Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SISTEM NEUROLOGI OTONOM

Oleh:
Kelompok 2

Ika purnama sari 1826010016


Getrin septiani 1826010019
Henni novita 1826010017
Yekta anggraini 1826010011
Yeti septaria 1826010015
Tria riski kurniati 1826010014
Okki pvaksi hadhi 1826010013

Dosen Pengampu: Dr.Fatullah Distra Sudirman

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas anugrah Tuhan Semesta Alam, berkat rahmat dan
nikmat dari Tuhanlah yang memberi kesempatan sehingga, penulis dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Makalah manajemen penyakit dan
pemeriksaan herniasi diskus lumbal atau henia nucleus pulposus ( nyeri
punggung bawah)
Tujuan dalam pembuatan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas
yang diberikan oleh dosen mata kuliah Sistem Neurobehavior, yaitu bapak Dr.
Fatullah distra sudirman selaku dosen pembimbing dalam penulisan makalah
ini yang bertujuan secra umum dalam proses terselesaikannya suatu karya
ilmiah yang baik dan benar, sedangkan yang berkaitan secara khusus supaya
mahasiswa dapat mengetahui pengrtian herniasi diskus lumbal, etiologi,
patofisiologi,manifestasi klinis,pemeriksaan penunjang,pengobataan
Dalam penulisan makalah ini penulis mendapatkan bimbingan dari
dosen pembimbing bapak Dr.Fatullah ditra sudirman , yang telah memberikan
pengarahan tata cara pembuatan karya ilmiah yang benar, dan penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah membantu
memberikan informasi dengan berbagai cara, baik itu berupa saran maupun
arahan,. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu
Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai informasi mengenai
makalah manajemen penyakit dan pemeriksaan herniasi diskus lumbal ( sakit
punggung bawah)

Bengkulu, 06 Mai 2020

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang.......................................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................................
C. Tujuan....................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................


A. Pengertian herniasi diskus lumbal (sakit punggung bawah ) ..............
B. Etiologi.................................................................................................
C. Patofisiologi .........................................................................................
D. Manifestasi klinis .................................................................................
E. Pemeriksaan Radiologi ........................................................................
F. Penatalaksanaan ..................................................................................
G. Komplikasi ...........................................................................................
H. WOC.....................................................................................................

BAB III PENUTUP ........................................................................................


A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nyeri punggung bawah (NPB) merupakan salah satu masalah


kesehatan yang utama. Insiden NPB di Amerika Serikat adalah sekitar
5% orang dewasa. Kurang lebih 60%-80% individu setidaknya pernah
mengalami nyeri punggung dalam hidupnya. Nyeri punggung bawah
merupakan 1 dari 10 penyakit terbanyak di Amerika Serikat dengan
angka prevalensi berkisar antara 7,6-37%.
insidens tertinggi dijumpai pada usia 45-60 tahun.
Pada penderita dewasa tua, nyeri punggung bawah mengganggu
aktivitas sehari-hari pada 40% penderita, dan menyebabkan gangguan
tidur pada 20% penderita. Sebagian besar (75%) penderita akan mencari
pertolongan medis, dan 25% di antaranya perlu dirawat inap untuk
evaluasi lebih lanjut. Nyeri punggung bawah (NPB) pada hakekatnya
merupakan keluhan atau gejala dan bukan merupakan penyakit spesifik.
Penyebab NPB antara lain kelainan muskuloskeletal, system saraf,
vaskuler, viseral, dan psikogenik. Salah satu penyebab yang
memerlukan tindak lanjut (baik diagnostik maupun terapi spesifik)
adalah hernia nukleus pulposus (HNP).
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit, dimana
bantalan lunak diantara ruas-ruas tulang belakang (soft gel disc atau
Nukleus Pulposus) mengalami tekanan dan pecah, sehingga terjadi
penyempitan dan terjepitnya urat-urat saraf yang melalui tulang
belakang kita. Saraf terjepit lainnya di sebabkan oleh keluarnya nukleus
pulposus dari diskus melalui robekan annulus fibrosus keluar menekan
medullas spinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan saraf spinalis
sehingga menimbulkan rasa nyeri yang hebat.

B. Rumusan masalah
1. Apakah pengertian hematemesis melena?
2. Apakah penyebab dari hematemesis melena?
3. Apa saja tanda dan gejala dari hematemesis melena?
4. Bagaimana patofisiologis dari hematemesis melena?
5. Apakah pemeriksaan penunjang hematemesis melena?
6. Apa saja penatalaksanaan dari hematemesis melena?
7. Bagai mana woc dari hematemesis melena?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien hematmeesis melena?

C. tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian hematemesis melena.
2. Untuk mengetahui penyebab dari hematemesis melena.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari hematemesis melena.
4. Untuk mengetahui patofisiologis dari hematemesis melena.
5. Untuk mengetahui mengetahui pemeriksaan penunjang hematemesis
melena.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari hematemesis melena.
7. Untuk mengetahui woc hematemesis melena.
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien hematemesis
melena.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi

Hernia adalah protrusi atau penonjolan dari sebuah organ atau


jaringan melalui lubang yang abnormal.Nukleus pulposus adalah massa
setengah cair yang terbuat dari serat elastis putih yang membentuk
bagian tengah dari diskus intervertebralis.
B.
Hernia Nukleus Pulposus(HNP) merupakan suatu gangguan
yang melibatkan ruptur annulus fibrosus sehingga nukleus pulposis
menonjol (bulging) dan menekan kearah kanalis spinalis.
C.
HNP mempunyai banyak sinonim antara lain : Hernia Diskus
Intervertebralis, Ruptur Disc, Slipped Disc, Prolapsed Disc dan
sebagainya.
Diskus intervertebralis adalah lempengan kartilago yang berbentuk
sebuah bantalan di antara dua tulang belakang. Material yang keras dari
fibrosa digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola di bagian
tengah diskus dinamakan nukleus pulposus. Pada herniasi diskus
intervertebralis (ruptur diskus), nukleus pada diskus menonjol ke dalam
anulus (cincin fibrosa) sekitar discus dengan akibat kompresi saraf. (Arif
Muttaqin, 2008, 349)
Herniasi nukleus pulposus (HNP) terjadi kebanyakan oleh karena
adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai diskus
intervertebralis sehingga menimbulkan sobeknya anulus fibrosus. (Arif
Muttaqin, 2008, 349)
Hernia Nukleus Pulposus terbagi dalam 4 grade berdasarkan
keadaan herniasinya, dimana ekstrusi dan sequestrasi merupakan hernia
yang sesungguhnya, yaitu:
1. Protrusi diskus intervertebralis : nukleus terlihat menonjol ke satu
arah tanpa kerusakan annulus fibrosus.
2. Prolaps diskus intervertebral : nukleus berpindah, tetapi masih dalam
lingkaran anulus fibrosus.
3. Extrusi diskus intervertebral : nukleus keluar dan anulus fibrosus dan
berada di bawah ligamentum, longitudinalis posterior.
4. Sequestrasi diskus intervertebral : nukleus telah menembus

ligamentum longitudinalis posterior


Nukleus pulposus yang mengalami herniasi ini dapat menekan
nervus di dalam medulla spinalis jika menembus dinding diskus (annulus
fibrosus); hal ini dapat menyebabkan nyeri, rasa tebal, rasa keram, atau
kelemahan. Rasa nyeri dari herniasi ini dapat berupa nyeri mekanik, yang
berasal dari diskus dan ligamen; inflamasi, nyeri yang berasal dari nucleus
pulposus yang ekstrusi menembus annulus dan kontak dengan suplai
darah; dan nyeri neurogenik, yang berasal dari penekanan pada nervus.

B.Etiologi
HNP biasanya disebabkan oleh kerusakan akibat penggunaan
selama bertahun-tahun dengan sedikit retakan di annulus yang
melemahkan cincin kartilago suportif. Kemudian pada suatu hari ketika
indivdu tersebut bersin, tiba-tiba terjadi herniasi. Trauma akut akibat jatuh
atau pukulan ke punggung atau leher juga dapat menyebabkan herniasi
mendadak.
Penyebab HNP antaralain karena trauma atau regangan (strain) yang
berat dan degenerasi sendi intervertebralis. Pada kebanyakan klien gejala
trauma bersifat singkat. Gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus
yang tidak terlihat selama beberapa bulan atau tahun. Kemudian pada
generasi diskus, kapsulnya terdorong ke arah medula spinalis, atau
mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap
sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari columna spinal.
(Arif Muttaqin, 2008, 349)
Faktor resiko yang meningkatkan seseorang mengalami HNP :
a. Usia
Usia merupakan faktor utama terjadinya HNP karena annulus
fibrosus lama kelamaan akan hilang elastisitasnya sehingga menjadi
kering dan keras, menyebabkan annulus fibrosus mudah berubah
bentuk dan ruptur.
b. Trauma
Terutama trauma yang memberikan stress terhadap columna
vertebralis, seperti jatuh.
c. Pekerjaan
Pekerjaan terutama yang sering mengangkat barang berat dan cara
mengangkat barang yang salah, meningkatkan risiko terjadinya HNP
d. Gender
Pria lebih sering terkena HNP dibandingkan wanita (2:1), hal ini
terkait pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan pada pria cenderung
ke aktifitas fisik yang melibatkan columna vertebralis.

C.Patofisiologi HNP
Pada tahap pertama sobeknya anulus fibrosus itu bersifat
sirkumferensial, karena adanya gaya traumatik yang berulang, sobekan itu
menjadi lebih besar dan timbul sobekan Radial apabila hal ini telah terjadi,
maka risiko HNP hanya menunggu waktu dan trauma berikutnya saja.
Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan seperti gaya traumatik ketika
hendak menegakkan badan waktu terpeleset, mengangkat benda berat, dan
sebagainya.
Menjebolnya (herniasi) nukleus pulposus dapat mencapai ke korpus
tulang belakang di atas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke
kanalis vertebralis. Menjebolnya sebagian nukleus pulposus ke dalam
korpus vertebra dapat dilihat pada foto rontgen polos dan dikenal sebagai
nodus schmorl. Sobekan sirkumferensial dan Radial pada anulus fibrosus
diskus intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus schmorl
merupakan kelainan yang mendasari low back pain subkronis atau kronis
yang kemudian disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai
iskhialgia atau siatika.
Menjebolnya nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa
nukleus pulposus menekan radiks yang bersama-sama dengan arteria
radikularis yang berada dalam lapisan dura. Hal itu terjadi jika penjebolan
berada di sisi lateral. Tidak akan ada radiks yang terkena jika tempat
herniasinya berada di tengah. Pada tingkat L2 dan terus ke bawah tidak
terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi yang berada di garis tengah
tidak akan menimbulkan kompresi pada kolumna anterior. Setelah terjadi
HNP, sisa diskus intervertebralis mengalami lisis, sehingga dua korpora
vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan. (Arif Muttaqin, 2008, 350)

D. Manifestasi Klinis HNP


Manifestasi klinis utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung
bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. HNP terbagi atas HNP
sentral dan HNP lateral. HNP sentral akan menimbulkan paraparesis
flasid, parestesia, dan retensi urine. Sedangkan HNP lateral bermanifestasi
pada rasa nyeri dan nyeri tekan yang terletak pada punggung bawah, di
tengah-tengah area bokong dan betis, belakang tumit, dan telapak kaki.
Kekuatan ekstensi jari kelima kaki berkurang dan refleks achiler negatif.
Pada HNP lateral L4 −L5 rasa nyeri dan nyeri tekan didapatkan di
punggung bawah, bagian lateral pantat, tungkai bawah bagian lateral, dan
didorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan refleks
patella negatif. Sensibilitas dermatom yang sesuai dengan radiks yang
terkena menurun.
Gejala yang sering muncul adalah :
1. Nyeri pinggang bawah (lumbal atau servikal) yang intermiten (dalam
beberapa minggu sampai beberapa tahun). Nyeri menjalar sesuai
dengan distribusi saraf skiatik
2. Sifat nyeri khas dari posisi berbaring ke duduk, nyeri mulai dari
pantat dan terus menjalar ke bagian belakang lutut kemudian ke
tungkai bawah
3. Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan gerakan
pinggang saat batuk atau mengejan, berdiri, atau duduk untuk jangka
waktu yang lama dan nyeri berkurang klien beristirahat berbaring
4. Penderita sering mengeluh kesemutan (parostesia) atau baal, kebas,
atau sensasi terbakar pada lengan dan tangan. Bahkan kekuatan otot
menurun sesuai dengan distribusi persarafan yang terlibat
5. Nyeri bertambah bila daerah L5−S1 (garis antara dua Krista iliaka)
ditekan. (Arif Muttaqin, 2008, 351)

E.Komplikasi HNP
Walau jarang, HNP dapat menekan cauda equine yang terletak di
punggung bawah dan mengakibatkan komplikasi yang serius, seperti :
1. Disfungsi pengeluaran cairan dari kandung kemih, dimana penderita akan
kesulitan mengeluarkan urine atau tinja, hingga kemandulan secara
seksual.
2. Menurunnya kemampuan beraktivitas, dikarenakan kondisi ini dapat
memperburuk gejala, seperti nyeri hebat, otot melemah, atau kaku.
3. Anestesi sadel, dimana penderita kehilangan kemampuan merasa atau
sensasi di titik seperti paha bagian dalam, tungkai belakang, dan sekitar
dubur.
4. Kelumpuhan pada ekstermitas bawah.
5. Cedera medulla spinalis.
6. Radiklitis (iritasi akar saraf).
7. Parestese.
8. Disfungsi seksual.
9. Hilangnya fungsi pengosongan VU dan sisa pencernaan

E.Pemeriksaan Neurologi
Untuk memastikan bahwa nyeri yang timbul termasuk dalam gangguan
saraf. Meliputi pemeriksaan sensoris, motorik, reflex.8
a. Pemeriksaan sensoris, pada pemeriksaan sensoris ini apakah ada
gangguan sensoris, dengan mengetahui dermatom mana yang
terkena akan dapat diketahui radiks mana yang terganggu.
b. Pemeriksaan motorik, apakah ada tanda paresis, atropi otot.
c. Pemeeriksaan reflex, bila ada penurunan atau refleks tendon
menghilang, misal APR menurun atau menghilang berarti menunjukkan
segmen S1 terganggu.

Gambar 5. Level neurologis yang terganggua sesuai dengan hasil


pemeriksaan fisik.

Adapun tes yang dapat dilakukan untuk diagnosis HNP adalah:3,4,5,7

1. Pemeriksaan range of movement (ROM)


Pemeriksaan ini dapat dilakukan secara aktif oleh penderita sendiri
maupun secara pasif oleh pemeriksa. Pemeriksaan ROM ini
memperkirakan derajat nyeri, function laesa, atau untuk memeriksa
ada/ tidaknya penyebaran rasa nyeri.3,4,7

2. Straight Leg Raise (Laseque) Test:


Tes untuk mengetaui adanya jebakan nervus ischiadicus. Pasien tidur
dalam posisi supinasi dan pemeriksa memfleksikan panggul secara
pasif, dengan lutut dari tungkai terekstensi maksimal. Tes ini positif
bila timbul rasa nyeri pada saat mengangkat kaki dengan lurus,
menandakan ada kompresi dari akar saraf lumbar.

3. Lasegue Menyilang
Caranya sama dengan percobaan lasegue, tetapi disini secara otomatis
timbul pula rasa nyeri ditungkai yang tidak diangkat. Hal ini
menunjukkan bahwa radiks yang kontralateral juga turut tersangkut.
3,4,7

4. Tanda Kerning
Pada pemeriksaan ini penderita yang sedang berbaring difleksikan
pahanya pada persendian panggung sampai membuat sudut 90 derajat.
Selain itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut.
Biasanya kita dapat melakukan ekstensi ini sampai sudut 135 derajat,
antara tungkai bawah dan tungkai atas, bila terdapat tahanan dan rasa
nyeri sebelum tercapai sudut ini, maka dikatakan tanda kerning
positif. 3,4,7

5. Ankle Jerk Reflex


Dilakukan pengetukan pada tendon Achilles. Jika tidak terjadi
dorsofleksi pada kaki, hal ini mengindikasikan adanya jebakan nervus
di tingkat kolumna vertebra L5-S1. 3,4

6. Knee-Jerk Reflex
Dilakukan pengetukan pada tendon lutut. Jika tidak terjadi ekstensi
pada lutut, hal ini mengindikasikan adanya jebakan nervus di tingkat
kolumna vertebra L2-L3-L4. 3,4,7

F. Penatalaksanaan
terapi konservatif, terdiri atas:5,9
Terapi Non Farmakologis
1.Terapi fisik pasif
Terapi fisik pasif biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri
punggung bawah akut, misalnya:
a. Kompres hangat/dingin
Kompres hangat/dingin ini merupakan modalitas yang mudah dilakukan.
Untuk mengurangi spasme otot dan inflamasi. Beberapa pasien
merasakan nyeri hilang pada pengkompresan hangat, sedangkan yang
lain pada pengkompresan dingin.

b. Iontophoresis
Merupakan metode pemberian steroid melalui kulit.
Steroid tersebut menimbulkan efek anti inflamasi pada daerah
yang menyebabkan nyeri. Modalitas ini terutama efektif dalam
mengurangi serangan nyeri akut. c. Unit TENS (Transcutaneous
Electrical Nerve Stimulator)
Sebuah unit transcutaneous electrical nerve stimulator
(TENS) menggunakan stimulasi listrik untuk mengurangi
sensasi nyeri punggung bawah dengan mengganggu impuls
nyeri yang dikirimkan ke otak d. Ultrasound
Ultrasound merupakan suatu bentuk penghangatan di
lapisan dalam dengan menggunakan gelombang suara pada kulit
yang menembus sampai jaringan lunak dibawahnya. Ultrasound
terutama berguna dalam menghilangkan serangan nyeri akut dan
dapat mendorong terjadinya penyembuhan jaringan

2. Latihan dan modifikasi gaya hidup


Berat badan yang berlebihan harus diturunkan karena
akan memperberat tekanan ke punggung bawah. Program diet
dan latihan penting untuk mengurangi NPB pada pasein yang
mempunyai berat badan berlebihan.
Direkomendasikan untuk memulai latihan ringan
tanpa stres secepat mungkin. Endurance exercisi latihan aerobit
yang memberi stres minimal pada punggung seperti jalan, naik
sepeda atau berenang dimulai pada minggu kedua setelah
awaitan NPB.
Conditional execise yang bertujuan memperkuat otot
punggung dimulai sesudah dua minggu karena bila dimulai pada
awal mungkin akan memperberat keluhan pasien.
Latihan memperkuat otot punggung dengan memakai
alat tidak terbukti lebih efektif daripada latihan tanpa alat..

Anda mungkin juga menyukai