Anda di halaman 1dari 67

HUBUNGAN KECEMASAN IBU DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN

PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BALITA USIA 12-24


BULAN PASCAPANDEMI COVID-19 DI PUSKESMAS KAMPUNG
GUCI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

PROPOSAL

Oleh:
ARMAYANTI
NIM: 211015201165

YAYASAN PENDIDIKAN SUMATERA BARAT


UNIVERSITAS SUMATERA BARAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI KEBIDANAN

i
HUBUNGAN KECEMASAN IBU DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN
PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BALITA USIA 12-24
BULAN PASCAPANDEMI COVID-19 DI PUSKESMAS KAMPUNG
GUCI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan


Program Studi S1 Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Sumatera Barat

Oleh:
ARMAYANTI
NIM: 211015201165

YAYASAN PENDIDIKAN SUMATERA BARAT


UNIVERSITAS SUMATERA BARAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI KEBIDANAN

i
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Hubungan Kecemasan ibu dan Dukungan Keluarga dengan


Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita 12-24 Bulan
Pascapandemi Covid-19 di Puskesmas Kampung Guci Kabupaten
Padang Pariaman
Nama : ARMAYANTI
NIM : 211015201165

Telah Berhasil Dipertahankan di Hadapan Dewan Penguji dan Diterima sebagai Bagian Persyaratan

yang diperlukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Sumatera Barat.

Lubuk Alung, Februari 2023


Dewan Penguji

Moderator : Rahmatul Ulya, S.ST, M.Keb ( )

Penguji I : Mekar Zenni Radhia, S.ST, M.Keb ( )

Penguji II : Dewi Asmawati, S.Tr.Keb, M.Keb ( )

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Penelitian : Hubungan Kecemasan ibu dan Dukungan Keluarga


dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita
12-24 Bulan Pascapandemi Covid-19 di Puskesmas
Kampung Guci Kabupaten Padang Pariaman

Nama : ARMAYANTI
NIM : 211015201165

Proposal ini telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan di hadapan tim penguji

Proposal Program Studi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sumatera

Barat

Lubuk Alung, Februari 2023


Komisi Pembimbing

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Rahmatul Ulya, S.ST, M.Keb Ns. Dini Qurrata Ayuni, SKM, M.Kep
NIDN:1010048907 NIDN: 1010078001

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Ns. Dini Qurrata Ayuni, SKM, M.Kep


NIDN : 1010078001

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat, kemudahan dan kesehatan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan Proposal ini.

Proposal ini diajukan untuk memenuhi syarat dalam penyelesaian Program

Studi Kebidanan Program Sarjana. Dalam penulisan Proposal ini penulis banyak

mendapat bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini

penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu dr. Puthi Dwi Untari, MKM selaku ketua Yayasan Pendidikan Sumatera

Barat.

2. Ibu DR. Hj. Nurtati, SE., MM selaku Rektor Universitas Sumatera Barat yang

telah memberikan izin dan fasilitas dalam penyusunan Proposal ini

3. Ibu Ns. Dini Qurrata Ayuni, SKM,M.Kep selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Universitas Sumatera Barat dan sebagai pembimbing dua yang telah

memberikan bimbingan, semangat dan dorongan dalam pembuatan Proposal ini

4. Ibu Rahmatul Ulya, M.Keb selaku Ketua Program Studi Kebidanan Program

Sarjana Universitas Sumatera Barat dan sebagai pembimbing satu yang telah

memberikan izin dan kemudahan dalam pembuatan Proposal ini

5. Segenap Dosen Program Studi Sarjana Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Sumatera Barat yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada

penulis

6. Teristimewa kepada keluarga tercinta yang selalu memberikan perhatian ,

mendoakan dan memberikan dorongan baik moril maupun materil selama dalam

penyusunan Proposal ini, serta orang-orang yang ikut berpartisipasi dalam

iv
penyelesaian Proposal ini.

Semoga bantuan yang telah diberikan akan mendapat balasan dari Tuhan Yang

Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa Proposal ini masih jauh dari sempurna karena itu

penulis bersedia menerima kritikan dan saran dari semua pihak dem kesempurnaan

Proposal ini.

Lubuk Alung, Februari 2023

Penulis

Armayanti

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR......................................................................................................... iv
DAFTAR ISI....................................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL............................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang..................................................................................................... 1
B.Rumusan Masalah................................................................................................ 7
C.Tujuan Penelitian................................................................................................. 8
D.Manfaat Penelitian............................................................................................... 9
E.Ruang Lingkup Penelitian.................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................11

BAB III KERANGKA KONSEP


A.Kerangka Konsep.................................................................................................32
B.Definisi Operasional............................................................................................32
C.Hipotesis..............................................................................................................34

BAB IV METODE PENELITIAN


A.Jenis Penelitian....................................................................................................36
B.Lokasi Penelitian..................................................................................................36
C.Populasi dan Sampel............................................................................................36
D.Metode.................................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat permohonan pengambilan data awal

2. Surat izin pengambilan data awal

3. Kuesioner

4. Lembar Konsultasi

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jadwal Imunisasi 13

Gambar 2.2 Rentang respon kecemasan 27

Gambar 2.3 Kerangka Teori 32

Gambar 3.1 Kerangka Konsep 33

viii
DAFTA TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel 34

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan saat ini lebih menekankan pada upaya

promotif dan preventif tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif. Salah

satu upaya preventif adalah dilaksanakannya program imunisasi. Imunisasi

merupakan suatu upaya untuk menimbulkan/ meningkatkan kekebalan seseorang

secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan

penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Kemenkes

RI, 2021).

Imunisasi merupakan strategi kesehatan yang sangat efektif untuk

mengurangi angka kematian bayi baru lahir serta anak. Tuberkulosis, batuk rejan,

difteri, dan hepatitis B adalah beberapa penyakit yang dapat dihindari melalui

imunisasi. Jumlah balita yang meninggal dikarenakan penyakit yang sebenarnya

mampu dihindari melalui imunisasi merupakan ukuran yang kuat tentang betapa

pentingnya imunisasi. Ini tidak penting karena penyakit dapat dihindari dengan

imunisasi. Maka dari itu peran tenaga kesehatan, peran keluarga serta pengetahuan

orang tua tentang imunisasi sangat penting bagi anak supaya terhindar dari

penyakit (Nadila, 2022).

Pemberian imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat yang terbukti

paling cost-effective serta berdampak positif untuk mewujudkan derajat kesehatan

ibu dan anak di Indonesia. Pemberian imunisasi dapat mencegah dan mengurangi

kejadian kesakitan, kecacatan dan kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah

dengan Imunisasi (PD3I) yang diperkirakan 2-3 juta kematian tiap tahunnya.

Beberapa penyakit menular yang termauk ke dalam PD3I antara lain Hepatitis B,

TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Campak, Rubela dan radang paru-paru

1
(Kemenkes RI, 2021).

Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien dalam

mencegah penyakit dan dapat meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu

penyakit, jika suatu saat dia terkena penyakit yang sama maka tubuhnya sudah

kebal terhadap penyakit tersebut (Matondang & Siregar, 2019). Imunisasi

merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen lemah agar

merangsang anti bodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit

tertentu (Atiqah dan Citra, 2019).

Melakukan imunisasi terhadap seorang anak, tidak hanya memberikan

perlindungan pada anak tersebut tetapi juga berdampak kepada anak lainnya karena

terjadi tingkat imunitas umum yang meningkat dan mengurangi penyebaran

infeksi. Imunisasi akan membuat tumbuh kembang bayi menjadi optimal yaitu

menjadi anak yang sehat, kuat, cerdas, kreatif dan berperilaku baik. Kekebalan

tubuh balita yang sudah diimunisasi akan meningkat dan terlindungi dari penyakit

berbahaya, sehingga tumbuh kembang anak tidak terganggu. Imunisasi juga

mencegah berbagai penyakit infeksi yang berbahaya dengan cara yang aman,

efektif dan relatif murah (Ranuh, 2019).

Jika anak tidak diberikan imunisasi dasar lengkap secara rutin, salah satu

bisa mengakibatkan gangguan pada otak anak sehingga pertumbuhannya jadi

terganggu (Maharani, 2018). Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif dan

efisien dalam mencegah penyakit. Sampai saat ini terdapat 7 penyakit infeksi pada

anak yang dapat menyebabkan kematian dan cacat, walaupun sebagian anak dapat

bertahan dan kemudian menjadi kebal. Ketujuh penyakit tersebut dimasukkan

dalam program imunisasi, yaitupenyakit tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus,

polio, campak dan hepatitis B (Kemenkes, 2020).

2
Pada tahun 2019 ditemukan suatu virus baru yaitu Coronavirus disease

2019 (Covid-19). Virus ini menyebabkan penyakit yang serius seperti Pneumonia,

Middle East Respiratory Syndrome (MERSCoV) dan Severe Acute Respiratory

Syndrome (SARS-CoV) (Nurhasanah, 2021).

Kasus Covid-19 di laporkan pertama kali pada 31 Desember 2019 di Kota

Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Sejak saat itu, penyakit ini menyebar ke seluruh

dunia dan pada tanggal 11 Maret 2020 World Health Organization (WHO)

menetapkan Covid-19 sebagai pandemi. Di Indonesia sejak perama kali

diumumkan adanya kasus Covid-19 pada tanggal 2 Maret 2020 sampai 31

Desember 2020 tercatat kasus terkonfirmasi sebesar 743.198 kasus dengan 109.963

kasus aktif (Kemenkes RI, 2021).

Dampak dari adanya pandemi ini adalah terganggunya pelayanan kesehatan

di seluruh dunia, termasuk pelayanan imunisasi. Sebagian besar fasilitas kesehatan

dan tenaga kesehatan dialihkan untuk pelayanan Covid- 19 sehingga pelayanan

kesehatan yang penting lainnya seperti imunisasi menjadi terbengkalai sehingga

berdampak pada penurunan Pemberian imunisasi. Dampak dari penurunan

Pemberian imunisasi ini adalah 80 juta anak dari 68 negara dapat berisiko PD3I

seperti difteri, campak dan polio (Mukhi & Medise, 2021).

Menurut WHO jumlah anak yang mendapatkan vaksin difteri, tetanus dan

pertusis (DTP3) menurun pada empat bulan pertama di tahun 2020. Ini merupakan

suatu hal yang tidak biasa karena untuk pertama kalinya dalam 28 tahun terjadi

penurunan cakupan DTP3 di seluruh dunia. Pandemi Covid-19 juga mengancam

batalnya 30 kampanye vaksinasi campak oleh World Halth Organazation (WHO)

dan United Nations Children’s Fund (UNICEF) yang di khawatirkan dapat memicu

wabah penyakit lain. Sampai bulan Mei 2020 tiga perempat dari 82 negara

3
melaporkan gangguan terkait program imunisasi akibat pandemi Covid-19 (WHO

& UNICEF, 2020). WHO mengatakan sekitar 1,5 juta anak mengalami kematian

setiap tahunnya karena penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi. Pada tahun

2018, terdapat kurang lebih 20 juta anak tidak mendapatkan imunisasi lengkap dan

bahkan ada anak yang tidak mendapatkan imunisasi sama sekali (Kemenkes RI,

2019).

Menurut data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, cakupan

imunisasi dasar lengkap secara nasional pada tahun 2020 adalah sebesar 83.3%.

Angka ini belum memenuhi Renstra tahun 2020 yaitu 92.9%. Cakupan imunisasi

dasar lengkap pada tahun 2020 ini merupakan cakupan imunisasi dasar lengkap

yang terendah dalam kurun waktu 2019-2020 sebagai dampak dari adanya pandemi

Covid-19. Pasca pandemi tahun 2022, imunisasi lengkap mencapai 67,8%

(Kemenkes RI, 2022).

Menurut data Laporan Kinerja Tahunan Dinas Kesehatan Provinsi

Sumatera Barat, cakupan imunisasi dasar lengkap tahun 2020 adalah 56.7%. Angka

ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2019 cakupan

imunisasi dasar lengkap di Provinsi Sumatera Barat adalah sebesar 76.2%.

Sedangkan pasca pandemi tahun 2022, sebesar 59,3% (Dinkes Sumbar, 2021).

Menurut laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman cakupan

imunisasi dasar lengkap mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Pada tahun

2019 sebelum pandemi cakupan imunisasi dasar di Kabupaten Padang Pariaman

adalah 89.2%. Saat terjadinya pandemi pada tahun 2020 cakupan imunisasi turun

menjadi 60.9%. Sedangkan pasca pandemi tahun 2022, imunisasi lengkap hanya

menjadi 62,3%. Hal yang sama juga terjadi pada seluruh Puskesmas yang ada di

Kabupaten Padang Pariaman (Dinkes Padang Pariaman, 2021).

4
Dari 25 Puskesmas yang ada di Kabupaten Padang Pariaman, penurunan

cakupan imunisasi dasar lengkap yang paling besar terjadi pada Puskesmas

Kampung Guci. Berdasarkan laporan tahunan Kabupaten Padang Pariaman,

puskesmas Kampung Guci termasuk salah satu puskesmas yang telah mencapai

target imunisasi dasar lengkap 95% pada tahun 2020. Persentase cakupan imunisasi

dasar lengkap di puskesmas Kampung Guci pada tahun 2020 adalah sebesar 95.9%

dan capaian ini meningkat dari tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2019

cakupannya adalah 94.98%. (Dinkes Padang Pariaman, 2021). Pada tahun 2021

saat terjadi pandemi covid-19 cakupan imunisasi dasar lengkap di puskesmas

Kampung Guci mengalami penurunan yang sangat besar yaitu mencapai 49.8%

dengan cakupannya hanya 46.1%. (Dinkes Padang Pariaman, 2022). Pada tahun

2022 pasca pandemi, cakupan imunisasi dasar lengkap di puskesmas Kampung

Guci mengalami penurunan kembali yaitu mencapai 47.8% dengan cakupannya

hanya 36%. (Dinkes Padang Pariaman, 2023).

Pandemi Covid-19 hendaknya tidak menyurutkan semangat tenaga

kesehatan untuk tetap melaksanakan kegiatan imunisasi dan mengambil langkah

penting untuk memastikan setiap anak yang merupakan kelompok rentan

terlindungi dari penyakit-penyakit berbahaya yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Pelayanan imunisasi pada masa pandemi Covid-19 dilakukan sesuai dengan

kebijakan pemerintah daerah berdasarakan analisis epidemiologi penyebaran

Covid-19, cakupan imunisasi rutin dan situasi epidemiologi PD3I. Petugas

kesehatan diharapkan dapat memantau status imunisasi setiap sasaran di wilayah

kerjanya (Modjo & Sudirman, 2021).

Banyak hal yang dapat menyebabkan rendahnya cakupan imunisasi anak di

Indonesia pada masa pandemi Covid-19, salah satu faktornya adalah kecemasan

5
orang tua yang takut anaknya akan tertular Covid-19 saat imunisasi (Modjo &

Sudirman, 2021). Selain itu, dukungan keluarga juga memainkan peran penting dan

lingkungan yang mendukung dapat mempengaruhi sikap orang tua untuk

memberikan imunisasi pada anaknya (Rahmi & Husna, 2018).

Menurut hasil penelitian Streshta Mukhi dan Bernie Endyarni Medise tahun

2021 tentang Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Cakupan Imunisasi pada

Masa Pandemi Covid-19 di Jakarta, penurunan Cakupan imunisasi disebabkan oleh

beberapa faktor salah satunya yaitu keraguan dan ketakutan orang tua membawa

anaknya imunisasi karena takut tertular covid-19 (Mukhi & Medise, 2021).

Hasil penelitian Dewi Modjo dan Andi Akifa Sudirman tahun 2021 yang

berjudul Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Cakupan Imunisasi Dasar Pada

Masa Pandemi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Telaga adalah ada pengaruh

kecemasan ibu didapatkan P-value 0,000 dan dukungan keluarga didapatkan niali

P-value 0,000 dengan penurunan Cakupan imunisasi dasar pada masa pandemi

Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Telaga (Modjo & Sudirman, 2021).

Hasil penelitian Uswatun Hasanah tahun 2021 tentang Gambaran Faktor

yang Berhubungan dengan Penurunan Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Pada

Bayi di Masa Pandemi Covid-19 studi di Polindes Tegar Priyah Kecamatan Geger

Kabupaten Bangkalan menunjukkan bahwa sebagian kecemasan ibu di masa

pandemi Covid-19 di Polindes Tegar Priyah memiliki tingkat kecemasan berat

sebanyak 4 orang (44,4%) (Hasanah, 2021).

Hasil penelitian Safira dan Rida pada tahun 2018 menunjukan bahwa

dukungan keluarga berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam pemenuhan imunisasi

anak. Penelitian yang lain dilakukan oleh Pendit pada tahun 2019 juga menyatakan

bahwa ada hubungan signifikan dari dukungan keluarga dengan pemberian

6
imunisasi pada anak. Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor pendukung

seseorang dalam melakukan tindakan tertentu. Seseorang yang mendapat dukungan

dari keluarga akan merasa nyaman baik secara fisik maupun psikis dalam

bertindak. Dukungan tersebut dapat berupa informasi, perhatian, bantuan atau

penghargaan dengan wujud ungkapan. Dukungan keluarga yang baik akan mudah

seseorang dalam pembuatan keputusan salah satunya keputusan untuk memenuhi

imunisasi anak (Pendit, 2019).

Hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti pada 10 ibu yang

mempunyai balita di wilayah kerja puskesmas Kampung Guci pada 21 Januari

2023 didapatkan 6 ibu (60%) belum memberikan imunisasi dasar lengkap pada

anaknya. Dari 6 ibu tersebut 4 diantaranya (66,67%) mengatakan cemas atau takut

anaknya tertular covid-19 saat di imunisasi dan 2 ibu (33,33%) tidak mendapatkan

dukungan dari suami untuk pemberian imunisasi dasar lengkap pada anak dan

diketahui 4 (40%) ibu sudah memberikan imunisasi dasar lengkap pada anaknya.

Berdasarkan uraian peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan

kecemasan ibu dan dukungan keluarga dengan pemberian imunisasi dasar lengkap

pada balita usia 12-24 bulan pasca pandemi covid-19 di Puskesmas Kampung Guci

Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2023.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan kecemasan ibu dan dukungan keluarga dengan pemberian

imunisasi dasar lengkap pada balita usia 12-24 bulan pasca pandemi covid-19 di

Puskesmas Kampung Guci Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2023 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

7
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kecemasan ibu dan

dukungan keluarga dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada balita usia

12-24 bulan pasca pandemi covid-19 di Puskesmas Kampung Guci Kabupaten

Padang Pariaman Tahun 2023

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi Pemberian imunisasi dasar pada

anak usia 12-24 bulan pasca pandemi covid-19 di Puskesmas Kampung Guci

Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2023.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi status kecemasan ibu dalam

pemberian imunisasi dasar pada anak usia 12-24 pasca pandemi covid-19 di

Puskesmas Kampung Guci Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2023.

c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi dukungan keluarga dalam

pemberian imunisasi dasar pada anak usia 12-24 pasca pandemi covid-

19 di Puskesmas Kampung Guci Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2023.

d. Untuk mengetahui hubungan status kecemasan ibu dengan pemberian

imunisasi dasar pada anak usia 12-24 pasca pandemi covid-19 di Puskesmas

Kampung Guci Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2023.

e. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan pemberian

imunisasi dasar pada anak usia 12-24 pasca pandemi covid-19 di Puskesmas

Kampung Guci Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2023.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Peneliti

Untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam

melakukan penelitian ilmiah serta mengaplikasikan ilmu pengetahuan

8
yang penulis peroleh selama dibangku perkuliahan.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan dapat digunakan sebagai

bahan referensi atau perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam

pengambilan kebijakan terkait pelaksanaan program imunisasi dalam rangka

meningkatkan pemberian imunisasi di wilayah kerja puskesmas Kampung Guci

Kabupaten Padang Pariaman.

b. Bagi Ibu/ Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai literasi/ bahan bacaan bagi

ibu/responden tentang imunisasi dalam rangka meningkatkan pemberian

imunisasi di wilayah kerja puskesmas Kampung Guci Kabupaten Padang

Pariaman.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan status

kecemasan ibu dan dukungan keluarga dengan pemberian imunisasi dasar

pada anak usia 12-24 pada masa pandemi covid-19 di wilayah kerja

puskesmas Kampung Guci Kabupaten Padang Pariaman tahun 2023. Jenis

penelitian adalah analitik deskriptif dengan desain cross sectional. Variabel

independen adalah status kecemasan ibu dan dukungan keluarga, sedangkan

variabel dependennya pemberian imunisasi dasar. Penelitian ini dilakukan

pada bulan Maret 2023. Pengumpulan data dimulai pada tanggal Februari

9
sampai Maret 2023. Populasi adalah ibu yang mempunyai anak usia 12-24

bulan dengan sampel yang di dapat sebanyak 60 orang. Teknik pengambilan

sampel adalah Total Sampling. Instrument yang digunakan berupa

kuesioner. Analisis pada penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat

dengan uji statistik Chi-Square.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Imunisasi

1. Pengertian Imunisasi

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi, berarti

diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten

terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain.

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan

seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat

terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit

ringan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif untuk mencegah

penularan penyakit dan upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian pada

bayi dan balita (Mardianti & Farida, 2020). Imunisasi merupakan upaya

kesehatan masyarakat paling efektif dan efisien dalam mencegah beberapa

penyakit berbahaya (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).

Imunisasi merupakan upaya pencegahan primer yang efektif untuk mencegah

terjadinya penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi (Senewe et al.,

2017). Jadi Imunisasi ialah tindakan yang dengan sengaja memberikan antigen

atau bakteri dari suatu patogen yang akan menstimulasi sistem imun dan

menimbulkan kekebalan, sehingga hanya mengalami gejala ringan apabila

terpapar dengan penyakit tersebut.

11
2. Manfaat Imunisasi

Manfaat imunisasi tidak bisa langsung dirasakan atau tidak langsung terlihat.

Manfaat imunisasi yang sebenarnya adalah menurunkan angka kejadian penyakit,

kecacatan maupun kematian akibat penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi. Imunisasi tidak hanya dapat memberikan perlindungan kepada

individu namun juga dapat memberikan perlindungan kepada populasi Imunisasi

adalah paradigma sehat dalam upaya pencegahan yang paling efektif (Mardianti

& Farida, 2020). Imunisasi merupakan investasi kesehatan untuk masa depan

karena dapat memberikan perlindungan terhadap penyakit infeksi, dengan adanya

imunisasi dapat memberikan perlindunga kepada indivudu dan mencegah

seseorang jatuh sakit dan membutuhkan biaya yang lebih mahal.

3. Hambatan imunisasi

Perbedaan persepsi yang ada di masyarakat menyebabkan hambatan

terlaksananya imunisasi. Masalah lain dalam pelaksanakan imunisasi dasar

lengkap yaitu karena takut anaknya demam, sering sakit, keluarga tidak

mengizinkan, tempat imunisasi jauh, tidak tahu tempat imunisasi, serta sibuk/

repot (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

Pemahaman mengenai imunisasi bahwa imunisasi dapat menyebabkan efek

samping yang membahayakan seperti efek farmakologis, kealahan tindakan atau

yang biasa disebut Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) seperti nyeri pada

daerah bekas suntikan, pembengkakan lokal, menggigil, kejang hal ini

menyebabkan orang tua atau masyarakat tidak membawa anaknya ke pelayanan

kesehatan sehingga mengakibatkan sebagian besar bayi dan balita belum

mendapatkan imunisasi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

9
4. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi

Berdasarkan Info Datin Kementerian Kesehatan (2016), penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi yaitu :

a. Pada imunisasi wajib antara lain: polio, tuberculosis, hepatitis B, difteri,

campak rubella dan sindrom kecacatan bawaan akibat rubella (congenital

rubella syndrome/CRS)

b. Pada imunisasi yang dianjurkan antara lain: tetanus, pneumonia (radang

paru), meningitis (radang selaput otak), cacar air. Alasan pemberian

imunisasi pada penyakit tersebut karena kejadian di Indonesia masih cukup

tinggi dapat dilihat dari banyaknya balita yang meninggal akibat penyakit

yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)

c. Pada imunisasi lain disesuaikan terhadap kondisi suatu negara tertentu

5. Imunisasi di Indonesia

Di Indonesia program imunisasi yang terorganisasi sudah ada sejak tahun 1956,

pada tahun 1974 dinyatakan bebas dari penyakit cacar (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2015). Kegiatan imunisasi dikembangkan menjadi PPI

(Program Pengembangan Imunisasi) pada tahun 1977, dalam upaya mencegah

penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi

(PD3I) seperti Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus serta

Hepatitis B (Kepmenkes, 2017).

Perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi khususnya dalam

bidang kesehatan mendorong peningkatan kualitas pelayanan imunisasi ditandai

dengan penemuan beberapa vaksin baru seperti Rotavirus, Jappanese

Encephalitis, dan lain-lain. Selain itu perkembangan teknologi juga telah

10
menggabungkan beberapa jenis vaksin sebagai vaksin kombinasi yang terbukti

dapat meningkatkan cakupan imunisasi, mengurangi jumlah suntikan dan kontak

dengan petugas (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

6. Program Pemerintah untuk Imunisasi

Berdasarkan Keputusan Meteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 Tentang

Penyelenggaraan Imunisasi, pokok-pokok kegiatan pemerintah untuk imunisasi

yaitu:

a. Imunisasi Rutin

Kegiatan imunisasi rutin adalah kegiatan imunisasi secara wajib dan

berkesinambungan harus dilaksanankan pada periode waktu yang telah

ditetapkan sesuai dengan usia dan jadwal imunisasi. Berdasarkan kelompok

umur sasaran, imunisasi rutin dibagi menjadi:

1) Imunisasi rutin pada bayi

2) Imunisasi rutin pada wanita usia subur

3) Imunisasi rutin pada anak sekolah

Berdasarkan tempat pelayanan imunisasi rutin dibagi menjadi:

1) Pelayanan imunisasi di dalem Gedung dilaksanakan di puskesmas,

puskesmas pembantu, rumah sakit, rumah bersalin dan polindes

2) Pelayanan imunisasi di luar Gedung dilaksanakan di posyandu,

kunjungan rumah dan sekolah

3) Pelayanan imunisasi rutin juga dapat diselenggarakan oleh swasta

seperti, rumah sakit, dokter praktik dan bidan praktik

11
b. Imunisasi Tambahan

Imunisasi tambahan adalah kegiatan imunisasi yang tidak wajib

dilaksanakan, hanya dilakukan atas dasar ditemukannya masalah dari hasil

pemantauan dan evaluasi, yang termasuk imunisasi tambahan meliputi

c. Backlog fighting

Backlog adalah upaya aktif di untuk melengkapi Imunisasi dasar pada anak

yang berumur 1-3 tahun. Dilaksanakan di desa yang tidak mencapai

(Universal Child Imumunization / UCI) selama dua tahun.

d. Crash program

Kegiatan ini ditujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi secara

cepat karena masalah khusus seperti:

1) Angka kematian bayi akibat PD3I tinggi

2) Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang

3) Desa yang selama tiga tahun berturut-turut tidak mencapai (Universal

Child Imumunization / UCI).

Kegiatan ini biasanya menggunakan waktu yang relatif panjang, tenaga dan

biyaya yang banyak maka sangat diperlukan adanya evaluasi indikator yang

perlu ditetapkan misalnya campak, atau campak terpadu dengan polio

e. PIN (Pekan Imunisasi Nasional)

Pekan Imunissai Nasional suatu kegiatan untuk memutus mata rantai

penyebaran virus polio atau campak dengan cara memberikan vaksin polio

dan campak kepada setiap bayi dan balita tanpa mempertimbangkan status

imunisasi sebelumnya. Pemberian imunisasi campak dan polio pada waktu

PIN di samping untuk memutus rantai penularan juga berguna sebagai

imunisasi ulangan.

12
f. Kampanye (Cath Up Campaign)

Kegiatan-kegiatan imunisasi maasal yang dilakukan secara bersamaan di

wilayah tertentu dalam upaya memutuskan mata rantai penyakit penyebab

PD3I.

g. Imunisasi dalam Penanggulangan KLB

Pelaksanaan kegiatan Imunisasi dalam penanganan KLB disesuaikan

dengan situasi epidemiologi penyakit.

7. Jadwal Imunisasi

Jadwal imunisasi IDAI tahun 2020 (IDAI, 2020)

Gambar 2.1 Jadwal Imunisasi

13
Jadwal Imunisasi Anak Umur 0 - 18 Tahun, makna warna pada jadwal imunasi yaitu,

kolom biru menandakan jadwal pemberian imunisasi optimal sesuai usia. Kolom kuning

menandakan masa untuk melengkapi imunisasi yang belum lengkap. Kolom merah muda

menandakan imunisasi penguat atau booster. Kolom warna kuning tua menandakan

imunisasi yang direkomendasikan untuk daerah endemik. Imunisasi yang merupakan

rekomendasi IDAI Tahun 2020 antara lain :

1. Vaksin Hepatitis B

Vaksin Hepatitis B monovalen paling baik diberikan kepada bayi segera setelah lahir

sebelum berumur 24 jam, didahului penyuntikan vitamin K1 minimal 30 menit

sebelumnya. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, segera berikan vaksin HB dan

immunoglobulin hepatitis B (HBIg) pada ekstrimitas yang berbeda, maksimal dalam 7 hari

setelah lahir. Imunisasi HB selanjutnya diberikan bersama DTwP atau DTaP (IDAI, 2020).

2. Vaksin polio

Vaksin Polio 0 sebaiknya diberikan segera setelah lahir. Apabila lahir di fasilitas kesehatan

diberikan bOPV-0 saat bayi pulang atau pada kunjungan pertama. Selanjutnya berikan

bOPV atau IPV bersama DTwP atau DTaP. Vaksin IPV minimal diberikan 2 kali sebelum

berusia 1 tahun bersama DTwP atau DTaP (IDAI, 2020).

3. Vaksin BCG

Vaksin BCG sebaiknya diberikan segera setelah lahir atau segera mungkin sebelum bayi

berumur 1 bulan. Bila berumur 2 bulan atau lebih, BCG diberikan bila uji tuberkulin

negatif. (IDAI, 2020).

4. Vaksin DPT

Vaksin DPT dapat diberikan mulai umur 6 minggu berupa vaksin DTwP atau DTaP.

Vaksin DTaP diberikan pada umur 2, 3, 4 bulan atau 2, 4, 6 bulan.

14
(IDAI, 2020).

15
5. Vaksin Hib

Vaksin Hib diberikan pada usia 2, 3, dan 4 bulan. Kemudian booster Hib diberikan pada

usia 18 bulan di dalam vaksin pentavalent (IDAI, 2020).

6. Vaksin pneumokokus (PCV)

PCV diberikan pada umur 2, 4, dan 6 bulan dengan booster pada umur 12- 15 bulan. Jika

belum diberikan pada umur 7-12 bulan, berikan PCV 2 kali dengan jarak 1 bulan dan

booster setelah 12 bulan dengan jarak 2 bulan dari dosis sebelumnya. (IDAI, 2020).

7. Vaksin rotavirus

Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama mulai umur 6 minggu, dosis

kedua dengan internal minimal 4 minggu, harus selesai pada umur 24 minggu. Vaksin

rotavirus pentavalen diberikan 3 kali, dosis pertama 6-12 minggu, dosis kedua dan ketiga

dengan interval 4 sampai 10 minggu, harus selesai pada umur 32 minggu (IDAI, 2020).

8. Vaksin influenza

Vaksin influenza diberikan mulai umur 6 bulan, diulang setiap tahun. (IDAI, 2020).

9. Vaksin MR/MMR

Vaksin MR / MMR pada umur 9 bulan berikan vaksin MR. Bila sampai umur 12 bulan

belum mendapat vaksin MR, dapat diberikan MMR. Umur 18 bulan berikan MR atau

MMR. Umur 5-7 tahun berikan MR (dalam program BIAS kelas 1) atau MMR (IDAI,

2020).

10. Vaksin jepanese encephalitis (JE)

Vaksin JE diberikan mulai umur 9 bulan di daerah endemis atau yang akan bepergian ke

daerah endemis. Untuk perlindungan jangka panjang dapat berikan booster 1-2 tahun

kemudian (IDAI, 2020).

11. Vaksin varisela

Vaksin varisela diberikan mulai umur 12-18 bulan. (IDAI, 2020).

16
12. Vaksin hepatitis A

Vaksin hepatitis A diberikan 2 dosis mulai umur 1 tahun, dosis ke-2 diberikan 6

bulan sampai 12 bulan kemudian (IDAI, 2020).

13. Vaksin tifoid

Vaksin tifoid polisakarida diberikan mulai umur 2 tahun dan diulang setiap 3 tahun (IDAI,

2020).

14. Vaksin human papilloma virus (HPV)

Vaksin HPV diberikan pada anak perempuan umur 9-14 tahun 2 kali dengan jarak 6-

15 bulan (atau pada program BIAS kelas 5 dan 6). (IDAI, 2020).

15. Vaksin dengue

Vaksin dengue diberikan pada anak umur 9-16 tahun dengan seropositif dengue yang

dibuktikan adanya riwayat pernah dirawat dengan diagnosis dengue (pemeriksaan antigen

NS-1 dan atau uji serologis IgM/IgG antidengue positif) atau dibuktikan dengan

pemeriksaan serologi IgG anti positif (IDAI, 2020).

B. Imunisasi Pada Masa Pandemi

Setiap bayi di Indonesia yang berusia di bawah 12 bulan imunisasi dasar lengkap

yang wajib di dapatkan adalah Hepatitis B 1 dosis, Bacillus Calmette- Guerin (BCG)

1 dosis, Pentavalent 4 dosis, oral poliovirus vaccine (OPV) 4 dosis, Inactivated

Polio Vaccine (IPV) dan campak/measles-rubella (MR) 1 dosis. Cakupan imunisasi

dasar lengkap di Indonesia tahun 2016-2018 yaitu pada tahun 2016 sebesar 91,58%.

Pada tahun 2017 cakupan imunisasi dasar lengkap mengalami penurunan menjadi

85,41%. Pada tahun 2018 cakupan imunisasi dasar lengkap kembali mengalami

penurunan dari tahun 2017 yaitu 57,95% (Azis et al., 2020; Riskesdas, 2018).

17
Seluruh dunia sedang dihadapi dengan Pandemi Coronavirus disease 2019

(COVID-19), wabah virus ini menghambat pelayanan kesehatan dan mengganggu

kelangsungan layanan kesehatan rutin termasuk imunisasi dasar. WHO juga

mencatat adanya penurunan jumlah anak yang mendapatkan vaksin difteri, tetanus

dan pertusis (DTP3) dalam data pada empat bulan pertama tahun 2020. Data ini

merupakan suatu hal yang tidak wajar karena baru pertama kalinya dalam 28

tahun terdapat penurunan cakupan difteri, tetanus dan pertusis (DTP) 3 di seluruh

dunia. Akibat dari adanya pandemi COVID-19, setidaknya terdapat 30 kampanye

vaksinasi campak dibatalkan atau berisiko dibatalkan oleh WHO dan UNICEF,

yang nantinya dikhawatirkan dapat menyebabkan wabah penyakit lain. Sampai

dengan bulan Mei 2020, tiga perempat dari 82 negara melaporkan gangguan terkait

program imunisasi akibat pandemi COVID-19 (WHO, 2020).

Hal tersebut menyebabkan terjadi peningkatan kasus dan kematian akibat

COVID-19 yang didapat saat kunjungan imunisasi sebanyak 84 (95%\).

Uncertainity Intervals/UI 14-267) kematian anak dapat dicegah dengan

pelaksanaan imunisasi rutin di Afrika. Dengan demikian dapat menimbulkan krisis

kesehatan tambahan (kejadian luar biasa/KLB PD3I) yang berakibat pada

peningkatan morbiditas dan mortalitas, dan beban negara (WHO, 2020).

Prinsip - prinsip yang menjadi acuan dalam melaksanakan program

imunisasi pada masa pandemi Covid-19 sesuai petunjuk teknis yaitu, imunisasi

dasar dan lanjutan tetap diupayakan lengkap dan dilaksanakan sesuai jadwal untuk

melindungi anak dari PD3I, secara operasional, pelayanan imunisasi baik di

posyandu, puskesmas, puskesmas keliling maupun fasilitas kesehatan lainnya yang

memberikan layanan imunisasi mengikuti kebijakan pemerintah daerah setempat,

18
kegiatan surveilans PD3I harus dioptimalkan termasuk pelaporannya, serta

menerapkan prinsip pencegahan infeksi (PPI) dan menjaga jarak aman 1 – 2 meter

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).

C. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Imunisasi

1. Umur Ibu

Umur merupakan salah satu sifat karakteristik orang yang sangat utama, umur

juga mempunyai hubungan yang sangat erat dengan berbagai sifat orang lainnya,

dan juga mempunyai hubungan erat dengan tempat dan waktu (Nabila, 2022).

Umur ibu yang lebih muda umumnya dapat mencerna informasi tentang

imunisasi lebih baik dibanding dengan usia ibu yang lebih tua. Ibu yang berusia

lebih muda dan baru memiliki anak biasanya cenderung untuk memberikan

perhatian yang lebih akan kesehatan anaknya, termasuk pemberian imunisasi

(Prihanti et al., 2016). Umur ibu merupakan faktor yang berhubungan dengan

status imunisasi anaknya. Hasil penelitian Lubis et al. (2020), menemukan bahwa

ketidaklengkapan imunisasi dasar pada anak lebih berisiko pada ibu umur >30

tahun dibandingkan dengan ibu yang lebih muda < 30 tahun, hal ini dikarenakan

kurangnya kesadaran tentang pentingnya imunisasi pada bayi.

Umur merupakan faktor yang penting, karena umur dapat mempengaruhi

pengalaman seseorang dalam menangani masalah kesehatan/penyakit serta

pengambilan keputusan. Berdasarkan hasil penelitian (Hudhah & Hidajah, 2018),

ibu yang berusia < 30 tahun memiliki status imunisasi lengkap lebih banyak dari

pada ibu dengan status imunisasi tidak lengkap, dari 144 responden sebanyak

(61,8 %) ibu yang berusia 21-30 tahun mengimunisasi bayinya seccara lengkap,

dibandingkan dengan ibu yang berumur 31-40 tahun sebanyak (34 %) serta ibu

19
yang berusia >50 tahun sebanyak (1,4 %) mengimunisasi banyinya secara

lengkap. Maka dari itu usia merupakan salah satu faktor yang penting yang

dimiliki oleh ibu dalam pencapaian imunisasi anaknya.

Umur merupakan karakteristik seseorang yang berhubungan dengan sifat

dalam dirinya serta sifat dalam menentukan tempat dan waktu. Berbeda halnya

dengan penelitian Rahmawati & Umbul (2014), yang menyatakan bahwa tidak

terdapat pengaruh antara umur terhadap kelengkapan imunisasi dengan hasil uji

statistik diperoleh nilai p sebesar 0,793.

2. Pendidikan Ibu

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya,masyarakat,bangsa dan negara (UU No 20 Tahun 2014).

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan

perilaku orang tua, karena orang tua dengan berpendidikan tinggi akan

mempengaruhi kesehatan keluarganya, sebab banyak informasi yang diperoleh di

sekolah, tapi apabila seseorang berpendidikan rendah, maka diharapkan orang tua

dapat menambah informasinya dari sumber lainnya di luar dari pendidikan

formal atau disebut jalur informal seperti melalui media elektronik (televisi,

radio, internet), membaca koran, atau majalah (Prihanti et al., 2016)

Tingkat atau jenjang pendidikan terdiri atas pendidikan tinggi (tamat/tidak tamat

perguruan tinggi dan tamat SMA/sederajat), rendah (tidak sekolah, tamat/tidak

tamat SD, tamat /tidak tamat SMA sederajat) (Notoatmodjo, 2018). Pendidikan

menjadi hal yang sangat penting dalam mempengaruhi pengetahuan. Individu

20
yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi cenderung lebih mudah menerima

informasi begitu juga dengan masalah informasi tentang imunisasi yang

diberikan oleh petugas kesehatan, sebaliknya ibu yang tingkat pendidikannya

rendah akan mendapat kesulitan untuk menerima informasi yang ada sehingga

mereka kurang memahami tentang kelengkapan imunisasi. Pendidikan seseorang

berbeda-beda juga akan mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan,

pada ibu yang berpendidikan tinggi lebih mudah menerima suatu ide baru

dibandingkan ibu yang berpendidikan rendah sehingga informasi lebih mudah

dapat diterima dan dilaksanakan (Rahmawati, 2014).

Pendidikan formal yang ditempuh seseorang pada dasarnya merupakan suatu

proses menuju kematangan intelektual untuk itu pendidikan tidak dapat terlepas

dari proses belajar. Dengan belajar maka manusia pada hakikatnya sedang

melakukan penyempurnaan potensi atau kemampuan. Tingkat pendidikan

merupakan upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang

kondusif. Tingginya pendidikan formal seseorang dapat mencerminkan

pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki semakin baik mengenai kesehatan

yang dibutuhkan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Ermawati (2017), yang mengatakan tingginya tingkat pengetahuan

seseorang akan diikuti makin baiknya perilaku seseorang terhadap sesuatu

perilaku dalam hal ini perilaku imunisasi. Dengan demikian semakin tinggi

tingkat pendidikan seseorang maka pengetahuan mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan kesehatan akan semakin baik khususnya imunisasi (Surury et al., 2020).

Penelitian yang dilakukan oleh Astuti dan Fitri (2017) menyebutkan bahwa

ketidaklengkapan imunisasi dasar pada anak berisiko 2,2 kali pada ibu yang

pendidikan rendah dibandingkan ibu yang berpendidikan tinggi. Sejalan dengan

21
penelitian Rakhmawati et al (2020) Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi

mempunyai kemungkinan 0,670 kali lebih besar untuk melakukan imunisasi

dasar bayi secara lengkap dibandingkan dengan ibu yang mempunyai pendidikan

rendah

3. Pekerjaan Ibu

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bekerja adalah melakukan kegiatan/pekerjaan

paling sedikit satu jam berturut-turut selama seminggu dengan maksud untuk membantu

memperoleh pendapatan atau keuntungan. Berbeda halnya dengan kamus ekonomi

bekerja adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud membantu

memperoleh pendapatan atau keuntungan, lamanya bekerja paling sedikit 1 jam secara

terus menerus dalam seminggu (termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu

dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi) (Retnawati et al., 2021)

Kepala keluarga yang tidak bekerja memiliki kecendrungan anaknya tidak mendapatkan

imunisasi yang lebih baik dibandingkan dengan kepala keluarga yang memiliki

pekerjaan, diperparah dengan adanya masa pandemi COVID-19 yang menyebabkan

penurunan ekonomi yang sangat drastis akan berdampak pada status kunjungan

imunisasi menjadi semakin menurun (Budastra, 2020).

Penelitian yang dilakukan oleh (Mekamban & Yuliana, 2014), tentang faktor yang

berhubungan dengan cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi menunjukkan ada

hubungan antara pekerjaan dengan status imunisasi dasar pada bayi. Ibu yang bekerja

maupun yang tidak bekerja mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh

informasi tentang imunisasi dasar baik dari petugas kesehatan maupun berbagai media

seperti TV, radio dan surat kabar (Ismet, 2013).

Ibu yang bekerja mempunyai kemungkinan 0,739 kali lebih besar untuk melakukan

imunisasi dasar bayi secara lengkap dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja

disebabkan kurangnya informasi yang diterima ibu rumah tangga dibandingkan dengan

ibu yang bekerja (Rakhmawati et al., 2020)

22
4. Kepemilikan Kartu Menuju Sehat (KMS)/ Buku Kesehatan Ibu dan Anak

(Buku KIA)/ Buku Kesehatan Anak Lainnya

Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan

normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. KMS

di Indonesia telah digunakan sejak tahun 1970-an, sebagai sarana utama kegiatan

pemantauan pertumbuhan. Sikap ibu balita merupakan faktor yang sangat

memengaruhi respon atau pandangan ibu balita terhadap manfaat KMS dan

kebutuhan data KMS dalam buku KIA. Semakin ibu balita rajin dan patuh

membawa KMS pada saat datang ke pelayanan kesehatan, semakin baik pula

sikap ibu balita terhadap pemanfaatan KMS dalam buku KIA (Rahayu et al.,

2018).

Kepemilikan KMS/ buku KIA/ buku catatan kesehatan anak sangat penting

terutama untuk mengetahui jadwal ataupun jenis imunisasi yang diberikan

kepada balita. Dengan kepemilikan buku ini maka orang tua dapat mengetahui

jenis imunisasi apa yang sudah diberikan dan imunisasi apa saja yang belum

diberikan (Peraturan Menteri Kesehatan No.155/Menkes/Per/1/2019 Tentang

Penggunaan Kartu Menuju Sehat Untuk Balita).

5. Pengetahuan Ibu

Pengetahuan merupakan kumpulan informasi yang dapat dipahami dan diperoleh

dari proses belajar selama hidup dan dapat dipergunakan sewaktu- waktu sebagai

alat untuk penyesuaian diri. Pengetahuan merupakan pengenalan terhadap

kenyataan, kebenaran, prinsip dan kaidah suatu objek dan merupakan hasil

stimulasi untuk terjadinya perubahan perilaku untuk mengetahui tingkat

kecerdasan seseorang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan

diartikan sebagai segala sesuatu yang diketahui yang berkenaan dengan

23
pembelajaran (Masturoh & Nauri Anggita T, 2018).

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan

sebagainya) (Notoatmodjo, 2018). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan

sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas

perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang

diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata)

Pengetahuan dapat diartikan sebagai pemahaman mengenai sejumlah informasi

dan pengenalan secara obyektif terhadap benda - benda atau sesuatu hal.

Pengetahuan juga dapat diperoleh melalui pengalaman yang dialami seseorang

dan melalui hasil belajar seseorang secara formal maupun informal. Pengetahuan

akan bersifat lama atau terus-menerus (Dillyana & Nurmala, 2019). Sejalan

dengan penelitian Harmasdiani (2015), di Probolinggo yang menunjukkan bahwa

pengetahuan ibu yang rendah memiliki risiko 21 kali lebih tidak patuh untuk

datang ke pelayanan kesehatan dan memberikan imunisasi disbanding ibu dengan

pengetahuan tinggi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Setiawati, 2017), yang berjudul Hubungan

Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Terhadap

Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Di Upt yang menyatakan bahwa pengetahuan

ibu mempunyai hubungan dengan cakupan imunisasi dasar lengkap pada balita

usia 12-24 bulan dengan hasil penelitian menunjukkan nilai p = 0,041 (p<0,05).

Kurangnya pengetahuan dan informasi mengakibatkan sebagian responden tidak

mengantarkan anaknya ke posyandu terdekat dikarenakan ketika jadwal

imunisasi anak nya sedang sakit. Dan mereka khawatir jika anak nya

diimunisasi akan membuat sakitnya bertambah parah.

24
6. Penolong Persalinan

Pelayanan kesehatan harus dilakukan sama di seluruh Indonesia, agar kesehatan

ibu dapat terjaga dan angka kematian ibu dan anak dapat di turunkan. Pelayanan

Kesehatan yang di maksud adalah pelayanan kesehatan ibu hamil khususnya

pelayanan persalinan. Berdasarkan Permenkes No. 97 tahun 2014 tentang

pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa

sesudah melahirkan pada pasal 14 ayat 1 berbunyi persalinan harus dilakukan di

fasilitas pelayanan kesehatan. Menurut PP No.61 tahun 2014 pasal 16 nomor 4

menyatakan bahwa Bidan dapat melakukan pelayanan kesehatan jika fasilitas

kesehatan sulit dijangkau, karena ada disparitas geografis dan transportasi yang

tidak memungkinkan (Fitrianeti et al., 2018). Bayi hingga umur kurang dari 1

bulan merupakan golongan umur yang paling rentan atau memiliki risiko

gangguan keshatan yang paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk

mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan persalinan yang

ditolong oleh tenaga kesehatan (Kepmenkes, 2019). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penolong persalinan berpengaruh terhadap kontak pertama

imunisasi hepatitis B. Ibu yang melahirkaan tidak ditolong oleh tenaga

kesehatan lebih berisiko 2,8 kali memiliki anak dengan imunisasi dasar tidak

lengkap dibanding Ibu yang melahirkaan ditolong oleh tenaga kesehatan (Astuti

& Fitri, 2017).

25
7. Ketersediaan sarana dan prasarana imunisasi

Pemberian imunisasi harus dilakukan berdasarkan standar pelayanan, standar

operasional dan standar profesi sesuai peraturan perundang-undangan. Proses

pemberian imunisasi harus diperhatikan keamanan vaksin dan penyuntikan agar

tidak terjadi penularan penyakit dalam pelaksanaan pelayanan imunisasi dan

masyarakat serta terhindar dari KIPI. Sebelum dilaksanakan imunisasi, pelaksana

pelayanan imunisasi harus memberikan informasi lengkap secara massal tentang

imunisasi yang meliputi vaksin, cara pemberian, manfaat dan kemungkinan

terjadi bahaya (Kepmenkes, 2017).

Sarana dan prasarana yang harus dimiliki oleh tempat pelayanan vaksinasi yaitu

lemari es standart program. Vaccine Carrrier (termos) adalah alat untuk

mengirim atau membawa vaksin. Cold Box digunakan sebagai tempat

penyimpanan vaksin sementara apabila dalam keadaan darurat seperti listrik

padam untuk waktu cukup lama, atau lemari es sedang rusak yang bila diperbaiki

memakan waktu lama. Freeze Tag digunakan untuk memantau suhu vaksin. Auto

Disable Syringe yang selanjutnya disingkat ADS adalah alat suntik sekali pakai

untuk pelaksanaan pelayanan imunisasi. Safety Box adalah sebuah tempat yang

berfungsi untuk menampung sementara limbah bekas ADS yang telah digunakan

dan harus memenuhi persyaratan khusus. Cold Chain adalah sistem pengelolaan

vaksin yang dimaksudkan untuk memelihara dan menjamin mutu vaksin dalam

pendistribusian mulai dari pabrik pembuat vaksin sampai pada sasaran

(Kepmenkes, 2017)

Pemeliharaan dan pemantauan suhu vaksin sangat penting dalam menetapkan

secara cepat apakah vaksin masih layak digunakan atau tidak. Penelitian

terhadap 379 klinik yang melayani imunisasi di wilayah Karachi, Pakistan tahun
2014 dinyatakan hanya 38,5% klinik yang memantau suhu vaksin secara rutin 2

kali sehari (Rizki et al., 2020). Permasalahan sarana prasarana merupakan

permasalahan yang klasik yang terdapat di hampir seluruh bidang karena

berhubungan langsung dengan pendanaan. Sarana dan prasana dalam

penatalaksanaan imunisasi menjadi faktor pendukung untuk menjaga rantai

dingin dalam penatalaksanaan imunisasi yang memang tidak dapat ditawar lagi

karena vaksin memiliki suhu tetap yang tidak dapat dikurangi ataupun dilebihkan

sehingga tersedianya sarana dan prasana keberadaannya mutlak diperlukan dalam

penatalaksanaan imunisasi (Rizki et al., 2020).

8. Peran Petugas Imunisasi

Dalam melaksanakan tugasnya petugas kesehatan harus sesuai dengan mutu

pelayanan. Pengertian mutu pelayanan untuk petugas kesehatan berarti bebas

melakukan segala sesuatu secara professional untuk meningkatkan derajat

kesehatan pasien dan masyarakat sesuai dengan ilmu pengetahuan dan

keterampilan yang maju, mutu peralatan yang baik dan memenuhi standar yang

baik, komitmen dan motivasi petugas tergantung dari kemampuan mereka untuk

melaksanakan tugas mereka dengan cara yang optimal (Falawati, 2020).

Peran petugas sangat penting dalam meningkatkan cakupan imunisasi juga

memberikan informasi dan sosialisasi tentang manfaat imunisasi dan penyakit

dapat dicegah dengan imunisasi. Untuk mencegah kesakitan dan kematian,

petugas imunisasi dapat berperan aktif dalam pemberian imunisasi (Falawati,

2020).

26
9. Kecemasan

Kecemasan merupakan reaksi pertama yang muncul atau dirasakan oleh pasien

dan keluarganya disaat pasien harus dirawat mendadak atau tanpa terencana

begitu mulai diberikan tindakan kesehatan. Kecemasan akan terus menyertai

pasien dan keluarganya dalam setiap tindakan perawatan terhadap penyakit yang

diderita pasien (Nursalam, 2016). Kecemasan adalah keadaan emosional yang

tidak menyenangkan, berupa respon-respon psikofisiologis yang timbul sebagai

antisipasi bahaya yang tidak nyata atau khayalan, tampaknya disebabkan oleh

konflik intrapsikis yang tidak disadari secara langsung (Dorland, 2017).

1. Tingkat Kecemasan

Cemas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.

Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara

subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Cemas

berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap

sesuatu yang berbahaya. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk

bertahan hidup, tetapi tingkat cemas yang parah tidak sejalan dengan

kehidupan. Rentang respon kecemasan menggambarkan suatu derajat

perjalanan cemas yang dialami individu (Nursalam, 2016).

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat

Gambar 2.2 Rentang respon kecemasan

27
Tingkat Kecemasan adalah suatu rentang respon yang membagi

individu apakah termasuk cemas ringan, sedang, berat atau bahkan

panik. Beberapa kategori kecemasan menurut Hernawati (2020),

antara lain sebagai berikut:

a) Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan yang

menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan

lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat memotivasi belajar

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

b) Kecemasan sedang

Kecemasan ini memungkinkan individu untuk berfokus pada

hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Kecemasan

sedang ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan

demikian, individu mengalami tidak perhatian yang selektif

namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan

untuk melakukannya.

c) Kecemasan berat

Pada tingkat kecemasan ini sangat mengurangi lapang persepsi

individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci

dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua

perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu

tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area

lain.

d) Tingkat Panik 28
Pada Kecemasan Tingkat paling atas ini berhubungan dengan

terperangah, ketakutan, dan teror. Hal yang rinci terpecah dari

proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, individu

yang mengalami panik tidak mampu melalukan sesuatu

walaupun dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi

kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik,

menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang

lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran

yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan

kehidupan, jika berlangsung terus dalam waktu yang lama,

dapat terjadi kelelahan dan kematian.

Serangan panik merupakan periode tersendiri dari kecemasan

yang intens, seseorang dikatakan panik bila memilki sedikitnya

empat gejala berikut yang berkembang cepat dan mencapai

puncaknya dalam 10 menit. Terdapat banyak gejala yang

menandai serangan panik yang terjadi pada individu, seperti:

Palpitasi, jantung berdenyut keras dengan frekuensi cepat,

dapat pula terjadi keluar keringat yang berlebihan, gemetar,

sesak nafas atau seperti tercekik. Gejala lain yang dapat terjadi

ialah merasa tersedak, nyeri dada, mual atau distress abdomen,

pusing dan ingin pingsan, derealisasi (merasa tidak nyata) atau

depersonalisasi (merasa terasing dari diri sendiri), takut

kehilangan kendali atau menjadi gila, takut mati, parestesia.

29
10. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah salah satu bentuk interaksi yang didalamnya

terdapat hubungan yang saling memberi dan menerima bantuan yang bersifat

nyata yang dilakukan oleh keluarga (suami, istri, saudara, mertua, orang tua)

kepada ibu (Hidayat, 2019). Menurut Ayuni (2020), anggota keluarga

memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan

pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Menurut teori Friedman dukungan

keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggota

keluarganya. (Psychologymania, 2020).

Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa

kehidupan dimana sifat dan jenis dukungannya berbeda-beda dalam berbagai

tahap dalam siklus kehidupan. Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan

penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Dukungan bisa berasal dari

orang lain (orangtua, anak, suami, istri atau saudara) yang dekat dengan subjek

dimana bentuk dukungan berupa informasi, tingkah laku tertentu atau materi

yang dapat menjadikan individu merasa disayangi, diperhatikan dan dicintai.

Keluarga dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu (Psychologymania, 2020):

a. Keluarga Inti (nuclear family), yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu,

suami, istri, anak-anak kandung, anak angkat maupun adopsi yang belum

kawin, atau ayah dengan anak-anak yang belum kawin, atau ibu dengan

anak-anak yang belum kawin

b. Keluarga luas (extended family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah,

ibu, anak-anak (baik yang sudah kawin atau belum), cucu, orang tua,

mertua maupun kerabat-kerabat lain yang menjadi tanggungan kepala

keluarga. 30
Ibu memerlukan seseorang yang dapat memberikan dukungan dalam merawat

anaknya termasuk dalam hal pemberian imunisasi. Dukungan suami adalah

dukungan yang paling berarti bagi ibu karena suami merupakan keluarga inti dan

orang yang paling dekat dengan ibu, sehingga dukungan suami saat ini menjadi

hal yang sangat perlu dilakukan Friedman (2013).

Dukungan keluarga mempunyai peranan sangat penting, karena

keluarga bisa memberikan dorongan fisik maupun mental. Keluarga

memiliki beberapa fungsi dukungan yaitu (Ayuni, 2020) :

a. Dukungan Informational

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator

(penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian

saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu

masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya

suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan

aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini

adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.

b. Dukungan Penilaian

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,

membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan

validator identitas anggota keluarga diantaranya memberikan support,

penghargaan, perhatian.

31
D. Kerangka Teori

1. Umur ibu
2. Pendidikan ibu Status Imunisasi Dasar
3. Status Pekerjaan ibu Lengkap
4. Kepemilikan buku
KMS/buku KIA/
buku catatan
1. Penolong Persalinan
kesehatan anak
2. Ketersediaan sarana dan
lainnya.
prasarana imunisasi
5. Pengetahuan ibu.
3. Peran Petugas Imunisasi
6. Kecemasan
7. Dukungan keluarga

Gambar 2.3 Kerangka Teori


(Nabila, 2022)

32
BAB III
KERANGKA KONSEP

B. Kerangka Konsep

Variabel penelitian merupakan suatu objek atau sifat atau atribut atau nilai dari orang

atau kegiatan yang mempunyai bermacam-macam variasi antara satu dengan lainnya

yang ditetapkan oleh peneliti dengan bertujuan untuk dipelajari dan ditarik

kesimpulan (Sastroasmoro & Ismael, 2014). Adapun macam-macam variabel

penelitian yaitu sebagai berikut:

a. Variabel bebas adalah variabel yang keberadaannya mendahului

variabel terikat dan diyakini memengaruhi variabel terikat (Polit &

Beck, 2018). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah

Kecemasan ibu dan Dukungan Keluarga.

b. Variabel terikat atau yang sering disebut dengan variabel dependen

adalah variabel yang menjadi akibat dan yang dipengaruhi oleh

variabel bebas. Variabel terikat merupakan hasil yang ingin dipahami,

dijelaskan, atau diprediksi oleh peneliti (Polit & Beck, 2018). Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah status imunisasi

dasar lengkap pada balita 12-24 bulan.

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Kecemasan Ibu
Status Imunisasi
Lengkap Balita
Usia 12-24 bulan
pasca pandemi
33
Dukungan Keluarga
C. Definisi Operasional

Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel

Definisi Cara Alat Hasil Skala Ukur


Variabel Ukur Ukur
Operasional Pengukuran

Variabel Dependen
a. Status Imunisasi Kelengkapan Data status Lembar 1= Tidak Nominal
Dasar Lengkap imunisasi yang imunisasi pada ceklis lengkap
sudah didapat register klinik
2= Leng
meliputi dibandingkan
kap
imunisasi HB 0, dengan data
BCG, DPT-HB- buku
KMS/KIA/buku
Hib
catatan
(Pentavalent),
kesehatan anak
OPV, IPV, MR
lainnya
Variabel Independen
Kuesioner Skor Ordinal
a. Kecemasan Ibu Suatu perasaan Wawancara jawaban
kekhawatiran dan
tingkat
rasa takut yang
kecemasan:
berlebihan dialami
ibu ketika
Hasil
menghadapi yaitu
imunisasi pada penilaian
masa pandemi total skor
< 14:
Tidak ada
kecemasan
≤14: Ada
Kecemasan

34
Variabel Definisi Cara Alat Hasil Skala
Ukur Ukur
Operasional Pengukuran Data
b. Dukungan Salah satu bentuk Wawanncara Kuesio 0 = Tidak Ordinal
Keluarga interaksi yang
ner Mendu
didalamnya
terdapat hubungan kung
yang saling
memberi dan 1=Mendu
menerima bantuan
kung
yang bersifat
nyata yang
dilakukan oleh
keluarga (suami,
istri, saudara,
mertua, orang tua)
kepada ibu.

C. Hipotesis

H0:

- Tidak ada hubungan kecemasan dengan status imunisasi dasar lengkap pada balita usia

12-24 bulan pasca pandemic di Puskesmas Kampung Guci tahun 2023

- Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan status imunisasi dasar lengkap pada

balita usia 12-24 bulan pasca pandemic di Puskesmas Kampung Guci tahun 2023

Ha:

- Ada hubungan kecemasan dengan status imunisasi dasar lengkap pada balita usia 12-

24 bulan pasca pandemic di Puskesmas Kampung Guci tahun 2023

- Ada hubungan dukungan keluarga dengan status imunisasi dasar lengkap pada balita

usia 12-24 bulan pasca pandemic di Puskesmas Kampung Guci tahun 2023

35
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu

metode penelitian yang dilakukan untuk membuat gambaran atau mendeskripsikan suatu

keadaan secara obyektif (Notoatmojo, 2019). Penelitian ini melakukan penilaian kecemasan

ibu dan dukungan keluarga terhadap pemberian imunisasi lengkap. Penelitian ini dilakukan

dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian cross-sectional adalah suatu penelitian untuk

mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara

pendekatan, observasional, atau pengumpulan data. Penelitian cross-sectional hanya

mengobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap variabel subjek pada saat

penelitian (Notoatmojo, 2019).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kampung Guci pada bulan

Maret 2023.

C. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan unsur atau elemen yang menjadi objek penelitian, populasi

merupakan himpunansemua hal yang ingin diketahui (Masturoh, 2018). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh ibu dengan balita usia 12-24 bulan di wilayah Puskesmas

Kampung Guci pada tahun 2023, yang berjumlah 60 orang.

Sampel adalah bagian dari populasi dan karakteristik dari populasi yang telah diteliti dan

disimpulkan (Masturoh, 2018). Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik

total sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi

(Sugiyono, 2018). Alasan mengambil total sampling karena jumlah populasi kurang dari 100

maka seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Sampel penelitian adalah seluruh ibu
dengan balita usia 12-24 bulan di wilayah Puskesmas Kampung Guci pada tahun 2023.

D. Metode

1. Cara Penelitian
a. Tahap Persiapan
Pengumpulan data dalam penelitian merupakan prosedur yang
sistematis untuk memperoleh data yang dibutuhkan (Satori, 2014).
Adapun jalanya penelitian melalui beberapa tahap:
1. Tahap awal yaitu dengan pengajuan judul penelitian kepada dosen
pembimbing I dan pembimbing II.
2. Pengurusan surat ijin studi pendahuluan dari Program Studi
Unisbar.
3. Pengajuan Surat studi pendahuluan ke Puskesmas Kampung guci.
4. Pengolahan data hasil studi pendahuluan
5. Melakukan seminar proposal yang telah disetujui oleh dosen
pembimbing 1 dan pembimbing II dan mengajukan ethical
clearance

b. Tahap Pengumpulan Data


Pengumpulan data melalui instansi yaitu Puskesmas Kampung Guci
dan kemudian menyebarkan kuisioner pada responden yang sesuai
dengan kriteria. Saat pengisian kuisioner, responden tertentu yaitu
responden yang tidak bisa baca tulis dapat dibantu oleh peneliti.
Tahap pengumpulan data dilakukan dengan langkah- langkah sebagai
berikut:
1. Peneliti melakukan pemilihan responden sesuai dengan kriteria inklusi
dan eksklusi.

2. Setelah mendapatkan responden yang sesui dengan kriteria yang


ditentukan peneliti melakukan Informed Consent terhadap calon
responden. Jika calon responden bersedia menjadi responden mereka
dapat membaca lembar persetujuan kemudian menandatanganinya.
3. Setelah responden menyetujui responden dapat mengisi kuisioner
yang telah disediakan dengan didampingi oleh peneliti. Apabila

41
responden bingung terhadap pernyataan di kuesioner, responden bisa
bertanya pada peneliti.
4. Kuesioner kemudian dikembalikan kepada peneliti setelah terisi
dengan lengkap
5. Setelah data terkumpul peneliti akan mengolah data dan menyelesaikan
laporan akhir.
c. Tahap Penyelesaian
Tahap Penyelesaian Peneliti mengumpulkan kuisioner yang telah diisi
oleh responden dan kemudian dikoreksi kelengkapannya untuk
dilakukan tabulasi data
d. Penarikan kesimpulan
Terakhir setelah tabulasi data telah selesai dilaksanakan dan sudah
diolah, maka peneliti dapat menarik kesimpulannya.

2. Instrumen dan BahanPenelitian

Instrumen penilaian adalah alat bantu yang dipergunakan dalam pengumpulan data

agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,

lengkap, dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2021). Instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yaitu kuesioner data

demografi dan kuesioner kecemasan. Kuesioner data demografi terdiri dari 5

pertanyaan yaitu nama/inisial, usia, pekerjaan, pendidikan, penghasilan sebulan.

Kuesioner kecemasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah modifikasi dari

kuesioner Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) yaitu sebuah kuesioner

survei kesehatan untuk menilai kecemasan pada ibu tentang imunisasi lengkap yang

dimodifikasi untuk dapat digunakan di masa pasca pandemi COVID-19. Skala HRS-

A pertama kali digunakan pada tahun 1959, diperkenalkan oleh Max Hamilton dan

sekarang menjadi standar dalam pengukuran kecemasan, terutama pada penelitian

trial clinic.Skala HRS-A merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada

munculnya symptom pada individu yang mengalami kecemasan. Terdapat 14

42
symptoms yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan menurut skala

HRS-A (Nursalam, 2018). Pengukuran ini terdiri dari 14 butir pertanyaan dan

menghasilkan nilai skor 0-56 dengan pilihan jawaba 0 = tidak ada gejala, 1 = gejala

ringan, 2 = gejala sedang, 3 = gejala berat, 4 = gejala berat sekali. Kategori skor 0-

13 “tidak ada kecemasan”, 14 - 20 “kecemasan ringan”, 21 - 27 “kecemasan

sedang”, 28 - 41 “kecemasan berat” dan 42 - 56 “kecemasan berat sekali”.

a. Validitas

Validitas adalah ketepatan atau kecermatan pengukuran, valid berarti alat atau

instrumen tersebut mampu mengukur apa yang ingin diukur. Untuk mengukur

validitas instrumen dilakukan korelasi antar skor masing-masing variabel dengan

skor totalnya (Riyanto, 2015). Tingkat kecemasan dapat diukur dengan

menggunakanHamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) yang sudah

dikembangkan oleh kelompok Psikiatri Biologi Jakarta (KPBJ) dalam bentuk

Anxiety Analog Scale (AAS). Validitas AAS sudah diukur pada tahun 1984

mendapat korelasi yang cukup dengan HRS-A (r = 0,57 – 0,84)

b. Reliabilitas

Reliabilitas merupakan kestabilan pengukuran sebuah alat atau instrumen, alat atau

istrumen tersebut dapat dikatakan reliabel ketika sudah digunakan berulang-ulang

dan dapat di percaya (Riyanto, 2015). Skala HRS-A telah dibuktikan memiliki

validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan pada

penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa

pengukuran kecemasan dengan menggunakan skala HRS-A akan diperoleh hasil

yang valid dan reliable (Nursalam, 2018).

43
3. Teknik Pengolahan Data
Setelah semua data berhasil dikumpulkan, diolah sesuai tujuan dan
kerangka konsep penelitian. Pengolahan data dilakukan dengan langkah-
langkah:
a. Editing atau penyuntingan data adalah tahapan dimana peneliti
memeriksa kelengkapan jawaban responden. Jika pada tahapan
penyuntingan ternyata ditemukan ketidak lengkapan dalam lembar
kuesioner, maka peneliti harus melakukan pengumpulan data ulang.

b. Coding adalah kegiatan merubah data dalam bentuk huruf menjadi


data dalam bentuk angka/bilangan. Kode adalah lambang berupa
huruf atau angka yang digunakan untuk memberikan data
identifikasi.
c. Data entry adalah memasukkan jawaban dari responden dan
mengisi kolom dengan kode yang sesuai dengan jawaban masing-
masing pertanyaan.
d. Processing adalah proses setelah semua kuesioner terisi penuh dan
benar serta telah dikode jawaban responden pada kuesioner ke
dalam aplikasi pengolahan data di komputer, aplikasi yang
digunakan pada penelitian ini adalah SPSS (Statistical Package for
Social Sciences).
e. Cleaning data adalah pengecekan kembali data yang sudah
dimasukkan apakah sudah benar atau ada kesalahan pada saat
memasukan data. Cleaning data digunakan untuk mengetahui
adanya missing data, mengetahui variasi data dan konsistensi data
(Masturoh, 2018).

3. Analisis Data
Jenis analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Analisis univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan


karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis ini menghasilkan
distribusi frekuensi dan presntase dari setiap variabel. Dalam penelitian
ini analiisi univariat yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi dari

44
data demografi yaitu nama/inisial, umur, pekerjaan, pendidikan, tingkat
kecemasan, dukungan keluarga dan status iimunisasi lengkap.

b. Analisis bivariate..

Analisis bivariat dilakukan pada dua variabel yang berhubungan.


Analisis bivariat dilakukan setelah perhitungan univariat. Pada
penelitian ini dilakukan analisis untuk mengetahui hubungan antar
variable kecemasan dengan status imunisasi, dan hubungan antar
variable dukungan keluarga dengan status imunisasi.

4. Etika Penelitian
Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak dan kewajiban
responden dan peneliti. Peneliti akan merahasiakan data responden
pada saat pengumpulan data dan hasil penelitian.

Peneliti menggunakan prinsip prinsip dasar etika penelitian:


a. Autonomy
Autonomy adalah memberikan hak kebebasan bagi partisipan untuk
menentukan keikut sertaan dalam penelitian tanpa paksaan. Pada
penelitian ini, informan diberi pilihan untuk keikutsertaan dalam
penelitian tanpa adanya paksaan.
b. Confidentiality
Confidentiality yaitu menjaga kerahasiaan obyek penelitian. Pada
penelitian ini semua data responden menggunakan inisial dan hasilnya
tidak digunakan selain untuk keperluan penelitian ini.
c. Informed Consent
Informed Consent yaitu informasi secara jelas terkait penelitian yang
diberikan kepada responden, mampu memahami informasi, memiliki
pilihan untuk bebas memilih dan setuju untuk berpartisipasi tanpa
paksaan. Sementara persetujuan tertulis mungkin dalam beberapa
situasi membuat takut partisipan, di awal penelitian setidaknya harus
mendapatkan persetujuan verbal (Nabila, 2022). Pada penelitian ini
dilakukan informed consent secara verbal dan tertulis.

45
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, H., & Fitri. 2017. Analisis Faktor Pemberian Imunisasi Dasar. Jurnal Ners Dan


Kebidanan Indonesia, Vol.3 No (1), April 2017: 109-116
Atikah P, Citra S. Imunisasi dan Vaksinasi. Yogyakarta : Penerbit Nuha Medika, 2019
Ayuni, D. Q. (2020) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga pada Pasien Post
Operasi Katarak. Padang: Pustaka Galeri Mandiri
Azis Abdul (2022). (2021). Hubungan Persepsi Masyarakat \ Tentang Vaksin Covid-19
Dengan Kecemasan Saat Akan Menjalani Vaksinasi Covid-19. Jurnal
Keperawatan, 8–20.
Budastra, 2020 Major Stressors and Coping Strategies of Frontline Nursing Staff
During the Outbreak of Coronavirus Disease 2020 (COVID-19) in Alabama.
Journal of Multidisciplinary Healthcare, http://doi.org/10.2147/JMDH.S285933
Dillyana, Anisca, T. et al. (2019) ‘Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Persepsi Ibu
dengan Status Imunisasi Dasar Di Wonokusumo’, Jurnal Promkes: The
Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education, 7(1), pp. 67– 77
Dinkes Padang Pariaman, Laporan Imunisasi tahun 2021
Dinkes Padang Pariaman, Laporan Imunisasi tahun 2022
Dinkes Sumbar, Laporan Imunisasi tahun 2021
Dorland N. Kamus Saku Kedokteran Dorland. 28th ed. Khiong K, Sasmita PK, Atmodjo
WL, translators. Jakarta: EGC; 2015. p. 127.
Fitriani, E. 2018. Faktor yang mempengaruhi ketepatan pemberian imunisasi dasar di
wilayah kerja puskesmas perawatan tanjung seloka.
Friedman, Marilyn M. (2014). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori &
Praktik. Alih bahasa Achir Yani et al. Editor bahasa Indonesia Estu Tiar Ed.5.
Jakarta. EGC
Harmasdiani, R. 2015. Pengaruh Karakteristik ibu terhadap ketidakpatuhan pemberian
imunisasi dasar lengkap pada anak bawah dua tahun. Jurnal epidemiologi 3.
Hasanah MS, Lubis AD, Syahleman R. Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang
imunisasi dasar terhadap kepatuhan pemberian imunisasi dasar pada bayi.
Jurnal Borneo Cendekia, 5(1) 2021; 53-63.
Hidayat, A.A.A. (2013). Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika Falawati,
2020
IDAI 2020, ‘Jadwal Imunisasi Anak’, PT.Viertudraft Intermedia Telematika, Jakarta.
https://www.idai.or.id/tentang-idai/pernyataan-idai/jadwal-imunisasi-idai-2020
Ismet, F. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang berhubungan dengan imunisasi dasar
lengkap pada balita di desa botubarani kecamatan kabila bone kabupaten bone
bolango [Skripsi]. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo
Kemenkes RI 2015, Buku Ajar Imunisasi. 2nd edn, Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Tenaga Kesehatan, Jakarta.
Kemenkes RI 2016, Profil Kesehatan Tahun 2016. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Kemenkes RI. Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi Pada Masa Pandemi Covid-19.
Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan. Direktorat Jenderal Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit. Kemenkes, 2020.

46
Kementerian Kesehatan dan UNICEF. 2020. Rapid Assessment: Immunization Services
in Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI. 2019. Laporan Riskesdas 2018. Jakarta: Badan Litbangkes,
Kemenkes
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan
Imunisasi
Mahabbah, R. N. (2019). Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kelengkapan
Imunisasi Dasar. Universitas Siliwangi. Modjo, D., & Sudirman, A. A. (2021).
Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Cakupan Imunisasi pada Masa Pandemi
Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Telaga. Zaitun, 976–978.
Maharani Siregar, Dkk. 2018. “Hubungan Perilaku Dukungan Keluarga Dan Petugas
Kesehatan Dengan Kelengkapan Imunisasi Pada Bayi Diwilayah Kerja
Puskesmas Matang Pudeng Kecamatan Pantee Bidari Kabupaten Aceh Timur
Tahun 2017 Ida.” Jurnal Ilmiah Simantek 1(4):13–26. Mardianti & Farida, 2022
Masturoh, & Nauri Anggita T. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta Selatan:
Pusdik SDM Kesehatan
Mekamban, & Yuliana. 2014. Faktor yang berhubungan dengan
cakupan  imunisasi dasar lengkap pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Antara
Kota Makassar.
Mukhi, S., & Medise, B. E. (2021). Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Cakupan
Imunisasi pada Masa Pandemi Covid-19 di Jakarta. Sari Pediatri, 22(6), 336–
342.
Nadila, Thesya Gianita, 2022. Hubungan Dukungan Keluarga, Ekonomi dan
Pengetahuan terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar Bayi Usia 12 Bulan pada
Masa Pandemi Covid-19 Jurnal Interprofesi Kesehatan Indonesia Vol. 2, No. 1,
Desember 2022, pp. 211-219 ISSN 2807-7563 (print), ISSN 2807-7571 (online)
Journal homepage https://jurnalinterprofesi.com/index.php/jipki
Notoatmodjo, S. (2018). La Biondo-Wood & Haber Nursalam.(2017) Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nurhasanah, I. (2021). Pelayanan Imunisasi di Masa Pandemi Covid-19 : Literatur
Review. Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 12(1), 104–105.
Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis Edisi.4.
Jakarta : Salemba Medika.
Pendit Saka Adhijaya, Astika Tria, dan Supriyatna Nana. Analisis Pengaruh Dukungan
Keluarga, dan Faktor Lainnya Terhadap Pemberian Imunisasi MR Pada Balita.
Jurnal Keperawatan Silampari. 2019;3(1):322-331. Available from:
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JKS/article/view/848 - Diakses Agustus
2021.
Peraturan Menteri Kesehatan No.155/Menkes/Per/1/2019 Tentang Penggunaan Kartu
Menuju Sehat Untuk Balita
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Tentang
Penyelenggaraan Imunisasi.Kemenkes, 2017
Permenkes No. 97 tahun 2014 tentang pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, masa
hamil, persalinan, dan masa sesudah melahirkan
Rahmawati AI. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi Dasar di
Kelurahan Krembangan Utara Kota Surabaya Sebagai Upaya Pencegahan
Penyakit. Skripsi. Universitas Airlangga; 2013.
Ranuh IGN, Soeyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita C. Pedoman Imunisasi Di
Indonesia. 6th ed. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2019.
Rizki, Amalia dan Rahmadhani Sendy Pratiwi. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Jenis

47
Pekerjaan Ibu dengan Status Imunisasi Bayi Usia 9 Sampai 12 Bulan. Journal of
Midwifery Science. 2021;1(1):68-78. Available from:
http://ojs.ukb.ac.id/index.php/jms/article/view/301 - diakses November 2021
Satori, Aan Komariah, Djam’an. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta
Setiawati. 2017. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang
Imunisasi Dasar Terhadap Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap di UPT
Puskesmas. Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic Healthcare),
Volume 11, No.2, April 2017: 109-116
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta. 2013
UNICEF. 2019. Analisis UNICEF berdasarkan perkiraan interim WHO dan Maternal
and Child Epidemiology Estimation Group (MCEE) serta United Nations Inter-
agency Group for Child Mortality Estimation untuk tahun 2018.
WHO Corona Virus (COVID- 19) Dashboard. https://covid19.who.int/. Retrieved 11 April
2021.
WHO. (2020). Corona Virus Desease (Cocvid-19). Diakses dari : https://covid19.who.int
World Health Organization. (2020). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) quick link.
http://www.who.int/WHO, Prof DR.Ny.Sumiati: Jakarta UGM, Dra.Ny.Jos
Masdani: Jakarta Universitas Indonesia, Bee at al, Keperawatan Gerontk Batasan
Usia Lanjut.(Lanjut usia) Dashboard

48
49
Lampiran Kuesioner Tingkat Kecemasan

Nama: Tanggal:

KUESIONER KECEMASAN

Petunjuk Pengisian Kuisioner

1. Bacalah dengan cermat dan teliti setiap item pertanyaan di bawah ini.

2. Penelitian ini tidak ada manfaatnya sekiranya jawaban yang saudara(i) berikan tidak sesuai

dengan yang sebenarnya.

3. Isilah data demografi di bawah pada bagian (garis titik-titik) yang disediakan!

4. Isilah jawaban dalam kuisioner dengan mengisi tanda cek list (√) pada kotak di samping

jawaban yang sesuai menurut saudara(i).

I. Data demografi

Identitas responden

Nama :..........................................................

Umur :..........................................................

Alamat :..........................................................

1. Bagaimana perasaan ibu ketika akan memberikan imunisasi pada balita ibu dimasa pandemi
Covid-19?
Firasat buruk
Takut akan pikiran sendiri
Mudah tersinggung
2. Apa yang ibu rasakan ketika akan memberikan imunisasi pada balita ibu dimasa pandemi
Covid-19?
Merasa tegang
Lesu
Mudah terkejut
Tidak dapat istirahat dengan nyenyak
Mudah menangis
Gemetar
Gelisah
3. Jenis Ketakutan apa yang ibu rasakan Ketika memberikan imunisasi pada balita ibu dimasa
pandemi Covid-19?
Pada gelap
Di tinggal sendiri
Pada orang asing
Pada binatang besar
Pada keramaian lalulintas
Pada kerumunan banyak orang

4. Bagaimana tidur ibu ketika akan memberikan imunisasi pada balita ibu dimasa pandemi
Covid-19?
Sukar memulai tidur
Terbangun malam hari
Tidak pulas
Mimpi buruk
Mimpi yang menakutkan

5. Bagaimana daya ingat/konsentrasi ibu ketika akan memberikan imunisasi pada balita ibu
dimasa pandemi Covid-19?
Daya ingat buruk
Sulit berkonsentrasi
Sering bingung

6. Bagaimana gejala yang ibu rasakan ketika akan memberikan imunisasi pada balita ibu dimasa
pandemi Covid-19?
Kehilangan minat
Sedih
Bangun dinihari
Berkurang kesukaan pada hobi
Perasaan berubah-ubah sepanjang hari

49
7. Bagaimana gejala yang dirasakan tubuh ibu ketika akan memberikan imunisasi pada balita ibu
dimasa pandemi Covid-19?
Nyeri otot
Kaku
Kedutan otot
Gigi gemeretak
Suara tak stabil

8. Bagaimana gejala lain yang ibu rasakan ketika akan memberikan imunisasi pada balita ibu
dimasa pandemi Covid-19?
Telinga berdengaung
Penglihatan kabur
Muka merah dan pucat
Merasa lelah
Perasaan ditusuk-tusuk

9. Bagaimana jantung ibu ketika akan memberikan imunisasi pada balita ibu dimasa pandemi
Covid-19?
Denyut nadi cepat
Berdebar-debar
Nyeri dada
Denyut nadi mengeras
Rasa lemah seperti mau pingsan
Detak jantung hilang sekejap

10. Bagaimana pernafasan ibu ketika akan memberikan imunisasi pada balita ibu dimasa pandemi
Covid-19?
Rasa tertekan di dada
Perasaan tercekik
Merasa nafas pendek/sesak
Sering menarik nafas panjang

50
11. Bagaimana pencernaan ibu ketika akan memberikan imunisasi pada balita ibu dimasa pandemi
Covid-19?
Sulit menelan
Mual muntah
Berat badan menurun
Konstipasi (sulit buang air besar)
Perut melilit
Gangguan pencernaan
Nyeri lambung sebelum/sesudah makan
Rasa panas di perut
Perut terasa penuh/kembung

12. Bagaimana BAK ibu ketika akan memberikan imunisasi pada balita ibu dimasa pandemi
Covid-19?
Sering kencing
Tidak dapat menahan kencing
Amenorea
Frigiditas
13. Bagaimana dengan gejala Autonom ibu ketika akan memberikan imunisasi pada balita ibu
dimasa pandemi Covid-19?
Mulut kering
Muka kering
Mudah berkeringat
Pusing/sakit kepala
Bulu roma berdiri
14. Bagaimana Perilaku sewaktu wawancara saat membicarakan pemberian imunisasi pada balita
saat pandemic?
Gelisah
Tidak tenang
Mengerutkan dahi, muka tegang
Tonus/ketegangan otot meningkat
Nafas pendek dan cepat
Muka merah

Jumlah Score :

51
LEMBAR KUESIONER

1. Bacalah dengan teliti pertanyaan sebelum Anda menjawab pertanyaan.


2. Pilihlah salah satu jawaban yang Anda anggap paling sesuai seperti yang
telah digambarkan oleh pertanyaan yang tersedia.
3. Berilah tanda centang (√) pada salah satu pilihan yang tertera di belakang
pertanyaan untuk menunjukan jawaban yang saudara pilih.
4. Pilihan jawaban adalah YA atau TIDAK Identitas responden

1. Nama inisial :
2. Alamat :
3. Umur ibu :
4. Pekerjaan ibu :
5. Umur anak :
6. Status Imunisasi Dasar :
 Lengkap  Tidak Lengkap

DUKUNGAN KELUARGA

No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
A. DUKUNGAN INFORMASIONAL
1 Suami memberikan informasi kepada ibu tentang jenis
imunisasi dasar yang dibutuhkan oleh anak (selain tenaga
kesehatan)
2 Ibu mendapatkan informasi dari suami tentang masalah
kesehatan yang terjadi jika bayi tidak mendapatkan
imunisasi dasar
3 Ibu memperoleh informasi dari suami tentang reaksi yang
biasa terjadi setelah anak mendapat imunisasi

B. DUKUNGAN PENGHARGAAN/PENILAINAN
4 Suami menyediakan waktu untuk mendampingi ibu
membawa anaknya melaksanakan imunisasi di setiap bulan

52
5 Saudara menyediakan waktu untuk mendampingi ibu
membawa anaknya melaksanakan imunisasi di setiap bulan
6 Ibu selalu diberikan waktu dari suami agar dapat membawa
anaknya imunisasi ke posyandu
7 Ibu selalu diberikan waktu dari saudara agar dapat
membawa anaknya imunisasi ke posyandu
8 Suami selalu memberikan pujian dan perhatian kepada ibu
saat anaknya sudah mendapatkan imunisasi dasar

C. DUKUNGAN INSTRUMENTAL
9 Suami selalu menyediakan uang yang cukup untuk
keperluan imunisasi anaknya setiap bulan
10 Saudara selalu menyediakan uang yang cukup untuk
keperluan imunisasi anaknya setiap bulan

D. DUKUNGAN EMOSIONAL
11 Suami selalu mengingatkan ibu untuk membawa anaknya
imunisasi sesuai jadwal imunisasi yang dibutuhkan.

12 Saudara selalu mengingatkan ibu untuk membawa anaknya


imunisasi sesuai jadwal imunisasi yang dibutuhkan
11 Suami selalu melibatkan ibu dalam mengambil keputusan
untuk melaksanakan imunisasi dasar pada anaknya
14 Suami selalu memberikan perhatian ketika anaknya sakit
setelah mendapatkan imunisasi
15 Saudara selalu memberikan perhatian ketika anaknya sakit
setelah mendapatkan imunisasi

53
Lampiran

LEMBARAN KONSULTASI PROPOSAL

NAMA : ARMAYANTI

NIM : 211015201165

JUDUL PROPOSAL : Hubungan Kecemasan ibu dan Dukungan Keluarga dengan

Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita 12-24 Bulan

Pascapandemi Covid-19 di Puskesmas Kampung Guci Kabupaten

Padang Pariaman

PEMBIMBING I : Rahmatul Ulya, S.ST, M.Keb

Paraf
No Hari / Tanggal Pokok Bahasan Hasil Konsultasi
Pembimbing

54
Lampiran

LEMBARAN KONSULTASI PROPOSAL

NAMA : ARMAYANTI

NIM : 211015201165

JUDUL PROPOSAL : Hubungan Kecemasan ibu dan Dukungan Keluarga dengan

Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita 12-24 Bulan

Pascapandemi Covid-19 di Puskesmas Kampung Guci Kabupaten

Padang Pariaman

PEMBIMBING II : Ns. Dini Qurrata Ayuni, SKM, M.Kep

Paraf
No Hari / Tanggal Pokok Bahasan Hasil Konsultasi
Pembimbing

55

Anda mungkin juga menyukai