DI RSUD TEMANGGUNG
KTI
Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir Pada
Program Studi DIII Keperawatan Magelang
Oleh:
NIM. P1337420514018
2017
1
1
LAPORAN KASUS
DI RSUD TEMANGGUNG
KTI
Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir Pada
Program Studi DIII Keperawatan Magelang
Oleh:
NIM. P1337420514018
KEMENKES SEMARANG
2017
2
NIM : P1337420514018
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa KTI yang saya tulis ini adalah benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
kasus ini adalah jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
Hasil Laporan Kasus oleh Melina Novita Sari NIM : P 1337420514018 dengan
judul
DI RSUD TEMANGGUNG
LEMBAR PENGESAHAN
DI RSUD TEMANGGUNG
ini telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal Maret 2017
Dewan Penguji
Mengetahui,
Perwakilan Jurusan Keperawatan Magelang
PRAKATA
Assalamualaikum Wr.Wb.
Laporan Karya Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Ny. D
Magelang tahun 2017. Hasil laporan kasus ini tidak lepas dari bantuan, dukungan,
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
Semarang
5. Wiwin Renny R, SST, S.Pd, M.Kes, dan Lulut Handayani., S.Kep., Ns.,
6. Bapak Sabar Slamet dan Ibu Rasinah yang tiada henti mendo’akan dan
penulis
7. Adik-adikku tercinta Setyo Budi Irawan dan Aisyah Nur Kusuma Dewi yang
semangat.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan kasus ini yang
Harapan penulis semoga hasil laporan kasus ini dapat memberikan manfaat
kepada penulis sendiri maupun pembaca. Penulis menyadari bahwa laporan kasus
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran,
kritik dan tidak lanjut yang bersifat konstruksif demi kesempurnaan penulisan
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iv
PRAKATA..............................................................................................................v
DAFTAR ISI.........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.........................................................................................3
C. Manfaat Penulisan......................................................................................5
1. Pengkajian............................................................................................49
3. Intervensi..............................................................................................59
4. Evaluasi...............................................................................................64
A. Metode Penulisan.......................................................................................66
B. Sampel........................................................................................................68
E. Analisa Data..............................................................................................69
A. Hasil...........................................................................................................71
1. Pengkajian...........................................................................................71
a. Biodata...........................................................................................71
b. Riwayat Klien................................................................................72
d. Pemeriksaan fisik...........................................................................78
e. Pemeriksaan diagnostik..................................................................80
f. Terapi.............................................................................................80
2. Rumusan Masalah................................................................................81
3. Perencanaan (plan)..............................................................................82
4. Pelaksanaan..........................................................................................83
5. Evaluasi................................................................................................88
B. Pembahasan...............................................................................................91
1. Pengkajian...........................................................................................91
2. Diagnosa keperawatan........................................................................93
BAB V KESIMPULAN........................................................................................95
1
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2014)
(28% karena episiotomi dan 29% karena robekan spontan) (Depkes RI,
2014).
tanpa indikasi dan partus spontan dengan indikasi. Pada bulan Januari
Luka pada jalan lahir, berisiko terjadinya infeksi nifas yang berasal
dari perlukaan pada jalan lahir yang merupakan media yang baik untuk
berkembangnya kuman. Hal ini diakibatkan oleh daya tahan tubuh ibu
dapat merambat pada saluran kandung kemih atau pada jalan lahir.
kematian ibu post partum mengingat kondisi ibu post partum masih
atau buang air kecil perineum dibersihkan dengan air hangat atau kasa
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Daerah Temanggung
Temanggung
C. Manfaat
1. Bagi penulis
1
dengan episiotomi.
episiotomi.
episiotomi.
4. Bagi pasien
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(Maryunani, 2015).
6
1
berikut :
maupun bayi
d. Perubahan Fisiologis
yaitu:
a) Suhu
b) Tekanan Darah
hipertensi
2
c) Nadi
d) Pernafasan
embolus paru.
(Prawihardjo, 1999)
a) Involusi Uterus
(3) Autolysis
kehamilan atau
2
progesteron.
mengurangi perdarahan.
meluas ke dalam dari sisi tempat ini dan dari lapisan sekitar
c) Perubahan Ligamen
menjadi retroflexi.
e) Lochea
jenis:
episiotomi.
2
g) Afterpains
partum diantaranya :
a) Nafsu Makan
b) Motilitas
c) Pengosongan Usus
2
b) Sistem Urinarius
2
c) Komponen Urine
d) Diuresis Postpartum
Abdominikus
b) Kulit Abdomen
c) Striae
umum,
3
d) Perubahan Ligamen
e) Simpisis Pubis
saat berjalan.
e) Diastasis rekti
g) Inkontinensia urin
h) Inkontinensia alvi
i) Prolaps
b) Hormon pituitary
c) Hormon oksitosin
oksitosin
3
pembuluh darah.
a) Volume darah
b) Curah jantung
umum.
3
dan akan bisa naik sampai 25,000 dan 30,000 tanpa adanya
hari ke 3-7 post partum akan normal dalam 4-5 minggu post
yaitu :
1) Fase Taking In :
sampai kedua pasca partum. Pada fase ini ibu bersifat pasif
meningkat.
3) Fase Letting Go
3
f. Patologi Nifas
Proses masa nifas berlangsung setelah melakukan proses
menimbulkn infeksi
3
diantaranya :
a) Subinvolusi uteri
meningkat.
memberikan estradiol.
g. Patofisiologi
menyebabkan
4
Hold dan Letting Go. Fase Taking In kondisi ibu lemah terfokus
pada diri sendiri. Fase Talking Hold ibu belajar tentang hal baru
menyesuaikan diri
4
taggung jawab dan peran baru sebagai orang tua (Marmi, 2012)
44
4
2. Konsep Episiotomi
a. Definisi Episiotomi
Dalam persalinan akan terjadi perlukaan pada perineum baik
b. Indikasi Episiotomi
1) Indikasi Janin
janin
2) Indikasi Ibu
1) Insisi Medial
yakni jika luka insisi melebar ketika kepala bayi lahir, maka
sfingter ani akan robek dan robekan ini mengenai daerah rectum.
medialis ini tidak ideal jika perineum pendek atau sempit, bayi
tindakan.
2) Insisi Mediolateral
3) Episiotomi lateral
pelahiran per vagina dengan bantuan, kala kedua persalinan yang lama,
arkus pubis yang sempit, posisi kepala yang kurang fleksi dan oksipital
posterior, presipitasi persalinan, distosia bahu, bayi besar (lebih dari 4000
1. Pengertian infeksi
Infeksi adalah invasi tubuh oleh pathogen atau mikroorganisme
2015)
mati atau nekrotik, terdapat benda asing atau sekitar luka dan suplai
demam, nyeri tekan dan nyeri pada daerah luka serta sel darah putih
a. Agen
b. Host
c. Environment (lingkungan)
lain :
b. Anemia
c. Higiene
d. Kelelahan
5) Hematoma
6) Hemoragi
7) Korioamnionitis
8) Persalinan traumatik
ini :
a. Infeksi
b. Komplikasi
saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat
terjadinya kematian pada ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu
b. Kalor
5
ke daerah normal.
c. Dolor
d. Tumor
janin besar), gawat ibu (perineum kaku, riwayat robekan lalu, arkus
semakin besar
5
yang disebabkan
5
(Manuaba, 2010)
mati atau nekrotik, terdapat benda asing atau sekitar luka dan suplai
darah serta pertahanan jaringan sekitar luka menurun. Infeksi luka pleh
nyeri tekan dan nyeri pada daerah luka serta sel darah putih meningkat.
Lembab
Gangguan Integritas Kulit
Reaksi jaringan
PENCETUS INFEKSI
1. Kurang gizi
Peningkatan
2. Anemia antibodi
3. Hygine
Trauma berlebih
4. Persalinan bermasalah
Pengrusakan
5. Teknik aseptik tidak
sempurna jaringan
Komplikasi :
Infeksi Kandung
kemih, infeksi
jalan lahir
Kematian
dengan Episiotomi
1. Dirumah Sakit
2. Ambulasi awal
Ibu turun dari tempat tidur dalam beberapa jam setelah pelahiran.
Pendamping pasien harus ada selama paling kurang pada jam pertama,
3. Perawatan perineal
posterior, dari arah vulva ke arah anus. Perlu untuk dilakukan vulva
masalah, seperti hematoma dalam hari pertama atau lebih dan infeksi
berkurang. Pemasangan
5
rumah sakit jarang diperlukan lebih dari 48 jam. Seorang ibu harus
atau nyeri kaki, pembengkakan atau nyeri, nafas yang pendek atau
6. Pencegahan infeksi
lancar
7. Penatalaksanaan perdarahan
D. Asuhan keperawatan risiko infeksi pada ibu post partum spontan dengan
episiotomi
b. Sirkulasi
c. Integritas Ego
terhadap kondisi bayi yang baru lahir dapat pula memiliki respon
setelah melahirkan.
6
d. Eliminasi
kandung kemih ibu cepat terisi karena diuresis post partum dan
cairan intravena.
e. Makanan / Cairan
f. Nyeri / ketidaknyamanan
terjadi diantara hari ke-3 sampai ke-5 post partum. Periksa adanya
g. Keamanan
jaringan merapat.
6
h. Seksualitas
a) Fundus
c) Lochea
d) Perineum
e) Payudara
j. Pemeriksaan Diagnostik
akan bisa naik sampai 25,000 dan 30,000 tanpa adanya tanda
patologis.
2. Pemeriksaan Fisik
6
a. Penampilan umum
apa tidak, cepat atau lambat. Observasi juga respon kesakitan pada
b. Vital sign
c. Rambut
Rontok pada post partum dalam jumlah wajar adalah hal yang
d. Muka
6
hari karena ibu baru saja tidur terlentang semalaman. Tetapi pada
ibu dengan riwayat hipertensi hal ini menjadi hal yang tidak
normal karena terjadi kelebihan cairan tubuh. Hal ini bisa juga
e. Mata
f. Leher
g. Mamae
h. Abdomen
i. Uterus
kandung kemih yang penuh. Kandung kemih yang penuh juga akan
uterus.
j. Perineum
jaringan).
6
k. Lochea
l. Rectum
m. Ekstremitas
homan’s sign (+) bila betis lurus diangkat keatas dan pasien
n. Data penunjang
antara
20.000 dan 25.000 /mm³ merupakan hal yang umum. (Bobak, I.M;
dkk, 2005)
faktor risiko :
2) Malnutrisi
3) Obesitas
5) Prosedur invasif
7
Dengan outcome :
3) Kontrol risiko
4) Deteksi risiko
a. NOC :
Keterangan :
100911 natrium 1, 2, 3, 4, 5
Keterangan :
7
1 : Tidak adekuat
2 : Sedikit adekuat
3 : Cukup adekuat
5 : Sepenuhnya adekuat
2, 3, 4, 5
3, 4, 5
Keterangan :
2 : Jarang menunjukan
3: Kadang-kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
3, 4, 5
kesehatan pribadi 1, 2, ,3 , 4, 5
Keterangan :
2 : jarang menunjukan
3 : kadang-kadang menunjukan
4 : sering menunjukan
7
b. NIC
3) Perawatan perineum
4. Evaluasi
pada kriteria yang dapat diukur yang mencerminkan hasil akhir perawatan
yang diharapkan.
setelah
intervensi keperawatan
evaluasi
meningkat
7
BAB III
METODA PENULISAN
A. Metode Penulisan
infeksi, karena pada masa nifas ibu post partum dengan luka
66
7
a. Wawancara
b. Observasi
c. Dokumen
medik klien
B. Sampel
(Arikunto, 2013). Sampel yang dipilih dalam laporan kasus tugas akhir
penulis adalah salah satu pasien ibu post partum spontan primipara
terlampir.
8
16 Desember 2016.
Penulis mencatat semua dta secara objektif dan apa adanya sesuai
E. Analisis Data
yang lebih ringkas (Istijanto, 2009). Tahapan analisis data meliputi data
keperawatan
1. Reduksi data
menggolongkan,
8
2. Penyajian data
tindakan. Bentuk penyajian data dalam karya tulis ilmiah ini adalah
dengan episiotomi.
83
BAB IV
A. Hasil
06 : 18 WIB, dengan risiko infeksi pada post partum spontan primipara dengan
1. Pengkajian
a. Biodata
suku Jawa dan berbangsa Indonesia, klien merupakan seorang ibu rumah
1499021
71
8
b. Riwayat Klien
1) Riwayat Keperawatan
pada pukul
mengeluh mual dan rasa ingin muntah pada pagi hari. Jika klien
di bidan yang sama. Klien mengeluh mudah lelah dan pusing. Klien
pukul 06.18 WIB pada Ny. D didapatkan sebagai berikut, pada aktivitas
pemenuhan kebutuhan klien dibantu oleh ibu atau suami namun tidak
persalinan.
kali / hari dengan konsistensi urine jernih. Sebelum persalinan, ibu BAB
satu hari sebelum persalinan dan BAK 2 jam sebelum persalinan. Setelah
8
melahirkan klien mengatakan belum BAB dan sudah BAK 2 jam setelah
sayur, lauk, buah dan air putih. Klien juga mengkonsumsi makanan ringan
lembab, turgor kulit baik, lidah bersih. Klien tidak mengalami mual-mual.
tidak sakit kepala dan reflek tendon baik, homan sign negatif.
lahir dengan skala 4 dan hilang timbul ketika jalan. Klien tampak menjaga
klien masih fokus terhadap dirinya dan mengeluh nyeri pada jalan lahir.
terpenuhi.
8
yang baik untuk ibu nifas. Klien belum mengerti cara perawatan luka
perineum dan belum mengerti teknik menyusui yang benar dan klien
Data Sosial : Klien menikah pada usia 24 tahun dan usia suami
dan kelahiran klien. Klien tinggal bersama suami dan ibu mertua. Jika ada
yang baik untuk ibu nifas. Klien juga belum mengerti cara perawatan
perineum.
9
d. Pemeriksaan Fisik
tanda vital pada klien dengan tekanan darah : 110/70 mmHg, suhu
fisik dikepala dan muka yaitu rambut sedikit rontok, sedikit berminyak,
dan paru-paru dengan pemeriksaan Inspeksi (I), Palpasi (P), Perkusi (P)
dan Auskultasi (A). Pemeriksaan inspeksi pada jantung ictus cordis tidak
kolostrum keluar.
buncit, terdapat linea nigra dan linea alba, striae terlihat, umbilikus
Hasil dari perkusi yaitu tympani dan hasil palpasi menunjukan fundus
teraba keras sejajar dengan umbilikus dan terletak ditengah pusat dan
kehitaman, kental, bau amis, dan klien sudah ganti pembalut sebanyak 2
e. Pemeriksaan diagnostik
2016, pukul 15.00 WIB diperoleh data sebagai berikut : Golongan Darah
31% dengan nilai normal 35-47 %; Leukosit 11,8 10^3/ul dengan nilai
normal 3,6 – 11,0 10^3/ul; Trombosit 361 10^3/ul dengan nilai normal
150-440 10^3/ul; MCH 20,2 pg dengan nilai normal 26,0-34,0 pg; MCV
88,9 fl dengan nilai normal 80,0 – 100,0 fl; MCHC 31,7 g/dl dengan nilai
f. Terapi
dengan 14 Desember 2016 terapi obat yang diberikan pada Ny. D adalah
1.
2. Perumusan Masalah
perineum ± 3 cm. Lochea rubra, tidak berbau busuk, terdapat gumpalan kecil,
kehitaman, kental, bau amis, dan klien sudah ganti pembalut sebanyak 2 kali
dengan nilai normal 3,6 – 11,0 10^3/ul. Dari data-data diatas muncul masalah
3. Perencanaan (Plain)
imunitas meliputi suhu tubuh tidak terganggu, jumlah sel darah putih absolut;
dan tidak ada nyeri insisi ; status nutrisi meliputi jumlah asupan kalori,
peningkatan suhu, pastikan teknik perawatan luka yang tepat; perawatan post
tanda dan gejala infeksi, periksa setiap sayatan luka, tingkatkan asupan nutrisi
dan latihan dengan tepat; perawatan perineum meliputi jaga area perineum
agar tetap kering, kaji kondisi insisi, bersihkan area perineum secara teratur.
9
4. Pelaksanaan (Implementasi)
obat yaitu amoxicilin 500 mg. Respon subyektif : klien mengatakan obat
yang diberikan sudah diminum. Data objektif yang ditemukan yakni obat
amoxicilin 500 mg masuk via oral, tidak terjadi alergi, tidak terjadi
infeksi.
(tekanan darah, suhu, nadi, dan pernapasan). Respon subyektif (-), respon
karakteristik dan cara keluar). Data subyektif (-), data objektif : lochea
jumlah
(-), data objektif : uterus teraba keras terletak setinggi umbilikus, terletak
tanda- tanda REEDA dan melakukan vulva hygiene agar kondisi luka tetap
bersih. Datat subyektif (-), data objektif : setelah dilakukan vulva hygiene
keadaan luka bersih, kondisi luka tidak kemerahan (Redness=0), tidak ada
(Aproximation=3).
obat yaitu amoxicilin 500 mg. Respon subyektif : klien mengatakan obat
yang diberikan sudah diminum. Data objektif yang ditemukan yakni obat
37,2°C, R : 18 x/menit.
tetap bersih. Data subyektif (-), data objektif : kondisi luka dan balutan
kering.
banyak, karakteristik dan cara keluar). Data subyektif : (-) data objektif :
lochea berwarna merah kental, tidak ada gumpalan, jumlah ±55c, bau
REEDA dan vulva hygiene agar luka tetap bersih. Data subyektif (-), data
36,5°C, R : 21x/menit.
obat yang diberikan sudah diminum. Data objektif yang ditemukan yakni
obat amoxicilin 500 mg masuk via oral, tidak terjadi alergi, tidak terjadi
infeksi.
jumlah, karakteristik, bau dan cara keluar). Data subyektif (-), data
objektif
: lochea rubra, berwarna merah kental jumlah ±50cc, tidak ada gumpalan
pengkajian REEDA dan melakukan vula hygiene agar luka tetap bersih.
Data subyektif (-). Data objektif : kondisi luka bersih, tidak ada
(Edema=0),
9
(Aproximation=3).
sayur bayam, nasi dan susu tadi siang. Data objektif : tersedia makanan
sumber protein.
36,3°C, R : 18 x/menit.
obat yang diberikan sudah diminum. Data objektif yang ditemukan yakni
obat amoxicilin 500 mg masuk via oral, tidak terjadi infeksi, tidak alergi.
Data subyektif (-). Data objektif : dilakukan perawatan luka dan vulva
Jam 15.30 WIB penulis mengkaji lochea (jumlah, warna, bau, cara
merah
1
bercampur putih, jumah ±50cc, bau amis, tidak ada gumpalan dan
pengeluaran merembes.
pengkajian REEDA dan vulva hygiene agar kondisi luka tetap bersih.
Data subyektif (-). Data objektif : kondisi luka episiotomi bersih, tidak
5. Evaluasi
keluar berwarna merah kehitaman, terdapat gumpalan, berbau amis, ±80 ml,
tidak ada pus (Discharger=0), jahitan tidak rembes dan penutupan luka baik
TD
data tersebut dapat dianalisa bahwa masalah risiko infeksi belum teratasi,
pastikan perawatan luka yang tepat, monitor lochea, pantau lokasi fundus
lochea berwarna merah kental, tidak ada gumpalan, jumlah ±55 cc, bau amis,
Berdasarkan data tersebut dapat dianalisa bahwa masalah risiko infeksi belum
kental, jumlah ±50 cc, tidak ada gumpalan, pengeluaran rembes, fundus uteri
dapat dianalisa bahwa risiko infeksi belum teratasi, tidak terjadi infeksi.
pantau adanya peningkatan suhu, pastikan perawatan luka yang tepat, monitor
lochea, pantau lokasi fundus uteri, lakukan perawatan luka perineum, tanda-
tanda REEDA dan vulva hygiene, tingktkan asupan nutrisi, berikan antibiotik
yang tepat.
cc, tidak ada gumpalan, bau amis, pengeluaran merembes. Fundus ueri
dapat dianalisa bahwa masalah risiko teratasi infeksi tidak terjadi. Rencana
B. PEMBAHASAN
Pada pembahasan kasus ini, penulis akan menjelaskan beberapa hal terkait
menegakkan diagnosa tersebut, akibat yang terjadi bila masalah tersebut tidak
dan evaluasi. Pengelolaan kasus pada Ny. D dilakukan pada tanggal 13 Desember
1. Pengkajian
rubra dengan jumlah ±80 ml panjang pembalut ±35cm. Faktor presdiposisi dai
infeksi nifas menurut Saiffudin (2006) diantaranya adalah kurang gizi atau
dalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas. Pada diagnosa
telah melakukan implementasi yang sesuai dengan teori Marmi (2012) bahwa
cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka
area genetalia agar tetap kering, membersihkan daerah perineum setelah buang
air kecil atau buang air besar dengan air hangat dari arah depan ke belakang.
Cara lain juga dapat melakukan perawatan luka pada daerah perineum dengan
menyentuh luka bekas episiotomi, sering mengganti pembalut minimal 2-3 kali
sehari atau bila merasa daya tampung pembalut sudah penuh, dan
meningkatkan asupan kalori dan diit tinggi protein seperti ikan, telur, daging
tidur.
luar, padahal setiap tindakan episiotomi biasanya dilakukan 2 jahitan luar dan
dalam (Liu, 2007). Data tentang jahitan episiotomi dapat diperoleh dari catatan
medis klien yang jahitan nya berjumlah 3 jahitan luar. Data jahitan episiotomi
yang seharusnya dicantumkan adalah H 6c/3z yang berarti 6 jahitan dalam (cut
2. Diagnosa Keperawatan
ibu post partum harus diperhatikan karena pada ibu post partum harus
terjadi. Pada ibu nifas akan rentan terhadap terjadinya infeksi. Jika dilakukan
pemantauan dan perawatan luka pada episiotomi dengan tepat maka akan
mempercepat penyembuhan dan ibu terhindar dari masalah infeksi jalan lahir
(Bahiyatun, 2009).
setelah terjadi ruptur perineum pada pasien. Masalah yang serius ini dapat
didukung oleh teori-teori yang sudah dimuat dalam laporan sebelumnya akan
masalah
1
keperawatan khususnya dengan kasus risiko infeki, penulis tidak dapat 24 jam
bersama klien sehingga penulis tidak dapat memantau tingkat risiko infeksi
Masalah risiko infeksi pada klien teratasi dan tidak terjadi infeksi dengan
kondisi luka pada hari terakhir evaluasi luka bersih, tidak ada
kemerahan,tidak kebiruan, tidak ada pus dan penutupan luka baik dalam
2016. Tidak terjadinya infeksi pada klien dikarenakan klien mau dan mampu
belajar serta melakukan bagaimana cara perawatan luka episiotomi yang baik.
Klien juga mau menjaga asupan nutrisinya yaitu tinggi protein sehingga
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
infeksi pada post partum spontan dengan episiotomi pada hari ke 1 dan
pada Ny. D atas dasar data pendukung yang diperoleh dari pengkjian
terdapat luka episiotomi sepajang 3 cm, jenis insisi medial, klien juga
95
1
episiotomi.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, I.M; dkk. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas (Maternity Nursing)
edisi 4. Terjemahan oleh Maria A. Wijayarini & Peter I. Anugrah 2005.
Jakarta: EGC.
Cuningham , F., & dkk. (2006). Obstetri Williams panduan ringkasan edisi 21.
Terjemahan oleh Brahm U. Pendit. 2009. Jakarta: EGC. Depkes RI.
(2014). Profil Kesehatan 2014.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2014). Profil Kesehatan Jawa Tengah.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2014.pdf diakses pada tanggal 25
Oktober 2016.
Lenovo, Kenneth J. 2009. Obstetri Williams: Panduan Ringkas, Edisi 21. Jakarta:
EGC
Manuaba, I. C. (2010). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
1
Siti Saleha. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D.
Bandung: CV.
Alfabeta.
B. Tahap Orientasi
1. Memberi salam kepada pasien dan sapa nama
pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan / kesiapan pasien
C. Tahap Kerja
1. Memasang sampiran / menjaga privasi
2. Memasang selimut mandi
3. Mengatur posisi pasien dorsal recumbent
4. Memsang alas dan perlak dibawah pantat
5. Gurita dibuka, celana dan pembalut dilepas
bersamaan dengan pemasangan pispot, sambil
memperhatikan lochea. Celana dan pembalut
dimasukkan dalam tas plastik berbeda
6. Pasien disuruh BAB/BAK
7. Perawat memakai sarung tangan kiri
8. Mengguyur vulva dengan air matang
9. Pispot diambil
10. Mendekatkan bengkok ke dekat pasien
11. Memakai sarung tangan kanan, kemudian
mengambil kapas basah. Membuka vulva dengan
ibu jari dan jari telunjuk kiri
12. Membersihkan vulva mulai dari labia mayora kiri,
labia mayora kanan, labia minora kiri, labia minora
kanan, vestibulum, perineum. Arah dari atas ke
bawah dengan kapas basah ( 1 kapas 1 kali usap )
13. Perhatikan keadaan perineum. Bila ada jahitan
perhatikan apakah lepas / longgar, bengkak / iritasi.
Membersihkan luka jahitan dengan kapas basah
14. Menutup luka dengan kasa yang telah diolesi salep
/ betadine
15. Memasang celana dalam dan pembalut
16. Mengambil alas perlak, bengkok
17. Merapikan pasien, mengambil selimut mandi dan
memakaikan selimut pasien
D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi tidakan yang baru dilakukan
2. Berpamitan dengan pasien
1
D. Terminasi
1. Mengevaluasi tindakan yang baru dilakukan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan dan kembalikan alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatan kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan
DOKUMEN Bobak, Buku Ajar Keperawatan Maternitas
TERKAIT
1
Waktu : 1 x 15 menit
I. MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian perawatan luka perineum
2. Tujuan perawatan luka perineum
3. Waktu melakukan perawatan luka perineum
4. Alat-alat yang di gunakan untuk perawatan luka perineum
5. Langkah –langkah perawatan luka perineum
II. KEGIATAN PENYULUHAN
Kegiatan Pembuka
(3 Menit)
1
Penyuluhan Peserta
2.Perkenalan 2.Merespon
3.Apersepsi 3.Menyimaknya
Kegiatan Inti
(9 Menit)
Penyuluhan Peserta
1.Menjelaskan materi 1.Memperhatikan materi yang
disampaikan
2.Memberikan kesempatan 2.Bertanya apabila ada materi
untuk bertanya yang kurang dimengerti
3.Memberikan pertanyaan balik 3.Menjawab pertnyaan penyuluh
ke post test
Kegiatan Penutup
(3 Menit)
Penyuluh Peserta
1.Menyimpulkan seluruh materi 1.Memperhatikan penjelasan
2.Mengucapkan salam 2.Menjawab salam
a. Metode Ceramah
1
V. SUMBER
Kusyanti, Eni, dkk 2003. Keterampilan dan Prosedur Keperawatan
Dasar. Semarang:kilat press.
Potter, Perry, 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4 Vol.2
Jakarta:EGC
VI. EVALUASI
a. Pertanyaan
1. Pengertian perawatan luka perineum ?
2. Tujuan perawatan luka perineum ?
3. Waktu melakukan perawatan luka perineum ?
4. Alat-alat yang di gunakan untuk perawatan luka perineum ?
5. Langkah –langkah perawatan luka perineum ?
b. Jawaban
1. Pengertian perawatan luka perineum
Perawatan perineum
adalahpemenuhankebutuhanuntukmenyehatkandaerahantarapah
a yang di batasiantaralubangdubutdanbagianalatkelamin
(kemaluan) sebelahluarpadamasapascapersalinan (melahirkan).
2. Tujuan perawatan luka perineum
1) pencegahanterjadinyainfeksipadasaluranreproduksisetela
hkelahirananak
2) Untukpenyembuhanluka perineum jahitan perineum
3) Menjagakebersihandaerahkemaluan
4) Menguranginyeri
5) Meningkatkan rasa nyamanpadaibu
3. Waktu melakukan perawatan luka perineum
1) saatmandi
2) Setelahbuang air kecil
3) Setelahbuang air besar
4. Alat-alat yang di gunakan untuk perawatan luka perineum
1) Kapas
2) Air bersih
3) Tisu kamar mandi
4) Cairan pembersih kemaluan khusus wanita
5. Langkah –langkah perawatan luka perineum
1
LAMPIRAN MATERI
oleh adanya trauma, fraktur, luka operasi yang dapat merusak permukaan
kulit (Ismail, 2012).
2. Episiotomi
3. Komplikasi Episiotomi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut. Setelah terbuka
maka akan kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang
tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian
pembalut.
Pada saat buang air kecil kemungkin besar terjadi kontaminasi air seni pada
rektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perinium untuk
itu diperlukan pembersihan perineum.
Pada saat buang air besar, dilakukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar
anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum.
2. Obat-obatan
2. Basahi waslap dan buat busa sabun lalu gosokkan perlahan waslap yang
sudah ada busa sabun tersebut ke seluruh lokasi luka jahitan. Jangan takut
dengan rasa nyeri, bila tidak dibersihkan dengan benar maka darah kotor
akan menempel pada luka jahitan dan menjadi tempat kuman berkembang
biak.
3. Bilas dengan air hangat dan ulangi sekali lagi sampai yakin bahwa luka benar–benar
bersih. Bila perlu lihat dengan cermin kecil.
4. Setelah luka bersih boleh berendam dalam air hangat dengan menggunakan
tempat rendam khusus. Atau bila tidak bisa melakukan perendaman dengan
air hangat cukup disiram dengan air hangat.
5. Mengenakan pembalut baru yang bersih dan nyaman dan celana dalam yang
bersih dari bahan katun. Jangan mengenakan celana dalam yang bisa
menimbulkan reaksi alergi.
6. Segera mengganti pembalut jika terasa darah penuh, semakin bersih luka jahitan
maka akan semakin cepat sembuh dan kering. Lakukan perawatan yang benar
setiap kali ibu buang air kecil atau saat mandi dan bila mengganti pembalut.
7. Konsumsi makanan bergizi dan berprotein tinggi agar luka jahitan cepat
sembuh. Makanan berprotein ini bisa diperoleh dari telur, ikan, ayam dan
daging, tahu, tempe. Jangan pantang makanan, ibu boleh makan semua makanan
kecuali bila ada riwayat alergi.
8. Luka tidak perlu dikompres obat antiseptik cair tanpa seijin dokter atau bidan.
1
E. Sumber
1. saleha, siti. 2009. Asuhan kebidanan pada masa nifas. Makasar : Salemba
medika
2. Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.
3. Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
F. Kegiatan Penyuluhan
Waktu Tahap Kegiatan
Kegiatan Penyuluh Sasaran
5 menit Pembukaan 1. Membuka pembicaraan. 1. Menjawab salam.
2. Menyampaikan topik dan 2. Mendengarkan penyuluh
tujuan penkes kepada Ny. D menyampaikan topik dan
3. Kontrak waktu untuk tujuan.
kesepakatan pelaksanaan 3. Menyetujui kesepakatan
penkes dengan Ny. D waktu pelaksanaan
penkes.
15 menit Kegiatan 1. Apersepsi pengetahuan Ny. D 1. Menyampaikan
inti tentang materi penyuluhan. pengetahuannya tentang
2. Menjelaskan materi nutrisi ibu post partum
penyuluhan nutrisi ibu post 2. Menyimak penyuluhan
partum 3. Menyampaikan dan
3. Memberikan kesempatan mendemonstrasikan materi
kepada Ny. D untuk yang telah diberikan.
menanyakan hal-hal yang 4. Menanyakan hal-hal yang
belum dimengerti dari materi tidak dimengerti dari materi
yang dijelaskan penyuluh. penyuluhan.
5. Menyimak jawaban dari
pertanyaan yang diajukan.
10 menit Evaluasi 1. Memberikan pertanyaan 1. Menjawab pertanyaan yang
dan kepada Ny. D tentang materi diajukan penyuluh.
yang sudah disampaikan 2. Menyimak penyampaian
penutup penyuluh. kesimpulan.
2. Menyimpulkan materi 3. Mendengarkan penyuluh
penyuluhan yang telah menutup acara dan
disampaikan kepada Ny. D menjawab salam.
3. Menutup acara.
G. Evaluasi
1. Klien mampu menyebutkan defenisi gizi, manfaat dan fungsi gizi pada masa
nifas/menyusui
2. Klien mampu menyebutkan zat-zat apa saja yang dibutuhkan ibu pada masa
nifas/menyusui
1
LAMPIRAN
Sumber Alimul, H. A. A. 2007. Riset keperawatan dan Tekhnik Penulisan Ilmiah.
Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan
Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC. Djuhari, Widjajakusumah. 2003.
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Parakrama, Chandrasoma. 2006.
Ringkasan Patofisiologi Anatomi Edisi 2. Jakarta: EGC.
LAMPIRAN MATERI
yang mengandung tinggi protein, sayuran daun hijau dan buah-buahan setiap
hari.
2. Fungsi gizi
Gizi memiliki beberapa fungsi yang berperan dalam kesehatan tubuh
makhluk hidup, yaitu:
a. Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan/perkembangan serta
mengganti jaringan tubuh yang rusak
b. Memperoleh energi guna melakukan kegiatan sehari-hari atau aktivitas
c. Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air, mineral
dan cairan tubuh yang lain
d. Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit
(protein)
e. Berguna untuk cadangan dalam tubuh
f. Berguna untuk proses ]produksi ASI yang akan dikonsumsi bayi untuk
pertumbuhan dan perkembangan
g. Untuk pemulihan kesehatan ibu setelah melahirkan.
ditingkatkan sampai 3000 ml (susu 1000 ml). Suplemen zat besi dapat diberikan
pada ibu nifas selama 4 minggu pertama setelah kelahiran.
4. Bentuk Makanan Gizi Seimbang Bagi Ibu Nifas
a. Mengkonsumsi makanan tambahan, kurang lebih 500 kalori tiap hari
b. Makan dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, dan mineral
c. Minum sedikitnya 2 liter setiap hari (anjurkan ibu minum setiap kali
menyusui)
d. Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari post partum (Pil zat besi
(sulfas/glukonas ferrosus) untuk menambah zat gizi.
e. Mengkonsumsi vitamin A 200.000 intra unit, agar bisa memberikan vitamin
A kepada anaknya melalui ASI (Air Susu Ibu)-nya.
f. Makan makanan yang tidak merangsang, baik secara termis, mekanis atau
kimia untuk menjaga kelancaran pencernaan
g. Batasi makanan yang berbau keras (tidak terlalu asin, pedas atau berlemak,
tidak mengandung nikotin serta bahan pengawet atau pewarna)
h. Gunakan bahan makanan yang dapat merangsang produksi ASI, misalnya
sayuran hijau.
Zat-zat yang dibutuhkan ibu setelah persalinan antara lain:
a. Kalori Kebutuhan kalori pada masa menyusui sekitar 400-500 kalori.
Wanita dewasa memerlukan 1800 kalori per hari. Sebaiknya ibu nifas
jangan mengurangi kebutuhan kalori, karena akan mengganggu proses
metabolisme tubuh dan menyebabkan ASI rusak.
b. Protein Kebutuhan protein yang dibutuhkan adalah 3 porsi per hari. Satu
protein setara dengan tiga gelas susu, dua butir telur, lima putih telur, 120
gram keju, 1 ¾ gelas yoghurt, 120-140 gram ikan/daging/unggas, 200-240
gram tahu atau 5-6 sendok selai kacang.
c. Kalsium dan vitamin D Kalsium dan vitamin D berguna untuk pembentukan
tulang dan gigi. Kebutuhan kalsium dan vitamin D didapat dari minum susu
rendah kalori atau berjemur di pagi hari. Konsumsi kalsium pada masa
menyusui meningkat menjadi 5 porsi per hari. Satu setara dengan 50-60
gram
1
keju, satu cangkir susu krim, 160 gram ikan salmon, 120 gram ikan sarden,
atau 280 gram tahu kalsium.
d. Magnesium Magnesium dibutuhkan sel tubuh untuk membantu gerak otot,
fungsi syaraf dan memperkuat tulang. Kebutuhan megnesium didapat pada
gandum dan kacang-kacangan.
e. Sayuran hijau dan buah Kebutuhan yang diperlukan sedikitnya tiga porsi
sehari. satu porsi setara dengan 1/8 semangka, 1/4 mangga, ¾ cangkir
brokoli,
½ wortel, ¼-1/2 cangkir sayuran hijau yang telah dimasak, satu tomat.
f. Karbohidrat kompleks Selama menyusui, kebutuhan karbohidrat kompleks
diperlukan enam porsi per hari. Satu porsi setara dengan ½ cangkir nasi, ¼
cangkir jagung pipil, satu porsi sereal, satu iris roti dari bijian utuh, ½ kue
muffin dari bijian utuh, 2-6 biskuit kering atau crackers, ½ cangkir kacang-
kacangan, 2/3 cangkir kacang koro, atau 40 gram mi/pasta dari bijian utuh.
g. Lemak Rata-rata kebutuhan lemak dewasa adalah 41/2 porsi lemak (14 gram
perporsi) perharinya. Satu porsi lemak sama dengan 80 gram keju, tiga
sendok makan kacang tanah atau kenari, empat sendok makan krim,
secangkir es krim, ½ buah alpukat, dua sendok makan selai kacang, 120-140
gram daging tanpa lemak, sembilan kentang goreng, dua iris cake, satu
sendok makan mayones atau mentega, atau dua sendok makan saus salad.
h. Garam Selama periode nifas, hindari konsumsi garam berlebihan. Hindari
makanan asin seperti kacang asin, keripik kentang atau acar.
i. Cairan Konsumsi cairan sebanyak 8 gelas per hari. Minum sedikitnya 2 liter
tiap hari. Kebutuhan akan cairan diperoleh dari air putih, sari buah, susu dan
sup.
j. Vitamin Kebutuhan vitamin selama menyusui sangat dibutuhkan. Vitamin
yang diperlukan antara lain: a. Vitamin A yang berguna bagi kesehatan
kulit, kelenjar serta mata. Vitamin A terdapat dalam telur, hati dan keju.
Jumlah yang dibutuhkan adalah 1,300 mcg. b. Vitamin B6 membantu
penyerapan protein dan meningkatkan fungsi syaraf. Asupan vitamin B6
sebanyak 2,0 mg per hari. Vitamin B6 dapat ditemui di daging, hati, padi-
padian, kacang polong dan kentang. c. Vitamin E berfungsi sebagai
antioksidan,
1
Makanan yang dikonsumsi ibu nifas harus mengandung zat gizi sebagai berikut :
a. Sumber tenaga (energi) Untuk pembakaran tubuh, pembentukan jaringan
baru, penghemat protein (jika sumber tenaga kurang, protein dapat digunakan
sebagai cadangan untuk memenuhi kebutuhan energi). Zat gizi sebagai
sumber karbohidrat terdiri dari beras, sagu, jagung, tepung terigu dan ubi.
Sedangkan zat lemak dapat diperoleh dari hewani(lemak,mentega,keju) dan
nabati (kelapa,sawit, minyak sayur, minyak kepala dan margarine).
b. Sumber pembangun (protein) Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan
penggantian sel-sel yang rusak atau mati. Protein dari makanan harus diubah
menjadi asam amino sebelum diserap oleh sel mukosa usus dan dibawa ke
hati melalui pembuluh darah vena porta. Sumber protein dapat diperoleh dari
protein hewani ( ikan, udang, kerang, kepiting, daging ayam, hati, telur, susu
dan keju ) dan protein nabati ( kacang tanah, kacang merah, kacang hijau,
kedelai, tahu dan tempe ). Sumber protein terlengkap terdapat dalam susu,
telur, keju, ketiga makanan tersebut juga mengandung zat kapur, zat besi dan
vitamin B.
c. Sumber pengatur dan pelindung (Mineral, vitamin dan air) Unsur-unsur
tersebut digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan
pengatur kelancaran metabolisme dalam tubuh. Ibu menyusui minum air
sedikinya 2 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali habis
1
menyusui). Sumber zat pengatur diperoleh dari semua jenis sayuran dan buah-
buahan segar.
d. Ukuran menu nutrisi ibu menyusui dalam sehari Jenis Makanan Usia Bayi 0-6
Bulan Usia Bayi > 6 Bulan Nasi 5 piring 4 piring Ikan 3 potong 2 potong
Tempe 5 potong 4 potong Sayuran 3 mangkuk 3 mangkuk Buah 2 potong 2
potong Gula 5 sendok 5 sendok Susu 1 gelas 1 gelas Air 8 gelas 8 gelas Tabel
Tambahan Makanan Untuk Ibu Menyusui Bahan Makanan Tidak Menyusui
(gr) Menyusui 0 – 6 bulan (gr) Menyusui 7 – 12 bulan (gr) Menyusui 13 – 24
bulan Beras 250 = nasi 500 gr/5 gelas 50 = nasi 100 gr/ 1 gelas 50 50 Protein
hewani 100 (2 potong) 50 (1 potong) 50 50 Telur 50 (1 butir) 50 (1 potong)
50 50 Protein nabati 100 (4 potong) 50 (2 potong) 50 50 Kacang hijau 25 (2,5
sdm) 51 (5 sdm) - - Sayuran 200 (2 gelas) 100 (1 gelas) 100 100 Buah 201 (2
potong) 100 (1 potong) 100 100 Minyak 25 (2,5 sdm) 25 (2,5 sdm) 25 25
Gula 25 (2,5 sdm) 25 (2,5 sdm) 25 25 Susu bubuk 25 (2,5 sdm) 50 (5 sdm) 50
25 Contoh Menu Makanan Ibu Nifas dalam 1 Hari a. Pagi Nasi : 2 sendok
nasi Tempe goreng : 1 potong sedang Telur ceplok : 1 butir Tumis kacang
panjang dan wortel : 1 mangkok kecil Susu : 1 gelas Snak pukul 10.00 WIB
1potong pepaya 1Cangkir teh manis b. Siang Nasi : 2 sendok nasi Semur
daging : 1 potong daging Tahu goreng : 1 bungkus Sayur bubur bayam : 1
mangkok kecil Buah semangka : 1 iris sedang Snak pukul 16.00 WIB 1
potong pisang rebus 1 cangkir teh manis c. Malam Nasi : 2 sendok nasi Pepes
ikan teri : 1 bungkus Perkedel goreng : 1 buah Cah kangkung – taoge : 1
mangkok kecil Snak pukul 21.00-22.00 WIB Susu : 1 gelas Wafer : 1
bungkus
tertelan oleh bayi. Akibatnya bayi dapat menjadi rewel dan sulit tidur,
dikarenakan mereka belum dapat mengeluarkan kafein dari dalam tubuh
sebaik orang dewasa.
b. Coklat
coklat dapat berbahaya bagi bayi yang sedang dalam masa
menyusui. Hal ini diakibatkan karena coklat mengandung kafein yang cukup
tinggi, yaitu antara 5-35 mg dalam setiap 30gram coklat. Hal ini seperti
telah dijelaskan sebelumnya, akan dapat membuat bayi sulit tidur.
c. Makanan Yang Pedas
Hal ini dikarenakan kandungan rasa pedas yang ada di dalam
makanan tersebut, sedikit banyak akan terkonsumsi oleh bayi melalui ASI,
dan akan membuat perut anak menjadi panas (iritasi) dan bahkan dapat
mengakibatkan diare.
d. Overdosis Vitamin C
Kita semua tahu bahwa vitamin C akan dapat membantu untuk
meningkatkan daya tahan tubuh dan juga membantu untuk mempercepat
penyembuhan penyakit. Vitamin C jelas sangat baik untuk tubuh, tidak perlu
diragukan lagi.Tapi jangan sampai memakan vitamin C terlalu banyak,
karena vitamin C cenderung bersifat asam. Vitamin C yang terbawa terlalu
banyak di dalam ASI pada akhirnya akan dapat membuat perut bayi menjadi
perih dan juga membuat sistem pencernaan bayi terkena iritasi.Pada
umumnya, jika tubuh kita kelebihan vitamin C, maka akan dibuang melalui
sistem ekskresi (urin) sehingga secara umum tidak akan berbahaya. Akan
tetapi pada bayi yang masih kecil, sistem pencernaan mereka belum bekerja
dengan baik sehingga kelebihan vitamin C akan tersimpan lama di dalam
tubuh dan menimbulkan efek negatif.Konsumsi vitamin C sewajarnya saja,
sekitar 60 mg / hari, sesuai kebutuhan harian normal. Tidak perlu konsumsi
terlalu banyak, khawatir berefek negatif untuk bayi.
Makanan yang mengandung lemak jenuh dan lemak trans akan dapat
berbahaya bagi perkembangan otak bayi. Hal itu dikarenakan lemak jenuh
dan lemak trans (trans fat) terbukti menghambat produksi omega 3, yang
sangat dibutuhkan oleh perkembangan otak bayi. Hindari makanan
gorengan yang memakai minyak bekas karena mengandung lemak jenuh
yang tinggi. Selain itu, hindari makanan fast food seperti hamburger dan hot
dog karena mengandung lemak trans (trans fat) yang berbahaya.
f. Alkohol & Nikotin
alkohol dan nikotin akan terbawa dalam ASI dan terkonsumsi oleh
bayi.Pada bayi, efek negatif alkohol (minuman keras) dan nikotin (rokok)
akan sangat terasa, di antaranya kecanduan terhadap kedua hal tersebut. Hal
ini akan membuat bayi pusing, lemah, sulit bangun dan juga produksi ASI
pun akan berkurang.
6. Dampak Apabila Ibu Nifas Kurang Gizi.
Dapat terjadi kekurangan nutrisi Yaitu kekurangan intake dari zat-zat
makanan terutama protein dan karbohidrat. Dapat mempengaruhi pertumbuhan,
perkembngan dan kognisi serta dapat memperlambat proses penyembuhan. Tipe-
tipe malnutrisi :
a. Defisiensi Nutrien ; contoh : kurang makan buah dan sayur menyebabkan
kekurangan vitamin C yang dapat mengakibatkan perdarahan pada gusi.
b. Marasmus ; kekurangan protein dan kalori sehingga terjadinya
pembongkaran lemak tubuh dan otot. Gambaran klinis : atropi otot,
menghilangnya lapisan lemak subkutan, kelambatan pertumbuhan, perut
buncit, sangat kurus seperti tulang dibungkus kulit.
c. kekurangan protein karena diet yang kurang protein atau disebabkan karena
protein yang hilang secara fisiologis (misalnya keadaan cidera dan infeksi).
Ciri-cirinya : lemah, apatis, hati membesar, BB turun, atropi otot, anemia
ringan, perubahan pigmentasi pada kulit dan rambut.
1
P1337420514018