersebut.
Dalam pembedahan penggantian total sendi lutut(arthroplasty), bagian ujung-ujung
tulang diganti dengan bahan logam dan plastic (polyethylene). Permukaan tulang rawan yang
rusak di tiga bagian tulang pada sendi lutut akan di buang. Kemudian permukaan tulang
tersebut baru akan dilapisi dengan implant.
Permukaan tulang atas akan diganti dengan suatu bagian logam bulat yang hampir
menyerupai lekuk tulang asli. Permukaan tulang bawah diganti dengan logam yang datar dan
dialasi pula dengan plastik (polyethylene) yang berperan sebagai tulang rawan. Bagian bawah
tempurung lutut juga bisa diganti dengan plastik (polyethylene).

d. Tanda dan Gejala


Gambaran klinis pasien yang memerlukan tindakan TKR adalah:
1. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoarthritis maupun kerusakan sendi lutut dengan
penyebab yang lain, nyeri akan bertambah apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan
fisik.
2. Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 – 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat memulai
kegiatan fisik.
3. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan
menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan
menimbulkan rasa nyeri.
4. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan berkurang
pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah
lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang
terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di
lutut, bokong sebelah lateral, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan
tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.
5. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam
ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
6. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
7. Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.

e. Komplikasi
Komplikasi dari penggantian lutut total (TKR):
a) dislokasi prosthese (akibat infeksi atau tidak kuatnya phrotesa menanggung beban berat
badan penderita serta akibat dari aktivitas yang dilakukan penderita)
b) drainase Luka
c) thrombosis (pembekuan darah di sekitar bidang operasi), thrombosis Vena Profunda
d) nabloding (infeksi akibat dari pembalutan yang berlapis-lapis)

f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan meliputi:
1. Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai
penyempitan rongga sendi.
Gambar hasil foto rontgen pada pengkapuran sendi lutut

Gambar hasil foto rontgen pada lutut sebelum dan setelah dilakukan TKR
Gambaran radiografik yang menyokong adalah penyempitan celah sendi yang sering kali
asimetris (lebih berat pada bagian yang menanggung beban), peningkatan densitas (sklerosis)
tulang subkondral, kista tulang, osteofit pada pinggir sendi dan perubahan struktur anatomi
sendi.
Askep klien dengan post op TKR

Pengkajian

1. Identitas pasien
Identias pasien terdiri dari nama pasien, usia, alamat, suku, agama

2. Keluhan utama (nyeri, kaki sulit tidak bisa digerakkan) apa yang dirasakan pasien
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat pasien dari masuk rumah sakit sampai opname di ruangan.Pasien biasanya
mempunyai penyakit kronis seperti gagal nafas, perdarahan dan kaki tidak bisa
digerakkan disertai nyeri pada extremitas bawah.

4. Riwayat penyakit dahulu


Riwayat penyakit ini belum pernah dialami pasien.

5. Riwayat penyakit keluarga


Apakah ada riwayat penyakit keturunan seperti penyakit jantung, hipertensi, dan DM.

6. Riwayat psikososial
Keluarga mengatakan selama ini pasien tinggal bersama istrinya. Pasien aktif dalam
kegiatan di masyarakat.

7. Pemeriksaan fisik
1) B-1 (Breathing)
1) Terpasang masker biasa.
2) Gerakan nafas sesuai dengan irama, ekspansi dada kanan kiri simetris,.
3) Hidung : ada pernafasan cuping hidung,
4) Mulut : mukosa bibir kering, sianosis, dan terpasang alat bantu nafas atau tidak.
5) Leher
Ada pembesaran kelenjar atau tidak.

6) Dada
Bentuk dada simetris/tidak, ada nyeri tekan, resonansi di seluruh lapang paru, ada
suara nafas tambahan atau tidak seperti ronkhi, wheezing, snoring.

2) B-2 (Blood)
1. Ada keluhan pusing, lemah, atau dada berdebar-debar
2. Wajah : pucat, konjungtiva pucat, ada sianosis/tidak
3. Leher : bendungan vena jugularis ada/tidak, teraba arteri carotis
4. Dada : bentuk dada simetris/tidak, ada benjolan di dada, nyeri tekan, batas
jantung, dan bunyi jantung 1 dan 2 tunggal.
5. Ekstremitas atas
Ada sianosis/tidak, clubbing finger, CRT >2 detik.

6. Ekstremitas bawah
Ada varises/tidak, pitting edema, sianosis. CRT > 2 detik dan tanda homan positif,
kulit pucat, nadi lemah atau tidak ada, derajat edema,

7. Perubahan tekanan darah dan ada tidak nadi (Judith, 2006)

3) B-3 (Brain)
1. Adanya compos mentis, gelisah, GCS 13
2. Keluhan nyeri kepala dan tungkai bawah
4) B-4 (Blader)
1. Adakah penurunan produksi urine (berkurangnya produksi urine menunjukkan
adanya gangguan perfusi ginjal)
2. Pemakain kateter urine, ada distensi kandung kemih/tidak, nyeri tekan (Judith,
2006)
5) B-5 (Bowel)
1. Mukosa bibir kering/tidak
2. Abdomen (dibagi 4 kuadran)
Inspeksi : ada pembesaran abnormal/tidak, distensi abdomen.

Auskultasi : peristaltic usus 10-20x/mnt

Perkusi : timpani

3. Palpasi
Kuadran I : hepar (hepatomegali, nyei tekan)

Kuadran II : gaster (nyeri tekan epigastrium, distensi abdomen)

Kuadran III : ada massa atau skibala/tidak


Kuadran IV : ada nyeri tekan /tidak (Judith, 2006)

6) B-6 (Bone)
1. Ada dekubitus /tidak
2. Elastisitas kulit normal/tidak, akral hangat/dingin
3. Ada penurunan kekuatan otot/tidak
4. Ada hiperpigmentasi kulit/tidak
5. Ektermitas bawah mengalami gangguan (Judith, 2006)
6. Kulit pucat
7. Saat dinaikkan tidak bisa dengan merendahkan tungkai
8. Status psycososial
Pasien yang dirawat di ICU dan dipasang masker, spalk, dibalut dengan tensokrep
dengan ukuran 15 in, sering mengalami depresi mental yang dimanifestasikan berupa
kebingungan, merasa terisolasi, kecemasan dan ketakutan akan kematian.

Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang sering terjadi pada pasien yang post operasi lower
extremity diantaranya adalah:

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan ( perifer ) berhubungan dengan kurangnya suplai


oksigen ke jaringan perifer karena oedema
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan interupsi / manipulasi bedah
terhadap jaringan / otot, edema pasca operasi
3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi
Perencanaan

1. Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifusi ( perifer ) berhubungan dengan kurangnya suplai
darah dan oksigen ke jaringan

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3x 24 jam diharapkan perfusi jarngan


perifer lancar/ oedema berkurang atau hilang.
Kriteria hasil:

1. Nadi perifer teraba


2. Tidak ada tanda-tanda edema/tanda oedema berkurang
3. Akral hangat
4. CRT < 2 detik

Tindakan keperawatan:

1. Pantau tanda homan (Nyeri pada betis dengan posisi dorso fleksi), eritema, derajat
edema.
R/ Dengan memantau tanda - tanda tersebut untuk meberikan intervensi

2. Tinggikan anggota badan yang terkena dengan elevasi 45 °c


R/ Dengan meninggikan anggota exremitas yang sudah dilakukan operasi bertujuan
untuk meningkatkan aliran darah balik vena atau menurunkan tekana hidrostatik

3. Lakukan penerapan ankle pump exercise dengan elevasi 45


R/Dengan diakukan ankle pump exercise dapat memperkuat muscle pump untuk
memperlancar peredaran darah dan mengembalikan darah dan pembuluh limfe ke
jantung

4. Ajarkan pasien dan keuarga tentang cara mematuhi program pengobatan dan diet
R/Dengan mematuhi diet dan pengobatan dapat mempercepat proses penyembuhan
edema

5. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat -obatan sesuai dengan indikasi
R/ Dengan kerja sama dengan tim medis dapat menurunkan bengkak pada extremitas
dan memperlancar peredaran darah.

6. Menanyakan respon pasien secara verbal sebelum dans esudah tindakan ankle pump
exercises
R/ Untuk mengetahui respon pasien secara verbal dan perasaan pasien sebelum dan
sesudah melakukan tindakan perawatan

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan rasa nyaman (Nyeri) sehubungan dengan dampak pembedahan, edema otot,
terputusnya jaringan syaraf

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3 x 24 jam diaharapkan nyerinya


berkurang.

Kriteria hasil:

1) Skala nyeri 1
2) TTV dalam batas normal
3) Pasien mengatakan nyerinya berkurang
Tindakan keperawatan:

1) Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik verbal maupun non verbal, catat lokasi, intensitas
(skala 0 – 10) dan lamanya.
R/ Bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan intervensi, menentukan
efektivitas terapi
2) Pertahankan bel pemanggil dan barang yang sering digunakan dalam jangkauan yang
mudah.
R/ Membatasi ketegangan, nyeri otot pada daerah operasi
3) Anjurkan pasien utnuk menggunakan tekhnis relaksasi, seperti imajinasi, musik yang
lembut, relaksasi progresif.
4) Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat analgetik dan atau analgetik sesuai
dengan kebutuhannya.
R/ Menurunkan nyeri dan rasa tidak nyaman, meningkatkan istirahat
3. Diagnosa Keperawatan
Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x24 jam infeksi tidak terjadi.

Kriteria hasil:

1. Tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, dolor, calor, tumor, functio lesae
2. Suhu tubuh 36-37,5 oC
3. Hasil laboratorium (leukosit) dalam batas normal: P: 3.600-11.000 /cmm.
Tindakan keperawatan:

1. Pantau tanda-tanda vital seperti TD, S,RR , N


R/ TTV untuk mengetahui adanya tanda infeksi seperti peningkatan suhu
2. Pantau adanya tanda- tanda infeksi seperti rubor, tumor.
R/ Untuk mendeteksi dini adanya tanda- tanda infeksi dan menetukan intervensi
selanjutnya
3. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
R/ Menurunkan resiko penyebaran bakteri
4. Jelaskan pada pasien tentang tanda-tanda infeksi pada luka
R/ Dengan penjelasan tersebut untuk menambah pengetahuan pasien
5. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik sesuai indikasi
R/ Mencegah atau menurunkan jumlah organisme yang dapat menyebabkan infeksi

Implementasi

Didasarkan pada diagnosa yang muncul baik secara actual, resiko, atau potensial.
Kemudian dilakukan tindakan yang sesuai.

Evaluasi

Evaluasi merupakan proses yang dilakukan untuk menilai pencapaian tujuan atau
menilai respon klien terhadap tindakan keperawatan seberapa jauh tujuan keperawatan telah
terpenuhi. Adapun langkah-langkah evaluasi keperawatan sebagai berikut :

1. Mengumpulkan data keperawatan pasien


2. Menginterpretasikan perkembangan pasien
3. Membandingkan dengan keadaan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan dengan
menggunakan kriteria pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan.
4. Mengukur dan membandingkan perkembangan pasien dengan standar normal yang
berlaku (Patricia A Potter, 2005)
Evaluasi disimpulkan berdasarakan pada sejauh mana keberhasilan mencapai kriteria
hasil, sehingga dapat diputuskan apakah intervensi tetap dilanjutkan, dihentikan, atau diganti
jika tindakan yang sebelumnya tidak berhasil.
DAFTAR PUSTAKA

AAOS (American Academy of Orthopedic Surgeons). 2015. Orthopedic Hip Replacement.


Available at: http://orthoinfo.aaos.org/PDFs/A00377.pdf.

Snell, S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi VI, Jakarta: Buku
Kedokteran EGC

Talve. 2016. Case Studies: Total Hip Replacement Result in Sciatic Nerve Injury and Foot
Drop. Dikutip dari situs http://www.theexpertinstitute.com/case-studies/total-hip-
replacementresult-in-sciatic-nerve-injury-and-foot-drop/. Diakses tanggal 12 Mei
2017.

Anda mungkin juga menyukai