PROPOSAL
Oleh:
ARMAYANTI
NIM: 211015201165
i
HUBUNGAN KECEMASAN IBU DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN
PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BALITA USIA 12-24
BULAN PASCAPANDEMI COVID-19 DI PUSKESMAS KAMPUNG
GUCI KABUPATEN PADANG PARIAMAN
Oleh:
ARMAYANTI
NIM: 211015201165
i
LEMBAR PENGESAHAN
Telah Berhasil Dipertahankan di Hadapan Dewan Penguji dan Diterima sebagai Bagian Persyaratan
yang diperlukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Sumatera Barat.
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama : ARMAYANTI
NIM : 211015201165
Proposal ini telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan di hadapan tim penguji
Barat
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Rahmatul Ulya, S.ST, M.Keb Ns. Dini Qurrata Ayuni, SKM, M.Kep
NIDN:1010048907 NIDN: 1010078001
Mengetahui
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
Studi Kebidanan Program Sarjana. Dalam penulisan Proposal ini penulis banyak
mendapat bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini
1. Ibu dr. Puthi Dwi Untari, MKM selaku ketua Yayasan Pendidikan Sumatera
Barat.
2. Ibu DR. Hj. Nurtati, SE., MM selaku Rektor Universitas Sumatera Barat yang
3. Ibu Ns. Dini Qurrata Ayuni, SKM,M.Kep selaku Dekan Fakultas Kesehatan
4. Ibu Rahmatul Ulya, M.Keb selaku Ketua Program Studi Kebidanan Program
Sarjana Universitas Sumatera Barat dan sebagai pembimbing satu yang telah
penulis
mendoakan dan memberikan dorongan baik moril maupun materil selama dalam
iv
penyelesaian Proposal ini.
Semoga bantuan yang telah diberikan akan mendapat balasan dari Tuhan Yang
Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa Proposal ini masih jauh dari sempurna karena itu
penulis bersedia menerima kritikan dan saran dari semua pihak dem kesempurnaan
Proposal ini.
Penulis
Armayanti
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR......................................................................................................... iv
DAFTAR ISI....................................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL............................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang..................................................................................................... 1
B.Rumusan Masalah................................................................................................ 7
C.Tujuan Penelitian................................................................................................. 8
D.Manfaat Penelitian............................................................................................... 9
E.Ruang Lingkup Penelitian.................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR LAMPIRAN
3. Kuesioner
4. Lembar Konsultasi
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTA TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
promotif dan preventif tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif. Salah
secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan
penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Kemenkes
RI, 2021).
mengurangi angka kematian bayi baru lahir serta anak. Tuberkulosis, batuk rejan,
difteri, dan hepatitis B adalah beberapa penyakit yang dapat dihindari melalui
mampu dihindari melalui imunisasi merupakan ukuran yang kuat tentang betapa
pentingnya imunisasi. Ini tidak penting karena penyakit dapat dihindari dengan
imunisasi. Maka dari itu peran tenaga kesehatan, peran keluarga serta pengetahuan
orang tua tentang imunisasi sangat penting bagi anak supaya terhindar dari
ibu dan anak di Indonesia. Pemberian imunisasi dapat mencegah dan mengurangi
kejadian kesakitan, kecacatan dan kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah
dengan Imunisasi (PD3I) yang diperkirakan 2-3 juta kematian tiap tahunnya.
Beberapa penyakit menular yang termauk ke dalam PD3I antara lain Hepatitis B,
TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Campak, Rubela dan radang paru-paru
1
(Kemenkes RI, 2021).
Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien dalam
penyakit, jika suatu saat dia terkena penyakit yang sama maka tubuhnya sudah
merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen lemah agar
merangsang anti bodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit
perlindungan pada anak tersebut tetapi juga berdampak kepada anak lainnya karena
infeksi. Imunisasi akan membuat tumbuh kembang bayi menjadi optimal yaitu
menjadi anak yang sehat, kuat, cerdas, kreatif dan berperilaku baik. Kekebalan
tubuh balita yang sudah diimunisasi akan meningkat dan terlindungi dari penyakit
mencegah berbagai penyakit infeksi yang berbahaya dengan cara yang aman,
Jika anak tidak diberikan imunisasi dasar lengkap secara rutin, salah satu
terganggu (Maharani, 2018). Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif dan
efisien dalam mencegah penyakit. Sampai saat ini terdapat 7 penyakit infeksi pada
anak yang dapat menyebabkan kematian dan cacat, walaupun sebagian anak dapat
2
Pada tahun 2019 ditemukan suatu virus baru yaitu Coronavirus disease
2019 (Covid-19). Virus ini menyebabkan penyakit yang serius seperti Pneumonia,
Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Sejak saat itu, penyakit ini menyebar ke seluruh
dunia dan pada tanggal 11 Maret 2020 World Health Organization (WHO)
Desember 2020 tercatat kasus terkonfirmasi sebesar 743.198 kasus dengan 109.963
Pemberian imunisasi ini adalah 80 juta anak dari 68 negara dapat berisiko PD3I
Menurut WHO jumlah anak yang mendapatkan vaksin difteri, tetanus dan
pertusis (DTP3) menurun pada empat bulan pertama di tahun 2020. Ini merupakan
suatu hal yang tidak biasa karena untuk pertama kalinya dalam 28 tahun terjadi
dan United Nations Children’s Fund (UNICEF) yang di khawatirkan dapat memicu
wabah penyakit lain. Sampai bulan Mei 2020 tiga perempat dari 82 negara
3
melaporkan gangguan terkait program imunisasi akibat pandemi Covid-19 (WHO
& UNICEF, 2020). WHO mengatakan sekitar 1,5 juta anak mengalami kematian
setiap tahunnya karena penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi. Pada tahun
2018, terdapat kurang lebih 20 juta anak tidak mendapatkan imunisasi lengkap dan
bahkan ada anak yang tidak mendapatkan imunisasi sama sekali (Kemenkes RI,
2019).
imunisasi dasar lengkap secara nasional pada tahun 2020 adalah sebesar 83.3%.
Angka ini belum memenuhi Renstra tahun 2020 yaitu 92.9%. Cakupan imunisasi
dasar lengkap pada tahun 2020 ini merupakan cakupan imunisasi dasar lengkap
yang terendah dalam kurun waktu 2019-2020 sebagai dampak dari adanya pandemi
Sumatera Barat, cakupan imunisasi dasar lengkap tahun 2020 adalah 56.7%. Angka
ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2019 cakupan
Sedangkan pasca pandemi tahun 2022, sebesar 59,3% (Dinkes Sumbar, 2021).
imunisasi dasar lengkap mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Pada tahun
adalah 89.2%. Saat terjadinya pandemi pada tahun 2020 cakupan imunisasi turun
menjadi 60.9%. Sedangkan pasca pandemi tahun 2022, imunisasi lengkap hanya
menjadi 62,3%. Hal yang sama juga terjadi pada seluruh Puskesmas yang ada di
4
Dari 25 Puskesmas yang ada di Kabupaten Padang Pariaman, penurunan
cakupan imunisasi dasar lengkap yang paling besar terjadi pada Puskesmas
puskesmas Kampung Guci termasuk salah satu puskesmas yang telah mencapai
target imunisasi dasar lengkap 95% pada tahun 2020. Persentase cakupan imunisasi
dasar lengkap di puskesmas Kampung Guci pada tahun 2020 adalah sebesar 95.9%
dan capaian ini meningkat dari tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2019
cakupannya adalah 94.98%. (Dinkes Padang Pariaman, 2021). Pada tahun 2021
Kampung Guci mengalami penurunan yang sangat besar yaitu mencapai 49.8%
dengan cakupannya hanya 46.1%. (Dinkes Padang Pariaman, 2022). Pada tahun
Indonesia pada masa pandemi Covid-19, salah satu faktornya adalah kecemasan
5
orang tua yang takut anaknya akan tertular Covid-19 saat imunisasi (Modjo &
Sudirman, 2021). Selain itu, dukungan keluarga juga memainkan peran penting dan
Menurut hasil penelitian Streshta Mukhi dan Bernie Endyarni Medise tahun
beberapa faktor salah satunya yaitu keraguan dan ketakutan orang tua membawa
anaknya imunisasi karena takut tertular covid-19 (Mukhi & Medise, 2021).
Hasil penelitian Dewi Modjo dan Andi Akifa Sudirman tahun 2021 yang
Masa Pandemi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Telaga adalah ada pengaruh
kecemasan ibu didapatkan P-value 0,000 dan dukungan keluarga didapatkan niali
P-value 0,000 dengan penurunan Cakupan imunisasi dasar pada masa pandemi
Bayi di Masa Pandemi Covid-19 studi di Polindes Tegar Priyah Kecamatan Geger
Hasil penelitian Safira dan Rida pada tahun 2018 menunjukan bahwa
anak. Penelitian yang lain dilakukan oleh Pendit pada tahun 2019 juga menyatakan
6
imunisasi pada anak. Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor pendukung
dari keluarga akan merasa nyaman baik secara fisik maupun psikis dalam
penghargaan dengan wujud ungkapan. Dukungan keluarga yang baik akan mudah
Hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti pada 10 ibu yang
2023 didapatkan 6 ibu (60%) belum memberikan imunisasi dasar lengkap pada
anaknya. Dari 6 ibu tersebut 4 diantaranya (66,67%) mengatakan cemas atau takut
anaknya tertular covid-19 saat di imunisasi dan 2 ibu (33,33%) tidak mendapatkan
dukungan dari suami untuk pemberian imunisasi dasar lengkap pada anak dan
diketahui 4 (40%) ibu sudah memberikan imunisasi dasar lengkap pada anaknya.
kecemasan ibu dan dukungan keluarga dengan pemberian imunisasi dasar lengkap
pada balita usia 12-24 bulan pasca pandemi covid-19 di Puskesmas Kampung Guci
B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan kecemasan ibu dan dukungan keluarga dengan pemberian
imunisasi dasar lengkap pada balita usia 12-24 bulan pasca pandemi covid-19 di
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
7
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kecemasan ibu dan
dukungan keluarga dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada balita usia
2. Tujuan Khusus
anak usia 12-24 bulan pasca pandemi covid-19 di Puskesmas Kampung Guci
pemberian imunisasi dasar pada anak usia 12-24 pasca pandemi covid-19 di
pemberian imunisasi dasar pada anak usia 12-24 pasca pandemi covid-
imunisasi dasar pada anak usia 12-24 pasca pandemi covid-19 di Puskesmas
imunisasi dasar pada anak usia 12-24 pasca pandemi covid-19 di Puskesmas
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Peneliti
8
yang penulis peroleh selama dibangku perkuliahan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai literasi/ bahan bacaan bagi
Pariaman.
pada anak usia 12-24 pada masa pandemi covid-19 di wilayah kerja
pada bulan Maret 2023. Pengumpulan data dimulai pada tanggal Februari
9
sampai Maret 2023. Populasi adalah ibu yang mempunyai anak usia 12-24
kuesioner. Analisis pada penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Imunisasi
1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi, berarti
diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten
terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain.
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat
terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit
penularan penyakit dan upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian pada
bayi dan balita (Mardianti & Farida, 2020). Imunisasi merupakan upaya
terjadinya penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi (Senewe et al.,
2017). Jadi Imunisasi ialah tindakan yang dengan sengaja memberikan antigen
atau bakteri dari suatu patogen yang akan menstimulasi sistem imun dan
11
2. Manfaat Imunisasi
Manfaat imunisasi tidak bisa langsung dirasakan atau tidak langsung terlihat.
adalah paradigma sehat dalam upaya pencegahan yang paling efektif (Mardianti
& Farida, 2020). Imunisasi merupakan investasi kesehatan untuk masa depan
3. Hambatan imunisasi
lengkap yaitu karena takut anaknya demam, sering sakit, keluarga tidak
mengizinkan, tempat imunisasi jauh, tidak tahu tempat imunisasi, serta sibuk/
yang biasa disebut Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) seperti nyeri pada
9
4. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
rubella syndrome/CRS)
tinggi dapat dilihat dari banyaknya balita yang meninggal akibat penyakit
5. Imunisasi di Indonesia
Di Indonesia program imunisasi yang terorganisasi sudah ada sejak tahun 1956,
pada tahun 1974 dinyatakan bebas dari penyakit cacar (Kementerian Kesehatan
10
menggabungkan beberapa jenis vaksin sebagai vaksin kombinasi yang terbukti
yaitu:
a. Imunisasi Rutin
11
b. Imunisasi Tambahan
c. Backlog fighting
Backlog adalah upaya aktif di untuk melengkapi Imunisasi dasar pada anak
d. Crash program
Kegiatan ini biasanya menggunakan waktu yang relatif panjang, tenaga dan
biyaya yang banyak maka sangat diperlukan adanya evaluasi indikator yang
penyebaran virus polio atau campak dengan cara memberikan vaksin polio
dan campak kepada setiap bayi dan balita tanpa mempertimbangkan status
imunisasi ulangan.
12
f. Kampanye (Cath Up Campaign)
PD3I.
7. Jadwal Imunisasi
13
Jadwal Imunisasi Anak Umur 0 - 18 Tahun, makna warna pada jadwal imunasi yaitu,
kolom biru menandakan jadwal pemberian imunisasi optimal sesuai usia. Kolom kuning
menandakan masa untuk melengkapi imunisasi yang belum lengkap. Kolom merah muda
menandakan imunisasi penguat atau booster. Kolom warna kuning tua menandakan
1. Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B monovalen paling baik diberikan kepada bayi segera setelah lahir
sebelumnya. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, segera berikan vaksin HB dan
immunoglobulin hepatitis B (HBIg) pada ekstrimitas yang berbeda, maksimal dalam 7 hari
setelah lahir. Imunisasi HB selanjutnya diberikan bersama DTwP atau DTaP (IDAI, 2020).
2. Vaksin polio
Vaksin Polio 0 sebaiknya diberikan segera setelah lahir. Apabila lahir di fasilitas kesehatan
diberikan bOPV-0 saat bayi pulang atau pada kunjungan pertama. Selanjutnya berikan
bOPV atau IPV bersama DTwP atau DTaP. Vaksin IPV minimal diberikan 2 kali sebelum
3. Vaksin BCG
Vaksin BCG sebaiknya diberikan segera setelah lahir atau segera mungkin sebelum bayi
berumur 1 bulan. Bila berumur 2 bulan atau lebih, BCG diberikan bila uji tuberkulin
4. Vaksin DPT
Vaksin DPT dapat diberikan mulai umur 6 minggu berupa vaksin DTwP atau DTaP.
14
(IDAI, 2020).
15
5. Vaksin Hib
Vaksin Hib diberikan pada usia 2, 3, dan 4 bulan. Kemudian booster Hib diberikan pada
PCV diberikan pada umur 2, 4, dan 6 bulan dengan booster pada umur 12- 15 bulan. Jika
belum diberikan pada umur 7-12 bulan, berikan PCV 2 kali dengan jarak 1 bulan dan
booster setelah 12 bulan dengan jarak 2 bulan dari dosis sebelumnya. (IDAI, 2020).
7. Vaksin rotavirus
Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama mulai umur 6 minggu, dosis
kedua dengan internal minimal 4 minggu, harus selesai pada umur 24 minggu. Vaksin
rotavirus pentavalen diberikan 3 kali, dosis pertama 6-12 minggu, dosis kedua dan ketiga
dengan interval 4 sampai 10 minggu, harus selesai pada umur 32 minggu (IDAI, 2020).
8. Vaksin influenza
Vaksin influenza diberikan mulai umur 6 bulan, diulang setiap tahun. (IDAI, 2020).
9. Vaksin MR/MMR
Vaksin MR / MMR pada umur 9 bulan berikan vaksin MR. Bila sampai umur 12 bulan
belum mendapat vaksin MR, dapat diberikan MMR. Umur 18 bulan berikan MR atau
MMR. Umur 5-7 tahun berikan MR (dalam program BIAS kelas 1) atau MMR (IDAI,
2020).
Vaksin JE diberikan mulai umur 9 bulan di daerah endemis atau yang akan bepergian ke
daerah endemis. Untuk perlindungan jangka panjang dapat berikan booster 1-2 tahun
16
12. Vaksin hepatitis A
Vaksin hepatitis A diberikan 2 dosis mulai umur 1 tahun, dosis ke-2 diberikan 6
Vaksin tifoid polisakarida diberikan mulai umur 2 tahun dan diulang setiap 3 tahun (IDAI,
2020).
Vaksin HPV diberikan pada anak perempuan umur 9-14 tahun 2 kali dengan jarak 6-
15 bulan (atau pada program BIAS kelas 5 dan 6). (IDAI, 2020).
Vaksin dengue diberikan pada anak umur 9-16 tahun dengan seropositif dengue yang
dibuktikan adanya riwayat pernah dirawat dengan diagnosis dengue (pemeriksaan antigen
NS-1 dan atau uji serologis IgM/IgG antidengue positif) atau dibuktikan dengan
Setiap bayi di Indonesia yang berusia di bawah 12 bulan imunisasi dasar lengkap
yang wajib di dapatkan adalah Hepatitis B 1 dosis, Bacillus Calmette- Guerin (BCG)
dasar lengkap di Indonesia tahun 2016-2018 yaitu pada tahun 2016 sebesar 91,58%.
Pada tahun 2017 cakupan imunisasi dasar lengkap mengalami penurunan menjadi
85,41%. Pada tahun 2018 cakupan imunisasi dasar lengkap kembali mengalami
penurunan dari tahun 2017 yaitu 57,95% (Azis et al., 2020; Riskesdas, 2018).
17
Seluruh dunia sedang dihadapi dengan Pandemi Coronavirus disease 2019
mencatat adanya penurunan jumlah anak yang mendapatkan vaksin difteri, tetanus
dan pertusis (DTP3) dalam data pada empat bulan pertama tahun 2020. Data ini
merupakan suatu hal yang tidak wajar karena baru pertama kalinya dalam 28
tahun terdapat penurunan cakupan difteri, tetanus dan pertusis (DTP) 3 di seluruh
vaksinasi campak dibatalkan atau berisiko dibatalkan oleh WHO dan UNICEF,
dengan bulan Mei 2020, tiga perempat dari 82 negara melaporkan gangguan terkait
imunisasi pada masa pandemi Covid-19 sesuai petunjuk teknis yaitu, imunisasi
dasar dan lanjutan tetap diupayakan lengkap dan dilaksanakan sesuai jadwal untuk
18
kegiatan surveilans PD3I harus dioptimalkan termasuk pelaporannya, serta
menerapkan prinsip pencegahan infeksi (PPI) dan menjaga jarak aman 1 – 2 meter
1. Umur Ibu
Umur merupakan salah satu sifat karakteristik orang yang sangat utama, umur
juga mempunyai hubungan yang sangat erat dengan berbagai sifat orang lainnya,
dan juga mempunyai hubungan erat dengan tempat dan waktu (Nabila, 2022).
Umur ibu yang lebih muda umumnya dapat mencerna informasi tentang
imunisasi lebih baik dibanding dengan usia ibu yang lebih tua. Ibu yang berusia
lebih muda dan baru memiliki anak biasanya cenderung untuk memberikan
(Prihanti et al., 2016). Umur ibu merupakan faktor yang berhubungan dengan
status imunisasi anaknya. Hasil penelitian Lubis et al. (2020), menemukan bahwa
ketidaklengkapan imunisasi dasar pada anak lebih berisiko pada ibu umur >30
tahun dibandingkan dengan ibu yang lebih muda < 30 tahun, hal ini dikarenakan
ibu yang berusia < 30 tahun memiliki status imunisasi lengkap lebih banyak dari
pada ibu dengan status imunisasi tidak lengkap, dari 144 responden sebanyak
(61,8 %) ibu yang berusia 21-30 tahun mengimunisasi bayinya seccara lengkap,
dibandingkan dengan ibu yang berumur 31-40 tahun sebanyak (34 %) serta ibu
19
yang berusia >50 tahun sebanyak (1,4 %) mengimunisasi banyinya secara
lengkap. Maka dari itu usia merupakan salah satu faktor yang penting yang
dalam dirinya serta sifat dalam menentukan tempat dan waktu. Berbeda halnya
dengan penelitian Rahmawati & Umbul (2014), yang menyatakan bahwa tidak
terdapat pengaruh antara umur terhadap kelengkapan imunisasi dengan hasil uji
2. Pendidikan Ibu
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan
perilaku orang tua, karena orang tua dengan berpendidikan tinggi akan
sekolah, tapi apabila seseorang berpendidikan rendah, maka diharapkan orang tua
formal atau disebut jalur informal seperti melalui media elektronik (televisi,
Tingkat atau jenjang pendidikan terdiri atas pendidikan tinggi (tamat/tidak tamat
tamat SD, tamat /tidak tamat SMA sederajat) (Notoatmodjo, 2018). Pendidikan
20
yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi cenderung lebih mudah menerima
rendah akan mendapat kesulitan untuk menerima informasi yang ada sehingga
pada ibu yang berpendidikan tinggi lebih mudah menerima suatu ide baru
proses menuju kematangan intelektual untuk itu pendidikan tidak dapat terlepas
dari proses belajar. Dengan belajar maka manusia pada hakikatnya sedang
yang dibutuhkan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
perilaku dalam hal ini perilaku imunisasi. Dengan demikian semakin tinggi
dengan kesehatan akan semakin baik khususnya imunisasi (Surury et al., 2020).
Penelitian yang dilakukan oleh Astuti dan Fitri (2017) menyebutkan bahwa
ketidaklengkapan imunisasi dasar pada anak berisiko 2,2 kali pada ibu yang
21
penelitian Rakhmawati et al (2020) Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi
dasar bayi secara lengkap dibandingkan dengan ibu yang mempunyai pendidikan
rendah
3. Pekerjaan Ibu
paling sedikit satu jam berturut-turut selama seminggu dengan maksud untuk membantu
bekerja adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud membantu
memperoleh pendapatan atau keuntungan, lamanya bekerja paling sedikit 1 jam secara
terus menerus dalam seminggu (termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu
Kepala keluarga yang tidak bekerja memiliki kecendrungan anaknya tidak mendapatkan
imunisasi yang lebih baik dibandingkan dengan kepala keluarga yang memiliki
penurunan ekonomi yang sangat drastis akan berdampak pada status kunjungan
Penelitian yang dilakukan oleh (Mekamban & Yuliana, 2014), tentang faktor yang
berhubungan dengan cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi menunjukkan ada
hubungan antara pekerjaan dengan status imunisasi dasar pada bayi. Ibu yang bekerja
maupun yang tidak bekerja mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh
informasi tentang imunisasi dasar baik dari petugas kesehatan maupun berbagai media
Ibu yang bekerja mempunyai kemungkinan 0,739 kali lebih besar untuk melakukan
imunisasi dasar bayi secara lengkap dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja
disebabkan kurangnya informasi yang diterima ibu rumah tangga dibandingkan dengan
22
4. Kepemilikan Kartu Menuju Sehat (KMS)/ Buku Kesehatan Ibu dan Anak
Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan
normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. KMS
di Indonesia telah digunakan sejak tahun 1970-an, sebagai sarana utama kegiatan
memengaruhi respon atau pandangan ibu balita terhadap manfaat KMS dan
kebutuhan data KMS dalam buku KIA. Semakin ibu balita rajin dan patuh
membawa KMS pada saat datang ke pelayanan kesehatan, semakin baik pula
sikap ibu balita terhadap pemanfaatan KMS dalam buku KIA (Rahayu et al.,
2018).
Kepemilikan KMS/ buku KIA/ buku catatan kesehatan anak sangat penting
kepada balita. Dengan kepemilikan buku ini maka orang tua dapat mengetahui
jenis imunisasi apa yang sudah diberikan dan imunisasi apa saja yang belum
5. Pengetahuan Ibu
dari proses belajar selama hidup dan dapat dipergunakan sewaktu- waktu sebagai
kenyataan, kebenaran, prinsip dan kaidah suatu objek dan merupakan hasil
23
pembelajaran (Masturoh & Nauri Anggita T, 2018).
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan
dan pengenalan secara obyektif terhadap benda - benda atau sesuatu hal.
dan melalui hasil belajar seseorang secara formal maupun informal. Pengetahuan
akan bersifat lama atau terus-menerus (Dillyana & Nurmala, 2019). Sejalan
pengetahuan ibu yang rendah memiliki risiko 21 kali lebih tidak patuh untuk
pengetahuan tinggi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Setiawati, 2017), yang berjudul Hubungan
ibu mempunyai hubungan dengan cakupan imunisasi dasar lengkap pada balita
usia 12-24 bulan dengan hasil penelitian menunjukkan nilai p = 0,041 (p<0,05).
imunisasi anak nya sedang sakit. Dan mereka khawatir jika anak nya
24
6. Penolong Persalinan
ibu dapat terjaga dan angka kematian ibu dan anak dapat di turunkan. Pelayanan
pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa
kesehatan sulit dijangkau, karena ada disparitas geografis dan transportasi yang
tidak memungkinkan (Fitrianeti et al., 2018). Bayi hingga umur kurang dari 1
bulan merupakan golongan umur yang paling rentan atau memiliki risiko
gangguan keshatan yang paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk
kesehatan lebih berisiko 2,8 kali memiliki anak dengan imunisasi dasar tidak
lengkap dibanding Ibu yang melahirkaan ditolong oleh tenaga kesehatan (Astuti
25
7. Ketersediaan sarana dan prasarana imunisasi
Sarana dan prasarana yang harus dimiliki oleh tempat pelayanan vaksinasi yaitu
padam untuk waktu cukup lama, atau lemari es sedang rusak yang bila diperbaiki
memakan waktu lama. Freeze Tag digunakan untuk memantau suhu vaksin. Auto
Disable Syringe yang selanjutnya disingkat ADS adalah alat suntik sekali pakai
untuk pelaksanaan pelayanan imunisasi. Safety Box adalah sebuah tempat yang
berfungsi untuk menampung sementara limbah bekas ADS yang telah digunakan
dan harus memenuhi persyaratan khusus. Cold Chain adalah sistem pengelolaan
vaksin yang dimaksudkan untuk memelihara dan menjamin mutu vaksin dalam
(Kepmenkes, 2017)
secara cepat apakah vaksin masih layak digunakan atau tidak. Penelitian
terhadap 379 klinik yang melayani imunisasi di wilayah Karachi, Pakistan tahun
2014 dinyatakan hanya 38,5% klinik yang memantau suhu vaksin secara rutin 2
dingin dalam penatalaksanaan imunisasi yang memang tidak dapat ditawar lagi
karena vaksin memiliki suhu tetap yang tidak dapat dikurangi ataupun dilebihkan
keterampilan yang maju, mutu peralatan yang baik dan memenuhi standar yang
baik, komitmen dan motivasi petugas tergantung dari kemampuan mereka untuk
2020).
26
9. Kecemasan
Kecemasan merupakan reaksi pertama yang muncul atau dirasakan oleh pasien
dan keluarganya disaat pasien harus dirawat mendadak atau tanpa terencana
pasien dan keluarganya dalam setiap tindakan perawatan terhadap penyakit yang
antisipasi bahaya yang tidak nyata atau khayalan, tampaknya disebabkan oleh
1. Tingkat Kecemasan
Cemas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara
bertahan hidup, tetapi tingkat cemas yang parah tidak sejalan dengan
27
Tingkat Kecemasan adalah suatu rentang respon yang membagi
a) Kecemasan ringan
b) Kecemasan sedang
untuk melakukannya.
c) Kecemasan berat
lain.
d) Tingkat Panik 28
Pada Kecemasan Tingkat paling atas ini berhubungan dengan
sesak nafas atau seperti tercekik. Gejala lain yang dapat terjadi
29
10. Dukungan Keluarga
terdapat hubungan yang saling memberi dan menerima bantuan yang bersifat
nyata yang dilakukan oleh keluarga (suami, istri, saudara, mertua, orang tua)
tahap dalam siklus kehidupan. Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan
penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Dukungan bisa berasal dari
orang lain (orangtua, anak, suami, istri atau saudara) yang dekat dengan subjek
dimana bentuk dukungan berupa informasi, tingkah laku tertentu atau materi
a. Keluarga Inti (nuclear family), yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu,
suami, istri, anak-anak kandung, anak angkat maupun adopsi yang belum
kawin, atau ayah dengan anak-anak yang belum kawin, atau ibu dengan
b. Keluarga luas (extended family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu, anak-anak (baik yang sudah kawin atau belum), cucu, orang tua,
keluarga. 30
Ibu memerlukan seseorang yang dapat memberikan dukungan dalam merawat
dukungan yang paling berarti bagi ibu karena suami merupakan keluarga inti dan
orang yang paling dekat dengan ibu, sehingga dukungan suami saat ini menjadi
a. Dukungan Informational
aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini
b. Dukungan Penilaian
penghargaan, perhatian.
31
D. Kerangka Teori
1. Umur ibu
2. Pendidikan ibu Status Imunisasi Dasar
3. Status Pekerjaan ibu Lengkap
4. Kepemilikan buku
KMS/buku KIA/
buku catatan
1. Penolong Persalinan
kesehatan anak
2. Ketersediaan sarana dan
lainnya.
prasarana imunisasi
5. Pengetahuan ibu.
3. Peran Petugas Imunisasi
6. Kecemasan
7. Dukungan keluarga
32
BAB III
KERANGKA KONSEP
B. Kerangka Konsep
Variabel penelitian merupakan suatu objek atau sifat atau atribut atau nilai dari orang
atau kegiatan yang mempunyai bermacam-macam variasi antara satu dengan lainnya
yang ditetapkan oleh peneliti dengan bertujuan untuk dipelajari dan ditarik
Beck, 2018). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah
dijelaskan, atau diprediksi oleh peneliti (Polit & Beck, 2018). Dalam
Kecemasan Ibu
Status Imunisasi
Lengkap Balita
Usia 12-24 bulan
pasca pandemi
33
Dukungan Keluarga
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel
Variabel Dependen
a. Status Imunisasi Kelengkapan Data status Lembar 1= Tidak Nominal
Dasar Lengkap imunisasi yang imunisasi pada ceklis lengkap
sudah didapat register klinik
2= Leng
meliputi dibandingkan
kap
imunisasi HB 0, dengan data
BCG, DPT-HB- buku
KMS/KIA/buku
Hib
catatan
(Pentavalent),
kesehatan anak
OPV, IPV, MR
lainnya
Variabel Independen
Kuesioner Skor Ordinal
a. Kecemasan Ibu Suatu perasaan Wawancara jawaban
kekhawatiran dan
tingkat
rasa takut yang
kecemasan:
berlebihan dialami
ibu ketika
Hasil
menghadapi yaitu
imunisasi pada penilaian
masa pandemi total skor
< 14:
Tidak ada
kecemasan
≤14: Ada
Kecemasan
34
Variabel Definisi Cara Alat Hasil Skala
Ukur Ukur
Operasional Pengukuran Data
b. Dukungan Salah satu bentuk Wawanncara Kuesio 0 = Tidak Ordinal
Keluarga interaksi yang
ner Mendu
didalamnya
terdapat hubungan kung
yang saling
memberi dan 1=Mendu
menerima bantuan
kung
yang bersifat
nyata yang
dilakukan oleh
keluarga (suami,
istri, saudara,
mertua, orang tua)
kepada ibu.
C. Hipotesis
H0:
- Tidak ada hubungan kecemasan dengan status imunisasi dasar lengkap pada balita usia
- Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan status imunisasi dasar lengkap pada
balita usia 12-24 bulan pasca pandemic di Puskesmas Kampung Guci tahun 2023
Ha:
- Ada hubungan kecemasan dengan status imunisasi dasar lengkap pada balita usia 12-
- Ada hubungan dukungan keluarga dengan status imunisasi dasar lengkap pada balita
usia 12-24 bulan pasca pandemic di Puskesmas Kampung Guci tahun 2023
35
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu
metode penelitian yang dilakukan untuk membuat gambaran atau mendeskripsikan suatu
keadaan secara obyektif (Notoatmojo, 2019). Penelitian ini melakukan penilaian kecemasan
ibu dan dukungan keluarga terhadap pemberian imunisasi lengkap. Penelitian ini dilakukan
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara
mengobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap variabel subjek pada saat
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kampung Guci pada bulan
Maret 2023.
Populasi merupakan keseluruhan unsur atau elemen yang menjadi objek penelitian, populasi
merupakan himpunansemua hal yang ingin diketahui (Masturoh, 2018). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu dengan balita usia 12-24 bulan di wilayah Puskesmas
Sampel adalah bagian dari populasi dan karakteristik dari populasi yang telah diteliti dan
disimpulkan (Masturoh, 2018). Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
total sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi
(Sugiyono, 2018). Alasan mengambil total sampling karena jumlah populasi kurang dari 100
maka seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Sampel penelitian adalah seluruh ibu
dengan balita usia 12-24 bulan di wilayah Puskesmas Kampung Guci pada tahun 2023.
D. Metode
1. Cara Penelitian
a. Tahap Persiapan
Pengumpulan data dalam penelitian merupakan prosedur yang
sistematis untuk memperoleh data yang dibutuhkan (Satori, 2014).
Adapun jalanya penelitian melalui beberapa tahap:
1. Tahap awal yaitu dengan pengajuan judul penelitian kepada dosen
pembimbing I dan pembimbing II.
2. Pengurusan surat ijin studi pendahuluan dari Program Studi
Unisbar.
3. Pengajuan Surat studi pendahuluan ke Puskesmas Kampung guci.
4. Pengolahan data hasil studi pendahuluan
5. Melakukan seminar proposal yang telah disetujui oleh dosen
pembimbing 1 dan pembimbing II dan mengajukan ethical
clearance
41
responden bingung terhadap pernyataan di kuesioner, responden bisa
bertanya pada peneliti.
4. Kuesioner kemudian dikembalikan kepada peneliti setelah terisi
dengan lengkap
5. Setelah data terkumpul peneliti akan mengolah data dan menyelesaikan
laporan akhir.
c. Tahap Penyelesaian
Tahap Penyelesaian Peneliti mengumpulkan kuisioner yang telah diisi
oleh responden dan kemudian dikoreksi kelengkapannya untuk
dilakukan tabulasi data
d. Penarikan kesimpulan
Terakhir setelah tabulasi data telah selesai dilaksanakan dan sudah
diolah, maka peneliti dapat menarik kesimpulannya.
Instrumen penilaian adalah alat bantu yang dipergunakan dalam pengumpulan data
agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap, dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2021). Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yaitu kuesioner data
Kuesioner kecemasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah modifikasi dari
kuesioner Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) yaitu sebuah kuesioner
survei kesehatan untuk menilai kecemasan pada ibu tentang imunisasi lengkap yang
dimodifikasi untuk dapat digunakan di masa pasca pandemi COVID-19. Skala HRS-
A pertama kali digunakan pada tahun 1959, diperkenalkan oleh Max Hamilton dan
42
symptoms yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan menurut skala
HRS-A (Nursalam, 2018). Pengukuran ini terdiri dari 14 butir pertanyaan dan
menghasilkan nilai skor 0-56 dengan pilihan jawaba 0 = tidak ada gejala, 1 = gejala
ringan, 2 = gejala sedang, 3 = gejala berat, 4 = gejala berat sekali. Kategori skor 0-
a. Validitas
Validitas adalah ketepatan atau kecermatan pengukuran, valid berarti alat atau
instrumen tersebut mampu mengukur apa yang ingin diukur. Untuk mengukur
Anxiety Analog Scale (AAS). Validitas AAS sudah diukur pada tahun 1984
b. Reliabilitas
Reliabilitas merupakan kestabilan pengukuran sebuah alat atau instrumen, alat atau
dan dapat di percaya (Riyanto, 2015). Skala HRS-A telah dibuktikan memiliki
validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan pada
penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa
43
3. Teknik Pengolahan Data
Setelah semua data berhasil dikumpulkan, diolah sesuai tujuan dan
kerangka konsep penelitian. Pengolahan data dilakukan dengan langkah-
langkah:
a. Editing atau penyuntingan data adalah tahapan dimana peneliti
memeriksa kelengkapan jawaban responden. Jika pada tahapan
penyuntingan ternyata ditemukan ketidak lengkapan dalam lembar
kuesioner, maka peneliti harus melakukan pengumpulan data ulang.
3. Analisis Data
Jenis analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Analisis univariat
44
data demografi yaitu nama/inisial, umur, pekerjaan, pendidikan, tingkat
kecemasan, dukungan keluarga dan status iimunisasi lengkap.
b. Analisis bivariate..
4. Etika Penelitian
Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak dan kewajiban
responden dan peneliti. Peneliti akan merahasiakan data responden
pada saat pengumpulan data dan hasil penelitian.
45
DAFTAR PUSTAKA
46
Kementerian Kesehatan dan UNICEF. 2020. Rapid Assessment: Immunization Services
in Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI. 2019. Laporan Riskesdas 2018. Jakarta: Badan Litbangkes,
Kemenkes
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan
Imunisasi
Mahabbah, R. N. (2019). Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kelengkapan
Imunisasi Dasar. Universitas Siliwangi. Modjo, D., & Sudirman, A. A. (2021).
Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Cakupan Imunisasi pada Masa Pandemi
Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Telaga. Zaitun, 976–978.
Maharani Siregar, Dkk. 2018. “Hubungan Perilaku Dukungan Keluarga Dan Petugas
Kesehatan Dengan Kelengkapan Imunisasi Pada Bayi Diwilayah Kerja
Puskesmas Matang Pudeng Kecamatan Pantee Bidari Kabupaten Aceh Timur
Tahun 2017 Ida.” Jurnal Ilmiah Simantek 1(4):13–26. Mardianti & Farida, 2022
Masturoh, & Nauri Anggita T. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta Selatan:
Pusdik SDM Kesehatan
Mekamban, & Yuliana. 2014. Faktor yang berhubungan dengan
cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Antara
Kota Makassar.
Mukhi, S., & Medise, B. E. (2021). Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Cakupan
Imunisasi pada Masa Pandemi Covid-19 di Jakarta. Sari Pediatri, 22(6), 336–
342.
Nadila, Thesya Gianita, 2022. Hubungan Dukungan Keluarga, Ekonomi dan
Pengetahuan terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar Bayi Usia 12 Bulan pada
Masa Pandemi Covid-19 Jurnal Interprofesi Kesehatan Indonesia Vol. 2, No. 1,
Desember 2022, pp. 211-219 ISSN 2807-7563 (print), ISSN 2807-7571 (online)
Journal homepage https://jurnalinterprofesi.com/index.php/jipki
Notoatmodjo, S. (2018). La Biondo-Wood & Haber Nursalam.(2017) Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nurhasanah, I. (2021). Pelayanan Imunisasi di Masa Pandemi Covid-19 : Literatur
Review. Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 12(1), 104–105.
Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis Edisi.4.
Jakarta : Salemba Medika.
Pendit Saka Adhijaya, Astika Tria, dan Supriyatna Nana. Analisis Pengaruh Dukungan
Keluarga, dan Faktor Lainnya Terhadap Pemberian Imunisasi MR Pada Balita.
Jurnal Keperawatan Silampari. 2019;3(1):322-331. Available from:
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JKS/article/view/848 - Diakses Agustus
2021.
Peraturan Menteri Kesehatan No.155/Menkes/Per/1/2019 Tentang Penggunaan Kartu
Menuju Sehat Untuk Balita
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Tentang
Penyelenggaraan Imunisasi.Kemenkes, 2017
Permenkes No. 97 tahun 2014 tentang pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, masa
hamil, persalinan, dan masa sesudah melahirkan
Rahmawati AI. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi Dasar di
Kelurahan Krembangan Utara Kota Surabaya Sebagai Upaya Pencegahan
Penyakit. Skripsi. Universitas Airlangga; 2013.
Ranuh IGN, Soeyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita C. Pedoman Imunisasi Di
Indonesia. 6th ed. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2019.
Rizki, Amalia dan Rahmadhani Sendy Pratiwi. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Jenis
47
Pekerjaan Ibu dengan Status Imunisasi Bayi Usia 9 Sampai 12 Bulan. Journal of
Midwifery Science. 2021;1(1):68-78. Available from:
http://ojs.ukb.ac.id/index.php/jms/article/view/301 - diakses November 2021
Satori, Aan Komariah, Djam’an. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta
Setiawati. 2017. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang
Imunisasi Dasar Terhadap Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap di UPT
Puskesmas. Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic Healthcare),
Volume 11, No.2, April 2017: 109-116
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta. 2013
UNICEF. 2019. Analisis UNICEF berdasarkan perkiraan interim WHO dan Maternal
and Child Epidemiology Estimation Group (MCEE) serta United Nations Inter-
agency Group for Child Mortality Estimation untuk tahun 2018.
WHO Corona Virus (COVID- 19) Dashboard. https://covid19.who.int/. Retrieved 11 April
2021.
WHO. (2020). Corona Virus Desease (Cocvid-19). Diakses dari : https://covid19.who.int
World Health Organization. (2020). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) quick link.
http://www.who.int/WHO, Prof DR.Ny.Sumiati: Jakarta UGM, Dra.Ny.Jos
Masdani: Jakarta Universitas Indonesia, Bee at al, Keperawatan Gerontk Batasan
Usia Lanjut.(Lanjut usia) Dashboard
48
49
Lampiran Kuesioner Tingkat Kecemasan
Nama: Tanggal:
KUESIONER KECEMASAN
1. Bacalah dengan cermat dan teliti setiap item pertanyaan di bawah ini.
2. Penelitian ini tidak ada manfaatnya sekiranya jawaban yang saudara(i) berikan tidak sesuai
3. Isilah data demografi di bawah pada bagian (garis titik-titik) yang disediakan!
4. Isilah jawaban dalam kuisioner dengan mengisi tanda cek list (√) pada kotak di samping
I. Data demografi
Identitas responden
Nama :..........................................................
Umur :..........................................................
Alamat :..........................................................
1. Bagaimana perasaan ibu ketika akan memberikan imunisasi pada balita ibu dimasa pandemi
Covid-19?
Firasat buruk
Takut akan pikiran sendiri
Mudah tersinggung
2. Apa yang ibu rasakan ketika akan memberikan imunisasi pada balita ibu dimasa pandemi
Covid-19?
Merasa tegang
Lesu
Mudah terkejut
Tidak dapat istirahat dengan nyenyak
Mudah menangis
Gemetar
Gelisah
3. Jenis Ketakutan apa yang ibu rasakan Ketika memberikan imunisasi pada balita ibu dimasa
pandemi Covid-19?
Pada gelap
Di tinggal sendiri
Pada orang asing
Pada binatang besar
Pada keramaian lalulintas
Pada kerumunan banyak orang
4. Bagaimana tidur ibu ketika akan memberikan imunisasi pada balita ibu dimasa pandemi
Covid-19?
Sukar memulai tidur
Terbangun malam hari
Tidak pulas
Mimpi buruk
Mimpi yang menakutkan
5. Bagaimana daya ingat/konsentrasi ibu ketika akan memberikan imunisasi pada balita ibu
dimasa pandemi Covid-19?
Daya ingat buruk
Sulit berkonsentrasi
Sering bingung
6. Bagaimana gejala yang ibu rasakan ketika akan memberikan imunisasi pada balita ibu dimasa
pandemi Covid-19?
Kehilangan minat
Sedih
Bangun dinihari
Berkurang kesukaan pada hobi
Perasaan berubah-ubah sepanjang hari
49
7. Bagaimana gejala yang dirasakan tubuh ibu ketika akan memberikan imunisasi pada balita ibu
dimasa pandemi Covid-19?
Nyeri otot
Kaku
Kedutan otot
Gigi gemeretak
Suara tak stabil
8. Bagaimana gejala lain yang ibu rasakan ketika akan memberikan imunisasi pada balita ibu
dimasa pandemi Covid-19?
Telinga berdengaung
Penglihatan kabur
Muka merah dan pucat
Merasa lelah
Perasaan ditusuk-tusuk
9. Bagaimana jantung ibu ketika akan memberikan imunisasi pada balita ibu dimasa pandemi
Covid-19?
Denyut nadi cepat
Berdebar-debar
Nyeri dada
Denyut nadi mengeras
Rasa lemah seperti mau pingsan
Detak jantung hilang sekejap
10. Bagaimana pernafasan ibu ketika akan memberikan imunisasi pada balita ibu dimasa pandemi
Covid-19?
Rasa tertekan di dada
Perasaan tercekik
Merasa nafas pendek/sesak
Sering menarik nafas panjang
50
11. Bagaimana pencernaan ibu ketika akan memberikan imunisasi pada balita ibu dimasa pandemi
Covid-19?
Sulit menelan
Mual muntah
Berat badan menurun
Konstipasi (sulit buang air besar)
Perut melilit
Gangguan pencernaan
Nyeri lambung sebelum/sesudah makan
Rasa panas di perut
Perut terasa penuh/kembung
12. Bagaimana BAK ibu ketika akan memberikan imunisasi pada balita ibu dimasa pandemi
Covid-19?
Sering kencing
Tidak dapat menahan kencing
Amenorea
Frigiditas
13. Bagaimana dengan gejala Autonom ibu ketika akan memberikan imunisasi pada balita ibu
dimasa pandemi Covid-19?
Mulut kering
Muka kering
Mudah berkeringat
Pusing/sakit kepala
Bulu roma berdiri
14. Bagaimana Perilaku sewaktu wawancara saat membicarakan pemberian imunisasi pada balita
saat pandemic?
Gelisah
Tidak tenang
Mengerutkan dahi, muka tegang
Tonus/ketegangan otot meningkat
Nafas pendek dan cepat
Muka merah
Jumlah Score :
51
LEMBAR KUESIONER
1. Nama inisial :
2. Alamat :
3. Umur ibu :
4. Pekerjaan ibu :
5. Umur anak :
6. Status Imunisasi Dasar :
Lengkap Tidak Lengkap
DUKUNGAN KELUARGA
No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
A. DUKUNGAN INFORMASIONAL
1 Suami memberikan informasi kepada ibu tentang jenis
imunisasi dasar yang dibutuhkan oleh anak (selain tenaga
kesehatan)
2 Ibu mendapatkan informasi dari suami tentang masalah
kesehatan yang terjadi jika bayi tidak mendapatkan
imunisasi dasar
3 Ibu memperoleh informasi dari suami tentang reaksi yang
biasa terjadi setelah anak mendapat imunisasi
B. DUKUNGAN PENGHARGAAN/PENILAINAN
4 Suami menyediakan waktu untuk mendampingi ibu
membawa anaknya melaksanakan imunisasi di setiap bulan
52
5 Saudara menyediakan waktu untuk mendampingi ibu
membawa anaknya melaksanakan imunisasi di setiap bulan
6 Ibu selalu diberikan waktu dari suami agar dapat membawa
anaknya imunisasi ke posyandu
7 Ibu selalu diberikan waktu dari saudara agar dapat
membawa anaknya imunisasi ke posyandu
8 Suami selalu memberikan pujian dan perhatian kepada ibu
saat anaknya sudah mendapatkan imunisasi dasar
C. DUKUNGAN INSTRUMENTAL
9 Suami selalu menyediakan uang yang cukup untuk
keperluan imunisasi anaknya setiap bulan
10 Saudara selalu menyediakan uang yang cukup untuk
keperluan imunisasi anaknya setiap bulan
D. DUKUNGAN EMOSIONAL
11 Suami selalu mengingatkan ibu untuk membawa anaknya
imunisasi sesuai jadwal imunisasi yang dibutuhkan.
53
Lampiran
NAMA : ARMAYANTI
NIM : 211015201165
Padang Pariaman
Paraf
No Hari / Tanggal Pokok Bahasan Hasil Konsultasi
Pembimbing
54
Lampiran
NAMA : ARMAYANTI
NIM : 211015201165
Padang Pariaman
Paraf
No Hari / Tanggal Pokok Bahasan Hasil Konsultasi
Pembimbing
55