Oleh:
Kelompok 2
Puji syukur atas anugrah Tuhan Semesta Alam, berkat rahmat dan
nikmat dari Tuhanlah yang memberi kesempatan sehingga, penulis dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Makalah manajemen penyakit dan
pemeriksaan herniasi diskus lumbal atau henia nucleus pulposus ( nyeri
punggung bawah)
Tujuan dalam pembuatan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas
yang diberikan oleh dosen mata kuliah Sistem Neurobehavior, yaitu bapak Dr.
Fatullah distra sudirman selaku dosen pembimbing dalam penulisan makalah
ini yang bertujuan secra umum dalam proses terselesaikannya suatu karya
ilmiah yang baik dan benar, sedangkan yang berkaitan secara khusus supaya
mahasiswa dapat mengetahui pengrtian herniasi diskus lumbal, etiologi,
patofisiologi,manifestasi klinis,pemeriksaan penunjang,pengobataan
Dalam penulisan makalah ini penulis mendapatkan bimbingan dari
dosen pembimbing bapak Dr.Fatullah ditra sudirman , yang telah memberikan
pengarahan tata cara pembuatan karya ilmiah yang benar, dan penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah membantu
memberikan informasi dengan berbagai cara, baik itu berupa saran maupun
arahan,. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu
Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai informasi mengenai
makalah manajemen penyakit dan pemeriksaan herniasi diskus lumbal ( sakit
punggung bawah)
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang.......................................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................................
C. Tujuan....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
1. Apakah pengertian hematemesis melena?
2. Apakah penyebab dari hematemesis melena?
3. Apa saja tanda dan gejala dari hematemesis melena?
4. Bagaimana patofisiologis dari hematemesis melena?
5. Apakah pemeriksaan penunjang hematemesis melena?
6. Apa saja penatalaksanaan dari hematemesis melena?
7. Bagai mana woc dari hematemesis melena?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien hematmeesis melena?
C. tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian hematemesis melena.
2. Untuk mengetahui penyebab dari hematemesis melena.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari hematemesis melena.
4. Untuk mengetahui patofisiologis dari hematemesis melena.
5. Untuk mengetahui mengetahui pemeriksaan penunjang hematemesis
melena.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari hematemesis melena.
7. Untuk mengetahui woc hematemesis melena.
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien hematemesis
melena.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
B.Etiologi
HNP biasanya disebabkan oleh kerusakan akibat penggunaan
selama bertahun-tahun dengan sedikit retakan di annulus yang
melemahkan cincin kartilago suportif. Kemudian pada suatu hari ketika
indivdu tersebut bersin, tiba-tiba terjadi herniasi. Trauma akut akibat jatuh
atau pukulan ke punggung atau leher juga dapat menyebabkan herniasi
mendadak.
Penyebab HNP antaralain karena trauma atau regangan (strain) yang
berat dan degenerasi sendi intervertebralis. Pada kebanyakan klien gejala
trauma bersifat singkat. Gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus
yang tidak terlihat selama beberapa bulan atau tahun. Kemudian pada
generasi diskus, kapsulnya terdorong ke arah medula spinalis, atau
mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap
sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari columna spinal.
(Arif Muttaqin, 2008, 349)
Faktor resiko yang meningkatkan seseorang mengalami HNP :
a. Usia
Usia merupakan faktor utama terjadinya HNP karena annulus
fibrosus lama kelamaan akan hilang elastisitasnya sehingga menjadi
kering dan keras, menyebabkan annulus fibrosus mudah berubah
bentuk dan ruptur.
b. Trauma
Terutama trauma yang memberikan stress terhadap columna
vertebralis, seperti jatuh.
c. Pekerjaan
Pekerjaan terutama yang sering mengangkat barang berat dan cara
mengangkat barang yang salah, meningkatkan risiko terjadinya HNP
d. Gender
Pria lebih sering terkena HNP dibandingkan wanita (2:1), hal ini
terkait pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan pada pria cenderung
ke aktifitas fisik yang melibatkan columna vertebralis.
C.Patofisiologi HNP
Pada tahap pertama sobeknya anulus fibrosus itu bersifat
sirkumferensial, karena adanya gaya traumatik yang berulang, sobekan itu
menjadi lebih besar dan timbul sobekan Radial apabila hal ini telah terjadi,
maka risiko HNP hanya menunggu waktu dan trauma berikutnya saja.
Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan seperti gaya traumatik ketika
hendak menegakkan badan waktu terpeleset, mengangkat benda berat, dan
sebagainya.
Menjebolnya (herniasi) nukleus pulposus dapat mencapai ke korpus
tulang belakang di atas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke
kanalis vertebralis. Menjebolnya sebagian nukleus pulposus ke dalam
korpus vertebra dapat dilihat pada foto rontgen polos dan dikenal sebagai
nodus schmorl. Sobekan sirkumferensial dan Radial pada anulus fibrosus
diskus intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus schmorl
merupakan kelainan yang mendasari low back pain subkronis atau kronis
yang kemudian disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai
iskhialgia atau siatika.
Menjebolnya nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa
nukleus pulposus menekan radiks yang bersama-sama dengan arteria
radikularis yang berada dalam lapisan dura. Hal itu terjadi jika penjebolan
berada di sisi lateral. Tidak akan ada radiks yang terkena jika tempat
herniasinya berada di tengah. Pada tingkat L2 dan terus ke bawah tidak
terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi yang berada di garis tengah
tidak akan menimbulkan kompresi pada kolumna anterior. Setelah terjadi
HNP, sisa diskus intervertebralis mengalami lisis, sehingga dua korpora
vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan. (Arif Muttaqin, 2008, 350)
E.Komplikasi HNP
Walau jarang, HNP dapat menekan cauda equine yang terletak di
punggung bawah dan mengakibatkan komplikasi yang serius, seperti :
1. Disfungsi pengeluaran cairan dari kandung kemih, dimana penderita akan
kesulitan mengeluarkan urine atau tinja, hingga kemandulan secara
seksual.
2. Menurunnya kemampuan beraktivitas, dikarenakan kondisi ini dapat
memperburuk gejala, seperti nyeri hebat, otot melemah, atau kaku.
3. Anestesi sadel, dimana penderita kehilangan kemampuan merasa atau
sensasi di titik seperti paha bagian dalam, tungkai belakang, dan sekitar
dubur.
4. Kelumpuhan pada ekstermitas bawah.
5. Cedera medulla spinalis.
6. Radiklitis (iritasi akar saraf).
7. Parestese.
8. Disfungsi seksual.
9. Hilangnya fungsi pengosongan VU dan sisa pencernaan
E.Pemeriksaan Neurologi
Untuk memastikan bahwa nyeri yang timbul termasuk dalam gangguan
saraf. Meliputi pemeriksaan sensoris, motorik, reflex.8
a. Pemeriksaan sensoris, pada pemeriksaan sensoris ini apakah ada
gangguan sensoris, dengan mengetahui dermatom mana yang
terkena akan dapat diketahui radiks mana yang terganggu.
b. Pemeriksaan motorik, apakah ada tanda paresis, atropi otot.
c. Pemeeriksaan reflex, bila ada penurunan atau refleks tendon
menghilang, misal APR menurun atau menghilang berarti menunjukkan
segmen S1 terganggu.
3. Lasegue Menyilang
Caranya sama dengan percobaan lasegue, tetapi disini secara otomatis
timbul pula rasa nyeri ditungkai yang tidak diangkat. Hal ini
menunjukkan bahwa radiks yang kontralateral juga turut tersangkut.
3,4,7
4. Tanda Kerning
Pada pemeriksaan ini penderita yang sedang berbaring difleksikan
pahanya pada persendian panggung sampai membuat sudut 90 derajat.
Selain itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut.
Biasanya kita dapat melakukan ekstensi ini sampai sudut 135 derajat,
antara tungkai bawah dan tungkai atas, bila terdapat tahanan dan rasa
nyeri sebelum tercapai sudut ini, maka dikatakan tanda kerning
positif. 3,4,7
6. Knee-Jerk Reflex
Dilakukan pengetukan pada tendon lutut. Jika tidak terjadi ekstensi
pada lutut, hal ini mengindikasikan adanya jebakan nervus di tingkat
kolumna vertebra L2-L3-L4. 3,4,7
F. Penatalaksanaan
terapi konservatif, terdiri atas:5,9
Terapi Non Farmakologis
1.Terapi fisik pasif
Terapi fisik pasif biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri
punggung bawah akut, misalnya:
a. Kompres hangat/dingin
Kompres hangat/dingin ini merupakan modalitas yang mudah dilakukan.
Untuk mengurangi spasme otot dan inflamasi. Beberapa pasien
merasakan nyeri hilang pada pengkompresan hangat, sedangkan yang
lain pada pengkompresan dingin.
b. Iontophoresis
Merupakan metode pemberian steroid melalui kulit.
Steroid tersebut menimbulkan efek anti inflamasi pada daerah
yang menyebabkan nyeri. Modalitas ini terutama efektif dalam
mengurangi serangan nyeri akut. c. Unit TENS (Transcutaneous
Electrical Nerve Stimulator)
Sebuah unit transcutaneous electrical nerve stimulator
(TENS) menggunakan stimulasi listrik untuk mengurangi
sensasi nyeri punggung bawah dengan mengganggu impuls
nyeri yang dikirimkan ke otak d. Ultrasound
Ultrasound merupakan suatu bentuk penghangatan di
lapisan dalam dengan menggunakan gelombang suara pada kulit
yang menembus sampai jaringan lunak dibawahnya. Ultrasound
terutama berguna dalam menghilangkan serangan nyeri akut dan
dapat mendorong terjadinya penyembuhan jaringan