Anda di halaman 1dari 13

PENUGASAN INDIVIDU MK MPPK

GiBBS REFLECTIVE CYCLE

Oleh
RIYADI
1420121142

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG
2022
Gibbs Reflective Cycle
Penyakit Kronis CKD

Description ( What happened? )


Ditahun 2018 , tepatnya di bulan juni , merupakan moment pertama kali saya
memasuki instalasi hemodialisa. Di ruang ini , saya fokus untuk memberikan
terapi hemodialisis bagi pasien gagal ginjal kronis. Dalam sehari kami bisa
melayani 20 sampai 30 pasien hemodialisa . Kesan pertama saya menjadi perawat
hemodialisa adalah , sulitnya memahami cara kerja mesin hemodialisa yang
memiliki spesifikasi mesin dari jerman , dan pengaturan water treatment air RO
(reverse osmosis ). Dimana kedua komponen ini sangat penting untuk
keadekuasian terapi pasien pasien hemodialisa. Perlu 5 – 6 bulan saya belajar
pengoperasian mesin hemodialisa
, inisiasi CDL , kanulasi AV Fistula dan pengawasan water treatment. Hemodialisa
adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar
dalam sebuah mesin diluar tubuh yang disebut dialyzer. Prosedur ini memerlukan
jalan masuk ke aliran darah. Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka dibuat suatu
hubungan buatan diantara arteri dan vena (fistula arteriovenosa) melalui
pembedahan. Ada pun waktu yang diperlukan untuk cuci darah adalah 4 – 5 jam
sehari atau 10 sampai 15 jam per minggu. Yang selalu menjadi masalah bagi
pasien hemodialisis disini adalah kurang nya kesadaran diri terhadap kepatuhan
cuci darah dan pola diet yang tidak teratur. Kualitas hidup pasien hemodialisa
sangat ditentukan oleh jumlah penigkatan berat badan , jadwal HD rutin , kontrol
kesehatan teratur , minum obat teratur , dan dukungan keluarga. Setelah hampir 4
tahun disini banyak hal buruk yang saya temukan , di antaranya masih banyak
pasien hemodialisis yang sering tidak datang untuk cuci darah , menolak cuci
darah
, karena alasan rumah jauh , stress , cuaca buruk , tidak ada biaya transportasi ,
dan sebagai nya. Kedua peningkatan berat badan yang melebihi batas anjuran
dokter karena pola minum yang berlebihan. Jika kedua hal ini terus dibiasakan
atau tidak bisa dirubah oleh pasien , maka sangat membahayakan kondisi
kesehatan pasien GGK yang bisa meningkatkan kadar racun dalam darah semakin
bertambah dan menumpuk diseluruh area tubuh. Jika kita membahas penyakit
ginjal kronis
berarti kita berbicara tentang penyakit yang kompleks. Untuk mengatasi hal ini ,
saya selalu menekankan kepada pasien agar patuh untuk terapi , minum air
dikontrol ( 500 – 600 ml /hari ), kontrol kesehatan tiap bulan , menjaga pola diet
yang baik , kelola stress , dan tetap semangat. Tapi tetap saja masih ada pasien
yang menganggap hal ini hal sepele. Banyak kematian terjadi kepada pasien
hemodialisa yang memiliki perilaku buruk dan melanggar ketentuan yang sudah
diberikan oleh dokter.

Feeling ( What were you thinking and feeling ?)


Terkadang saya harus sabar dan memahami situasi apa yang dirasakan oleh
pasien hemodialisa. Setelah memberikan penyuluhan kesehatan terhadap pasien
hemodialisa , masih saja banyak pasien hemodialisa yang punya pola hidup tidak
sehat bahkan sampai ada yang berhenti cuci darah karena lelah dan stress
menjalani terapi hemodialisa. Di saat terjadi komplikasi berat karena penumpukan
racun , mau tidak mau kita sebagai perawat tetap harus professional melayani dan
merawat pasien dengan kondisi sesak berat , koma , gelisah karena ensefalopati
uremik. Terkadang perasaan marah dan stress berat harus kembali menerima
pasien – pasien yang menolak cuci darah.

Evaluation ( What was positive and negative about this situation?)


Perilaku menolak cuci darah mungkin bisa saja diterima karena berbagai
alasan yang masuk akal , di antara nya tidak ada nya dukungan keluarga , faktor
ekonomi , gangguan psikologis , letak fasilitas kesehatan dengan tempat tinggal
yang jauh.. Sisi positif nya pasien tidak mau banyak membebani kesulitan
keluarga
, karena kondisi kesehatan tidak akan berubah , yang diharuskan menjalani terapi
paliatif care seumur hidup serta dapat menjadi perhatian khusus bagi pemerintah
untuk memperbanyak fasilitas kesehtan yang mendukung pengobatan dan terapi
pasien GGK. Sisi negative nya , memperberat kerja dokter , perawat dan tim medis
lain nya . Prognosis pasien ginjal seharusnya bisa mandiri dan menjalani hidup
selayaknya orang normal jika semua ketentuan faktor pendukung di patuhi oleh
pasien dan keluarga pasien GGK.
Analysis ( What sense can you make of the situation ?)
Menurut saya selain karena faktor dukungan keluarga , hal ini terjadi
mungkin karena masih kurangnya promosi kesehatan dan pemahaman khusus nya
masyarakat pedalaman terhadap penyakit ginjal kronis dan terapi pengganti ginjal
seperti hemodialisa. Masih banyak masyarakat yang takut untuk melakukan cuci
darah dan memilih pengobatan konservatif seperti penggunaan herbal dan
penggunaan pengobatan di luar RRT ( Renal Replacement Therapy ).
Berdasarkan jurnal penelitian yang berjudul Penolakan Hemodialisis Pada
Pasien dengan Gagal Ginjal Kronis dilakukan oleh Santi Herlina di RSUD Pasar
Minggu pada tahun 2018, 3 dari 5 pasien menolak dilakukan hemodialisis dengan
alasan karena cemas dan takut meninggal karena tindakan tersebut akan dilakukan
seumur hidupnya walaupun hemodialisis sudah dicover oleh BPJS. Dari penelitian
yang dilakukan, sebanyak 10 responden melakukan penolakan terhadap
hemodialisa. rata rata responden adalah perempuan dan sudah menikah.
Pendidikan tertinggi pada tahap Sekolah Dasar dan tidak bekerja atau ibu rumah
tangga atau pensiunan serta penghasilan rata rata adalah Rp. 1.500.000
sampai dengan
2.500.000 perbulan. Rata rata responden dijamin oleh asuransi namun masih
menolak untuk hemodialisa. Hal ini dipengaruhi oleh faktofaktor yaitu kurangnya
dukungan keluarga dan pelayanan kesehatan. Dari hasil penelitian, Persepsi
individu baik terhadap tindakan hemodialisa, dukungan dari keluarga rata rata
baik, sedangan sebagian besar kondisi psikologis pasien tidak baik dan dukungan
pelayanan kesehatan kurang baik. Kurangnya dukungan dari pelayanan kesehatan,
dukungan keluarga, dan kondisi psikologis pasien yang tidak baik mempengaruhi
pasien untuk menolak tindakan hemodialisa. Sedangkan jurnal yang berjudul
Refusal of hemodialysis by hospitalized chronic kidney disease patients in
Pakistan diteliti oleh Salman Tahir Shafi sebanyak 125 pasien dilibatkan dalam
penelitian ini. Semua pasien memiliki CKD stadium 5 dan memiliki indikasi
medis untuk HD sebagaimana ditentukan oleh nephrologist berdasarkan indikasi
HD yang telah ditetapkan. Usia rata-rata pasien adalah 47,9 ± 12,1 tahun. Durasi
rata-rata diagnosis CKD adalah 2,5 ± 0,6 bulan. Demografi, sosioekonomi, dan
karakteristik
terkait perawatan sebelumnya dari populasi penelitian .Sebagai catatan, 75,2%
pasien telah mengunjungi spesialis ginjal lain dan 33,6% berkonsultasi dengan
lebih dari satu spesialis ginjal. Penggunaan terapi alternatif hadir di 53,6% dari
semua pasien, 48% dari semua pasien telah disarankan fistula arteriovenosa
(AVF), dan
19,2% dari semua pasien memiliki AVF di tempat. Dari semua pasien, 72 (57,6%)
setuju untuk melakukan HD, sedangkan 53 (42,4%) menolak HD. Alasan menolak
HD dari semua pasien, 43 (81,1%) menyebutkan lebih dari 1 alasan menolak HD.
Sifat pengobatan HD yang permanen dan seumur hidup dan frekuensi HD dua atau
tiga kali seminggu adalah alasan paling umum yang dikatakan oleh pasien HD.
Jurnal ketiga yang berjudul Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Pasien GGK Dalam Menjalani Terapi Hemodialisa peneliti
Herlina Ode Unga 2019 Berdasarkan hasil uji analisis bivariat dengan
menggunakan uji fisher’s exact test diperoleh nilai probabilitas (ρ value) 0,002
yang artinya ρ value< α (0,002 < 0,05) maka Ha diterima, yang berarti terdapat
hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan pasien gagal ginjal kronik
dalam melakukan terapi hemodialisa. Dukungan keluarga merupakan faktor yang
berperan penting bagi yang sakit untuk mengurangi beban dan stress sehingga
pandangan menjadi luas dan tidak mudah stress mendapatkan dukungan yang kuat
dari keluarga untuk perawatan kesehatan anggota keluarganya untuk mencapai
suatu keadaan yang sehat. keluarga merupakan factor yang sangat penting daan
bisa menjadi yang sangat berpengaruh dan memilih terapi maupun jenis
pengobatan yang akan diterima. Fungsi dan bentuk dukungan keluarga
diantaranya adalah dukungan informasional, penilaian, instrumental,dan
emosional. Dukungan kelurga sangat diperlukan dalam proses kesembuhan pasien,
yang mana anggota keluarga memberikan dorongan atau motivasi terhadap
anggota keluarganya yang mengalami kelemahan, cacat, atau sedang mengalami
suatu penyakit dengan merawat baik masalah nutrisi, latihan, maupun
pemeliharaan kesehatan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Wijayanti yang menunjukan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan
antara dukungan keluarga dengan motivasi penderita GGK di ruang hemodialisa
RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri nilai p-value = 0,011 (<0,05).
Motivasi merupakan suatu yang
mendorong atau pendorong, seorang untuk melakukan suatu tindakan atau
bertingkah untuk mencapai tujuan tertentu. Bagi penderita gagal ginjal kronik
yang melakukan terapi hemodialisa kepatuhan sangat penting untuk diperhatikan,
jika pasien tidak patuh dalam menjalani terapi yang sedang dijalaninya akan
memperburuk keadaanya sehingga akan terjadi penumpukan zat-zat berbahaya
dalam tubuh. Kepatuhan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya
keyakinan, sikapdan motivasi pasien, pengetahuan, persepsi, harapan pasien,
dukungan sosial keluarga, dan dukungan petugas kesehatan. Motivasi sangat
berperan penting dalam kepatuhan pasien, baik itu motivasi dari diri sendiri
maupun dari lingkungannya, motivasi sebagai sebuah kondisi yang menggerakan
perilaku dan mengarahkan aktivitas terhadap suatu pencapaian tujuan. Motivasi
adalah suatu hal yang menjadi sumber kekuatan dalam kesiapsedian individu
untuk bergerak ke suatu tujuan tertentu secara sadar maupun tidak disadari. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dani, Utami, & Bayhakki, yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara motivasi dan kepatuhan yang
signifikan pada pasien GGK untuk menjalani hemodialisis. Pada penelitian lain
yang dilakukan oleh Hamid, memperlihatkan adanya hubungan antara harapan
dan motivasi terdapat penolakan pasien GGK yang melakukan hemodialisis
diruang rawat inap Murai I dan II RSUD Arifin Achmad. Seseorang yang
mempunyai motivasi yang tinggi akan cenderung berperilaku patuh dibandingkan
dengan yang memliki motivasi yang rendah. Karena motivasi merupakan kondisi
yang menggerakan perilaku atau mengarahkan aktivitas terhadap suatu
pencapaian.
Jurnal ke empat , yang berjudul Gambaran Pengetahuan Pasien Gagal
Ginjal Kronik tentang Hemodialisa di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Tahun 2018 , peneliti Widia, hasil penelitian pengetahuan tentang hemodialisa,
dari 30 responden peneliti memperoleh gambaran pengetahuan tentang
hemodialisa, proporsi yang paling tinggi adalah pengetahuan dalam kategori baik
sebanyak 27 responden (90%) dan pengetahuan responden dalam kategori cukup
sebanyak 3 responden (10%). Pengetahuan tentang hemodialisa pada penelitian ini
adalah kemampuan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
mengetahui tentang hemodialisa yang termasuk dalam tingkatan tahu atau
mengetahui. Aspek pengetahuan tentang hemodialisa yaitu defenisi hemodialisa,
indikasi hemodialisa, kontraindikasi hemodialisa, komplikasi hemodialisa, tujuan
hemodialisa dan diet untuk hemodialisa. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dialakukan oleh Setiyowati & Hastuti (2014) dengan judul
Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kecemasan Pasien Hemodialisa di Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta yang mengatakan bahwa dari 20 responden,
tingkat pengetahuan tentang hemodialisa dalam kategori baik sebanyak 15
responden (75%). Pengetahuan pasien gagal ginjal kronik tentang hemodialisa di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan sebagian besar dalam kategori baik
dikarenakan sebagian besar responden sering mendapatkan pendidikan kesehatan
dari perawat hemodialisa, berkonsultasi dengan dokter, mengikuti seminar tentang
gagal ginjal kronis dan hemodialisa. Selain itu, sumber informasi tentang
hemodialisa juga didapat dari buku, media cetak, TV dan internet. Hal ini
diperkuat dengan teori yang dikemukakan oleh Purwandi dan Nugroho (2015)
mengatakan bahwa melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik,
berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih
sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamplet, dan lain-lain) akan
memperoleh informasi lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang tidak
pernah terpapar informasi media. Penolakan hemodialisa bisa di cegah melalui
peningkatan pengetahuan pasien.
Jurnal kelima , Resiko Bunuh Diri Pasien Gagal Ginjal Kronik Dengan
Terapi Hemodialisa yang diteliti oleh Errick Endra tahun 2018. Hasil penelitian
dari variabel risiko bunuh diri yang terdiri dari 4 pokok bahasan yang terdiri dari,
pikiran bunuh diri, frekuensi pikiran bunuh diri, ancaman upaya bunuh diri, dan
laporan perilaku bunuh diri akan datang. Masing – masing bahasan memiliki nilai
skor yang berbeda beda, untuk pokok bahasan pikiran bunuh diri ada 6 orang
yang mengatakan punya pikiran bunuh diri, dan 5 orang menjawab tidak punya
pikiran bunuh diri. Pada pokok bahasan frekuensi pikiran bunuh diri 46 orang
menjawab tidak pernah, dan 5 orang menjawab jarang (1 kali). Pokok bahasan
ancaman upaya bunuh diri dan pokok bahasan laporan perilaku bunuh diri akan
datang semua responden yang berjumlah 51 orang menjawab tidak pernah.
Penyebab bunuh diri
pada pasien dengan terapi hemodialisis yaitu, pasien dengan depresi berat yang
sudah diindikasikan mengalami penyakit kejiwaan. Kecemasan berlebih berada di
rumah sakit sedikit kaitannya dengan risiko bunuh diri Macaron et al., (2013).
penelitian di Amerika tentang perbedaan ras atau etnis di bidang kesehatan
menyatakan bahwa, orang kulit putih lebih cendrung melakukan bunuh diri
dibandingkan dengan kulit hitam.Setelah dilakukan kunjungan dalam waktu 52
minggu di balai kesehatan khusus dengan masalah depresi Ahmedani et al.,
(2015). Gangguan depresi sangat erat kaitannya dengan bunuh diri, penelitain
Miret et al.,(2013) menyimpulkan bahwa penyebab kematian adalah dari dampak
sosial ekonomi. Memprediksikan di tahun – tahun mendatang akan lebih tinggi,
timbul hambatan penelitian di bidang kesehatan mental yang masih menjadi
masalah utama adalah kekurangan dana penelitian. Pencegahan awal untuk
mengatasi depresi sendiri yakni mengenal tipe depresi dan ketepatan dalam
pemberian obat. Temuan dari penelitian Tsai AC et al., (2015), kejadian bunuh
diri bisa menurun dengan meningkatnya integrasi sosial. Integrasi sosial adalah
cara individu berbaur dengan masyarakat sekitar dalam rangka membangun
suatu kesatuan untuk mencapai suatu tujuan. Penelitian ini menggambarkan
bahwa, perempuan lebih cepat menurunkan risiko bunuh diri saat terintegrasi
secara sosial.
Di kutip dari buku panduan ginjal yang berjudul Mengenal Penyakit
Ginjal Kronis dan Perawatannya, Penulis Henni Kususma, untuk mencapai
kualitas hidup yang baik pasien hemodialisa tidak cukup dengan hanya
mengandalkan terapi cuci darah , diperlukan manajemen pengendalian cairan dan
pengendalian stress . Pembatasan asupan cairan perlu dilakukan seiring dengan
menurunnya kemampuan ginjal. Karena jika pasien Penyakit Ginjal Kronik
mengkonsumsi terlalu banyak cairan, maka cairan menumpuk didalam tubuh
sehingga mengakibatkan edema (pembengkakan).
Tips untuk hemat air:
✓ Sebaiknya mengkonsumsi obat dengan makanan.
✓ Lakukan perencanaan dan pembagian cairan yang akan dikonsumsi dalam
sehari
✓ Gunakan gelas yang kecil saat minum.
Tips mengurangi rasa haus:
✓ Hindari makanan dengan rasa asin dan pedas.
✓ Kurangi konsumsi garam
✓ Mengisap/mengkulum es batu.
✓ Mengunyah permen karet.
Buku kedua yang berjudul Buku Panduan Peer Support Program dan
Manajemen Diri Pasien Hemodialisis , Penulis Fida Husain
Adekuasi hemodialisis merupakan kecukupan jumlah proses hemodialisis untuk
menjaga kondisi optimal dan terbaik. Adekuasi dialisis menunjukan seberapa
banyak racun (sisa metabolisme) yang dapat dibersihkan dari darah pasien dan
mempunyai pengaruh berupa rasa nyaman pada pasien. Secara klinis dikatakan
adekuat jika keadaan umum dan nutrisi pasien dalam keadaan baik, tidak ada
gejala uremia, dan aktifitas pasien normal seperti sebelum menjalani HD. Akibat
Hemodialisis yang Tidak Adekuat ( menolak HD )
✓ Merasa lelah dan lemah
✓ Nafsu makan kurang baik
✓ Tidur tidak nyenyak
✓ Mual dan muntah
✓ Rasa tidak enak di mulut
✓ Gatal-gatal di kulit
✓ Mudah infeksi
✓ Penurunan kesadaran
Tips
✓ Hadir tepat waktu pada saat hemodialisis
✓ Hindari peningkatan cairan berlebih yang dapat menyebabkan kram akibat
cairan terlalu banyak diambil, sehingga sesi dialisis dihentikan lebih awal dari
waktu yang ditentukan
✓ Minta bantuan apabila merasa lemas saat diakhir sesi (ending) HD
✓ Minta tambahan waktu apabila sesi HD berkurang akibat masalah teknis seperti
kendala pada mesin, atau karena pergi ke toilet
✓ Usahakan HD sesuai waktu yang disarankan, semakin lama waktu HD semakin
banyak sisa metabolisme yang dikeluarkan
✓ Usahakan untuk tidak mengurangi waktu HD, bila ingin ada acara atau kegiatan
lain setelah HD, datanglah HD lebih awal dari biasanya
Buku ketiga yang berjudul Gagal Ginjal Penulis Syamsir Alam , apabila
penderita gagal ginjal tidak rutin untuk menjalani hemodialisa , racun yang tidak
terbuang sepenuhnya akan balik menyerang dan mengakibatkan komplikasi lain ,
seperti edema paru , gangguan jantung , hingga kematian.
Buku keempat yang berjudul Buku Ajar Manajemen Komplikasi Pasien
Hemodialisa Penulis Cholina Trisa Siregar , mengungkapkan hal serupa apabila
penderita gagal ginjal menolak untuk melanjutkan hemodialisa , maka akan
menimbulkan masalah baru yaitu , gangguan elektrolit, seperti penumpukan fosfor
dan hiperkalemia atau kenaikan kadar kalium yang tinggi dalam darah. Penyakit
jantung dan pembuluh darah. Penumpukan kelebihan cairan di rongga tubuh,
misalnya edema paru atau asites.
Buku kelima yang berjudul Klien Gangguan Ginjal Penulis Mary
Baradero , diperlukan nya manajemen kolaboratif antara perawat dan keluarga ,
untuk mengatasi gannguan psikologis agar pasien dapat menerima status kesehatan
nya sebagai pasien hemodialisa , dari mulai monitoring , motivasi , evaluasi ,
family support.
Dilansir dari Pusat Jantung Nasional RS Jantung dan Pembuluh Darah
Harapan Kita, komplikasi yang paling sering dari tindakan hemodialisa adalah
hipotensi atau tekanan darah turun, aritmia atau gangguan irama jantung.
Komplikasi lain yang bisa terjadi adalah hipertensi, ketidakseimbangan elektrolit,
sindrom disegulibrium, infeksi, dan pendarahan. Namun akan lebih berbahaya jika
pasien tidak melakukan cuci darah dengan jadwal yang sudah ditentukan. Pasien
bisa mengalami penurunan gangguan kesadaran seperti meracau: Gangguan
Kardiovaskular. Pasien gagal ginjal yang tidak melakukan cuci darah akan
mengalami gangguan keseimbangan elektrolit yang berakibat kepada gangguan
pernapasan dan gangguan kardiovaskular. Peningkatan Racun. Peningkatan racun
karena racun di dalam tubuh tidak terbuang. Racun tersebut seperti ureum dan
kreatinin yang tinggi dapat mengakibatkan gangguan lambung seperti mual dan
muntah lalu tidak nafsu makan. Penurunan kesadaran. gangguan kardiovaskular
dan penurunan kesadaran atau gangguan neurologi.

Conclusions ( What else can you make of the situation?)


Terhadap kejadian ini dapat diambil kesimpulan bahwa komitmen dan kerja
sama antara tim kesehatan , pasien , keluarga serta dinas terkait perlu sinergi untuk
meningkatkan kualitas hidup dan mencegah terjadinya komplikasi serius terhadap
pasien gagal ginjal kronis. Sarana dan prasarana , infrastruktur fasilitas kesehatan
di tiap kabupaten atau kota juga harus ditingkatkan , Di singkawang saja , hanya
dua rumah sakit yang memiliki pelayanan hemodialisa , dengan prevalensi kasus
GGK yang terus meningkat , ini menjadi tidak seimbang antara jumlah mesin dan
jumlah penderita GGK. Berbeda dengan kota – kota besar , seperti Jakarta ,
Bandung , Yogyakarta , yang memiliki akses kesehatan yang mudah dituju dan
kelengkapan alat alat medis yang memadai. Tapi ini semua kembali lagi kepada
kesadaran diri pasien itu sendiri , perlunya perubahan paradigma terhadap terapi
pengganti ginjal. Save our kidney !

Action plan ( If it rose again what would u do?)


Menanggapi situasi bagaimana mencegah penolakan terapi hemodialisa , menurut
saya bisa juga menggunakan alternatif terapi pengganti ginjal yang lain seperti
CAPD , dimana angka harapan hidup dan pola diet CAPD jauh sedikit lebih baik
dari hemodialisa. CAPD ( Continuous Ambulatory Peritonial Dialysis ) memiliki
efektivitas yang hampir sama dengan hemodialisis (HD). Namun, ada beberapa
keunggulan CAPD jika dibandingkan dengan HD, di antaranya adalah :
✓ Tidak ada perubahan aliran darah drastis yang biasanya terjadi pada
hemodialisis, sehingga beban pada jantung dan pembuluh darah lebih ringan.
✓ Penggunaan obat-obatan lebih sedikit.
✓ Lebih leluasa dan mandiri. Cuci darah dengan mesin umumnya dilakukan di
rumah sakit atau pusat hemodialisis, sedangkan CAPD bisa dilakukan di mana
pun asalkan bersih. Selain itu, waktu yang dibutuhkan untuk pertukaran cairan
tidak lama, jadi Anda masih bisa beraktivitas seperti biasa, bekerja, maupun
berpergian. Sebelum berangkat ke tempat tujuan, pastikan peralatan yang
diperlukan untuk pertukaran cairan sudah siap.
✓ Batasan makanan dan minuman tidak seketat pasien yang menjalani
hemodialisis, karena proses cuci darah lewat perut bisa dilakukan lebih sering.
✓ Fungsi ginjal mungkin bisa dipertahankan lebih lama
✓ Tidak perlu menerima tusukan jarum suntik atau jarum infus.
✓ Lebih sedikit masalah bagi pasien yang mengalami anemia.
✓ Tingkat kematian lebih rendah.
✓ Risiko terjadinya demensia lebih rendah.
Reference :
Alam,Syamsir.2007. Gagal Ginjal . Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Baradero, Mary. 2005 . Klien Gangguan Ginjal. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Cita, E. E., & Al Fatih, Z. (2018). RESIKO BUNUH DIRI PASIEN GAGAL
GINJAL KRONIK DENGAN TERAPI HEMODIALISA.

Herlina, S., Ladesvita, F., & Diane, C. (2020). Penolakan Hemodialisis Pada
Pasien dengan Gagal Ginjal Kronis. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan
Indonesia,
10(01), 7-12.

https://www.jawapos.com/kesehatan/health-issues/04/03/2017/nih-3-dampak-
mengerikan-jika-pasien-gagal-ginjal-tak-cuci-darah/. Diakses tanggal 18
Februari 2022

Husain,Fida.2019. Buku Panduan Peer Support Program dan Manajemen Diri


Pasien Hemodialisis. Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro

Kusuma, Henni.2019. Mengenal Penyakit Ginjal Kronis dan Perawatannya .


Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Shafi ST, Saleem M, Anjum R, Abdullah W, Shafi T. Refusal of hemodialysis by


hospitalized chronic kidney disease patients in Pakistan. Saudi J Kidney Dis
Transpl. 2018 Mar-Apr;29(2):401-408. doi: 10.4103/1319-2442.229270.
PMID: 29657210.

Trisa , Cholina.2020. Buku Ajar Manajemen Komplikasi Pasien Hemodialisa.


Sleman : Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA

TUMANGGOR, W. GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN GAGAL GINJAL


KRONIK TENTANG HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT SANTA
ELISABETH MEDAN TAHUN 2018.

Unga, H. O., Sahmad, S., Wahyuni, O., & Astowin, B. (2019). Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Pasien Gagal Ginjal Kronik Dalam
Menjalani Terapi Hemodialisa Di Sulawesi Tenggara. Jurnal Keperawatan,
2(03), 17-25.

Anda mungkin juga menyukai