Anda di halaman 1dari 89

PROPOSAL SKRIPSI

Untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Keperawatan

PENGARUH VIDEO ANIMASI ORAL HYGIENE TERHADAP


PENINGKATAN KEMAMPUAN PRAKTIK MENGGOSOK GIGI PADA
ANAK KELAS IV DI SDN 1 WIROSARI

Oleh
SOFHIA CAROLINA WANGGRA PUTRI
NIM : 2019021471

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS AN NUUR
Purwodadi, Maret 2023
PROPOSAL SKRIPSI

Untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Keperawatan

PENGARUH VIDEO ANIMASI ORAL HYGIENE TERHADAP


PENINGKATAN KEMAMPUAN PRAKTIK MENGGOSOK GIGI PADA
ANAK KELAS IV DI SDN 1 WIROSARI

Oleh
SOFHIA CAROLINA WANGGRA PUTRI
NIM : 2019021471

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS AN NUUR
Purwodadi, Maret 2023

i
HALAMAN PERSETUJUAN
Proposal Skripsi ini telah disetujui, diperiksa dan siap dipertahankan di
hadapan tim penguji Proposal Skripsi pada Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Sains dan Kesehatan Universitas An Nuur.

Purwodadi, 20 maret 2023


Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Meity Mulya Susanti, M.Kes Ns. Christina N.W.M.H


NIDN : 0613047901 NIDN : 0614128901

Mengetahui,
Dekan Fk. Sains dan Kesehatan Ka.Prodi S1 Keperawatan

Ns. Suryani, M.Kep Ns. Sutrisno, M.Kep


NIDN : 0629107901 NIDN : 0621127501

HALAMAN PENGESAHAN

ii
Proposal Skripsi oleh Sofhia Carolina Wanggra Putri, NIM : 2019021471
dengan judul “PENGARUH VIDEO ANIMASI ORAL HYGIENE
TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PRAKTIK MENGGOSOK
GIGI PADA ANAK KELAS IV DI SDN 1 WIROSARI” telah dipertahankan
di depan dewan penguji pada tanggal April 2023
Purwodadi, 20 Maret 2023
Penguji I Tanda Tangan

Ns. Sutrisno, M.Kep


NIDN : 0621127501
Penguji II Tanda Tangan

Ns. Meity Mulya Susanti, M.Kes


NIDN : 0613047901
Penguji III
Tanda Tangan

Ns. Christina N.W.M.H


NIDN : 0614128901

Mengetahui,
Dekan Fk. Sains dan Kesehatan Ka.Prodi S1 Keperawatan

Ns. Suryani, M.Kep Ns. Sutrisno, M.Kep


NIDN : 0629107901 NIDN : 0621127501

iii
KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWr.Wb.
Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penitian dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH VIDEO ANIMASI ORAL
HYGIENE TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PRAKTIK
MENGGOSOK GIGI PADA ANAK KELAS IV DI SDN 1 WIROSARI”.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Ns. Meity Mulya Susanti, M.Kes selaku Pembimbing 1 dan Ns. Christina
N.W.M.H selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan serta motivasi kepada mahasiswa dengan baik.
2. Ns. Purhadi, M.Kep selaku Plt Rektor Universitas An Nuur
3. Ns. Suryani, S.Kep.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Sains dan Kesehatan
Universitas An Nuur yang telah memberikan kesempatan kepada peniliti
untuk melakukan penelitian.
4. Ns. Sutrisno, M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan.
5. Bapak/Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Sains dan
Kesehatan Universitas An Nuur yang telah memberikan dukungan moral.
6. Kepada kedua orang tua saya bapak Mockamat Wackid dan Ibu Ratna Sri
Anggraeni yang selalu mendo’akan kebaikan untuk saya agar menjadi pribadi
yang baik dan dilancarkan untuk menyelesaikan proposal skripsi ini
7. Teman-teman PSIK 2019 seperjuangan yang senantiasa memberikan motivasi
dalam proses penyusunan proposal skripsi ini.

iv
Penulis menyadari bahwa penulisan isi maupun bahasa dari proposal
skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu apabila ada kesalahan
dan kekeliruan didalamnya, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pihak manapun. Akhir kata, semoga proposal skripsi ini
dapat bermanfaat. Aamiin.
WassalamualaikumWr.Wb

Purwodadi, 2023
Peneliti

Sofhia Carolina W.P

v
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DALAM ................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
C. Tujuan penelitian ................................................................................... 4
D. Manfaat penelitian ................................................................................. 5
E. Sistematika Penulisan............................................................................. 6
F. Penelitian terkait .................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN TEORI

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Sistematika penulisan proposal penelitian..................................... 29


Tabel 2.1 SOP Oral Hygiene......................................................................... 30
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian.................................................................... 39
Tabel 3.2 Definisi Operasional..................................................................... 43

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kombinasi Kerucut Pengalaman dari Edgar Dale dan Teori Brunner
(Symbolic, Iconic, Enactive).......................................................................... 37
Gambar 2.2 Anatomi Gigi............................................................................. 38
Gambar 2.2 Gambaran Gingiva..................................................................... 37
Gambar 2.3 Kerangka Teori ......................................................................... 37
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ..................................................................... 38

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian


Lampiran 2. Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4. Lembar Observasi
Lampiran 5. Lembar Konsultasi
Lampiran 6. Kesediaan sebagai penguji
Lampiran 7. Satuan Acara Penyuluhan

ix
x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh

secara keseluruhan. Gangguan pada gigi dan mulut dapat berdampak

negatif pada kehidupan sehari-hari dan menganggu aktivitas sekolah.

Masalah kesehatan gigi dan mulut merupakan penyakit yang dialami

hampir dari setengah populasi penduduk dunia sebesar 3,58 milyar jiwa

terutama masalah karies gigi (Oktavia, 2022).

Menjaga kebersihan mulut dapat dilakukan dengan melalui

berbagai cara. Menghindari kebiasaan buruk seperti menggigit-gigit

sesuatu (menggigit-gigit jari/kuku, pensil, mengerut-ngerutkan gigi),

kumur-kumur antiseptik (oral rinse), dental floss/benang gigi, pembersih

lidah, pemeriksaan gigi dan mulut ke dokter secara berkala,

memperhatikan makanan dan minuman yang masuk, dan oral hygiene

(Mariyam, 2016).

Oral hygiene merupakan suatu perawatan mulut dengan atau tanpa

menggunakan antiseptik untuk memenuhi salah satu kebutuhan personal

hygiene. Secara sederhana oral hygiene dapat menggunakan air bersih,

hangat dan matang. Oral hygiene dapat dilakukan bersama pada waktu

perawatan kebersihan tubuh yang lain, yaitu menggosok gigi (Mariyam,

2016).

1
2

Berdasarkan hasil persentase penelitian World Health Organization

(WHO) tahun 2021, Prevalensi karies gigi pada gigi sulung pada anak di

dunia sebanyak 46,2% dan prevalensi karies gigi pada gigi tetap pada anak

di dunia sebanyak 53,8%, terjadi infeksi disertai rasa sakit dan abses dapat

mengakibatkan anak tidak bisa makan dan mengganggu tidur anak. Karies

gigi yang parah dikaitkan dengan pertumbuhan kembang anak yang buruk

(WHO, 2021).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2022), prevalensi karies di

Indonesia adalah sebesar 88,8%. Pada kelompok anak umur 3-4 tahun

yang mengalami karies adalah 81,1%, umur 5-9 tahun yang mengalami

karies adalah 92,6% dan umur 10-14 tahun yang mengalami karies adalah

73,4%. Sedangkan menurut Kemenkes RI tahun 2021, prevalensi gigi

berlubang pada anak masih sangat tinggi yaitu sekitar 93%. Artinya hanya

7% anak Indonesia yang bebas dari karies gigi, sedangkan untuk praktik

gosok gigi yang benar persentasenya hanya sebesar 2,8% (Kemenkes RI,

2021).

Masalah kesehatan gigi dan mulut di provinsi Jawa Tengah

menempati peringkat ke dua puluh dua provinsi di Indonesia yaitu sebesar

56% (Riskesdas, 2018). Prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut di

provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan dari tahun 2018 sebesar

56% menjadi sebesar 57,6% pada tahun 2021. Untuk presentase

menggosok gigi yang benar hanya sebesar 2,1 % (Riskesdas, 2021).


3

Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan tahun 2018,

karies gigi menduduki peringkat pertama dengan angka kejadian yaitu

4.522 kasus. Kabupaten Grobogan menunjukkan bahwa 90% anak

menderita gigi berlubang (Profil Dinas Kesehatan, 2018). Sedangkan data

Puskesmas Wirosari I tahun 2022 didapat 1.055 kasus anak SD mengalami

karies gigi. Data tersebut menunjukkan bahwa sedini mungkin anak usia

sekolah dasar perlu dilakukan program pembangunan kesehatan dengan

melakukan pendidikan dasar upaya peningkatan pengetahuan kesehatan

gigi dan mulut.

Pendidikan dasar diterapkan pada anak usia 6-12 tahun karena pada

usia itu anak akan mudah dibimbing, diarahkan, dan diajarkan kebiasaan

baik. Mereka juga mempunyai kebiasaan dan keaktifan dalam mempelajari

lingkungan sekitarnya, dan memiliki sifat meniru dan menyampaikan

informasi dan pengetahuan yang diterima (Nurlila dkk, 2016).

Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada anak sebaiknya

dilakukan sejak usia dini. Peran sekolah sangat diperlukan dalam proses

menciptakan kebiasaan menyikat gigi pada anak. Usia sekolah dasar

merupakan saat yang ideal untuk melatih kemampuan motorik seorang

anak, termasuk menyikat gigi. Pendidikan kesehatan tentang cara

menggosok gigi bagi anak -anak sebaiknya menggunakan model dan

dengan teknik sesederhana mungkin, disampaikan dengan cara menarik

dan atraktif tanpa mengurangi isi, misalnya demonstrasi secara langsung,

sikat gigi massal yang terkontrol, atau program audio visual (video).
4

Video merupakan jenis media audio visual, yang artinya media

pembelajaran yang dapat dilihat dengan menggunakan indera pengelihatan

dan didengar dengan menggunakan indera pendengaran. Sebagai sebuah

media pembelajaran, video efektif digunakan untuk proses pembelajaran

secara masal, individu maupun kelompok. Jenis-jenis video yang dapat

digunakan sebagai media pembelajaran contohnya yaitu video cerita, video

dokumenter, video berita, video animasi dan lain-lain (Hadi, Sofyan,

2017).

Video animasi merupakan rangkaian gambar yang membentuk

sebuah gerakan. Salah satu keunggulan animasi dibanding media lain

seperti gambar statis atau teks yaitu kemampuannya untuk menjelaskan

perubahan keadaan tiap waktu. Hal ini terutama sangat membantu dalam

menjelaskan prosedur dan urutan kejadian (Abidin Achmad; Zainal, 2021).

Muhammad Ikhwanul (2017), menyatakan berdasarkan hasil

penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan : 1) Pengetahuan

awal 23 siswa sebelum diberikan perlakuan menggunakan media

pembelajaran video animasi menunjukkan nilai rata-rata sebesar 65,97

(mean pretest). 2) Pengetahuan siswa setelah diberikan perlakuan

menggunakan media pembelajaran video animasi menunjukkan adanya

peningkatan nilai rata-rata yang dicapai yaitu 76,84 (mean posttest).

Sehingga selisih antara mean pretest dan mean posttest adalah sebesar

10,87. Dengan demikian, penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh

penggunaan media video animasi terhadap hasil belajar Pendidikan


5

Kewarganegaraan kelas II B SD Muhammadiyah Karangtengah Bantul

Yogyakarta.

Sonia Yulia, dkk (2017), menyatakan berdasarkan hasil penelitian

analisis nilai rata-rata pretest siswa yaitu 62,5 dan nilai rata-rata posttest

siswa yaitu 79,4. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh media

pembelajaran video animasi terhadap hasil belajar siswa muatan

pembelajaran IPA pada kelas IV-2.

Dalam hal ini, edukasi dengan media video animasi dianggap

cocok dengan karakteristik anak SD. Kemampuan media video atau audio

visual ini dianggap lebih baik dan menarik, sebab mengandung kedua

unsur, yaitu di dengar dan dilihat dapat membantu siswa dalam belajar

mengajar yang berfungsi memperjelas atau mempermudah dalam

memahami bahasa yang sedang dipelajari. Manfaat dari media video

adalah untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam

waktu yang singkat dengan membuat minat belajar peserta didik akan

lebih aktif dan termotivasi untuk mempraktekkan apa yang sudah di

ajarkan oleh gurunya, media video juga dapat menambah minat siswa

dalam belajar karena siswa menyimak sekaligus melihat gambar langsung

(Claudia dkk., 2021).

Media video animasi dapat digunakan sebagai media penyuluhan

yang menarik karena daya ingat seseorang dapat menyimpan hanya 20

% dari apa yang mereka baca, 30% dari apa yang mereka dengar,

40% dari apa yang mereka lihat, 50% dari apa yang mereka sebut, 60%
6

dari apa yang mereka buat, 90 % dari apa yang mereka baca,

dengar, lihat, sebut, dan buat secara bersamaan. Pengguna video

animasi dapat memenuhi seseorang untuk menyimpan 90% apa yang

dia baca, dengar, lihat, sebut, dan buat. Hal ini dikarenakan video

animasi mempunyai elemen-elemen teks, grafik, video, audio, dan

animasi yang ditampilkan secara bersamaan (Setiana, R, dkk, 2022)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan peneliti melakukan

wawancara dengan beberapa anak di SDN 1 Wirosari, SDN 2 Wirosari,

dan SDN 6 Wirosari menunjukkan rendahnya praktik menggosok gigi

dengan benar, yang meliputi SDN 1 Wirosari kelas terbanyak yang

mengalami masalah gigi adalah kelas 4, dari jumlah 40 siswa, 21 anak

mengalami masalah gigi (17 anak mengalami karies gigi dan 4 anak

mempunyai plak gigi), 38 anak tidak bisa mempraktikan gosok gigi

dengan benar. SDN 2 Wirosari kelas terbanyak yang mengalami masalah

gigi adalah kelas 3, dari jumlah 32 siswa, 19 anak mengalami masalah gigi

(4 anak mengalami karies gigi dan 15 anak mempunyai plak gigi), 23 anak

tidak bisa mempraktikkan gosok gigi dengan benar. SDN 6 Wirosari kelas

terbanyak yang mengalami masalah gigi adalah kelas 5, dari jumlah 35

siswa, 18 anak mengalami masalah gigi (4 anak mengalami karies gigi dan

14 anak mempunyai plak gigi), 26 anak tidak bisa mempraktikkan gosok

gigi dengan benar.

Dari hasil studi pendahuluan, dapat disimpulkan bahwa SDN 1

Wirosari kelas 4 merupakan SD yang mana siswanya memiliki masalah


7

gigi dan tidak bisa menggosok gigi dengan benar terbanyak, serta tidak

berjalannya program preventif dari UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Anak

Sekolah) dan belum pernah ada penyuluhan mengenai menggosok gigi

dengan benar membuat peneliti merasa bahwa edukasi praktik gosok gigi

perlu dilaksanakan di sekolah tersebut. Atas dasar tersebut maka penulis

melakukan penelitian mengenai “Pengaruh video animasi oral hygiene

terhadap praktik gosok gigi pada anak di SDN 1 Wirosari”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti bisa menentukan

masalah berupa “Apakah ada pengaruh video animasi oral hygiene

terhadap peningkatan kemampuan praktik menggosok gigi pada anak kelas

IV di SDN 1 Wirosari ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui apakah ada pengaruh video animasi oral hygiene terhadap

peningkatan kemampuan praktik menggosok gigi pada anak kelas IV

di SDN 1 Wirosari.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui praktik menggosok gigi sebelum diberikan video

animasi oral hygiene.

b. Mengetahui praktik menggosok gigi setelah diberikan video

animasi oral hygiene.


8

c. Mengetahui pengaruh video animasi oral hygiene terhadap praktik

gosok gigi pada anak kelas IV di SDN 1 Wirosari.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bisa menambah wawasan dan pengalaman nyata tentang

pelaksanaan penelitian khusus nya tentang pengaruh video animasi

oral hygiene terhadap peningkatan kemampuan praktik menggosok

gigi pada anak kelas IV di SDN 1 Wirosari.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Perawat

Menjadi gambaran bagi tenaga kesehatan perawat dalam

memberikan edukasi yang tepat untuk anak, khususnya tentang

pengaruh video animasi oral hygiene terhadap praktik gosok gigi

pada anak.

b. Bagi Siswa SD

Memberikan informasi kepada siswa SD tentang pentingnya

kesadaran dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut melalui

praktek menggosok gigi melalui media video animasi serta mampu

mengaplikasi kan cara menggosok gigi dengan waktu dan cara

yang benar.

c. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian dapat menjadi bahan pustaka guna menambah

wawasan mengenai oral hygiene.


9

d. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan bisa menambah referensi, pengetahuan,

informasi dan penyempurnaan untuk penelitian selanjutnya

mengenai oral hygiene.

E. Sistematika Penulisan

Bagan ini merupakan bagan yang menjelaskan sistem penyusunan

proposal penelitian. Secara umum sistematika penulisan proposal sebagai

berikut:

Tabel 1.1 : Sistematika penulisan proposal penelitian

BAB Konsep Pengambilan Data


BAB I Pendahuluan berisi tentang latar belakang, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat, sistematika penulisan
dan penelitian terkait.
BAB II Tinjauan Pustaka konsep teori yang berhubugan dengan
tema penelitian / variable dalam penelitian serta kerangka
teori dalam penelitian.
BAB III Metodologi Penelitian, berisi tentang variable penelitian,
kerangka konsep dan hipotesis, konsep metodologi mulai
dari jenis, design dan rancangan penelitian, populasi,
sampel, tempat dan waktu penelitian, definisi operasional,
metode pengumpulan data, instrumen penelitian, uji
instrumen, pengolahan data dan analisa data serta etika
dalam penelitian;

F. Penelitian Terkait
10

1. Penelitian oleh (Kholishah, Zulfah and Isnaeni, Yuli 2017), yang

berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Video Animasi

Terhadap Praktik Gosok Gigi pada Anak Kelas IV dan V di SDN 1

Bendungan Temanggung”. Jenis penelitian ini adalah Pre-eksperimen.

Subjek penelitian adalah 48 responden. Analisis statistic dilakukan

menggunakan uji Wilcoxon.

Hasil penelitian menemukan bahwa setelah pemberian pendidikan

kesehatan gigi dengan video animasi, sebagian besar responden

diketahui memiliki praktik gosok gigi yang benar (56,3%). Sementara

sebanyak 43,8% responden lainnya diketahui masih mempraktikkan

gosok gigi yang kurang benar, yang mana mengalami peningkatan

praktik gosok gigi yang benar dari sebelumnya hanya sebesar 4,2%

menjadi 56,3% pasca pemberian Pendidikan kesehatan melalui video

animasi.

2. Penelitian oleh (Firman, 2019), yang berjudul “Pengaruh Penyuluhan

Media Video Boneka Tangan Terhadap Pengetahuan dan Praktik

Menggosok Gigi pada Anak Kelas V SDN 36 dan SDN 30 Pontianak

Selatan Tahun 2019”. Jenis penelitian ini adalah Quasy eksperimen.

Subjek penelitian adalah 92 Responden. Analisis statistic dilakukan

menggunakan uji Wilcoxon.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian promosi kesehatan

dengan media vidio boneka tangan dapat meningkatkan pengetahuan


11

dan praktek tentang mengosok gigi pada anak kelas V SDN 36 dan

SDN 30 Pontianak Selatan nilai P Value (0,000).

3. Penelitian oleh (Nurul Cahyani Ramadhany, 2020), yang berjudul

“Pengaruh Edukasi Kesehatan Tentang Perawatan Gigi Melalui

Media Video Terhadap Perilaku Kesehatan Gigi pada Perilaku

Kesehatan Gigi pada Anak Usia 9-10 Tahun”. Jenis penelitian ini

adalah penelitian kuantitatif dengan metode literature review atau studi

pustaka. Subjek penelitian adalah anak usia 9-10 tahun.

Penelitian ini menggunakan enam artikel yang menunjukan

peningkatan yang signifikan dan menyatakan adanya pengaruh edukasi

kesehatan tentang perawatan gigi melalui media video terhadap

perilaku kesehatan gigi pada anak.

4. Penelitian oleh (Rena Setiana Primawati; Hadiyat Miko; Wahyudin,

2022) yang berjudul “Dental Health Education (DHE) Menggunakan

Media Powtoon Dalam Upaya Meningkatkan Pengetahuan Kesehatan

Gigi dan Mulut pada Siswa Sekolah Dasar” . Jenis penelitian ini

adalah Quasy eksperimen. Subjek penelitian adalah 50 Responden

murid SDN Condong Kota Tasikmalaya.

Hasil pnelitian menunjukan bahwa pengetahuana nak SDN Condong

Kota Tasikmalaya tentang pemeliharaan Kesehatan gigi dan

Mulutsebelum diberikan Pendidikan Kesehatan Gigi

menggunakan Powtoon sebagaian besar berada pada kriteria

kurang yaitu sebanyak 27 orang (54%) sedangkan setelah


12

diberikan Pendidikan Kesehatan Gigi menggunakan media

Powtoon Sebagian besar Pengetahuan berada pada kriteria baik

sebanyak 23 (46%)3. Keterampilan menyikat gigi anak SDN

Condong Kota Tasikmalaya sebelum diberikan Pendidikan

Kesehatan Gigi sebagaian besar berada pada kriteria kurang yaitu

sebanyak 22 orang (44%) sedangkan setelah diberikan Pendidikan

Kesehatan Gigi menggunakan media Powtoon Sebagian besar

praktik menyikat gigi berada pada kriteria baik sebanyak 25 orang (50

%).

5. Penelitian dari (Renie Kumala Dewi, dkk, 2021) yang berjudul

“Parent Education Program Menggunakan Video Animasi Dental

Healt Education Bagi Anak Down Syndrome Dalam Pencegahan

Karies Gigi Selama Pandemi Covid”. Jenis penelitian ini adalah Pre-

eksperimen. Subjek penelitian adalah 48 responden. Hasil pengabdia

yang tilah dilakukan termasuk dalam kategori baik 84,2%

yakni sebanyak 32 orang, sehingga dapat disimpulkan bahwa

penyuluhan ini dapat meningkatkan pengetahuan orang tua anak down

syndrome dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti

yaitu variable independent video animasi oral hygiene yang

dikembangkan sendiri oleh peneliti dan variable dependen praktik

gosok gigi, penelitian ini menggunakan desain penelitan quasy

eksperimen dengan pendekatan Pretest-Posttest Control Group design.


13
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Anak Usia Sekolah

a. Definisi anak usia sekolah

Anak usia sekolah dapat didefinisikan sebagai anak-anak

dengan kategori usia 6-13 tahun untuk perempuan dan 6-14 tahun

untuk laki-laki. Batas maksimum seorang anak di katakan anak

usia sekolah apabila, anak telah mencapai kematangan pada

seksualnya. (Jahja, 2018).

b. Karakteristik Anak Usia Sekolah

Karakteristik anak usia sekolah dibagi berdasarkan usianya

menjadi dua diantaranya :

1) Usia 6-10 tahun (masa kelas rendah)

Pada masa kelas rendah sifat khas anak akan berupa

cenderung memuji dirinya sendiri dan membandingkan dirinya

dengan anak lain. Pada usia 6 sampai 8 tahun sebagian besar

anak menginginkan nilai rapor yang baik, tanpa

mempertimbangkan prestasinya. Akan tetapi, anak-anak sudah

dapat diajak berdiskusi dan mengikuti peraturan-peraturan

permainan yang sederhana.

14
15

2) Usia 11-12 tahun (masa kelas tinggi)

Pada masa ini anak akan menunjukkan sifat khasnya, anak

usia 10-13 tahun cenderung memiliki tingkat keingintahuan

dan minat belajar yang tinggi. Anak mulai menonjolkan bakat-

bakat khusus yang dimilikinya. Anak-anak usia kelas tinggi

cenderung akan membentuk kelompok-kelompok bermain

dengan teman sebaya dan membuat peraturan-peraturan

sendiri. Akan tetapi, sampai usia 11 tahun anak masih

memerlukan orang dewasa untuk menyelesaikan tugas dan

masalahnya (Yusuf, 2019).

c. Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah

Setiap anak akan melalui fase-fase perkembangan secara

sistematis sesuai dengan usianya. Tetapi, perpindahan dari fase-

fase tersebut akan berbeda antar individu berdasarkan kematangan

otak untuk menerima logika jenis baru (Ibda, 2015; Soetjiningsih

& Ranuh, 2017). Anak-anak usia sekolah (6-11 tahun) akan

mengalami perkembangan dari berbagai aspek diantaranya

intelektual, motorik, bahasa, sosial, emosi, moral, dan penghayatan

agama.

1) Aspek intelektual

Pada fase ini, anak sudah dapat berpikir logis, matang dan

rasional akan tetapi harus didukung dengan benda berwujud

nyata. Selain itu, kemampuan daya ingat anak megalami


16

peingkatan, sehingga anak akan mudah untuk mengingat dan

dapat mengingat lebih lama. Pada fase ini, anak sudah dapat

berpikir mengaitkan kejadian dimasa lalu dengan kondisi yang

terjadi sekarang. Selain itu, anak dapat mencari solusi dari

masalah-masalah yang sederhana.

2) Aspek motorik

Pada fase ini, kondisi motorik anak secara fisik sudah

matang. Pada fase ini anak sudah dapat dikategorikan lincah

dan aktif. Fase yang cocok untuk diajarkan berbagai

keterampilan yang melatih ekstremitas bagian atas dan bawah.

3) Aspek Bahasa

Pada fase ini, perkembangan bahasa anak dalam

berkomunikasi akan mengalami peningkatan. Anak dengan

cepat dapat mengingat kata baru yang kemudian dirangkainya

menjadi kalimat.

4) Aspek sosial

Pada fase ini, anak usia sekolah sudah dapat membangun

hubungan sosial dengan teman sebayanya. Sehingga, interaksi

sosial anak semakin meluas. Anak sudah dapat menyesuaikan

diri untuk mengikuti aturan-aturan sehingga bisa berperilaku

kooperatif.
17

5) Aspek emosional

Dari segi emosional anak sudah dapat mengontrol emosi

dan ekspresinya. Tingkat egoisme dan animisme anak pada

fase ini mengalami penurunan dan dapat dikendalikan.

6) Aspek moral

Pada fase ini, anak sudah dapat membedakan benar atau

salah maupun benar atau buruk. Sebab, anak sudah dapat

memahami apabila diberikan penjelasan. Diusia ini, anak juga

dapat mengikuti aturan dan keinginan dari orang yang lebih

dewasa.

7) Aspek penghayatan agama

Pada fase ini, anak dapat menghayati agama yang

dianutnya. Dicirikan dengan anak mau untuk melakukan

kegiatan ibadah dan pemenuhan rohaninya (Ibda, 2015;

Soetjiningsih& Ranuh, 2013; Yusuf, 2019).

Peneliti memilih kelompok usia 9-10 tahun sebagai sasaran

penelitian dengan pertimbangan bahwa penggunaan media

Edukasi harus disesuaikan dengan kemampuan kognitif anak.

Anak usia sekolah sudah dapat berkomunikasi dengan baik dan

mampu untuk berfikir secara logis, matang, dan rasional.

Tetapi, anak pada fase usia sekolah agar dapat memahami dan

berfikir harus dihadirkan benda nyata sebagai media


18

pembelajaran. Media video animasi adalah objek fisik yang

berperan dalam penelitian ini (Danoebroto, 2018)

2. Video Animasi

a. Pengertian video

Video merupakan jenis media audio visual, yang artinya

media pembelajaran yang dapat dilihat dengan menggunakan

indera pengelihatan dan didengar dengan menggunakan indera

pendengaran. Sebagai sebuah media pembelajaran, video efektif

digunakan untuk proses pembelajaran secara masal, individu

maupun kelompok (Hadi, Sofyan, 2017).

Video adalah suatu bentuk teknologi untuk merekam,

menangkap, memproses dan mentransmisikan serta mengatur

ulang gambar yang bisa bergerak. Video tersebut dapat disimpan

menggunakan signal dari film, video, televisi, video tape atau

media non komputer lainnya. Setiap frame tersebut dipresentasikan

menggunakan signal listrik yang disebut dengan gelombang analog

atau video komposit yang telah mempunyai komponen-komponen

dalam video seperti warna, penerangan dan kesingkronan dari

setiap gambar nya (Purnama, 2018).

b. Efektivitas Video

Efektivitas media video dilandasi oleh dua teori, teori dari

Edgar Dale dan teori dari Brunner. Pertama, Edgar Dale dengan

teori Dale’s cove of experience. Teori tersebut menggambarkan


19

tingkatan pemahaman siswa dalam sebuah kerucut pengalaman.

Pada kerucut pengalaman dari Edgar Dale, video terletak pada

bagian tengah karena termasuk pada kategori “Television”. Posisi

tersebut mengartikan bahwa media video lebih baik daripada media

gambar dan media audio.

Gambar 2.1

Kombinasi Kerucut Pengalaman dari Edgar Dale dan Teori

Brunner (Symbolic, Iconic, Enactive)

Gambar ini dikutip dari buku Robert Heinich “Instructional Media

and Technologies for Learning” dalam Hadi, Sofyan, 2017.

Kedua, teori dari Brunner yang menggolongkan modus

belajar menjadi tiga tingkatan, yaitu pengalaman langsung

(enactive), pengalaman piktorian/ gambar (iconic), dan

pengalaman abstrak (symbolic). Kedua teori ini menegaskan bahwa

siswa akan merasakan pengalaman belajar yang lebih bermakna

jika guru menghadirkan suasana belajar yang dapat dirasakan siswa

menggunakan semua panca inderanya. Dengan kata lain, semakin


20

banyak panca indera yang digunakan siswa saat belajar, maka

proses belajar tersebut akan lebih mudah diserap oleh siswa (Hadi,

Sofyan, 2017).

c. Keuntungan dan Kelemahan Video

1) Keuntungan

a) Ukuran tampilan video sangat fleksibel dan dapat diatur

sesuai dengan kebutuhan

b) Video merupakan bahan ajar non cetak yang kaya informasi

dan lugas karena dapat sampai hadapan siswa secara

langsung

c) Video menambah suatu dimensi baru terhadap

pembelajaran

d) Tingkat keefektifan dan kecepatan dalam penyampaian

materi lebih tinggi

e) Pengulangan pada pembahasan tertentu dapat dilakukan

f) Video dapat mengurai suatu proses dan kejadian secara

rinci dan nyata

g) Kemampuan dalam mewujudkan benda atau materi yang

bersifat abstrak menjadi konkret

h) Tahan lama dan tingkat kerusakan rendah sehingga dapat

diterapkan secara berulang – ulang

i) Meningkatkan kemampuan dasar dan penambahan

pengalaman baru bagi siswa (Mashrusi, 2022)


21

2) Kelemahan

a) Fine details artinya media tayangnya tidak dapat

menampilkan obyek sampai yang sekecil-kecilnya dengan

sempurna

b) Size information artinya tidak dapat menampilkan obyek

dengan ukuran yang sebenarnya

c) Third dimention artinya gambar yang diproyeksikan oleh

video umumnya berbentuk dua dimensi

d) Opposition artinya pengambilan yang kurang tepat dapat

menyebabkan timbulnya keraguan penonton dalam

menafsirkan gambar yang dilihatnya

e) Setting artinya kalau kita tampilkan adegan dua orang yang

sedang bercakap-cakap diantara kerumunan banyak orang,

akan sulit bagi penonton untuk menebak dimana kejadian

tersebut berlangsung, bisa saja ditafsirkan dipasar, di

stasiun, atau tempat keramaian lain.

f) Material pendukung video membutuhkan alat proyeksi

untuk dapat menampilkan gambar yang ada di dalamnya.

g) Budget artinya biaya untuk membuat program video

membutuhkan biaya yang tidak sedikit (Daryanto, 2018).

d. Pengertian Animasi
22

Animasi merupakan gambar bergerak, yang saat ini sudah

banyak memanfaatkan komputerisasi dalam proses penciptaanya.

Seiring perkembangan zaman meningkat pula cara untuk

menciptakan sebuah animasi, baik secara konvensional maupun

secara digital, dan jenis animasi yang ada juga semakin

bertambah. Animasi memiliki beragam jenis, walaupun demikian,

semua jenis dari animasi tersebut dapat digunakan sebagai media

promosi. Dalam animasi sangat memungkinkan seorang animator

untuk berekspresi menampilkan karya unik dengan menuangkan

kreativitas dan ciri khas pencipta di dalamnya, hal tersebutlah

yang dapat membuat sebuah animasi menjadi lebih unik

dibandingkan dengan media konvensional lainnya. Dengan adanya

gerakan dalam sebuah media akan membuat sebuah promosi

produk maupu jasa akan menjadi lebih menarik bila

dibandingkan dengan media konvensional yang hanya

menampilkan gambar diam (Lingga, Gede, 2019).

e. Fungsi Animasi

Animasi tidak hanya sekedar menampilkan gambar bergerak saja,

namun animasi juga memiliki beberapa, diantaranya adalah

1) Menggambarkan Berbagai Proses (Depiction of Processes)

Yaitu film animasi dapat menggambarkan proses dan hubungan

yang bersifat abstrak yang sulit digambarkan.


23

2) Menyederhanakan berbagai proses (Simplification of

Processes)

Yaitu melalui animasi, pembuat film dapat menyederhanakan

berbagai proses, ide, organisasi dan struktur yang tadinya

cukup rumit (Prakosa, 2019).

f. Manfaat Video Animasi

Dari penayangan Video animasi adapun manfaat yang diperoleh:

1) Untuk anak usia dini

a) Dapat meningkatkan pengetahuan anak

b) Dapat meningkatkan perkembangan anak

c) Anak dapat berimajinasi melalui tayangan-tayangan di

dalamnya

2) Untuk peneliti

a) Dapat menjadi media pembelajaran sehingga memudahkan

peneliti untuk menyampaikan materi pada siswa sehingga

siswa mudah memahami materi yang disampaikan oleh

peneliti.

b) Dapat menjadikan pelaksanaan pembelajaran yang menarik

agar siswa semangat belajar. Juga dapat menjadi salah satu

alternative atau upaya untuk meningkatkan pengetahuan

(Aminah, Siti, 2019).


24

3. Oral Hygiene

a. Pengertian Oral Hygiene

Kebersihan gigi dan mulut (oral hygiene) merupakan bagian

penting dalam upaya menjaga kesehatan yang secara umum sering

tidak dijadikan prioritas, padahal gigi dan mulut merupakan bagian

pertama dalam sistem pencernaan yang menjadi jalan masuknya

kuman dan bakteri sehingga dapat mengganggu kesehatan. Tidak

terjaganya kebersihan gigi dan mulut juga dapat menimbulkan

dampak negatif pada kehidupan sehari-hari, seperti menurunkan

tingkat percaya diri dan mengganggu performa seseorang serta

mempengaruhi tingkat kehadiran di sekolah atau tempat kerja

(Kemenkes RI, 2019).

Oral hygiene (kebersihan mulut) adalah sebuah usaha untuk

menjaga kebersihan rongga mulut, lidah, dan gigi dari berbagai

macam kotoran atau sisa makanan dengan menggunakan air bersih

(Budi, 2017).

Sedangkan menurut Wartonah (2016), oral hygiene adalah

upaya melakukan perawatan pada mulut untuk memenuhi salah

satu kebutuhan personal hygiene dengan menggunakan air bersih,


25

hangat, dan matang yang dapat dilakukan bersamaan pada waktu

mandi, yaitu menggosok gigi.

b. Tujuan Oral Hygiene

Praktik oral hygiene menurut Wartonah (2016) mempunyai tujuan

1) Agar mulut tetap bersih dan tidak bau

Bau mulut dapat disebabkan karena kurangnya kebersihan

mulut, proses pencernaan yaitu proses penguraian protein dan

bakteri, mengkonsumsi makanan yang berbau tajam, dan gigi

berlubang (Ratmini, 2017). Melakukan oral hygiene yang

teratur dapat mencegah munculnya masalah tersebut dan

mencegah terjadinya bau mulut.

2) Mencegah infeksi mulut, bibir, dan lidah pecah-pecah

stomatitis

Pelaksanaan oral hygiene yang dilakukan secara teratur dan

sesuai dengan standar operasional yang berlaku serta

menerapkan teknik yang tepat dalam pelaksanaannya dapat

mencegah terjadinya stomatitis dan infeksi mulut lainnya.

3) Membantu merangsang nafsu makan

Oral hygiene yang buruk dapat menurunkan nafsu makan dan

bisa menyebabkan malnutrisi pada seseorang. Hal ini terjadi

karena seseorang akan merasa malas untuk memenuhi

nutrisinya yang disebabkan oleh sakit gigi, sariawan, dan gigi

berlubang (Pindobilowo, 2018).


26

4) Meningkatkan daya tahan tubuh

Kondisi mulut yang bersih dan terjaga dengan baik, akan

mempengaruhi seseorang untuk menumbuhkan nafsu

makannya, dan bila kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan tubuh

itu terpenuhi dengan baik maka daya tubuhnya akan meningkat

pula.

5) Melaksanakan kebersihan perorangan

Oral hygiene merupakan satu kesatuan dalam upaya menjaga

kebersihan diri, dengan dilakukannya oral hygiene setidaknya

2x sehari maka sudah terpenuhinya salah satu upaya menjaga

kebersihan diri.

6) Merupakan suatu usaha pengobatan

Melakukan oral hygiene yang teratur dan tepat dapat mencegah

terjadinya masalah kesehatan gigi dan mulut, misalnya

mencegah terjadinya gigi berlubang, karies gigi, sariawan, dan

infeksi pada rongga mulut.

c. Faktor Yang Mempengaruhi Oral Hygiene

Menurut Wartonah (2016), beberapa hal yang dapat mempengaruhi

seseorang untuk melakukan oral hygiene adalah sebagai berikut:

1) Status Sosial Ekonomi

Pendapatan atau penghasilan seseorang dapat mempengaruhi

tingkat praktik kebersihan yang dilakukan. Hal ini berhubungan

dengan kemampuan untuk memenuhi bahan dan alat penunjang


27

untuk melakukan oral hygiene salah satu yang terpenting

adalah sikat gigi dan pasta gigi.

2) Praktik Sosial

Kehadiran orang tua dan keluarga menjadi pengaruh dalam

penerapan dan kebiasaan dalam melakukan oral hygiene

utamanya pada masa anak-anak. Anak cenderung akan

menerima apa yang dilakukan orang tuanya dan

menerapkannya. Orang tua yang mengajarkan kemandirian

untuk melakukan oral hygiene juga menjadi pengaruh anak

untuk menjadi oral hygiene menjadi sebuah kebiasaan dasar

yang harus dilakukan tiap harinya.

3) Pengetahuan

Pengetahuan yang kurang akan menyebabkan seseorang tidak

mau dan malas untuk melakukan sesuatu yang tidak

dimengertinya termasuk dalam upaya menjaga kebersihan diri.

Pengetahuan tentang oral hygiene dan implikasinya bagi

kesehatan merupakan pengaruh praktik oral hygiene.

4) Status Kesehatan

Seseorang yang mempunyai kecacatan fisik pada tangan atau

mengalami masalah pada ekstremitas atasnya akan kesusahan

dalam melakukan oral hygiene. Berbeda dengan orang yang


28

tidak mengalaminya bisa melakukan oral hygiene tanpa adanya

keterbatasan.

5) Gangguan mental

Orang dengan riwayat gangguan mental akan terhambat dan

kurang mempunyai keterampilan dan kemampuan untuk

melakukan perawatan diri secara mandiri, sehingga sering kali

kebutuhan kebersihan dirinya tidak terpenuhi dengan baik.

4. Menggosok Gigi

a. Anatomi Gigi

1) Anatomi Gigi

Gambar 2.2 Anatomi Gigi (Sumber : Tarigan, 2019)

Struktur gigi pada manusia terbagi dalam dua bagian yaitu

bagian mahkota dan bagian akar. Pada bagian mahkota

merupakan bagian gigi yang terlihat dalam mulut, sedangkan


29

pada bagian akar merupakan bagian yang tertanam di dalam

tulang rahang (Tarigan, 2019)

Menurut Tarigan tahun 2019, pada bagian gigi manusia

terstruktur / tersusun atas 4 (empat) jaringan yakni:

a) Mahkota

Merupakan bagian yang menonjol dari rahang.

b) Leher

Merupakan bagian yang terletak antara mahkota dengan

bagian akar gigi.

c) Akar

Merupakan bagian yang tertanam di dalam rahang.

d) Email

Dikenal juga dengan istilah "Enamel", merupakan jaringan

yang berfungsi untuk melindungi tulang gigi dengan zat

yang sangat keras yang berada di bagian paling luar gigi

manusia. Warna email gigi pun sebenarnya tidak putih

mutlak, kebanyakan lebih mengarah keabu-abuan dan semi

translusen. Kecuali pada kondisi enamel yang abnormal

seringkali menghasilkan warna yang menyimpang dari

warna normal enamel dan cenderung mengarah ke warna

yang lebih gelap.

e) Tulang
30

Dikenal juga dengan istilah "Dentin" yaitu tulang

merupakan

lapisan yang berada pada lapisan setelah email yang

dibentuk dari zat kapur. Dentin juga merupakan bagian

yang terluas dari struktur gigi, meliputi seluruh panjang

gigi mulai dari mahkota hingga akar. Dentin pada mahkota

gigi dentin dilapisi oleh enamel, sedangkan dentin pada

akar gigi dilapisi oleh semen.

f) Rongga Gigi

Rongga gigi adalah rongga yang di dalamnya terdapat

pembuluh darah kapiler dan serabut-serabut syaraf.

g) Semen

Dikenal juga dengan istilah "Sementum", merupakan

bagian dari akar gigi yang berdampingan dan berbatasan

langsung dengan bagian tulang rahang di mana gigi

manusia tumbuh. Seperti halnya pada bagian email yang

melapisi dentin, semen juga melapisi dentin namun untuk

dentin pada bagian akar gigi.

h) Pulp

Pulp adalah rongga yang di dalamnya terdapat pembuluh

darah kapiler dan serabut serabut saraf.

b. Macam dan Fungsi Gigi


31

Menurut Tarigan (2016), gigi manusia sesuai dengan

fungsinya dikenal empat bentuk yaitu:

1) Gigi seri, gigi ini ada empat buah di atas dan empat buah di

bawah. Seluruhnya berjumlah delapan, terletak di depan,

berfungsi untuk memotong dan menggiling makanan. Gigi seri

susu mulai tumbuh pada bayi berkisar antara usia 4 hingga 6

bulan, kemudian diganti dengan gigi seri permanen pada usia 5

hingga usia 6 tahun pada rahang bawah dan pada usia 7 hingga

8 tahun pada rahang atas.

2) Gigi taring, gigi ini ada empat buah, di atas dua buah dan

dibawah dua buah, terletak di sudut mulut. Bentuk mahkotanya

meruncing, berfungsi untuk mencabik makanan. Gigi ini

diganti dengan gigi caninus permanen pada usia 11 hingga 13

tahun.

3) Geraham kecil, gigi ini merupakan pengganti gigi geraham

sulung. Letak gigi ini di belakang gigi taring, berjumlah

delapan, empat di atas dan empat di bawah yaitu dua berada di

kanan dan dua berada di kiri. Berfungsi membantu atau

bersama dengan gerham besar menghaluskan makanan.

Umumnya tumbuh pada usia 10 hingga usia 11 tahun.

4) Geraham besar, gigi ini terletak di belakang di belakang gigi

geraham kecil, jumlahnya 12, di atas enam dan dibawah enam.


32

Masing-masing tiga buah, permukaannya lebar dan bertonjol-

tonjol. Fungsinya untuk menggiling makanan.

c. Pengertian Menggosok Gigi

Menggosok gigi merupakan salah satu kemampuan dasar

yang harus dimiliki setiap manusia untuk menjaga kesehatan

rongga mulutnya (Sandy et all., 2016).

Menggosok gigi adalah cara yang umum dianjurkan untuk

membersihkan berbagai kotoran yang melekat pada permukaan

gigi dan gusi. Lama menggosok gigi tidak ditentukan, tetapi

biasanya dianjurkan maksimal 5 menit (minimal 2 menit), yang

terpenting dilakukan secara sistematis supaya tidak ada bagian-

bagian yang terlampaui (Syafira, Elsa, 2019).

d. Tujuan Menggosok Gigi

Menurut Pintauli dkk (2016), tujuan menyikat gigi adalah sebagai

berikut:

1) Menyingkirkan plak atau mencegah terjadinya pembentukan

plak

2) Membersikan sisa-sisa makanan, debris atau stein

3) Merangsang jaringan gingiva

4) Melapisi permukaan gigi dengan flour

e. Waktu Menggosok Gigi

Cara merawat kesehatan gigi yang paling sederhana adalah

menyikat gigi secara rutin dan teratur minimal 2 kali sehari, waktu
33

terbaik untuk menyikat gigi adalah setelah makan pagi dan

sebelum tidur malam. Menyikat gigi setelah makan bertujuan

mengangkat sisa-sisa makanan yang menempel di permukaan atau

pun di sela-sela gigi dan gusi. Sedangkan menggosok gigi sebelum

tidur, berguna untuk menahan perkembangbiakan bakteri dalam

mulut karena dalam keadaan tidur tidak diproduksi ludah yang

berfungsi membersihkan gigi dan mulut secara alami (Hidayat, R

dkk, 2016).

Mengggosok gigi dapat mengurangi tingkat plak. Dengan

menggosok gigi selama 180 detik dapat menghapus plak 55% lebih

banyak dibandingkan menggosok gigi selama 30 detik. Menggosok

gigi selama 120 detik dapat menghapus plak 26% lebih banyak

dibandingkan menggosok gigi selama 45 detik (Keloay, P, dkk

2019).

f. Teknik Monggosok Gigi.

Teknik menyikat gigi terdiri dari Teknik menyikat gigi secara

kombinasi yaitu Teknik dengan menggabungkan teknik horizontal

(kiri-kanan), vertikal (atas-bawah) dan sirkular (memutar) (Keloay,

P, dkk, 2019).

1) Teknik horizontal

Teknik horizontal adalah teknik menyikat gigi dengan arah

horizontal ke kiri dan ke kanan. Teknik ini biasanya dianjurkan

pada anak-anak dan gerakannya dalam arah horizontal pada


34

permukaan oklusal gigi. Permukaan oklusal gigi adalah

permukaan pengunyahan gigi molar (geraham belakang) dan

premolar (geraham depan terletak di belakang gigi taring).

Metode ini lebih dapat masuk ke sulkus interdental dibanding

dengan metode lain sehingga dapat membersihkan plak yang

terdapat di sekitar sulkus interdental dan sekitarnya (Dewi,

Destiya, dkk, 2016). Sulkus interdental (sulkus gingiva) adalah

celah dangkal atau ruang di sekitar gigi yang dibatasi oleh

permukaan gigi pada satu sisi dan lapisan epitel dari free

margin gingiva di sisi lain (Muliawaty, 2017).

Gambar 2.2 Gambaran Gingiva

Sumber: Caranza clinical periodontology 11th ed,2012

2) Teknik Vertikal

Teknik menyikat gigi secara vertikal adalah teknik

menyikat gigi dengan gerakan atas-bawah dimulai pada rahang

atas dimana gerakan penyikatannya dari atas ke bawah dan


35

pada rahang bawah gerakannya dari bawah ke atas. Teknik ini

sederhana dan dapat membersihkan plak (Keloay, P, dkk,

2019)

3) Teknik Sirkular (spiral)

Teknik fones (sirkuler) adalah teknik yang gerakan

menyikat secara memutar. Teknik ini dilakukan pada gigi

bagian depan untuk membersihkan plak yang terselip di celah

gigi dan gusi dengan baik dan dapat menjaga kesehatan gusi,

teknik ini dapat diterapkan pada anak umur 6-12 tahun

(Keloay, P, dkk, 2019).

Dalam Penelitian Destiya Dewi Haryanti, dkk, 2014 yang

berjudul “Efektivitas Menyikat Gigi Metode Horizontal, Vertical

dan Roll terhadap Penurunan Plak pada Anak Usia 9-11 Tahun di

SDN Pemurus Dalam 6 Banjarmasin” telah dilakukan perlakuan

terhadap 90 sampel yang terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu

kelompok menyikat gigi metode horizontal, kelompok menyikat

gigi metode vertical dan kelompok menyikat gigi metode roll.

Menunjukkan hasil indeks plak sebelum dan sesudah menyikat gigi

dengan menggunakan metode horizontal, vertical dan roll.

Berdasarkan dari hasil metode horizontal sebelum menyikat indeks

plak 70,83 sedangkan sesudah menyikat gigi indeks plak menjadi

26,82. Metode vartikal sebelum menyikat indeks plak 60,08

sedangkan sesudah menyikat gigi indeks plak menjadi 30,86.


36

Metode roll (spiral) sebelum menyikat indeks plak 65,54

sedangkan sesudah menyikat gigi indeks plak menjadi 31,27.

Hal ini menunjukan bahwa gosok gigi dengan metode

Horizontal Vertikal dan Roll dapat mengurangi indeks plak

sehingga kebersihan dan kesehatan gigi dapat terjaga.

g. Jenis Gosok Gigi

Menurut Erwana, A (2018), memilih jenis sikat gigi yang baik

sesuai kriteria sikat gigi yang baik yaitu:

1) Gagang sikat harus lurus, supaya memudahkan mengontol

gerakan penyikatan. Kalau tidak, nanti bisa mengarah ke tidak

tepat cara.

2) Kepala sikat tidak lebar dan membulat supaya tidak melukai

jaringan lunak lain seperti pipi, saat menyikat gigi bagian

belakang.

3) Bulu sikat dipilih yang lembut agar tidak melukai gusi dan

mudah masuk ke sela-sela gigi.

h. Standar Operasional Prosedur (SOP) Menggosok Gigi

Tabel 2.1

SOP Oral Hygiene

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


ORAL HYGIENE (GOSOK GIGI)
Pengertian Oral hygiene adalah upaya melakukan perawatan
pada mulut untuk memenuhi salah satu kebutuhan
personal hygiene dengan menggunakan air bersih,
hangat, dan matang yang dapat dilakukan
37

bersamaan pada waktu mandi, yaitu menggosok


gigi.
Tujuan 1. Menyingkirkan plak atau mencegah
terjadinya pembentukan plak.
2. Membersikan sisa-sisa makanan, debris.
3. Mencegah karies gigi
Persiapan 1. Sikat Gigi
Alat 2. Pasta Gigi
3. Air
Prosedur 1. Meletakkan pasta gigi pada sikat gigi,
membasahi dengan sedikit air.
2. Meletakkan bulu sikat gigi pada permukaan
gigi dekat tepi gusi dengan posisi
membentuk 45 derajat.
3. Mulai menyikat gigi pada gigi geraham
atas dengan gerakan horizontal (maju-
mundur).
4. Menyikat gigi pada gigi geraham bawah
dengan gerakan horizontal (maju-mundur).
5. Menyikat dengan gerakan spiral
(melingkar) dari atas ke bawah selama
sekitar 20 detik untuk gigi bagian luar
depan.
6. Menyikat dengan gerakan vertikal (atas-
bawah) selama sekitar masing-masing 20
detik untuk gigi bagian luar kanan dan kiri.
7. Menyikat permukaan gigi bagian dalam
gerakan vertikal (atas-bawah). Lakukan
gerakan ini mengulang 2-3 kali
8. Memastikan semua permukaan gigi disikat,
sehingga plak atau sisa makanan yang
menempel di gigi hilang.
9. Bilas mulut dan gigi dengan air sampai
bersih
10. Membersihkan sikat dengan air dan
mengembalikan di tempat yang disediakan
Sumber : (Efrida, 2020)

i. Dampak Tidak Menggosok Gigi Dengan Benar


38

Pentingnya perilaku menggosok gigi dengan benar haruslah

diajarkan sejak dini, karena perilaku menggosok gigi yang salah

akan berdampak terhadap kesehatan gigi dan mulut seseorang,

contoh dampak yang ditimbulkan adalah karies gigi, debris, plak,

dan calculus (Wiradona et all., 2019).

1) Karies gigi

Karies gigi merupakan suatu penyakit yang disebabkan

oleh mikroorganisme dalam rongga mulut. Karies terjadi pada

jaringan keras gigi sehingga menyebabkan demineralisasi zat

anorganik dan destruksi pada substansi organik gigi. Karies

gigi merupakan hasil interaksi antara substrat, host,

dan mikroorganisme dalam kurun waktu tertentu hingga

terjadi demineralisasi enamel dan terbentuk lesi karies (Garg

A, 2018).

Faktor utama penyebab karies gigi berupa host,

bakteri, substrat, dan waktu berperan besar dalam penyebab

terjadinya karies pada anak (Adhani R, dkk, 2017).

Dampak negatif karies pada anak usia dini dikaitkan

dengan rasa sakit maupun kehilangan gigi (Chou R, dkk, 2013).

Dampak tersebut berupa kesulitan mengunyah, gangguan

perilaku karena merasa rendah diri, dan terganggunya

proses belajar sehingga nilai sekolah anak menjadi rendah.

Rasa sakit karena karies juga akan menyebabkan terjadinya


39

penurunan kualitas hidup, perubahan nafsu makan, dan

terganggunya pola tidur anak (Martins, R, G, dkk, 2016).

2) Plak

Plak adalah suatu deposit lunak yang terdiri dari kumpulan

bakteri yang berkembang biak di dalam suatu matriks. Lapisan

ini terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi, bias

seseorang mengabaikan kebersihan gigi dan mulutnya (Wenda,

2018).

Menyikat gigi merupakan cara mekanik yang paling

efektif untuk mengeliminasi plak gigi dan membantu

mengaplikasikan fluor melalui pasta gigi (Herrera, MD,

2019).

3) Calculus/ Karang gigi

Calculus atau karang gigi adalah suatu masa yang

mengalami kalsifikasi yang terbentuk dan melekat pada

permukaan gigi. Calculus adalah plak yang terkalsifikasi.

Calculus dapat dibedakan berdasarkan hubungan terhadap

gingival margin yaitu:

a) Supragingival calculus

Supragingival calculus adalah calculus yang melekat pada

permukaan mahkota gigi mulai dari puncak gingival

marginal/terletak diatas gusi dan dapat dilihat, berwarna

kekuning-kuningan.
40

b) Subgingival Calculus

Subgingival calculus adalah calculus yang berada di bawah

batas gingival margin, biasanya pada daerah saku gusi dan

tidak dapat terlihat pada waktu pemeriksaan. Calculus ini

berwarna coklat tua atau hijau kehitaman (Wenda, 2018).

4) Debris

Debris adalah deposit lunak yang putih, terdapat disekitar

leher gigi yang terdiri dari bakteri, partikel-partikel sisa

makanan. Endapan tersebut tidak melekat erat pada permukaan

gigi dan tidak menunjukan suatu struktur tertentu (Wenda,

2018).

j. Faktor-Faktor yang Memepengaruhi Kebiasaan Gosok Gigi.

Menurut Hermawan (2015), Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kebiasaan menggosok gigi pada anak-anak adalah :

1) Praktik social

Kelompok-kelompok sosial wadah seseorang pasien

berhubungan dapat mempengaruhi praktik higiene (menggosok

gigi) pribadi. Selama masa kanak-kanak, kanak-kanak

mendapatkan praktik menggosok gigi dari orang tua mereka.

Kebiasaan keluarga, jumlah orang dirumah, dan ketersediaan

air panas dan atau air mengalir hanya merupakan beberapa


41

faktor yang mempengaruhi perawatan kebersihan (menggosok

gigi).

2) Status sosio ekonomi

Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan

tingkat praktik kebersihan (menggosok gigi) yang dilakukan.

Apakah dapat menyediakan bahan-bahan yang penting seperti

deodoran, sampo, pasta gigi, dan kosmestik (alat-alat yang

membantu dalam memelihara hygiene dalam lingkungan

rumah).

3) Pengetahuan

Pengetahuan tentang pentingnya higiene (menggosok gigi)

dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik higiene

(menggosok gigi). Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri

tidak cukup, harus termotivasi untuk memelihara perawatan

diri.

4) Kebudayaan

Kepercayaan kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi

perawatan higiene (menggosok gigi). Orang dari latar

kebudayaan yang berbeda mengikuti praktek perawatan diri

(menggosok gigi) yang berbeda.

5) Motivasi anak untuk menggosok gigi

Menurut Notoatmodjo 2010, teori yang mempengaruhi

perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan


42

kesehatan, antara lain teori Lawrence Green (1980). Menurut

Lewrence Green dalam perilaku kesehatan di pengaruhi oleh

tiga faktor yaitu :

a) Faktor predisposisi

Termasuk di dalamnya adalah pengetahuan, sikap,

kepercayaan, tradisi, nilai budaya atau norma yang diyakini

seseorang.

b) Faktor pendukung

Yaitu faktor lingkungan yang memfasilitasi perilaku

seseorang. Faktor pendukung di sini adalah ketersediaan

sumber-sumber atau fasilitas. Misalnya puskesmas, obat-

obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, air bersih dan

sebagainya.

c) Faktor pendorong atau penguat

Faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan

memperoleh dukungan atau tidak. Faktor ini terwujud

dalam sikap dan perilaku. Perilaku orang lain yang

berpengaruh (tokoh masyarakat, tokoh agama, guru,

petugas kesehatan, keluarga, pemegang kekuasaan) yang

dapat menjadi pendorong seseorang untuk berperilaku

4. Kriteria Keberhasilan
43

Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah :

a. Baik, jika siswa dapat melakukan praktik menggosok gigi 8-10

langkah sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP)

b. Cukup, jika siswa dapat melakukan praktik menggosok gigi 6-7

langkah sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP)

c. Kurang, jika siswa melakukan praktik menggosok gigi 0-5 langkah

sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) (Efrida, 2020).

B. Kerangka Teori

Video Animasi Oral Hygiene

Manfaat Video Animasi Oral Hygiene :


1. Dapat meningkatkan pengetahuan anak
2. Dapat meningkatkan perkembangan anak
3. Anak dapat berimajinasi melalui tayangan-tayangan
di dalamnya Karies gigi,
4. Dapat menjadi media pembelajaran debris, plak,
44

5. Dapat menjadikan pelaksanaan pembelajaran karang gigi


yang menarik

Faktor yang mem- Praktik Gosok Gigi


pengaruhi gosok gigi :
1. Praktik sosial
2. Status sosio ekonomi Kriteria Keberhasilan
3. Pengetahuan
4. Kebudayaan
5. Motivasi anak
Baik : 8-10 langkah Cukup : 6-7 langkah
sesuai SOP sesuai SOP

Kurang : 0-5 langkah


Sesuai SOP
Gambar 2.3 Kerangka Teori
Sumber : (Aminah, Siti, 2019), (Efrida, 2020), (Hidayat, R dkk 2016),
(Hermawan, 2015), (Wiradona et all., 2018).

Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Garis penghubung
45
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

objek atau kegiatan yang memepunyai variasi tertentu yang ditetapkan

oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2019:68).

1. Variabel Independen

Independent Variable sering disebut sebagai variabel stimulus,

predictor, dan antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut

variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mepengaruhi

atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen

(terikat) (Sugiyono, 2019:69). Penelitan ini variabel independennya

adalah video animasi oral hygiene.

2. Variabel Dependen

Menurut Sugiyono (2019:69) Dependent Variable sering disebut

sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia

sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas. Penelitian ini variabel dependennya adalah praktik

gosok gigi pada anak.

46
47

B. Kerangka Konsep dan Hipotesis

1. Kerangka Konsep

Penelitian dimaksudkan untuk membatasi ruang lingkup dan

mengarahkan penelitian yang akan dilakukan. Kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Video Animasi Oral Praktik Menggosok


Hygiene Gigi

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

2. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2017) hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah. Karena sifatnya masih

sementara, maka perlu dibuktikan kebenarannya melalui data empirik

yang terkumpul.

Ha : Ada pengaruh video animasi oral hygiene terhadap praktik gosok

gigi pada anak

Ho : Tidak ada pengaruh video animasi oral hygiene terhadap praktik

gosok gigi pada anak

C. Konsep Metodologi

1. Jenis Penelitian
48

Jenis penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif untuk meneliti

populasi dan sempel, instrumen penelitian untuk pengumpulandata,

analisa data bersifat kuantitatif statistik, bertujuan menguji hipotesis

(Sulistyaningsih, 2011).

2. Desain dan Rancangan Penelitian

Metode penelitian ini adalah quasy eksperiment karena terdapat

unsur manipulasi, yaitu mengubah keadaan biasa secara sistematis ke

keadaan tertentu serta tetap mengamati dan mengendalikan variabel

luar yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Walaupun penelitian

ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, karena peneliti tidak

mampu mengontrol sepenuhnya variabel luar, tetapi peneliti

menerapkan desain eksperimen murni karena ciri utama dari desain

eksperimen murni yaitu sampel yang digunakan untuk kelompok

kontrol maupun kelompok eksperimen diambil secara random

(Sugiyono, 2011).

Desain yang digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group

design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara

random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal,

adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Hasil pretest yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda

signifikan (Sugiyono, 2011).


49

Tabel 3.1

Rancangan Quasy Eksperimen (Pretest-Posttest Control Group


design).

Sampel Pretest Perlakukan Postest


R O1 X O3
R O2 - O4
Sumber : Sugiyono, 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan

Keterangan :

R: Pengambilan Random Sampling

O1: Pretest Kelompok Eksperimen

O2: Pretest Kelompok Kontrol

X: Perlakukan Kelompok Eksperimen

O3: Postest Kelompok Eksperimen

O4: Postest Kelompok Kontrol

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2019:126). Populasi penelitian ini adalah

siswa SDN 1 Wirosari Kelas 4 yang berjumlah 40 anak.

2. Sampel
50

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2019:127). Teknik sampling

penelitian ini yaitu Probabily sampling dengan pengambilan sampling

secara acak sederhana (simple ramdom sampling) tiap anggota

populasi berkesempatan yang sama guna diseleksi menjadi sempel

yaitu dengan cara mengundi anggota populasi (lottery technique) atau

teknik undian (Notoatmojo, 2014).

Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan

rumus lemeshow, didapatkan jumlah sampel sebanyak 36 responden

dengan pembagian kelompok perlakuan sebanyak 18 responden dan

kelompok kontrol 18 responden. Adapun perhitungannya sebagai

berikut:

n= Z21-/2 p(1-p) N

d2(N-1) + Z21-/2 p(1-p)

Keterangan:

n: Besar sampel

Z21-/2: Z score pada 1-α/2 tingkat kepercayaan

p: Estimasi proporsi

d: Presisi absolut

N: Jumlah populasi

n= 1,962. 0,5. (1-0,5). 40

0,052 (40-1) + 1,962. 0,5 (1-0,5)

= 38,42
51

0.098 + 0,96

= 38,42

1,06

= 36,2

dibulatkan = 36

a. Kriteria inklusi

1) Anak kelas 4 SDN 1 Wirosari

2) Responden yang bersedia menjadi responden.

3) Responden ada di tempat saat penelitian

4) Responden yang bisa diajak komunikasi dengan baik serta

kooperatif.

b. Kriteria eksklusi

1) Responden yang sakit yang tidak hadir saat penelitian

2) Tidak bersedia menjadi responden

E. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan April 2023.

b. Tempat penelitian

Tempat penelitian ini akan dilakukan di SDN 1 Wirosari.


52
53

F. Definisi Operasional

Tabel 3.2 Definisi Operasional. Pengaruh Video Animasi Oral Hygiene Terhadap Peningkatan Kemampuan Praktik
Menggosok Gigi Pada Anak Kelas IV Di SDN 1 Wirosari

Variabel Penelitian Definisi Operasional Instrumen Hasil Ukur Skala Ukur


Variabel Independent: Video animasi oral - - -
Video Animasi Oral hygiene yang
Hygiene dikembangkan sendiri
oleh peneliti berdurasi 3
menit tentang materi
edukasi yang meliputi:
Pengertian oral hygiene
(gosok gigi), tujuan
oral hygiene, waktu
menggosok gigi,
dampak tidak
menggosok gigi, dan
cara menggosok gigi
sesuai SOP.
Variabel Dependent: Upaya yang dilakukan Lembar observasi Baik: 8-10 Ordinal
Praktik Menggosok untuk perawatan gigi SOP Oral Hygiene Cukup: 6-7
Gigi dan mulut pada anak SD (Gosok Gigi) Kurang: 0-5
dari Direktorat Bina
Pelayanan Kesehatan
Gigi dan Mulut
Kementrian Kesehatan
54

Republik Indonesia
dalam Efrida, 2020
yaitu berupa 10 langkah
menggosok gigi.
55

G. Metode Pengumpulan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yaitu cara penelitian kepada responden

lewat proses pendekatan serta pengumpulan karakteristik subjek yang

dibutuhkan (Salam, 2008). Metode dari pengumpulan data penelitian

ini meliputi:

a) Pengumpulan data primer

Data primer diperoleh dari observasi yang berpedoman pada

lembar observasi tentang cara menggosok gigi yang baik dan benar

sesuai SOP.

Pengukuran teknik observasional melibatkan interaksi antara

subjek dan peneliti, dimana peneliti memiliki kesempatan untuk

melihat subjek setelah dilakukan perlakuan (Grove, 2014). Teknik

pengumpulan data yang akan digunakan penulis adalah teknik

observasi dan akan dibantu oleh 5 asisten peneliti, sebelum itu

peneliti akan menjelaskan bagaimana cara mengisi lembar

observasi ke asisten peneliti untuk menyamakan persepsi.

Pengumpulan data dilakukan di SDN 1 Wirosari sebagai lokasi

yang dimana peneliti melakukan penelitian tersebut dan setelah

mendapat persetujuan dari pihak Institusi Universitas An Nuur

Purwodadi.

b) Pengumpulan data sekunder


56

Data sekunder diperoleh dari berbagai referensi yang valid

seperti: jurnal, sumber kepustakaan berupa buku, dan internet.

2. Prosedur pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan langkah-

langkah berikut:

a. Surat persetujuan pembimbing I dan II guna memohon izin

mengambil data awal usulan penelitian kepada Kaprodi S1

Keperawatan Universitas An Nuur Purwodadi.

b. Setelah memperoleh izin untuk melakukan penelitian dari

Universitas Annur, peneliti melakukan studi pendahuluan ke SDN

1 Wirosari, SDN 2 Wirosari, dan SDN 6 Wirosari.

c. Mengidentifikasi responden berdasarkan kriteria yang telah

ditetapkan.

d. Peneliti memilih rekan yang akan membantu dalam penelitian

tugasnya yaitu sebagai asisten peneliti sebanyak 5 orang.

e. Meminta kesediaan anak SDN 1 Wirosari Kelas 4 untuk menjadi

calon responden dengan member informed consent yang dimana

berisikan tentang persetujuan menjadi sampel.

f. Peneliti menetapkan terlebih dahulu responden pada kelompok

ekperimen.

g. Peneliti sudah mendapatkan data dari kelompok eksperimen,

kemudian peneliti mencari responden pada kelompok kontrol.


57

h. Peneliti sudah mendapatkan responden dari kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol.

i. Peneliti melakukan pretest mengukur kemampuan menggosok gigi

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

j. Memberikan video animasi oral hygiene selama durasi 3 menit

untuk kelompok eksperimen.

k. Peneliti melakukan postest mengukur kemampuan menggosok gigi

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

l. Memeriksa kembali hasil dari lembar observasi, dan data

demografi sudah terisi secara keseluruhan.

m. Data yang sudah didapat selanjutnya diolah dengan program

komputer.

n. Pada tahap akhir pembuatan hasil laporan penelitian.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data agar penelitian dapat berjalan dengan baik (Polit,

2012). Instrumen yang digunakan pada variabel indenpenden adalah Video

Animasi Oral Hygiene dan pada variable dependen adalah praktik

menggosok gigi. Instrumen yang digunakan penulis adalah lembar

observasi, Laptop, LCD, layar, sikat gigi, pasta gigi, dan air.

Menurut (Sugiyono, 2017, hlm.226) mengklarifikasikan observasi

menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi terus


58

terang atau observasi tersamar (over observation and covert observation)

dan observasi yang tak berstruktur (unstructured observation). Adapun

penjelasannya adalah sebagai berikut:

1) Observasi Partisipasi (participant observation), dalam observasi ini

peneliti terlibat dengan orang yang sedang diamati atau yang

digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan

pengamatan peneliti ikut melakukan apa saja yang dikerjakan oleh

sumber data dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi

partisipan ini, maka data yang diperoleh lebih lengkap dan tajam

sehingga memudahkan memperoleh data yang akurat.

2) Observasi terus terang atau tersamar (over observation and covert

observation), dalam hal ini dalam melakukan pengumpulan data

menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang

melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal

sampai akhir tentang aktivitas penelitian. Tetapi dalam suatu saat

peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini

untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang

dirahasiakan.

3) Observasi Tidak Berstruktur (unstructured observation), observasi ini

adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa

yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu

secara pasti apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan


59

peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya

berupa rambu-rambu yang berlaku

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi terus terang atau

tersamar (over observation and covert observation), karena dalam

melakukan pengumpulan data peneliti menyatakan terus terang kepada

sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang

diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas penelitian,

dalam hal ini peneliti akan memberikan penilaian sesuai dengan lembar

observasi. Pengisiannya dilakukan dengan mencentang kolom dilakukan

atau tidak dilakukan.

Alat pengumpulan data terdiri dari dua bagian, yaitu formulir A

tentang karakteristik responden, formulir B tentang lembar observasi

langkah-langkah praktik gosok gigi sesuai SOP dari Direktorat Bina

Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia dalam Efrida, 2020.

1. Formulir A

Formulir A terdiri dari karakteristik responden meliputi nama,

umur, jenis kelamin, dan kelas.

2. Formulir B

Formulir B berisi tentang lembar observasi langkah-langkah

melakukan gosok gigi sesuai SOP dari Direktorat Bina Pelayanan

Kesehatan Gigi dan Mulut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

dalam Efrida, 2020.


60

I. Uji Instrumen

Penelitian ini tidak menggunakan kuesioner tetapi menggunakan

lembar observasi sehingga tidak dilakukan uji validitas dan reabilitas.

Lembar observasi diambil dari Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Gigi

dan Mulut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dalam Efrida, 2020.

J. Pengolahan Data

Tahap pengolahan data penelitian ini menurut Notoatmodjo (2012) terdiri

dari :

1. Editing

Editing yaitu tahap pengolahan data dengan memeriksa data yang

terkumpul meliputi kebenaran, kelengkapan, keseragaman ukuran,

pengisian data, konsistensi data dan keterbacaan tulisan sehingga data

yang diperoleh tidak eror.

Editing data dilaksanakan sebelum proses memasukkan data agar

ragu atau salah data dapat diperbaiki dan untuk mempermudah

pengelolaan data selanjutnya. Proses tersebut merangkap semua hasil

dari observasi untuk mempermudah penelolaan data selanjutnya.

2. Coding

Memberi kode variabel dengan menandai jawaban masing-

masing dalam angka guna memudahkan analisis menggunakan

komputer. Pemberian kode manual pada kolom guna memudahkan

analisa data serta saat memasukkan data melalui pemberian kode

angka dalam data ke beberapa jenis aspek.


61

3. Tabulating

Tabulating yaitu tahap mengolah data guna memindahkan hasil

penelitian ke dalam lembaran tabel kerja sesuai kriteria agar

memudahkan dalam membaca.

Penelitian ini pertama-tama penelitian mentabulasi umur, jenis

kelamin. Kemudian peneliti menguji normalitas dengan uji Shapiro

wilk sebab sempel < 50.

4. Entry data

Entry data berupa memasukkan data yang sudah disimpulkan

dalam database komputer atau master tabel lalu membuat tabel

kontigensi atau distribusi frekuensi sederhana.

Proses peneliti memasukkan data dari responden berupa umur,

jenis kelamin, hasil pretest dan posttest tingkat praktik gosok gigi,

sehingga tidak membingungkan peneliti untuk menyusun data.

5. Cleaning

Cleaning data yaitu memastikan data yang dimasukkan sesuai

dengan fakta. Jika seluruh data dari tiap number data sudah

dimaksukkan, perlu di cek kembali guna melihat adanya kesalahan,

kekurangan, ketidaklengkapan dan lain sebagainya yang kemudian

dibetulkan.

Sebelum data diolah secara statistik maka data harus dibersihkan

terlebih dahulu yang mencakup pada pemeriksaan konsistensi serta

penawaran respon yang hilang dan consistency chock berupa


62

mengklasifikasi data range tidak konsisten secara nilai extreme

ataulogis.

K. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran setiap

variabel, distribusi frekuensi berbagai variabel yang diteliti baik

variabel dependen maupun variabel indenpenden (Grove, 2015).

Analisa univariat dalam penelitian ini menguraikan tentang praktik

menggosok gigi pada anak sebelum dan sesudah intervensi video

animasi oral hygiene untuk kelompok eksperimen dan praktik

menggosok gigi pada anak sebelum dan sesudah untuk kelompok

kontrol.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat untuk mengetahui ada atau tidaknya Pengaruh

Video Animasi Oral Hygiene Terhadap Peningkatan Kemampuan

Praktik Menggosok Gigi Pada Anak. Dalam tahap ini data diolah dan

dianalisis dengan teknik-teknik tertentu. Pengolahan data kuantitatif

dapat dilakukan dengan tangan atau melalui proses komputerisasi.

Analisa data pada penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon sign rank

test.

Sebelum diuji bivariate, dilaksanakan uji normalitas terlebih

dahulu guna mengetahui sebaran data normal atau tidak. Uji normalitas

dengan sampel <50 dengan uji Shapiro Wilk dan bila sampel >50
63

dengan uji Kolmogorov Smirnov. Data dinyatakan tidak normal jika

nilai p <0,05 dan normal bila nilai p >0,05 (Dahlan, 2011).

L. Etika Penelitian

Peneliti melakukan penelitian menggunakan prinsip dasar etika

penelitian yaitu :

1. Informed Consent

Merupakan sebuah persetujuan responden untuk ikut serta sebagai

bagian dalam penelitian. Lembar persetujuan ini bertujuan agar

responden mengetahui maksud tujuan dari penelitian. Apabila

responden menolak untuk menjadi bagian dari penelitian, maka

peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak- haknya sebagai

responden.

2. Anonimitas

Merupakan bentuk menjaga kerahasiaan responden dengan cara

tidak mencantumkan identitas responden secara lengkap mulai dari

nama responden, nomor CM, alamat responden, dan lain sebagainya

tetapi peneliti akan memberikan inisial responden yang menunjukkan

identitas dari responden tersebut.

3. Confidentiality

Merupakan sebuah usaha untuk menjaga kerahasiaan informasi

responden yang telah diberikan. Cara ini dilakukan dengan cara

menyimpan dalam bentuk file dan diberikan password. Selain itu, data

yang berbentuk hardcopy (laporan askep) akan disimpan di ruang


64

rekam medis rumah sakit / disimpan dalam bentuk dokumen oleh

peneliti.
65

DAFTAR PUSTAKA

Achmad., Z. A. (2021). Video Animasi Sebagai Media Pembelajaran Efektif bagi


Siswa Sekolah Dasar di Masa Pandemi COVID-19. Journal of Media and
Communication Science. https://doi.org/10.29303/jcommsci.v4i2.121
Adhani R, Sari N N, Aspriyanto D. Nursing mouth caries anak 2-5 tahun di
Puskesmas Cempaka Banjarmasin. Jurnal PDGI. 2014; 63(1):1-7.
Publishers; 2013
Aminas, Siti. 2019. Pengembangan Video Animasi Sebagai Media Pembelajaran
Untuk Meningkatkan Kosakata Pada Anak Usia 4-5 Tahun. Lampung
http://repository.radenintan.ac.id/9053/1/PUSAT.pdf
Budi, D. (2017). Hubungan Perilaku Perawatan Gigi Dengan Kejadian Karies
Gigi Pada Anak Usia 6–9 Tahun di SDN Pragaan Laok 1 Sumenep.
http://repository.um-surabaya.ac.id/156/
Chou R, Cantor A, Zakher B, Mitchell J P, Pappas M. Preventing Dental Caries
in Children 5 Years: Systematic Review Updating USPSTF
Recommendation. PEDIATRICS. 2013 ;132(2):332–350.
Claudia, C., Purwaningsih, E. & Ulfah, S.F. (2021). Literature Review: Efektivitas
Penggunaan Media Video dalam Meningkatkan Pengetahuan Menyikat
Gigi yang Benar pada Anak Sekolah Dasar. Dental Therapist Journal, 3(2),
58-65. doi.org/10.31965/dtl.v3i2.594.
Daryanto, Media Pembelajaran, (Yogyakarta, Gava Media, 2013)
Dewi, Destiya. 2014. Efektivitas menyikat gigi metode horizontal, vertical, dan
roll terhadap penurunan plak pada anak usia 9-11 tahun. Jurnal Kedokteran
Gigi. Banjarmasin
Erwana, A F, 2013. Seputar Kesehatan Gigi dan Mulut. Yogyakarta: Andi.
Erwan Agus Purwanto, P & Dyath Ratih Sulistiyastuti, M. S. (2018).
Implementasi Kebijakan Publik. pdf.pdf (I, Issue September). Gavamedia
Yogyakarta
Garg A, Garg N. Textbook of Operative Dentistry. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical
Hadi, Sofyan. 2017. Efektivitas Penggunaan Video Sebagai Media Pembelajaran
Untuk Siswa Sekolah Dasar. ISBN: 978-602-71836-6-7.
file:///C:/Users/DELL/Downloads/849-1478-1-SM.pdf
Herrera M D, Solis C E, Sanchez M M, Loyola A P, Rodelo J J, Granillo H I,
Maupome G. Dental Plaque, Preventive Care, and Tooth Brushing
Associated with Dental Caries in Primary Teeth in Schoolchildren Ages
6–9 Years of Leon, Nicaragua. Medical Science Monitor.2013; 19: 1019-
1026.
Hidayat, R, A Tandiari, 2016. Kesehatan Gigi dan Mulut Apa Yang Sebaiknya
Anda Tahu?. Yogyakarta: Andi Offset.
Keloay, P. 2019. Gambaran Teknik Menyikat Gigi dan Indeks Plak pada Siswa
SD GMIM Siloam Tonsealama. Jurnal e-Gigi (eG), Volume 7 Nomor 2,
Juli-Desember 2019. Manado.
Kemenkes, R. I. (2018). Hasil utama RISKESDAS 2018. Jakarta: Kemenkes RI
Kemenkes, R. I. (2019). Hasil utama RISKESDAS 2019. Jakarta: Kemenkes RI
66

Lingga, G.A.K.P. 2019. Pemanfaatan Animasi Promosi Dalam Media Youtube.


Prosiding Seminar Nasional Desain dan Arsitektur (SENADA) Vol.2,
Februari2019.
https://eprosiding.idbbali.ac.id/index.php/senada/article/view/147/115
Mariyam. (2016). Oral Hygiene Menggunakan Madu Menurunkan Risiko
Pertumbuhan Bakteri di Mulut Melalui Netralisasi Ph Saliva, ISSN 2407-
9189. https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/7821
Martins L G, Pereira, K C, Costa S X, Traebert E, Lunardelli SE, Lunardelli A N,
et al. Impact of Dental Caries on Quality of Life of School Children.
Brazilian Research in Pediatric Dentistry and Integrated Clinic. 2016;
16(1):307-312.
Muhammad Ikhwanul Muslimin. (2017). Pengaruh Penggunaan Media
Pembelajaran Video Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas II SD. E-Jurnal Prodi Teknologi Pendidikan Vol. VI Nomor 1 Tahun
2017
Notoadmodjo S. (2012). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo. (2018). Metode Penelitian Pendidikan Pemdeketan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Oktaviani. (2022). Edukasi Kesehatan GEROGI (Gerakan Gosok Gigi) untuk
menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Prasekolah. Journal of Character
EducationSociety
http://journal.ummat.ac.id/index.php/JCES/article/view/7732
Pindobilowo, P. (2018). Pengaruh Oral Hygiene Terhadap Malnutrisi Pada
Lansia. Jurnal Ilmiah Dan Teknologi Kedokteran Gigi, 14(1), 1–5.
https://doi.org/10.32509/JITEKGI.V14I1.641.
Pinantara, Wenda (2018) Tingkat pengetahuan tentang kebersihan gigi dan mulut
serta gambaran OHI-S pada siswa kelas IV dan V SDN 2 Bongkasa
Kecamatan Abiansemal Tahun 2018?. Diploma thesis, Jurusan Kesehatan
Gigi.
Pintauli, S, T Hamada, 2016. Menuju Gigi dan Mulut Sehat; Pecegahan dan
Pemeliharaannya. Medan: USU Press
Prakosa, Gotot. 2010. Animasi: Pengetahuan Dasar Film Animasi Indonesia.
Jakarta : Fakultas Film dan Televisi-Institut Kesenian Jakarta dengan
Yayasan Seni Visual Indonesia
Ratmini, N. K. (2017). Bau Mulut (Halitosis). Jurnal Kesehatan Gigi (Dental
Health Journal), 5(1), 25-29.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2018
Sandy, L. P., B. Priyono dan N. Widyanti. 2016. Pengaruh pelatihan menggosok
gigi dengan pendekatan Program Pembelajaran Individual (PPI) terhadap
peningkatan status kebersihan gigi dan mulut pada anak disabilitas
intelektual sedang. Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 2.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2017), hlm. 38
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2011, hlm. 112
67

Syarifah, Elsa. 2019. Gambaran Penyuluhan Cara Menyikat Gigi Dengan Metode
Demonstrasi Terhadap Debris Indeks Pada Siswa/I Kelas III SDN 104234
Medan Sinembah Tanjung Morawa.
http://repo.poltekkes-medan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/801/1/
KTI_Elsa.pdf
Tarigan, Rasinta. 2013. Karies Gigi. Ed 2. Jakarta: EGC
Tarigan, R. (2016). Karies Gigi. Edisi 2. EGC: Jakarta.
Ulfa, Rafika. 2021. Variabel penelitian dalam penelitian Pendidikan. Jurnal
Pendidikan dan Keislaman
Wartonah, Tarwoto. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Wiradona, I., B. Widjanarko dan S. B. M. 2013. Pengaruh Perilaku Menggosok
Gigi terhadap Plak Gigi pada Siswa Kelas IV dan V di SDN Wilayah
Kecamatan Gajahmungkur Semarang. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia
8 (1).
68
LAMPIRAN
Lampiran 1
JADWAL PENELITIAN

No. Kegiatan Bulan

Feb Mar Apr


2021 2022 2022
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan Judul
2. Survey awal
3. Penyusunan
Proposal
4. Seminar
Proposal
Lampiran 2
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Calon Responden Penelitian
Di Tempat

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Sofhia Carolina Wanggra Putri


NIM : 2019021471

Adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Annur


Purwodadi yang sedang mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh video
animasi oral hygiene terhadap peningkatan kemampuan praktik menggosok gigi
pada anak kelas IV di SDN 1 Wirosari”. Penelitian ini tidak menimbulkan akibat
yang merugikan bagi Sdr sebagai responden, kerahasiaan semua informasi yang
diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Atas
perhatiaan dan kesediaan untuk menandatangani persetujuan untuk menjadi
responden, saya ucapkan terima kasih.

Purwodadi, Maret 2023


Penulis

Sofhia Carolina W.P


Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :


Usia :
Kelas :

Dengan ini menyatakan sesungguhnya saya telah mendapatkan penjelasan


mengenai maksud pengumpulan data untuk penelitian “Pengaruh video animasi
oral hygiene terhadap peningkatan kemampuan praktik menggosok gigi pada anak
kelas IV di SDN 1 Wirosari”. Untuk itu secara sukarela saya menyatakan bersedia
menjadi responden penelitian tersebut.
Dengan pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dengan penuh
kesadaran tanpa paksaan.

Purwodadi, Maret 2023


Responden
Lampiran 4

LEMBAR OBSERVASI

NO Langkah-langkah Kegiatan Partisipan


Ya Tidak
1. Partisipan meletakkan pasta gigi
pada sikat gigi, membasahi
dengan sedikit air.
2. Partisipan meletakkan bulu sikat
gigi pada permukaan gigi dekat
tepi gusi dengan posisi
membentuk 45 derajat.
3. Partisipan mulai menyikat gigi
pada gigi geraham atas dengan
gerakan horizontal (maju-
mundur).
4. Partisipan menyikat gigi pada
gigi geraham bawah dengan
gerakan horizontal (maju-
mundur).
5. Partisipan menyikat dengan
gerakan spiral (melingkar) dari
atas ke bawah selama sekitar 20
detik untuk gigi bagian luar
depan.
6. Partisipan menyikat dengan
gerakan vertikal (atas-bawah)
selama sekitar masing-masing
20 detik untuk gigi bagian luar
kanan dan kiri.
7. Menyikat permukaan gigi bagian
dalam gerakan vertikal (atas-
bawah). Lakukan gerakan ini
mengulang 2-3 kali
8. Memastikan semua permukaan
gigi disikat, sehingga plak atau
sisa makanan yang menempel di
gigi hilang.
9. Bilas mulut dan gigi dengan air
sampai bersih
10. Membersihkan sikat dengan air
dan mengembalikan di tempat
yang disediakan

Sumber : (Efrida, 2020)


Lampiran 5

LEMBAR KONSUL
Lampiran 6

Form Kesediaan Sebagai Penguji

Saya yang bertanda tangan di bawah in:


Nama : Ns. Sutrisno, M. Kep
NIDN : 0629118601
Unit Kerja : Universitas Annuur Purwodadi

Dengan ini menyatakan diri untuk (BERSEDIA / TIDAK BERSEDIA)


sebagai PENGUJI (PROPOSAL / HASIL) dalam penyusunan Proposal
Skripsi Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Sains dan
Kesehatan Universitas An Nuur Tahun 2023 untuk mahasiswa:
Nama : Sofhia Carolina W.P
Nim : 2019021471
Judul Penelitian : “pengaruh video animasi oral hygiene terhadap
peningkatan kemampuan menggosok gigi pada anak
kelas IV di SDN 1 Wirosari”

Demikian pernyataan ini saya buat, semoga dapat dipergunakan


sebagaimana mestinya.
Purwodadi, 2023
Yang membuat pernyataan

...........................................
Form Kesediaan Sebagai Penguji

Saya yang bertanda tangan di bawah in:


Nama : Ns. Meity Mulya Susanti, M. Kes
NIDN : 0629118601
Unit Kerja : Universitas Annuur Purwodadi

Dengan ini menyatakan diri untuk (BERSEDIA / TIDAK BERSEDIA)


sebagai PENGUJI (PROPOSAL / HASIL) dalam penyusunan Proposal
Skripsi Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Sains dan
Kesehatan Universitas An Nuur Tahun 2023 untuk mahasiswa:
Nama : Sofhia Carolina W.P
Nim : 2019021471
Judul Penelitian : “pengaruh video animasi oral hygiene terhadap
peningkatan kemampuan menggosok gigi pada anak
kelas IV di SDN 1 Wirosari”

Demikian pernyataan ini saya buat, semoga dapat dipergunakan


sebagaimana mestinya.
Purwodadi, 2023
Yang membuat pernyataan

...........................................
Form Kesediaan Sebagai Penguji

Saya yang bertanda tangan di bawah in:


Nama : Ns. Christina N.W.M.H
NIDN : 0629118601
Unit Kerja : Universitas Annuur Purwodadi

Dengan ini menyatakan diri untuk (BERSEDIA / TIDAK BERSEDIA)


sebagai PENGUJI (PROPOSAL / HASIL) dalam penyusunan Proposal
Skripsi Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Sains dan
Kesehatan Universitas An Nuur Tahun 2023 untuk mahasiswa:
Nama : Sofhia Carolina W.P
Nim : 2019021471
Judul Penelitian : “pengaruh video animasi oral hygiene terhadap
peningkatan kemampuan menggosok gigi pada anak
kelas IV di SDN 1 Wirosari”

Demikian pernyataan ini saya buat, semoga dapat dipergunakan


sebagaimana mestinya.
Purwodadi, 2023
Yang membuat pernyataan

...........................................
Lampiran 7
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan: Kesehatan Gigi


Sasaran: Anak Kelas IV SDN 1 Wirosari
Pelaksanaan: April 2023
Waktu: 80 Menit
Tempat: Ruang kelas IV SDN 1 Wirosari
A. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan, sasaran mampu memahami dan
melakukan cara menggosok gigi dengan benar dan berurutan.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan sasaran mampu:
a. Menggosok gigi dengan benar
b. Menggosok gigi secara berurutan
B. Sasaran
Anak Kelas IV SDN 1 WirosariD.Materi
C. Terlampir
D. Media
Video Animasi Oral Hygiene
E. Metode
Ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi
F. Kegiatan Penyuluhan

N Waktu Kegiatan Responden


O
1. 5 Menit Pembukaan: a. Menjawab
a. Mengucapkan salam salam
b. Menjelaskan topik dan tujuan b. Mendengarkan
penyuluhan c. Menjawab
c. Menanyakan kesiapan
responden
2. 20 menit Melakukan pretest kelompok Praktik Gosok
eksperimen dan kelompok kontrol Gigi
3. 20 Menit Pelaksanaan: Menyimak
Menayangkan video animasi oral
hygiene, sebanyak 3x kepada
kelompok eksperimen
4. 10 Menit Evaluasi: a. Menjawab
a. Menanyakan kembali apakah
anak sudah memahaminya

5. 20 Menit Melakukan postest kelompok Praktik Gosok


eksperimen dan kelompok kontrol Gigi
4. 5 Menit Penutup: a. Mendengarkan
a. Menutup pertemuan dengan b. Menjawab
menyimpulkan materi yang salam
telah dibahas
b. Memberikan salam penutup

Anda mungkin juga menyukai