Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS PADA MASA NIFAS TERHADAP NY.

S USIA 24
TAHUN NIFAS HARI KE 3 DENGAN NYERI LUKA OPERASI SC
DI PRAKTEK MANDIRI BIDAN FENTI WIDYASTUTI DESA
WIYONO KECAMATAN GEDONG TATAAN
KABUPATEN PESAWARAN
TAHUN 2023

DISUSUN OLEH
NAMA :
NIM :

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN DAN PENDIDIKAN PROFESI


BIDAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU 2023/202
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS PADA MASA NIFAS TERHADAP NY. S USIA 24


TAHUN NIFAS HARI KE 3 DENGAN NYERI LUKA OPERASI SC
DI PRAKTEK MANDIRI BIDAN FENTI WIDYASTUTI DESA
WIYONO KECAMATAN GEDONG TATAAN
KABUPATEN PESAWARAN
TAHUN 2023

Oleh :

Pembimbing

Bdn. Sumi Anggraeni, S.ST.,M.Keb


NIDN. 0404068102

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KASUS PADA MASA NIFAS TERHADAP NY. S USIA 24
TAHUN NIFAS HARI KE 3 DENGAN NYERI LUKA OPERASI SC
DI PRAKTEK MANDIRI BIDAN FENTI WIDYASTUTI DESA
WIYONO KECAMATAN GEDONG TATAAN
KABUPATEN PESAWARAN
TAHUN 2023

Pringsewu, November 2023

Ketua Prodi S1 Kebidanan Pembimbing


Universitas Muhammadiyah

Bdn.,Nurwinda Saputri, S.ST.,M.Keb Bdn. Sumi Anggraeni, S.ST.,M.Keb


NIDN. 0210108901 NIDN. 0404068102

Dekan Fakultas Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Pringsewu

Elmi Nuryati, M.Epid., Ph.D


NIDN.0215117601

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Hidayah
dan Karunia-Nya, sehingga penyusunan laporan kasus dengan judul Laporan
Kasus Pada Masa Nifas Terhadap Ny. S Usia 24 Tahun Nifas Hari Ke 3 Dengan
nyeri luka operasi SC Di Praktek Mandiri Bidan Fenti Widyastuti Desa Wiyono
Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Tahun 2023. Pada kesempatan
ini perkenankan penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Drs. H. Wanawir Am, M.M, M.Pd., selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Pringsewu Lampung

2. Elmi Nuryati, M.Epid.,Ph.D selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Pringsewu Lampung.

3. Bdn.,Nurwinda Saputri,S.ST.,M.Keb selaku Program Studi S1 Kebidanan

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung

4. Keluarga yang selalu memberikan dukungan moril dan materil serta selalu

mendo’akan

5. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan laporan kasus ini

Semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi semuanya dan semoga Allah SWT

senantiasa melindungi kita semua.

Pringsewu, November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN....................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iv
DAFTAR ISI...................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 2
C. Tujuan..................................................................................................... 2
D. Ruang Lingkup........................................................................................ 2
E. Manfaat................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Masa Nifas............................................................................................... 4
B. Nyeri........................................................................................................
C. Teknik Relaksasi.....................................................................................

BAB III TINJAUAN KASUS


KUNJUNGAN AWAL
A. Data Subjektif..........................................................................................
B. Data Objektif...........................................................................................
C. Analisa Data............................................................................................
D. Planing.....................................................................................................
ALUR KLINIS ASUHAN................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pembahasan.............................................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................
B. Saran........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kesakitan dan kematian ibu merupakan indikator kesehatan umum dan

kesejahteraan masyarakat. Persalinan adalah proses membuka dan menutupnya servik

uteri disertai turunnya janin dan plasenta ke dalam jalan lahir sampai keluar secara

lengkap (berikut selaput-selaputnya). (Wagiyo, Putrono, 2016).

Persalinan dapat berlangsung secara fisiologis dan patologis. Salah satu dari

persalinan paotologis yaitu sectio caesarea. Operasi Sectio Caesaria merupakan

tindakan melahirkan janin yang sudah mampu hidup beserta plasenta dan selaput

ketuban secara transabdominal melalui insisi uterus. Di Indonesia, persentase Sectio

Caesarea cukup besar. Di rumah sakit pemerintah pada tahun 2008 rata-rata

persalinan dengan Sectio Caesarea sebesar 11%, sementara di Rumah Sakit Swasta

bisa lebih dari 30%. Dan tercatat dari 17.665 angka kelahiran terdapat 35,7% - 55,3%

ibu melahirkan dengan proses sectio caesarea (Cahyono, 2014).

Suatu proses pembedahan setelah operasi atau post operasi akan menimbulkan

respon nyeri. Nyeri yang dirasakan ibu post partum dengan sectio caesarea berasal

dari luka yang terdapat dari perut. Tingkat dan keparahan nyeri pasca operatif

tergantung pada fisiologis dan psikologis individu dan toleransi yang ditimbulkan

nyeri (Yuliana dkk, 2015).

Nyeri adalah sensasi yang tidak menyenangkan dan sangat idiviual yang tidak

dapat dibagi kepada orang lain. Nyeri dapat memenuhi seluruh pikiran seseorang,

mengatur aktivitasnya, dan mengubah kehidupan orang tersebut (Berman & Kozier

2009). Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik dan atau mental,
sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego individu

(Yuliana dkk, 2015).

Strategi penatalaksanaan nyeri mencakup pendekatan farmakologis dan non

farmakologis, semua intervensi akan berhasil jika dilakukan sebelum nyeri menjadi

lebih parah dan keberhasilan sering dicapai jika beberapa intervensi diterapkan secara

simultan (Suzanne & Soliigter, 2010).

Data rekam medis di RSUD Temanggung menunjukkan bahwa jumlah

prevalensi keseluruhan kasus maternitas dalam kurun waku januari hingga november

2017 terdapat 182 (39,14%) kasus post partum spontan, dan 283 (60,86%) kasus

dengan post sectio caesarea secara keseluruhan. Data tersebut menunjukkan angka

kejadian sectio caesarea yang masih tinggi.

Dari latar belakang tersebut penulis tertarik mengambil judul pada laporan

kasus ini yaitu “judul Laporan Kasus Pada Masa Nifas Terhadap Ny. S Usia 24

Tahun Nifas Hari Ke 3 Dengan Nyeri Luka Operasi Sesar di PMB Desi Handayani,

S.ST Sekampung Lampung Timur Tahun 2023”

B. Rumusan Masalah

“Bagaimana gambaran tentang Nyeri Luka Operasi Sesar pada ibu nifas di

PMB Desi Handayani, S.ST Sekampung Lampung Timur?”

C. Tujuan

Memberikan Asuhan Kebidanan Nifas Dengan Nyeri Luka Operasi Sesar

terhadap Ny. S di PMB Desi Handayani, S.ST Sekampung Lampung Timur

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.

D. Ruang Lingkup

Laporan kasus ini telah dilaksanakan pada tanggal 2 November 2023 di

PMB Desi Handayani, S.ST Sekampung Lampung Timur. Subjek pada laporan
kasus ini adalah ibu nifas, objek pada laporan kasus ini adalah Nyeri Luka

Operasi sesar. Lingkup keilmuan pada laporan kasus ini adalah Nyeri Luka

Operasi sesar pada ibu nifas.

E. Manfaat

1. Bagi Lahan praktik

Hasil asuhan ini diharapkan dapat memberikan peningkatan kualitas

pelayanan terutama pada ibu nifas dengan Nyeri Luka Operasi sesar pada ibu

nifas.

2. Bagi Ibu Nifas

Hasil asuhan ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan

pada ibu hamil yang mengalami Nyeri Luka Operasi sesar pada ibu nifas dan

bagaimana cara mengatasinya

3. Bagi Masyarakat

Hasil asuhan ini diharapkan dapat menambah wawasan kepada masyarakat

tentang penanganan Nyeri Luka Operasi sesar pada ibu nifas.

4. Bagi Universitas Muhammadiyah Pringsewu

Hasil asuhan ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam menyusun

laporan kasus lain nya. Dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Masa Nifas

1. Pengertian Nifas

Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. nifas (puerperium) berasal

dari bahasa latin. puerperium berasal dari 2 (dua) suku kata yakni peur dan

parous. peur berarti bayi dan parous berarti melahirkan. Jadi disimpulkan bahwa

peurperium merupakan masa setelah melahirkan. peurperium atau nifas juga dapat

di artikan sebagai masa postpartum atau masa sejak bayi dilahirkan dan plasenta

keluar lepas dari rahim sampai 6 minggu berikutnya disertai dengan pulihnya

kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan yang mengalami

perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya yang berkaitan saat melahirkan

(Asih dan Risneni, 2016 : 1).

Periode postnatal adalah waktu penyerahan dari selaput dan plasenta

(menandai akhir dari periode intrapartum) menjadi kembali ke saluran reproduktif

wanita pada masa sebelum hamil. periode ini juga disebut puerperium (Varney,

1997 dalam Walyani dan Porwoastuti 2017: 1).

Waktu mulai tertentu setelah melahirkan seorang anak, secara puerperium

yang dimana masa setelah melahirkan bayi dan biasa disebut juga dengan masa

pulih kembali, dengan maksud keadaan pulihnya alat reproduksi seperti sebelum

hamil (Susanto, 2018: 7).


2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan asuhan masa nifas adalah :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik secara fisik ataupun psikologik

b. Melakukan skiring, mendeteksi masalah, atau merujuk bila terjadi

komplikasi pada ibu maupun bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, keluarga berencana,menyusui, pemberian imunisasi kepada

bayi, dan perawatan bayi sehat

d. Memberikan pelayanan keluarga berencana (KB).

e. Mendapatkan kesehatan emosi. (Saifuddin, 2009 dalam Khasnah dan


Sulistyawati, 2018: 1)

3. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas

Asuhan kebidanan pada masa nifas yaitu :

a. Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya

b. Bantu ibu untuk berdekatan dengan bayinya, bantu ibu untuk

memberikan ASI sesuai dengan yang diinginkan bayinya dan ajarkan

tentang ASI eksklusif

c. Ajarkan ibu dan keluarganya nutrisi dan istirahat yang cukup setelah

melahirkan

d. Anjurkan suami dan anggota kelurganya untuk memeluk bayi dan

mensyukuri kelahiran bayinya

e. Ajarkan ibu dan keluarganya gejala dan tanda bahaya yang mungkin

terjadi dan anjurkan mereka untuk mencari pertolongan jika timbul

masalah atau rasa khawatir


f. Mengajarkan ibu cara menjaga kebersihan diri (personal hygiene)

selama proses penyembuhan (Prawirohardjo, 2013:357).

4. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

Secara fisiologis seorang wanita yang telah melahirkan akan perlahan-

lahan kembali seperti semula. Alat-alat reproduksi sendiri akan pulih dalam waktu

6 minggu. Adapun perubahan-perubahan dalam masa nifas adalah sebagai berikut:

a. Perubahan sistem reproduksi

Evolusi uterus meliputi reorganisasi dan pegeluaran desidua dan

eksfolisasi tempat perleketan plasenta yang ditandai dengan penurunan ukuran

dan berat serta perubahan pada lokasi uterus juga ditandai dengan warna dan

jumlah lokhea. Penurunan ukuran uterus direflesikan dengan perubahan lokasi

uterus, yaitu uterus turun dari abdomen dan kembali menjadi organ panggul.

Segera setelah melahirkan, tinggi fundus uteri (TFU) terletak sekitar dua per tiga

hingga tiga per empat bagian atas antara simfisis pubis dan umbilikus. Letak TFU

kemudian naik, sejajar dengan umbilikus dalam beberapa jam. TFU tetap terletak

kira-kira sejajar umbilikus selama satu atau dua hari dan secara bertahap turun

kedalam panggul sehingga tidak dapat dipalpasi lagi di atas simfisis pubis setelah

hari ke 10 postpartum (Anggraini, 2015: 31).

b. Involusi tempat plasenta

Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan

kasar, tidak rata, dan kira – kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini

mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2

cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas
plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus

(Anggraini, 2015:35).

Tabel 1
Proses Involusi Uterus

Diameter Palpasi
Waktu TFU Bobot uterus
Uterus Serviks
Pada akhir persalinan Setinggi pusat 900-1000 12,5 cm Lembut/lunak
gram
Akhir minggu ke 1 ½ pusat simpisis 450-500 gram 7,5 cm 2 cm

Akhir minggu ke 2 Tidak teraba 200 gram 5,0 cm 1 cm


Akhir minggu ke 6 normal 60 gram 2,5 cm meyempit
Sumber :Anggraini, 2015 :37

c. Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks akan menganga seperti corong. Bentuk

ini disebabkan olehcorpus uteri yang dapat mengadakan uteri berkontraksi,

sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah–olah pada perbatasan antara

korpus dan serviks berbentuk semacam cincin. Serviks berwarna merah kehitaman

karena penuh dengan pembuluh darah. Beberapa hari setelah persalinan, ostium

eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak

karena robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat

dilewati oleh 1 jari saja dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas

dari kanalis servikalis (Anggraini, 2015:39).

d. Lokhea

Ketika plasenta dan membran lepas dari dinding uterus, uterus

mengalirkan lokhea yang berisi darah, bagian–bagian desida, sel darah putih, dan

beberapa sumber bakteri. Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa

nifasdan mempunyai reaksi basa/ alkalis yang dapat membuat organisme


berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal

pengeluaran lokhea dapat dibagi berdasakan waktu, dan warna diantaranya

sebagai berikut (Anggraini, 2015:38).

1) Lokhea rubra (kuenta)

Berwarna merah kehitaman karena mengandung darah dan jaringan

desidu, lokhea ini mulai keluar segera setelah persalinan dan terus berlanjut

hingga dua sampai 3 hari pasca persalinan.

2) Lokhea sanguinulenta

Berwarna merah kecoklatan berisi darah dan lendir karena pengaruh

plasma darah, pengeluarannya terjadi pada hari ke-4 sampai ke-7 pasca

persalinan.

3) Lokhea serosa

Lokhea ini muncul pada hari ke 7–14 postpartum warnanya biasanya

kekuningan atau kecoklatan. Lokhea ini mengandung lebih sedikit darah dan

lebih banyak serum, leukosit dan robekan laserasi plasma.

4) Lokhea alba

Mulai terjadi setelah hari ke >14 hari. Warnanya putih lebih banyak

mengandung leukosit, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati.

5. Kunjungan Masa Nifas

Adapun asuhan ringkasan yang diberikan sewaktu melakukan

kunjungan selama masa nifas, dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini :
Tabel 2
Kunjungan Masa
Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan


1 6-8 jam a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
Postpartum uteri
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu atau keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri
d. Pemberian ASI awal
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir
f. Menjaga bayi tetap sehat dengancara mencegah
hipotermi
2 6 hari a. Memastikan involusi uterus berjalan normal,
Postpartum uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus,
tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan,
cairan, dan istirahat
d. Memastika ibu menyusui denga baik dan tak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat
dan merawat bayi sehari-hari.
3 2 Minggu Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan
Postpartum asuhan yang diberikan pada kunjungan hari ke 6 post
partum
4 6 minggu a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ia
Postpartum dan bayi alami
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini.
Sumber : (Kemenkes RI, 2013)

B. Nyeri

1. Pengertian Nyeri

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan.

Sifatnya sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap

orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang


tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri

yang dialaminya (Uliyah, 2015; 122).

Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang

tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan

aktual dan potensial yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh

ataupun sering disebut dengan istilah distruktif dimana jaringan

rasanya seperti di tusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi,

perasaan takut dan mual. Terlebih jika nyeri pada intensitas sedang

sampai kuat dan disertai rasa cemas (Uliyah, 2015; 122).

2. Sifat Nyeri

Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Menurut

Mahon, menemukan empat atribut pasti untuk pengalaman nyeri,

yaitu nyeri bersifat individual, tidak menyenangkan, merupakan

suatu kekuatan yang mendominasi, bersifat tidak berkesudahan.

Sedangkan Caffery, menyatakan bahwa nyeri adalah segala

sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi

kapan saja ketika seseorang mengatakan bahwa dia merasa nyeri.

Apabila seseorang merasa nyeri, maka prilakunya akan berubah

(Andarmoyo, 2013; 17 ).

3. Respon terhadap nyeri

Nyeri merupakan campuran dari berbagai respon, baik fisiologis

maupun perilaku. Respon ini timbul ketika seseorang terpapar

dengan stimulus nyeri, dan berbeda dalam merespon nyeri

(Andarmoyo, 2015; 39)


Beberapa respon psikologis seseorang ketika mengalami nyeri:

a. Sifat dalam merespon nyeri, dapat berupa menangis, merintih,

menarik atau menghembuskan nafas

b. Ekspresi wajah ketika mengalami nyeri seperti meringis,

menggigit lidah atau bibir, mengatupkan gigi, dahi berkerut,

membuka atau menutup mata atau mulut

c. Menghindari interaksi social seperi percaapan, ontak social,

disorientasi waktu, dan berfokus pada aktivitas untuk

mengurangi nyeri

d. Melakukan pergerakan tubuh berupa otot tegang, menjadi

gelisah, bergelak menggosok bagian yang nyeri, melindungi

bagian tubuh yang nyeri, immobilisasi, maupun bergerak

bolak-balik (Uliyah, 2015; 122).

4. Klasifikasi Nyeri

Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi:

a. Nyeri Akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera

akut, penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki proses

yang cepat dengan intensitas yang bervariasi (ringan

sampai berat), dan berlangsung untuk waktu yang singkat

(Andarmoyo, 2015; 18).

b. Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang intermiten

yang menetap sepanjang suatu priode waktu, walaupun


sudah mengalami penyembuhan. Nyeri ini berlangsung

lama dengan intensitas yang bervariasi dan biasanya

berlangsung lebih dari 6 bulan dan dapat terjadi penurunan

fungsi tubuh (Andarmoyo, 2015; 18).

5. Fisiologi Nyeri

Pemahaman tentang sumber nyeri, proses terjadinya nyeri

dan bagaimana status psikologi sangat penting untuk di ketahui,

karena berdampak pada pengkajian dan intervensi nyeri

(Uliyah, 2015; 122)

Saat informassi sampai di otak, sinyal nyeri tidak berhenti

berproses, namun beberapa sinyal menuju korteks motorik

kemudianturun melalui spinal kord menuju syaraf motorik.

Impuls ini menyebabkan konyraksi otot menuju tangan atau

bagian tubuh manapun yang mengalami stimulasi nyeri. Pikiran

dan emosi dapat mempengaruhi jalur nyeri asenden dan

desenden. Factor fisik dan psikologis yang dapat mempengaruhi

presepsi nyeri diantaranya meliputi umur, gender, kelelahan,

dan memory (Uliyah, 2015; 122).

6. Skala Pengukuran Intensitas Nyeri

Karakteristik yang paling subyektif pada nyeri adalah

tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Intensitas nyeri

persalinan dapat ditentukan dengan cara menanyakan tingkatan

intensitas pada skala nyeri. Hal ini dilakukan jika ibu tidak
dapat menggambarkan skala nyeri, skala nyeri yang dapat di

gunakan diantaranya skala numerik (0-10), skala deskriptif yang

menggambarkan intensitas nyeri mulai dari tidak nyeri

sampai nyeri yang tidak tertahankan, skalanyeri dengan

gambar kartun profil wajah, dan sebagainya (Judha, 2015; 78).

Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat

keparahan yang lebih obyektif. Salah satu cara pengukukuran

nyeri dapat dengan menggunakan skala Analog Visual (VAS).

VAS merupakan pengukuran tingkat nyeri yang lebih sensitive

karena pasien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian

angka yang menurut mereka paling tepat dapat menjelaskan

tingkat nyeri yang dirasakan pada satu waktu. VAS terdiri dari

sebuah garis lurus yang dibagi secara merata menjadi 10

segmen dengan angka 0 sampai 10 dan memiliki alat

pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Dimana 0

menyatakan tidak nyeri sama sekali dan 10 menyatakan nyeri

paling parah yang klien dapat bayangkan. Skala ini memberikan

kebebasan kepada pasien untuk mengidentifikasi keparahan

pasien (Uliyah, 2015; 128).

Skala Wong-Bakers merupakan skala Analog Visual yang di

modifikasi dengan kontinum wajah yang terdiri atas enam

wajah dengan profil kartun yang menggambarkan wajah dari

yang sedang tersenyum (tidak merasakan nyeri), kemudian

kurang bahagia, wajah yang sangat sedih, wajah yang sangat

ketakutan (sangat nyeri) (Uliyah, 2015; 128).


Gambar 2.2. Skala Wajah Wong-Baker (Uliyah,2015;128)

C. Teknik Relaksasi Napas Dalam

1. Pengertian teknik relaksasi napas dalam

Relaksasi merupakan suatu tindakan untuk membebaskan mental

maupun fisik dari ketegangan dan stres sehingga dapat meningkatkan

toleransi terhadap nyeri . Latihan napas dalam yaitu bentuk latihan napas

yang terdiri dari pernapasan abdominal (diafragma) dan pursed lip

breathing. (Andarmoyo, 2013)

2. Tujuan teknik relaksasi napas dalam

Tujuan dari teknik napas dalam menurut Lusianah, Indaryani and

Suratun (2013), yaitu antara lain untuk mengatur frekuensi pola napas,

memperbaiki fungsi diafragma, menurunkan kecemasan, meningkatkan

relaksasi otot, mengurangi udara yang terperangkap, meningkatkan inflasi

alveolar, memperbaiki kekuatan otot-otot pernapasan, dan memperbaiki

mobilitas dada dan vertebra thorakalis.

3. Manfaat Terapi Relaksai Napas Dalam


1) Pasien mendapatkan perasaan yang tenang dan nyaman

2) Mengurangi rasa nyeri

3) Pasien tidak mengalami stress

4) Melemaskan otot untuk menurunkan ketegangan dan

kejenuhan yangbiasanya menyertai nyeri

5) Mengurangi kecemasan yang memperburuk persepsi nyeri

6) Relaksasi nafas dalam mempunyai efek distraksi atau

penglihatan perhatian

Menurut D'silva, F., H., V., & Muninarayanappa, N.

(2014, March) “Effectiveness Of Deep Breathing Exercise

(DBE) On The Heart Rate Variability, BP, Anxiety &

Depression Of Patients With Coronary Artery Disease”

menunjukkan hasil bahwa relaksasi napas dalam efektif dalam

menurunkan kecemasan pada pasien penyakit arteri coroner.

Hal tersebut terbukti dari hasil penelitian dimana responden

yang diberikan intervensi relaksasi napas dalam mengalami

penurunan kecemasan dari kecemasan berat menjadi

kecemasan ringan dan sedang. Dari 65 responden, 21

responden (52.5%) memiliki kecemasan ringan dan 17

responden (42.5%) dengan kecemasan sedang, dan sisanya

mengalami depresi depresi ringan serta hipertensi baik pre

hipertensi maupun yang termasuk dalam hipertensi.

4. Mekanisme Kerja Relaksasi Nafas Dalam

Slow deep breathing secara teratur akan meningkatkan

sensitivitas baroreseptor dan mengeluarkan neurotransmitter


endorphin sehingga mengstimulasi respons saraf otonom yang

berpengaruh dalam menghambat pusat simpatis (meningkatkan

aktivitas tubuh) dan merangsang aktivitas parasimpatis

(menurunkan aktivitas tubuh atau relaksasi). Apabila kondisi ini

terjadi secara teratur akan mengaktivasi cardiovasculer contro

center (CCC) yang akan menyebabkan penurunan heart rate, stroke

volume, sehingga menurunkan cardiac output, proses ini

memberikan efek menurunkan tekanan darah. (Johan, 2015)

Proses fisiologi terapi nafas dalam (deep breathing) akan

merespons meningkatkan aktivitas baroreseptor dan dapat

mengurangi aktivitas keluarnya saraf simpatis dan terjadinya

penurunan kontraktilitas, kekuatan pada setiap denyutan berkurang,

sehingga volume sekuncup berkurang, terjadi penurunan curah

jantung dan hasil akhirnya yaitu menurunkan tekanan darah

sehingga mengurangi kecemasan (Muttaqin, 2009 dalam Khayati et

all, 2016).

5. Indikasi Terapi Relaksasi Napas Dalam

a. Pasien yang mengalami nyeri nyeri akut tingkat ringan sampai

dengan sedang akibat penyakit yang kooperatif.

b. Pasien yang nyeri kronis

c. Nyeri pasca operasi

d. Pasien yang mengalami stress

6. Teknik Terapi Relaksasi Nafas Dalam


Menurut Earnest (1989) dalam Khayati et all, 2016, teknik

relaksasi nafas dalam dijabarkan seperti berikut :

a. Klien menarik nafas dalam dan mengisi paru dengan udara,

dalam 3 hitungan (hirup, dua,tiga).

b. Udara dihembuskan perlahan-lahan sambil membiarkan tubuh

menjadi rileks dan nyaman. Lakukan penghitungan bersama klien

(hembuskan, dua, tiga).

c. Klien bernafas beberapa kali dengan irama normal.

d. Ukangi kegiatan menarik nafas dalam dan

menghembuskannya.

e. Biarkan hanya kaki dan telaopak kaki yang rilaks. Perawat

meminta klien mengonsentrasikan pikiran pada kakinya yang terasa

ringan dan hangat.

f. Klien mengulangi langkah keempat dan mengonsentrasikan

pikiran pada lengan, perut, punggung dan kelompok otot yang

lain.

g. Setelah seluruh tubuh klien rileks, ajarkan untuk bernafas secara

perlahan-lahan. Bila nyeri bertambah hebat, klien dapat bernafas

secara dangkal dan cepat.

FORMULIR PENGKAJIAN NIFAS


ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS P1A0 HARI KE 8 DI PMB FENTI

WIDYASTUTIDESA WIYONO KECAMATAN GEDONG TATAAN

KABUPATEN PESAWARAN

No Reg :…………………………….
Nama Pengkaji :
Hari dan tanggal Pengkajian : kamis, 2 November
2023
Waktu Pengkajian : 10.00
Tempat Pengkajian : PMB FENTI WIDYASTUTI

PENGKAJIAN DATA
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Ibu Suami
Nama :Ny. S Nama : Tn. E
Umur :24 th Umur : 25 th
Agama :Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa Suku/ bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Wiyono, Gedong Tataan Alamat : Wiyono, Gedong
Tataan
No. telp : No Telp :-

2. Alasan kunjungan : Nifas hari ke 3

3. Keluhan Sekarang : Nyeri pada luka operasi sesar

4. Riwayat Menstruasi

HPHT : 22-2-2023
HPL : 31-10-2023
Menarche: Umur 13 thn, Lamanya 7 hari, Siklus 28 hari, Jumlah 400cc,
Dismenorhoe: (-), Flour Albus: (-)
5. Riwayat Perkawinan
a. Kawin :1
b. Usia kawin : 24 tahun
c. Lama perkawinan : 1 tahun
6. Riwayat Obstetri
G1P0A0

7. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu

Anak Persalinan Nifas


ke- Lahir Umur Jns Penolon Komplika Jenis BB / Laktasi Komplika
khamilan prsalina g & si Klm PB si
n tempat H/M Lahir
1 202 Aterm Normal Dokte Tidak Laki- 3200 Ya Tidak
3 r/ RS ada laki / 50 ada

8. Riwayat Persalinan ini


a. Tanggal persalinan : 30-10-2023 ,jam: 10.05 WIB
b. Tempat persalinan : Rumah sakit
c. Jenis persalinan : SC
d. Penolong : Dokter
e. Keadaan Bayi Baru Lahir
Lahir tanggal : 30-10-2023 ,jam : 10.05 WIB
BB/PB lahir : 3200 gr / 50 cm LD : 30cm LK: 32cm
Jenis kelamin : Laki-laki
AS : 8/10
f. Lama persalinan kala I :0 jam jumlah perdarahan 0 cc
Kala I I: 15 menit jumlah perdarahan 50 cc
Kala III: 10 menit jumlah perdarahan 200cc
Kala IV: 2 jam jumlah perdarahan 300cc
Total lama persalinan: 2jam 25 menit Total
perdarahan 550 cc

g. Keadaan plasenta : Utuh

h. Penyulit persalinan : tidak ada

9. Riwayat Post Partum

a. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

1) Pola tidur dan istirahat: 8 jam / hari


Keluha : tidak ada
2) Pola eliminasi
BAB :1 kali /hari
- Konsistensi : lembek - Bau : Khas
- Warna : Kuning kehijauan - Keluhan : tidak ada
- BAK : 5 kali /hari
- Konsistensi : cair - Bau : Khas
- Warna : jernih - Keluhan : tidak ada
3) Pola nutrisi
- Pola makan
 Frekunsi : 3 kali/hari - Macam : Nasi,
sayur, Lauk
 Porsi : 1 piring - Keluhan : tidak ada
- Pola minum
 Frekuensi : 8 kali/hari -Macam : air putih
 Porsi : 1 gelas -Keluhan : tidak ada
4) Pola aktivitas
- Mobilisasi : jalan
- Pekerjaan : Ringan
- Aktifitas merawat diri dan bayi dibantu/mandiri? : di bantu
- Olahraga/senam nifas : Ya
- Keluhan : tidak ada
5) Personal Hygiene :
- Mandi : Ya
- Gosok gigi : Ya
- Keramas : Ya
- Kebersihan genetalia dan payudara : Ya
6) Pola seksual : tidak ada
b. Pengalaman menyusui: Baik
c. Kebiasaan menyusui
Posisi : Duduk
Perawatan payudara : tidak
Masalah : tidak ada

10. Riwayat Kesehatan


a. Penyakit yang pernah/sedang diderita : tidak ada
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga : tidak ada
11. Riwayat psikososialspiritual
 Orang terdekat : Suami
 Tinggal serumah dengan: Suami
 Perasaan ibu saat ini : Senang
 Tanggapan keluarga : Baik
 Rencana menyusui : ASI
 Pemberian nama bayi : Belum ada
 Rencana aqiqah : Usia Bayi 1 bulan
 Rencana perawatan bayi : Sendiri
 Kebiasaan spiritual : Ibadah
 Pendapatan : Gaji Suami
12. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan
- tidak ada

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : baik kesadaran : Composmentis
b. Status emosional : baik
c. Tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 kali / menit
Pernafasan : 22 kali / menit
Suhu : 36 ºC
d. BB/TB : 59 kg/ 155 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Normal
b. Muka : Simetris, Normal, Tidak Pucat
c. Mata : Simetris, Conjungtiva merah muda, Sclera putih
d. Hidung : Bersih, Polip (-)
e. Telinga : Simetris, Bersih
f. Mulut : Bersih, Carries (-), Stomatitis (-)
g. Leher : Normal
h. Dada
1) Jantung : Normal
2) Paru : Normal
3) Payudara :
a) Bentuk : Simetris
b) Benjolan : Tidak ada
c) Puting susu : Menonjol
d) Pengeluaran : Sedikit
e) Keluhan : Sedikit nyeri
e. Abdomen
Bekas luka : ada, nyeri
TFU : ½ pusat-shimpisis
Kontraksi : Normal
f. Tangan dan kaki
Oedem : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Kuku : baik
Tanda Houman : Tidak ada
Reflek patella : ( + ) kanan, ( + ) kiri
g. Genetalia luar
Oedem : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Bekas luka : Tidak ada
Jahitan :Tidak ada Benang jenis : -
Jahitan dalam : Tidak ada
Jahitan Luar : Tidak ada
Pengeluaran lochea : Sanguelenta
h. Anus : Normal
3. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Darah, tanggal : Tidak ada
Hasil : Tidak ada
Urine, tanggal: Tidak ada
Hasil: Tidak ada
b. Pemeriksaan Penunjang lainnya : Tidak ada

C. ASSESMENT

Ny. NS P1A0 .Postpartum hari ke 3 dengan nyeri luka operasi SC

D. PLANNING Tanggal/jam: 2 November 2023 /10.00

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan tanda-tanda vital:

TD : 120/80 mmHg RR : 22x/M

Pols : 82x/M Temp : 36ºc

Rasional : dengan menjelaskan hasil pemeriksaan, klien akan mengerti


kondisi kesehatannya saat ini.

Evaluasi: klien mengerti hasil pemeriksaannya

2. Memeriksa luka jahitan

Rasional : Memeriksa luka jahitan guna mengetahui keadaan luka

Evaluasi : Luka Jahitan masih sedikit basah dan sedikit pengeluaran darah

3. Menjelaskan kepada ibu tentang nyeri pada luka operasi SC.

Rasional : Nyeri yang di rasakan ibu masih dalam faktor fisiologis

Evaluasi : ibu mengerti tentang keadaanya

4. Mengajarkan klien melakukan relaksasi nafas dalam

Rasional : Relaksasi dalam dapat mengurangi rasa nyeri

Evaluasi : Ibu melakukan relaksasi nafas dalam

5. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang dan segera datang jika ada keluhan

Rasional : Memeriksa keluhan sedini mungkin

Evaluasi : Ibu bersedia kunjungan ulang


AlurKlinisAsuhanKebidanan

Hari dan Tanggal : kamis, 2 November 2023


Tempat Praktik :
Nama :
Program Studi :Profesi Bidan

Nifas
Nama: Ny. S
Usia : 24 tahun

Tanda / Gejala / keluhan


Patofisiologi (Sesuai Tanda /Gejala / Tanda / Gejala / keluhanyang
secarateori:
keluhan yang dialami pasien). dialamipasien
Nyeri luka operasi sesar
Saat informassi sampai di otak, sinyal S: Ibu mengatakan nyeri luka
nyeri tidak berhenti berproses, namun operasi sesar
beberapa sinyal menuju korteks motorik
kemudianturun melalui spinal kord
menuju syaraf motorik. Impuls ini O: k/u baik, TD: 120/80 mmHg,
menyebabkan kontraksi otot menuju R:22x/m, N: 82x/m, T: 36C,
tangan atau bagian tubuh manapun yang Perineum odema
mengalami stimulasi nyeri. Pikiran dan
emosi dapat mempengaruhi jalur nyeri A: Nyeri luka operasi sesar
asenden dan desenden. Factor fisik dan
psikologis yang dapat mempengaruhi P: Mengajarkan ibu teknik
presepsi nyeri diantaranya meliputi relaksasi
umur, gender, kelelahan, dan memory
(Uliyah, 2015; 122).

Rasionalisasi dari asuhan yang diberikan:


Asuhan yang diberikan: Akibat dari prosedur pembedahan pasien akan
Mengajarkan ibu untuk relaksasi napas dalam mengalami gangguan rasa nyaman nyeri. Nyeri
sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman
Tibun Nabawi: Relaksasi napas dalam emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan
Hasil penelitian diperoleh dari Haryani (2021). kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
Berdasarkan hasil Distribusi frekuensi responden yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi
pada skala nyeri Post Operasi sectio caesaria kerusakan (Perry & Potter, 2005)
setelah dilakukan intervensi teknik relaksasi nafas Penanganan nyeri dengan melakukan teknik relaksasi
dalam, terjadi perubahan skala nyeri. merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan
Menunjukkan bahwa skala nyeri ibu nifas post untuk mengurangi nyeri.
sectio caesaria sebelum dilakukan yang terbanyak Teknik relaksasi dapat menurunkan nyeri dengan
yakni pada skala nyeri sedang dengan presentase merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri.
83,3%, sedangkan skala nyeri ibu nifas post sectio Teknik relaksasi terdiri atas nafas abdomen dengan
caesaria setelah dilakukan yang terbanyak yakni frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan
pada skala tidak nyeri dengan presentase 83,3%. matanya dan bernafas dengan perlahan dan nyaman
(Smeltzer et al., 2010).

Evaluasi asuhan yang diberikan:


1. Klien telah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Klien telah mengetahui tentang nyeri luka operasi
yang di alaminya
3. Klien telah mengetahui tentang trknik relaksasi napas
dalam
BAB IV
PEMBAHASAN

Sectio caesarea adalah proses persalinan melalui pembedahan dengan irisan

diperut ibu (laparatomi) dan rahim (histerotomi) dengan tujuan untuk mengeluarkan

fetus atau bayi. Sectio caesarea dilakukan akibat proses persalinan spontan atau

pervaginam yang tidak memungkinkan untuk dilakukan karena dapat beresiko baik

kepada ibu atau bayinya (Amita et al., 2018).

Salah satu dampak yang paling utama dirasakan oleh pasien sectio caesarea

adalah nyeri. Nyeri yang timbul berasal dari abdomen akibat insisi yang dilakukan

untuk mengeluarkan bayi. Menurut Khazaro, (2020) nyeri merupakan suatu

pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan

jaringan secara aktual maupun potensial. Nyeri bersifat subyektif, yang artinya

tingkatan nyeri tiap individu berbeda-beda dalam menilai nyeri yang dirasakan. Nyeri

juga menyebabkan perasaan tidak nyaman pada individu yang merasakannya. Operasi

sectio caesarea menimbulkan nyeri karena terjadinya perubahan kontinuitas jaringan

akibat pembedahan. Jika nyeri tersebut tidak ditangani dengan baik, akan

menimbulkan beberapa masalah seperti mobilisasi yang terbatas, bonding attachment

yang terganggu antara ibu dan bayi-nya, inisiasi menyusui dini terganggu, dan juga

aktivitas sehari-hari terhambat akibat adanya peningkatan intensitas nyeri (Amanda,

2020). Selain itu nyeri juga dapat mengakibatkan hambatan mobilitas fisik,

ketidakefektifan pemberian ASI, gangguan pola tidur menurut Nurarif dan Hardhi

(2015).
Nyeri pada persalinan dengan sectio caesarea dapat diminimalisir dengan dua

metode yaitu dengan cara farmakologis dan non farmakologis. Salah satu intervensi

yang dapat diberikan adalah dengan teknik relaksasi. Meskipun banyak relaksasi yang

bisa dilakukan, menurut beberapa penelitian sebelumnya teknik relaksasi yang efektif

untuk mengurangi intensitas nyeri adalah teknik relaksasi nafas dalam karena

termasuk asuhan keperawatan untuk mengontrol rasa nyeri secara efektif dan efesien

(Amita et al., 2018). Penelitian terdahulu menyebutkan sebelum dilakukan intervensi

teknik relaksasi nafas dalam, sebagian besar pasien mengalami nyeri dengan skala

intensitas nyeri pada skala 6 atau nyeri sedang. Setelah dilakukan intervensi teknik

relaksasi nafas dalam, sebagian besar pasien mengalami penurunan skala nyeri

dengan skala intensitas 3 atau nyeri ringan. Artinya, teknik relaksasi nafas dalam

efektif sebagai terapi komplementer sebagai upaya mandiri oleh klien untuk

menurunkan nyeri post SC (Lailiyah, 2018).

Berdasarkan hasil asuhan yang telah dilakukan terhadap klien, klien

mengatakan bahwa nyeri pada luka operasi SC. Hasil pemeriksaan didapatkan TTV

dalam batas normal. Bidan melakukan asuhan berupa konseling dan edukasi tentang

masalah nyeri pada luka operasi SC yang di alaminya. Bidan mengajarkan ibu untuk

melakukan Teknik relaksasi napas dalam tujuannya adalah untuk mengurangi rasa

nyeri pada klien yang mengalami nyeri dengan cara menurunkan konsumsi oksigen,

frekuensi pernafasan, frekuensi jantung, dan ketegangan otot, yang menghentikan

siklus nyeri ansietas ketegangan otot (Ramandanty, 2019). Saat ini klien mengerti

tentang nyeri pada luka operasi yang terjadi serta akan melakukan perawatan Teknik

relaksasi napas dalam.


BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil asuhan dapat disimpulkan bahwa Teknik relaksasi napas dalam

yang di lakukan oleh ibu dapat menangani masalah nyeri luka operasi SC, hal ini

terbukti setelah klien melakukan Teknik relaksasi napas dalam, nyeri pada luka

operasi SC berkurang.

B. SARAN

Diharapkan asuhan kebidanan pada ibu nifas ini dapat mengurangi keluhan

nyeri pada luka operasi pasca SC. Diharapkan ibu untuk melakukan Teknik relaksasi

napas dalam untuk dapat mengurangi nyeri pada luka operasi yang di alaminya.
DAFTAR PUSTAKA

Afroh F, Judha M, Sudiarti. (2015) Teori pengukuran Nyeri , Nuha Medika;


Yogyakarta

Amita, D., Fernalia, & Yulendasari, R. (2018). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas
Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea Di
Rumah Sakit Bengkulu. Jurnal Kesehatan Holistik, 12(1), 26–28.
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/holistik/article/download/124/69

Andarmoyo, S. (2013). Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Ar-


Ruzz

Andina Vita Susanto. 2018 . Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui- Teori dalam
Praktik Kebidanan Profesional.Yogyakarta : Pustaka Baru Press

Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Rihama.

Asih & Risneni. 2016. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. TIM: Jakarta

Astuti, A., Anggorowati, A., & Johan, A. (2017). Effect Of Progressive Muscular
Relaxation On Anxiety Levels In Patients With Chronic Kidney Disease
Undergoing Hemodialysis In The General Hospital Of Tugurejo Semarang,
Indonesia. Belitung Nursing Journal, 3(4), 383- 389.

Azis Alimul Hidayat & Musrifatul Uliyah. ( 2015 ). Pengantar kebutuhan dasar
manusia. Edisi 2. Jakarta : Salemba medika

Cahyono, Aris. (2014). Pengaruh Relaksasi Progresif Terhadap Penurunan Nyeri


Pada Pasien Post Operasi Secsio Caesarea Pada Hari ke 1-2. Journal AKP,
Vol.5, No.2,1 Juli-31 Desember 2014 (Hal 13-18)

D'silva, F., H., V., & Muninarayanappa, N. (2014, March). Effectiveness Of Deep
Breathing Exercise (DBE) on The Heart Rate Variability, BP, Anxiety &
Depression of Patients With Coronary Artery Disease. Nitte University Journal
of Health Science, 4,35- 41.
http://www.nitte.edu.in/journal/March%202014/35-41.pdf

Khasanah, N. A. & Sulistyawati, W. Asuhan Nifas dan Menyusui. Surakarta: CV


Kekata Group, 2017. Hal 1-62.

Lailiyah, S. R. (2018). Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan Pijatan


Effleurage terhadap penurunan skala nyeri pada post sectio caesarea. Nursing
Update: Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan P-ISSN: 2085- 5931 e-ISSN: 2623-
2871, 10(1), 61-69

Lusianah, Indaryani, E. D., & Suratun. (2012). Prosedur Keperawatan. Jakarta: CV.
Trans Info Medika.
Prawirohardjo, Sarwono dkk. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP- SP

Wagiyo, & Putrono. (2016). Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal & Bayi Baru
Lahir, Fisiologis dan Patologis. Yogyakarta: Andi Publisher.

Walyani, ES & Purwoastuti. (2017). Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dan Menyusui.
Yogyakarta : Pustaka Barupess.

Anda mungkin juga menyukai