TRAUMA KEPALA
1. DEFINISI
Trauma kepala merupakan kejadian cedera akibat trauma pada otak, yang menimbulkan
perubahan fisik, intelektual, emosi, sosial, ataupun vokasional (pekerjaan). Anak kecil usia
dua bulan hingga dua tahun, individu usia 15 hingga 24 tahun, dan lanjut usia merupakan
kelompok yang beresiko tinggi mengalami trauma kepala. Risiko pada laki-laki dua kali lipat
risiko pada wanita (Kowalak, 2011).
Trauma kepala adalah perdarahan yang berasal dari vena menyebabkan lambatnya
pembentukan hematoma karena rendahnya tekanan, laserasi arterial ditandai oleh
pembentukan hematoma yang cepat karena tingginya tekanan (Engram, 2007).
Beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan trauma kepala adalah trauma
pada otak, yang menimbulkan perubahan fisik, intelektual, emosi, sosial, ataupun vokasional
(pekerjaan) yang menimbulkan perdarahan yang berasal dari vena menyebabkan lambatnya
pembentukan hematoma.
3. Pembedahan
Evakuasi hematoma atau kraniotomi untuk mengangkat atau mengambil
fragmen fraktur yang terdorong masuk ke dalam otak dan untuk mengambil
benda asing dan jaringan nekrotik sehingga risiko infeksi dan kerusakan otak
lebih lanjut akibat fraktur dapat dikurangi.
4. Mobilisasi
Pada pasien cedera kepela berat mobilisasi bisa dilakukan dengan
pemasangan servical colar. Servical colar sendiri adalah alat penyangga tubuh
khusus untuk leher. Alat ini digunakan untuk mencegah pergerakan tulang
servical yang dapat memperparah kerusakan tulang servical yang patah maupun
pada cedera kepala. Alat ini hanya membatasi pergerakan minimal pada rotasi,
ekstensi, dan fleksi.
e) Hematoma Intraserebral
CT Scan atau arteriografi serebral memperlihatkan lokasi perdarahan. Tekanan cairan
serebrospinal meninggi, cairan serebrospinal tampak mengandung darah atau berwarna
xantokrom (berwarna kuning atau mirip warna jerami) akibat penguraian hemoglobin
f) Fraktur Tengkorak
1. CT Scan dan MRI menunjukkan perdarahan intrakranial akibat ruptur pembuluh
darah dan pembengkakan
2. Foto rontgen kranium dapat memperlihatkan fraktur
3. Pungsi lumbal merupakan kontraindikasi jika terdapat lesi yang luas
4. Sinar x kepala dan servikal untuk mendeteksi lokasi dan parahnya fraktur
5. CT Scan untuk mengenali adanya hematoma intracranial
6. Pungsi lumbal untuk memastikan adanya meningitis bila pasien memperlihatkan
tanda-tanda iritasi meningeal (demam, rigiditas nukal, kejang)
B. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Biasanya terjadi penurunan kesadaran, nyeri kepala, adanya lesi/luka dikepala
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien datang dengan keadaan penurunan kesadaran, konvulsi, adanya
akumulasi sekret pada saluran pernafasan, lemah, paralisis, takipnea.
3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Biasanya klien memiliki riwayat jatuh.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya ada salah satu keluarga yang menderita penyakit yang sama sebelumnya.
C. Pemeriksaan Primer
1) Airway management/penatalaksanaan jalan napas:
a. Kaji obstruksi dengan menggunakan tangan dan mengangkat dagu (pada pasien
tidak sadar).
b. Kaji jalan napas dengan jalan napas orofaringeal atau nasofaringeal (pada
pasien tidak sadar).
c. Kaji adanya obstruksi jalan nafas antara lain suara stridor, gelisah karena
hipoksia, penggunaan oto bantu pernafasan, sianosis.
d. Kaji jalan napas definitive (akses langsung melalui oksigenasi intratrakeal).
e. Kaji jalan napas dengan pembedahan (krikotiroidotomi).
2) Breathing/pernapasan:
a. Kaji pemberian O2.
b. Kaji nilai frekuensi napas/masuknya udara (simetris)/pergerakan dinding dada
(simetris)/posisi trakea.
c. Kaji dengan oksimetri nadi dan observasi.
3) Circulation/sirkulasi:
a. Kaji frekuensi nadi dan karakternya/tekanan darah/pulsasi apeks/JVP/bunyi
jantung/bukti hilangnya darah.
b. Kaji darah untuk cross match, DPL, dan ureum + elektrolit.
c. Kaji adanya tanda-tanda syok seperti: hipotensi, takikardi, takipnea,
hipotermi,pucat, akral dingin, kapilari refill>2 detik, penurunan produksi urin.
D. Pemeriksaan Sekunder
1. Penampilan atau keadaan umum
Wajah terlihat menahan sakit, tidak ada gerakan, lemah, lemas.
2. Tingkat kesadaran
Kesadaran klien mengalami penurunan GCS <15.
3. Tanda-Tanda Vital
Suhu Tubuh : Biasanya meningkat saat terjadi benturan (Normalnya 36,5
37,5°C)
Tekanan Darah : Hipotensi dapat terjadi akibat cedera otak dengan tekanan darah
sistolik <90 mmHg (Normalnya 110/70-120/80 mmHg)
Nadi : Biasanya cepat dan lemah pada keadaan kesakitan dan TIK
meningkat (Normalnya 60-100 x/menit)
RR : Biasanya menurun saat TIK meningkat (Normalnya 16-22)
4. Pemeriksaan Nervus Cranial
a. Nervus I : Penurunan daya penciuman.
b. Nervus II : Pada trauma frontalis terjadi penurunan
penglihatan karena edema pupil.
c. Nervus III, IV, VI : Penurunan lapang pandang, reflex cahaya menurun,
perubahan ukuran pupil, bola mata tidak dapat mengikuti perintah, anisokor.
d. Nervus V : Gangguan mengunyah karena terjadi anastesi daerah
dahi.
e. Nervus VII, XII : Lemahnya penutupan kelopak mata, hilangnya rasa pada
2/3 anterior lidah.
f. Nervus VIII : Penurunan pendengaran dan keseimbangan tubuh.
g. Nervus IX, X, XI : Jarang ditemukan.
h. Nervus XII : Jatuhnya lidah kesalah satu sisi, disfagia dan disartia.
5. Pemeriksaan Head to Toe
a. Pemeriksaan Kepala
Tulang tengkorak : Inspeksi (bentuk mesocepal, ukuran kranium, ada
deformitas, ada luka, tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kepala)
Palpasi (ada nyeri tekan, ada robekan)
Kulit kepala : Inspeksi (kulit kepala tidak bersih, ada lesi, ada skuama, ada
kemerahan)
Wajah : Inspeksi (ekspresi wajah cemas dan menyeringai nyeri, keadaan
simetris, tidak ada lesi) Palpasi : (tidak ada kelainan sinus)
Rambut : Inspeksi (rambut tidak bersih, mudah putus, ada ketombe, ada
uban) Palpasi (rambut mudah rontok)
Mata : Inspeksi (simestris, konjungtiva warna pucat, sclera putih, pupil
anisokor, reflex pupil tidak teratur, pupil tidak bereaksi terhadap
rangsangan cahaya, gerakan mata tidak normal, banyak sekret) Palpasi
(bola mata normal, tidak ada nyeri tekan)
Hidung : Inspeksi (keadaan kotor, ada rhinorhoe (cairan serebrospinal
keluar dari hidung), ada pernafasan cuping hidung, tidak ada deviasi
septum) Palpasi sinus (ada nyeri tekan)
Telinga : Inpeksi (Simetris, kotor, fungsi pendengaran tidak baik, ada
otorrhoe (cairan serebrospinal keluar dari telinga), battle sign (warna biru
atau ekhimosis dibelakang telinga di atas os mastoid), dan memotipanum
(perdarahan di daerah membrane timpani telinga)) Palpasi (tidak ada
lipatan,ada nyeri)
Mulut : Inspeksi (keadaan tidak bersih, tidak ada stomatitis, membran
mukosa kering pucat, bibir kering, lidah simetris, lidah bersih, gigi tidak
bersih, gigi atas dan bawah tanggal 3/2, tidak goyang, faring tidak ada
pembekakan, tonsil ukuran normal, uvula simetris, mual-muntah) Palpasi
(tidak ada lesi, lidah tidak ada massa)
Leher dan Tenggorok : Inspeksi dan Palpasi (Tidak ada pembesaran jvp,
tidak ada pembesaran limfe, leher tidak panas, trakea normal, tidak
ditemukan kaku kuduk)
b. Pemeriksaan Dada dan Thorak
Paru-paru :
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, tidak ada batuk, nafas
dada cepat dan dangkal,sesak nafas, frekuensi nafas <16 x/menit.
Palpasi : Suara fremitus simetris, tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : Sonor pada kedua paru.
Auskultasi : Suara nafas tidak baik, ada weezing.
Jantung :
Inspeksi : Bentuk simetris, Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba pada V±2cm, tidak ada nyeri tekan, denyut
nadi Bradikardia
Perkusi : Pekak, batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri,
batas kanan ics 2 sternal kanan dan ics 5 axilla anterior kanan
Auskultasi : BJ I-II tunggal, tidak ada gallop, ada murmur, Irama nafas
tidak teratur, tekanan darah menurun
d. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Permukaan simetris, warna cokelat, permukaan normal
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : Tidak ada nyeri, tidak ada benjolan, kulit normal, Hepar tidak teraba,
limpa tidak teraba, Ginjal tidak teraba, tidak ada ascites, tidak ada nyeri pada
Titik Mc. Burney.
Perkusi : Tidak ada cairan atau udara suara redup
e. Pemeriksaan Genetalia
Inspeksi : Terjadi penurunan jumlah urin dan peningkatan cairan
f. Pemeriksaan Ekstremitas
Inspeksi : Adanya perubahan-perubahan warna kulit, kelemahan otot, adanya
sianosis
Palpasi : Turgor buruk, kulit kering
6. Pemeriksaan Penunjang
a. CT-Scan (dengan atau tanpa kontras) : Mengidentifikasi luasnya lesi,
perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak. Catatan :
Untuk mengetahui adanya infark / iskemia jangan dilekukan pada 24 - 72 jam
setelah injuri.
b. MRI : Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
c. Pungsi lumbal untuk memastikan adanya meningitis bila pasien
memperlihatkan tanda-tanda iritasi meningeal (demam, rigiditas nukal,
kejang).
d. Cerebral Angiography : Menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti :
perubahan jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.
e. Serial EEG : Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis.
f. X-Ray : Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur
garis (perdarahan/edema), fragmen tulang.
g. BAER : Mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil.
h. PET : Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak.
i. CSF, Lumbal Punksi : Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan
subarachnoid.
j. ABGs : Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan
(oksigenisasi) jika terjadi peningkatan tekanan intracranial.
k. Kadar Elektrolit : Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat
peningkatan tekanan intrkranial.
l. Screen Toxicologi : Untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga menyebabkan
penurunan kesadaran.
E. Diagnosa Keperawatan
F. Intervensi
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Menentukan
tingkat
kesadaran
o Evaluasi
kemampuan
membuka Mengukur
mata kesadaran
(spontan, secara
rangsang keseluruhan
nyeri). dan
kemampuan
untuk
berespon
pada
rangsangan
eksternal.
o Kaji respon
motorik
terhadap Dikatakan
perintah yang sadar bila
sederhana. pasien
mampu
meremas
atau melepas
tangan
pemeriksa.
o Pantau TTV
dan catat
hasilnya.
Peningkatan
tekanan
darah
sistemik
yang diikuti
dengan
penurunan
tekanan
darah
diastolik
merupakan
tanda
peningkatan
TIK .
Peningkatan
ritme dan
disritmia
merupakan
tanda adanya
depresi atau
trauma
batang otak
pada pasien
yang tidak
mempunyai
o Anjurkan kelainan
orang jantung
terdekat sebelumnya.
untuk
Nafas yang
berbicara
tidak teratur
dengan klien
menunjukan
adanya
peningkatan
TIK
Ungkapan
keluarga
yang
menyenangk
o Kolaborasi an klien
pemberian tampak
cairan sesuai mempunyai
indikasi efek
melalui IV relaksasi
dengan alat pada
kontrol beberapa
klien koma
yang akan
menurunkan
TIK
Pembatasan
cairan
diperlukan
untuk
menurunkan
Oedema
cerebral:
meminimalk
an fluktuasi
aliran
vaskuler,
tekanan
darah (TD)
dan TIK
o Berikan
kompres
dingin pada Meningkatka
kepala n rasa
nyaman
dengan
menurunkan
vasodilatasi.
Pendekatan
antar disiplin
ilmu dapat
menciptakan
rencana
panatalaksan
aan
terintegrasi
yang
berfokus
pada
masalah
klien
Gangguan Pasien dapat melakukan o Periksa Mengidentifi
mobilitas mobilitas fisik setelah mendapat kembali kasi
fisik b/d perawatan dengan KH : kemampuan kerusakan
spastisitas dan keadaan secara
kontraktur, o tidak adanya secara fungsional
kerusakan kontraktur, fungsional dan
saraf footdrop. pada mempengaru
motorik. o Ada peningkatan kerusakan hi pilihan
kekuatan dan yang terjadi. intervensi
fungsi bagian yang akan
tubuh yang sakit. dilakukan.
o Mampu
mendemonstrasi
kan aktivitas
yang Penggunaan
memungkinkan sepatu tenis
o Pertahankan hak tinggi
dilakukannya
kesejajaran dapat
tubuh secara membantu
fungsional, mencegah
seperti footdrop,
bokong, kaki, penggunaan
tangan. bantal,
Pantau gulungan
selama alas tidur
penempatan dan bantal
alat atau pasir dapat
tanda membantu
penekanan mencegah
dari alat terjadinya
tersebut. abnormal
pada
bokong.
Mempertaha
nkan
o Berikan/
mobilitas
bantu untuk
dan fungsi
latihan
sendi/ posisi
rentang gerak
normal
ekstrimitas
dan
menurunkan
terjadinya
vena statis.
Proses
o Bantu pasien penyembuha
dalam n yang
program lambat
latihan dan seringakli
penggunaan menyertai
alat trauma
mobilisasi. kepala dan
Tingkatkan pemulihan
aktivitas dan fisik
partisipasi merupakan
dalam bagian yang
merawat diri sangat
sendiri sesuai penting.
kemampuan. Keterlibatan
pasien dalam
program
latihan
sangat
penting
untuk
meningkatka
n kerja sama
atau
keberhasilan
program.
o Batasi
pengunjung Menurunkan
yang dapat pemajanan
menularkan terhadap
infeksi atau pembawa
cegah kuman
pengunjung infeksi.
yang
mengalami
infeksi
saluran nafas
atas.
Terapi
o Kolaborasi profilaktik
pemberian dapat
atibiotik digunakan
sesuai pada pasien
indikasi. yang
mengalami
trauma,
kebocoran
LCS atau
setelah
dilakukan
pembedahan
untuk
menurunkan
resiko
terjadinya
infeksi
nosokomial.
o Berikan
makan dalam
porsi kecil
dan sering
dengan
teratur. Meningkatka
n proses
pencernaan
dan toleransi
pasien
terhadap
nutrisi yang
diberikan
dan dapat
meningkatka
n kerjasama
o Kaji feses, pasien saat
cairan makan.
lambung,
muntah
darah.
Perdarahan
subakut/
akut dapat
terjadi dan
perlu
intervensi
dan metode
alternatif
o Kolaborasi pemberian
dengan ahli makan.
gizi.
Metode yang
efektif untuk
memberikan
kebutuhan
kalori.
o Auskultasi
suara nafas.
Perhatikan
daerah Untuk
hipoventilasi mengidentifi
dan adanya kasi adanya
suara- suara masalah paru
tambahan seperti
yang tidak atelektasis,
normal. kongesti atau
(krekels, obstruksi
ronki dan jalan nafas
whiszing). yang
membahaya
kan
oksigenasi
serebral atau
menandakan
adanya
infeksi paru
(umumnya
o Kolaborasi merupakan
untuk komplikasi
pemeriksaan pada cidera
AGD, kepala).
tekanan
oksimetri.
Menentukan
kecukupan
oksigen,
keseimbanga
o Berikan n asam-basa
oksiegen dan
sesuai kebutuhan
indikasi. akan terapi.
Mencegah
hipoksia,
jika pusat
pernafasan
tertekan.
Biasanya
dengan
mnggunakan
ventilator
mekanis