“ASKEP BRONKITIS”
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS KADIRI
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada
penyusun untuk dapat menyelesaikan makalah Tugas Kelompok “Askep Bronkitis ". Tujuan
penyusunan makalah ini ialah untuk melengkapi tugas kelompok yang dibimbing oleh”Kun
Ika, S.Kep.Ns.,M.Kep”
Dalam menyelesaikan makalah ini, penyusun telah mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu sudah selayaknya penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak.
yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan perhatian. Juga tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan tidak
sempat penyusun sebutkan satu persatu.
Kami berharap semoga dengan disusunnya makalah ini dapat memberikan
pengetahuan bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan paru-
paru besertapembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang melindunginya. Di dalam
rongga dada terdapat juga jantung di dalamnya. Rongga dada dipisahkan dengan
rongga perut oleh diafragma. Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring,
laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan alveoli. Di dalamnya terdapat suatu sistem yang
sedemikian rupa dapat menghangatkan udara sebelum sampai ke alveoli. Terdapat juga
suatu sistem pertahanan yang memungkinkan kotoran atau benda asing yang masuk
dapat dikeluarkan baik melalui batuk ataupun bersin (Sloane , 2004).
American Thoracic Society dalam buku Standards for the diagnosis and care of
patients with chronic obstructive pulmonary disease tahun 1995,sekitar 10 juta orang
Amerika menderita PPOM, dan menyebabkan 40.000 kematian setiaptahun. Sedangkan
Tjandra Yoga Aditama dosen FK UI, dalam Cermin Dunia Kedokteran No.84 tahun
1993 menyatakan bahwa di Indonesia penyakit asma, bronkitis dan emfisema
merupakan penyebab kematian ke 10 (Puspitasari , 2009).
Untuk Bronkitis kronis, jumlah orang dewasa yang terdiagnosa kronik Bronkitis
pada tahun 2007 di Amerika Serikat adalah 7,6 juta orang. Dampak yang timbul akibat
menderita penyakit bronkitis kronis adalah infeksi saluran napas yang berat dan sering,
penyempitan dan penyumbatan bronchus, sulitbernafas , disability , hingga kematian.
Kebiasaan merokok merupakan faktor penting yang berkontribusi menyebabkan
bronkitis kronik (Puspitasari , 2009).
5
Menurut American Academy of Family Physian lebih dari 90 persen pasien
bronkitis kronis memiliki riwayat pernah menjadi perokok. Tetapi terdapat faktor lain
yang sedikit kontribusinya menyebabkan bronkitiskronik yaitu infeksi virus atau
bakteri, polusi udara (ozon dan nitrogen dioksida/NO2), terpajan iritan di tempat kerja,
dan lain-lain. Iritan-iritan yang dapat menyebabkan penyakit ini diantaranya uap logam
( fume) dari bahan-bahan kimia seperti sulfur dioksida (SO2), hidrogen sulfida (H2S),
bromin (Br), amonia (NH3), asam kuat, beberapaorganic solvent , dan klorin (Cl). Debu
juga dapat menyebabkan bronkitis kronis, seperti debu batu bara (Puspitasari , 2009).
Dari penjelasan di atas memberikan gambaran bagi kita semua bahwa penyakit-
penyakit Respirasi tidak hanya disebabkan oleh merokok, polusi, genetik, tetapi juga
disebabkan karena penyakit infeksi. Penyakit-penyakit yang didasari oleh virus
dan bakteri.Dari fenomena di atas kelompok tertarik untuk membahas mengenai asuhan
keperawatan pada TN Adengan bronkitis.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi bronkitis ?
2. apa saja Manifestasi klinik bronkitis ?
3. Pemeriksaan penunjang pada bronkitis ?
4. bagaimana Pentalaksanaan pada bronchitis?
C. TUJUAN
1. Tujuan mahasiswa bisa mengerti tentang bronkitis dan memahami apa yang hrus
dilakukan seorang perawat untuk menangani bronkitis dan secara umum mahasiswa
bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang asuhan keperawatan klien dengan
Bronkitis
.
2. Tujuan khusus :
6
e. Mahasiswa mampu melakukan implementasi masalah bronkitis
D. MANFAAT
Dengan pembuatan makalah ini mahasiswa dapat mengerti tentang bronkitis dan
memahami apa yang harus di lakukan seorang perawat untuk menangani bronkitis
sekaligus untuk menambah wawasan mahasiswa tentang konsep asuhan keperawatan
pada penyakit bronkitis
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Bronkhitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronkhitis
dapat bersifat akut maupun kronis ( Irman Somantri, 2009 ).
Bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamsi pada
pembuluh bronkus,trakea dan bronchial.inflamsi menyebabkan bengkak pada
permukaannya,mempersempit ruang pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan
inflamsi
8
Bronchitis juga ditandai dengan adanya dilatasi (pelebaran) pada bronkus local
yang bersifat patologis.dilatasi bronkus disebabkan oleh perubahan dalam dinding
bronkus berupa destruksi elemen –elemen elastic dan otot-otot polos bronkus. pada
umumnya bronkus berukuran kecil yang diserang. Hal ini dapat menghalangi aliran
udara ke paru-paru dan dapt merusaknya. Secara klinis para ahli mengartikan
bronchitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan
gejala utama dan dominan . ini berati bahwa bronchitis bukan merupakan penyakit
berdiri sendiri melainkan dari berbagai penyakit lain juga. Definisi bronchitis menurut
beberpa sumber adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang ulang
minimal selam3 bulan pertahun atau paling sedikit 2 tahun berturut turut pada pasien
yang diketahui tidak terdapatpenyebab lain.
B.ETIOLOGI
9
5. Faktor sosial ekonomi Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada
golongan sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi
yang lebih jelek.
C.KLASIFIKASI
3. Bronkhitis akut kondisi umum yang disebabkan oleh inveksi dan inhalan
yang mengakibatkan inflamasi lapisan mukosa percabangan trakeobronkial.( Arif
Mutaqin, 2000).
D.MANISFESTASI KLINIS
Gejala dan tanda klinis yang timbul pada pasien bronchitis tergantung pada luas
dan beratnya penyakit, lokasi kelainannya, dan ada tidaknya komplikasi lanjut. Ciri
khas pada penyakit ini adalah adanya batuk kronik disertai produksi sputum, adanya
haemaptoe dan pneumonia berulang. Gejala dan tanda klinis dapat demikian hebat
10
pada penyakit yang berat, dan dapat tidak nyata atau tanpa gejala pada penyakit yang
ringan(Irman somantri, 2012 ).
Bronchitis yang mengenai bronkus pada lobis atas sering dan memberikan
gejala dgn keluhan –keluhan :
1. Batuk
Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung
kronik dan frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis, jumlah seputum bervariasi,
umumnya jumlahnya banyak terutama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi
tidur atau bangun dari tidur. Kalau tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid,
sedang apabila terjadi infeksi sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan bau
yang tidak sedap. Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan
menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat, misalnya
pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali, puruen, dan apabila
ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3 bagian (Irman somantri, 2012):
c. Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari
bronkus yang rusak ( celluler debris ).
2. Haemaptoe
11
batukya minimal. Pada tuberculosis paru, bronchitis ( sekunder ) ini merupakan
penyebab utama komplikasi haemaptoe(Irman somantri, 2012).
4. Demam berulang
5. kelainan fisis
6. Bronchitis
12
dapat masuk kedalam bronkus menimbulkan sumbatan dan infeksi, selanjutnya
terjadilah bronchitis. Erosi dinding bronkus oleh bronkolit tadi dapat mengenai
pembuluh darah dan dapat merupakan penyebab timbulnya hemaptoe hebat(Irman
somantri, 2012).
7. kelainan laboratorium
Pada keadaan lanjut dan mulai sudah ada insufisiensi paru dapat ditemukan
polisitemia sekunder. Bila penyakitnya ringan gambaran darahnya normal. Seing
ditemukan anemia, yang menunjukan adanya infeksi kronik, atau ditemukan
leukositosis yang menunjukan adanya infeksi supuratif. Urin umumnya normal
kecuali bila sudah ada komplikasi amiloidosis akan ditemukan proteiuria.
Pemeriksaan kultur sputum dan uji sensivitas terhadap antibiotic, perlu dilakukan bila
ada kecurigaan adanya infeksi sekunder (Irman somantri, 2012).
8. Kelainan radiologis.
Gambaran foto dada ( plain film ) yang khas menunjukan adanya kista-kista
kecil dengan fluid level, mirip seperti gambaran sarang tawon pada daerah yang
terkena, ditemukan juga bercak-bercak pneumonia, fibrosis atau kolaps. Gambaran
bronchitis akan jelas pada bronkogram (Irman somantri, 2012).
Pada penyakit yang lanjut dan difus, kapasitas vital ( KV ) dan kecepatan aliran
udara ekspirasi satu detik pertama ( FEV1 ), terdapat tendensi penurunan, karena
terjadinya obstruksi airan udara pernafasan. Dapat terjadi perubahan gas darah berupa
penurunan PaO2 ini menunjukan abnormalitas regional ( maupun difus ) distribusi
ventilasi, yang berpengaruh pada perfusi paru (Irman somantri, 2012).
a. Bronchitis ringan
13
Ciri klinis : batuk-batuk dan sputum warna hijau hanya terjadi sesudah demam,
ada haemaptoe ringan, pasien tampak sehat dan fungsi paru norma, foto dada
normal.
b. Bronchitis sedang
Ciri klinis : batuk produktif terjadi setiap saa, sputum timbul setiap saat, (
umumnya warna hijau dan jarang mukoid, dan bau mulut meyengat ), adanya
haemaptoe, umumnya pasien masih Nampak sehat dan fungsi paru normal. Pada
pemeriksaan paru sering ditemukannya ronchi basah kasar pada daerah paru yag
terkena, gmbaran foto dada masih terlihat normal.
c. Bronchitis berat
Ciri klinis : batuk produktif dengan sputum banyak, berwarna kotor dan berbau.
Sering ditemukannya pneumonia dengan haemaptoe dan nyeri pleura. Bila ada
obstruksi nafas akan ditemukan adany dispnea, sianosis atau tanda kegagalan
paru. Umumny pasien mempunyai keadaan umum kurang baik, sering ditemukan
infeksi piogenik pada kulit, infeksi mata , pasien mudah timbul pneumonia,
septikemi, abses metastasis, amiloidosis.
E. PATOFISIOLOGI
Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa
bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan
ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai
peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil
sedemikian rupa sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar.
14
Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa
terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia dan
pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme
pertahanannya sendiri melemah. Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel –
sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami
kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan – perubahan pada sel –
sel penghasil mukus dan sel – sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris
dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari
saluran nafas
F.KOMPLIKASI
Karena bronchitis akut merupakan terjadinya suatu penyakit bronchitis yang terjadi
karena adanya kelainan dengan saluran bronkus sendiri sehingga dengan waktu yang
singkat dapat menjadi bronchitis kronis yang bersifat menahun.
15
2. Bronkiektaksis
3. Pneumonia
Hal ini terjadi karena kurangnya darah yang masuk dalam atrium dan ventrikel
kiri.gagal jantung yang sering terjadi yaitu gagal jantung kiri.
2. Atelektasis
3. Pneumonia
4. Pneumotoraks
5. Hipertensi paru
16
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan radiologisTubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis
yang paralel, keluar dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah
bayangan bronchus yang menebal.Corak paru bertambah
2. Pemeriksaan fungsi paru
3. Analisa gas darah antaralain :
a. Pa O2 : rendah (normal 25 – 100 mmHg)
b. Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).
c. Saturasi hemoglobin menurun.
d. Eritropoesis bertambah.
I. DIAGNOSE KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Gangguan pertukaran gas
4. Intoleran aktivitas
17
5. Gangguan rasa nyaman
6. Nyeri
7. Gangguan keseimbangan cairan
8. Gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
9. Gangguan pola tidur
18
,BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
BRONKITIS
A. KASUS
Tn Z berumur 58 tahun mengalami nyeri ketika batuk kira-kira 4 bulan
terakhir dan masih sampai sekarang ,ketika itu pagi hari dia merasa gatal-gatal di
daerah tenggorokannnya kemudian batuk berulang-ulang disertai dahak dan itu
membuat pekerjaannya tertunda sebagai seorang penjahit.hal itu terus menerus
dirasakanya sampai suatu hari dia merasa sesak nafas dan dibawa ke rumah
sakit,dengan hasil pemeriksaan dada terasa nyeri saat batuk,sesak nafas, S : 40 0 C, N
: 80 x/menit, RR : 28 , TD : 130/80
B. PENGKAJIAN
pasien
Nama :Tn. Z
Umur : 58 tahun
Agama :Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Penjahit
Alamat : kediri
Penanggung jawab
Nama : Ny. Z
Agama : Islam
19
Pendidikan : SMA
Alamat : Kediri
2. Riwayat kesehatan
Pagi itu pasien merasa nyeri ketiks batuk yang disertai dahak sehingga dia
susah bernafas
3) Upaya yang telah dilakukan Pasien dibelikan obat mextril dan konidin oleh
istrinya ditoko terdekat
1) Penyakit dahulu
2) Perlukaan
20
Tidak ada alergi obat-obatan maupun makanan.
5) Riwayat keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit seperti dia pasien
Pasien mengatakan sakit itu adalah sebuah cobaan yang diterima dengan
lapang dada
1) Sebelum sakit
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi X
Berpakaian X
Eleminasi X
Mobilisasi X
Berpindah X
Ambulasi X
21
2) Selama sakit
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi X
Berpakaian X
Eleminasi X
Mobilisasi X
Berpindah X
Ambulasi X
Keterangan :
0 : mandiri
1 : dibantu sebagian
Sebelum sakit tidur pasien 8 jam /hari dan tidak terganggu. Sedangkan selama
sakit,Pasien mengatakan tidurnya terganggu akibat batuk terus menerus dari
pagi sampai malam hari.
Sebelum sakit makan teratur, selama sakit pasien merasa mual atau muntah
Nafsu makan buruk /anoreksia . Ketidakmanpuan untuk makan karna distress
pernapasan Penurunan berat badan 2 kg.
e. Pola eliminasi
Sebelum sakit BAB dan BAK normal , sedangkan selama sakit pasien
mengatakan tidak ada masalah dalam hal buang air besar akan tetapi air
kencingnya lebih kuning dan pekat,badannya pun lebih hangat dari biasanya. .
22
f. Pola kognitif dan perceptual
Gambaran diri : pasien mengatakan “ saya senang dengan potur tubuh saya
seperti ini.
Peran diri : pasien mengatakan dengan malu’ saya seorang suami belum bias
menafkahi anak istri seperti biasa.
Ideal diri: pasien mengatakan “ saya berdoa semoga saya cepat sembuh dan
kembali kepada keluarga saya
Hanya tidak mampu memeberi nafkah bathin pada istri karena batuk disertai
sesak nafas.
Pasien mengatakan hubungan dengan orang lain maupun keluarga keadaan baik
saja.
Pasien selalu teratur melakukan shalat 5 waktu baik sebelum sakit mapun
selama sakit walaupun tidak semampu sebelumnya.
23
4. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : composementis
GCS : 14
TD : 130/80
Suhu : 40 0 C
RR : 28 x/menit
Nadi : 80 x/menit
BB sebelum sakit : 50 kg
BB selama sakit : 48 kg
Nyeri :3
HEAD TO TOE
Telinga : tidak ada serumen ,tidak ada tanda inflamasi,bentuk telinga kiri dan
kanan simetris.
Hidung : tidak ada bunyi cuping hidung ,tidak ada pembengkakan,Reaksi alergi
bersin bila berdebu
Leher : warna leher sama dengan anggota tubuh lainnya ,tidaka da ketegangan
vena jugularis
24
DADA
Inspeksi : ekspansi dada kadang cepat kadang lambat, Pola nafas takipnea
Perkusi : suara dada sedikit redup karna ada sputum yang berlebihan
JANTUNG
Inspeksi : denyut jantung tidak terlihat di intercosta ke 4,5 karna badan pasien
sedikit gemuk
ABDOMEN
EKSTREMITAS
25
Tidak ada gangguan pada ekstremitas atas maupun bawah,tidak ada tanda tanda
inflamasi,akan tetapi ada sianosis atau kebiruan.
5. Pemeriksaan penunjang
Leukosit> 17.500
Eritropoesis bertambah
Bronchodilator
Antimikroba
Kortikosteroid
Terapi pernafasan
Terapi aerosol
Terapi oksigen
Penyesuaian fisik
Latihan relaksasi
26
7. Data Fokus Data
27
8. Analisa Data
28
9. Diagnose keperawatan dan prioritas masalah
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis pada saluran pernafasan
10. Perencanan
29
gas dapat teratasi (bradypnea,takipnea,)
dengan criteria hasil : -Catat peningkatan tekanan
inspirasi dan penurunan
Respiratory status : volume tidal
gas exchange -Catat perubahan dalam
PaO2 SaO2,End tidal CO2 dan
PaCO2 -Monitor laporan rontgen
Saturasi oksigen dada
Temuan rontgen dada -Berikan terapi nebulizer jika
Keseimbangan perfusi diperlukan
ventilasi
End tidal
karbondioksida
Tingkat target tujuan
5: rentang normal
4:adadeviasi tingkat
ringan
3:ada deviasi tingkat
sedang
2:ada deviasi tingkat
berat
1: ada deviasi tingkat
sangat berat
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Activity Therapy
b/d ketidakseimbangan tindakan keperawatan -tentukan penyebab toleransi
antara suplai dan selama 3x 24jam aktivitas(fisik,psikologis,atau
kebutuhan oksigen ketidakmampuan motivasi)
beraktivitas dapat -berikan periode selama
teratasi dengan aktivitas
criteria hasil : -monitor respon
Activity Tolerance- kardiopulmonal setelah
0005 Frekuensi melakukan aktivitas
pernafasan dengan -monitor dan catat
aktivitas kemampuan untuk
Mudah bernafas mentoleransi aktivitas
Langkah dan jarak - monitor intake nutrisi
kaki melangkah untuk memastikan
Kekuatan ekstremitas kecukupan sumber energy
atas Kekuatan
ekstremitas bawah
Mudah melakukan
aktivitas sehari-hari
5: tidak kompromi
4: ada kompromi
tingkat ringan
3:ada kompromi
tangkat sedang
2: ada kompromi
tingkat berat
1: ada kompromi
30
tingkat sangat berat
Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan Pain Management
cedera biologis saluran tindakan keperawatan -Lakukan pengkajian nyeri
pernafasan selama 2x 24 jam rasa secara kompherensif
nyeri dapat teratasi termasuk
dengan criteria hasil : ,lokasi,karakteristik, durasi,
Pain control-1605 frekuensi nyeri.
Mengenali factor -Gunakan tehnik komunikasi
penyebab teraputikuntuk mengetahui
Menggunakan metode pengalamannyeri
pencegahan non -Kaji kultur yang
analgetik untuk mempengaruhi respon nyeri
mengurangi ras nyeri -Ajarkan tehnik non
Mengenali gejala farmakologi
nyeri Melaporkan -Tingkatkan istirahat
nyeri terkontrol
5 : selalu dilakukan
4: sering dilakukan
3 : kadang dilakukan
2 : jarang dilakukan
31
11.Penatalaksanaan Tindakan
DS : Keluarga pasien
mengatakan “ kami akan
mencoba melakukan batuk
efektif pada pasien
32
mencatat perubahan dalam
SaO2,End tidal CO2 dan DO: Inspirasi dan
nilai gas darah arteri ekspirasi cepat Volume
tidal menurun DO :
Memantau laporan Pa O2 : 16- rendah
rontgen dada PaCO2 : 67
DO :
Makan 4 x/hari sering tapi
sedikit.
1- 08.00 4 Mengkaji DS :
daerah,karakteristik,,lama Pasien mengatakan “saya
12-
nyeri merasa nyeri ketika batuk
11 didaerah dada,seperti
Menggunakan tehnik dihimpit sesuatu,
komunikasi teraputik
untuk mengurangi rasa DS: Pasien mengatakan “
nyeri saya senang biasa
berbicara dengan perawat
Meintruksikan pasien disini
untuk mengambil nafas
dalam DS : Pasien mengatakan
:” baiklah saya akan
Menganjurkan pada pasien mencoba menarik nafas
untuk banyak istirahat panjang dan istirahat yang
cukup
DO : Skala nyeri 2
33
12. Evaluasi ( harian )
34
P : Lanjutkan intervensi
1-12-11 08.00 Nyeri akut b/d S : Saya senang bisa
agen cedera berbicara dengan perawat
biologis saluran disini
pernafasan O : Skala nyeri 2
A : Masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi (
Pain Management )
35
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bronkitis berarti infeksi bronkus , bronkitis dapat di katakan penyakit
tersendiri ,tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran
pernapasan atas atau bersamaan dngan penyakit saluran pernapasan antara
lain seperti sindbronkitis , bronkitis pada asma’dan sebagainya ,yg terdiri
dari bronkitis akut dan kronik.
B. SARAN
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesimpulan ,jadi di
harapkan untuk para pembaca lebih mengembangkanya lagi .Jadikanlah
makalah ini sbagai perimbangan , pengembangan dari penyakit yg telah di
bahas di atas .
36
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth,
alihbahasa; Agung Waluyo, editor; Monica Ester, Edisi 8. EGC: Jakarta.
Tucker, Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien; Proses Keperawatan, Diagnosis dan
Evaluasi, Edisi 5. EGC. Jakarta.
37