Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH TUGAS KELOMPOK

“ASKEP BRONKITIS”

Dosen:Kun Ika, S.Kep.Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :

Sindy Septiana Dewi (15621010)

Yohanes Rendyanto Y.B (15621035)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KADIRI

2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada
penyusun untuk dapat menyelesaikan makalah Tugas Kelompok “Askep Bronkitis ". Tujuan
penyusunan makalah ini ialah untuk melengkapi tugas kelompok yang dibimbing oleh”Kun
Ika, S.Kep.Ns.,M.Kep”

Dalam menyelesaikan makalah ini, penyusun telah mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu sudah selayaknya penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak.
yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan perhatian. Juga tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan tidak
sempat penyusun sebutkan satu persatu.
Kami berharap semoga dengan disusunnya makalah ini dapat memberikan
pengetahuan bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kediri,13 Oktober 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 5
1.4 Manfaat ................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi .................................................................................................................... 6
2.2 Epidemiologi ........................................................................................................... 6
2.3 Etiologi .................................................................................................................... 7
2.4 Klasifikasi ............................................................................................................... 8
2.5 Patofisiologi ............................................................................................................ 10
Pathway ......................................................................................................................... 15
2.6 Kriteria SLE ............................................................................................................ 16
2.7 Data Laboratorium .................................................................................................. 17
2.8 Manifestasi Klinis ................................................................................................... 19
2.9 Pemeriksaan Diagnostik.......................................................................................... 22
2.10 Penatalaksanaan Medis ......................................................................................... 23
2.11 Tinjauan Tentang Pengobatan SLE ...................................................................... 23
2.12 Terapi Non Farmakologi ....................................................................................... 24
2.13 Terapi Farmakologi ............................................................................................... 24
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 37
3.2 Saran ....................................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 38

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan paru-
paru besertapembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang melindunginya. Di dalam
rongga dada terdapat juga jantung di dalamnya. Rongga dada dipisahkan dengan
rongga perut oleh diafragma. Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring,
laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan alveoli. Di dalamnya terdapat suatu sistem yang
sedemikian rupa dapat menghangatkan udara sebelum sampai ke alveoli. Terdapat juga
suatu sistem pertahanan yang memungkinkan kotoran atau benda asing yang masuk
dapat dikeluarkan baik melalui batuk ataupun bersin (Sloane , 2004).

American Thoracic Society dalam buku Standards for the diagnosis and care of
patients with chronic obstructive pulmonary disease tahun 1995,sekitar 10 juta orang
Amerika menderita PPOM, dan menyebabkan 40.000 kematian setiaptahun. Sedangkan
Tjandra Yoga Aditama dosen FK UI, dalam Cermin Dunia Kedokteran No.84 tahun
1993 menyatakan bahwa di Indonesia penyakit asma, bronkitis dan emfisema
merupakan penyebab kematian ke 10 (Puspitasari , 2009).

Di Indonesia, belum ada angka kesakitan Bronkitis kronis, kecuali di RS sentra-


sentra pendidikan. Sebagai perbandingan, di AS ( National Center for Health tatistics )
4
diperkirakan sekitar 4% dari populasi didiagnosa sebagai Bronkitis kronis. Angka
inipun diduga masih di bawah angka kesakitan yang sebenarnya (underestimate)
dikarenakan tidak terdiagnosanya Bronkitis kronis. Di sisi lain dapat terjadi pula
overdiagnosis Bronkitis kronis pada pasien-pasien dengan batuk non spesifik yang self-
limited (sembuh sendiri). Bronkitis kronis dapat dialami oleh semua ras tanpa ada
perbedaan. Frekuensi angka kesakitan Bronkitis kronis lebih kerap terjadi pada pria
dibanding wanita. Hanya saja hingga kini belum ada angka perbandingan yang pasti.
Usia penderita Bronkitis kronis lebih sering dijumpai di atas 50 tahun
(suparyanto ,2010).

Menurut Robert L. Wilkins dan James B. Dexter dalam buku Respiratory


Diseases:Principles of Patient Care, bronkitis kronis adalah salah satu penyakit paru
dimana pasienmemiliki batuk produktif kronik yang berhubungan dengan inflamasi
bronchus. Untuk membuat diagnosis, para ahli menyatakan bahwa jangka waktu kronik
pada penyakit iniadalah selama batuk produktif muncul, minimal selama tiga bulan
setahun dan pada duatahun berturut-turut. Sebelum diketahui menderita Bronkitis
kronis, pada awalnya pasienyang mengalami batuk produktif yang panjang biasanya
terdiagnosis oleh dokter mengalamituberculosis, kanker paru, dan congestive heart
failure (Puspitasari , 2009).

Bronkitis kronik sering disamakan dengan emfisema, padahal keduanya


berbeda.Kedua penyakit ini sering ditemukan pada penderita Penyakit Paru Obstruktif
Menahun(PPOM). PPOM menyerang pria dua kali lebih banyak daripada wanita,
diperkirakan karena pria merupakan perokok yang lebih berat dibandingkan wanita,
tetapi insidensnya pada wanita semakin meningkat dan stabil pada pria (Price, 1992).

Untuk Bronkitis kronis, jumlah orang dewasa yang terdiagnosa kronik Bronkitis
pada tahun 2007 di Amerika Serikat adalah 7,6 juta orang. Dampak yang timbul akibat
menderita penyakit bronkitis kronis adalah infeksi saluran napas yang berat dan sering,
penyempitan dan penyumbatan bronchus, sulitbernafas , disability , hingga kematian.
Kebiasaan merokok merupakan faktor penting yang berkontribusi menyebabkan
bronkitis kronik (Puspitasari , 2009).

5
Menurut American Academy of Family Physian lebih dari 90 persen pasien
bronkitis kronis memiliki riwayat pernah menjadi perokok. Tetapi terdapat faktor lain
yang sedikit kontribusinya menyebabkan bronkitiskronik yaitu infeksi virus atau
bakteri, polusi udara (ozon dan nitrogen dioksida/NO2), terpajan iritan di tempat kerja,
dan lain-lain. Iritan-iritan yang dapat menyebabkan penyakit ini diantaranya uap logam
( fume) dari bahan-bahan kimia seperti sulfur dioksida (SO2), hidrogen sulfida (H2S),
bromin (Br), amonia (NH3), asam kuat, beberapaorganic solvent , dan klorin (Cl). Debu
juga dapat menyebabkan bronkitis kronis, seperti debu batu bara (Puspitasari , 2009).

Dari penjelasan di atas memberikan gambaran bagi kita semua bahwa penyakit-
penyakit Respirasi tidak hanya disebabkan oleh merokok, polusi, genetik, tetapi juga
disebabkan karena penyakit infeksi. Penyakit-penyakit yang didasari oleh virus
dan bakteri.Dari fenomena di atas kelompok tertarik untuk membahas mengenai asuhan
keperawatan pada TN Adengan bronkitis.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi bronkitis ?
2. apa saja Manifestasi klinik bronkitis ?
3. Pemeriksaan penunjang pada bronkitis ?
4. bagaimana Pentalaksanaan pada bronchitis?

C. TUJUAN
1. Tujuan mahasiswa bisa mengerti tentang bronkitis dan memahami apa yang hrus
dilakukan seorang perawat untuk menangani bronkitis dan secara umum mahasiswa
bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang asuhan keperawatan klien dengan
Bronkitis
.
2. Tujuan khusus :

a. Pembaca dapat mengetahui tentang konsep bronchitis

b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian dengan masalah bronkitis

c. Mahasiswa mampu membuat analisa data dengan masalah bronkitis

d. Mahasiswa mampu membuat rencana keperawatan dengan masalah bronkitis

6
e. Mahasiswa mampu melakukan implementasi masalah bronkitis

f. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi masalah bronkitis

g. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian masalah bronkitis

D. MANFAAT

Dengan pembuatan makalah ini mahasiswa dapat mengerti tentang bronkitis dan
memahami apa yang harus di lakukan seorang perawat untuk menangani bronkitis
sekaligus untuk menambah wawasan mahasiswa tentang konsep asuhan keperawatan
pada penyakit bronkitis

7
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Bronkhitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronkhitis
dapat bersifat akut maupun kronis ( Irman Somantri, 2009 ).

Bronkhitis adalah suatu peradangan bronkioli, bronkhus, dan trakea oleh


berbagai sebab. Bronkhitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti
rhinovirus, respiratory syncitial virus (RSV), Virus influenza, virus parainfluenza, dan
coxsackie virus ( Arif Muttaqin, 2008).

Bronkhitis merupakan inflamasi bronkus pada saluran napas bawah. Penyakit


ini dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau pajanan iritan yang terhirup ( Brunner
& Suddarth, 2002).

Bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamsi pada
pembuluh bronkus,trakea dan bronchial.inflamsi menyebabkan bengkak pada
permukaannya,mempersempit ruang pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan
inflamsi

8
Bronchitis juga ditandai dengan adanya dilatasi (pelebaran) pada bronkus local
yang bersifat patologis.dilatasi bronkus disebabkan oleh perubahan dalam dinding
bronkus berupa destruksi elemen –elemen elastic dan otot-otot polos bronkus. pada
umumnya bronkus berukuran kecil yang diserang. Hal ini dapat menghalangi aliran
udara ke paru-paru dan dapt merusaknya. Secara klinis para ahli mengartikan
bronchitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan
gejala utama dan dominan . ini berati bahwa bronchitis bukan merupakan penyakit
berdiri sendiri melainkan dari berbagai penyakit lain juga. Definisi bronchitis menurut
beberpa sumber adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang ulang
minimal selam3 bulan pertahun atau paling sedikit 2 tahun berturut turut pada pasien
yang diketahui tidak terdapatpenyebab lain.

B.ETIOLOGI

Adalah 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok,


infeksi dan polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan
status sosial.
1. Rokok Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok
adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara
merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis
rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia
skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.
2. Infeksi Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus
yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling
banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie
3. Polusi Pulusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila
ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia dapat juga menyebabkan
bronchitis adalah zat – zat pereduksi seperti O2, zat – zat pengoksida seperti N2O,
hidrokarbon, aldehid, ozon.
4. Keturunan Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak,
kecuali pada penderita defisiensi alfa – 1 – antitripsin yang merupakan suatu problem,
dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir
enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan,
termasuk jaringan paru.

9
5. Faktor sosial ekonomi Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada
golongan sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi
yang lebih jelek.

C.KLASIFIKASI

Bonkhitis diklasifikasikan menjadi empat yaitu:

1. Bronkhitis kronis adalah hipertrofi kelenjar mukosa bronkus dan peningkatan


jumlah sel goblet dengan infiltrasi sel-sel radang dan edema mukosa bronkus.
Pembentukan mucus yang meningkat mengakibatkan gejala khas yaitu batuk
produktif. Batuk kronis yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya
mempengaruhi bronkeolus yang kecil sedemikian rupa sehingga bronkeolus tersebut
rusak dan dindingnya melebar ( Price & Wilson, 1995).

2. Bronkhitis akut merupakan imflamasi bronkus pada saluran napas bawah


penyakit ini disebabkan oleh bakteri dan virus. Bronkhitis akut dapat sembuh sendiri
dan berlangsung dalam waktu singkat. Penyakit ini harus dibedakan dengan bronkhitis
kronis yang biasanya berkaitan dengan penyakit paru obstruktif kronik( Brunner &
Suddarth, 2010).

3. Bronkhitis akut kondisi umum yang disebabkan oleh inveksi dan inhalan
yang mengakibatkan inflamasi lapisan mukosa percabangan trakeobronkial.( Arif
Mutaqin, 2000).

4. Bronkhitis kronisinflamasi bronkus terus menerus dan peningkatan progesif


pada batuk produktif dan dispnea yang tidak dapat dihubungkan dengan penyebab
spesifik yang mengalami batuk produktif sepanjang hari selama sedikitnya 3 bulan
berturut-turut.( Prince & Wilson, 2000).

D.MANISFESTASI KLINIS

Gejala dan tanda klinis yang timbul pada pasien bronchitis tergantung pada luas
dan beratnya penyakit, lokasi kelainannya, dan ada tidaknya komplikasi lanjut. Ciri
khas pada penyakit ini adalah adanya batuk kronik disertai produksi sputum, adanya
haemaptoe dan pneumonia berulang. Gejala dan tanda klinis dapat demikian hebat

10
pada penyakit yang berat, dan dapat tidak nyata atau tanpa gejala pada penyakit yang
ringan(Irman somantri, 2012 ).

Bronchitis yang mengenai bronkus pada lobis atas sering dan memberikan
gejala dgn keluhan –keluhan :

1. Batuk

Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung
kronik dan frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis, jumlah seputum bervariasi,
umumnya jumlahnya banyak terutama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi
tidur atau bangun dari tidur. Kalau tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid,
sedang apabila terjadi infeksi sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan bau
yang tidak sedap. Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan
menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat, misalnya
pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali, puruen, dan apabila
ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3 bagian (Irman somantri, 2012):

a. Lapisan teratas agak keruh

b. Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva ( ludah )

c. Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari
bronkus yang rusak ( celluler debris ).

2. Haemaptoe

Hemaptoe terjadi pada 50 % kasus bronchitis, kelainan ini terjadi akibat


nekrosis atau destruksi mukosa bronkus mengenai pembuluh darah ( pecah ) dan
timbul perdarahan. Perdarahan yang timbul bervariasi mulai dari yang paling ringan (
streaks of blood ) sampai perdarahan yang cukup banyak ( massif ) yaitu apabila
nekrosis yang mengenai mukosa amat hebat atau terjadi nekrosis yang mengenai
cabang arteri broncialis ( daerah berasal dari peredaran darah sistemik).

Pada dry bronchitis ( bronchitis kering ), haemaptoe justru gejala satu-satunya


karena bronchitis jenis ini letaknya dilobus atas paru, drainasenya baik, sputum tidak
pernah menumpuk dan kurang menimbulkan reflek batuk., pasien tanpa batuk atau

11
batukya minimal. Pada tuberculosis paru, bronchitis ( sekunder ) ini merupakan
penyebab utama komplikasi haemaptoe(Irman somantri, 2012).

3. Sesak nafas ( dispnue )

Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak nafas.


Timbul dan beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya bronchitis kronik
yang terjadi dan seberapa jauh timbulnya kolap paru dan destruksi jaringan paru yang
terjadi sebagai akibat infeksi berulang ( ISPA ), yang biasanya menimbulkan fibrosis
paru dan emfisema yang menimbulkan sesak nafas. Kadang ditemukan juga suara
mengi ( wheezing ), akibat adanya obstruksi bronkus. Wheezing dapat local atau
tersebar tergantung pada distribusi kelainannya(Irman somantri, 2012).

4. Demam berulang

Bronchitis merupakan penyakit yang berjalan kronik, sering mengalami infeksi


berulang pada bronkus maupun pada paru, sehingga sering timbul demam demam
berulang (Irman somantri, 2012).

5. kelainan fisis

Tanda-tanda umum yang ditemukan meliputi sianosis, jari tubuh, manifestasi


klinis komplikasi bronchitis. Pada kasus yang berat dan lebih lanjut dapat ditemukan
tanda-tanda korpulmonal kronik maupun payah jantung kanan. Ditemukan ronchi
basah yang jelas pada lobus bawah paru yang terkena dan keadaannya menetap dari
waku kewaktu atau ronci basah ini hilang sesudah pasien mengalami drainase postural
atau timbul lagi diwaktu yang lain. Apabila bagian paru yang diserang amat luas serta
kerusakannya hebat, dapat menimbulkan kelainan berikut : terjadi retraksi dinding
dada dan berkurangnya gerakan dada daerah yang terkena serta dapat terjadi
penggeseran medistenum kedaerah paru yang terkena. Bila terjadi komplikasi
pneumonia akan ditemukan kelainan fisis sesuai dengan pneumonia. Wheezing sering
ditemukan apa bila terjadi obstruksi bronkus (Irman somantri, 2012).

6. Bronchitis

Kelainan ini merupakan klasifikasi kelenjar limfe yang biasanya merupakan


gejala sisa komleks primer tuberculosis paru primer. Kelainan ini bukan merupakan
tanda klinis bronchitis, kelainan ini sering menimbulkan erosi bronkus didekatnya dan

12
dapat masuk kedalam bronkus menimbulkan sumbatan dan infeksi, selanjutnya
terjadilah bronchitis. Erosi dinding bronkus oleh bronkolit tadi dapat mengenai
pembuluh darah dan dapat merupakan penyebab timbulnya hemaptoe hebat(Irman
somantri, 2012).

7. kelainan laboratorium

Pada keadaan lanjut dan mulai sudah ada insufisiensi paru dapat ditemukan
polisitemia sekunder. Bila penyakitnya ringan gambaran darahnya normal. Seing
ditemukan anemia, yang menunjukan adanya infeksi kronik, atau ditemukan
leukositosis yang menunjukan adanya infeksi supuratif. Urin umumnya normal
kecuali bila sudah ada komplikasi amiloidosis akan ditemukan proteiuria.
Pemeriksaan kultur sputum dan uji sensivitas terhadap antibiotic, perlu dilakukan bila
ada kecurigaan adanya infeksi sekunder (Irman somantri, 2012).

8. Kelainan radiologis.

Gambaran foto dada ( plain film ) yang khas menunjukan adanya kista-kista
kecil dengan fluid level, mirip seperti gambaran sarang tawon pada daerah yang
terkena, ditemukan juga bercak-bercak pneumonia, fibrosis atau kolaps. Gambaran
bronchitis akan jelas pada bronkogram (Irman somantri, 2012).

9. Kelainan faal paru.

Pada penyakit yang lanjut dan difus, kapasitas vital ( KV ) dan kecepatan aliran
udara ekspirasi satu detik pertama ( FEV1 ), terdapat tendensi penurunan, karena
terjadinya obstruksi airan udara pernafasan. Dapat terjadi perubahan gas darah berupa
penurunan PaO2 ini menunjukan abnormalitas regional ( maupun difus ) distribusi
ventilasi, yang berpengaruh pada perfusi paru (Irman somantri, 2012).

10. Tingkat beratnya penyakit.

a. Bronchitis ringan

13
Ciri klinis : batuk-batuk dan sputum warna hijau hanya terjadi sesudah demam,
ada haemaptoe ringan, pasien tampak sehat dan fungsi paru norma, foto dada
normal.

b. Bronchitis sedang

Ciri klinis : batuk produktif terjadi setiap saa, sputum timbul setiap saat, (
umumnya warna hijau dan jarang mukoid, dan bau mulut meyengat ), adanya
haemaptoe, umumnya pasien masih Nampak sehat dan fungsi paru normal. Pada
pemeriksaan paru sering ditemukannya ronchi basah kasar pada daerah paru yag
terkena, gmbaran foto dada masih terlihat normal.

c. Bronchitis berat

Ciri klinis : batuk produktif dengan sputum banyak, berwarna kotor dan berbau.
Sering ditemukannya pneumonia dengan haemaptoe dan nyeri pleura. Bila ada
obstruksi nafas akan ditemukan adany dispnea, sianosis atau tanda kegagalan
paru. Umumny pasien mempunyai keadaan umum kurang baik, sering ditemukan
infeksi piogenik pada kulit, infeksi mata , pasien mudah timbul pneumonia,
septikemi, abses metastasis, amiloidosis.

Pada gambaran foto dada ditemukan kelianan : bronkovascular marking,


multiple cysts containing fluid levels. Dan pada pemeriksaan fisis ditemukan ronchi
basah kasar pada daerah yang terkena (Arif mutaqin, 2012).

E. PATOFISIOLOGI
Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa
bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan
ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai
peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil
sedemikian rupa sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar.

14
Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa
terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia dan
pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme
pertahanannya sendiri melemah. Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel –
sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami
kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan – perubahan pada sel –
sel penghasil mukus dan sel – sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris
dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari
saluran nafas

F.KOMPLIKASI

Komplikasi dari bronchitis menurut Irman somantri, (2009) adalah:

1. Bronchitis akut akan menjadi bronchitis kronis

Karena bronchitis akut merupakan terjadinya suatu penyakit bronchitis yang terjadi
karena adanya kelainan dengan saluran bronkus sendiri sehingga dengan waktu yang
singkat dapat menjadi bronchitis kronis yang bersifat menahun.

15
2. Bronkiektaksis

Bronkiektasis merupakan penyakit yang menyebabkan saluran bronkus yang


mengalami penebalan dan peradangan sehingga saluran udara dan mucus menjadi
terhambat dan mengakibatkan dilatasi pelebaran yang disebut dengan penyakit
bronkiektasis.

3. Pneumonia

Pneumonia paru-paru basah disebabkan oleh adanya infeksi sehingga menyebabkan


terjadi nya radang paru –paru

4. Gagal jantung kongestif

Hal ini terjadi karena kurangnya darah yang masuk dalam atrium dan ventrikel
kiri.gagal jantung yang sering terjadi yaitu gagal jantung kiri.

Komplikasi dari bronkitis menurut mansjoer (2000:481) infeksi yang berulang,


pneumotoraks spontan, eritrositosis karena keadaan hipoksia, gagal nafas, dan
corpulmonal. Komplikasi menurut smeltzer (2002:596) adalah :

1. Gagal atau insufisiensi pernapasan

2. Atelektasis

3. Pneumonia

4. Pneumotoraks

5. Hipertensi paru

16
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan radiologisTubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis
yang paralel, keluar dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah
bayangan bronchus yang menebal.Corak paru bertambah
2. Pemeriksaan fungsi paru
3. Analisa gas darah antaralain :
a. Pa O2 : rendah (normal 25 – 100 mmHg)
b. Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).
c. Saturasi hemoglobin menurun.
d. Eritropoesis bertambah.

H. PENATALAKSANAAN DAN PENGOBATAN


1. Tindakan suportif
2. Pendidikan bagi pasien dan keluarganya tentang :
a. Menghindari merokok
b. Menghindari iritan lainnya yang dapat terhirup.
c. Mengontrol suhu dan kelembaban lingkungan.
d. Nutrisi yang baik.
e. Hidrasi yang adekuat.
3. Terapi khusus (pengobatan) :
a. Bronchodilator
b. Antimikroba
c. Kortikosteroid
d. Terapi pernafasan
e. Terapi aerosol
f. Terapi oksigen
g. Penyesuaian fisik
h. Latihan relaksasi

I. DIAGNOSE KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Gangguan pertukaran gas
4. Intoleran aktivitas

17
5. Gangguan rasa nyaman
6. Nyeri
7. Gangguan keseimbangan cairan
8. Gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
9. Gangguan pola tidur

18
,BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
BRONKITIS

A. KASUS
Tn Z berumur 58 tahun mengalami nyeri ketika batuk kira-kira 4 bulan
terakhir dan masih sampai sekarang ,ketika itu pagi hari dia merasa gatal-gatal di
daerah tenggorokannnya kemudian batuk berulang-ulang disertai dahak dan itu
membuat pekerjaannya tertunda sebagai seorang penjahit.hal itu terus menerus
dirasakanya sampai suatu hari dia merasa sesak nafas dan dibawa ke rumah
sakit,dengan hasil pemeriksaan dada terasa nyeri saat batuk,sesak nafas, S : 40 0 C, N
: 80 x/menit, RR : 28 , TD : 130/80

B. PENGKAJIAN

1. Identitas pasien dan penanggung jawab Pasien

 pasien

Nama :Tn. Z

Umur : 58 tahun

Agama :Islam

Pendidikan : SLTP

Pekerjaan : Penjahit

Status pernikahan : Kawin

Alamat : kediri

 Penanggung jawab

Nama : Ny. Z

Umur :40 tahun

Agama : Islam

19
Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Status pernikahan : Kawin

Alamat : Kediri

Hubungan pasien :Istri pasien

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama Pasien mengeluh sering batuk dengan mengeluarkan dahak

b. Riwayat penyakit sekarang

1) Waktu terjadinya sakit

Pasien batuk disertai dahak selama 4 bulan terakhir sampai sekarang

2) Proses terjadinya sakit

Pagi itu pasien merasa nyeri ketiks batuk yang disertai dahak sehingga dia
susah bernafas

3) Upaya yang telah dilakukan Pasien dibelikan obat mextril dan konidin oleh
istrinya ditoko terdekat

c. Riwayat penyakit dahulu

1) Penyakit dahulu

Menderita tyfus ketika berumur 14 tahun

2) Perlukaan

Tidak ada perlukaan

3) Di rawat rumah sakit

Pernah dirawat dirumah sakit

4) Riwayat alergi obat dan makanan

20
Tidak ada alergi obat-obatan maupun makanan.

5) Riwayat keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit seperti dia pasien

3. Pola fungsi kesehatan

a. Pola manajemen kesehatan- persepsi kesehatan

1) Tingkat pengetahuan kesehatan atau penyakit

Pasien mengatakan sakit itu adalah sebuah cobaan yang diterima dengan
lapang dada

2) Prilaku untuk mengatasai masalah kesehatan

Pasien mengatakan telah berusaha minum obat yang dibeli istrinya

3) Factor- factor resiko sehubungan dengan kesehatan

Pasien sangat tergantung dengan rokok

b. Pola aktivitas dan latihan

1) Sebelum sakit

Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi X
Berpakaian X
Eleminasi X
Mobilisasi X
Berpindah X
Ambulasi X

21
2) Selama sakit

Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi X
Berpakaian X
Eleminasi X
Mobilisasi X
Berpindah X
Ambulasi X

Keterangan :

0 : mandiri

1 : dibantu sebagian

2 : perlu bantuan orang lain

3 : bantuan orang lain dan alat

4 : tergantung / tidak mampu

c. Pola istirahat dan tidur

Sebelum sakit tidur pasien 8 jam /hari dan tidak terganggu. Sedangkan selama
sakit,Pasien mengatakan tidurnya terganggu akibat batuk terus menerus dari
pagi sampai malam hari.

d. Pola nutrisi metabolic

Sebelum sakit makan teratur, selama sakit pasien merasa mual atau muntah
Nafsu makan buruk /anoreksia . Ketidakmanpuan untuk makan karna distress
pernapasan Penurunan berat badan 2 kg.

e. Pola eliminasi

Sebelum sakit BAB dan BAK normal , sedangkan selama sakit pasien
mengatakan tidak ada masalah dalam hal buang air besar akan tetapi air
kencingnya lebih kuning dan pekat,badannya pun lebih hangat dari biasanya. .

22
f. Pola kognitif dan perceptual

Sebelum sakit pasien mampu berkomunikasi dengan orang lain,selama sakit


pasien tetap berorientasi dengan orang lain.

g. Pola konsep diri

Gambaran diri : pasien mengatakan “ saya senang dengan potur tubuh saya
seperti ini.

Identitas diri : pasien senang menjadi diri sendiri

Peran diri : pasien mengatakan dengan malu’ saya seorang suami belum bias
menafkahi anak istri seperti biasa.

Ideal diri: pasien mengatakan “ saya berdoa semoga saya cepat sembuh dan
kembali kepada keluarga saya

Harga diri : pasien mengatakan “ harga diri tidak terganggu”

h. Pola toleransi stress koping

Selama sakit pertahan tubuh saya kurang sekali mudah lelah.

i. Pola reproduktivitas seksualitas

Hanya tidak mampu memeberi nafkah bathin pada istri karena batuk disertai
sesak nafas.

j. Pola hubungan peran

Pasien mengatakan hubungan dengan orang lain maupun keluarga keadaan baik
saja.

k. Pola nilai dan keyakinan

Pasien selalu teratur melakukan shalat 5 waktu baik sebelum sakit mapun
selama sakit walaupun tidak semampu sebelumnya.

23
4. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : malaise,gelisah

Kesadaran : composementis

GCS : 14

TD : 130/80

Suhu : 40 0 C

RR : 28 x/menit

Nadi : 80 x/menit

BB sebelum sakit : 50 kg

BB selama sakit : 48 kg

Nyeri :3

HEAD TO TOE

Rambut: gelombang,hitam, tidak ada ketombe,tidak ada rambut rontok

Mata : konjungtiva tidak anemia, skelera tida ikretik, pupil isokor

Telinga : tidak ada serumen ,tidak ada tanda inflamasi,bentuk telinga kiri dan
kanan simetris.

Hidung : tidak ada bunyi cuping hidung ,tidak ada pembengkakan,Reaksi alergi
bersin bila berdebu

Mulut : kebersihan kurang karena sakit

Gigi : tidaka ada yang berlubang

Leher : warna leher sama dengan anggota tubuh lainnya ,tidaka da ketegangan
vena jugularis

Kulit :Turgor kering

24
DADA

Inspeksi : ekspansi dada kadang cepat kadang lambat, Pola nafas takipnea

Palpasi : ada sensasi nyeri didaerah dada

Perkusi : suara dada sedikit redup karna ada sputum yang berlebihan

Auskultasi : suara nafas ronki dan krekels

JANTUNG

Inspeksi : denyut jantung tidak terlihat di intercosta ke 4,5 karna badan pasien
sedikit gemuk

Palapasi : denyut jantung teraba

Perkusi : bunyi jantung pekak atau redup

Auskultasi : suaraS 1 dan S 2

ABDOMEN

Inspeksi : warna kulit perut sam dengan anggota tubuh lain

Auskultasi : bunyi peristaltic 34 x/ menit

Perkusi : bunyi timpani

Palpasi : tidak ada nyeri tekan atau yang lain

INGUINAL DAN GENETALIA

Pasien menolak untuk diperiksa

EKSTREMITAS

25
Tidak ada gangguan pada ekstremitas atas maupun bawah,tidak ada tanda tanda
inflamasi,akan tetapi ada sianosis atau kebiruan.

5. Pemeriksaan penunjang

Leukosit> 17.500

Analisa gas darah

Pa O2 : 16- rendah ( normal 25-100 mmHg)

PaCO2 : 67 mmHg ( normal 36-44 mmHg)

Saturasi oksigen menurun

Eritropoesis bertambah

6. Pengobatan atau medikamentosa

Bronchodilator

Antimikroba

Kortikosteroid

Terapi pernafasan

Terapi aerosol

Terapi oksigen

Penyesuaian fisik

Latihan relaksasi

26
7. Data Fokus Data

Data subyektif (DS) Data obyektif


Pasien mengatakan batuk disertai Suara nafas krekels dan ronki
sputum sejak 4 bulan terakhir KU gelisah, malaise
Takipnae (28 x/menit)
Pasien mengatakan Sesak nafas suhu 40◦C
Broncus menebal
Pasien mengatakan nyeri ketika batuk Corak paru bertambah
. Saturasi Hb menurun
Pa O2 : 16- rendah mmHg
PaCO2 : 67 mmHg
Pasien mengatakan mudah lelah Nyeri skla :3
ekspansi abnormal
sensasi nyeri didaerah dada
suara dada sedikit redup karna ada
sputum yang berlebihan
Kulit :Turgor kering
Sianosis

27
8. Analisa Data

Symptom Symptom Problem


DS : pasien mengatakan Peningkatan Ketidakefektifan
batuk disertai sputum sejak 4 produksi secret bersihan jalan nafas
bulan terakhir
DO : Suara nafas krekels dan
ronki.
Sputum dalam jumlah yang
berlebihan
KU gelisah,malaise
Takipnae (28 x/menit) Corak
paru bertambah
DS : pasien mengatakan Perubahan Gangguan pertukaran
sesak nafas membrane alveolar – gas
DO kapiler
KU gelisah,malaise Broncus
menebal Corak paru
bertambah Saturasi Hb
menurun Pa O2 : 16- rendah
mmHg PaCO2 : 67 mmHg
Sianosis
DS: Pasien mengatakan tidak Ketidakseimbangan Intoleransi aktivitas
beraktivitas seperti biasanya antara suplai oksigen
Pasien mengatakan mudah dan kebutuhan
lelah DO : KU oksigen
letih,lemah,malaise Dispnea
Suara nafas krekels dan ronki

DS : Pasien mengatakan Agen cedera biologis Nyeri akut


nyeri didaerah dada ketika pada saluran
batuk pernafasan
DO : Malaise Skala nyeri : 3

28
9. Diagnose keperawatan dan prioritas masalah

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi


secret

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen

d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis pada saluran pernafasan

10. Perencanan

Dx.keperawatan Tujuan keperawatan Rencana tindakan ( NIC)


(NOC)
Ketidakefektifan Setelah dilakukan AirwaySuction
bersihan jalan nafas b/d tindakan keperawatan -Auskultasi suara napas
peningkatan produksi selama 3x 24 jam sebelum dan setelah hisap
secret ketidakefektifan -Monitor kemampuan klien
bersihan jalan nafas untuk batuk efektif
dapat teratasi dengan -Memberitahukan pasien dan
criteria hasil : keluarga tentang penyedotan
Respiratory status: -Masukkan alat jalan napas
airway patency hidung untuk memfasilitasi
(0410) Frekuensi penyedotan nasotracheal,
pernafasan Irama sesuai
pernafsan Kedalaman -Anjurkan pasien untuk
inspirasi kemampuan mengambil napas dalam
mngeluarkan secret -dalam berat sebelum
Temuan rongtsen penyedotan nasotracheal
-Gunakan jumlah terendah
Tingkat target tujuan hisap dinding yang
5: rentang normal diperlukan untuk
4:adadeviasi tingkat memindahkan sekresi
ringan -Memantau oksigen status
3:ada deviasi tingkat pasien Catat jenis dan
sedang jumlah sekresi yang
2:ada deviasi tingkat diperoleh
berat -Anjurkan keluarga pasien
1: ada deviasi tingkat dan atau bagaimana hisap
sangat berat jalan napas, yang sesuai.
-kolaborasi dengan dokter
untuk terapi obat.
Gangguan pertukaran Setelah dilakukan Respiratory Monitoring
gas b/d perubhan tindakan keperawatan -Monitor frekuensi ,Irama,
membrane alveolar selama 3 x 24 jam kedalaman pernafasan
gangguan pertukaran -Monitor pola pernafasan

29
gas dapat teratasi (bradypnea,takipnea,)
dengan criteria hasil : -Catat peningkatan tekanan
inspirasi dan penurunan
Respiratory status : volume tidal
gas exchange -Catat perubahan dalam
PaO2 SaO2,End tidal CO2 dan
PaCO2 -Monitor laporan rontgen
Saturasi oksigen dada
Temuan rontgen dada -Berikan terapi nebulizer jika
Keseimbangan perfusi diperlukan
ventilasi
End tidal
karbondioksida
Tingkat target tujuan
5: rentang normal
4:adadeviasi tingkat
ringan
3:ada deviasi tingkat
sedang
2:ada deviasi tingkat
berat
1: ada deviasi tingkat
sangat berat
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Activity Therapy
b/d ketidakseimbangan tindakan keperawatan -tentukan penyebab toleransi
antara suplai dan selama 3x 24jam aktivitas(fisik,psikologis,atau
kebutuhan oksigen ketidakmampuan motivasi)
beraktivitas dapat -berikan periode selama
teratasi dengan aktivitas
criteria hasil : -monitor respon
Activity Tolerance- kardiopulmonal setelah
0005 Frekuensi melakukan aktivitas
pernafasan dengan -monitor dan catat
aktivitas kemampuan untuk
Mudah bernafas mentoleransi aktivitas
Langkah dan jarak - monitor intake nutrisi
kaki melangkah untuk memastikan
Kekuatan ekstremitas kecukupan sumber energy
atas Kekuatan
ekstremitas bawah
Mudah melakukan
aktivitas sehari-hari
5: tidak kompromi
4: ada kompromi
tingkat ringan
3:ada kompromi
tangkat sedang
2: ada kompromi
tingkat berat
1: ada kompromi

30
tingkat sangat berat
Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan Pain Management
cedera biologis saluran tindakan keperawatan -Lakukan pengkajian nyeri
pernafasan selama 2x 24 jam rasa secara kompherensif
nyeri dapat teratasi termasuk
dengan criteria hasil : ,lokasi,karakteristik, durasi,
Pain control-1605 frekuensi nyeri.
Mengenali factor -Gunakan tehnik komunikasi
penyebab teraputikuntuk mengetahui
Menggunakan metode pengalamannyeri
pencegahan non -Kaji kultur yang
analgetik untuk mempengaruhi respon nyeri
mengurangi ras nyeri -Ajarkan tehnik non
Mengenali gejala farmakologi
nyeri Melaporkan -Tingkatkan istirahat
nyeri terkontrol
5 : selalu dilakukan
4: sering dilakukan
3 : kadang dilakukan
2 : jarang dilakukan

31
11.Penatalaksanaan Tindakan

Waktu No Dx Implementasi Respon


Tgl Jam
1- 08.00 1 Menerima pasien DS :
10.00 Pasien mengeluh batuk
12-
14.00 Menanyakan keluhan disertai dahak
11 20.00 pasien DO :
05.00 Nadi :80 x/menit
08.00 Mengukur tanda-tanda Suhu : 40 °C
vital RR :28 x/menit
TD : 130/80 mmHg
Memasang infus Infuse : Ns 15 tetes/menit
Bekerjasama dengan Amioksisilin
dokter untuk terapi obat Ampisilin
Mendengarkan suara paru
pasien dengan stestoskop DO :
Melatih pasien untuk Suara ronki atau krekels
batuk efektif Memberikan Sputum tidak keluar
informasi kepada pasien
dan keluarga pasien akan
dilakukan penyedotan. DS :
Melakukan penyedotan pasien mengatakan”
sambil menyarankan lakukan saja penyedotan”
pasien untuk mengambil
nafas dalam Menggunakan
tekanan 100-200 mmHg DS :
Mencatat sputum yang Saya akan mencoba ambil
keluar Memantau status nafas
pernafasan pasien DO :
Mengajarkan pada Sputum keluar 145 cc
keluaraga pasien untuk
batuk efektif DO :
Pola pernafasan regular

DS : Keluarga pasien
mengatakan “ kami akan
mencoba melakukan batuk
efektif pada pasien

1- 08.00 2 Memantau frekuensi DS:


,Irama ,kedalaman dan Pasien mengeluh sesak
12-
pola pernafsan pasien nafas.
11
mencatat peningkatan DO : 28 x/menit Ekspansi
tekanan inspirasi dan dada cepat dan lambat
penurunan volume tidal Takipnea

32
mencatat perubahan dalam
SaO2,End tidal CO2 dan DO: Inspirasi dan
nilai gas darah arteri ekspirasi cepat Volume
tidal menurun DO :
Memantau laporan Pa O2 : 16- rendah
rontgen dada PaCO2 : 67

Membantu pasien DO: Corak paru


menggunakan nebulizer bertambah Radiopaque
jika diperlukan
1- 08.00 3 -Menenentukan DS :
penyebab toleransi Pasien mengatakan “ saya
12-
aktivitas tidak beraktivas karna
11 mudah lelah,dan sesak
-Memberikan periode nafas.
selama aktivitas
DO :
-Memantau respon Pasien beraktivitas 20
pernafasan setelah menit dan melangkah 28
melakukan aktivitas langkah kaki

- Monitor intake nutrisi DS :


untuk memastikan Pasien mengatakan “saya
kecukupan sumber energy meras lelah dan sesak
nafas

DO :
Makan 4 x/hari sering tapi
sedikit.
1- 08.00 4 Mengkaji DS :
daerah,karakteristik,,lama Pasien mengatakan “saya
12-
nyeri merasa nyeri ketika batuk
11 didaerah dada,seperti
Menggunakan tehnik dihimpit sesuatu,
komunikasi teraputik
untuk mengurangi rasa DS: Pasien mengatakan “
nyeri saya senang biasa
berbicara dengan perawat
Meintruksikan pasien disini
untuk mengambil nafas
dalam DS : Pasien mengatakan
:” baiklah saya akan
Menganjurkan pada pasien mencoba menarik nafas
untuk banyak istirahat panjang dan istirahat yang
cukup

DO : Skala nyeri 2

33
12. Evaluasi ( harian )

Waktu Dx.Keperawatan Evaluasi


Hari/tanggal jam
Jum’at/ 08.00 Ketidak efektifan S : Pasien mengeluh
1-10-2016 bersihan jalan batuk disertai dahak
nafas b/d O : Suhu : 40 0 C
peningkatan RR :28 x/menit TD :
produksi secret 130/80 mmHg
Suara ronki atau krekels
Sputum tidak keluar
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan intervens
Jum’at/ 08.00 Gangguan S: Pasien mengeluh sesak
1-10-2016 pertukaran gas b/d nafas.
perubahan DO : Takipnea Inspirasi
membrane dan ekspirasi cepat
alveolar-kapiler Volume tidal munurun
Pa O2 : 16- rendah
PaCO2 : 67 Corak paru
bertambah Radiopaque
A : Masalah belum
teratasi
P :lanjutkan intervensi
Jum’at 1- Intoleransi S : Pasien mengatakan a
12-11 aktivitas b/d mudah lelah,dan sesak
ketidakseimbangan nafas.
suplai oksigen dan O : Pasien beraktivitas
kebutuhan oksigen 20 menit dan melangkah
28 langkah kaki Makan 4
x/hari sering tapi sedikit.
A: Masalah belum
teratasi

34
P : Lanjutkan intervensi
1-12-11 08.00 Nyeri akut b/d S : Saya senang bisa
agen cedera berbicara dengan perawat
biologis saluran disini
pernafasan O : Skala nyeri 2
A : Masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi (
Pain Management )

35
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bronkitis berarti infeksi bronkus , bronkitis dapat di katakan penyakit
tersendiri ,tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran
pernapasan atas atau bersamaan dngan penyakit saluran pernapasan antara
lain seperti sindbronkitis , bronkitis pada asma’dan sebagainya ,yg terdiri
dari bronkitis akut dan kronik.

B. SARAN
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesimpulan ,jadi di
harapkan untuk para pembaca lebih mengembangkanya lagi .Jadikanlah
makalah ini sbagai perimbangan , pengembangan dari penyakit yg telah di
bahas di atas .

36
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth,
alihbahasa; Agung Waluyo, editor; Monica Ester, Edisi 8. EGC: Jakarta.

Carolin, Elizabeth J. 2002. Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakarta.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, alih bahasa; I Made Kariasa, editor;Monica Ester,
Edisi 3. EGC: Jakarta.

Tucker, Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien; Proses Keperawatan, Diagnosis dan
Evaluasi, Edisi 5. EGC. Jakarta.

37

Anda mungkin juga menyukai