Anda di halaman 1dari 44

PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA


DENGAN KEJADIAN BRONKOPNEUMONIA PADA BALITA
DI RUANG ANAK RSUD LUBUK BASUNG

Penelitian Keperawatan Anak

Oleh:

YESI SUPARLINA
NIM. 210101090

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PIALA SAKTI PARIAMAN

TAHUN 2023
LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA


DENGAN KEJADIAN BRONKOPNEUMONIA PADA BALITA
DI RUANG ANAK RSUD LUBUK BASUNG

Proposal ini disetujui untuk diajukan dihadapan siding penguji proposal skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Piala Sakti Pariaman

Pariaman, 2023

Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

(Ns. Setiadi Syarli, M.Kep) (H. Syahrul, SKM.,M.Kes)

Mengetahui :

Ketua Ka.Prodi S.1 Keperawatan


STIKes Piala Sakti Pariaman STIKes Piala Sakti Pariaman

(H. Syahrul, SKM.,M.Kes) (Ns. Larasuci Arini, S.Kep.,M.Kep)

i
LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DENGAN


KEJADIAN BRONKOPNEUMONIA PADA BALITA
DI RUANG ANAK RSUD LUBUK BASUNG

Proposal ini telah disetujui dan dipertahankan di hadapan siding penguji proposal skripsi
untuk diajukan dihadapan siding penguji proposal skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Piala Sakti Pariaman

Pariaman, 2023

Tim Penguji

No Nama Jabatan Tanda Tangan

1 Ns. Setiadi Syarli, M.Kep Pembimbing I

2 H. Syahrul, SKM.,M.Kes Pembimbing II

3 Ns. Larasuci Arini, M.Kep Penguji I

4 Ns. Linda Andriani, M.Kep Penguji II

ii
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya kepada penulis hingga dapat menyelesaikan proposal skripsi yang

berjudul “HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA

DENGAN KEJADIAN BRONKOPNEUMONIA PADA BALITA DI RUANG

ANAK RSUD LUBUK BASUNG”. Penelitian ini sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

(STIKes) Piala Sakti Pariaman.

Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Ns. Setiadi Syarli, M.Kep

dan bapak H. Syahrul, SKM.,M.Kes yang telah membimbing penulis dengan

telaten dan penuh kesabaran hingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini..

Selain itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak H. Syahrul, SKM.,M.Kes selaku ketua STIKes Piala Sakti Pariaman

2. Ibu Ns. Larasuci Arini, S.Kep.,M.Kep selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan STIKes Piala Sakti Pariaman

3. Dewan Penguji yang telah memberikan kritik beserta saran demi kebaikan proposal

ini.

4. Seluruh Staf dan Dosen STIKes Piala Sakti Pariaman yang telah memberikan

berbagai ilmu pengetahuan kepada peneliti selama perkuliahan

5. Orang tua dan Keluarga yang selama ini memberikan dukungan maksimal dan do’a

tulus kepada penulis dalam seluruh tahapan proses penyusunan proposal ini.

iii
6. Keluarga besar STIKes Piala Sakti Pariaman dalam kekompakan, semangat, dan

dan kebersamaan yang diberikan kepada penulis dalam penulisan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Maka saran dan

kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat di harapkan demi penyempurnaan ini.

Pariaman, 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 6
2.1 Bronkopneumonia ............................................................................................... 6
2.2 Kebiasaan Merokok .......................................................................................... 14
4.3 Konsep Balita .................................................................................................... 19
BAB III KERANGKA KONSEP ......................................................................... 23
3.1 Kerangka Teoritis.............................................................................................. 23
3.2 Kerangka Konsep .............................................................................................. 25
3.3 Hipotesis Penelitian .......................................................................................... 25
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 26
4.1 Jenis Penelitian........................................................................................................ 26
4.2 Populasi dan Sampel ............................................................................................... 26
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................................. 27
4.4 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ........................................................ 27
4.5. Instrumen Penelitian .............................................................................................. 28
4.6 Etika Penelitian ....................................................................................................... 28
4.7 Langkah-Langkah Pengumpulan Data .................................................................... 29
4.8 Teknik Pengolahan Data ......................................................................................... 30
4.9 Analisa Data ............................................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 32

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Angka kesakitan bayi dan balita merupakan suatu indikaor untuk

menentukan status kesehatan bangsa. Salah satu masalah kesehatan yang

menjadi penyebab utama kematian terbanyak pada kelompok anak balita (12-

59 bulan) adalah pneumonia sebesar 9,4%. Satu dari enam kematian anak–anak

disebabkan oleh pneumonia, setelahnya kematian anak–anak yang disebabkan

oleh diare, sepsis, malaria, pertusis tetanus meningitis, Human

Immunodeficiency Virus Infection and Acquired Immune Deficiency Syndrome

(HIV/AIDS), dan campak (WHO, 2020).

Pneumonia merupakan suatu radang paru-paru yang mengenai satu atau

beberapa lobus yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur, dan juga benda

asing lainnya. Bronkopneumonia merupakan infiltrat tersebar pada kedua

belahan paru. Dimulai pada bronkiolus terminalis, yang menjadi tersumbat

oleh eksudat mukopurulen yang disebut juga “Lobular Pneumonia”

(Wulandari, 2016).

WHO menyebutkan bahwa pneumonia membunuh 740.180 anak di

bawah usia 5 tahun pada tahun 2019, terhitung 14% dari semua kematian 2

anak di bawah lima tahun tetapi 22% dari semua kematian pada anak berusia 1

hingga 5 tahun. World Health Organization menyatakan pneumonia sebagai

penyebab kematian tertinggi pada balita melebihi penyakit lainnya seperti

campak, malaria, dad aids. Kasus pneumonia banyak terjadi di negara- negara

1
2

berkembang seperti Asia Tenggara sebesar 39% dan Afrika sebesar 30%.

WHO menyebutkan Indonesia menduduki peringkat ke 8 dunia dari 15 negara

yang memiliki angka kematian balita dan anak yang diakibatkan oleh

pneumonia. Bronkopneumonia terjadi sekitar 6% pada anak yang terinfeksi

(WHO, 2020).

Bronkopneumonia balita di seluruh provinsi Indonesia yaitu

menduduki peringkat kedua sebagai penyebab kematian bayi dan anak <5

tahun (39,3%). Terdapat 2 provinsi penemuan bronkopneumonia anak dibawah

5 tahun sudah mencapai batas yaitu DKI Jakarta sebanyak 98,54% dan

Kalimantan Utara sebanyak 81,39%. Sedangkan provinsi lain masih dibawah

batas/target 80%, Jawa Barat 67,38% dan capaian terendah berada diprovinsi

Papua 0,60%. Hasil data RISKESDAS (2021) menyatakan bahwa pada tahun

2021 angka kematian akibat pneumonia pada balita sebesar 0,16%. Pada

Provinsi Sumatra Barat dengan jumlah balita sebanyak 499.694 jiwa,

ditemukan kasus pneumonia sebanyak 19.538 atau sama dengan 3,91%

(Kemenkes RI, 2021).

Penyakit bronkopneumonia adalah radang paru yang diakibatkan

bakteri, virus dan jamur yang terdapat dimana-mana sehingga dapat

menyebabkan demam, pilek, batuk, sesak napas dan ketika kekebalan bayi dan

balita rendah maka fungsi paru akan terganggu sedangkan tingkat kekebalan

bayi dan balita rendah disebabkan karena asap rokok, asap/debu didalam rumah

merusak saluran napas, ASI sedikit/hanya sebentar, gizi kurang, imunisasi

tidak lengkap, berat lahir rendah, penyakit kronik dan lainnya (Kemenkes RI,

2021).
3

Berdasarkan pernyataan diatas dapat dilihat bahwa asap rokok memiliki

pengaruh yang sangat besar terhadap kejadian bronkopneumonia pada balita.

Rokok menimbulkan kerusakan terhadap hampir seluruh organ tubuh,

termasuk otak, mata, mulut, jantung, organ reproduksi dan terutama paru. Pada

sebatang rokok yang terbakar terdapat sekitar 4000 konstituen berupa molekul

inorganik dan organik. Asap rokok yang dikeluarkan oleh seorang perokok

mengandung bahan kimia beracun. Bahan berbahaya yang terdapat di dalam

rokok, tidak hanya membahayakan perokok itu sendiri (perokok aktif), tetapi

juga dapat membahayakan orang disekitarnya (perokok pasif) (Kusumawati et

al, 2016).

Kebiasaan merokok keluarga didalam rumah berpengaruh terhadap

kejadian bronpneumonia pada balita dengan Odds Ratio (OR) sebesar 2,53%

(Erawati, 2018). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alnur

(2017) yang menyebutkan bahwa Kebiasaan merokok keluarga serumah,

penggunaan obat nyamuk bakar, status gizi dan kepadatan hunian merupakan

faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia di Kabupaten

Bantul. Penelitian yang dilakukan oleh Sasti (2021) juga menyatakan bahwa

terdapat 45 balita yang mengalami pneumonia dengan 20 diantaranya terpapar

asap rokok (44.4%) dan 25 lainnya tidak terpapar asap rokok (55.6%) di RSUD

Dr. Pirngadi Kota Medan.

Studi pendahuluan yang dilakkan oleh peneliti di ruang anak RSUD

Lubuk Basung terdapat 67 kasus bronkopneumonia selama bulan Oktober-

November 2022. Peneliti melakukan studi pendahuluan dan didapatkan data

bahwa 3 dari 5 balita menderita bronkopneumonia memiliki anggota keluarga


4

dengan kebiasaan merokok dalam rumah. Oleh karena hal tersebut peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian terkait “Hubungan Kebiasaan Merokok

Anggota Keluarga dengan Kejadian Bronkopneumonia pada Balita di Ruang

Anak RSUD Lubuk Basung”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang diatas maka rumusan

masalah penelitian ini adalah, “Bagaimana Hubungan Kebiasaan Merokok

Anggota Keluarga dengan Kejadian Bronkopneumonia pada Balita di Ruang

Anak RSUD Lubuk Basung”

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis

hubungan kebiasaan merokok anggota keluarga dengan kejadian

bronkopneumonia pada balita di ruang anak RSUD Lubuk Basung.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui dan menganalisis distribusi frekuensi kejadian

bronkopneumonia pada balita di ruang anak RSUD Lubuk Basung

b. Mengetahui dan menganalisis gambaran faktor risiko riwayat

bronkopneumonia pada balita di ruang anak RSUD Lubuk Basung


5

c. Mengetahui dan menganalisis hubungan kebiasaan merokok anggota

keluarga dengan kejadian bronkopneumonia pada balita di ruang anak

RSUD Lubuk Basung

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan peneliti terkait dengan

kebiasaan merokok keluarga dengan kejadian bronkopneumonia pada

balita

2. Bagi Instansi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan dan referensi

kepustakaan untuk menambah ilmu pengetahuan terutama dalam bidang

keperawatan anak khususnya terkait hubungan kebiasaan merokok

dengan kejadia bronkopneumonia pada balita

3. Bagi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi

terkait bronkopneumonia pada balita. Manfaat bagi pelayanan kesehatan

yaitu sebagai bahan masukan untuk program penanganan dan

pengendalian bronkopneumonia pada balita sehingga dapat

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terutama pada penyakit

bronkopneumonia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bronkopneumonia

1. Defisini

Bronkopenumonia merupakan radang dari saluran pernapasan yang

terjadi pada bronkus sampai dengan alveolus paru. Bronkopneumonia lebih

sering dijumpai pada anak kecil dan bayi, biasanya sering disebabkan oleh

bakteri streptokokus pneumonia dan Hemofilus influenza yang sering

ditemukan pada dua pertiga dari hasil isolasi (Hood, 2014).

Bronkopenumonia infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)

yang dapat disebabkan berbagai mikroorganisme seperti virus,jamur, dan

bakteri. Gejala penyakit bronkopneumonia seperti menggigil, demam, batuk,

mengeluarkan dan sesak napas ( Kemenkes RI, 2017).

Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mempunyai

penyebaran bercak, teratur dalam satu area atau lebih yang berlokasi didalam

bronki dan meluas ke parenkim paru (Wulandari & Erawati, 2016).

Bronkopneumonia adalah infiltrate yang tersebar pada kedua belahan paru.

Dimulai pada bronkiolus terminalis, yang menjadi tersumbat oleh eksudat

mukopurulen yang disebut juga “Lbular Pneumonia” (Ridha, 2014).

2. Etiologi

Penyebab terjadinya bronkopneumonia dapat disebabkan dari

beberapa factor. Berikut adalah penyebab bronkopneumonia antara lain:

6
7

a. Bakteri: Neumokokus, Streptokokus, Stafilokokus, Haemopilus

Influenza dan klebsiela mycoplasma pneumonia.

b. Virus: virus adena, virus parainfluenza, virus influenza.

c. Jamur/Fungi: Histoplasma, Capsutu, Koksidiodes.

d. Protozoa: Pneumokistis katini

e. Bahan Kimia: aspirasi makanan/susu/isi lambung, keracunan

hidrokarbon (minyaktanah/bensin) (Wulandari & Erawati, 2016)

Penyebab Pneumonia adalah sejumlah agen menular termasuk virus,

bakteri dan jamur. Penyebab paling umum Pneumonia bakteri pada anak-

anak adalah Streptococcus pneumoniae, sedang Haemophilus influenzae tipe

b (Hib) adalah penyebab paling umum pneumonia bakteri yang kedua.

Respiratory Syncytial Virus (RSV) adalah virus penyebab paling umum

pneumonia virus. Pada bayi terinfeksi HIV, Pneumocystis jiroveci

merupakan salah satu penyebab paling umum pneumonia bertanggung jawab

untuk setidaknya seperempat dari semua kematian pneumonia pada bayi

terinfeksi HIV (WHO, 2017).

3. Faktor yang Mempengaruhi Bronkopneumonia

Banyak faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya

bronkopneumonia pada balita yang sangat jarang disadari. Menurut Depkes

(2017), faktor-faktor ini dibagi menjadi faktor karakteristik balita, faktor ibu

dan faktor lingkungan dan sosioekonomis. Menurut penelitian Susi (2012)

faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia dibagi menjadi

5 faktor yaitu: faktor kejadian pneumonia, faktor karakteristik balita, faktor

perilaku, faktor pelayanan kesehatan dan faktor lingkungan.


8

a. Faktor kejadian pneumonia

Pada penelitian Susi (2012) mengungkapkan jumlah balita

yang mengalami pneumonia di rumah sakit 63 balita (45,7%),

sedangkan balita yang tidak mengalami pneumonia yaitu 75 balita

(54,3%). Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan dadn

penyumbang terbesar penyebab kematian anak diusia dibawah lima

tahun.

b. Faktor karakteristik balita

Menurut susi (2012) pada penelitiannya faktor karakteristik

balita meliputi : usia, jenis kelamin, BBL, riwayat pemberian ASI

eksklusif, status gizi, status imunisasi, dan vitamin A.

c. Faktor perilaku

Perilaku ibu atau anggota keluarga lainnya dapat berpengaruh

pada kejadian bronkopneumonia pada balita.

1) Kebiasaan membersihkan rumah menjadi salah satu hal penting

dalam mencegah terjadinya bronkopneumonia pada balita. Pada

penelitian Henny (2012) menyatakan bahwa kebiasaan

membersihkan rumah memiliki hubungan yang bermakna

secara statistic terhadap kejadian bronkopneumonia (

2) Kebiasaan Keluarga yang merokok.

Paparan asap rokok merupakan penyebab signifikan masalah

kesehatan pernafasan pada balita. Satu batang rokok dibakar maka


9

akan mengeluarkan sekitar 4000 bahan kimia seperti nikotin, gas

carbon monoksida, nitrogen oksida, hidrogen cianida, amonia,

acrolein, acetilen, benzoldehide, urethane, methanol, conmarin, 4-

ethyl cathecol, ortcresor peryline dan lainnya (Ditjen PPM & PL,

2014).

d. Faktor pelayanan kesehatan

Beberapa orang tua yang menganggap kejadian batuk pilek

adalah hal biasa yang terjadi pada balita, sehingga bayak yang tidak

menggunakan pelayanan kesehatan untuk memeriksakan anaknya.

Ada juga yang tidak menggunakan pelayanan kesehatan karena

berbagai faktor seperti : ekonomi, jauhnya unit pelayanan kesehatan

dari tempat tinggal dan tidak patuh kontol yang dapat menyebabkan

kekambuhan bronkopneumonia. Susi (2012) menyatakan orang tua

yang menggunakan pelayanan kesehatan 127 orang (92%) dan orang

tua yang menggunakan pelayanan kesehatan hanya 11 orang (8%).

e. Faktor lingkungan

1) Ventilasi

Ventilasi berfungsi untuk mensuplai udara bersih yang

mengandung kadar oksigen yang optimum bagi pernapasan dan

menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal

ini berarti keseimbangan oksigen dan kelembapan udara di dalam

rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan

menyebabkan kurangnya oksigen dan peningkatan perumbuhan

mikroorganisme penyebab pneumonia.


10

Berdasarkan hasil penelitian Hartati (2019) didapatkan bahwa ada

hubungan kondisi ventilasi dengan kejadian pneumonia. Balita yang tinggal

dengan rumah tidak berventilasi udara berpeluang mengalami pneumonia

2,5 kali dibanding balita yang tinggal di rumah yang memiliki ventilasi

udara.

2) Kepadatan Hunian Kamar

Bangunan yang sempit dan tidak sesuai dengan jumlah penghuninya

akan mempunyai dampak kurangnya oksigen didalam ruangan sehingga

daya tahan penghuninya menurun, kemudian cepat timbulnya penyakit

saluran pernafasan seperti ISPA dan pneumonia (Etjang, 2020).

4. Manifestasi Klinis

Menurut Ringel, 2012 tanda-gejala dari Bronkopneumonia yaitu :

a. Gejala penyakit datang mendadak namun kadang-kadang didahului oleh

infeksi saluran pernapasan atas.

b. Pertukaran udara di paru-paru tidak lancar dimana pernapasan agak

cepat dan dangkal sampai terdapat pernapasan cuping hidung.

c. Adanya bunyi napas tambahan pernafasan seperti ronchi dan wheezing.

d. Dalam waktu singkat suhu naik dengan cepat sehingga kadang- kadang

terjadi kejang.

e. Anak merasa nyeri atau sakit di daerah dada sewaktu batuk dan

bernapas.

f. Batuk disertai sputum yang kental.

g. Nafsu makan menurun


11

5. Patofisiologi

Bronkopneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang

disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing (Hidayat, 2008).

Suhu tubuh meningkat sampai 39-40°C dan dapat disertai kejang karena

demam yang sangat tinggi. Anak yang mengalami bronkopneumonia sangat

gelisah, dipsnea, pernafasan cepat, dan dangkal disertai pernapasan cuping

hidung, serta sianosis disekitar hidung dan mulut, merintih dan sianosis

(Riyadi & Sukarmin, 2019).

Bakteri yang masuk ke paru-paru menuju ke bronkioli dan alveoli

melalui saluran napas yang menimbulkan reaksi peradangan hebat dan

menghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan

interstitial (Riyadi & Sukarmin, 2019). Alveoli dan septa menjadi penuh

dengan cairan edema yang berisi eritrosit dan fibrin serta relative sedikit

leukosit sehingga kapiler alveoli 8 menjadi melebar.

Apabila proses konsolidasi tidak dapat berlangsung dengan baik

maka setelah edema dan terdapatnya eksudat pada alveolus maka membran

dari alveolus akan mengalami kerusakan. Perubahan tersebut akan

berdampak pada pada penurunan jumlah oksigen yang dibawa oleh darah.

Sehingga berakibat pada hipoksia dan kerja jantung meningkat akibat

saturasi oksigen yang menurun dan hiperkapnia. Penurunan itu yang secara

klinis menyebabkan penderita mengalami pucat sampai sianosis.


12

6. Penatalaksanaan

Penyuluhan kesehatan masyarakat dianggap sebagai upaya yang

paling penting dalam pengendalian pneumonia dan tidak dapat dipisahkan

dari kegiatan penatalaksanaan kasus dan perbaikan kesehatan lingkungan.

Sasaran dari penyuluhan kesehatan adalah ibu dan pengasuh balita sebagai

sasaran primer sedangkan sasaran sekunder adalah petugas kesehatan, kader

posyandu, pengambil keputusan, perencana, pengelola program serta sektor

lain yang terkait. Tujuan dari promosi kesehatan adalah mengupayakan agar

masyarakat mengambil perilaku sehingga sesuai dengan syarat- syarat

kesehatan.

Upaya penatalaksanaan bronkopneumonia dilakukan dengan upaya

pengobatan sedini mungkin. Upaya penatalaksanaan dibedakan atas sesuai

klasifikasi pneumonia yaitu (Widoyono, 2008):

1) Untuk kelompok umur < 2 bulan, pengobatannya meliputi :

a. Pneumonia Berat: kirim segera ke sarana rujukan dan berikan

antibiotik satu dosis.

b. Bukan Pneumonia: nasihati ibu tentang cara perawatan di rumah

seperti jaga agar bayi tidak kedinginan, teruskan memberian ASI

dan berikan ASI lebih sering, dan bersihkan hidung bila tersumbat.

Anjurkan ibu untuk kembali kontrol bila keadaan bayi memburuk,

nafas menjadi cepat, bayi sulit bernafas dan minum.

2) Untuk kelompok umur 2 bulan sampai < 5 tahun, pengobatannya

meliputi :
13

a. Pneumonia Berat: rujuk segera ke sarana kesehatan, berikan

antibiotik satu dosis bila jarak sarana kesehatan jauh, obati bila

demam dan bila ada wheezing.

b. Pneumonia: nasehati ibu untuk melakukan perawatan di rumah,

beri antibiotik selama 5 hari dan anjurkan ibu untuk kontrol setelah

2 hari atau lebih cepat jika keadaan anak memburuk. Berikan

pengobatan bila demam dan bila ada wheezing.

c. Bukan Pneumonia: jika batuk berlangsung selama 30 hari, rujuk

untuk pemeriksaan lanjutan, obati penyakit lain bila ada, nasehati

ibu untuk melakukan perawatan di rumah dan obati bila demam

dan bila ada wheezing. Dapat dilihat pada table 1.1 sebagai berikut

(Rizanda, 2006):

Tabel 2.1 Kriteria WHO terhadap Pengobatan pada Usia 2 Bulan Sampai 5 Tahun
yang Memiliki Batuk atau Kesukaran Bernafas Sesuai dengan Klasifikasi Klinis
Penderita

No Kriteria Pneumonia Gejala klinis dan pengobatannya


1 Bukan pneumonia Tidak ada sesak nafas, tidak ada tarikan
dinding dada. Tidak diberikan antibiotik.
2 Pneumonia Nafas cepat, tidak ada tarikan dinding dada.
Pengobatan di rumah dengan pemberian
antibiotik kotrimoxal atau amoksisilin
3 Pneumonia Berat Nafas cepat, tarikan dinding dada, tidak ada
sianosis, masih mampu makan/minum.
Dirujuk ke rumah sakit.
4 Pneumonia Sangat Berat Nafas cepat, tarikan dinding dada, ada
sianosis, tidak mampu makan/minum,
kejang, sukar dibangunkan, stidor sewaktu
tenang, gizi buruk. Dirujuk ke rumah sakit
14

2.2 Kebiasaan Merokok

1. Definisi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) rokok ialah

gulungan tembakau yang ukurannya + sebesar kelingking yang bisa

dibungkus dengan daun nipah atau kertas. Merokok merupakan sebuah

aktivitas menempatkan rokok di mulut, membakar, kemudian menghisap

asap yang dihasilkannya hingga menuju ke paru.1Perokok adalah

seseorang yang suka merokok, jenis perokok terbagi dua yaitu perokok

aktif dan perokok pasif. disebut perokok aktif bila orang tersebut

melakukan aktivitas merokok secara aktif, dan disebut perokok pasif bila

orang tersebut hanya menerima asap rokok dari orang lain, bukan

melakukan aktivitas merokok sendiri.

Bahan utama rokok adalah tembakau, dimana tembakau

mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen dan setidaknya 200

diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada tembakau adalah

tar, nikotin dan CO. Selain itu, dalam sebatang tembakau juga mengandung

bahan-bahan kimia lain yang sangat beracun. Tar adalah sejenis cairan

kental berwarna cokelat tua atau hitam yang merupakan subtansi

hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru. Nikotin adalah

suatu zat yang memiliki efek adiktif dan psikoaktif sehingga perokok akan

merasakan kenikmatan, kecemasan berkurang toleransi dan keterikatan.

Karbon Monoksida (CO) adalah unsur yang dihasilkan oleh

pembakaran tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Selain itu

juga terdapat zat-zat lain seperti Kadmium, Amoniak, Asam Sianida


15

(HCN), Nitrous Oxside, Formaldehid, Fenol, Asetol, Asam Sulfida (H2S),

Piridin, Metil Klorida, Metanol, Polycyclik Aromatic Hydrocarbons (PAH)

dan Volatik Nitrosamine. Dengan berkembangnya zaman, sudah dijumpai

adanya bentuk rokok elektrik atau yang dikenal dengan vape atau tembakau

tanpa asap dengan dampak kesehatan yang ditimbulkan sama dengan rokok

tradisional.

2. Faktor yang Mempengaruhi untuk Merokok

Menurut Putri (2019), mengungkapkan bahwa faktor yang

mempengaruhi perilaku merokok yaitu:

a. Faktor Psikologis

Individu merokok untuk mendapatkan kesenangan,

kenyamanan, merasa lepas dari kegelisahan dan juga untuk

mendapatkan rasa percaya diri. Oleh karena itu individu perokok yang

bergaul dengan perokok lebih sulit untuk berhenti merokok, daripada

perokok yang bergaul atau lingkungan sosialnya menolak perilaku

merokok.

b. Faktor Biologis

Banyak penelitian yang menyatakan bahwa semakin tinggi

kadar nikotin dalam darah, maka semakin besar pula ketergantungan

seorang terhadap rokok

c. Faktor Genetik

Beberapa studi menyebut faktor genetik sebagai penentu

dalam timbulnya perilaku merokok dan bahwa kecenderungan

menderita kanker, serta tendensi untuk merokok adalah faktor yang


16

diwarisi bersama-sama. Studi menggunakan pasangan kembar

membuktikan adanya pengaruh genetik, karena kembar identik,

walaupun dibesarkan terpisah, akan memiliki pola kebiasaan

merokok yang sama bila dibandingkan dengan kembar non-identik

d. Faktor Kepribadian (personality)

Banyak peneliti mencoba menetapkan tipe kepribadian

perokok. Perokok biasanya memiliki prestasi akademik kurang,

tanpa minat belajar dan kurang patuh pada otoritas. Dibandingkan

dengan yang tidak merokok, perokok lebih impulsif, haus sensasi,

gemar menempuh bahaya dan risiko dan berani melawan penguasa.

e. Faktor Sensorimotorik

Buat sebagian perokok, kegiatan merokok itu sendirilah

yang membentuk kebiasaan tersebut, bukan efek psikososial atau

farmakologiknya.

f. Faktor Farmakologis

Nikotin mencapai otak dalam waktu singkat, mungkin pada

menit pertama sejak dihisap. Cara kerja bahan ini sangat kompleks.

Pada dosis sama dengan yang di dalam rokok, bahan ini dapat

menimbulkan stimulasi dan rangsangan di satu sisi tetapi juga

relaksasi di sisi lainnya. Dalam pengertian ini nikotin berfungsi

untuk menjaga keseimbangan mood dalam situasi stress

3. Dampak Merokok Bagi Kesehatan

Rokok memiliki kandungan kimia berupa persenyawaan nitrogen

(nikotin, protein), senyawa karbohidrat, resin dan minya atsiri, asam


17

organik, dan zat warna. Nikotin di dalam rokok merupakan senyawa yang

terkandung di dalam daun tembakau, semakin tinggi kadar nikotin rasa

isapnya semakin berat dan begitu pula sebaliknya. Jumlah komponen kimia

pada asap rokok yang diidentifikasi mencapai 4.800 macam. Komponen-

komponen yang terkandung di dalam rokok berbahaya bagi kesehatan

seperti senyawa alkaloid, TSNA, sisa pembakaran, Residu pupuk dan

pestisida, dan materi lain selain tembakau.

Dampak rokok terhadap kesehatan juga melalui jalur imunologis

seperti respon imun yang dimediasi oleh selular. Asap rokok dapat

menyebabkan inflamasi dan merupakan karsinogenik. Asap rokok yang

mengandung hidrokarbon, aldehid, asam, ammonia dan komponen lain

akan menyebabnya iritasi lokal pada epitel saluran pernapasan sehingga

lambat laun menyebabkan kematian sel dan peningkatan neutrofil pada

lokasi inflamasi.

Dampak lain dari asap rokok adalah terganggunya respon

pembersihan mukosiliar sehingga lebih sulit untuk mengeluarkan debris

maupun patogen dari saluran napas dan lebih tinggi terjadinya risiko

infeksi. Komponen asap rokok yang juga karsinogenik terjadi akibat mutasi

gen onkogen dan kerusakan kromosom dan sinyal pertumbuhan menjadi

meningkat. Sehingga, selain berisiko terkena infeksi saluran pernapasan,

asap rokok juga dapat menyebabkan penyakit PPOK dan kanker paru.

Diketahui perokok memiliki hitung jenis leukosit yang lebih tinggi

sekitar 30% bila dibandingkan dengan non-perokok yang diduga

disebabkan dari kandungan nikotin di dalam rokok. Sitokin proinflamasi


18

juga dilepaskan oleh makrofag alveolar seperti TNF-α, interleukin-1,

interleukin-8, dan sitokin lain diduga berhubungan dengan munculnya

respon radang pada paru perokok. Beberapa penelitian menyatakan bahwa

nikotin merupakan komponen imunosupresif bagi perokoknya. Dampak

rokok terhadap kesehatan berlaku baik untuk perokok aktif & perokok

pasif.

4. Upaya Pencegahan Merokok Secara Teoritis

Upaya pencegahan merokok terdiri atas pencegahan primodial,

pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier.

a. Pencegahan primodial

Pencegahan primodial adalah upaya pencegahan yang

dilakukan dengan memelihara atau mempertahankan kebiasaan

atau perilaku hidup yang sudah ada dalam masyarakat yang

dapat mencegah risiko terhadap penyakit. Pencegahan ini

melalui gerakan anti rokok untuk mengurangi dampak merokok

bagi kesehatan.

b. Pencegahan primer

Pencegahan primer adalah pencegahan yang dilakukan

melalui promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan.

Pencegahan ini dapat ditempuh melalui promosi kesehatan dan

pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok dan penerapan

kebijaksanaan tentang rokok, seperti diberlakukannya area

bebas rokok, larangan iklan dalam promosi rokok, dan label

bahaya rokok.
19

c. Pencegahan sekunder

Pencegahan yang dilakukan untuk mendeteksi adanya

penyakit dan komplikasinya. Meningkatkan kesadaran seorang

perokok tentang penyakit yang ditimbulkan akibat rokok seperti

kanker paru dan serangan jantung.

d. Pecegahan tersier

Pencegahan tersier bertujuan untuk mencegah komplikasi

dan kematian pada seseorang yang sudah menderita penyakit

sebagai dampak dari merokok. Apabila sudah terkena penyakit

yang disebabkan oleh rokok lakukan pengobatan maksimal dan

teratur dengan berobat ke dokter atau fasilitas pelayanan

kesehatan, serta konsumsi obat yang diberikan secara teratur.

4.3 Konsep Balita

1. Definisi

Bayi dan anak kecil dibawah usia 5 tahun memang akan lebih lebih rentan

terhadap penyakit bronkopneumonia, karena respon imunitas mereka masih

belum berkembang dengan baik. Balita merupakan bayi yang rentang

usianya di hitung dari sejak lahir sampai batas lima tahun. Balita adalah

kelompok anak yang berada pada rentang usia 0-5 tahun (Andriani dan

Wirjatmadi, 2012). Balita adalah masa anak mulai berjalan dan merupakan

masa yang paling hebat dalam tumbuh kembang, yaitu pada usia 1 sampai

5 tahun. Masa ini merupakan masa yang penting terhadap perkembangan

kepandaian dan pertumbuhan intelektual (Mitayani, 2010).


20

Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh

kembang seorang anak, dikarekan proses tumbuh kembang adalah proses

yang sangat pesat. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan faktor

keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak dimasa mendatang.

Menurut peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia noomor 66 tahun

2014 menyatakan bahwa balita ialah anak umur 12 bulan sampai dengan 59

buulan.

2. Tumbuh Kembang Balita

Menurut soetjiningsih (2012) menyatakan bahwa tumbuh kembang

merupakan suatu proses berkelanjutan dari konsepsi sampai dewasa yang

dipengaruhi oleh faktor genetic dan lingkungan. Pertumbuhan paling cepat

terjadi pada masa janin, 0-1 tahun, dan pada masa pubertas sedangkan

tumbuh kembang paling mudah diamati pada massa balita. Pada setiap anak

mempunyai pola perkembangan yang sama, tetapi kecepatannya berbeda.

a. Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah perubahan pada fisik seseorang yang di tandai

dengan bertambahnya ukuran berbagai organ tubuh karena

bertambahnya sel-sel dalam tubuh. Bertambahan bias diukur dengan

dengan berat badan tinggi badan, umur tulang, dan keseimbangan

metabolisme (Marimbi, 2010).

Berat badan merupakan salah satu ukuran pada atropometri yang

paling penting dan paling sering digunakan (Supariasa, 2012).

Aritonang (2013) menjelaskan bahwa berat badan merupakan gambaran

dari masa tubuh. Masa tubuh sangat peka dalam waktu yang singkat.
21

Perubahan tersebut secara langsung tergantung oleh adanya penyakit

infeksi dan nafsu makan.

b. Perkembangan

Menurut supriasa (2012) perkembangan adalah suatu proses

bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan.

Balita yang sehat akan berkembang sesuai pertumbuhannya.

Perkembangan menyangkut adanya proses pembelahan sel-sel, jaringan,

organ dan sistem organ yang pada tubuh yang berkembang sedemikian

rupa, sehingga dapat memenuhi fungsinya masing masing

perkembangan tersebut melipu emosi, intelektual, dan tongkah laku.

3. Status Kesehatan Balita

Menurut teori Hendrik L. Blum dalam Notoatmodjo (2007), status

kesehatan dipengaruhi secara simultan oleh empat faktor penentu yang

saling berinteraksi satu sama lain. Keempat faktor tersebut adalah

lingkungan, perilaku, keturunan dan pelayanan kesehatan. Keempat faktor

risiko yang memengaruhi kejadian pneumonia pada balita adalah:

a. Keturunan

Faktor yang sulit untuk diintervensi karena bersifat bawaan dari orang

tua.

b. Pelayanan Kesehatan

Menurut Hatta (2001), jarak ke fasilitas pelayanan kesehatan

mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian pneumonia

balita. Dikatakan bahwa bayi yang dekat dengan sarana kesehatan


22

mempunyai efek perlindungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

bayi yang jauh dari sarana kesehatan.

c. Perilaku

Faktor perilaku yang meliputi pola asuh ibu dan kebiasaan merokok

menjadi faktor resiko kejadian pneumonia pada balita.

d. Lingkungan

Dalam penelitian ini yang berperan sebagai faktor lingkungan meliputi

ventilasi dan kepadatan hunian kamar


BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Teoritis

Bronkopnemonia disebut juga pneumonia loburalis dan dinyatakan

dengan adanya daerah infeksi yang berbercak dengan adanya daerah infeksi

sekitar 3-4 cm yang mengelilingi dan melibatkan bronkus (Fadhila, 2013).

Bronkopneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

(alveoli) yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus,

jamur dan bakteri. Gejala penyakit pneumonia yaitu menggigil, demam, sakit

kepala, batuk, mengeluarkan dahak, dan sesak napas (Depkes, 2017).

Bronkopneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan dan

penyumbang terbesar penyebab kematian anak usia di bawah lima tahun (anak-

balita). Pneumonia membunuh anak lebih banyak daripada penyakit lain

apapun, mencakup hampir 1 dari 5 kematian anak-balita, membunuh lebih dari

2 juta anak-balita setiap tahun yang sebagian besar terjadi di negara

berkembang. Di Negara berkembang pneumonia merupakan penyakit yang

terabaikan (the neglegted disease) atau penyakit yang terlupakan (the forgotten

disease) karena begitu banyak anak yang meninggal karena pneumonia namun

sangat sedikit perhatian yang diberikan kepada masalah pneumonia.

Secara umum faktor risiko terjadinya Pneumonia yaitu faktor

lingkungan fisik, faktor host/ pejamu, faktor agent serta faktor lingkungan

sosial. Faktor agent yaitu bakteri penyebab pneumonia yaitu streptococcus

pneumonia, hemophilus influenza, dan staphylococcus aureus. Faktor

23
24

lingkungan fisik meliputi , luas ventilasi rumah, pencahayaan rumah, serta jenis

lantai dan dinding rumah. Faktor host meliputi umur, jenis kelamin, status gizi,

defisit vitamin A dan zink, dan status imunisasi, tidak ASI Eksklusif.

Sedangkan faktor lingkungan sosial meliputi pekerjaan orang tua, pendidikan

ibu, derajat kesehatan yang rendah serta perilaku merokok anggota keluarga

(Kemenkes RI, 2017)

Faktor Risiko
Bronkopneumonia

Faktor Individu balita:


Faktor Lingkungan:
Status nutrisi, status
Luas ventilasi Faktor Perilaku:
imunisasi, riwayat
rumah, pencahayaan,
pemberian ASI Kebiasaan merokok
tipe lantai rumah,
ekslusif, riwayat anggota keluarga.
kepadatan hunian.
BBLR, usia balita
(Asmidar, 2018) (Kemenkes RI, 2017))

Anggota keluarga
merokok dirumah

Menghasilkan zat-
zat berbahaya (CO)

Balita terpapar asap


rokok

Bakteri masuk dan


menginfeksi parenkim paru
balita
Pneumonia pada
balita
25

3.2 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Kebiasaan Merokok di Pneumonia pada


rumah Balita

3.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan pernyataan sementara yang perlu diuji kebenarannya

(Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini hipotesis dapat dirumuskan

sebagai:

Ha : terdapat hubungan kebiasaan merokok anggota keluarga dengan

kejadian bronkopneumonia pada balita di ruang anak RSUD Lubuk Basung


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode deskriptif

retrospektif. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan utama membuat

gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif dengan

melihat ke belakang (Sugyono, 2019). Metode penelitian ini digunakan

untuk melihat hubungan antara kebiasaan merokok anggota keluarga

dengan kejadian bronkopneumonia pada balita.

4.2 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari subjek penelitian atau objek yang

diteliti yang memenuhi karakteristik yang ditentukan (Notoatmodjo,

2012). Populasi pada penelitian ini adalah balita dengan

bronkopneumonia yang dirawat di ruang perinatologi RSUD Lubuk

Basung.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili

atau representatif populasi (Notoatmodjo, 2012). Sampel dalam

penelitian ini adalah balita dengan bronkopneumonia yang dirawat di

ruangan anak RSUD Lubuk Basung. Metode sampling yang digunakan

pada penelitian ini adalah total sampling. Total sampling adalah teknik

pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi

26
27

(Sugiyono, 2017). Rata-rata pasien balita dengan bronkopneumonia

berjumlah 30 orang tiap bulannya di ruangan anak RSUD Lubuk Basung

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Ruang Anak RSUD Lubuk Basung pada

bulan Februari 2023.

4.4 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan defenisi dari variabel-variabel yang akan

diteliti secara operasional di lapangan. Defenisi operasional bermanfaat

kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang akan

diteliti serta untuk pengembangan instrumen (Saryono, 2013).

Tabel 4.2 Defenisi operasional

Cara
Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Variabel Independen
Kebiasaan Kebiasaan orang tua Kuesioner Wawan 1 : Merokok Ordinal
merokok menghisap rokok dan rekam cara 2: tidak merokok
anggota lebih dari sekali medis
keluarga sehari dirumah tanpa
memperhatikan balita
yang menyebabkan
balita terpapar dengan
asap rokok.
Variabel Dependen
Kejadian Infeksi akut saluran Rekam Observ 1= ya, jika anak Nominal
bronkopneumon pernapasan bagian medis asi balita
ia pada balita bawah. Yang pasien dinyatakan
ditetapkan oleh menderita
dokter rumah sakit pneumonia oleh
dan merupakan dokter
radang dari saluran 2 = tidak, jika
pernapasan yang anak balita
terjadi pada bronkus dinyatakan tidak
sampai dengan menderita
alveolus paru pneumonia oleh
dokter
28

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data (Donsu,2016). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner yang terdiri dari data demografi, kuesioner kebiasaan merokok

dan rekam medis pasien. Kebiasaan merokok di dalam rumah diukur dengan

menggunakan kuesioner yang terdiri dari 5 pertanyaan tertutup dengan

pilihan jawaban ya dan tidak. Responden penelitian ini adalah anggota

keluarga yang tinggal satu rumah dengan anak usia 1-5 tahun (Asmidar,

Winda, 2018)

4.6 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ada beberapa prinsip menurut

Notoatmodjo (2012) :

1. Menghormati harkat dan martabat

Prinsip ini menghormati setiap individu memiliki otonomi dan hak

membuat keputusan secara sadar dan dipahami dengan baik. Peneliti

akan menjamin bahwa responden yang memberikan data tidak akan

merugi

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian

Setiap orang memiliki hak dalam memberikan informasi dan berhak

untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain

oleh karena itu peneliti akan menjaga kerahasiaan responden denagn

tidak menampilkan identitas responden.

3. Keadilan dan inklusivitas / keterbukaan


29

Seseorang berhak untuk dipilih dan terlibat dalam penelitian tanpa

deskriminasi serta mendapat penanganan yang sama. Peneliti

berusaha tidak mebeda-bedakan subjek dalam penlitian

4. Memperperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

Responden berhak mendapatkan perlindungan dari

ketidaknyamanan dan kerugian, karena itu peneliti berusaha

mengurangi kerugian dalam suatu penelitian.

4.7 Langkah-Langkah Pengumpulan Data

1. Jenis Data yang Dikumpulkan

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah menggunakan kuesioner. Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, yaitu :

1. Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden

dengan pengisian kuesioner

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung

yang peneliti peroleh dari bahan instansi terkait. Contohnya dari

jurnal penelitian terdahulu, Pusdatin Kemenkes RI, data rekam

medis pasien ruangan anak RSUD Lubuk Basung

Adapun langkah-langkah pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Mendapat izin dari Direktur RSUD Lubuk Basung

2. Setelah mendapatkan surat izin penelitian, peneliti menetukan

jumlah responden sesuai kriteria


30

3. Selanjutnya setelah mendapatkan responden, peneliti

menjelaskan maksud penelitian kepada responden dan

memberikan inform consent

4. Setelah responden mengisi inform consent selanjutnya peneliti

memberikan lembar kuesioner untuk responden

4.8 Teknik Pengolahan Data

Data yang terkumpul dari hasil pengumpulan data diolah dengan langkah-

langkah sebagai berikut (Saryono, 2013):

a) Menyunting data (editing)

Menyunting adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan

oleh para pengumpul data.

b) Mengkode data (coding)

Setelah dilakukan editing, data diubah dalam bentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan.

c) Memasukkan data (entry)

Data yang telah diberi kode tadi dimasukkan ke dalam program

komputerisasi

d) Menghitung Data (tabulating)

Langkah selanjutnya peneliti melakukan penghitungan data dan

memasukkannya kedlaam tabel frekuensi dan presentase.

e) Pembersihan data (cleaning)

Semua data yang telah selesai dimasukkan kembali, dilakukan

pengecekan kembali agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan atau

ketidaklengkapan.
31

4.9 Analisa Data

1. Analisia Univariat

Analisis univariat merupakan analisis terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian untuk menghasilkan distribusi frekunsi dan persentase dari tiap

variabel. Variabel yang merupakan data numerik dianalisis

menggunakan nilai rata-rata hitung yang mencakup mean, median,

modus, dan standar deviasi, seperti data demografi, data kebiasaan

merokok dan data kejadian bronkopneumonia pada balita. Sedangkan

untuk variabel yang merupakan data kategorik dianalisis menggunakan

distribusi frekuensi dengan ukuran persentase atau proporsi (Dahlan,

2010).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang memperlihatkan hubungan antara

variabel dependen dengan variabel independen. Analisis bivariat antara

variabel kategorik pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

uji statistik Chi-Square dengan bantuan SPSS dengan derajat

kepercayaan 95%. Jika p value <0,05 berarti ada hubungan yang

bermakna antara variabel dependen dan independen. Jika p value > 0,05

berarti tidak ada hubungan bermakna antara variabel dependen dan

independen. Pada penelitian ini akan dilakukan uji Chi-Square untuk

melihat hubungan kebiasaan merokok anggota keluarga dengan

kejadian broncopneumonia pada balita.


DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, R. & Duarsa, A. B. S., .(2019). Faktor-Faktor Yang Berpengaruh

Terhadap Kejadian Pneumonia Pada Balita di Puskesmas Susunan Kota

Bandar Lampung Tahun 2012. Jurnal Kedokteran YARSI, pp. 50-68.

Alnur, Rony. (2017).Kebiasaan Merokok Keluarga Serumah Dan Kejadian

Pneumonia Pada Balita di Bantul. Berita Kedokteran Masyarakat

Asmida, Winda. (2018). Hubungan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Di

Dalam Rumah Dengan Kejadian Ispa Pada Anak Usia 1-5 Tahun Di

Puskesmas Asinua Kabupaten Konawe Tahun 2018. Skripsi. Politeknik

Kesehatan Kendari

Donsu, Jenita Doli. 2016. Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta :

Pustaka Baru

Erawati, Yuka . (2018).Hubungan Kebiasaan Merokok Keluarga Dengan Riwayat

Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Merdeka Palembang

Sumatera Selatan. Skripsi. Universitas Sriwijaya

Kementerian Kesehatan RI (2017). Pneumonia pada Anak . Jakarta : Kementerian

Kesehatan RI

Kementerian Kesehatan RI (2021). Profil Kesehatan Indonesia . Jakarta :

Kementerian Kesehatan RI ISBN 978-623-301-218-8

Kusumawati, et.al. (2016). Hubungan Faktor Lingkungan Sosial dengan Perilaku

Merokok Siswa Laki-Laki di SMA X Kabupaten Kudus. Jurnal Kesehatan

Masyarakat 2016;4(3):1075–82

Notoatmodjo . 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

32
33

Putri, Ade Irma. (2019). Hubungan Kebaiasaan Merokok dalam Keluarga dengan

Kejadian Pneumonia pada Balita di Kota Sorong. Skripsi. Universitas

Sorong

Riyadi, Sujono & Sukarmin. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta-

. Graha Ilmu.

Samuel, Andy. (2014). Bronkopneumonia On Pediatric Patient. Jurnal Agromed

Unila Volume 1 Nomor 2 September 2014

Sasti, Lutfiyuni (2021). Hubungan Merokok Orang Tua Dengan Kejadian

Pneumonia Pada Balita Di Rsud Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2018-

2019. Skripsi. Universitas Binawan

Sinaga, Fransiska. (2019). Faktor Risiko Bronkopneumonia pada Usia di Bawah

Lima Tahun yang di Rawat Inap di RSUD Dr.H.Abdoel Moeloek Provinsi

Lampung Tahun 2015. JK Unila Volume 3 Nomor 1 Maret 2019

Siringo, Sarah Agnesia. (2019). Hubungan Karakteristik Balita dengan

Bronkopneumonia terhadap Kekambuhan Bronkopneumonia di Ruangan

Anak Rumah Sakit Royal Progres Jakarta Utara. Skripsi. Universitas

Binawan

Suartawan, I Putu. (2019). Bronkopneumonia Pada Anak Usia 20 Bulan. Jurnal

Kedokteran p-ISSN 2460-9749 Vol. 05 No.01 Desember 2019

Sugiyono. (2019). Metodelogi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Dan R&D.

Bandung: ALFABETA

West R. Tobacco smoking: Health impact, prevalence, correlates and interventions.

Psychol Heal [Internet]. 2017;32(8):1018–36. Available from:

https://doi.org/10.1080/08870446.2017.1325890.
34

WHO.(2020).Pneumonia. https://www.who.int/newsroom/factsheets/detail/

Wulandari, P. S., Suhartono & Dharminto. (2016). Hubungan Lingkungan Fisik

Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Jatisampurna Kota Bekasi. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-

Journal), 4(5), pp. 125-133.


35

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

Nama : Yesi Suparlina


NO. BP : 210101090

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA


DENGAN KEJADIAN BRONKOPNEUMONIA PADA BALITA
DI RUANG ANAK RSUD LUBUK BASUNG

No Kegiatan Desember Januari Februari Maret

1 Pengajuan judul
penelitian
2 Acc judul penelitian
3 Penyusunan
proposal penelitian
4 Persiapan seminar
ujian proposal
5 Seminar ujian
proposal
6 Perbaikan proposal
penelitian
7 Pelaksanaan
penelitian
8 Pengolahan data
dan analisa data
9 Penyusunan hasil
penelitian
36

Lampiran 2. Lembar Permohonan Menjadi Responden

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth:
Bapak/Ibu
Di tempat
Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswi Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKES Piala Sakti Pariaman:
Nama : Yesi Suparlina
NO. BP : 210101090
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Kebiasaan
Merokok Anggota Keluarga dengan Kejadian Bronkopneumonia pada Balita
di Ruang Anak RSUD Lubuk Basung”.
Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian bagi responden. Kerahasiaan
semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian. Apabila Bapak/ Ibu menyetujui, maka dengan ini saya
mohon kesediaan menandatangani lembar persetujuan dan menjadi responden
terapi yang akan diteliti .
Atas perhatian dan kesediaan Bapak/ Ibu sebagai responden saya ucapkan
terimakasih.

Lubuk Basung, 2023

Peneliti
37

Lampiran 3. Lembar Inforemed Consent

FORMAT PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT

Setelah dijelaskan maksud dan tujuan peneliti, saya bersedia menjadi


responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh Yesi Suparlina Mahasiswi
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Piala Sakti “Hubungan Kebiasaan
Merokok Anggota Keluarga dengan Kejadian Bronkopneumonia pada Balita
di Ruang Anak RSUD Lubuk Basung”.
Demikianlah persetujuan ini saya tanda tangani dengan sukarela atau tanpa
paksaan dari siapapun.

Lubuk Basung, 2023


Responden

( )
38

Lampiran 4. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA
DENGAN KEJADIAN BRONKOPNEUMONIA PADA BALITA
DI RUANG ANAK RSUD LUBUK BASUNG

PETUNJUK:
Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan keadaan saudara saat ini.

Tanggal Pengisian : ……………………………………..

1. Nama (Inisial) : ……………….


2. Usia : …….. tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki

Perempuan

4. Pendidikan :
5. Pekerjaan :
6. Diagnosa Penyakit :
7. Kebiasaan Merokok

NO PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah ada anggota keluarga yang merokok?
2 Apakah ada anggota keluarga merokok di
dalam rumah?
3 Apakah anggota keluarga yang merokok di
dalam rumah setiap hari atau kadangkadang?
4 Jika anggota keluarga merokok di dalam rumah
apakah berada di sekitar anak usia 1-5 tahun?
5 Ketika anggota keluarga merokok di dalam
rumah, apakah jendela terbuka?

Anda mungkin juga menyukai