Anda di halaman 1dari 98

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN : RESIKO


KETIDAKEFEKTIFAN HUBUNGAN BERHUBUNGAN DENGAN
KETERAMPILAN KOMUNIKASI TIDAK EFEKTIF PADA ANAK
AUTISME

KTI

DisusununtukmemenuhisebagaisyaratmatakuliahTugasAkhir
Pada Program Studi D III KeperawatanPurwokerto

Oleh
ARDI SUGIHARTO
NIM : P1337420214106

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2017
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN : RESIKO


KETIDAKEFEKTIFAN HUBUNGAN BERHUBUNGAN DENGAN
KETERAMPILAN KOMUNIKASI TIDAK EFEKTIF PADA ANAK
AUTISME

KTI

Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir pada
Program Studi D III Keperawatan Purwokerto

ARDI SUGIHARTO
NIM. P1337420214106

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2017

i
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN : RESIKO


KETIDAKEFEKTIFAN HUBUNGAN BERHUBUNGAN DENGAN
KETERAMPILAN KOMUNIKASI TIDAK EFEKTIF PADA ANAK
AUTISME

KTI

Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir pada
Program Studi D III Keperawatan Purwokerto

ARDI SUGIHARTO
NIM. P1337420214106

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2017

ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertandatangan di bawah


ini, nama : Ardi Sugiharto
NIM : P1337420214106

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Laporan Kasus yang saya tulis ini adalah
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil
tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan pengolahan kasus ini
adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Purwokerto, 17 Mei 2017


Yang membuat pernyataan,

Ardi Suguharto
NIM. P1337420214106

iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Laporan kasus oleh Ardi Sugiharto, NIM. P1337420214106 dengan


judul “ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN : RESIKO
KETIDAKEFEKTIFAN HUBUNGAN BERHUBUNGAN DENGAN
KETERAMPILAN KOMUNIKASI TIDAK EFEKTIF PADA ANAK
AUTISME” ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.

Purwokerto, 17 Mei 2017


Pembimbing

Maisje M Kuhu, MPH


NIP. 19630322 198210 2 001

iv
PENGESAHAN

Laporan Kasus oleh Ardi Sugiharto, NIM. P1337420214106, dengan judul


“ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN : RESIKO
KETIDAKEFEKTIFAN HUBUNGAN BERHUBUNGAN DENGAN
KETERAMPILAN KOMUNIKASI TIDAK EFEKTIF PADA ANAK
AUTISME” ini telah dipertahankan didepan dewan penguji pada tanggal 17 Mei
2017.

Dewan Penguji
Dewan Penguji 1 Ketua Penguji ( )
Esti Dwi Widayati, M Kep
NIP. 19720229 199803 2 002

Dewan penguji 2 Anggota Penguji ( )


Ani Kuswati, S kep, Ns.,MH
NIP. 19740323 199803 2 002

Dewan penguji 3 Anggota Penguji ( )


Maisje M Kuhu, MPH
NIP. 19630322 198210 2 001

Mengetahui,
Ketua ProgramStudi D III Keperawatan Purwokerto

Walin, SST, M.Kes


NIP. 19650423 198803 2 002

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT


atas rahmat dan hidayah serta Ridho-Nya sehingga penulis mampu dalam
menyelesaikan tugas akhir laporan kasus yang penulis beri judul “ASUHAN
KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN : RESIKO
KETIDAKEFEKTIFAN HUBUNGAN BERHUBUNGAN DENGAN
KETERAMPILAN KOMUNIKASI TIDAK EFEKTIF PADA ANAK
AUTISME” sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
Dalam penyusunan Laporan Kasus ini penulis menyadari bahwa banyak
kendala yang ditemukan, berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir laporan kasus dengan lancar. Untuk itu
penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada :
1. Kepada Kedua Orang tua dan Keluarga, Terimakasih atas doa yang selalu
dipanjatkan dan dukungan secara moril maupun materil, serta motivasi
yang selalu diberikan
2. Sugiyanto, S.Pd, M.App.Sc, selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Semarang
3. Putrono, S.Kep Ns, M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Semarang
4. Walin, SST, M.kes selaku Ketua Program Studi Keperawatan Purwokerto
5. Sugeng Riyadi, Skep.,Ns.,M.Si selaku Sekertaris Program Studi
Keperawatan Purwokerto
6. Maisje M Kuhu, MPH selaku Dosen Pembimbing dan Penguji 3 yang
banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan Laporan Kasus
sebagai Tugas Akhir dalam menyelesaikan Pendidikan Diploma III
7. Subandiyo, Skep.,Ns.,M Kes , selaku Dosen Pembimbing Akademik
8. Esti Dwi Widayati, M Kep , Selaku Ketua Penguji dan Penguji 1 Laporan
Kasus

vi
9. Ani Kuswati, S kep, Ns.,MH Selaku Penguji 2 Laporan Kasus
10. Teman-teman tingkat 3 C yang senantiasa memberikan motivasi dan
semangat dalam penulisan laporan akhir
11. Seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan laporan
tugas akhir yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari banyak sekali kekurangan dalam penyusunan laporan
kasus ini, maka dari itu masukan dan saran yang besifat membangun diharapkan
oleh penulis untuk menyempurnakan laporan akhir ini. penulis berharap laporan
kasus tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan dan khususnya untuk
Asuhan keperawatan Keluarga Dengan : Resiko Ketidakefektifan Hubungan
Berhubungan dengan Keterampilan Komunikasi Tidak Efektif pada Anak
Autisme.

Purwokerto, 10 Mei 2017

Penulis,

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.................................................................................i

HALAMAN JUDUL....................................................................................ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN


PENULISAN................................................................................................iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................iv

LEMBAR PENGESAHAN......................................................... v

KATAPENGANTAR..................................................................................vi

DAFTAR ISI................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................1

B. Tujuan................................................................................................3

C. Manfaat..............................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Autisme

1. Pengertian.........................................................................................5

2. Jenis-Jenis Autisme..........................................................................5

3. Tipe-Tipe Autisme...........................................................................7

4. Gangguan Pada Autisme..................................................................7

B. Konsep Komunikasi

1. Pengertian.........................................................................................9

viii
2. Komunikasi antar pribadi...............................................................10

3. Karakteristik dari komuniksi...........................................................10

4. Tingkatan komunikasi pada anak autisme......................................11

5. Ciri-ciri komunikasi tidak efektif....................................................13

C. Resiko Ketidakefektifan Hubungan

1. Pengertian..........................................................................................13

2. Perilaku Yang Mempengaruhi Suatu Hubungan.............................14

D. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Resiko Ketidakefektifan


Hubungan Berhubungan Dengan Keterampilan Komunikasi Tidak Efektif
Pada Anak Autisme

1. Pengkajian........................................................................................16

2. Diagnosa Keperawatan......................................................................17

3. Intervensi..........................................................................................17

4. Implementasi....................................................................................19

5. Evaluasi............................................................................................19

BAB III METODA

A. Metoda Penulisan............................................................................20

B. Sampel..............................................................................................20

C. Lokasi..............................................................................................20

D. Teknik Pengumpulan Data..............................................................21

E. Analisis.............................................................................................21

ix
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Pengkajian...................................................................................22
2. Perumusan Diagnosa Keperawatan.............................................24
3. Intervensi.....................................................................................25
4. Implementasi...............................................................................26
5. Evaluasi.......................................................................................27
B. Pembahasan
1. Pengkajian..................................................................................31
2. Perumusan Diagnosa Keperawatan............................................32
3. Intervensi....................................................................................33
4. Implementasi..............................................................................35
5. Evaluasi......................................................................................36

BAB V SIMPULAN DAN HASIL

A. Simpulan...................................................................................40
B. Saran..........................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Asuhan keperawatan keluarga tn. M dengan : resiko


ketidakefektifan hubungan berhubungan dengan
keterampilam komunikasi tidak efektif pada an. I yang
menderita autisme
2. SAP
3. Surat Rekomendasi Penelitian oleh KESBANGPOL
4. Surat Penelitian oleh DINKES
5. Surat Penelitian oleh Puskesmas Purwokerto Selatan

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sugiarmin, (2007) mengatakan bahwa autisme adalah sekumpulan gejala klinis
yang dilatarbelakangi berbagai faktor yang sangat bervariasi, berkaitan satu sama
lain, dan unik karena tidak sama untuk masing-masing kasus. Sugiarmin lebih
lanjut bahwa seseorang anak baru dapat dikatakan termasuk autisme apabila ia
memiliki gangguan perkembangan dalam hal kualitas kemampuan interaksi sosial
dan emosional, komunikasi, dan kemampuan yang kurang dalam minat disertai
gerakan-gerakan berulang tanpa tujuan.
Komunikasi pada anak autisme berbeda dengan komunikasi pada anak normal.
Pada anak autisme, terdapat beberapa hambatan dalam penguasaan bahasa dan
bicara. Kesulitan dalam komunikasi ini dikarenakan pada anak autis mengalami
gangguan dalam berbahasa (verbal dan non verbal) dan pada kenyataanya
penggunaan bahasa sangat berperan penting pada proses komunikasi.
Berkomunikasi dengan anak autisme janganlah berharap si anak akan
memberikan feedback atas apa yang orang sampaikan. Sifat anak autisme yang
cenderung asyik dengan duniannya sendiri dan tidak mengindahkan orang lain
membuat anak seringkali tidak bisa menangkap apa yang orang lain sampaikan
sehingga proses komunikasi tidak bisa berjalan dengan baik karena anak tidak bisa
memberikan tanggapan atas pesan yang di sampaiakan.
Hidayat,(2012) menggatakan dalam kaitannya dengan komunikasi orang tua
dan anak, faktor-faktor yang berperan dalam hubungan antar pribadi adalah
bagaimana anak mempunyai persepsi terhadap orang tua dan kemampuan
menampilkan diri sebagai orang tua yang baik. Terdapat persepsi dan kemampuan

1
2

yang dimaksudkan adalah sebagai berikut : 1. Persepsi anak terhadap orang tua,2.
Kemampuan menjadi orang tua yang baik, 3. Prinsip hubungan antarpribadi.
Hubungan atau ilmu yang membahas tentang interaksi sosial disebut ilmu
sosiologi. Sosiologi membahas tentang tentang proses sosialisasi dimana individu
berperan dalam masyarakat. Suatu sosialisasi dapat berjalan lancar apabila ada
kemauan individu untuk menjadi lebih dekat atau lebih akrab dengan orang lain.
Sosialisasi merupakan proses penciptaan diri individu secara sosial sebagai upaya
untuk mempelajari kebudayaan, nilai, serta peran-peran yang diharapkan.
Keefektifan dalam hubungan antar pribadi ditentukan oleh kemampuan diri
sendiri untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang ingin disampaikan, dapat
menciptakan kesan yang diinginkan, atau dapat mempengaruhiorang lain.
Seseorang dapatmeningkatkan keefektifan dalam hubungan antarpribadidengan
cara berlatih dalam mengungkapkan maksud-maksud yang ingin disampaikan,
menerima umpan balik, dan memodifikasikan tingkah laku hingga seseorangdapat
mempersepsikan apa yang ingin dimaksudkan. (Karningtyas, wiendjiarti, prabowo.
,2009).
Namun, tidak demikian halnya dengan anak autisme. Anak autisme umumnya
sulit untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar karena anak autisme miliki
kesulitan dalam berkomunikasi dan biasanya orang sekitarpun tidak selalu paham
dengan apa yang anak autis inginkan dan maksudkan. Yang mengkaibatkan
ketidakefektifan hubungan dalam keluarga, lingkungan tempat tinggal, dan di
masyarakat.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis tertarik untuk
menyusun Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga
dengan Resiko Ketidakefektifan Hubungan berhubungan dengan Keterampilan
Komunikasi Tidak Efektif pada Anak Autisme”
3

B. Tujuan Penuliasan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan keluarga dengan Resiko
Ketidakefektifan Hubungan berhubungan dengan Keterampilan Komunikasi
Tidakefektif pada Anak Autime di kelurahan Berkoh Rt 5 Rw 3 Kecamatan
Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas
2. Tujuan Khusus
a. Mengambarkan karakteristik respondenyaitu pada kaluarga dengan anak
autisme yang mengalami masalah keperawatan Resiko ketidakefektifan
hubungan berhubungan dengan keterampilan komunikasi tidakefektif
b. Menggambarkan asuhan keperawatan dari yang meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi sampai dengan evaluasi.
c. Menganalisis dan membahas asuhan keperawatan keluarga Resiko

ketidakefektifan hubungan berhubungan dengan keterampilan komunikasi

tidakefektif yang ditentukan pada prosedur keperawatan.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Profesi Keperawatan
Hasil laporan kasus ini di harapkan dapat memberikan maanfaat praktis dalam
dunia keperawatan sebagai panduan pengelolaan asuhan keperawatan
2. Bagi Institutsi Pendidikan Keperawatan
Dijadikan sebagai salah satu sumber refrensi dan sumber pembelajaran dalam
institusi pendidikan kesehatan
3. Bagi Keluarga
Hasil laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dalam peningkatan
pengetahuan tentang menjalin komunikasi yang optimal dan mengerti ciri-ciri
anak dengan gangguan Autisme.
4

4. Bagi Penulis
Laporan kasus ini memberikan pengalaman secara nyata dalam praktek asuhan
keperawatan keluarga resiko ketidakefektifan hubungan berhubungan dengan
keterampilan komunikasi tidakefektif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KonsepAutisme
1. Pengertian Autisme
Autisme menurut istilah ilmiah kedokteran, psikiatri dan psikologi
termasuk gangguan pervasive (pervasive developmental disorders). Secara
khas gangguan yang termasuk dalam kategori ini ditandai dengan distorsi
perkembangan fungsi psikologis dasar majemuk yang meliputi
perkembangan ketrampilan social dan berbahasa, seperti perhatian, persepsi,
daya nilai terhadap realitas, dan gerakan-gerakan motorik. Autisme
merupakan salah satu bentuk gangguan tumbuh kembang, berupa
sekumpulan gejala akibat adanya kelainan syaraf-syaraf tertentu yang
menyebabkan fungsi otak tidak bekerja secara normal sehingga
mempengaruhi tumbuh kembang pada beberapa aspek, yaitu antara lain ;
komunikasi, kemampuan berinteraksi social, dan gerakan motorik baik
kasar maupun halus. Dan gejala-gejala autisme terlihat dari adanya
penyimpangan dari ciri-ciri tumbuh kembang anak secara normal yang
sebaya dengannya (Sunu, 2012).
2. Jenis-Jenis Autisme
Berikut adalah lima jenis autisme menurut Autisme Society of America:
1) Sindrom Asperger
Jenis gangguan ini ditandai dengan defisiensi interaksi sosial dan
kesulitan dalam menerima perubahan rutinitas sehari-hari.Pada sinrom
asperger, kemampuan bahasa tidak terlalu terganggu bila dibandingkan
dengan gangguan lain. Anak yang menderita jenis autisme ini kurang
sensitif terhadap rasa sakit, namun tidak dapat mengatasi paparan suara
keras dan sinar lampu yang tiba-tiba anak dengan sinrom asperger ini

5
6

memiliki kecerdasaan rata-rata atau diatas rata-rata sehingga secara


akademik mampu dan tidak bermasalah.
2) Autistic Disorder
Autistic Disorder disebut sebagai true Autistic atau Chilhood autism
karena sebagian besar berkembang pada tiga tahun awal usia anak.
Pada sebagian besar kasus anak yang terkena autistic disorder tidak
memiliki kemampuan bicara dan hanya bergantung pada komunikasi
non verbal. Kondisi ini mengakibatkan anak menarik diri secara
ekstrim terhadap lingkungan sosialnya dan bersikap acuh tak acuh.
Anak tidak emnunjukan kasih sayang atau kemauan untuk membangun
komunikasi.
3) Pervasif Developmental Disorde
Autisme jenis ini meliputi berbagai jenis gangguan dan tidak spesifik
terhadap satu gangguan. Tingkat keparahan mulai dari yang ringan
sampai ketidakmampuan yang ekstrim umumnya didiagnosis dalam 5
tahun usia pertama anak. Pada gangguan ini, keterampilan verbal dan
non verbal efektif terbatas sehingga anak kurang bisa berkomunikasi.
4) Chilhood Disintegrative Disorder
Gejala gangguan ini muncul ketika seorang anak berusia antara 3-4
tahun. Pada dua tahun awal, perkembangan anak nampak normal yang
kemudian terjadi regresi mendadak dalam komunikasi, bahasa, sosial,
dan keterampilan motorik. Anak menjadi kehilangan semuan
keterampilan yang dia peroleh sebelumnya dan mulai menarik diri dari
lingkungan sosial.
5) Reet syndrome
Rett syndrome relatif jarang ditemukan dan sering keliru didiagnosis
sebagai autisme. Sindrom ini mempengaruhi perempuan dewasa atau
anak perempuan yang ditandai oleh pertumbuhan kepala yang
abnormal. Rett syndrome disebabkan oleh mutasi pada urutan sebuah
gen tunggal. Gejala awal yang teramati diantaranya kehilangan kontrol
7

otot yang menyebabkan msalah dalam berjalan dan mengontrol


gerakan mata. Keterampilan motorik terhambat dan mengganggu
setiap gerakan tubuh. Mengarah keperkembangan stereotip serta
gerakan tangan dan kaki yang berulang.
3. Tipe-Tipe Autisme
Menurut DSM V ada 3 tipe autis:
1) Gangguan autis (disebut juga autis klasik). Gangguan ini adalah apa
yang banyak orang pikirkan ketika mendengar kata autis. Orang
dengan autis biasanya mempunyai hambatan berbicara yang
signifikan, sosial, dan komunikasi, serta perilaku dan ketertarikan
yang tidak biasa. Banyak orang dengan gangguan autis mempunyai.
ketidakmampuan secara intelektual. Sindrom asperger. Orang
dengan.
2) sindrom asperger biasanya mempunyai beberapa gejala yang lebih
ringan dari gangguan autis. Mereka tidak mempunyai masalah
dengan bahasa dan cenderung memiliki kemampuan intelektual yang
baik. Mereka mungkin mempunyai masalah sosial dan perilaku, serta
ketertarikan yang tidak biasa.
3) Gangguan pervasif tidak ditentukan (PDD-NOS, disebut juga autis
tidak khas).
4. Gangguan- gangguan pada anak autisme
Menurut Yatim (2007), gangguan yang dialami anak autismeadalah :
1) Gangguan dalam berkomunikasi verbal maupun non verbal
Gangguan dalam berkomunikasi verbal maupun non verbal meliputi
kemampuan berbahasa dan keterlambatan, atau samasekali tidak dapat
berbicara. Menggunakan kata-kata tanpa menghubungkannya dengan
arti yang lazim digunakan.Berkomunikasi dengan bahasa tubuh, dan
hanya dapatberkomunikasi dalam waktu singkat. Kata-katanya tidak
dapatdimengerti orang lain (bahasa planet). Tidak mengerti atau tidak
menggunakan kata-kata dalam konteks yang sesuai. Meniru atau
8

membeo (Ekolalia), menirukan kata, kalimat atau lagu tanpa tahu


artinya.
2) Gangguan dalam bidang interaksi sosial
Gangguan dalam bidang interaksi sosial meliputi gangguan menolak
atau menghindar untuk bertatap muka. Tidak menolehbila dipanggil,
sehingga sering diduga tuli. Merasa tidak senangatau menolak bila
dipeluk. Bila menginginkan sesuatu ia akan menarik tangan orang
yang terdekat dan berharap orang tersebutmelakukan sesuatu
untuknya. Ketika bermain, ia selalu menjauhbila didekati.
3) Gangguan dalam bermain
Gangguan dalam bermain di antaranya ialah bermain sangat monoton
dan aneh, misalnya mengamati terus menerus dalamjangka waktu
yang lama sebuah botol minyak. Ada kelekatan dengan benda tertentu,
seperti kertas, gambar, kartu, atau guling,terus dipegang kemana saja
ia pergi. Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya. Lebih
menyukai benda-benda seperti botol,gelang karet, baterai, atau benda
lainnya. Tidak spontan, reflex,dan tidak dapat berimajinasi dalam
bermain. Tidak dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat
memulai permainan yang bersifat pura-pura. Sering memperhatikan
jari-jarinya sendiri, kipasangin yang berputar, atau angin yang
bergerak.
4) Perilaku yang ritualistic
Perilaku yang ritualistic sering terjadi sulit mengubah rutinitas sehari-
hari, misalnya bila bermain harus melakukan urut-urutan tertentu, bila
berpergian harus melalui rute yang sama. Gangguan perilaku dapat
dilihat dari gejala sering dianggap sebagai anakyang senang kerapian,
harus menempatkan barang tertentu pada tempatnya.
5) Hiperaktif Anak dapat terlihat hiperaktif,
misalnya mengulang suatu gerakan tertentu (menggerakkan tangannya
seperti burung terbang). Ia juga sering menyakiti diri sendiri, seperti
9

memukul kepala atau membenturkan kepala di dinding (walaupun


tidak semua anak autisseperti itu). Namun terkadang menjadi pasif
(pendiam), duduk diam, bengong dengan tatapan mata kosong. Marah
tanpa alasan yang masuk akal. Sangat menaruh perhatian pada suatu
benda, ide,aktifitas, ataupun orang.
6) Gangguan perasaan dan emosi
Gangguan perasaan dan emosi dapat dilihat ketika ia tertawa-tawa
sendiri, menangis, atau marah tanpa sebab yang nyata. Sering
mengamuk tak terkendali, terutama bila tidak mendapatkan sesuatu
yang diinginkan.
7) Gangguan dalam persepsi sensoris
Gangguan dalam persepsi sensoris meliputi perasaan sensitive
terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa (lidah),
dari mulai ringan sampai berat, menggigit, menjilat, atau mencium
mainan atau benda apa saja. Bila mendengar suara keras, ia akan
menutup telinga. Menangis setiap kali dicuci rambutnya. Merasa tidak
nyaman bila diberi pakaian tertentu. Bila digendong sering merosot
atau melepaskan diri dari pelukan.

B. Konsep Komunikasi
1. Pengertian
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari
latin communis yang berarti “sama”. Istilah communis ini adalah istilah yang
paling sering disebut sebagai asal-usul komunikasi yang merupakan akar dari
kata-kata latin lainnya yang mirip (Robiah, 2010).
BKKBN, 2012 mengatakan Komunikasi adalah suatu proses pertukaran
dan penyampaian informasi, sikap, pikiranatau perasaan melalui bahasa,
pembicaraan, pendengaran, gerak tubuh atau ungkapan emosi. Komunikasi dapat
efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh
10

pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima


pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2007).
2. komunikasi antar pribadi memiliki lima kriteria (Sendjaja, 2007):
1. Dalam komunikasi antar pribadi ada dua orang atau lebih yang menganggap
kehadiran satu sama lainnya dalam kedekatan fisik;
2. Komunikasi antar pribadi mengandung saling ketergantungan
berkomunikasi
3. Komunikasi antar pribadi mengandung suatu pertukaran pesan;
4. Dasar interaksinya tatap muka, sehingga semua indera dimungkinkan untuk
digunakan
5. Komunikasi antar pribadi memiliki cakupan yang luas, dengan beberapa
aturan yang mengatur jumlah, bentuk, atau isi pesan.
3. Dalam usaha pencapaian dasar dari hubungan-hubungan yang dilakukan
seseorang. Devito menguraikan ciri karakteristik dari komunikasi antar
pribadi sebagai berikut :
1. Adanya pesan yang disampaikan oleh si penerima pesan termasuk di
dalamnya pesan verbal dan non verbal;
2. Dalam prosesnya melibatkan sekelompok orang;
3. Terjadi penerimaan pesan oleh pihak lain;
4. Adanya efek, apabila terjadi keterlibatan komunikasi antar pribadi, tentu
akan terjadi beberapa efek. Apakah efek itu berupa persetujuan total atau
ketidaksetujuan total. Umpan balik adalah pesan yang dikirim kembali
oleh si penerima, baik secara sengaja maupun tidak.
4. Tingkatan komunikasi pada anak autisme
Menurut Yatim. 2007 mengatakan ada empat tingkatan komunikasi pada
anak autis, yang tergantung dari kemampuan berinteraksi, cara berkomunikasi,
dan pengertian anak itu sendiri. Keempat tahap tersebut adalah “The Own
Agenda Stage”, “The Requester Stage”, “The Early Communicator Stage” dan
“The Partner Stage”.
11

Pada tahap pertama (The Own Agenda Stage) anak biasanya merasa tidak
bergantung pada orang lain, ingin melakukan sesuatu sendiri. Anak kurang
berinteraksi dengan orang tua dan hampir tidak pernah berinteraksi dengan anak
lain. Anak juga melihat atau meraih benda yang dia mau. Anak tidak
berkomunikasi dengan orang lain dan bermain dengan cara yang tidak lazim.
Anak juga membuat suara untuk menenangkan diri, menangis atau menjerit
untuk menyatakan protes. Anak suka tersenyum dan tertawa sendiri. Anak pada
tahap ini hampir tidak mengerti kata-kata yang kita ucapkan.
Pada tahap kedua (The Requester Stage), anak mulai dapat berinteraksi
walaupun dengan singkat. Anak menggunakan suara atau mengulang bebeapa
kata untuk menenangkan diri atau memfokuskan diri. Anak meraih yang dia mau
atau menarik tangan orang lain bila menginginkan sesuatu. Anak meraih yang
dia mau atau menarik tangan orang lain bila menginginkan sesuatu. Apabila
anak diajak bermain yang melibatkan kontak fisik, anak bisa meminta anda
untuk meneruskan permainan fisik dengan melakukan kontak mata, msenyum,
gerak tubuh atau suara.Anak kadang-kadang mengerti perintah keluarga dan
tahap-tahap kegiatan rutin di keluarga.
Pada tahap ketiga (The Early Communicator Stage) anak dapat
berinteraksi dengan orang tua dan orang yang dikenal. Anak ingin mengulang
permainan dan bisa bermain dalam jangka waktu lama. Anak meminta anda
meneruskan permainan fisik yang disukai dengan menggunakan gerakan yang
sama, suara, dan kata setiap anda main. Kadang-kadang anak meminta atau
merespon dengan mengulang apa yang anda katakan (echolali).
Anak juga dapat meminta sesuatu dengan menggunakan gambar, gerak
tubuh, atau kata. Anak mulai dapat memprotes atau menolak sesuatu dengan
menggunakan gerak, suara, kata yang sama. Anak pada tahap ini dapat mengerti
kalimat sederhana atau kalimat yang sering digunakan, mengerti nama benda
atau nama orang yang sehari-hari ditemui, dapat mengatakan “hai” dan “dadah”,
dapat menjawab pertanyaan dengan mengatakan ya/tidak, dan dapat menjawab
pertanyaan ‘apa itu?”
12

Pada tahap yang paling tinggi yaitu “The Partner Stage”, anak dapat
berinteraksi lebih lama dengan orang lain dan dapat bermain dengan anak lain.
Anak juga sudah dapat menggunakan kata-kata atau metode lain dalam
berkomunikasi untuk meminta protes, setuju, menarik perhatian sesuatu,
bertanya dan menjawab sesuatu. Anak juga dapat mulai menggunakan katakata
atau metode lain untuk berbicara mengenai waktu lampau dan yang akan datang,
menyatakan keinginannya dan meminta sesuatu. Anak pada tahap ini sudah
dapat membuat kalimat sendiri dan melakukan percakapan pendek. Kadang-
kadang anak mengulanginya membetulkan apa yang dikatakannya ketika orang
lain tidak mengerti. Anak pada tahap ini sudah lebih banyak mengerti
perbendaharaan kata-kata.
Tetapi pada tahap Partner Stage ini, anak masih punya kesulitan dalam
berkomunikasi. Umpamanya anak berhenti bermain dengan anak lain bila tidak
mengetahui apa yang harus dilakukan, seperti dalam pemainan imajiner yang
mengandung banyak pembicaraan atau bermain pura-pura. Anak juga akan
menggunakan echolali (menirukan perkataan orang lain) bila dia tidak mengerti
perkataan orang lain atau bila dia tidak dapat membuat kalimat.
Anak pada tahap akhir ini masih mengalami kesulitan dalam mengikuti
percakapan. Cara mengatasi kesulitan ini adalah dengan merespon orang dengan
berinisiatif bercakap-cakap sendiri, berusaha bercakap-cakap dengan topik yang
disukai. Anak mungkin melakukan kesalahan tata bahasa terutama kata ganti,
sepeti kamu, saya, dia. Anak akan bingung bila percakapan terlalu rumit atau
orang tidak berkata langsung padanya.
Anak juga dapat mengalami kesulitan dengan aturan percakapan. Anak
tidak tahu bagaimana memulai dan mengakhiri percakapan, tidak mendengar
perkataan orang lain, tidak bisa fokus pada satu topik, tidak berusaha
mengklarifikasi perkataan yang tidak dimengerti orang dan memberi terlalu
sedikit detail atau terlalu banyak detail. Anak mungkin tidak paham isyarat
sosial yang diberikan orang lain melalui ekspresi wajah atau bahasa tubuh dan
tidak mengerti humor atau permainan kata-kata.
13

5. Ciri-ciri komunikasi yang tidak efektif, antara lain dapat dilihat dari beberapa
indikasi-indikasi berikut ini:

1. Komunikasi dilakukan terlalu bertele-tele.


2. Komunikator mengkomunikasikan pesannya dengan tidak percaya diri
(malu-malu).
3. Pesan / Informasi disampaikan dengan cara yang tidak simpatik (misalnya:
dengan marah-marah).
4. Pembicaraan yang dilakukan tidak jelas dan tidak fokus pada pesan yang
ingin disampaikan.
5. Komunikasi yang dilakukan berlangsung satu arah. Tidak ada interaksi
dengan komunikan. Apa yang dibicarakan tidak nyambung dengan topik yang
ingin disampaikan. ( di kutip dalam listonforindonesia.blogspot.co.id)

C. Resiko Ketidakefektifan Hubungan


Menurut Morhead, Maas dan Swanson,(2016) mengatakan Resiko
Ketidakefektifan Hubungan ialah resiko pola kemitraan mutual yang tidak
adekuat untuk saling memenuhi kebutuhan.
A. Pengertian Hubungan
Hubungan atau ilmu yang membahas tentang interaksi sosial
disebut ilmu sosiologi. Sosiologi membahas tentang tentang proses
sosialisasi dimana individu berperan dalam masyarakat. Suatu
sosialisasi dapat berjalan lancar apabila ada kemauan individu untuk
menjadi lebih dekat atau lebih akrab dengan orang lain. Sosialisasi
merupakan proses penciptaan diri individu secara sosial sebagai
upaya untuk mempelajari kebudayaan, nilai, serta peran-peran yang
diharapkan.
B. Persepsi dan Kemampuan dalam Hubungan Efektif
Hidayat (2012:97) dalam kaitannya dengan komunikasi orang tua
dan anak, faktor-faktor yang berperan dalam hubungan antarpribadi
14

adalah bagaimana anak mempunyai persepsi terhadap orang tua dan


kemampuan menampilkan diri sebagai orang tua yang baik. Terdapat
persepsi dan kemampuan yang dimaksudkan adalah sebagai berikut :
1. Persepsi anak terhadap orang tua.
2. Kemampuan menjadi orang tua yang baik.
3. Prinsip hubungan antarpribadi.

Keefektifan dalam hubungan antarpribadi ditentukan oleh


kemampuan diri sendiri untuk mengkomunikasikan secara jelas apa
yang ingin disampaikan, dapat menciptakan kesan yang diinginkan,
atau dapat mempengaruhiorang lain. Seseorang dapat meningkatkan
keefektifan dalam hubungan antarpribadidengan cara berlatih dalam
mengungkapkan maksud-maksud yang ingin disampaikan, menerima
umpan balik, dan memodifikasikan tingkah laku hingga
seseorangdapat mempersepsikan apa yang ingin dimaksudkan
(Supratiknya, 1995 : 24).

C. Menurut Handojo (2004), beberapa karekteristik dari perilaku


autisme pada anak-anak yang mempengaruhi suatu hubungan dalam
keluarga dan lingkungan antara lain :
1. Bahasa/ komunikasi
a. Ekspresi wajah yang datar
b. Tidak menggunakan bahasa /isyarat tubuh
c. Jarang memaulai dengan komunikasi
d. Tidak meniru aksi atau suara
e. Bicara sedikit, atau tidak ada
f. Intonasi atau ritme vokal yang aneh
g. Tampak Tidak mengerti arti kata
h. Mengerti dan menggunakan kata secara terbatas
2. Hubungan dengan orang
15

a. Tidak responsif
b. Tidak ada senyum sosial
c. Tidak berkomunikasi dengan mata
d. Kontak mata terbatas
e. Tampak asyik bila dibiarkan sendiri
f. Tidak melakukan permainan giliran
g. Menggunakan tangan orang dewasa sebagai alat
3. Hubungan dengan lingkungan
a. Bermain refetitif (diulang-ulang)
b. Marah atau tidak menghendaki perubahan-perubahan
c. Berkembangnya rutinitas yang kaku
d. Memperlihatkan ketertarikan yang sangat tak fleksibel
4. Respon terhadap indera/ sensoris
a. Kadang panik terhadap suara-suara tertentu
b. Sangat sensitif terhadap suara
c. Bermain-main dengan cahaya dan pantulan
d. Memainkan jari-jari di depan mata
e. Menarik diri ketika disentuh
f. Tertarik pada pola dan tekstur tertentu
g. Sangat interaktif atau hiperaktif
h. Seringkali memutar-mutar, membentur-bentur kepala,
menggingit pergelangan
i. Melompat-lompat atau mengepak-ngepakan tangan
j. Tahan atau berespon aneh terhadap nyeri
5. Kesenjangan perkembangan perilaku
a. Kemampuan mungkin sangat baik atau sangat terlambat
b.Mempelajari keterampilan diluar urutan normal, misalnya
membaca
tapi tak mengerti arti
c. Menggambar secara rinci tapi tidak dapat mengancing baju
16

d. Pintar mengerjakan puzzle, peg, tapi amat sukar mengikuti


perintah
e. Berjalan pada usia normal, tetapi tidak berkomunikasi
f. Lancar membeo suara, tetapi sulit berbicara dari diri sendiri
g. Suatu waktu dapat melakukan sesuatu, tapi tidak di lain waktu

D. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Resiko Ketidakefektifan


Hubungan Berhubungan dengan Ketrampilan Komunikasi Tidakefektif
pada Anak Autisme
1. Pengkajian Keluarga dengan Anak Autisme
Pengkajian pada pasien dengan resiko ketidakefektifan hubungan pada
autisme dilakukan dengan cara melakukan anamnesa, pengamatan, dan
difokuskan pada pengkajian 5 fungsi keluarga yaitu yang pertama sejauh
mana keluarga dalam mengenal gangguan kesehatan anggota keluarganya
yang mengalami resiko ketidakefektifan hubungan pada penyakit autisme,
yang kedua kemampuan mengambil keputusan, yang ketiga kemampuan
merawat anggota keluarga yang mengalami resiko ketidakefektifan
hubungan pada penyakit autisme, yang keempat sejauh mana keluarga dapat
memelihara lingkungan yang bersih dan sehat dan yang kelima kemampuan
keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan di masyarakat.

Menurut Buleckhek, Butcher, Dochterman, Dan Wagner, 2015


menyatakan bahwa Pengkajian resiko ketidakefektifan hubungan dapat
dilakukan dengan melihat batasan karakteristik dari diagnosa resiko
ketidakefektifan hubungan yang meliputi : Bantu pasien untuk
mengidentifikasi kemungkinan tindakan dan konsekuensi dari hubungan
interpersonal/sosial, Bantu keluarga dan pasein untuk mengidentifikasi hasil
yang di inginkan dalam suatu hubungan interpersonal atau situasi yang
problematik, Bantu pasien dalam pengambilan keputusan untuk mengatasi
resiko ketidakefektifan hubungan pada autisme. Berdasarkan batasan resiko
17

ketidakefektifan hubungan di atas dapat dilakukan pengkajian dengan


memberikan pertanyaan sebagai berikut :”Apakah pasien dalam
berkomunikasi mengalami kesulitan?”, “Bagaimana kelurga mengatasi
kesuliatan dalam berkomunikasi?”, “Apakah dalam berkomuniaksi pasien
beresiko menimbulkan resiko ketidakefektifan hubungan didalam kelurga?”,
dan “apakah pasein sudah menerima perawatan untuk penyembuhan
penyakit autismenya?”

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Harmoko (2012), diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan
berdasarkan data yang didapatkan pada pengkajian. Komponen diagnosa
keperawatan meliputi problem atau masalah,dan sign atau tanda yang
selanjutnya dikenal dengan PES (Problem, Etiologi dan Sign).
Tipologi dari diagnose keperawatan adalah diagnosa aktual ditandai
dengan adanya gangguan kesehatan, diagnosa resiko yaitu terlihat adanya
tanda gejala namun belum terjadi gangguan kesehatan dan diagnosa
potensial atau keadaan keluarga dalam sejahtera (Harmoko, 2012).
Hasil anamnesia pada keluarga dengan salah satu anaknya mengidap
autisme dapat di peroleh data masalah ketidakefektifan hubungan yang
mengacu pada batasan karakteristik diagnosa tersebut oleh karena itu timbul
masalahmasalah ketidakefektifan hubungan pada pasien autisme.
3. Perencanaan
Intervensi keperawatan Resiko ketidakefektifan hubungan dengan anak
autisme Menurut NOC (Nursing Outcome Classification) dalam Moorhead,
Johnson, Maas dan Swanson (2015) adalah hubungan caregive- pasien yaitu
tindakan personal untuk mempertahankan atau meningkatkan komunikasi
efektif. Dan intervensi menurut NIC (Nursing Intervention Classification)
dalam Bulechek, Butcher, Dochterman dan Wagner (2015), dari diagnosa
ketidakefektifan hubungan dengan anak autisme sebagai berikut :
18

a. NIC : Terapi
keluarga Intervensi :
1) Tentukan komunikasi dalam keluarga
2) Identifikasi bagaimana keluarga menyelesaikan masalah
3) Identifikasi kekuatan atau sumber keluarga
4) Identifikasi peran yang biasa dalam keluarga
5) Bantu anggota keluarga berkomunikasi lebih efektif
b. NIC : Dukungan Keluarga
Intervensi :
1) Tentukan komunikasi dalam keluarga
2) Identifikasi bagaimana keluarga menyelesaikan masalah
3) Identifikasi kekuatan atau sumber keluarga
4) Identifikasi peran yang biasa dalam keluarga
5) Bantu anggota keluarga berkomunikasi lebih efektif
c. NIC : Peningkatan Kecakapan
Hidup Intervensi :
Bina hubungan baik dengan menggunakan empati, kehangatan,
spontanitas, pengaturan, kesabaran, dan ketekunan.
1) Pertimbangkan kebutuhan pembelajaraan keterampilan hidup pasien,
keluarga, kelompok, atau komunitas.
2) Pertimbangkan tingkat pendidikan.
d. NIC : Peningkatan
Peran Intervensi :
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi peran yang biasanya dalam
keluarga
2) Bantu pasien untuk mengindentifikasi periodetransisi peran pada
keseluruhan rentan kehidupan.
3) Bantu pasien untuk mengidentifikasi ketidak cakupan peran.
4) Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku yang di
perlukan untuk mengembangkan peran
19

e. NIC : Peningkatan Sistem


Dukungan Intervensi :
1) Tentukan kecukupan dari jaringan sosial yang ada.
2) Anjurkan pasien untuk berpartisipapsi dalam kegiatan sosial dan
masyarakat
3) Anjurkan hubungan dengan orang-orang yang memiliki minat dan
tujuan yang sama.
4. Implementasi
Menurut Harmoko (2012), implementasi atau pelaksanaan merupakan
salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga dimana perawat
mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga dalam
mengadakan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat. Mencangkup antara
lain :
a. Menstimulasi kesehatan atau penerimaan keluarga mengenai kebutuhan
kesehatan.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit.
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan
menjadi sehat.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan.
5. Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap penilaian
diberikan untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak atau belum berhasil, maka
perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin
tidak dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan ke keluarga. Oleh karena itu,
kunjungan dapat dilakukan secara bertahap susuai dengan waktu dan
ketersediaan keluarga (Harmoko, 2012).
BAB III
METODE

A. Metode Penulisan
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan asuhan keperrawatan
keluarga Resiko Ketidakefektifan hubungan berhubungan dengan
ketrerampilan komunikasi tidak efektif pada anak autisme adalah
menggunakan metode deskriptif. Menurut Arwani, dkk, (2016) menjelaskan
bahwa metode deskriptif adalah metode yang menggambarkan hasil asuhan
keperawatan dengan memfokuskan pada salah satu masalah penting dalam
kasus disertai analisis sederhana.

B. Sampel
Sampel adalah suatu penelitian yang mengambil suatu objek yang diteliti,
yang dapat diambil sebagai objek yang dimiliki oleh populasi (Notoatmodjo,
2012 dalam Setiawan, 2016). Pengambilan sampel dalam laporan kasus ini
dilakukan dengan cara convensiensi sampling method (Non-Probeliti
sampling technicqui) dimana sampel dipilih karena kemudahan atau
keinginan penulis.

Kriteria sampel dalam penulisan karyatulis ini keluarga Tn. M yang


memiliki anak dengan autisme terdapat masalah dalam keterampilan
komunikasi yang menyebabkan resiko ketidakefektifan hubungan.

C. Lokasi
Lokasi pengambilan yang akan digunakan penulis dalam pembuatan
laporan kasus adalah di Rt 5 Rw 3 Kelurahan Berkoh Kecamatan Purwokerto
Selatan Kabupaten Banyumas. Waktu yang akan digunakan dalam
pengelolaan asuhan keperawatan pada bulan April 2017.

20
21

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang akan digunakan oleh penulis dalam
pembuatan laporan kasus adalah wawancara dan pengamatan. Wawancara
adalah metode dalam pengumpulan data dengan mewawancarai secara
langsung dari responden yang diteliti, sedangkan pengamatan adalah cara
melakukan pengumpulan data penelitian dengan pengamatan secara langsung
kepada responden yang dilakukan penelitian unuk mencari perubahan atau
hal-hal yang akan diteliti (Hidayat, 2010).

Selain menggunakan wawancara penulis dalam pengumpulan laporan


kasus menggunakan skiring atau pemeriksaan perkembangan anak
menggunakan kuesioner pra skiring perkembangan (KPSP). Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan adalah suatu daftar pertanyaan singkat yang
ditujukan kepada para orang tua dan dipergunakan sebagai alat untuk
melakukan skrining pendahuluan perkembangan anak usia 3 bulan sampai
dengan 6 tahun atau 72 bulan. Bagi tiap golongan umur terdapat 10
pertanyaan untuk orang tua atau pengasuh anak. Untuk memudahkan,
selanjutnya Kuesioner Pra Skrining Perkembangan disebut KPSP.

E. Analisa
Analisa data adalah bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan
pokok penulisan, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan penulis tentang
suatu enomena (nursalam, 2009 dalam Setiawan, Arief, Eri.,2016).
Proses analisa data dalam penulisan laporan kasus ini hasil telaah dari
proses pengelolaan keperawatan keluarga reiko ketidakefektifan hubungan
berhubungan dengan keterampilan komunikasi tidak efektif pada anak
autisme yang meliputi pengkajian, perumusan masaha. Diagnosa, dan
evaluasi yang di buat dengan kalimat sederhana.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini Penulis akan melaporkan hasil dan pembahasan mengenai
asuhan keperawatan keluarga Keluarga Tn.M dengan : Resiko
Ketidakefektifan Hubungan Berhubungan Dengan Keterampilan Komunikasi
Tidak Efektif Pada An. I dengan Autisme di RT 05 RW 03 Kelurahan
Berkoh, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas. Pengelolaan
keperawatan dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan keluarga yaitu
tahap pengkajian, perumusan masalah, perumusan diagnosa keperawatan,
penentuan prioritas masalah, perencanaan keperawatan, pelaksanaan
keperawatan, dan evaluasi keperawatan yang dilakukan selama lima kali
kunjungan yaitu pada tanggal 29 April – 4 Mei 2017. Pada tanggal 29 April
2017 penulis melakukan ( BHSP ) membina hubungan saling percaya &
pengkajian terhadap keluarga Tn. M, dalam pengambilan data, penulis
menggunakan metode wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. Pada
tanggal 01 Mei 2017 sampai 04 Mei 2017 penulis melakukan implementasi
sesuai tindakan keperawatan yang telah di rencanakan. Selanjutnya penulis
melakukan evaluasi terhadap apa yang telah penulis implementasikan kepada
keluarga Tn. M, evaluasi tindakan keperawatan di lakukan pada tanggal 04
Mei 2017.

A. Hasil

Penulis akan memaparkan hasil laporan kasus pada An. I di RT 05 RW


03 Kelurahan Berkoh, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas.

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada keluarga Tn. M dengan fokus utama resiko


ketidakeektifan hubungan pada An. I yang mengalami Keterampilan
Komunikasi Tidak Efektif pada Anak Autisme pada hari Sabtu, tanggal 29
April 2017, pukul 11.00 WIB. Pengkajian dilakukan Rumah Tn. M, Keluarga

22
23

Tn. M merupakan keluarga keluarga kecil yang terdiri dari empat anggota
keluarga. An. I adalah anak sulung dari dua bersodara berumur 5 Tahun 7
Bulan, bersekolah di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sudah dua tahun
belum ada kemajuan dalam komunikasi dan berinterkasi dengan temannya di
PAUD dan beralamat di RT 05 RW 03 Kelurahan Berkoh Kecamatan
Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas. Semua keluarga Tn. M beragama
Islam dan berasal dari suku Jawa, Bangsa Indonesia dan tidak ada tradisi dari
sukunya yang bertentangan dengan kesehatan. Secara umum ekonomi
keluarga tergolong kecukupan, pendapatan Tn. M Rp 2.000.000 per bulan.
Penghasilan yang ada cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan
untuk membiayai biaya pendidikan kedua anaknya yang masih menempuh
pendidikan paud dan membiyayai Pengobatan An. I.

Tn. M mengatakan bahwa An. I mengalami keterlambatan berpicara,


tidak mau diam, dan sulit untuk di ajak berinteraksi. Tn. M merasa sedih
dengan kondisi An. I yang mengalami autisme karena ketidak tahuan tentang
autisme. Yang disebabkan kurangnya pengetahuan tentang autisme dan
kebingungan bagaimana cara menanganinya. Dalam pemeriksaan KPSP (
Kuesioner Pra Skiring Perkembangan ) pada An. I didapatkan bahwa An. I
pada tahapan perkembangan terjadi penyimpangan pada Gerak Kasar,
berbicara dan bahasa, setra sosialisasi dan kemandirian .

Pengkajian lima tugas keluarga di dapatkan beberapa masalah. Pertama,


ketidakmampuan mengenal masalah kesehatan, ditandai dengan keluarga
mengatakan merasa sedih dengan kondisi An. I yang mengalami Autisme
karena ketidak tahuan tentang Autisme. Kedua, ketidakmampuan keluarga
mengambil keputusan tindakan yang tepat, ditandai dengan Tn. M merasa
bingung apa yang harus dilakukan untuk memilih terapi yang tepat pada An.
I. Ketiga, ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
sakit, ditandai dengan Tn.M mengatakan belum memahami tentang
bagaimana cara penanganan anak dengan autisme. Keempat,
Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan, ditandai dengan
24

penataan rumahnya yang sudah rapi dan juga selalu memperhatikan


keamanan dalam menaruh benda pecah belah untuk meminimalisasikan
terjadinya cidera dengan kondisi An. I. Kelima, ketidakmampuan keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, ditandai dengan Tn. M belum
melakukan perawatan atau terapi yang tepat untuk penyembuhan An. I
dengan Autisme.

2. Perumusan Diagnosa Keperawatan

Asuhan keperawatan keluarga yang penulis lakukan, didapatkan masalah


keperawatan Keluarga Tn.M dengan : Resiko Ketidakefektifan Hubungan
berhubungan dengan Keterampilan Komunikasi Tidak Efektif Pada An. I
yaitu pengambilan data tersebut berdasarkan data subjektif dan objektif yang
di temukan oleh penulis.

Data subjektif yang didapatkan yaitu Tn. M mengatakan bahwa An. I


mengalami keterlambatan berpicara, tidak mau diam, dan sulit untuk di ajak
berinteraksi. Tn. M merasa sedih dengan kondisi An. I yang mengalami
autisme karena ketidaktahuan tentang autisme. Dan belum memiliki
pengetahuan yang banyak mengenai Autisme dan bagaimana cara
penanganannya sehingga belum memberikan perawatan atau terapi yang tepat
ke pelayanan kesehatan, serta kebingungan untuk memberikan perawatan atau
terapi paling dasar untuk terapi di rumah untuk melatih komunkasi sehari –
sehari dan berinterkasi.
25

3. Intervensi

Intervensi keperawatan keluarga disusun berdasarkan diagnosa


keperawatan yang diperoleh yaitu Resiko Ketidakefektifan Hubungan
Berhubungan Dengan Keterampilan Komunikasi Tidak Efektif.

Tujuan Umum : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama lima kali


pertemuan diharapkan, Resiko Ketidakefektifan Hubungan Berhubungan
Dengan Keterampilan Komunikasi Tidak Efektif hal ini dibuktikan dengan
indikator Menurut NOC (Nursing Outcome Classification) dalam Moorhead,
Johnson, Maas dan Swanson (2015) adalah hubungan caregive- pasien yaitu
tindakan personal untuk mempertahankan atau meningkatkan komunikasi
efektif.

Tujuan khusus I : setelah dilakukan implementasi keperawatan selama


empat kali kunjungan diharapkan keluarga mampu mengenal masalah
mengenai Autisme : Resiko Ketidakefektifan Hubungan. NIC : Terapi
Keluarga. Intervensi : tentukan komunikasi dalam keluarga, bantu
mengidentifikasi peran yang biasa dalam keluarga, berikan pendidikan
kesehatan tentang bagaimana melatih berkomunikasi pada anak dengan
autisme : Keterampilan Komunikasi Tidak Efektif, berikan dukungan
keluarga dengan membantu mengidentifikasi bagaimana keluarga
menyelesaikan masalah, dan mengidentifikasi kekuatan atau sumber keluarga.

Tujuan Khusus II : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama dua


kali kunjungan diharapkan keluarga mampu memutuskan tindakan yang tepat
untuk mengatasi anak dengan Autisme: resiko ketidakefektifan hubungan.
NIC : peningkatan kecakapan hidup. Intervensi : bina hubungan baik dengan
menggungkapkan empati, kehangatan, spontanitas, pengaturan, kesabaran,
dan ketekunan. Pertimbangkan kebutuhan pembelajaran keterampilan hidup
pasien, keluarga, atau komunitas.

Tujuan Khusus III : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama


dua kali kunjungan diharapkan keluarga mampu merawat anggota keluarga
26

yang sakit. NIC : dukungan dalam keluarga dengan membantu


mengidentifikasi bagaimana keluarga menyelesaikan masalah, dan
mengidentifikasi kekuatan atau sumber keluarga, bantu anggota keluarga
berkomunikasi lebih efektif.

Tujuan Khusus IV : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama


satu kali kunjungan diharapkan keluarga mampu memodifikasi lingkungan
yang menunjang kesehatan. NIC : peningkatan peran. Intervensi : Bantu
pasien untuk mengidentifikasi peran yang biasannya dalam keluarga, bantu
pasien untuk mengidentifikasi ketidakcakupan peran.

Tujuan Khusus V : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama dua


kali kunjungan diharapkan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada. NIC : Peningkatan sistem dukungan. Intervensi : tentukan
kecakupan dari jaringan yang ada, anjurkan pasien untuk berpartisipasi dalam
kegiatan sosial dan masyarakat.

4. Implementasi

Pelaksanaan implementasi keperawatan berdasarkan pada tujuan


umum dan khusus yang akan dicapai serta pada intervensi yang telah dibuat
oleh penulis dalam diagnose Resiko Ketidakefektifan Hubungan
Berhubungan Dengan Keterampilan Komunikasi Tidak Efektif .

Kunjungan kedua pada tanggal 29 April 2017 pukul 10.00 WIB,


penulis melakukan bina hubungan saling percaya dengan melakukan
pendekatan yang tenang dan meyakinkan; memotivasi Tn. M bahwa An. I
kemungkinan akan sembuh dari Autisme dengan menjalani terapi wicara
yang rutin.

Kunjungan ketiga pada tanggal 01 Mei 2017 pukul 11.00 WIB, penulis
membantu klien untuk mengidentifikasi sumber resiko ketidakefektifan
hubungan yang dialami dalam keluraga Tn. M; memotivasi An. I untuk
berlatih komunikasi dengan memperhatikan tahapan-tahapan komunikasi
27

pada anak autisme yang terdapat pada landasan teori menutur Yatim, 2007
yang menyatakan 4 tahapan komunikasi pada anak autisme yaitu “The Own
Agenda Stage”, “The Requester Stage”, “The Early Communicator Stage”
dan “The Partner Stage”.dan menganjurkan untuk menjalankan terapi lebih
lanjut di RS. Margono Soekarjo Purwokerto.

Kunjungan keempat pada tanggal 02 Mei 2017 pukul 11.00 WIB, penulis
memberikan pendidikan kesehatan tentang bagaimana mengenali tanda dan
gejala anak dengan autisme serta melatih An. I berlatih komunikasi dengan
memperhatikan tahapan-tahapan komunikasi pada anak autisme :
memberikan gambaran tempat-tempat pelayanan kesehatan yang bisa dipakai
dalam pemanfaatan fasilitas kesehatan.

Kunjungan kelima pada tanggal 03 Mei 2017 pukul 13.00 WIB, penulis
memberikan pendidikan kesehatan memotivasi keluarga untuk musyawarah
tentang pengambilan keputusan untuk memilih terapi yang tepat untuk An. I.

Kunjungan keenam pada tanggal 04 Mei 2017 pukul 11.00 WIB, penulis
menganjurkan untuk selalu mempertahankan suasana yang nyaman dalam
rumah, serta selalu memperhatikan keamanan dalam menata benda- benda
pecah belah atau benda tajam untuk kebutuhan keamanan klien; memberikan
motivasi kepada anggota keluarga Tn. M untuk selalu mengajak komunikasi
An. I dan menjaga kontak mata selama komunikasi berlangsung dengan An.
I.

Kunjungan ketujuh pada tanggal 05 Mei 2017 pukul 10.00 WIB, penulis
memotivasi keluarga Tn. M untuk memaksimalkan pemanfaatan fasilitas
kesehatan dengan melakukan terapi wicara lebih lanjut untuk An. I.

5. Evaluasi
Setelah melakukan implementasi sesuai intervensi yang ditentukan pada
keluarga Tn. M khususnya An. I, untuk menilai dan menentukan rencana
tindak lanjut perlu dilakukan tahap evaluasi. Evaluasi dilakukan berdasarkan
28

pada tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan kriteria hasil yang telah
ditetapkan disetiap kunjungan dan akhir sebagai penilaian secara keseluruhan
terhadap pencapaian diagnosis.
Evaluasi formatif untuk kunjungan kedua pada tanggal 29 April 2017
pukul 10.30 WIB. Subyektif (S) : klien mengatakan senang dan bersyukur
dengan kedatangan penulis. Obyektif (O) : klien terlihat ramah dan bersikap
terbuka. Assesment (A) : masalah teratasi. Planning (P) : pertahankan
intervensi.

Evaluasi formatif untuk kunjungan ketiga pada tanggal 01 April 2017


pukul 12.30 WIB. Subyektif (S) : Ayah klien mengatakan merasa bahagia
sejak kedatanagn oleh penulis karena ada harapan sembuh untuk kesehatan
An. I. Obyektif (O) : klien terlihat ketertarikannya untuk mengikuti terapi
wicara dasar yang di ajarkan, . Assesment (A) : masalah teratasi sebagian.
Planning (P) : lanjutkan intervensi berikan pendidikan kesehatan tentang
bagaimana penanganan keterampilan komunikasi tidak efektif pada anak
autisme.

Evaluasi formatif untuk kunjungan keempat pada tanggal 02 Mei 2017


pukul 12.00 WIB. Subyektif (S) : Ayah klien mengatakan sudah memahami
tentang tahapan-tahapan komunikasi yang sudah di jelaskan oleh penulis
yaitu Pada tahap pertama (The Own Agenda Stage) anak biasanya merasa
tidak bergantung pada orang lain, ingin melakukan sesuatu sendiri. Anak
kurang berinteraksi dengan orang tua dan hampir tidak pernah berinteraksi
dengan anak lain. Anak juga melihat atau meraih benda yang dia mau. Anak
tidak berkomunikasi dengan orang lain dan bermain dengan cara yang tidak
lazim. Anak juga membuat suara untuk menenangkan diri, menangis atau
menjerit untuk menyatakan protes. Anak suka tersenyum dan tertawa sendiri.
Anak pada tahap ini hampir tidak mengerti kata-kata yang kita ucapkan pada
anak dengan autisme. Obyektif (O) : klien terlihat mengikuti terapi wicara
dasar yang di berikan oleh penulis namun An. I sulit untuk diam saat
pelaksanaan terapi berlanjut. Assesment (A) : masalah teratasi sebagian.
29

Planning (P) : lanjutkan intervensi berikan motivasi pada ayah klien untuk
tetap melatih komunikasi dengan memperhatikan tahapan-tahapan
komunikasi pada anak autisme di rumah dan menganjurkan untuk
memperoleh terapi wicara lebih lanjut pada An. I.
Evaluasi formatif untuk kunjungan kelima pada tanggal 03 Mei 2017
pukul 12.30 WIB. Subyektif (S): Ayah klien mengatakan sudah memahami
tentang persiapan, pelasksanaan melatih komunikasi dengan memperhatikan
tahapan-tahapan komunikasi anak autisme pada An. I namun masih susah
untuk diam saat kunjungan berlangsung dan tidak fokus pada sang pemberi
terapi (ayahnya). Obyektif (O) : klien tampak terlihat tidak fokus pada saat
pemberian terapi. Assesment (A) : masalah belum teratasi. Planning (P) :
lanjutkan intervensi beri motivasi kepada ayah kliun untuk selalu mengajak
berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang yang ada di rumah.

Evaluasi formatif untuk kunjungan keenam pada tanggal 04 Mei 2017


pukul 12.00 WIB. Subyektif (S) : Tn. M mengatakan untuk menjaga kontak
mata dengan An. I sangat susah dan tidak mau diam . Obyektif (O) : An. I
terlihat aktif dan tidak ada kontak mata pada saat di lakukan terapi wicar
dasar. Assesment (A) : masalah tidak teratasi teratasi. Planning (P) : lanjutkan
intervensi , memotivasi keluarga Tn. M agar tetap menjalin komunikmasi
dengan baik kepada An. I.

Evaluasi formatif untuk kunjungan ketujuh pada tanggal 05 Mei 2017


pukul 11.00 WIB. Subyektif (S) : Ayah kien mengatakan Masih susah untuk
mejaga kontak mata pada saat terapi wicara dasar yang di lakukan di rumah.
Obyektif (O) : klien tampak terlihat tidak ada kontak mata dengan penulis
pada saat memberikan terapi wicara dasar. Assesment (A) : masalah belum
teratasi. Planning (P) : hentikan intervensi dan anjurkan untuk An. I
memperoleh terapi wicara secara tepat di tempat pelayanan kesehatan.

Evaluasi sumatif : setelah dilakukan implementasi keperawatan selama 6


kali kunjungan, dengan evaluasinya yaitu subyektif (S) : Tn. M mengatakan
sudah mengetahui penyebab resiko ketidakefektifan hubungan pada
30

keluarganya dengan salah satu anggota keluarganya mengidap autisme yaitu


keterampilan komunikasi pada An. I tidak efektif yang menyebabkan
hubungan anak dengan kedua orangtuanya, keluarga dan lingkungan di
sekitar rumah tidak efektif atau terganggu, Tn. M, Ny. N dan keluarga selalu
mengupayakan yang terbaik demi kesembuhan An. I. Dengan adanya
kunjungan oleh penulis keluarga Tn. M sangat terbantu dan senang sebab
dapat mengetahui apa yang harus di lakukan dengan kondisi An. I. selama
kunjugan dan di berikan terapi wicara pada An. I, Tn M mengatakan ada
sedikit perubahan dalam berinteraksi yang sebelum adanya kunjungan penulis
tidak mau menoleh jika di panggil namanya. Obyektif (O) : An I terlihat
kontak mata kurang terhadap penulis dalam pemberian terapi selam enam kali
pertemuan, susah untuk diam banyak gerakan tidak terkontrol, tidak dapat
berbicara, dan susah untuk berkomunikasi . Assesment (A) : Masalah Resiko
Ketidakefektifan Hubungan berhubungan dengan ketidak efektifan
komunikasi pada An. I yang mengalami autisme : klien belum dapat menjaga
kontak mata kengan komunikan, belum dapat berbicara serta sulit untuk
diam, dan Tn. M mengusahakan untuk mencari pelayanan kesehatan yang
melayani dengan anak autisme. Karena Tn. M mengigninkan An. I seperti
anak-anak lainnya yang normal. Planning (P) : Lanjutkan intervensi. Motivasi
Tn. M agar An. I mendapatkan terapi wicara lebih lanjut di rumah sakit atau
pelayanan kesehatan yang mengangani autisme, karena jika di tangani sejak
dini ahrapan besar untuk sembuh besar.

B. Pembahasan

Penulis akan membahas kembali hasil pelaksanaan asuhan


keperawatan keluarga, serta membahas kesenjangan yang ada antara teori
dengan praktik selama melakukan asuhan keperawatan keluarga. Pelaksanaan
asuhan keperawatan keluarga menggunakan pendekatan proses keperawatan,
dimana tahapan dimulai dari pengkajian keluarga yaitu mengidentifikasi
31

masalah keluarga, menetapkan masalah keluarga, perencanaan keperawatan


keluarga, implementasi dan evaluasi (Mubarak, 2006).

1. Pengkajian

Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 29 April 2017 dengan


menggunakan teknik wawancara dan observasi (Hidayat, 2010). Wawancara
dilakukan untuk memperoleh data subjektif pada klien mengenai masalah
yang dialaminya. Data yang didapatkan dari teknik wawancara ini adalah Tn.
M mengatakan merasa sedih dengan kondisi anaknya yang sulit
berkomunikasi, dan berinteraksi. Tn. M dan istri kebingungan untuk
melakukan perawatan atau pemberian terapi yang tepat pada An. I. Hasil dari
proses wawancara ini didukung oleh hasil pengamatan langsung terhadap
klien, dimana pada tekhnik observasi ini didapatka data obyektif adalah
sulitnya menjaga kontak mata dengan An. I dan ketertarikan dengan penulis
saat berinteraksi. Sangat sulit untuk diam dan selalu mengerakan jarinya serta
tidak mau mencari sumber suara yang memanggil namanya.

Ciri-ciri komunikasi tidak efektif yang di kutip dalam


listonforindonesia.blogspot.co.id. Komunikasi dilakukan terlalu bertele-
tele. Komunikator mengkomunikasikan pesannya dengan tidak percaya diri
(malu-malu). Pesan / Informasi disampaikan dengan cara yang tidak simpatik
(misalnya: dengan marah-marah). Pembicaraan yang dilakukan tidak jelas
dan tidak fokus pada pesan yang ingin disampaikan. Komunikasi yang
dilakukan berlangsung satu arah. Tidak ada interaksi dengan komunikan. Apa
yang dibicarakan tidak ada kesamaan dengan topik yang ingin disampaikan.
Beberapa kondisi tersebut sesuai dengan kondisi klien saat dilakukan
pengkajian. An. I terlihat tidak tertarik pada lawan komunikasinya, dan tidak
ada iteraksi dengan komunikan. Yang menyebabkan resiko ketidakefektifan
hubungan dalam suatu keluarga terutama dalam keluarga Tn. M. Sebab
Keefektifan dalam hubungan antar pribadi ditentukan oleh kemampuan diri
sendiri untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang ingin disampaikan,
32

dapat menciptakan kesan yang diinginkan, atau dapat mempengaruhi orang


lain. Seseorang dapat meningkatkan keefektifan dalam hubungan antar
pribadi dengan cara berlatih dalam mengungkapkan maksud-maksud yang
ingin disampaikan, menerima umpan balik, dan memodifikasikan tingkah
laku hingga seseorang dapat mempersepsikan apa yang ingin dimaksudkan
(Supratiknya, 1995 : 24).
Data subjektif dan objektif yang didapat dari pengkajian terhadap klien
dan dibandingkan dengan teori yang di dapat disimpulkan bahwa terdapat
kesesuaian antara pengkajian yang didapat dari klien dengan teori yang ada.

2. Perumusan Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data yang didapatkan dari proses pengkajian didapatkan


data subjektif yaitu Tn. M mengatakan merasa sedih dengan kondisi anaknya
yang sulit berkomunikasi, serta untuk berinteraksi sangat sulit. Tn. M dan istri
kebingungan untuk melakukan perawatan atau pemberian terapi yang tepat
pada An. I. Hal tersebut didukung oleh data objektif yang didapatkan yaitu
sulitnya menjaga kontak mata dengan An. I dan ketertarikan dengan penulis
saat berinteraksi. Sangat sulit utuk diam dan selalu mengerakan jarinya serta
tidak mau mencari sumber suara yang memanggil namanya.

Berdasarkan data tersebut penulis melakukan perumusan diagnosa


keperawatan keluarga Tn. M pada An. I yang sesuai dengan North American
Nursing Diagnosis Association (NANDA) yaitu resiko ketidakeektifan
hubungan berhubungan dengan keterampilan komunikasi tidak efektif .

Data yang didapatkan kemudian dianalisa dan ditentukan prioritas


masalah. Menurut Andarmoyo (2012) penentuan prioritas masalah adalah
dengan melihat kriteria dari sifat masalah : aktual, resiko atau keadaan
sejahtera; kemungkinan masalah untuk diubah : mudah, sebagian atau tidak
dapat; potensi masalah untuk dicegah : tinggi, cukup atau rendah; dan
menonjolnya masalah : maslah berat harus segera ditangani, ada masalah
33

tetapi tidak perlu ditangani, atau masalah tidak dirasakan. Teori ini penulis
terapkan dalam penentuan prioritas masalah keperawatan pada diagnosa
diatas yang dilakukan berdasarkan analisa data yang didapat dari hasil
pengkajian kepada keluarga Tn. M. Pertama sifat masalah adalah aktual,
resiko ketidakefektifan hubungan. Kedua kemungkinan masalah untuk diubah
sebagian, keterampilan komunikasi tidak efektif pada An. I. Ketiga potensial
masalah untuk dapat dicegah tinggi yaitu dengan selalu mencari informasi
tentang penyebab autisme yang dialami oleh An. I. Keempat menonjolnya
masalah keterampilan komunikasi tidak efektif pada An. I : yang
menyebabkan resiko ketidak efektifan hubungan pada keluarga Tn. M, oleh
karena itu harus segera ditangani karena merupakan masalah yang berat
sehingga tidak akan berdampak pada komplikasi masalah yang lain.

3. Intervensi
Penyusunan intervensi keperawatan ini, penulis melihat data yang
terdapat dalam analisa data yang disesuaikan dengan Nursing Intervention
Classification (NIC) yaitu . Intervensi dirumuskan dengan mengacu pada NIC
serta melihat keadaan keluarga dengan mengkaji lima fungsi kesehatan
keluarga (Nur Arif dan Kusuma, 2015).

Intervensi keperawatan keluarga mencakup tujuan umum dan tujuan


khusus yang didasarkan pada masalah, selanjutnya merumuskan tindakan
keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan standar, serta mengacu pada
indikator Nursing Outcome Classification (NOC) yaitu hubungan caregive-
pasien yaitu tindakan personal untuk mempertahankan atau meningkatkan
komunikasi efektif supaya klien dapat berinteraksi dengan kedua orang tua,
adik, keluarga, dan lingkungan .

Gambaran intervensi yang dikelompokan lima fungsi tugas keluarga


untuk dijadikan tujuan khusus.
34

Tujuan khusus 1 : setelah dilakukan implementasi keperawatan selama


empat kali kunjungan diharapkan keluarga mampu mengenal masalah
mengenai Autisme : Resiko Ketidakefektifan Hubungan. NIC : Terapi
Keluarga. Intervensi : tentukan komunikasi dalam keluarga, bantu
mengidentifikasi peran yang biasa dalam keluarga, berikan pendidikan
kesehatan tentang bagaimana melatih berkomunikasi pada anak dengan
autisme : Keterampilan Komunikasi Tidak Efektif, berikan dukungan
keluarga dengan membantu mengidentifikasi bagaimana keluarga
menyelesaikan masalah, dan mengidentifikasi kekuatan atau sumber keluarga.

Tujuan Khusus II : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama dua


kali kunjungan diharapkan keluarga mampu memutuskan tindakan yang tepat
untuk mengatasi anak dengan Autisme: Resiko Ketidakefektifan Hubungan.
NIC : peningkatan kecakapan hidup. Intervensi : bina hubungan baik dengan
menggungkapkan empati, kehangatan, spontanitas, pengaturan, kesabaran,
dan ketekunan. Pertimbangkan kebutuhan pembelajaran keterampil hidup
pasien, keluarga, atau komunitas.

Tujuan Khusus III : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama


dua kali kunjungan diharapkan keluarga mampu merawat anggota keluarga
yang sakit. NIC : dukungan keluarga dengan membantu mengidentifikasi
bagaimana keluarga menyelesaikan masalah, dan mengidentifikasi kekuatan
atau sumber keluarga, bantu anggota keluarga berkomunikasi lebih efektif.

Tujuan Khusus IV : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama


satu kali kunjungan diharapkan keluarga mampu memodifikasi lingkungan
yang menunjang kesehatan. NIC : peningkatan peran. Intervensi : Bantu
pasien untuk mengidentifikasi peran yabg biasannya dalam keluarga, bantu
pasien untuk mengidentifikasi ketidak cakupan peran.

Tujuan Khusus V : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama dua


kali kunjungan diharapkan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada. NIC : Peningkatan sistem dukungan. Intervensi : tentukan
35

kecakupan dari jaringan yang ada, anjurkan pasien untuk berpartisipasi dalam
kegiatan sosial dan masyarakat.

4. Implementasi

Penyusunan implementasi keperawatan, penulis melihat data yang


terdapat dalam analisa data yang disesuaikan dengan Nursing Intervention
Classification (NIC) yaitu Terapi Keluarga, dukungan keluarga, peningkatan
kecakapan hidup, yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan dalam
keluarga khususnya keluarga Tn. M.

Pelaksanaan implementasi berdasarkan pada tujuan umum dan khusus


yang akan dicapai serta pada perencanaan yang telah dibuat oleh penulis
dalam diagnosa ketidakefektifan pemeliharaan perilaku kesehatan. Hal ini
dibuktikan dengan indikator Nursing Outcome Classification (NOC)
Hubungan caregive- pasien yaitu tindakan personal untuk mempertahankan
atau meningkatkan komunikasi efektif supaya klien dapat berinteraksi
dengan kedua orang tua, adik, keluarga, dan lingkungan.

Kunjungan kedua pada tanggal 29 April 2017 pukul 10.00 WIB, penulis
melakukan bina hubungan saling percaya dengan melakukan pendekatan
yang tenang dan meyakinkan; memotivasi Tn. M bahwa An. I kemungkinan
akan sembuh dari Autisme dengan menjalani terapi wicara yang rutin.

Kunjungan ketiga pada tanggal 01 Mei 2017 pukul 11.00 WIB, penulis
membantu klien untuk mengidentifikasi sumber resiko ketidakefektifan
hubungan yang dialami dalam keluraga Tn. M; memotivasi An. I untuk
berlatih komunikasi dengan terapi wicara dasar yang dapat di lakukan di
rumah dan menganjurkan untuk menjalankan terapi lebih lanjut di RS.
Margono Soekarjo Purwokerto..

Kunjungan keempat pada tanggal 02 Mei 2017 pukul 11.00 WIB, penulis
memberikan pendidikan kesehatan tentang bagaimana mengenali tanda dan
gejala anak dengan autisme serta melatih An. I berkomunikasi dengan terapi
36

wicara dasar : memberikan gambaran tempat-tempat pelayanan kesehatan


yang bisa dipakai dalam pemanfaatan fasilitas kesehatan.

kunjungan kelima pada tanggal 03 Mei 2017 pukul 13.00 WIB, penulis
memberikan pendidikan kesehatan tentang persiapan, pelaksanaan terapi
wicara; memotivasi keluarga untuk musyawarah tentang pengambilan
keputusan untuk memilih terapi yang tepat untuk An. I.

Kunjungan keenam pada tanggal 04 Mei 2017 pukul 11.00 WIB, penulis
menganjurkan untuk selalu mempertahankan suasana yang nyaman dalam
rumah, serta selalu memperhatikan keamanan dalam menata benda- benda
pecah belah atau benda tajam untuk kebutuhan keamanan klien; memberikan
motivasi kepada anggota keluarga Tn. M untuk selalu mengajak komunikasi
An. I dan menjaga kontak mata selama komunikasi berlangsung dengan An.
I.

Kunjungan ketujuh pada tanggal 05 Mei 2017 pukul 11.00 WIB, penulis
memotivasi keluarga Tn. M untuk memaksimalkan pemanfaatan fasilitas
kesehatan dengan melakukan terapi wicara lebih lanjut untuk An. I.

5. Evaluasi

Evaluasi yang digunakan penulis dalam pengelolaan keperawatan ini


terdiri dari dua jenis evaluasi. Penulis berpendapat evaluasi yang digunakan
dalam pengelolaan resiko ketidakefektifan hubungan : keterampilan
komunikasi tidak efektif pada An. I yang menderita Autisme pertama adalah
evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan segera setelah
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Selain evaluasi formatif
penulis juga menggunakan evaluasi sumatif tujuannya adalah mengetahui
hasil dari implementasi yang telah dilakukan setelah semua aktivitas proses
keperawatan selesai dilakukan. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan
37

oleh Asmadi (2008) bahwa dalam tahap evaluasi terbagi atas dua jenis
evaluasi yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

Evaluasi formatif untuk kunjungan kedua pada tanggal 29 April 2017


pukul 10.30 WIB. Subyektif (S) : klien mengatakan senang dan bersyukur
dengan kedatangan penulis. Obyektif (O) : klien terlihat ramah dan bersikap
terbuka. Assesment (A) : masalah teratasi. Planning (P) : pertahankan
intervensi.

Evaluasi formatif untuk kunjungan ketiga pada tanggal 01 April 2017


pukul 12.30 WIB. Subyektif (S) : Ayah klien mengatakan merasa bahagia
sejak kedatanagn oleh penulis karena ada harapan sembuh untuk kesehatan
An. I. Obyektif (O) : klien terlihat ketertarikannya untuk mengikuti terapi
wicara dasar yang di ajarkan, . Assesment (A) : masalah teratasi sebagian.
Planning (P) : lanjutkan intervensi berikan pendidikan kesehatan tentang
bagaimana penanganan keterampilan komunikasi tidak efektif pada anak
autisme.

Evaluasi formatif untuk kunjungan keempat pada tanggal 02 Mei 2017


pukul 12.00 WIB. Subyektif (S) : Ayah klien mengatakan sudah memahami
bagaimana cara memberikan terapi komunikasi dasar pada anak dengan
autisme tapi An. I masih susah untuk diam dalam pemberian terapi wicara
dasar. Obyektif (O) : klien terlihat mengikuti terapi wicara dasar yang di
berikan oleh penulis namun An. I sulit untuk diam saat pelaksanaan terapi
berlanjut. Assesment (A) : masalah teratasi sebagian. Planning (P) : lanjutkan
intervensi berikan motivasi pada ayah klien untuk tetap melatih atau
membeikan terapi wicara dasar di rumah dan menganjurkan untuk
memperoleh terapi wicara lebih lanjut.

Evaluasi formatif untuk kunjungan kelima pada tanggal 03 Mei 2017


pukul 12.30 WIB. Subyektif (S): Ayah klien mengatakan sudah memahami
tentang persiapan, pelasksanaan terapi wicaa dasar pada anak autisme untuk
38

melatih komunikasi An. I namun masih susah untuk diam saat terapi berjalan
dan tidak fokus pada sang pemberi terapi (ayahnya). Obyektif (O) : klien
tampak terlihat tidak fokus pada saat pemberian terapi. Assesment (A) :
masalah belum teratasi. Planning (P) : lanjutkan intervensi beri motivasi
kepada ayah kliun untuk selalu mengajak berkomunikasi dan berinteraksi
dengan orang yang ada di rumah.

Evaluasi formatif untuk kunjungan keenam pada tanggal 04 Mei 2017


pukul 12.00 WIB. Subyektif (S) : Tn. M mengatakan untuk menjaga kontak
mata dengan An. I sangat susah dan tidak mau diam . Obyektif (O) : An. I
terlihat aktif dan tidak ada kontak mata pada saat di lakukan terapi wicar
dasar. Assesment (A) : masalah tidak teratasi teratasi. Planning (P) : lanjutkan
intervensi , memotivasi keluarga Tn. M agar tetap menjalin komunikmasi
dengan baik kepada An. I.

Evaluasi formatif untuk kunjungan ketujuh pada tanggal 05 Mei 2017


pukul 11.00 WIB. Subyektif (S) : Ayah kien mengatakan Masih susah untuk
mejaga kontak mata pada saat terapi wicara dasar yang di lakukan di rumah.
Obyektif (O) : klien tampak terlihat tidak ada kontak mata dengan penulis
pada saat memberikan terapi wicara dasar. Assesment (A) : masalah belum
teratasi. Planning (P) : hentikan intervensi dan anjurkan untuk An. I
memperoleh terapi wicara secara tepat di tempat pelayanan kesehatan.

Evaluasi sumatif : setelah dilakukan implementasi keperawatan selama 6


kali kunjungan, dengan evaluasinya yaitu subyektif (S) : Tn. M mengatakan
sudah mengetahui penyebab resiko ketidakefektifan hubungan pada
keluarganya dengan salah satu anggota keluarganya mengidap autisme yaitu
keterampilan komunikasi pada An. I tidak efektif yang menyebabkan
hubungan anak dengan kedua orangtuanya, keluarga dan lingkungan di
sekitar rumah tidak efektif atau terganggu, Tn. M, Ny. N dan keluarga selalu
mengupayakan yang terbaik demi kesembuhan An. I. Dengan adanya
kunjungan oleh penulis keluarga Tn. M sangat terbantu dan senang sebab
dapat mengetahui apa yang harus di lakukan dengan kondisi An. I. selama
39

kunjugan dan di berikan terapi wicara pada An. I, Tn M mengatakan ada


sedikit perubahan dalam berinteraksi yang sebelum adanya kunjungan penulis
tidak mau menoleh jika di panggil namanya. Obyektif (O) : An I terlihat
kontak mata kurang terhadap penulis dalam pemberian terapi selam enam kali
pertemuan, susah untuk diam banyak gerakan tidak terkontrol, tidak dapat
berbicara, dan susah untuk berkomunikasi . Assesment (A) : Masalah Resiko
Ketidakefektifan Hubungan berhubungan dengan ketidak efektifan
komunikasi pada An. I yang mengalami autisme : klien belum dapat menjaga
kontak mata kengan komunikan, belum dapat berbicara serta sulit untuk
diam, dan Tn. M mengusahakan untuk mencari pelayanan kesehatan yang
melayani dengan anak autisme. Karena Tn. M mengigninkan An. I seperti
anak-anak lainnya yang normal. Planning (P) : Lanjutkan intervensi. Motivasi
Tn. M agar An. I mendapatkan terapi wicara lebih lanjut di rumah sakit atau
pelayanan kesehatan yang mengangani autisme, karena jika di tangani sejak
dini ahrapan besar untuk sembuh besar.

Berdasarkan data tersebut, masalah Resiko Ketidakefektifan


Hubungan : keterampilan komunikasi tidak efektif pada An. I. Pada rencana
tindak lanjut penulis merencanakan untuk motivasi klien terus mencari
informasi tentang penanganan anak autisme khususnya terapi wicara dan rutin
memeriksakan kondisi perkembangan An. I agar mengetahui perkembangan
gerak kasar, berbicara dan bahasa serta sosial an kemandirian serta anjurkan
untuk segera di rujuk ke rumah sakit agar mendapatkan terapi untuk anak
autisme dengan tepat.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Selama memberikan asuhan keperawatan pada An. M dengan Resiko


ketidakefektifan hubungan : keterampilan komunikasi tidak efektif selama
tujuh kali kunjungan yaitu tanggal 29 April-05 Mei 2017 dapat ditarik
kesimpulan :

1. Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 29 April 2017 pada keluarga


Tn. M dengan fokus An. I yang berumur 5 tahun 7 bulan. Didapatkan data
subjektif : Tn. M mengatakan bahwa An. I mengalami keterlambatan
berbicara, tidak mau diam, dan sulit untuk di ajak berinteraksi. Tn. M
merasa sedih dengan kondisi An. I yang mengalami autisme karena
ketidak tahuan tentang autisme. Yang disebabkan kurangnya pengetahuan
tentang autisme dan kebingungan bagaimana cara menanganinya. Dalam
pemeriksaan KPSP ( Kuesioner Pra Skiring Perkembangan ) pada An. I
didapatkan bahwa An. I pada tahapan perkembangan terjadi
penyimpangan pada Gerak Kasar, berbicara dan bahasa, setra sosialisasi
dan kemandirian .

2. Hasil dari analisa data yang diperoleh dari pengajian didapatkan diagnosa
keperawatan keluarga Tn.M dengan : Resiko Ketidakefektifan Hubungan
Berhubungan Dengan Keterampilan Komunikasi Tidak Efektif Pada An. I
Dengan Autisme.

3. Penyusunan intervensi keperawatan dalam mengatasi masalah Resiko


Ketidakefektifan Hubungan : Keterampilan Komunikasi Tidak Efektif
Pada An. I Dengan Autisme, penulis melihat data yang terdapat dalam
analisa data yang disesuaikan dengan Nursing Intervention Classification
(NIC) yaitu Terapi Keluarga, dukungan keluarga, peningkatan kecakapan
hidup, yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan dalam keluarga

40
41

khususnya keluarga Tn. M, dengan indikator kriteria hasil (NOC) yang di


harapkan yaitu klien Hubungan caregive- pasien yaitu tindakan personal
untuk mempertahankan atau meningkatkan komunikasi efektif supaya
klien dapat berinteraksi dengan kedua orang tua, adik, keluarga, dan
lingkungan.

4. Implementasi keperawatan dilakukan selama 6 kali kunjungan dimulai


pada tanggal 29 April – 05 Mei 2017. Pelaksaan implementasi dengan
mengacu pada NIC Terapi Keluarga, dukungan keluarga, peningkatan
kecakapan hidup, yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan dalam
keluarga khususnya keluarga Tn. M .

5. Evaluasi tindakan keperawatan dilakukan pada kunjungan terakhir pada


tanggal 05 Mei 2017 dengan hasil masalah resiko ketidakefektifan
Hubungan : keterampilan komunikasi tidak efektif pada An. I belum
teratasi dengan indikator klien belum dapat berkomunikasi yang
memnyebabkan resiko ketidak efektifan hubungan yang dialami An.I pada
keluarga Tn. M, Tn. M ayah klien mau mencari informasi untuk berupaya
memperoleh perawatan atau terapi kusus anak autisme. Rencana tindak
lanjut dalam penanganan resiko ketidakeektifan hubungan : keterampilan
komunikasi tidak efektif adalah motivasi Tn. M Ayah klien untuk terus
menjaga komunikasi dengan penuhkasihsayang terhadap An. I agar
mengetahui perkembangan pertumbuhan dan anjurkan menjalnkan terapi
khusus untuk anak autisme di rumah sakit atau tempat pelayanan
kesehatan yang menangani anak dengan Autisme.

B. Saran

Untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran


yang bermanfaat dan membantu pelaksaanaan asuhan keperawatan keluarga
khususnya masalah resiko ketidakefektifan hubungan : keterampilan
komunikasi tidak efektif, yaitu:
42

1. Bagi Profesi Keperawatan


Diharapkan laporan kasus ini dapat dijadikan referensi dalam hal
meningkatkan kualitas pengelolaan masalah keperawatan resiko
ketidakefektifan hubungan : keterampilan komunikasi tidak efektif pada
anak autisme.
2. Bagi Institusi
Diharapkan mampu untuk menyediakan referensi yang lebih lengkap
mengenai masalah keperawatan terkait masalah keperawatan resiko
ketidakefektifan hubungan : keterampilan komunikasi tidak efektif pada
anak autisme.
3. Bagi Masyarakat
Mampu melakukan pengendalian keperawatan resiko ketidakefektifan
hubungan : keterampilan komunikasi tidak efektif pada anak autisme.
DAFTAR PUSTAKA

A.Azis Alimul Hidayat & Musrifatul Uliyah. ( 2012 ). Buku Ajar Kebutuhan

Dasar Manusia ( KDM ), Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya : Health


Books Publishing.

Agus M Hardjn, komunikasi intrapersonal & interpersonal, yogyakarta, kanisius. 2007

American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic And Statistical Manual of Mental


Disorder Edition “DSM-5”. Washinton DC: American Psychiatric Publishing.
Washinton DC.

Autism Society of America. (2013). http://asa.pub30.convio.net. Diakses tanggal 09 April


2017.

BKKBN. (2012). Buku komunikasi orang tua remaja. Jakarta

DeVito, Joseph A. 2007. Komunikasi Antarmanusia. Terj : Agus Maulana. Tangerang :


Karisma Publishing Group.

Handojo. 2004. Autisme : Petunjuk Praktis & Pedoman Materi untuk Mengajar

Anak Normal, Autis dan Perilaku Lain. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Hardjana,Agus M.2007. Komunikasi interpersonal dan intrapersonal.Yogyakarta

:PT Kanisius(Anggota IKAPI).

Harmoko. (2012). Asuhan keperawatan keluarga. Penerbit: pustaka Pelajar.

Yogyakarta

Karningtyas, A.M., Wiendijarti, Ida.,Prabowo, Agung. (2009). PolaKomunikasi Interpersonal


Anak AutisDi Sekolah Autis Fajar NugrahaYogyakarta. Jurusan IlmuKomunikasi , 7,
121.

Morhead, Maas dan Swanson. 2016. Nursing intervensi Classifikation (NIC). Yogyakarta:
mocmedia.

Morhead, Maas dan Swanson. 2016. Nursing outcames classifikation (NOC). Yogyakarta:
mocmedia.

Adawiyah, Rabi’ah Al.2010.Komunikasi Sosial dalam Kelompok Sufisme

Masyarakat Kota. Yogyakarta: Ilmu Komunikasi FISIPOL UGM

Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga.


Sendjaja, S.Djuarsa, Teori Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta, 2007.

Sugiarmin, M. (2007). Hambatan perkembangan dan belajar anak autis. BPG Diknas Jabar

Sunu, christoper. (2012). Panduan memecahkan masalah autism unlocking autism.


Yogyakarta. Lintangterbit.

Supratiknya, 1985, Komunikasi Antarpribadi : Tinjauan Psikologi, Yogyakarta : Kanisius.

Yatim, F. 2007. Autisme : Suatu Gangguan Jiwa pada Anak-anak. Jakarta : Pustaka Populer
Obor.

10 Jenis terpai Autisme, dalam http//www.YayasanAutisIndonesia.Org/Terapi Lumba-lumba,


tersedia dalam http//www.kompas.com/kesehatan/news/

terdapat pada https://id.wikipedia.org/wiki/Autisme diakses pada tanggal 21 Januari 2017


pukul 20:17

http://listonforindonesia.blogspot.co.id/2013/05/penyebab-komunikasi-tidak efektif.html di
akses pada tanggal 27 April 2017
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. M DENGAN : RESIKO
KETIDAKEFEKTIFAN HUBUNGAN BERHUBUNGAN DENGAN
KETERAMPILAM KOMUNIKASI TIDAK EFEKTIF PADA An. I yang
MENDERITA AUTISME

DISUSUN OLEH :

ARDI SUGIHARTO

P1337420214106

TINGKAT III C

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

2017
I PENGKAJIAN

A. Data Umum

1. Nama KK : Tn. M
2. Umur : 34 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Alamat : Beroh, RT/RW 05/03 Purwokerto
Selatan Kabupaten Banyumas
5. Pekerjaan KK : Buruh
6. Pendidikan KK : SMP
7. Komposisi keluarga

Status
No Nama J. Klm Hub.dg KK Umur Pend Pekerjaan
Imunisasi
1. Ny. N P Istri 34 th SMA IRT -
2. An. I L Anak ke-1 5 th, 7 PAUD Pelajar Lengkap
bulan
3 An. K P Anak ke-2 3 th, 3 PAUD Pelajar Lengkap
bulan
Genogram :

Keterangan :

: laki-laki
x : meninggal
: perempuan : klien
: garis pernikahan : tinggal serumah

: garis keturunan : perceraian

8. Tipe Keluarga : keluarga inti karena keluarga dengan Ayah,


Ibu, dan dua orang anak
9. Kewarganegaraan/Suku Bangsa : Indonesia/Jawa
10. Agama : Islam
11. Status social ekonomi keluarga
Tn. M bekerja sebagai Buruh dengan penghasilan ± Rp. 5
00.000,- per bulan. Penghasilan yang ada cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk membiayai biaya
pendidikan kedua anaknya yang sekolah PAUD serta untuk
menabung.
12. Aktivitas rekreasi keluarga
Tn. M selalu meluangkan waktu bersama keluarga pada hari
sabtu-minggu dengan berkunjung ke tempat saudara.

B. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini


Tahapan perkembangan keluarga saat ini berada pada Tahap
III : Keluarga dengan Anak Pra-Sekolah di mana kedua anak
Tn. M sedang bersekolah PAUD.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Ny.S dalam tahap perkembangan keluaraga. Komunikasi orang
tua dan anak baik, orang tua dalam memberikan kebebasan dan
tanggung jawab kepada anaknya seimbang.
3. Riwayat kesehatan keluarga inti
Tn. M mengatakan merasa sedih dengan kondisi anaknya yg
sulung mengalami keterlambatan bicara tidak seperti anak
sebayanya. Anak pertamanya (An. I) di diagnosa oleh dokter
spesialis Anak bahwa terkena Autisme, anak terakhirnya (An.B)
tidak menderita apa-apa. An. I sampai sekarang masih susah
untuk berbicara, sangat aktif tidak bisa diam, sulit untuk
berinteraksi.
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Menurut Ny. K mengatakan dari keluarga Tn. M keponakannya
terdapat atau pernah mengalami keterlambatan dalam berbicara .

C. Keadaan Lingkungan

1. Karakteristik rumah
Tipe bangunan rumah adalah semi permanen. Lantai terbuat dari
plester semen, pencahayaan dari sinar matahari cukup, ventilasi
untuk sirkulasi udara cukup baik. Luas rumah yang ditempati ±
8 x 10 m, terdiri dari 3 kamar tidur, 1 kamar mandi dan wc,
ruang tamu, sumur dalam rumah yang terletak di samping kamar
mandi, ruang keluarga, dapur dan gudang. Barang-barang yang
tidak terpakai sehari-hari ditempatkan pada gudang. Sumber air
minum yang digunakan berasal dari sumur yang dialirkan
melalui sanyo. WC yang dimiliki terdapat septic tank.
Denah rumah :

6
4
5
7

1 2 3

8 U

B T

Keterangan :

1 : kamar utama 6 : wc

2 : ruang tamu 7 : daput

3 : ruang gudang 8 : terads

4 : kamar tamu

5 : raung keluarga

2. Karakteristik tetangga dan komunitas rukun warga


Hubungan keluarga Tn. M dengan tetangga baik dan diadakan
kumpulan RT setiap bulannya dan selalu hardir dalam acar.
3. Mobilitas keluarga
Tn. M saat ini bekerja di terminal bus purwpkert sebagai supir
di salah satu agensi Bis, beliau selau berangkat kerja pada
malam hari.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Tn. M berkumpul dengan seluruh anggotanya pada hari sabtu-
minggu. Dalam perkumpulan RT sering menghadisi setia ada
acara perkumpulan RT.
5. Sistem pendukung keluarga
Jika ada anggota keluarga yang sakit ditangani dengan
diperiksakan ke pelayanan kesehatan terdekat dengan
memanfaatkan kartu BPJS yang dimiliki.

D. Struktur Keluarga

1. Pola komunikasi keluarga


Keluarga dalam berinteraksi menggunakan bahasa jawa dan
Indonesia. Tn. M menyelesaikan permasalahan dengan cara
bermusyawarah dengan Ny. K.
2. Struktur kekuatan keluarga
Tn. M selalu bermusyawarah dengan Ny. K selaku istri .
3. Struktur peran
Formal : Tn. M menjadi kepala rumah tangga dan sebagai X
mengimami keluarganya.
Informal : Tn. M sebagai pencari nafkah yang seluruh
kebutuhan rumah tangganya ditanggung olehnya serta tanggung
jawab dalam menyekolahkan kedua anaknya. Anak-anak
menjalankan tugasnya sebagai anak yang patuh terhadap orang
tuanya.
4. Nilai atau norma keluarga
Nilai dan norma yang berlaku di keluarga menyesuaikan dengan
nilai agama yang dianut yaitu agama Islam dan norma yang
berlaku di lingkungannya.
E. Fungsi Keluarga

1. Fungsi Afeksi
Tn. M mengatakan walaupun An. I mengalami keterlambatan
berbicara namun Tn. M melakukannya seperti anak normal dlam
mengasuh. Keluarga selalu mengajak berkomunikasi terhadp
An. I, agar An. I dapat sembuh dan berbicara seperti anak
seumuran lainnya.
2. Fungsi Sosial
Tn. M selalu mengajarkan dan takkenal lelah dalam An. I untuk
belajar berbicara karena Tn. M ingin An. I hidup dengan normal.
3. Tugas Perawatan Kesehatan
a. Mengenal Masalah Kesehatan
Keluarga tidak mampu mengenal penyebab
ketidakmampuan An. I keterlambatan berbicara, yang
terlihat pada saat pengkajian keluarga terpata-pata dalam
menjab, yang menyebabkan resiko ketidakefektifan
hubungan dalam keluarga Tn. M yang salah satu anggota
keluarga menderita Autisme. Dan kebingungan untuk
pemberian perawatan atau terapi yang tepat untuk
kesembuhan An. I.
b. Mengambil Keputusan
Tn. M merasa kebingungan untuk menjalan perawatan atau
terapi yang tepat untuk An. I yang menderita Autisme.
c. Merawat Anggota Keluarga
Keluarga belum mampu untuk melakukan perawatan atau
terapi yang tepat untuk kesembuhan An. I dengan Autisme.
Terlihat dalam kondisi An. I yang sulit untuk memahami
orang yang di sekitarnya.
d. Modifikasi Lingkungan
Keluarga belum mampu dalam menempatkan barang-
barang pecah belah atau benda tajam yang mampu
mebahayakan keamanan An. I dan adiknya yang masih
balita terlihat dalam penataan piring dan gelas yang mampu
di jangko oleh anak-anak.
e. Menggunakan Fasilitas/Pelayanan Kesehatan di Masyarakat
Keluarga belum memanfaatkan fasilitas kesehatn dengan
maksimal terlihat dalam keluarga belum melakukan
perawatan atau terapi An. I untuk mengatasi Autisme yang
di dertita oleh An. I.

F. Stres dan Mekanisme Koping Keluarga

1. Stressor yang dimiliki


Sejak umur 2 Tahun An. I sudah mulai terlihat dalam
keterlambatan mencotoh perkataan orang yang ada di
lingkungan rumahnya atau membeo, Ny. K sebenarnya sudah
menyarankan kepada Tn. M untuk memeriksakan An. I ke
dokter spesialis anak untuk memeriksakan keterlambatan
membeonya. Namun kata Tn. M perkembangan anak beda” jadi
Ny, K mengurungkan untuk berobat sampai umur 4 th lebih baru
di lalukan pemeriksaan menyeluruh dan di dapatkan halih
bahwa An. I mengalami Autisme.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Keluarga melakukan musyawarah mengenai Autisme yang di
derita An. I dan merawat An. I dengan selalu mengajk
berkomunikasi seta melatih untuk berbicara.
3. Strategi koping yang digunakan
Koping yang digunakan keluarga Tn. M dalam memecahkan
suatu masalah adalah dengan bermusyawarah dengan anggota
keluarga lainnya.
4. Strategi adaptasi yang disfungsi
Tn. M dan Ny. K selalu mengajak dan melatih berkomunikasi
agar An. I memahami orang yang tinggal dengan dia.

G. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Tn. M Ny. S An. I An. K


TTV TD : 130/90 TD : 120/90 TD : 100/80 TD : 100/80
mmHg, mmHg, mmHg mmHg
Nadi : 80 x/menit Nadi : 83 x/menit Nadi : 87 x/menit Nadi : 76
Suhu : 36,4º C Suhu : 36,6º C Suhu : 36,0º C x/menit Suhu :
RR : 21 x/menit RR : 21 x/menit RR : 20 x/menit 36,1º C
TB : 165 TB : 168 TB : 100 RR : 24
BB : 70 BB : 60 BB : 24 x/menit
TB : 80
BB : 16
Kepala I : Mesochepal I : Mesochepal I : Mesochepal I : Mesochepal
P : tidak ada P : tidak ada P : tidak ada P : tidak ada
benjolan benjolan benjolan benjolan
Mata Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak
ikterik, anemis (-) ikterik, anemis (-) ikterik, anemis (-) ikterik, anemis
(-)
Telinga Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak
ada serumen ada serumen ada serumen ada serumen
berlebih berlebih berlebih berlebih
Hidung Cuping hidung (- Cuping hidung (- Cuping hidung (- Cuping hidung
), tidak ada polip ), tidak ada polip ), tidak ada polip (-), tidak ada
polip
Mulut Membran mukosa Membran mukosa Membran mukosa Membran
lembab, gigi utuh lembab, gigi utuh lembab, gigi utuh mukosa
lembab, gigi
utuh
Leher Pembesaran Pembesaran Pembesaran Pembesaran
kelenjar tiroid (-) kelenjar tiroid (-) kelenjar tiroid (-) kelenjar tiroid
(-)
Dada I : simetris I : simetris I : simetris I : simetris
P : tidak ada nyeri P : tidak ada nyeri P : tidak ada nyeri P : tidak ada
tekan tekan tekan nyeri tekan
P : sonor P : sonor P : sonor P : sonor
A : vesikuler A : vesikuler A : vesikuler A : vesikuler
Abdomen I : supel I : supel I : supel I : supel
P : nyeri tekan (-) P : nyeri tekan (-) P : nyeri tekan (-) P : nyeri tekan
P : redup P : redup P : redup (-)
A : bising usus A : bising usus A : bising usus P : redup
normal normal normal A : bising usus
normal
Genitalia Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
Ekstremitas Palpasi : tidak ada Palpasi : tidak ada Palpasi : tidak ada Palpasi : tidak
oedema oedema oedema ada oedema
Perkusi : padat Perkusi : padat Perkusi : padat Perkusi : padat
Kekuatan otot Kekuatan otot Kekuatan otot Kekuatan otot
5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5
Kulit Turgor kulit Turgor kulit Turgor kulit Turgor kulit
cukup cukup cukup cukup

H. Harapan Keluarga

Keluarga berharap dengan adanya mahasiswa kesehatan yang


mengelola keluarganya diharapkan derajat kesehatan keluarga
dapat meningkat terutama pada An. I yang menderita
keterlambatan berbicara di akibatkan oleh Autisme.
II ANALISA DATA

No. Data Etiologi Masalah


1. DS : - Tn. M merasa sedih Ketidakmampuan Resiko
dengan kondisi An. I yang keluarga ketidakefektifa
mengalami keterlambatan mengenal n hubunan
berbicara yang keterampilan
mengakibatkan sulitnya komunikasi tidak
berkomunikjasi dan efektif masalah
hubungan dalam keluarga
terganggu
-Tn. M mengatakn tidak
terjadi interaksi dengan An. I
DO : - terlihat An. I tidak
bisa mengikuti apa yang
penulis katakan.
- Tidak tertarik
kepada lawan komunikannya
- Sangat aktif
bergerak.
- Kurangnya
interaksi untuk
berkomunikasi
2. DS : - Tn. M mengatakan An. Ketidakmampuan Hambatakn
I mengalami keterlambatan keluarga komunikasi
berbicara dan sekrng mengenal kondisi verbal
umurnya 5 th lebih 7 bulan di psiko
sekolahkan dengan adiknya di
Paud tidak ada perkembangan
yg segnifikan.
DO : - ketika di lakukan
pemeriksaan perkembangan
denga KPSP di dapatkan
hasil perkembangan An. I
mengalami penyimpangan
dalam Gerak kasar, bicara
dan bahasa, sosialisai dan
kemandiria
III SKORING

A. Resiko ketidakefektifan hubungan berhubungan dengan


keterampilan komunikasi tidak efektif

No Kriteria Skala Bobot Skor


1 Sifat Masalah 3 1 3/3 x 1 = 1
Aktual 3
Resiko 2
Potensial 1

2 Kemungkinan 2 2 1/2 x 2 = 1
masalah dapat dirubah
Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0

3 Potensial masalah untuk 3 1 3/3 x 1 = 1


dicegah
Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1

4 Menonjolnya masalah 2 1 2/2 x 1 = 1


Masalah berat harus segera 2
ditangani
Ada masalah tapi tidak perlu 1
segera ditangani
Masalah tidak dirasakan 0

Total Skor 4
B. Hambatakn komunikasi verbal : kondisi psiko berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

No Kriteria Skala Bobot Skor


1 Sifat Masalah 3 1 3/3 x 1 = 1
Aktual 3
Resiko 2
Potensial 1

2 Kemungkinan 2 2 1/2 x 2 = 1
masalah dapat dirubah
Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0

3 Potensial masalah untuk 3 1 2/3 x 1 = 2/3


dicegah
Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1

4 Menonjolnya masalah 2 1 1/2 x 1 = 1/2


Masalah berat harus segera 2
ditangani
Ada masalah tapi tidak perlu 1
segera ditangani
Masalah tidak dirasakan 0

Total Skor 3,1

IV PRIORITAS DIAGNOSA

Setelah di lakukan proses skoring maka dapat diketahui prioritas masalah


yang muncul yaitu :
1. Ketakutan : ancaman kebutaan berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan
2. Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
V. INTERVENSI

TUJUAN KRITERIA EVALUASI


NO DIAGNOSA TUM TUK KRITERIA STANDAR INTERFENSI
1 resiko ketidakn Setelah dilak Setelah dilakukan Respon verbal Keluarga Tn. NIC:
efektifan ukan tindakan tindakan M mampu Penyuluhan
hubungan : keperawatan keperawatan memahami kesehatan
keterampilan selama 6 kali selama 6 x 40 cara untuk Intervensi:
komunikasi kunjungan, menit keluarga mengatasi 1. Bina
tidak efektif diharapkan mampu : masalah hubungan
berhubungan resiko 1. Mengenal resiko saling
dengan ketidak ketidakefektif masalah ketidakefektif percaya.
mampuan an hubungan kesehatan untuk an hubungan 2. Bantu klien
keluarga : mengatasi mengidentifi
mengenal keterampilan masalah resiko kasi sumber
masalah komunikasi ketidakefektifan resiko
kesehatan tidak efektif hubungan . ketidakefekt
teratasi a.Menjelaskan ifan
tentang resiko hubungan .
NOC : ketidakefektif 3. Berikan
hubungan an hubungan pendidikan
caregive Menjelaskan kesehatan
tentang tentang
penanganan bagaimana
yang tepat penanganan
dalam resiko
perawatan ketidakefekt
resiko ketidak ifan
efektifan hubungan :
hubungan keterampila
-Menyebutkan n
penyeb komunikasi
timbulnya tidak efektif.
resiko
ketidakefektif
an hubungan
2. Mengambil Respon verbal Keluarga Tn. NIC : Anxiety
keputusan yang M dan reduction
tepat untuk keluarga 1. Motivasi
mengatasi mampu pasien untuk
masalah resiko memutuskan meceritakan
ketidakefektifa tindakan apa apa yang di
n hubungan : yang akan alami oleh
keterampilan dilakukan An. I. Bantu
komunikasi oleh keluarga pasien
tidak efektif. untuk dalam
- Menjelas mengatasi pengambila
kan masalah n keputusan
akibat / resiko untuk
resiko ketidakefektif mengatasi
ketidaefe an hubungan resiko
ktian : ketidakefekt
hubuNG keterampilan ifan
AN komunikasi hubungan :
tidak efektif. keterampila
n
komunikasi
tidak efektif.
2. Bantu
pasien dan
keluarga
untuk
mengidentifi
kasi
kekuatan
yang ada di
keluarga,
juga sistem
pendukung
yang akan
membantu
dalam
mengatasi
resiko
ketidakefekt
ifan
hubungan :
keterampila
n
komunikasi
tidak efektif
3. Mampu Respon . Keluarga 1. NIC :
merawat psikomotor Tn. M Terapi
anggota mampu Keluarga
keluarga yang melakukan tentukan
mengalami cara komunikasi
masalah perawatan dalam
resiko anggota keluarga,
ketidakefektif keluarga yang bantu
an hubungan mengalami mengidentifi
: keterampilan masalah kasi peran
komunikasi resiko yang biasa
tidak efektif. ketidakefektif dalam
an hubungan keluarga
: Anjurkan
keterampilan melakukan
komunikasi terapi
tidak efektif wicara dasar
dengan
mengajarka
n orang
yang tidangl
dengan An.
I dan selalu
mengajak
untuk
berkomunik
asi secara
sering.
4. Mampu Respon Keluarga Tn. NIC :
memodifikasi psikomotor M dan peningkatan
lingkungan keluarga kecakapan
agar dapat mampu hidup
mengatasi memodifikasi 1. Bantu
resiko lingkungan pasien dan
ketidakefektifa agar dapat keluarga
n hubungan : mengatasi untuk
keterampilan resiko mengidentifi
komunikasi ketidakefekti kasi situasi
tidak efektif. fan hubungan yang
: memicu
keterampilan resiko
komunikasi ketidakefekt
tidak efektif. ifan
hubungan .
2. Anjurkan
keluarga
menciptakan
suasana
yang aman
dan nyaman.
5. Mampu Respon verbal 1. Keluarga NIC :
memanfaatkan Tn. M Peningkatan
fasilitas mampu sistem
kesehatan menyebut dukungan
untuk kan kesehatan
memeriksakan tempat 1. Informasika
kesehatan. pelaksana n kepada
an untuk klien dan
2. memeriks keluarga
akan tentang
kesehatan sumber
. pelayanan
Keluarga kesehatan.
Tn. M 2. Motivasi
memilih klien dan
salah satu keluarga
tempat untuk
pelayanan mencari dan
kesehatan mendapatka
untuk n informas.
memeriks 3. Mengkoordi
akan nasikan
kesehata. rujukan
kepada
pemberi
pelayanan
kesehatan
yang
relevan.
2 Hambatakn Setelah Setelah dilakukan Respon verbal Keluarga Tn. 1. Bina
komunikasi dilakukan kunjungan selama M dan hubungan
verbal : tindakan 6 x 40 menit, keluarga saling
kondisi psikis keperawatan diharapkan mampu percaya.
berhubungan selama 6 kali keluarga dapat: memahami 2. Informasika
dengan kunjungan 1. Mengenal cara untuk n pada klien
ketidakmamp diharapkan masalah mengatasi tentang
uan keluarga klien dapat tentang gangguan : . Hambatakn
mengenal berkomunika Hambatakn komunikasi
masalah si : komunikasi verbal :
penerimaan, verbal : kondisi
interkasi an kondisi psikis. psikis.
ekspresi 3. Kaji
peran lisan, pemahaman
tulisan dan klien dan
non verbal keluarga
meningkat mengenai
dari materi
Hambatakn penyuluhan
komunikasi dan
verbal : meminta
kondisi psikis klien dan
. keluarga
untuk
menjelaskan
kembali
materi
penyuluhan
yang telah
dijelaskan.
2. Mampu Respon verbal Keluarga Tn. 1. diskusikan
mengambil Mdan bersama
keputusan keluarga keluarga
yang tepat mampu tentang
untuk memutuska terapi yang
mengatasi n tindakan dapat
Hambatakn apa yang mengurangi
komunikasi akan Hambatakn
verbal : dilakukan komunikasi
kondisi psikis oleh verbal :
. keluarga kondisi
untuk psikis.
mengatasi
Hambatakn
komunikasi
verbal :
kondisi
psikis .

3. Mampu Respon Keluarga Tn. 1. identifikasi


merawat psikomotor Mdan tingkat
anggota keluarga kebutuhan
keluarga yang mampu untuk
mengalami memutuska mengatasi
Hambatakn n tindakan Hambatakn
komunikasi apa yang komunikasi
verbal : akan verbal :
kondisi psikis. dilakukan kondisi
oleh psikis
keluarga 2. pastikan
untuk akses
mengatasi terhadap
Hambatakn Hambatakn
komunikasi komunikasi
verbal : verbal :
kondisi kondisi
psikis. psikis:
4. Mampu Respon Keluarga 1. Identifikasi
memodifikasi psikomotor mampu tingkat
lingkungan memodifika kebutuhan
agar dapat si untuk dapat
mengatasi lingkungan berkomunik
Hambatakn agar dapat asi klien
komunikasi mengatasi 2. Pastikan
verbal : Hambatakn keluarga
kondisi psikis. komunikasi untuk lebih
verbal : menaga
kondisi komunikasi
psikis. dengan An.
I
5. Mampu Respon verbal 1. Keluarga 1. Diskusikan
memanfaatkan Tn. M dan pada
fasilitas kesehatan keluarga keluarga
untuk mampu manfaat
memeriksakan menyebutk menggunaka
anggota keluarga an tempat n fasilitas
yang sakit. pelaksanaa kesehatan.
n untuk 2. Beri
periksa kesempatan
kesehatan. pada
2. Keluarga keluarga
Tn. M dan untuk
keluarga menanyakan
memilih yang belum
salah satu dipahami
tempat mengenai
pelayanan fasilitas
kesehatan kesehatan.
untuk 3. Motivasi
periksa keluarga
kesehatan. untuk
menggunaka
n pelayanan
kesehatan.
VI. IMPLEMENTASI

Hari, Tanggal, Jam Dx Implementasi Respon Paraf


Sabtu , 29 April 2017
10.00-10.40 Wib I.II 1. Membina hubungan - Tn. M dan keluarga
saling percaya sangat gembira di saat di Ardi
dengan Keluarga kunjungi oleh penulis.
Tn. M
I.II 2. Mengkaji keluhan - Tn. M dan keluarga terlihat
keluarga Tn. M terbuka dan bersedia akan di
Ardi
secara menyeluruh di berikan perawatan atau
berfokus pada An. I terapi terhadap An. I yang
yang menderita menderita Autisme.
I Autisme.
3. Mengkaji - Tn. M dan keluarga
pengetahuan tentang kebingungan saat di beri Ardi
resiko ketidakefetifan pertanyaan tentang seputar
hubungan yang di autisme (penyebab, tanda
timbulakan dan gejala, cara
keterampilan penangannya)
II komunikasi tidak
efektif pada An. I
dengan Autisme .
-Tn. M mengatakn merasa
4.Mengidentifikasi Ardi
sedih dengan perkembangan
kemampuan keluarga
An. I yang tidak normal
dalam mengatasi
dengan anak seusianya yang
keterampilan
sudah bisa bicara lancar dan
komunikasi tidak
I.II sudah bisa berinteraksi
efektif pada An. I
dengan teman sebayanya,
yang mengderita
susah untuk diam karena
Autisme.
sangat aktif.
-Tn. M dan keluarga
5.Mengatur kontrak Ardi
bersedia untuk dilakukan
untuk rencana tindak
pemeriksaan perkembagan
lanjut
anak dengan KPSP pada An.
I yang bertujuan utuk
mengetahui perkembangan
gerak kasar, gerak
halus,bicara dan bahasa,
sosialisasi dan kemandirian.
Agar dapat menetukan
terapi yang tepat dengan
kondisi An. I.
Senin, 01 Mei 2017
11.00-11.40 Wib I.II 1. Mengkaji keluhan Tn. -Tn. M merasa sedih dengna
M Secara anaknya yang menderita Ardi
menyeluruh tentang Autisme mengalami
resiko keterlambatan berbicara,
ketidakefektifan sangat aktif, susah untuk
hubungan berinteraksi.
berhubungan dengan
keterampilan
komunikasi tidak
efektif pada An. I
II yang menderita
Autisme. -Tn. M mengatakan tidak
2. Mengkaji tahu tentang resiko Ardi
pengetahuan tentang ketidakefektifan hubungsn
resiko ketidakefetifan berhubungan dengan
hubungan yang di keterampilan komunikasi
timbulakan tidak efektif yang di
keterampilan akibatkan oleh Autisme.
II komunikasi tidak
Ardi
efektif pada An. I
dengan Autisme . -Tn. M dan keluarga sangat
3. Melaksanakan antusias dan kopoperatif
pemeriksaan skiring dengan di laksanakan
atau pemeriksaan pemeriksaan KPSP
I perkembangan anak
menggunakan
kuessioner pra skiring Ardi
perkembangan -Tn. M memgatakan selama
(KPSP). ini kita selalu menjaga
4. mengidentifikasi interaksi dengan An. I
kemampuan keluarga namun An. I tidakada
Tn. M dalam ketertarikan dengan lawan
menghadapi resiko komunikasinya, sengan
ketidakefetifan bermain dengan satu benda
I dan seperti di dunianya
hubungan yang di Ardi
timbulakan sendiri.
keterampilan
komunikasi tidak
efektif pada An. I -Tn. M dan keluarga sangat
dengan Autisme. antusias dan kopoperatif
5. melaksanakan Penkes dengan di selama laksanakan
tentang Autisme yang penkes
menimbulkan resiko
ketidakefetifan
hubungan yang di
timbulakan
keterampilan
komunikasi tidak
efektif pada An. I
I -Tn. M dan keluarga
6.Memotifasi keluarga Ardi
sangat antusias dan
Tn. M untuk selalu
kopoperatif dengan di
menjaga komunikasi
selama di beri motivasi.
dan mengajak
berinteraksi agar
tidak terjadi resiko
ketidakefetifan
hubungan yang di
timbulakan
keterampilan
I.II komunikasi tidak - Tn. M dan keluarga
bersedia untuk dilakukan Ardi
efektif pada An. I
8. Mengatur kontrak perawan atau terapi wicara.
untuk rencana tindak
lanjut utuk
pelaksanaan
perawatan atau terapi
wicara dasar pada
An. I.
Selasa, 02 Mei 2017
11.00-11.40 Wib I 1. Mengevaluasi tentang -Tn. M dan keluarga
resiko ketidakefetifan menjawab pertanyaan Ardi
hubungan yang di dengan benar namun belum
timbulakan lengap.
keterampilan
komunikasi tidak
II efektif pada An. I
2. Melaksanakan -An. I tidak mau diam saat Ardi
perawatan atau dilakuka terapi wicara dasar
terapi wicara dasar oleh penulis
I.II pada An. I - Tn. M dan keluarga Ardi
3. Memotifasi keluarga sangat antusias dan
Tn. M untuk selalu kopoperatif dengan di
menjaga komunikasi selama di beri motivasi.
dan mengajak
berinteraksi agar
tidak terjadi resiko
ketidakefetifan
hubungan yang di
timbulakan
keterampilan
komunikasi tidak
efektif pada An. I.
I.II 4. Memotivasi dan -Tn. M dan keluarga Ardi
membantu keluarga koperatif dan antusia dlam
Tn. M untuk segera mengidentifikasi tempat
merujuk An. I untuk pelayanan kesehatan.
secepatnya menerima
terapi lebih lanjut dan
meng identifikasi
pelayanan kesehatan
yang melayani
I.II perawatan atau terapi Ardi
- Tn. M dan keluarga
pada anak autisme.
bersedia untuk dilakukan
5. Mengatur kontrak
perawan atau terapi wicara.
untuk rencana tindak
lanjut utuk
pelaksanaan
perawatan atau
terapi wicara dasar
pada An. I.
Rabu, 03 Mei 2017
13.00-13.40 Wib I 1. Mengevaluasi tentang -Tn. M dan keluarga
resiko ketidakefetifan menjawab pertanyaan Ardi
hubungan yang di dengan benar namun belum
timbulakan lengap.
keterampilan
komunikasi tidak
II efektif pada An. I -An. I masih tidak mau diam Ardi
2. Melaksanakan saat dilakuka terapi wicara
perawatan atau dasar oleh penulis
terapi wicara dasar
II pada An. I
3. Memotivasi kelurga Tn. M dan keluarga Ardi
Tn. M untuk selalu kopoperatif dengan di
melatih terapi selama di beri motivasi.
I.II wicara dasar saat Ardi
tidak ada penulis. - Tn. M dan keluarga
4. Memotifasi keluarga
sangat antusias dan
Tn. M untuk selalu kopoperatif dengan di
menjaga komunikasi selama di beri motivasi.
dan mengajak
berinteraksi agar
tidak terjadi resiko
ketidakefetifan
hubungan yang di
timbulakan
keterampilan
komunikasi tidak
efektif pada An. I.
I.II 5.Mengatur kontrak - Tn. M dan keluarga
untuk rencana tindak bersedia untuk dilakukan Ardi
lanjut utuk perawan atau terapi wicara.
pelaksanaan
perawatan atau terapi
wicara dasar pada
An. I.
Kamis, 04 Mei 2017
11.00-11.40 Wib I 1. Mengevaluasi tentang -Tn. M dan keluarga Ardi
resiko ketidakefetifan menjawab pertanyaan
hubungan yang di dengan benar dan lengkap .
timbulakan
keterampilan
komunikasi tidak Ardi
efektif pada An. I -An. I masih tidak mau diam
II
2. Melaksanakan saat dilakuka terapi wicara
perawatan atau dasar oleh penulis
terapi wicara dasar
II pada An. I Ardi
-Tn. M dan keluarga
3. Memotivasi kelurga
kopoperatif dengan di
Tn. M untuk selalu
selama di beri motivasi.
melatih terapi
I.II wicara dasar saat Ardi
tidak ada penulis. - Tn. M dan keluarga
4. Memotifasi keluarga kopoperatif dengan di
Tn. M untuk selalu selama di beri motivasi.
menjaga komunikasi
dan mengajak
berinteraksi agar
tidak terjadi resiko
ketidakefetifan
hubungan yang di
timbulakan
I.II
keterampilan Ardi
komunikasi tidak
efektif pada An. I. - Tn. M dan keluarga
5. Mengatur kontrak
bersedia untuk dilakukan
untuk rencana tindak perawan atau terapi wicara
lanjut utuk terakir.
pelaksanaan
perawatan atau
terapi wicara dasar
pada An. I.
Jum’at, 05 Mei 2017
10.00-10.40 Wib I.II 1. Menanyakan kembali -Tn. M dapat menjawab Ardi
tentang resiko dengan benar sumua
ketidakefktifan pertantaan
hubungan
berhubungan dengan
keterampilan
komunikasi tidak
II efektif pada An. I
dengan Autisme. -An. I terlihat belum dapat Ardi
2. mengevaluasi terapi menerima terapi wicara
wicara yang di dasar yang di berikan oleh
II berikan kepada An. I penulis
- Tn. M dan keluarga Ardi
3. Memotivasi kelurga kopoperatif dengan di
Tn. M untuk selalu selama di beri motivasi.
melatih terapi
I.II wicara dasar saat
Ardi
tidak ada penulis. -Tn. M dan keluarga
4. Memotifasi keluarga kopoperatif dengan di
Tn. M untuk selalu selama di beri motivasi.
menjaga komunikasi
dan mengajak
berinteraksi agar
tidak terjadi resiko
ketidakefetifan
hubungan yang di
I.II timbulakan
keterampilan -Tn. M dan keluaraga dapat
komunikasi tidak menjawab seluruh petanyaan
efektif pada An. I. yang di berikan oleh penulis Ardi
5. mengevaluasi seluruh
dan setelah di lakukan
selama kunjungan kunjungan oleh penulis
terhadap keluarga Tn. adkan merujuk An. I ke
M yang berfokus pelayanan kesehatan yang
pada An. I yang melayani dengan Autisme
mengalami Autisme agar mendapatkan terapi
dan mengahiri ytang tepat.
kunjungan .
VII. EVALUASI
No Dx Hari/Tanggal Evaluasi Paraf
1. I S : - Tn. M mengatakan sudah mengetahui
penyebab munculnya resiko ketidakn
efektifan hubungan : keterampilan
komunikasi tidak efektif berhubungan
- Tn. M mengatakan sudah tidak terlalu
sedih dengan adanya kunjungan oleh
penulis yang awalnya tidak tahu
tentaabg resiko ketidakn efektifan
hubungan : keterampilan komunikasi
tidak efektif pada An. I yang mengalami
Autisme.
- Tn. M mengatakan sekarang sudah Ardi
bisa melatih terapi wicara dasar pada
Sugoharto
An. I yang di anjurkan oleh penulis.
- An. I masih belum dapat merespon apa
yang di berikan oleh penulis seperti
terapi wicara.
O : - An. I terlihat tidak mau diam, sangat aktif,
tidak mau merspon apa yang penulis beikan,
tidak dapat berbicara.
- Tn. M sangat bersemangat dalam
pemberian terapi wicara dan
berterimakasih atas kunjungan penulis.
- Tn. M dan keluarga dapat menjawab dan
mengidentifikasi masalah yang ada dalam
keluarga yaiutu resiko ketidakefektifan
hubungan berhubungan dengn
keterampilan komunikasi tidak efektif.
- An. I terlihat masih belum dapat untuk
menerima terapi wicara dasar yang di
berikan oleh penulis
- An. I belum bisa bicara,
- Dan saat di berikan skering atau
pemeriksaan perkembangan anak
mmenggunakan kuessioner pra skiring
perkembangan, terlihat An. Iterjadi
perkembangan penyimpangan dalam
gerak kasar, bicara dan bahasa, serta
sosialisasi dan kemandirian.
A : Masalah teratasi sebagian
Dengan indikator :
1. Tn. M dan kelurga dapat menjawab dan
menerapkan apa yang di ajarkan dalam
No Dx Hari/Tanggal Evaluasi Paraf
mengatasi An. I dengan Autisme
2. Tn. M mengatakan akan segera merujuk
An. I ke tempat pelayanan kesehatan
khusus dengan Autisme agar dapat
mendapatkan terapi yang tapat.
3. An. I belulm dapat menerima terapi yang
di berikan penulis dan anjurkan untuk
selau melatih terapi wicara di rumah
setiap hari.
P : Pertahankan intervensi secara mandiri

1. Anjurkan Tn. M untuk selau menjaga


komunikasi dengan baik pada An. I agar
resiko ketidakefektifan hubungan
berhubungan dengan keterampilan
komunikasi tidak efektif tidak bertambah
parah.
2. Motivasi Tn. M untuk sesegera mungkin
untuk memberikan terapi lebih lanjut
pada An. I.

S : Tn. M mengatakan bahwa An. I meengalami


2. II
keterlambatan dalam berbicara.
O : - An.I terihat tidak dapat berbicara dan sudah
berumur lima tahun tujuh bulan.
- Pada saat pemberian terapi wicara An. I
tidak dapat menrima terapi dan tidak ada
keteratikan kepada terapi.
A : Masalah belum teratasi.
Dengan indikator :
1. Klien belum dapat berbicara dan tidak Ardi
ada ketertarika untuk terapi. Sugiharto
2. An. I sangat aktif dan tidak mau diam.
P : Pertahankan intervensi secara mandiri
1. Anjurkan untuk selalu melakukan terapi
wicara di rumah kepada An. I
2. Motivasi Tn. M dan keluarga gar selau
menjali komunikasi yang erat kepada An.
I yang mengalami keteralmbatan
berbicara pad a Autisme.
“DISCARD PLANNING KEPERAWATAN”
TERAPI WICARA DASAR PADA ANAK AUTISME
DI KEUARGA Tn. M
DI KELURAHAN BERKOH, SOKAWERA RT 05/03
PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAM

DiSusun Oleh :

ARDI SUGIHARTO
P1337420214106

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN
SEMARANG PRODI DIII KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2017
“SATUAN ACARA PENYULUHAN”
( SAP )

Pokok Bahasan : TERAPI


Sub Pokok Bahasan : WICARA DASAR
Sasaran : Klien dan Keluarga
Waktu : 40 menit
Jam : 10.40 - Selesai WIB
Tanggal : 02-05 MEI 2017
Tempat : Kelurahan Berkoh Rt 05/03 Purwkoerto Selatan

I. Tujuan Intruksional Umum ( T I U )


Setelah dilakukan Terapi wicara, diharapkan klien dan keluarga mampu
mealkukan dan tedapat peningkatan dalam proses berbicara.

II. Tujuan Intruksional Khusus ( T I K )


Setelah diberi penyuluhan selama 40 menit, diharapkan klien dan keluarga
dapat :
1. keluarga mengenal terapi wicara dasar
2. Keluaga mampu mempraktekan terapi wicara dasar pada klien
3. Klien dapat berbicara atau meniru apa kata-kata yang di ajarkan
4. klien dan keluarga dapat meningkatkan kumunikasi dakam
keluarga dengan salah satu anggota keluaga menderita Autisme

III. Materi Penyuluhan


1. keluarga mengenal terapi wicara dasar
2. Keluaga mampu mempraktekan terapi wicara dasar pada klien
3. Klien dapat berbicara atau meniru apa kata-kata yang di ajarkan
4. klien dan keluarga dapat meningkatkan kumunikasi dakam
keluarga dengan salah satu anggota keluaga menderita Autisme
IV. Kegiatan Pembelajaran
a. Metode : Ceramah dan diskusi
b. Langkah – langkah kegiatan :
No Komunikator Komunikan Waktu
Pembukaan
1 Menjawab salam
Memberi salam dan
memperkenalkan
5 menit
diri Menjelaskan Mendengarkan
tujuan
terpai wicara dasar
Pelaksanaan
2 Mendengarkan
Mnjelakan urutan dalam
memberi taerapi wiara
Melakukan terapi
wicara dengan cara
mengajari nama-nama 25
3
anggota badan. menit
Memberikan
kesempatan klin untuk
4. menirukan apa ang kita Mengajukan
ajarkan pertanyaan
Memberikan keluarga
untuk bertanya

Penutup
5 Memberikan pertanyaan Menjawab
akhir sebagai evaluasi
Menyimpulkan Mendengarkan
bersama-sama hasil 10 menit
kegiatan penyuluhan
6 Menutup penyuluhan Menjawab salam
dan mengucapkan salam
V. Media dan Sumber
Media : Leaflet

VI. Evaluasi
Prosedur : Post test
Jenis tes : Pertanyaan secara lisan
Butir – butir pertanyaan :
1. Sebutkan bagai mana tata cara pemberian terapai atau urutannya
2. Sebutkan ada berapa cara dalam pemberian terapi wicara
“MATERI PENYULUHAN”

A. TUJUAN PELAYANAN
1. Menyelenggarakan pelayanan terapi wicara yang meliputi
ganggguan komunikasi (bahasa, wicara, suara, irama/kelancaran)
dan gangguan menelan yang bersifat promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif di fasilitas pelayanan kesehatan dan praktik
mandiri.
2. Mengelola manajemen pelayanan terapi wicara di
fasilitas pelayanan kesehatan dan praktik mandiri
3. Mengembangkan secara dinamis sesuai kebutuhan klien,
IPTEK dalam pelayanan terapi wicara di fasilitas pelayanan
kesehatan dan praktik mandiri.
4. Melakukan dan mengembangkan kerjasama dengan tenaga
kesehatan atau ahli lain, institusi pendidikan dan lintas sektoral
yang terkait dalam Pelayanan terapi wicara di fasilitas pelayanan
kesehatan dan praktik mandiri.
5. Mengembangkan pelayanan spesialisasi (peminatan) sesuai
dengan kebutuhan institusi pelayanan dan perkembangan
ilmu pengetahuan dan tehnologi.
B. BIDANG GARAP PELAYANAN TERAPI WICARA Bidang
garap pelayanan terapi wicara meliputi:
1. Bahasa Merupakan semua sistem komunikasi, bukan saja
wicara, akan tetapi juga pengungkapan dan pengertian dari tulisan,
tandatanda, gestural, dan musik.
Gangguan berbahasa :
a. Afasia Perkembangan adalah suatu kondisi
kelainan komunikasi dalam bentuk keterbatasan memahami
dan atau penggunaan simbol bunyi bahasa sejak masa
perkembangan bahasa yang disebabkan oleh gangguan
fungsi otak, dengan kemampuan mendengar, intelegensi
dan emosi dalam batas normal.
b. Afasia Dewasa adalah gangguan bahasa perolehan yang
disebabkan oleh cedera otak dan ditandai oleh gangguan
pemahaman serta gangguan pengutaraan bahasa.
c. Gangguan Pragmatik adalah ketidakmampuan
seseorang untuk menyesuaikan penggunaan bahasa dengan
situasi dan kondisi yang dihadapinya.
d. Demensia adalah gangguan intelek yang didapatkan
dan menetap meliputi tiga (3) dari lima (5) komponennya :
1) Language (bahasa)
2) Memory (ingatan / memori)
3) Visuospatial (orientasi persepsi)
4) Emotion or Personality (emosi dan kepribadian)
5) Cognition (abtraction and mathematic (kognitif) - 9 -
Demensia fase
Demensia fase lanjut : terganggu semua komponennya.
Demensia fase dini : terganggu 3 dari 5 komponennya.
Gangguan sentral fokal : terganggu satu
(1) komponennya.
Kusut pikir : gangguannya bersifat sementara. 2. Bicara
Merupakan sebuah sistem komunikasi yang dipakai untuk
mengungkap dan mengerti proses berfikir yang mempergunakan
simbol akustik; sistem komunikasi tersebut dihasilkan oleh getaran
atau vibrasi dari pita suara dalam laring (fonasi) yang disebabkan
oleh adanya aliran udara dari paru-paru (respirasi) dan terakhir
akan dimodifikasi/dibentuk oleh gerakan dari bibir, lidah dan
palatum (artikulasi), sehingga membutuhkan kombinasi yang
adekuat dari aksi sistem neuromuskuler untuk fonasi dan artikulasi.
a. Artikulasi dalam bicara, gerakan vocal tract untuk memproduksi
bunyi bicara, yang memerlukan ketepatan penempatan,
tempo/waktu, arah gerakan, kekuatan gerakan alat-alat ucap,
kecepatan merespon dari setiap perisriwa, kesemuannya ini
memerlukan keutuhan/integrasi sistem neural saraf.
Gangguan berbicara : 1) Disglosia adalah suatu bentuk kelainan
bicara yang diakibatkan karena adanya kelainan pada struktur organ
bicara khususnya organ artikulasi pada daerah maxilla - facial.
(celah bibir sampai dengan uvula, submokus clef, bentuk rahang
yang abnormal). 2) Dislalia adalah Ketidak mampuan beratikulasi
yang di sebabkan oleh kesalahan belajar atau ketidak normalan
pada organ-organ bicara luar dan tidak untuk kerusakan sistem
syaraf pusat (atau ferifer); itu juga dinamakan gangguan artikulasi
non- organik atau fungsional. 3) Dispraksia adalah
ketidakmampuan untuk merencanakan, melaksanakan ide dalam
aksi motorik yang berguna (programisasi gerakan otot-otot untuk
memproduksi berbagai fonem, kata-kata secara sadar). 4) Disartria
adalah Gangguan wicara yang disebabkan oleh disfungsi
neuromuskular.
Kerusakan saraf pusat dan sistem jalur saraf perifer menyebabkan
disfungsi otot, kelemahan otot, inkoordinasi antar otot-otot maupun
kelumpuhan otot. 5) Dislogia adalah gangguan wicara yang
disebabkan adanya mental retardation yang terjadi dalam masa
perkembangan yang disebabkan karena adanya kerusakan otak,
genetik, psikososial. 6) Disaudia adalah gangguan berartikulasi
yang disebabkan gangguan fungsi feedback auditory. Gangguan
berartikulasi merupakan gejala/sindrom, gangguan feedback
auditory sebagai penyebab. Feedback Auditory : proses mendengar
kembali bicara diri sendiri, sehingga kerenanya memungkinkan
berlangsungnya sistem kontrol terhadap regulasi bicara atau
berfungsinya sensor auditori yang memungkin terjadinya
pemantauan terhadap aktivitas bicara.
b. Suara, perwakilan dari hasil proses fonasi, akibat dari gerakan
pita suara yang ada di dalam laring dalam menghasilkan bunyi.
Kriteria suara yang normal ialah suara yang tidak menarik perhatian
bagi si pendengar dengan dasar persepsi umur, jenis kelamin,ukuran
tubuh dan kebudayaan (lingkungan). Suara normal mempunyai ciri :
1) Mempunyai kualitas yang menyenangkan 2) Mempunyai
perimbangan resonansi yang layak di oral dan nasal 3) Mempunyai
kenyaringan yang layak 4) Mempunyai tingkat nada yang
sesuai/cocok dengan perimbangan 5) Umur, ukuran tubuh, jenis
kelamin dan kebudayaan. 6) Mempunyai modulasi suara, meliputi
nada dan kenyaring. Gangguan suara : 1) Disfonia merupakan hasil
dari kesalahan struktur atau fungsi pada vokal tract, saat proses
respirasi, fonasi dan resonansi, sehingga salah satu atau lebih dari
aspek suara yaitu nada, kenyaringan, kualitas (resonansi) tidak
sesuai dengan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, latar belakang
sosial budaya (lingkungan) si pembicara. 2) Afonia adalah
kehilangan sumber suara dan atau mekanisme suara tidak dapat
bekerja sebagaimana semestinya, sehingga kehilangan suara yang
sempurna, sebagai suatu akibat dari histerikal (perubahan problem
emosi ke arah symptom fisik, psikosomatik, kelumpuhan, penyakit
atau salah penggunaan pita suara yang dapat terjadi secara tiba-
tiba).
c. Irama Kelancaran Kelancaran dalam melagukan suara, silabel
(suku kata), dan kata. - 12 - Gangguan irama/kelancaran a. Gagap
adalah ketidaklancaran pada saat bicara yang tidak sesuai dengan
usia si pembicara dan ketidaklancaran ini mempengaruhi irama, rata-
rata kata yang diproduksi ketika berbicara dan menimbulkan suatu
usaha yang kuat dari pembicara untuk dapat berbicara lancar. Ciri-
ciri utamanya mencakup salah satu atau lebih dari satu hal yang
berikut ini : 1) Penghentian yang dapat didengar atau hening. 2)
Pengulangan-pengulangan bunyi dan suku kata. 3) Perpanjangan-
perpanjangan bunyi. b. Klater adalah gangguan berbicara yang
ditandai dengan adanya ketidakjelasan dari apa yang ingin
dikatakan/bagaimana mengatakannya, ketidak lancaran dalam
berbicara, kecepatan berbicaranya sering berlebihan, membuat
ucapannya sulit untuk dimengerti, sering disertai dengan gejala lain
seperti kesalahan dalam fonologi, distorsi pada suku kata/silabel,
penghilangan sintak dan perhatian pendek; biasanya individu
tersebut menyadari akan kesulitannya. c. Latah adalah suatu reaksi
dari seseorang yang disebabkan oleh hipersensitifitas terhadap
rangsangan yang diterima secara mendadak, sehingga menimbulkan
keterkejutan yang tidak terkendali, menyebabkan seseorang bereaksi
secara verbal (ekolalia) dan motorik; ditandai oleh adanya
kecenderungan untuk mengulangulang kata atau frasa tanpa
disadari.
3. Menelan Merupakan suatu proses memindahkan cairan dan/atau
bolus (suatu unit mass makanan yang telah di kunyah) dari rongga
mulut bagian depan ke belakang, terjadi penutupan velofaringeal,
dihantarkan menuju ke faring, esofagus, daerah dada dan ke dalam
perut. - 13 - Gangguan menelan : Disfagia adalah kesulitan
memindahkan cairan dan atau bolus dari rongga mulut bagian
depan ke belakang menuju faring, esofagus, daerah dada dan ke
dalam perut yang dapat disebabkan oleh patologik, neurologik dan
psikologik.

REFRENSI

Purwokerto, 17 Maret 2017


Mengetahui

Pembimbing Akademik Penyuluh,


ARDI SUGIHARTO
Apa penyebab autisme? 3. Mintalah bantuan tenaga kesehatan untuk menentukan
Autis mempunyai dasar bawaan yang kuat. cara penanganan yang tepat di antara beberapa cara

Penyebabnya bermacam-macam yang yang tersedia di wilayah setempat ,misalnya,


cara/metode ABA (analisis perilaku terapan/applied
melibatkan banyak gen dan faktor lingkungan.
behavior analysis), model perkembangan, pembelajaran
Penyebab gen yang pasti sulit diketahui.
terstruktur, terapibicara dan bahasa, terapi keterampilan
Bagaimana mengenal adanya autis sosial, atau terapi okupasi.
secara dini? 4. Lakukan penanganan tingkah laku dan kecerdasan pada
usia dini melalui program pendidikan khusus yang
Sebagian dari orang tua mengenali munculnya
terus- menerus sehingga membantu anak autis
gejala autis pada anak usia 18 bulan. Padahal,
meningkatkan kemandirian dan interaksi sosial,
gejala awal telah dapat dikenali pada usia lebih
keterampilan berkomunikasi dan bekerja, serta
dini. Periksakan anak kepada tenaga kesehatan
apabila terdapat gejala: mengurangi gejala tingkah laku aneh.

a. tidak ada kontak mata pada saat menyusu; 5. Berikan obat-obatan sesuai anjuran dokter.

b. tidak dapat mengoceh pada usia 12 bulan; 6. Jangan menunda penanganan/pengobatan karena akan

c. tidak ada isyarat badan, seperti menunjuk dan berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya.

melambaikan tangan, pada usia 12 bulan;


d. belum dapat berbicara satu kata pada usia Pesan Kesehatan Oleh
16 bulan; • Kenali kelainan perkembangan anak sedini mungkin. ARDI SUGIHARTO NIM :
e. tidak dapat merangkai dua kata, kecuali • Pergunakanlah buku KIA untuk dapat mengenal tanda P1337420214106
meniru (echolalia) pada usia 2 tahun; awal gangguan autis.
f. kehilangan keterampilan bahasa atau interaksi • Bawalah anak ke posyandu, pos PAUD, puskesmas,
pada setiap usia. klinik tumbuh kembang anak, atau rumah sakit untuk
melakukan deteksi dini tumbuh kembang anak.
Langkah-langkah yang harus dilakukan orang tua • Penanganan dini yang terus-menerus dan sesuai akan
atau keluarga terhadap anak autis? memperbaiki mutu hidup anak.
1. Apabila ada gangguan pada hal-hal tersebut di atas, • Penanganan/pengobatan secara teratur sesuai dengan
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
periksakan anak untuk penilaian lanjutan ke puskesmas anjuran dokter akan membantu perkembangan anak
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
dan rumah sakit (tenaga kesehatan). selanjutnya. PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2. Gunakan cara penanganan yang sesuai dengan kondisi • Pilihlah cara penanganan/pengobatan yang sesuai karena 2017
anak karena tidak setiap anak membutuhkan cara setiap anak mempunyai kebutuhan penanganan yang
penanganan yang sama. berbeda.
Apa yang dimaksud dengan autis? Bagaimana perkembangan sosial
Autis adalah kelainan perkembangan saraf
yang sangat beragam yang ditandai dengan
anak autis? Bagaimana bentuk tingkah
adanya tiga gejala, yaitu gangguan pada
1. Gejala pada bayi adalah kurang perhatian
terhadap rangsangan sosial, jarang laku
interaksi sosial, komunikasi, dan tingkah
tersenyum dan melihat seseorang, tidak berulang-ulang atau terbatas?
laku terbatas dan berulang yang terjadi
adatanggapan /rangsangan saat dipanggil
sebelum usia anak tiga tahun. Tingkah laku dapat berupa:
nama.
a. melakukan gerakan tidak
2. Gejala pada balita adalah kurang kontak
Bagaimana gambaran kondisi bertujuan yang diulangulang
mata, tidak ada komunikasi timbal balik,
berkomunikasi dengan menggunakan (stereotype) misalnya, menggerak-
anak autis? gerakkan tangan;
Angka terjadinya autis 1--2/1000 orang, angka tangan orang lain (tidak menunjuk, tetapi
menarik tangan orang lain). b. tidak mau melakukan hal yang
terjadinya gangguan sindrom autis (autis berbeda;
syndrome 3. Pada usia 3--5 tahun terdapat gangguan,
antara lain, kesulitan bermain dengan c. mengerjakan sesuatu secara
disorder/ASD) 6 per 1000, laki laki 4 x lebih rutin/kaku terhadap kebiasaan;
sering teman sebaya, mendekati orang secara
spontan, meniru, dan bereaksi secara d. bertingkah laku terbatas;
dibanding perempuan. Di Amerika terdapat e. menyakiti diri sendiri seperti
emosional, berkomunikasi tanpa bahasa
peningkatan angka kejadian 556% dari tahun memukul-mukul atau
(nonverbal), bergiliran dengan orang lain.
1991--1997. membentur-benturkan kepala.
4. Anak yang lebih besar dan dewasa
mengalami
Kapan munculnya gejala pada dan senang mendengar suara hujan. Apa saja kelainan lain yang
anak autis? dapat
1. Gejala pertama muncul pada masa Bagaimana perkembangan menyertai autis?
bayi atau masa kanak.
komunikasi anak autis? 1. Gangguan sensorik (sensasi), misalnya,
2. Gejala muncul berangsur-angsur 1. Gangguan komunikasi dapat terjadi
yang dimulai pada usia 6 bulan, tidakmengenal rasa nyeri dan tidak tahu
sejak tahun pertama kehidupan berupa bahaya
makin nyata pada usia 2--3 terlambat mengoceh, tidak bisa
tahun, dan cenderung menetap menunjuk, tidak mau dipeluk dan tidak
2. Gangguan pada sistem gerak berupa
pada masa dewasa muda. ada reaksi ketika dipanggil. lemahnya daya otot, buruknya
3. Orang tua umumnya memperhatikan 2. Pada usia 2--3 tahun anak autis : keterampilan gerak, berjalan jinjit, dan
adanya a. jarang mengoceh,
b. tidak dapat menggunakan kata, adanya gangguan keserasian gerak.
gejala pada usia 2 tahun pertama.
Tanda-tanda c. tidak dapat merangkai kata.
d. Bahasa tubuhnya sering tidak sesuai 3. Terdapat keterampilan yang sangat baik
umumnya berkembang secara
dengan kata. untuk memahami dan memperhatikan
perlahan, beberapa anak autis pada e. Jarang meminta dan membicarakan
awalnya berkembang normal, pengalaman, sesuatu, misalnya, senang melihat benda
kemudian menunjukkan f. lebih sering meniru (echolalia). yang berputar
kemunduran. kesulitan dalam g. Tidak ada perhatian yang sama (joint
mengenali wajah sedih, gembira, attention).
atau marah. h. Tidak dapat bermain pura-pura
seperti bermain masak-masakan dan
main boneka.

Anda mungkin juga menyukai