Oleh:
ARMELITA TRI K
CKR0160179
Skripsi ini Telah Diajukan Oleh Tim Penguji Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kuningan Pada Juli 2020
Mengesahkan,
Ns. Lia Mulyati., S.Kep.,M.Kep Prof.Dr.Hj.Dewi Laelatul Badriah, M.Kes, AIFO Ns. Reni Fatmawati, S.Kep
NIK.770114.200811.020 NIP. 1965.0324.1990022001 NIK.9312082014128
Mengetahui,
SKRIPSI
JUDUL
Diajukan Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah senantiasa
memberi rezeki kesehatan, kesabaran, kekuatan hati dan pemikiran dalam
menempuh ilmu sampai dipuncak kelulusan. Saya ucapkan terimakasih juga
kepada :
Teman-temanku
Hubungan Antara Kejadian Abortus dengan Tingkat Stress pada Ibu Hamil
di Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon Tahun 2020
Abortion is the end of pregnancy before the fetus weighs 500 grams or less than
200 weeks of gestation. While stress is a condition that results from
environmental changes to something that is challenging or even threatening.
This type of research is analytical with a correlational design. Total
population was 27 pregnant women who experienced abortion. Researchers used a
total sampling technique with a sample size of 30 respondents. Primary data is
through filling out questionnaires distributed via online media (google form),
while secondary data is obtained from officers of the Sunyaragi Health Center.
Statistical analysis was performed using the Rank Spearman method.
The results showed that most pregnant women had experienced abortion
(90.0%), most of them had moderate stress (43.3%). Bivariate results of abortion
with stress levels (p value 0.02).
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas
berjudul “Hubungan Antara Kejadian Abortus dengan Tingkat Stress pada Ibu
tidak lepas dari bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Maka peneliti
1. Prof. Dr. Hj. Dewi Laelatul Badriah, M. Kes, AIFO., selaku Ketua
skripsi ini.
skripsi ini.
STIKKU
5. Ns. Nanang Saprudin, S.Kep, M.Kep., selaku Ketua Program Studi
Masrupi serta semua pihak yang telah memberikan bantuan, saran, dan
motivasi.
sempurna, dari segi teknik penulisan maupun teori. Untuk itu peneliti
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL........................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................... ii
DAFTAR BAGAN...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
HIPOTESIS
1. Populasi......................................................... 42
1. Kriteria Inklusi.............................................. 42
2. Kriteria Eksklusi............................................ 43
2. Uji Reliabilitas............................................... 44
2. Analisis Data................................................... 48
1. Informed Consent.......................................... 50
2. Anonimity...................................................... 51
3. Confidentiality............................................... 51
BAB V PEMBAHASAN
1. Hasil Univariat................................................................. 40
2. Hasil Bivariat................................................................... 41
5.2 Pembahasan................................................................................. 43
6.1 Simpulan...................................................................................... 51
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
PENDAHULUAN
Angka kematian ibu dan bayi yang tertinggi di dunia adalah di Asia
dan eklampsi (20-30%) serta infeksi (20- 30%). Perdarahan pada ibu hamil
Yang termasuk dalam perdarahan hamil muda adalah abortus. Perdarahan pada
pada masa hamil muda disebut dengan keguguran atau abortus, sedangkan pada
sebagai sebab utama kematian ibu dan dapat terjadi pada masa kehamilan,
gram atau umur kehamilan kurang dari 200 minggu. Menurut World Health
Organization/ (WHO) dan VIGO dikatakan abortus jika usia kehamilan kurang
dari 20-22 minggu. abortus selama kehamilan terjadi 15-20% dengan 80%
hemoragik, infeksi dan juga kematian pada ibu yang terjadi sekitar 15%. Data
tersebut seringkali tersembunyi dibalik data kematian ibu akibat perdarahan atau
sepsis. Data lapangan menunjukkan bahwa sekitar 70% kematian ibu disebabkan
oleh perdarahan dan sekitar 60% kematian akibat perdarahan tersebut disebabkan
oleh perdarahan post partum. Sekitar 15-20% kematian ibu disebabkan oleh sepsis
kematian karena abortus mencapai 2.500 setiap tahunnya. Pada UPT Puskesmas
Sunyaragi Kota Cirebon diperoleh data sebanyak 66 ibu hamil diantaranya ibu
hamil trimester 1 yaitu 13 orang, ibu hamil trimester 2 yaitu sebanyak 23 orang
dan ibu hamil trimester 3 sebanyak 30 orang diantaranya 27 ibu haml yang pernah
Pemberian dukungan yang baik akan berguna bagi ibu bersalin dan anak
sebagai pemicu stres, Menurut Megasari et al (2015) faktor penyebab stres yaitu
faktor fisik dan psikologis, faktor fisik adalah (kehamilan pada usia tua,
kehamilan multiple, kehamilan dengan HIV dan juga kejadian abortus) sedangkan
faktor psikologis yaitu (internal dan eksternal). Beban psikologis yang ditanggung
oleh wanita hamil seperti halnya perasaan cemas selama kehamilan berlangsung
dapat menyebabkan perasaan negatif atau bertolak belakang dengan hal yang
Abortus dengan Tingkat Stress pada Ibu Hamil di Puskesmas Sunyaragi Kota
Cirebon 2020 dengan meneliti hubungan kejadian abortus dan tingkat stress:
tanggal 1 Juli 2020, diperoleh hasil data menurut Dinas Kesehatan Kota Cirebon
pada tahun 2019 terdapat ibu hamil yang mengalami kejadian abortus 137 ibu
hamil.
letaknya berada di sebelah Timur Kota Cirebon. Kondisi jalan hampir 100% baik
dan beraspal, dapat dilalui oleh kendaraan roda 2 maupun roda 4. Wilayah kerja
persalinan. Kejadian abortus ini sangat membahayakan ibu karena ibu yang
mengalami abortus dapat mengalami perdarahan yang sangat hebat dan juga dari
faktor psikisnya yaitu dapat mengalami stress yang sangat berat. Maka didapatkan
jumlah data ibu hamil di Puskesmas Sunyaragi yaitu kurang lebih 30 responden.
Hubungan Antara Kejadian Abortus dengan Tingkat Stress pada Ibu Hamil di
Abortus dengan Tingkat Stress pada Ibu Hamil di Puskesmas Sunyaragi Kota
Cirebon 2020.
Cirebon 2020.
Penelitian ini dapat dijadikan saran ilmiah kepada pendidik dan mahasiswa,
b. Bagi Peneliti
Cirebon 2020.
terkait Hubungan Antara Kejadian Abortus dengan Tingkat Stress pada Ibu
a. Bagi Responden
abortus.
Peneliti
1. Octia Karakteristik Ibu Jenis Rancangan 1. Lokasi Penelitian
Sampel menggunakan
teknik sensus
2. Agustina Faktor – faktor Jenis Rancangan 1. Lokasi Penelitian
Puskesmas Utara
Purposive Sampling
3. Puji Nur Hubungan Tingkat Rancangan 1. Lokasi penelitian
Khasanah Stress dengan Penelitian Puji dilakukan di Wilayah
Trimester 1 di 2. Teknik
Cilongok menggunakan
Banyumas
4. Andhika Stress Ibu Hamil Rancangan 1.Teknik
2. Lokasi penelitian
dilakukan di Provinsi
Jawa Tengah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Abortus
Abortus atau yang lebih sering disebut keguguran adalah kematian janin
ibu. Faktanya, 2 dari 3 abortus terjadi karena adanya kelainan pada kromosom
janin yang membuat ia tidak bisa tumbuh dan akhirnya gugur dari kandungan.
1. Definisi
sebelum 20 minggu kehamilan atau berat janin dibawah 500 gram. Definisi ini
berbeda berkaitan dengan hukum di Negara lain misalnya Inggris, abortus adalah
ovum), kehamilan dapat terhenti tetapi janin tidak keluar dan mengalami maserasi
membentuk masa yang dinamakan fetus kompresus dan fetus papiraseus (missed
abortion). Umumnya abortus terjadi spontan dan 80% abortus terjadi sebelum
2. Imunobiologi Abortus
dan infeksi. Saat ini berkembang pemikiran juga abortus dapat disebabkan oleh
ditandai: 1) lebih dari dua keguguran kehamilan dari pasangan yang sama, 2)
(karena abortus), dan 4) riwayat pertumbuhan janin terhambat (PJT). Tanda lain
yang dikenal sekarang adalah adanya tanda – tanda gangguan autoimun maupun
aloimun.
3. Diagnosis Abortus
indikasi medis.
b. Abortus Spontan
Menurut Pribadi (2009:109) Abortus spontan secara klinis dibagi
1) Abortus Iminens
ini harus dibedakan dengan bercak darah karena haid, luka servik
kompletus.
mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis. Nyeri dapat berupa
2) Abortus Insipien
semua akan menjadi abortus kompletus dan bila tersisa dapat terjadi
3) Abortus Inkompletus
4) Missed Abortion
menjadi jelas bahwa uterus bukan saja tidak bertambah besar tetapi
malah mengecil. Banyak wanita yang tidak memperlihatkan gejala
(hipofibrinogenemi).
5) Abortus Berulang
tiga kali atau lebih. Karena insidensi abortus adalah 15% diduga
keguguran kedua dapat dihitung terjadi pada 2,3% wanita dan yang
system imun.
4. Etiologi
dkk, 2013).
a. Faktor janin
terjadi pada 50-60% kasus keguguran, faktor kelainan yang paling sering
kelainan kariotip embrio. Paling sedikit 50% kejadian abortus pada trimester
b. Paritas
telah dialami seorang ibu baik lahir hidup maupun lahir mati. Lebih dari
seiring dengan usia maternal dan paternal (Pariani dkk, 2012). Anak lebih
biasanya paritas yang paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal.
maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas lebih tinggi kematian maternal.
Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetric lebih baik,
sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan
direncanakan (Andriza, 2013). Bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan paritas
c. Umur Ibu
berikutnya. Abortus meningkat sebesar 12% pada wanita usia kurang dari
20 tahun dan meningkat sebesar 26% pada usia lebih dari 40 tahun (Junita
permisif terhadap aborsi. Hal ini telah dibuktikan oleh penelitian yang
aborsi. Penduduk yang berada pada kelompok usia 30-49 tahun cenderung
lebih permisif terhadap aborsi daripada penduduk yang berada pada
kejadian abortus yaitu pada usia bawah 20 tahun dan diatas 35 tahun, kurun
waktu reproduksi sehat adalah 20-30 tahun dan keguguran dapat terjadi
pada usia muda karena pada usia muda/remaja alat reproduksi belum
matang dan belum siap untuk hamil. Kehamilan maternal pada wanita hamil
dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi
daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian
pada wanita diatas 40 tahun. Penyebab keguguran yang lain adalah kelainan
d. Jarak Kehamilan
Jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau
sampai dengan lahirnya janin dihitung dari hari pertama haid terakhir
(BKKBN, 2013). Jadi, jarak kehamilan adalah ruang sela antara kehamilan
yang lalu dengan kehamilan berikutnya. Jarak kehamilan yang baik adalah
jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekarang lebih dari 2
tahun. Bila jarak terlalu dekat, maka rahim dan kesehatan ibu belum pulih
e. Aktivitas Fisik
5. Penatalaksanaan Abortus
a. Teknik Aborsi
dipilih teknik abortus medis dibanding abortus dengan tindakan bedah. Dari
hasil penelitian tindakan medis lebih murah disbanding teknik bedah (Paul,
bawah 14 minggu.
(D&E). tindakan ini berupa dilatasi serviks lebar diikuti oleh destruksi dan
plasenta dan jaringan yang tersisa. Dilatasi dan ekstraksi (D&X) serupa
dengan D&E kecuali, pada D&X bagian janin pertama kali diekstraksi
dengan kuretase atau evakuasi/ ekstraksi tanpa rawat inap. Apabila abortus
kemampuan untuk resusitasi jantung paru yang efektif dan akses segera ke
rumah sakit.
c. Dilatator Higroskopik
Trauma akibat dilatasi mekanik dapat dikurangi dengan menggunakan
suatu alat yang secara perlahan membuka serviks, alat ini menarik air dan
diperlebar lebih lanjut dengan dilator Hegar atau Pratt sampai kuret isap
Jari keempat dan kelima tangan yang memasukkan dilator harus diletakkan
Hal ini merupakan pengamanan tambahan agar tidak terjadi perforasi uterus.
agar seluruh rongga uterus tercakup. Apabila hal ini telah dilakukan dan
tidak ada lagi jaringan yang terhisap, dilakukan kuretase tajam dengan hati –
hati apabila diperkirakan masih terdapat potongan janin atau plasenta. Kuret
tajam lebih efektif, dan bahaya yang ditimbulkannya seharusnya tidak lebih
besar daripada yang ditimbulkan oleh instrument tumpul. Perforasi uterus
jarang terjadi pada saat kuret digerakkan ke bawah, tetapi dapat terjadi saat
Pada kasus – kasus yang telah melewati usia gestasi 16 minggu, janin
forceps Sopher atau yang serupa dan instrumen destruktif lainnya. Risiko
perforasi dan laserasi uterus meningkat akibat janin yang lebih besar dan
uterus.
keterlambatan haid disebut juga sebagai ekstraksi haid, induksi haid, haid
instan, abortus traumatik, dan mini – abortus. Masalah – masalah yang dapat
timbul meliputi wanita yang bersangkutan tidak sedang hamil, zigot yang
menghilangkan prosedur sia – sia pada wanita tidak hamil yang terlambat
perdarahan adalah 8 hari dan pada 90% wanita durasinya 12 hari atau
kuret terjadi pada 0,8% kasus. Transfusi diperlukan pada 1 dari 1000
wanita.
6. Dampak Abortus
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa
dampak buruk atau resiko yang akan dihadapi seorang wanita, yaitu dampak pada
1) Kerusakan leher rahim , Hal ini terjadi karena leher rahim robek
itu infeksi juga disebabkan jika masih ada bagian janin yang
5) Resiko Kanker, Karena leher rahim yang robek dan rusak bisa
3) Depresi.
4) Trauma/ Ketakutan.
2.2 Stress
1. Tingkat Stress
a. Stres ringan
b. Stress Sedang
c. Stress Berat
penyakit fisik yang lama. Ibu hamil yang mengalami stres berat
mudah terserang rasa lelah. Stres berat pada ibu hamil juga dapat
tetapi kondisi stres dapat terjadi setiap saat selama hidup berlangsung.
a. Diri individu
1) Approach-approach Conflict
2) Avoidance-avoidance Conflict
diselesaikan.
3) Approach-avoidance Conflict
4) Keluarga
Hawari (2008) menyatakan bahwa penyebab stres pada ibu hamil terdiridari
a. Potensi stressor
persalinan.
b. Pengalaman Hidup
c. Postur Tubuh
d. Tidur
Kusmiyati (2009) :
b. Dukungan Keluarga
c. Usia Kehamilan
lebih tinggi dibandingkan ibu hamil trimester II. Karena pada trimester
d. Graviditas
e. Status Ekonomi
pada ibu hamil. Ketika mengatahui hamil berarti akan lebih banyak
f. Pendidikan
dasar.
2008).
a. Aspek Biologis
seluruh tubuh.
b. Aspek Psikologis
1) Gejala Kognisi
2) Gejala Emosi
penundaan pekerjaan.
1. Definisi
dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan terbagi dalam tiga trimester, trimester
dari minggu ke-13 hingga minggu ke-27 (selama 15 minggu) dan trimester ketiga
dari minggu ke-28 hingga minggu ke-40 (selama 13 minggu). Sehingga, pada
(Sarwono, 2014).
Tanda kehamilan yang dirasakan oleh seorang wanita terdiri dari tiga tanda,
tanda yang pertama yaitu tanda tidak pasti berupa perubahan fisiologis yang
dilihat dari keluhan atau apa yang dirasakan oleh ibu hamil. Tanda yang kedua
adalah tanda kemungkinan berupa perubahan fisiologis yang dapat diketahui dari
hasil pemeriksaan fisik pada ibu hamil. Tanda yang ketiga adalah tanda pasti
hamil berupa tanda yang menunjukkan adanya janin, yang dapat dilihat langsung
oleh tenaga medis maupun alat media (Hanni & Ummi, 2011).
Keluhan yang terjadi pada ibu hamil adalah ibu merasa sakit kepala,
rasa mual dan muntah (Morning Sickness), produksi air liur yang berlebihan
a. Ketidaknyamanan Payudara
2) Pengeluaran colostrums.
darah (vaskularasi).
Cara mengatasinya:
pengeluaran kolostrum.
incontinence).
Cara mengatasi:
Penyebab:
a) Peningkatan metabolisme
Cara Mengatasi:
Dapat terjadi sepanjang hari atau hanya pada pagi hari (morning
sickness)
Penyebab:
HCG.
Cara mengatasi mual muntah pada ibu hamil yaitu dengan cara
porsi sedikit tapi sering, istirahat dengan cara tiduran sampai gejala
Penyebab:
Cara Mengatasi:
memberikan kenyamanan.
8) Keputihan
Penyebab
a) Peningkatan pelepasan epitel vagina akibat peningkatan
Cara Mengatasi
c) Faktor Kejadian
Kejadian Abortus
Abortus
- Faktor Janin
- Paritas
- Umur Ibu
- Jarak
Kehamilan
- Aktivitas
Fisik
Jenis Abortus
d)
- e)Abortus iminens
- f)Abortus insipient Dampak Fisik
- Abortus
inkompletus
- Missed abortion
Dampak Psikis
- Abortus berulang
Tingkat Stress
BAB III
HIPOTESIS
berat janin dibawah 500 gram. Pengalaman Kejadian abortus ini dapat
lain variabel bebas yaitu Kejadian Abortus sedangkan variabel terikat yaitu
Tingkat Stress.
berikut:
Keterangan:
: Korelasi/ Penghubung
konsep mengenai fenomena yang diteliti. Maka rumusan yang masih bersifat
dalam tataran konsep teoritis belum dapat diukur. Untuk itu, sangat diperlukan
penelitian.
Ukur
Variabel Suatu Lembar Berdasark 1. 0: Tidak Nominal
berkembang mengalami
dalam abortus
kandungan
Variabel Suatu Lembar Responde 1. Stress Ringan Ordinal
beberapa
faktor
3.3 Hipotesis
Hipotesis menyatakan hubungan apa yang kita dan atau ingin kita pelajari.
kompleks.
Tingkat Stress pada Ibu Hamil di Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon 2020.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
paparan dan penyakit secara serentak pada individu dari populasi tunggal pada
1. Variabel Bebas
Kejadian Abortus.
2. Variabel Terikat
penelitian yang diukur untuk mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel
1. Populasi
kelompok subyek tersebut harus memiliki ciri – ciri atau karakeristik bersama
yang membedakannya dari kelompok subyek yang lain. Ciri tersebut dapat
meliputi, ciri lokasi, ciri individu, atau juga ciri karakter tertentu.”.
Sedangkan menurut Sugiyono (2010:73) Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang
dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan
yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota
ia merupakan bagian dari populasi tentulah ia memiliki ciri – ciri yang dimiliki
oleh populasi. Teknik pengambilan sampel ini dalam penelitian ini menggunakan
teknik total sampling dengan jumlah data 30 Ibu Hamil di Puskesmas Sunyaragi
1. Kriteria Inklusi
Menurut (Hajijah, 2012) Kriteria Inklusi adalah kriteria yang apabila
kuesioner.
2. Kriteria Eksklusi
populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel. Kriteria eksklusi dalam
pengumpulan data yang telah baku atau alat pengumpulan data yang memiliki
standard validitas dan reliabilitas. Instrumen yang valid dan reliable, akan sangat
norma validitas dan reliabilitas, juga harus memiliki nilai objektivitas dan
Jenis instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah untuk
akan diperoleh dari catatan medis responden dan untuk mengukur variabel tingkat
2. Uji Validitas
menunjukkan alat ukur (kuesioner) yang dibuat benar – benar mengukur apa yang
ingin peneliti ukur. Apabila kuesioner kuesioner yang telah dibuat sudah memiliki
yang terdapat pada kuesioner, telah mengukur variabel yang kita ukur. Uji
validitas dalam penelitian ini diukur dengan korelasi rank spearman test yaitu
Berdasarkan hasil uji validitas untuk variabel tingkat stress dikatakan valid
karena dari tabel Correlation, semuanya lebih dari nilai r-tabel yaitu 0,361 didapat
dari tabel r untuk jumlah sampel 30 dengan menggunakan taraf significan 95%.
3. Uji Reliabilitas
seberapa jauh alat ukur bisa digunakan atau diandalkan. Hal ini menunjukkan
bahwa hasil dari kuesioner tersebut bisa konsisten. Perhitungan reliabilitas harus
dengan kuesioner yang sudah divalidasi. Teknik uji reliabilitas pada penelitian ini
cukup sekali, instrument yang diuji ada 2 variabel yatu variabel kejadian abortus
menggunakan catatan medik responden dan variabel tingkat stress menggunakan
lembar kuesioner pada responden yang sama. Reliabilitas diukur dengan cara
bila korelasi positif atau signifikan, maka instrumen tersebut dapat dinyatakan
valid. Perhitungan jumlah skor dari kedua instrumen menggunakan teknik korelasi
Cronbach's
Alpha N of Items
0,903 24
Berdasarkan hasil uji reliabilitas untuk variabel tingkat stress dikatakan
reliabel karena dari tabel “Reliability Statistic” didapatkan nilai Cronbach’s Alpha
lebih dari nilai r tabel yaitu 0,361 didapat dari tabel r untuk jumlah sampel 30
Sifat data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
kepada pengumpul data (Sugiyono: 2016: 225). Sumber data primer didapatkan
melalui kegiatan wawancara dengan subjek penelitian dan dengan observasi atau
mengatakan bahwa data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau lewat
dokumen. Sumber data sekunder digunakan untuk mendukung informasi yang
didapatkan dari sumber data primer yaitu dari bahan pustaka, literatur, penelitian
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
observasi dan juga lembar kuesioner yang terdiri dari pertanyaan mengenai
tingkat stress pada ibu hamil sebagai responden. Langkah – langkah pengumpulan
data:
1. Pengolahan Data
sebagai berikut:
a. Editing
Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data dari hasil jawaban
di lapangan sehingga, bila terjadi kekurangan atau tidak sesuai dapat segera
dilengkapi.
b. Coding
tahap – tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan
data.
c. Tabulating
dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukan kedalam program atau
software computer.
e. Pembersihan Data
Apabila semua data dari setiap sumber atau data responden selessi
2. Analisis Data
terhadap setiap variable dari setiap hasil penelitian untuk menghasilkan distribusi
a. Analisis Univariat
Menurut Badriah (2019:148) analisis data dapat dilakukan secara
univariat untuk melihat tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya
hasil analisis ini menghasilkan distribusi dari persentase dari tiap variabel.
f
P= × 100 %
N
b. Analisis Bivariat
dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan satu sama lain.
Analisis ini digunakan untuk melihat hubungan dari variabel bebas, terikat,
6∑ 2
di
ρ=1− 2
n(n −1)
Keterangan:
variabel y
.
1. Nilai P P < 0,05 Terdapat korelasi
diuji
korelasi yang
bermakna antara
variabel korelasi
1. Informed Consent
2. Anonimity
responden pada lembar pengukuran dan hanya menggunakan data atau hasil
responden.
3. Confidentiality
telah dikumpulkan dari responden yang dilakukan oleh peneliti, data tersebut
hanya akan disajikan atau diberitahukan pada pihak yang terkait dalam penelitian.
data ibu hamil. Hal tersebut menarik penulis untuk menelitinya. Tahap-tahap
dalam pelaksanaan kegiatan ini rencananya akan dimulai dari tahap persiapan,
kegiatan dilakukan selama kurang lebih 2 minggu, yaitu sejak minggu pertama
bulan Juli 2020 sampai minggu ke – 2 bulan Juli 2020 yaitu dimulai pada tanggal
BAB V
“Hubungan Antara Kejadian Abortus dengan Tingkat Stress pada Ibu Hamil di
Puskesmas Sunyaragi pada bulan Juli 2020. Subyek penelitian ini adalah
responden ibu hamil sebanyak 30. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
google form yang berisi variabel - variabel yang diteliti. Kuesioner diberikan
kepada ibu hamil trimester 1 dan 2 kemudian hasilnya akan dianalisis dengan
1. Hasil Penelitian
antara kejadian abortus dengan tingkat stress pada ibu hamil di Puskesmas
Sunyaragi Kota Crebon Tahun 2020. Data penelitian diperoleh langsung dari
a. Analisis Univariat
Tahun 2020
Pernah 27 90.0
Tidak Pernah 3 10.0
Total 30 100.0
Sumber: Hasil Olah Data Penelitian (2020)
Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat diketahui bahwa terdapat 27 orang
(90.0%) ibu hamil dalam kategori pernah mengalami kejadian abortus, sedangkan
3 orang (10.0%) ibu hamil dalam kategori tidak pernah mengalami kejadian
abortus.
Berikut ini disajikan data distribusi frekuensi tingkat stress ibu hamil di
Ringan 10 33.3
Sedang 13 43.3
Berat 7 23.3
Jumlah 30 100.0
Sumber: Hasil Olah Data Penelitian (2020)
(33.3%) ibu hamil dalam kategori stress ringan, 13 orang (43.3%) ibu hamil
dalam kategori stress sedang, dan 7 orang (23.3%) ibu hamil dalam kategori stress
berat.
b. Analisis Bivariat
hipotesis antara variabel bebas (Kejadian Abortus) dan terikat (Tingkat Stress) ibu
hamil di Puskesmas Sunyaragi Tahun 2020. Analisis bivariat dalam penelitian ini
nominal.
0,023
F % F % F % F %
Pernah 7 23.3% 13 43.3% 7 23.3% 27 90.0%
Tidak 3 10% 0 0% 0 0% 3 10.0%
Pernah
Jumlah 10 33.3% 13 43.3% 7 23.3% 30 100%
Sumber Data: Hasil Olahan Data (2020)
Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat diketahui bahwa dari 27 ibu hamil yang
43,3% memiliki kategori stress sedang, dan 23,3% memiliki kategori stress berat.
Sedangkan terdapat 3 ibu hamil yang tidak pernah mengalami kejadian abortus
nilai p ini lebih kecil dari nilai a = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara kejadian abortus dengan tingkat stress pada ibu hamil di
2. Pembahasan
a. Gambaran Kejadian Abortus pada Ibu Hamil di Puskesmas Sunyaragi
Hal ini juga dapat dikaitkan dengan teori dari Kemenkes RI (2016) yang
sebelum janin mampu bertahan hidup pada usia kehamilan sebelum 20 minggu
didasarkan pada tanggal hari pertama haid normal terakhir atau berat janin kurang
dari 500 gram. Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang
terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di luar kandungan mempunyai berat badan
297 gram waktu lahir.Akan tetapi, karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan
berat badan di bawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan
sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau
kurang dari 20 minggu. Menurut Hidayanti (2009) bahwa abortus adalah keadaan
terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri diluar
uterus. Belum sanggup 12 diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400-
1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu. Menurut Amalia (2015)
kejadian abortus diduga mempunyai efek terhadap kehamilan berikutnya, baik pada
timbulnya penyulit kehamilan maupun pada hasil kehamilan itu sendiri. Wanita dengan
riwayat abortus mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya persalinan prematur,
abortus berulang, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Menurut Siti (2013) klasifikasi
keguguran buatan teraupetik dan keguguran buatan illegal serta gambaran klinik
Sunyaragi sebagian besar mengalami kejadian abortus, abortus yang dialami ibu
ini. Kejadian abortus ibu disebabkan karena jumlah usia kehamilan ibu yang
muda, jumlah paritas, ekonomi, dan jarak kehamilan. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan Tetra (2017) yang menunjukkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya abortus pada ibu hamil adalah usia, paritas
riwayat abortus, sosial ekonomi pendidikan, penyakit infeksi, alkohol, merokok, status
perkawinan, dan jarak kehamilan, Rahmani (2013) Bila jarak kelahiran dengan anak
sebelumnya kurang dari 2 tahun. Rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik.
Kehamilan dalam keadaan ini perlu di waspadai karena ada kemungkinan pertumbuhan
janin kurang baik, mengalami persalinan yang lama atau perdarahan (abortus).
Insidensi abortus meningkat pada wanita yang hamil dalam 3 bulan setelah
melahirkan. Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ahmad (2016) bahwa usia kehamilan muda atau kehamilan trimester I
besar dari responden yang mengalami abortus memiliki usia kehamilan berisiko.
abortus terjadi karena usia kehamilan ibu yang sangat beresiko terutama pada
trimester 1 dan 2, sehingga sangat rentan ibu mengalami kejadian abortus, dan
juga jarak kehamilan yang terlalu dekat. Oleh karena itu ibu harus menjarak
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa, jika ibu dapat menjarak
13 orang (43.3%) ibu hamil yang mengalami kejadian abortus dalam kategori
stress sedang.
Hasil penelitian Field, dkk (2007) mengatakan ibu hamil yang mengalami
keguguran. Ibu yang mengalami stress mungkin mengalami tekanan yang sangat
berat saat melahiran, fakor lainnya yaitu karena proses persalinan yang membuat
trauma, kurangnya dukungan pada saat kehamilan dan persalinan, perasaan belum
siap menjadi ibu misalnya karena usia terlalu muda. Menurut Prawirohardjo
(2010) pada kehamilan usia muda keadaan ibu masih labil dan belum siap
kekhawatiran dan rasa takut terhadap kandungannya saat ini. Emosi yang berubah
– ubah pada ibu hamil sangat mengkhawatirkan kejadian keguguran akan terulang
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa stress yang dialami ibu hamil
memiliki potensi besar akan kembalinya kejadian keguguran, jika ibu tidak rutin
antara kejadian abortus dengan tingkat stress pada ibu hamil di Puskesmas
Hal ini sesuai dengan teori eksistensial yang dikutip dari penelitian
ideal self dan kenyataan terlalu besar. Pasien yang mengalami depresi menyadari
perasaan tidak berdaya dan putus asa, oleh karena itu semakin tinggi dan semakin
kompleks resiko terjadinya abortus maka akan semakin tinggi pula tingkat depresi
seseorang. Dalam hal ini, tindakan yang dilakukan dokter dalam mempertahankan
dan pengeluaran janin juga dapat berakibat pada tingkat depresinya, semakin sulit
dan kompleks tindakan yang dilakukan juga akan semakin tinggi tingkat
depresinya. Hal ini juga terdapat kaitan dengan penelitian Harsanti (2010)
sebagian besar perempuan menyatakan bahwa mereka dapat mengatasi reaksi
psikologis primer yang terjadi akibat abortus yang mereka alami. Memang
negatif lainnya, namun beberapa wanita yang mengalami abortus ternyata tidak
lama mengalami dampak psikologis dari abortus itu seperti kecemasan dan
Hasil analisis hubungan melalui uji statistik chi square didapatkan nilai
Asymp.Sig (2-sided) dengan nilai p = 0,000 < 0,05 yang berarti Ho ditolak dan
Hα diterima yaitu ada hubungan antara jenis abortus dengan kejadian depresi
pada ibu yang mengalami abortus di RSKIA Sadewa Sleman Yogyakarta. Hal ini
juga berkaitan dengan penelitian Herlina (2017) Hasil penelitian berdasarkan uji
dengan tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05) disajikan dalam tabel 2x3 diperoleh
nilai p = 0,036 yakni lebih kecil dibandingkan α (0,05) dengan H0 ditolak dan Ha
3. Keterbatasan Peneliti
Penelitian mengenai Hubungan Antara Kejadian Abortus dengan Tingkat
Stress pada Ibu Hamil di Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon Tahun 2020,
penyakit Covid-19.
d. Peneliti tidak dapat meneliti faktor kejadian abortus yang lain seperti
6.1 Simpulan
Tingkat Stress pada Ibu Hamil di Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon Tahun
2. Kurang dari sebagian responden 4 orang (13,3%) ibu hamil dalam kategori
stress ringan, 10 orang (33,3%) ibu hamil dalam kategori stress sedang, dan
3. Ada Hubungan Antara Kejadian Abortus dengan Tingkat Stress pada Ibu
6.2 Saran
sebagai berikut:
Cirebon 2020.
c. Bagi Responden
kejadian abortus.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad La Ode, AL. (2016). Analisis Faktor Resiko Usia Kehamilan dan
ParitasTerhadap Kejadian Abortus. Jurnal. Fakultas Kesehatan Universitas
Haluoleo Kendari. https://www.neliti.com/publications diakses pada 5
Agustus 2020.
Andriza. (2013). Hubungan Umur dan Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian
Abortus. Jakarta: Bina Pustaka.
Hidayat, RD. (2009). Ilmu Perilaku Manusia Pengantar Psikologi untuk Tenaga
Kesehatan.
Junita, E dan Asmah. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Aplikasi Nanda
NIC NOC. Klaten: Fakultas Ilmu.
Matjino, HS. (2013). Faktor Resiko Kejadian Abortus di RSUD DR. Chasan
Boesoirie Ternate. Jurnal. Fakultas Kesehatan Universitas Hasanuddin
Makassar. https://google.com/digilib.unhas.ac.id diakses pada 5 Agustus
2020.
Pertiwi, W. (2013). Analisis Kejadian Depresi pada Ibu yang Mengalami Abortus
di RSKIA Sadewa Sleman Yogyakarta. Jurnal. Fakultas Kesehatan STIKes
Aisyiyah Yogyakarta. https://digilib.unisayogya.ac.id diakses pada 10
Agustus 2020.
Rasmun. (2004). Stress, koping dan adaptasi teori dan pohon masalah
keperawatan. Jakarta: CV Sagung Seto.
Rukiyah, A, Y, dkk. (2013). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta:
EGC.
SDKI. (2013). Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2013. Jakarta:
Badan Pusat Statistik.
JADWAL KEGIATAN
LEMBAR PERSETUJUAN
dilakukan oleh saudari Armelita Tri Kusumarini, Mahasiswa Program Studi Ilmu
Abortus dengan Tingkat Stress pada Ibu Hamil di Puskesmas Sunyaragi Kota
Cirebon Tahun 2020”, maka saya (Bersedia/ Tidak Bersedia) untuk menjadi
responden.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa ada
Yang menyatakan,
( )
Lampiran 3
Dengan hormat,
NIM : CKR0160179
Hormat Saya
5. Frekuensi Data
Kejadian Abortus
Tingkat Stress
6. Normalitas Data
7. Tabulasi Data
Cases
Count 3 7 10
stres ringan
% of Total 10.0% 23.3% 33.3%
Count 0 13 13
Tingkat Stress stres sedang
% of Total 0.0% 43.3% 43.3%
Count 0 7 7
stres berat
% of Total 0.0% 23.3% 23.3%
Count 3 27 30
Total
% of Total 10.0% 90.0% 100.0%
Nonparametric Correlations
Correlations
N 30 30
Spearman's rho
Correlation Coefficient .413* 1.000
N 30 30
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Armelita Tri Kusumarini
Tempat, tanggal lahir : Cirebon, 18 April 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Gn. Salak III D25 No.347 Perumnas Kota Cirebon
No. Hp : 082315771003
PENDIDIKAN FORMAL
1. SDN Kebon Baru 3 Kota Cirebon
(2016-2020)