Anda di halaman 1dari 91

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS DENGAN


TINGKAT STRESS PADA IBU HAMIL
DI PUSKESMAS SUNYARAGI
KOTA CIREBON
TAHUN 2020

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana


Pada Program Studi S1 Keperawatan

Oleh:
ARMELITA TRI K
CKR0160179

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KUNINGAN
2020
LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS DENGAN


TINGKAT STRESS PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS
SUNYARAGI KOTA CIREBON
TAHUN 2020

Skripsi ini Telah Diajukan Oleh Tim Penguji Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kuningan Pada Juli 2020

Mengesahkan,

Penguji I Penguji II Penguji III

Ns. Lia Mulyati., S.Kep.,M.Kep Prof.Dr.Hj.Dewi Laelatul Badriah, M.Kes, AIFO Ns. Reni Fatmawati, S.Kep
NIK.770114.200811.020 NIP. 1965.0324.1990022001 NIK.9312082014128

Mengetahui,

Ketua Stikes Kuningan Ketua Program Studi SI


Keperawatan

Abdal Rohim,S.Kp.,M.H Ns. Nanang Saprudin,S.Kep.,M.Kep


NIK.700805.200908.026 NIK. 851005.200912.033
LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI

JUDUL

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS DENGAN


TINGKAT STRESS PADA IBU HAMIL
DI PUSKESMAS SUNYARAGI
KOTA CIREBON
TAHUN 2020

Diajukan Oleh:

Nama: Armelita Tri K


NIM: CKR0160179

Cirebon, Mei 2020


Telah Disetujui Oleh,

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.Dr.Hj.Dewi Laelatul Badriah, M.Kes, AIFO Ns.Reni Fatmawati, S.Kep


NIP. 1965.0324.1990022001 NIK.9312082014128
LEMBAR PERSEMBAHAN

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah senantiasa
memberi rezeki kesehatan, kesabaran, kekuatan hati dan pemikiran dalam
menempuh ilmu sampai dipuncak kelulusan. Saya ucapkan terimakasih juga
kepada :

Ibu dan bapakku yang tercinta dan terhebat

Terimakasih telah memberikan dukungan dan motivasi maupun materi


dalam menempuh pendidikan, terimakasih juga telah senantiasa menyebut
namaku dalam untaian do`a panjang mu, terimakasih telah menjadi kekuatan
terbesarku selama ini , semoga anakmu ini bisa menjadi anak yang
membanggakan, sesuai dengan cita-cita ibu dan bapak yang menginginkan
anaknya dapat bermanfaat untuk oranglain.

Teman-temanku

Terimakasih atas dukungan, motivasi, kebesamaan dalam menuntut ilmu


selama ini, semoga kita semua bisa menjadi kebanggan keluarga, dan semoga
kita bisa berjumpa kembali dengan kesuksesan yang kita impikan.
Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan
Skripsi, Agustus 2020
ABSTRAK

Armelita Tri Kusumarini

Hubungan Antara Kejadian Abortus dengan Tingkat Stress pada Ibu Hamil
di Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon Tahun 2020

xv + 62 halaman+ 6 tabel+ 2 bagan+ 9 lampiran

Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin mencapai berat 500


gram atau umur kehamilan kurang dari 200 minggu. Sedangkan stress merupakan
suatu keadaan yang dihasilkan karena perubahan lingkungan terhadap sesuatu
yang menantang atau bahkan mengancam.
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain korelasional. Jumlah populasi
sebanyak 27 ibu hamil yang mengalami kejadian abortus. Peneliti menggunakan teknik
total sampling dengan jumlah sampel 30 responden. Data primer melalui pengisian
kuesioner yang disebarkan melalui media online (google form), sedangkan untuk data
sekunder didapatkan dari petugas Puskesmas Sunyaragi. Analitik statistik dilakukan
dengan metode Rank Spearman.
Dari hasil penelitian menunjukkan sebagian besar ibu hamil pernah
mengalami kejadian abortus (90,0%), sebagian besar ibu hamil yang memiliki
stress sedang (43,3%). Hasil bivariat kejadian abortus dengan tingkat stress (p
value 0,02).
Disimpulkan terdapat hubungan antara kejadian abortus dengan tingkat
stress pada ibu hamil. Diharapkan ibu hamil dapat mengatur tingkat stress yang
dialami setelah kejadian keguguran.

Kata Kunci : Kejadian abortus, Tingkat stress, dan Ibu hamil


Kepustakaan : 24 Buku (2008-2019), 7 Jurnal (2010-2017), 3 Skripsi (2014-
2018), dan 2 Artikel (2013-2019)
Nursing Undergraduate Study Program
Institute of Health Sciences Kuningan
Thesis, August 2020
ABSTRACT

Armelita Tri Kusumarini

The Relationship Between Abortion Incidence and Stress Level in Pregnant


Women at Sunyaragi Health Center, Cirebon City in 2020

xv + 62 pages + 6 tables + 2 charts + 9 attachments

Abortion is the end of pregnancy before the fetus weighs 500 grams or less than
200 weeks of gestation. While stress is a condition that results from
environmental changes to something that is challenging or even threatening.
This type of research is analytical with a correlational design. Total
population was 27 pregnant women who experienced abortion. Researchers used a
total sampling technique with a sample size of 30 respondents. Primary data is
through filling out questionnaires distributed via online media (google form),
while secondary data is obtained from officers of the Sunyaragi Health Center.
Statistical analysis was performed using the Rank Spearman method.
The results showed that most pregnant women had experienced abortion
(90.0%), most of them had moderate stress (43.3%). Bivariate results of abortion
with stress levels (p value 0.02).

It can be concluded that there is a relationship between the incidence of abortion


and stress levels in pregnant women. It is hoped that pregnant women can regulate
the level of stress experienced after a miscarriage.

Keywords: Incidence of abortion, stress levels, and pregnant women.

Literature: 24 books (2008-2019), 7 journals (2010-2017), 3 theses (2014-2018),


and 2 articles (2013-2019)
KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas

rahmat dan karunia-Nya, Alhamdulillah peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Hubungan Antara Kejadian Abortus dengan Tingkat Stress pada Ibu

Hamil di Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon”. Skripsi ini disusun untuk

menyelesaikan pendidikan Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Kuningan (STIKKU). Adapun dalam penyusunan skripsi ini, peneliti

tidak lepas dari bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Maka peneliti

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. Hj. Dewi Laelatul Badriah, M. Kes, AIFO., selaku Ketua

Yayasan Pendidikan Bhakti Husada Kuningan dan selaku pembimbing I

yang telah memberikan ilmu, motivasi, dan pengarahan dalam penyusunan

skripsi ini.

2. Ns. Reni Fatmawati, S.Kep., selaku pembimbing II yang telah

memberikan ilmu, motivasi, bimbingan, dan pengarahan dalam penyusunan

skripsi ini.

3. H. Abdal Rohim, S.Kp, M.H., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Kuningan dan Penguji yang telah memberikan saran yang

berguna bagi penulisan skripsi ini.

4. Ns. H. Kanapi, S.Kep., M.M., Selaku ketua kordinator Kampus 2

STIKKU
5. Ns. Nanang Saprudin, S.Kep, M.Kep., selaku Ketua Program Studi

S1 Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan.

6. Seluruh Dosen dan Staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan

Kampus 2 yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

7. Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKes

Kuningan Kampus 2, sahabat-sahabatku Ega, Fajar, Akbar, Budi, dan

Masrupi serta semua pihak yang telah memberikan bantuan, saran, dan

motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

8. Kedua Orang tua dan kakak-kakakku yang juga memberi dukungan

penuh dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Ahmad Khairul Latif, yang juga telah memberi dukungan dan

motivasi.

Penulis menyadari dalam penyusunan proposal ini masih jauh dari

sempurna, dari segi teknik penulisan maupun teori. Untuk itu peneliti

mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk

bahan perbaikan dimasa yang akan datang.

Wassalamua’laikum Wr. Wb.

Cirebon, April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL........................................................................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................... ii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iii

DAFTAR ISI .............................................................................................. v

DAFTAR TABEL...................................................................................... viii

DAFTAR BAGAN...................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 3

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................. 4

1.3.1 Tujuan Umum ................................................ 4

1.3.2 Tujuan Khusus ............................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................ 4

1.4.1 Manfaat Teoritis ............................................. 4

1.4.2 Manfaat Praktis .............................................. 5

1.5 Keaslian Penelitian.............................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Abortus .......................................................................... 8

2.2 Stres ................................................................................ 23

2.3 Ibu Hamil ........................................................................ 31

2.4 Kerangka Teori................................................................ 33

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN

HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep ............................................................ 36

3.2 Definisi Operasional ....................................................... 37

3.3 Hipotesis ......................................................................... 39

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................ 40

4.2 Variabel Penelitian ............................................................ 40

1. Variabel Bebas ............................................... 40

2. Variabel Terikat ............................................. 41

4.3 Populasi dan Sampel.......................................................... 41

1. Populasi......................................................... 42

2. Teknik Pengambilan Sampel......................... 42

4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi.............................................. 42

1. Kriteria Inklusi.............................................. 42

2. Kriteria Eksklusi............................................ 43

4.5 Instrumen Penelitian........................................................... 43


1. Uji Validitas.................................................. 43

2. Uji Reliabilitas............................................... 44

4.6 Teknik Pengumpulan Data ................................................ 45

1. Sifat dan Sumber Data.................................... 45

2. Teknik Pengumpulan Data.............................. 45

4.7 Rancangan Analisis Data ................................................. 47

1. Teknik Pengolahan Data................................. 47

2. Analisis Data................................................... 48

4.8 Etika Penelitian.................................................................. 50

1. Informed Consent.......................................... 50

2. Anonimity...................................................... 51

3. Confidentiality............................................... 51

4.9 Lokasi, Waktu dan Jadwal Penelitian ............................... 51

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian............................................................................ 39

1. Hasil Univariat................................................................. 40

2. Hasil Bivariat................................................................... 41

5.2 Pembahasan................................................................................. 43

5.3 Keterbatasan Penelitian............................................................... 49

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan...................................................................................... 51

6.2 Saran ......................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 53


LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional................................................................ 35

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Instrumen ................................................ 32

Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ............................................ 33

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Abortus pada Ibu Hamil


di Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon Tahun 2020............... 40

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Stress pada Ibu Hamil


di Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon Tahun 2020............... 41

Tabel 5.3 Hubungan Antara Kejadian Abortus dengan


Tingkat Stress pada Ibu Hamil di Puskesmas Sunyaragi
Kota Cirebon Tahun 2020....................................................... 42
DAFTAR BAGAN

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori................................................................ 33

Gambar 3.1 Kerangka Konsep............................................................ 34


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan

Lampiran 2 Lembar Persetujuan

Lampiran 3 Surat Permohonan Responden

Lampiran 4 Lembar Kuesioner

Lampiran 5 Surat Keterangan Izin Penelitian Kesbangpol Kota Cirebon

Lampiran 6 Surat Keterangan Izin Penelitian Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon

Lampiran 7 Surat Keterangan Uji Validitas Kuesioner

Lampiran 8 Hasil Uji Statistik Data

Lampiran 9 Biodata Peneliti


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka kematian ibu dan bayi yang tertinggi di dunia adalah di Asia

Tenggara. Laporan awal Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012

menyebutkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia naik menjadi

359/100.000 kelahiran hidup sedangkan target MDG5 tahun 2015 adalah

102/100.000 kelahiran hidup, sehingga diperlukan upaya untuk menurunkan AKI.

Faktor penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (40-60%), preeklampsi

dan eklampsi (20-30%) serta infeksi (20- 30%). Perdarahan pada ibu hamil

dibedakan atas perdarahan hamil muda, perdarahan antepartum dan postpartum.

Yang termasuk dalam perdarahan hamil muda adalah abortus. Perdarahan pada

kehamilan harus selalu dianggap sebagai kelainan yang berbahaya, perdarahan

pada masa hamil muda disebut dengan keguguran atau abortus, sedangkan pada

kehamilan tua disebut sebagai perdarahan antepartum, kasus perdarahan adalah

sebagai sebab utama kematian ibu dan dapat terjadi pada masa kehamilan,

persalinan, dan masa nifas. Masalah abortus dikemukakan kaitannya dengan

tingginya angka kematian ibu melahirkan.

Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin mencapai berat 500

gram atau umur kehamilan kurang dari 200 minggu. Menurut World Health

Organization/ (WHO) dan VIGO dikatakan abortus jika usia kehamilan kurang
dari 20-22 minggu. abortus selama kehamilan terjadi 15-20% dengan 80%

diantaranya terjadi pada trimester pertama Abortus pada kehamilan akan

mengakibatkan pengaruh yang buruk pada ibu diantaranya adalah perdarahan,

perforasi uterus terutama pada uterus dalam posisi hiperretofleksi, syok

hemoragik, infeksi dan juga kematian pada ibu yang terjadi sekitar 15%. Data

tersebut seringkali tersembunyi dibalik data kematian ibu akibat perdarahan atau

sepsis. Data lapangan menunjukkan bahwa sekitar 70% kematian ibu disebabkan

oleh perdarahan dan sekitar 60% kematian akibat perdarahan tersebut disebabkan

oleh perdarahan post partum. Sekitar 15-20% kematian ibu disebabkan oleh sepsis

(Husin, 2013). Menurut SDKI (2013) frekuensi abortus spontan di Indonesia

adalah 10%-15% dari 5 juta kehamilan setiap tahunnya atau 500.000-750.000.

Sedangkan abortus buatan sekitar 750.000-1,5 juta setiap tahunnya. Angka

kematian karena abortus mencapai 2.500 setiap tahunnya. Pada UPT Puskesmas

Sunyaragi Kota Cirebon diperoleh data sebanyak 66 ibu hamil diantaranya ibu

hamil trimester 1 yaitu 13 orang, ibu hamil trimester 2 yaitu sebanyak 23 orang

dan ibu hamil trimester 3 sebanyak 30 orang diantaranya 27 ibu haml yang pernah

mengalami kejadian abortus.

Pemberian dukungan yang baik akan berguna bagi ibu bersalin dan anak

yang dilahirkan dikarenakan proses kelahiran yang pendek. Stressor adalah

sebagai pemicu stres, Menurut Megasari et al (2015) faktor penyebab stres yaitu

faktor fisik dan psikologis, faktor fisik adalah (kehamilan pada usia tua,

kehamilan multiple, kehamilan dengan HIV dan juga kejadian abortus) sedangkan

faktor psikologis yaitu (internal dan eksternal). Beban psikologis yang ditanggung
oleh wanita hamil seperti halnya perasaan cemas selama kehamilan berlangsung

dapat menyebabkan gangguan perkembangan bayi yang nantinya akan terlihat

ketika bayi lahir (Jannah, 2012).

Stress merupakan suatu keadaan yang dihasilkan karena perubahan

lingkungan terhadap sesuatu yang menantang atau bahkan mengancam. Stres

dapat menyebabkan perasaan negatif atau bertolak belakang dengan hal yang

diinginkan, dapat mengancam kesejahteraan emosional, dan mengganggu

seseorang dalam menyelesaikan masalah. Stress dibagi menjadi tingkatan yaitu

ringan, sedang, dan berat.

Dari uraian diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Kejadian

Abortus dengan Tingkat Stress pada Ibu Hamil di Puskesmas Sunyaragi Kota

Cirebon 2020 dengan meneliti hubungan kejadian abortus dan tingkat stress:

faktor penyebab abortus, kesehatan ibu hamil sehingga dapat mengakibatkan

munculnya tingkat stress.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada

tanggal 1 Juli 2020, diperoleh hasil data menurut Dinas Kesehatan Kota Cirebon

pada tahun 2019 terdapat ibu hamil yang mengalami kejadian abortus 137 ibu

hamil.

UPT Puskesmas Sunyaragi merupakan salah satu puskesmas yang ada di

Kota Cirebon. Tepatnya berada di Wilayah Sunyaragi Kecamatan Sunyaragi,

letaknya berada di sebelah Timur Kota Cirebon. Kondisi jalan hampir 100% baik

dan beraspal, dapat dilalui oleh kendaraan roda 2 maupun roda 4. Wilayah kerja

UPT Puskesmas Sunyaragi merupakan Puskesmas Daerah Tempat Perawatan,


yang beroperasi melayani kesehatan selama 24 jam. Keadaan responden di

Puskesmas Sunyaragi sangat membutuhkan konseling karena kebanyakan ibu

hamil di Puskesmas Sunyaragi mengalami kecemasan/ stress untuk menghadapi

persalinan. Kejadian abortus ini sangat membahayakan ibu karena ibu yang

mengalami abortus dapat mengalami perdarahan yang sangat hebat dan juga dari

faktor psikisnya yaitu dapat mengalami stress yang sangat berat. Maka didapatkan

jumlah data ibu hamil di Puskesmas Sunyaragi yaitu kurang lebih 30 responden.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penelitian ini, peneliti merumuskan masalah yaitu “Adakah

Hubungan Antara Kejadian Abortus dengan Tingkat Stress pada Ibu Hamil di

Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon 2020”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Hubungan Antara Kejadian

Abortus dengan Tingkat Stress pada Ibu Hamil di Puskesmas Sunyaragi Kota

Cirebon 2020.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi gambaran Kejadian Abortus di Puskesmas Sunyaragi Kota

Cirebon 2020.

b. Mengidentfikasi gambaran tingkat stress pada Ibu Hamil di Puskesmas

Sunyaragi Kota Cirebon 2020.

c. Mengidentifikasi Hubungan Antara Kejadian Abortus dengan Tingkat Stress

pada Ibu Hamil di Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon 2020.


1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini dapat dijadikan saran ilmiah kepada pendidik dan mahasiswa,

serta menambah wawasan baru tentang bagaimana Hubungan Antara

Kejadian Abortus dengan Tingkat Stress pada Ibu Hamil di Puskesmas

Sunyaragi Kota Cirebon 2020.

b. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan terkait Kejadian Abortus

dengan Tingkat Stress pada Ibu Hamil di Puskesmas Sunyaragi Kota

Cirebon 2020.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan peneliti selanjutnya

terkait Hubungan Antara Kejadian Abortus dengan Tingkat Stress pada Ibu

Hamil di tempat penelitian lainnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengetahuan responden agar

dapat mengontrol mekanisme koping tingkat stress.

b. Bagi Puskesmas Sunyaragi


Hasil Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan agar Puskesmas agar

lebih berupaya mengendalikan tingkat stress ibu hamil terkait kejadian

abortus.

1.5 Keaslian Penelitian

No Nama Judul Persamaan Perbedaan

Peneliti
1. Octia Karakteristik Ibu Jenis Rancangan 1. Lokasi Penelitian

Yudianti yang Mengalami Penelitian Octia dilakukan di

n (2012) Abortus di Rumah menggunakan Rumah Sakit Umum

Sakit Umum Cross Sectional Daerah Palembang

Daerah Palembang Bari

Bari Tahun 2012 2. Teknik Pengamilan

Sampel menggunakan

teknik sensus
2. Agustina Faktor – faktor Jenis Rancangan 1. Lokasi Penelitian

(2018) yang Berhubungan Penelitian ini dilakukan di

dengan Kejadian Agustina Wilayah Kerja

Abortus di menggunakan Puskesmas Simpang

Wilayah Kerja Cross Sectional Tiga Kabupaten Aceh

Puskesmas Utara

Simpang Tiga 2. Teknik

Kabupaten Aceh Pengambilan Sampel

Utara Tahun 2017 menggunakan Teknik

Purposive Sampling
3. Puji Nur Hubungan Tingkat Rancangan 1. Lokasi penelitian
Khasanah Stress dengan Penelitian Puji dilakukan di Wilayah

(2017) Kejadian Emesis menggunakan Kerja Puskesmas 1

Gravidarum pada Cross Sectional Cilongok Kabupaten

Ibu Hamil Banyumas

Trimester 1 di 2. Teknik

Wilayah Kerja Pengambilan Sampel

Puskesmas 1 peneltian ini

Cilongok menggunakan

Kabupaten Pusposive Sampling

Banyumas
4. Andhika Stress Ibu Hamil Rancangan 1.Teknik

Yustiana Ditinjau dari Penelitian Pengambilan Sampel

Putri Kepatuhan Tradisi Andhika peneltian ini

(2009) Jawa menggunakan menggunakan

Cross Sectional Pusposive Sampling

2. Lokasi penelitian

dilakukan di Provinsi

Jawa Tengah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Abortus

Abortus atau yang lebih sering disebut keguguran adalah kematian janin

dalam kandungan sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu. Umumnya,


abortus dianggap terjadi karena terdapat kesalahan pada kehamilan atau kesehatan

ibu. Faktanya, 2 dari 3 abortus terjadi karena adanya kelainan pada kromosom

janin yang membuat ia tidak bisa tumbuh dan akhirnya gugur dari kandungan.

1. Definisi

Menurut Wijayanegara (2009:1) Abortus adalah berakhirnya kehamilan

sebelum 20 minggu kehamilan atau berat janin dibawah 500 gram. Definisi ini

berbeda berkaitan dengan hukum di Negara lain misalnya Inggris, abortus adalah

kehilangan janin sebelum 24 minggu kehamilan. Diagnosis dini umumnya dipakai

tes kehamilan dengan memeriksa ahCG dikenal dengan istilah kehamilan

biokimiawi, selanjutnya ultrasonografi (USG) berperan dalam mendiagnosis

kehamilan. USG dapat memperlihatkan kantung kehamilan yang kosong (blighted

ovum), kehamilan dapat terhenti tetapi janin tidak keluar dan mengalami maserasi

membentuk masa yang dinamakan fetus kompresus dan fetus papiraseus (missed

abortion). Umumnya abortus terjadi spontan dan 80% abortus terjadi sebelum

kehamilan 12 minggu, sebagian dari etiologinya adalah kehamilan bawaan.

Seperempat wanita hamil pernah mengalami abortus. Dilaporkan sekitar 1% pada

kejadian abortus terjadi abortus berulang.

2. Imunobiologi Abortus

Menurut Sabarudin (2009:15) Abortus berulang yang terjadi secara spontan

(recurrent spontaneuous abortions) diduga disebabkan karena kelainan

kromosom janin. Dalam perkembangannya selain sebab kelainan kromosom

(80%), diduga berhubungan juga dengan kelainan maternal seperti, kelainan


anatomis uterus, gangguan hormonal maupun metabolic, trombofilia herediter,

dan infeksi. Saat ini berkembang pemikiran juga abortus dapat disebabkan oleh

kelainan imunologi. Pada tahun 1980-an, abortus yang disebabkan karena

gangguan imunologi (immune-mediated abortions) dikenal sebagai sindrom yang

ditandai: 1) lebih dari dua keguguran kehamilan dari pasangan yang sama, 2)

frekuensi kehamilan ektopik yang lebih tinggi, 3) kecenderungan infertilitas

(karena abortus), dan 4) riwayat pertumbuhan janin terhambat (PJT). Tanda lain

yang dikenal sekarang adalah adanya tanda – tanda gangguan autoimun maupun

aloimun.

3. Diagnosis Abortus

Menurut Mochtar (2012) abortus dibagi atas dua golongan.

a. Abortus Provokatus (induced ahorhis) adalah abortus yang disengaja,

baik dengan memakai obatobatan maupun alat-alat. Abortus ini

terbagi lagi menjadi:

1) Abortus Medisinalis (abortus therapeutica) adalah abortus

karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan

dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan

indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai

3 tim dokter ahli.

2) Abortus Kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena

tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan

indikasi medis.

b. Abortus Spontan
Menurut Pribadi (2009:109) Abortus spontan secara klinis dibagi

menjadi: Abortus iminens, insipient, inkomplit, dan missed abortion.

1) Abortus Iminens

Diagnosis abortus iminens (threatened abortion); bila terjadi

perdarahan pervagina pada trimester pertama kehamilan. Perdarahan

ini harus dibedakan dengan bercak darah karena haid, luka servik

karena infeksi, polyp dan reaksi desidua di daerah serviks. Perdarahan

abortus biasanya disertai dengan nyeri perut atau nyeri punggung

bawah yang menetap. Umumnya abortus iminens berlangsung

menjadi abortus insipient dan keguguran abortus inkompletus dan

kompletus.

Gejala awal adalah perdarahan, berlangsung beberapa jam sampai

beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus

mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis. Nyeri dapat berupa

nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di

panggul atau rasa tidak nyaman di garis tengah suprapubis. Diferensial

diagnosis kehamilan di luar Rahim dan kista torsi.

Abortus pada awal trimester pertama umunya karena kelainan

kromosom, prognosis buruk. Tindakan yang dianjurkan adalah tirah

baring. Tirah baring dianjurkan sampai 48 jam. Bila perdarahan tidak

terhenti perlu dipikirkan terminasi. Pemberian obat – obatan seperti

progesterone atau progestagen i.m/ p.o dapat diberikan. Pemeriksaan


penunjang seperti kadar Hb, hCG, progesterone dan pemeriksaan

ultrasonografi dapat dilakukan.

2) Abortus Insipien

Abortus insipient ditandai oleh teraba ketuban dengan disertai

adanya pembukaan serviks. Bila keadaan ini terjadi, umumnya

berlanjut menjadi abortus inkompletus. Bila buah kehamilan terlepas

semua akan menjadi abortus kompletus dan bila tersisa dapat terjadi

infeksi. Biasanya segera terjadi kontraksi uterus, yang mengakibatkan

ekspulsi konseptus, atau terjadi infeksi.

3) Abortus Inkompletus

Abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan

plasenta biasanya keluar bersama – sama. Bila kehamilan lebih besar

akan terjadi sisa kehamilan. Perdarahan pervaginam adalah gejala

awal, bila jaringan plasenta tertahan perlu dilakukan tindakan digital

atau kuretase. Bila terjadi perdarahan massif dapat terjadi syok

hipovolemik. Kuretase dapat dengan kuretase tumpul (vakum) dan

kuret tajam. Demam bukan merupakan kontraindikasi kuretase,

kuretase dilakukan setelah mendapat terapi antibiotika dan dilakukan

dengan kuretase tumpul.

4) Missed Abortion

Dikatakan missed abortion bila terjadi retensi produk konsepsi

yang telah meninggal in utero selama beberapa minggu. Setelah itu,

menjadi jelas bahwa uterus bukan saja tidak bertambah besar tetapi
malah mengecil. Banyak wanita yang tidak memperlihatkan gejala

selama periode ini kecuali amenorea menetap. Apabila missed

abortion tersebut berakhir secara spontan, dan sebagian besar memang

demikian, proses ekspulsi sama seperti abortus yang lain. Apabila

konseptus tertahan beberapa minggu setelah kematiannya, konseptus

tersebut akan menjadi kantung kisut yang mengandung janin yang

mengalami maserasi. Terminasi kehamilan dilakukan dengan

pemakaian supositoria prostaglandin atau misoprostol. Perlu

diperhatikan gejala perdarahan karena kelainan pembekuan

(hipofibrinogenemi).

5) Abortus Berulang

Abortus berulang adalah abortus spontan berturut – turut selama

tiga kali atau lebih. Karena insidensi abortus adalah 15% diduga

abortus berulang akan terjadi dengan perhitungan sebagai berikut:

keguguran kedua dapat dihitung terjadi pada 2,3% wanita dan yang

ketiga pada 0,34% wanita (Pribadi, 2009). Beberapa peneliti lain

menduga abortus berulang berhubungan dengan kelainan kromosom.

Umumnya penelti melaporkan pada wanita dengan abortus berulang

lebih dari 3 kali berkaitan dengan kelainan kromosom, endokrin dan

system imun.

4. Etiologi

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan abortus antara lain : (Rukiyah

dkk, 2013).
a. Faktor janin

Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, dan ini

terjadi pada 50-60% kasus keguguran, faktor kelainan yang paling sering

dijumpai pada abortus adalah gangguan pertumbuhan zigot, embrio, janin

dan plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus pada

trimester pertama, yakni kelainan telur, telur kosong, kerusakan embrio,

atau kelainan kromosom. Embrio dengan kelainan lokal, abnormalitas

pembentukan plasenta. Sebagian besar abortus spontan disebabkan oleh

kelainan kariotip embrio. Paling sedikit 50% kejadian abortus pada trimester

pertama yang merupakan kelainan sitogenetik. Kelainan tertinggi kelainan

sitogenetik konsepsi terjadi awal kehamilan, kelainan sitogenetik embrio

biasanya berupa aneuploidi yang disebabkan oleh kejadian sporadis

misalnya non disjuction meiosis atau poliploidi dari fertilitas abnormal

(Kurniasih dan Modjo, 2013).

b. Paritas

Paritas merupakan jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang

mampu hidup di luar rahim. Paritas menggambarkan jumlah persalinan yang

telah dialami seorang ibu baik lahir hidup maupun lahir mati. Lebih dari

80% abortus terjadi pada 12 minggu usia kehamilan, dan sekurangnya

separuh disebabkan oleh kelainan kromosom. Risiko terjadinya abortus

spontan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah paritas, sama atau

seiring dengan usia maternal dan paternal (Pariani dkk, 2012). Anak lebih

dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin dan pendarahan


saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah. Paritas 2-3

biasanya paritas yang paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal.

Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian

maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas lebih tinggi kematian maternal.

Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetric lebih baik,

sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan

keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak

direncanakan (Andriza, 2013). Bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan paritas

tinggi mempunyai risiko tinggi terhadap terjadinya abortus sebab kehamilan

yang berulang-ulang menyebabkan rahim tidak sehat. Dalam hal ini

kehamilan yang berulang menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah

dinding uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin akan berkurang

dibanding pada kehamilan sebelumnya, keadaan ini dapat menyebabkan

kematian pada bayi. (Rochmawati, 2013).

c. Umur Ibu

Risiko terjadinya abortus spontan meningkat bersamaan dengan

peningkatan jumlah paritas, usia, dan jarak persalinan dengan kehamilan

berikutnya. Abortus meningkat sebesar 12% pada wanita usia kurang dari

20 tahun dan meningkat sebesar 26% pada usia lebih dari 40 tahun (Junita

dan Asmah, 2013). Faktor umur dianggap mampu memengaruhi sikap

permisif terhadap aborsi. Hal ini telah dibuktikan oleh penelitian yang

menyatakan bahwa usia memiliki hubungan positif pada sikap terhadap

aborsi. Penduduk yang berada pada kelompok usia 30-49 tahun cenderung
lebih permisif terhadap aborsi daripada penduduk yang berada pada

kelompok umur 18-29 tahun (Permana, 2011). Umur memengaruhi angka

kejadian abortus yaitu pada usia bawah 20 tahun dan diatas 35 tahun, kurun

waktu reproduksi sehat adalah 20-30 tahun dan keguguran dapat terjadi

pada usia muda karena pada usia muda/remaja alat reproduksi belum

matang dan belum siap untuk hamil. Kehamilan maternal pada wanita hamil

dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi

daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian

maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun (Rochmawati, 2013).

Frekuensi abortus bertambah dari 12 % pada wanita 20 tahun menjadi 26%

pada wanita diatas 40 tahun. Penyebab keguguran yang lain adalah kelainan

sitogenetik. Kelainan sitogenetik embrio biasanya berupa aneuploidi yang

disebabkan oleh kejadian sporadic misalnya non disjunction meiosis atau

poliploidi dari fertilisasi abnormal (Pariani dkk, 2012).

d. Jarak Kehamilan

Jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau

tempat, kehamilan adalah dimulainya pembuahan sel telur oleh sperma

sampai dengan lahirnya janin dihitung dari hari pertama haid terakhir

(BKKBN, 2013). Jadi, jarak kehamilan adalah ruang sela antara kehamilan

yang lalu dengan kehamilan berikutnya. Jarak kehamilan yang baik adalah
jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekarang lebih dari 2

tahun. Bila jarak terlalu dekat, maka rahim dan kesehatan ibu belum pulih

dengan baik, pada keadaan ini perlu diwaspadai kemungkinan pertumbuhan

janin kurang baik, persalinan lama atau pendarahan (Sarminah, 2012).

e. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot-otot

rangka yang dihasilkan sebagai suatu pengeluaran tenaga yang meliputi :

pekerjaan, waktu senggang, dan aktivitas sehari-hari. Aktivitas fisik tersebut

memerlukan usaha ringan, sedang atau berat yang dapat menyebabkan

perbaikan kesehatan bila dilakukan secara teratur (Rahmawati, 2009)

5. Penatalaksanaan Abortus

a. Teknik Aborsi

Menurut Irianti (2009:115) Abortus dapat dilakukan baik secara medis

maupun bedah. Dilaporkan bahwa terminasi kehamilan pada tindakan aborsi

dipilih teknik abortus medis dibanding abortus dengan tindakan bedah. Dari

hasil penelitian tindakan medis lebih murah disbanding teknik bedah (Paul,

1999; Creinin, 2000). Dilaporkan beberapa hasil penelitian pengobatan

sebelum tindakan. Sebelum suatu abortus efektif dilaksanakan, apabila

dijumpai vaginosis bakterialis, wanita yang bersangkutan perlu diterapi

dengan Metronidazol untuk mengurangi angka infeksi pascaoperasi

(Larsson dkk, 1992). Pemberian krim Clindamycin 2% per vaginam,

menurunkan infeksi panggul pasca abortus (Larsson dkk, 2000). Bagi

wanita dengan D-negatif dianjurkan mendapat immunoglobulin anti-D


untuk menghindarkan sensitisasi pasca abortus. Pemeriksaan Ultrasonografi

dianjurkan untuk menghindari kehamilan ektopik.

b. Teknik Operasi Dilatasi dan Kuretase (D&C)

Menurut (Maclsaac dan Jones, 2000) dalam Kutipan Irianti

(2009:120) Teknik kuretase dapat dengan menggunakan kuret tajam

maupun vakum. Untuk mengurangi komplikasi kuretase seperti, perforasi

uterus, laserasi serviks, perdarahan, pengeluaran janin dan plasenta yang

tidak lengkap, dan infeksi, maka kuretase dianjurkan pada kehamilan di

bawah 14 minggu.

Untuk usia gestasi di atas 16 minggu, dilakukan dilatasi dan evakuasi

(D&E). tindakan ini berupa dilatasi serviks lebar diikuti oleh destruksi dan

evakuasi mekanis bagian – bagian janin. Setelah janin seluruhnya

dikeluarkan, digunakan kuret vakum berlubang besar untuk mengeluarkan

plasenta dan jaringan yang tersisa. Dilatasi dan ekstraksi (D&X) serupa

dengan D&E kecuali, pada D&X bagian janin pertama kali diekstraksi

melalui serviks yang telah membuka untuk mempermudah tindakan.

Pemasangan laminaria dapat dilakukan untuk pembukaan serviks.

Tanpa adanya penyakit sistemik pada ibu, kehamilan biasanya diakhiri

dengan kuretase atau evakuasi/ ekstraksi tanpa rawat inap. Apabila abortus

tidak dilakukan di lingkup rumah sakit, perlu tersedia fasilitas dan

kemampuan untuk resusitasi jantung paru yang efektif dan akses segera ke

rumah sakit.

c. Dilatator Higroskopik
Trauma akibat dilatasi mekanik dapat dikurangi dengan menggunakan

suatu alat yang secara perlahan membuka serviks, alat ini menarik air dan

jaringan serviks dan juga digunakan untuk pematangan serviks. Batang

laminaria sering digunakan untuk membantu membuka serviks. Alat ini

dibuat dari tangkai laminaria digitata atau laminaria japonica, suatu

ganggang laut coklat.

d. Teknik Dilatasi dan Kuretase

Bibir serviks anterior dijepit dengan tenakulum bergerigi. Anestetik

local misalnya lidokain 1 atau 2 persen sebanyak 5ml disuntikkan secara

bilateral ke dalam serviks. Cara lain, digunakan blok paraservikal.

Uterus disonde dengan hati – hati untuk mengidentifikasi status os

internum dan untuk memastikan ukuran dan posisi uterus. Serviks

diperlebar lebih lanjut dengan dilator Hegar atau Pratt sampai kuret isap

aspirator vakum dengan ukuran diameter yang memadai dapat dimasukkan.

Jari keempat dan kelima tangan yang memasukkan dilator harus diletakkan

di perineum dan bokong sewaktu dilator didorong melewati os internum.

Hal ini merupakan pengamanan tambahan agar tidak terjadi perforasi uterus.

Kemudian digunakan kuretase isap untuk mengaspirasi produk

kehamilan. Aspirator vakum digerakkan di atas permukaan secara sistematis

agar seluruh rongga uterus tercakup. Apabila hal ini telah dilakukan dan

tidak ada lagi jaringan yang terhisap, dilakukan kuretase tajam dengan hati –

hati apabila diperkirakan masih terdapat potongan janin atau plasenta. Kuret

tajam lebih efektif, dan bahaya yang ditimbulkannya seharusnya tidak lebih
besar daripada yang ditimbulkan oleh instrument tumpul. Perforasi uterus

jarang terjadi pada saat kuret digerakkan ke bawah, tetapi dapat terjadi saat

memasukkan setiap instrument ke dalam uterus. Manipulasi harus dilakukan

hanya dengan ibu jari dan telunjuk.

Pada kasus – kasus yang telah melewati usia gestasi 16 minggu, janin

diekstraksi, biasanya dalam potongan – potongan, dengan menggunakan

forceps Sopher atau yang serupa dan instrumen destruktif lainnya. Risiko

perforasi dan laserasi uterus meningkat akibat janin yang lebih besar dan

uterus yang lebih tipis.

Perlu ditekankan kembali bahwa morbiditas, segera atau belakangan,

dapat dijaga minimal apabila:

1) Serviks telah cukup membuka tanpa trauma sebelum mengupayakan

pengeluaran janin dan jaringan gestasi.

2) Pengeluaran hasil konsepsi dilakukan tanpa menyebabkan perforasi

uterus.

3) Semua jaringan kehamilan dikeluarkan.

4) Aspirasi Haid (Menstrual Regulation)

Aspirasi rongga endometrium menggunakan sebuah kanula Karman 5

atau 6 mm fleksibel dan tabung suntik, dalam 1 sampai 3 minggu setelah

keterlambatan haid disebut juga sebagai ekstraksi haid, induksi haid, haid

instan, abortus traumatik, dan mini – abortus. Masalah – masalah yang dapat

timbul meliputi wanita yang bersangkutan tidak sedang hamil, zigot yang

berimplantasi lolos tidak terkuret, kegagalan mendeteksi kehamilan ektopik,


dan walaupun jarang perforasi uterus. Uji kehamilan yang positif akan

menghilangkan prosedur sia – sia pada wanita tidak hamil yang terlambat

haid karena sebab – sebab lain.

Menurut (Maslaac dan Jones, 2000) Terdapat penganjuran teknik yang

dapat mengidentifikasi plasenta dalam aspirat. Pertama isi tabung suntik

diletakkan ke dalam sebuah wadah plastik bening dan diperiksa dengan

cahaya. Gunakan air keran untuk mencuci jaringan yang diletakkan di

sebuah ayakan. Jaringan direndam dalam air jernih. Plasenta secara

mikroskopis adalah jaringan yang lunak, berbulu halus, dan berjonjot.

Pemeriksaan dipermudah dengan lensa pembesar atau kulposkop. Apabila

ada keraguan apakah jaringan tersebut plasenta atau desidua, pemeriksaan

mikroskopik terhadap sepotong kecil jaringan dibawah kaca penutup dan

kontras terang akan dapat membedakannya. Vilus plasenta akan jelas.

5) Mifepriston (RU 486)

Menurut (Baird dkk, 1992; el-Refaey dkk, 1995; Newhafl dan

Winikoff, 2000; World Health Organization Task Force, 1994) dalam

Kutipan Irianti (2009:129) Antiprogesteron oral ini telah digunakan untuk

menimbulkan abortus pada gestasi dini, baik tersendiri atau dikombinasikan

dengan prostaglandin oral. Efektivitas obat ini sebagai abortifasien

didasarkan pada afinitas reseptornya yang tinggi terhadap tempat

peningkatan progesteron. Dosis tunggal 600 mg yang diberikan sebelum

gestasi 6 minggu menyebabkan abortus pada 85% kasus. Pada kehamilan


trimester pertama yang tidak tumbuh, mifepristone dosis tunggal 600 mg

memicu ekspulsi pada 82% wanita.

Menurut (Ulmann dkk, 1992) dalam Kutipan Irianti (2009:130)

melaporkan hasil – hasil penelitian mereka terhadap lebih dari 16.000

wanita yang mendapat RU 486 setelah analog prostaglandin untuk terminasi

medis. Angka keberhasilan keseluruhan adalah 95% tanpa perbedaan

mengenai sifat atau dosis prostaglandin yang digunakan. Median durasi

perdarahan adalah 8 hari dan pada 90% wanita durasinya 12 hari atau

kurang. Perdarahan yang mengharuskan dilakukan aspirasi vakum atau

kuret terjadi pada 0,8% kasus. Transfusi diperlukan pada 1 dari 1000

wanita.

6. Dampak Abortus

Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa

dampak buruk atau resiko yang akan dihadapi seorang wanita, yaitu dampak pada

kesehatan wanita dan dampak psikologis bagi wanita.

a. Dampak Pada Kesehatan Wanita:

1) Kerusakan leher rahim , Hal ini terjadi karena leher rahim robek

akibat penggunaan alat aborsi.

2) Infeksi, Penggunaan peralatan medis yang tidak steril kemudian

dimasukkan ke dalam rahim bisa menyebabkan infeksi, selain

itu infeksi juga disebabkan jika masih ada bagian janin yang

tersisa di dalam rahim.


3) Pendarahan hebat, Ini adalah resiko yang sering dialami oleh

wanita yang melakukan aborsi, pendarahan terjadi karena leher

rahim robek dan terbuka lebar. Tentunya hal ini sangat

membahayakan jika tidak ditangani dengan cepat.

4) Kematian, Kehabisan banyak darah akibat pendarahan dan

infeksi bisa membuat sang ibu meninggal.

5) Resiko Kanker, Karena leher rahim yang robek dan rusak bisa

mengakibatkan resiko kanker serviks, kanker payudara, indung

telur dan hati.

b. Dampak Psikologis Bagi Wanita:

1) Perasaan bersalah dan berdosa.

2) Kehilangan harga diri.

3) Depresi.

4) Trauma/ Ketakutan.

5) Ingin bunuh diri.

2.2 Stress

1. Tingkat Stress

Rasmun (2004) menyatakan stres di bagi menjadi tiga tingkatan yaitu

stres ringan, sedang dan berat.

a. Stres ringan

Biasanya tidak merusak aspek fisiologis dan umunya dirasakan

setiap individu. Ibu hamil yang mengalami stres ringan karena

terjadinya peningkatan hormon estrogen yang menyebabkan morning


sickness, frekuensi buang air kecil yang meningkat dan perubahan

fisik yang terjadi.

b. Stress Sedang

Terjadi lebih lama beberapa jam sampai beberapa hari. Misalnya

kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebihan dan

anggota keluarga pergi dalam waktu yang lama.

c. Stress Berat

Terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun. Misalnya

hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan ekonomi dan

penyakit fisik yang lama. Ibu hamil yang mengalami stres berat

dikarenakan kondisi kehamilan yang semakin membesar yang dapat

menimbulkan masalah seperti posisi tidur yang kurang nyaman dan

mudah terserang rasa lelah. Stres berat pada ibu hamil juga dapat

disebabkan semakin bertambah dekatnya waktu persalinan.

2. Sumber – sumber Stress

Sumber stres dapat berubah seiring dengan berkembangnya individu,

tetapi kondisi stres dapat terjadi setiap saat selama hidup berlangsung.

Menurut Sarafino (2008) sumber datangnya stres ada tiga yaitu:

a. Diri individu

Hal ini berkaitan dengan adanya konflik. Menurut Miller dalam

Sarafino (2008), pendorong dan penarik dari konflik menghasilkan

dua kecenderungan yang berkebalikan,yaitu approach dan avoidance.

Kecenderungan ini menghasilkan tipe dasar konflik (Sarafino, 2008),


yaitu :

1) Approach-approach Conflict

Muncul ketika kita tertarik terhadap dua tujuan yang sama-

sama baik. Contohnya, individu yang mencoba untuk

menurunkan berat badan untuk meningkatkan kesehatan maupun

untuk penampilan, namun konflik sering terjadi ketika

tersedianya makanan yang lezat.

2) Avoidance-avoidance Conflict

Muncul ketika kita dihadapkan pada satu pilihan antara

dua situasi yang tidak menyenangkan. Contohnya, pasien dengan

penyakit serius mungkin akan dihadapkan dengan pilihan antara

dua perlakuan yang akan mengontrol atau menyembuhkan

penyakit, namun memiliki efek samping yang sangat tidak

diinginkan. Sarafino (2008) menjelaskan bahwa orang-orang

dalam menghindari konflik ini biasanya mencoba untuk

menunda atau menghindar dari keputusan tersebut. Oleh karena

itu, biasanya avoidance-avoidanceconflict ini sangat sulit untuk

diselesaikan.

3) Approach-avoidance Conflict

Muncul ketika kita melihat kondisi yang menarik dan tidak

menarik dalam satutujuan atau situasi. Contohnya, seseorang

yang merokok dan ingin berhenti, namun mereka mungkin

terbelah antara ingin meningkatkan kesehatan dan ingin


menghindari kenaikan berat badan serta keinginan mereka untuk

percaya terjadi jika mereka ingin berhenti.

4) Keluarga

Sarafino (2008) menjelaskan bahwa perilaku, kebutuhan,

dan kepribadian dari setiap anggota keluarga berdampak pada

interaksi dengan orang-orang dari anggota lain dalam keluarga

yang kadang- kadang menghasilkan stres. Menurut Sarafino

(2008) faktor dari keluarga yang cenderung memungkinkan

munculnya stres adalah hadirnya anggota baru, perceraian dan

adanya keluarga yang sakit, cacat, dan kematian

5) Komunitas dan masyarakat

Kontak dengan orang di luar keluarga menyediakan

banyak sumber stres. Misalnya, pengalaman anak di sekolah dan

persaingan. Adanya pengalaman-pengalaman seputar dengan

pekerjaan dan juga dengan lingkungan dapat menyebabkan

seseorang menjadi stres. (Sarafino, 2008).

3. Penyebab Stress Kehamilan

Hawari (2008) menyatakan bahwa penyebab stres pada ibu hamil terdiridari

potensi stressor, pengalaman hidup, postur tubuh dan tidur.

a. Potensi stressor

Stressor psikososial merupakan keadaan atau peristiwa yang

menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang. Ibu hamil

mengalami perubahan fisik dan psikologis selama kehamilan. Ibu


hamil berupaya untuk beradaptasi pada kehamilan dan perubahan-

perubahan yang terjadi pada dirinya sampai pada saat menghadapi

persalinan.

b. Pengalaman Hidup

Pengalaman hidup yang mempengaruhi perasaan yang akan

berdampak menjadi trauma. Trauma masa hamil, bisa datang dari

banyak faktor seperti menyaksikan film horor bisa saja mendatangkan

trauma padahal sebelumnya tidak masalah. Saat hamil kejadian

menyeramkan, mengerikan atau menyedihkan bisa sangat membekas

dan berujung menjadi trauma.

c. Postur Tubuh

Ketika terjadi proses kehamilan ibu akan mengalami perubahan

posturtubuh seperti perubahan bentuk tubuh dengan badan yang

semakin membesar, munculnya jerawat di wajah atau kulit muka yang

mengelupas, payudara yang bengkak dan buang air kecil dengan

frekuensi yang sering menyebabkan kondisi psikologis ibu berubah.

Ibu merasa sedih, murung dan cemas memikirkan kehamilannya.

d. Tidur

Sulit tidur di malam hari dapat membuat kondisi ibu hamil

menurun. Konsentrasi berkurang, mudah lelah, badan terasa pegal,

tidak mood bekerja, dan cenderung emosional. Kondisi seperti ini

tentu saja dapat membuat beban kehamilan semakin berat.

4. Faktor yang mempengaruhi stress pada kehamilan


Stres yang terjadi pada ibu hamil dapat mempengaruhi keseimbangan

ibu dan janin. Janin dapat mengalami keterlambatan perkembangan jika

stress pada ibu tidak ditangani dengan baik.

Adapun faktor yang mempengaruhi stres pada ibu hamil menurut

Kusmiyati (2009) :

a. Mual dan Muntah (Morning Sickness)

Mual dan muntah sangat mungkin terjadi di awal kehamilan.

Biasanya dimulai di minggu pertama dan akan menghilang di usia

kehamilan 8- 12 minggu. Umumnya mual dan muntah akan

menghilang sendiri di usia kehamilan ke 3bulan. Munculnya mual dan

muntah bisa disebabkan karena adanya perubahan hormon di dalam

tubuh ibu selama hamil. Karena keluhan mual – muntah berlangsung

cukup lama, biasanya akan mempengaruhi kelancaran aktivitas ibu

sehari – hari. Apalagi jika keluhannya sangat berat, maka aktivitas di

rumah tidak akan terselesaikan.

b. Dukungan Keluarga

Dukungan emosional keluarga dan adanya perhatian dari orang

lain dapat membuat seseorang bertahan dalam menghadapi stres.

c. Usia Kehamilan

Ibu hamil trimester I dan III mengalami tingkatan stres yang

lebih tinggi dibandingkan ibu hamil trimester II. Karena pada trimester

I ibu hamil membutuhkan penyesuaian dan juga terjadi

ketidaknyamanan fisik maupun psikologis yang dapat menimbulkan


stres. Pada trimester II stres pada ibu hamil menurun karena sudah

dapat menyesuaikan dengan kondisi kehamilannya dan akan

meningkat kembali pada trimester III.

d. Graviditas

Graviditas merupakan frekuensi kehamilan yang pernah ibu

alami. Bagi primigravida kehamilan yang dialaminya merupakan

pengalaman pertama kali, sehingga pada primigravida ibu hamil lebih

cenderung mengalami stress dibandingkan multigravida.

e. Status Ekonomi

Kondisi ekonomi keluarga yang rendah dapat menimbulkan stres

pada ibu hamil. Ketika mengatahui hamil berarti akan lebih banyak

pengeluaran untuk keperluan saat hamil dan persiapan melahirkan. Ibu

hamil dengan ekonom lebih rentan mengalami stres.

f. Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah

pula mereka menerima informasi dan banyak pengetahuan. Ibu yang

berpendidikan tinggi mempunyai peluang lebih baik untuk

menurunkan tingkat stress dibandingkan dengan ibu berpendidikan

dasar.

5. Dampak dari stress

Stress dapat berpengaruh pada kesehatan dengan dua cara. Pertama,

perubahan yang diakibatkan oleh stres secara langsung mempengaruhi fisik


sistem tubuh yang dapat mempengaruhi kesehatan. Kedua, secara tidak

langsung stres mempengaruhi perilaku individu sehingga menyebabkan

timbulnya penyakit atau memperburuk kondisi yang sudah ada (Sarafino,

2008).

Sarafino (2008) menjabarkan tentang 2 aspek utama dari dampak yang

ditimbulkan akibat stres yang terjadi pada manusia, yaitu:

a. Aspek Biologis

Beberapa gejala fisik yang dirasakan ketika seseorang sedang

mengalami stres, diantaranya adalah sakit kepala yang berlebihan,

tidur menjadi tidak nyenyank, gangguan pencernaan, hilangnya nafsu

makan, gangguan kulit, dan produksi keringan yang berlebihan di

seluruh tubuh.

b. Aspek Psikologis

Terdapat 3 gejala psikologis yang dirasakan ketika seseorang

sedang mengalami stres. Ketika gejala tersebut adalah gejala kognisi,

gejala emosi, dan gejala tingkah laku.

1) Gejala Kognisi

Gangguan daya ingat (menurunnya daya ingat, mudah lupa

dengan suatu hal), perhatian dan konsentrasi yang berkurang

sehingga seseorang tidak fokus dalam melakukan suatu hal,

merupakan gejala-gejala yang muncul pada aspek gejala kognisi.

2) Gejala Emosi

Mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap segala


sesuatu, merasa sedih dan depresi merupakan gejala-gejala yang

muncul pada aspek gejala emosi.

3) Gejala Tingkah Laku

Tingkah laku negatif yang muncul ketika seseorang

mengalami stres pada aspek gejala tingkah laku adalah mudah

menyalahkan orang lain dan mencari kesalahan orang lain, suka

melanggar norma karena dia tidak bisa mengontrol perbuatannya

dan bersikap tak acuh pada lingkungan, dan suka melakukan

penundaan pekerjaan.

2.3 Ibu Hamil

1. Definisi

Kehamilan adalah penyatuan dari spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan

dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan terbagi dalam tiga trimester, trimester

pertama berlangsung dalam 12 minggu, diikuti trimester kedua yang berlangsung

dari minggu ke-13 hingga minggu ke-27 (selama 15 minggu) dan trimester ketiga

dari minggu ke-28 hingga minggu ke-40 (selama 13 minggu). Sehingga, pada

umumnya kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu

(Sarwono, 2014).

2. Tanda dan Gejala

Tanda kehamilan yang dirasakan oleh seorang wanita terdiri dari tiga tanda,

tanda yang pertama yaitu tanda tidak pasti berupa perubahan fisiologis yang

dilihat dari keluhan atau apa yang dirasakan oleh ibu hamil. Tanda yang kedua
adalah tanda kemungkinan berupa perubahan fisiologis yang dapat diketahui dari

hasil pemeriksaan fisik pada ibu hamil. Tanda yang ketiga adalah tanda pasti

hamil berupa tanda yang menunjukkan adanya janin, yang dapat dilihat langsung

oleh tenaga medis maupun alat media (Hanni & Ummi, 2011).

3. Keluhan yang terjadi pada ibu hamil

Keluhan yang terjadi pada ibu hamil adalah ibu merasa sakit kepala,

rasa mual dan muntah (Morning Sickness), produksi air liur yang berlebihan

(Ptialism), mengidam, keringat bertambah, kelelahan, hidung

tersumbat/berdarah, gatal-gatal, frekuensi kemih meningkat (Nokturia) dan

diare (Hidayati, 2009). Kehamilan akan menimbulkan berbagai perubahan

pada wanita sehingga menimbulkan perasaan tidak nyaman. Hal ini

merupakan kondisi yang normal pada wanita hamil. Berikut ini

ketidaknyamanan saat seorang wanita hamil menurut Yuni (2010):

a. Ketidaknyamanan Payudara

Tanda dan Gejala:

1) Nyeri, rasa penuh atau tegang.

2) Pengeluaran colostrums.

3) Hiperpigmentasi (penghitam kulit). Penyebabnya:

a) Stimulasi hormonal yang menyebabkan pigmentasi.

b) Adanya peningkatan pembentukan pembuluh

darah (vaskularasi).

Cara mengatasinya:

a) Gunakan bra yang menyangga besar dan berat


payudara

b) Pakai nipple pad (bantalan) yang dapat menyerap

pengeluaran kolostrum.

c) Ganti segera jika kotor, bersihkan dengan air hangat

dan juga agar tetap kering.

4) Peningkatan frekuensi urinasi

Tanda dan Gejala : Pengeluaran air kencing yang tidak

dapat ditahan saat batuk, bersin dan tertawa (stress

incontinence).

Penyebab: Berkurangnya kapasitas kandung kencing

akibat penekanan rahim.

Cara mengatasi:

a) Kosongkan kandung kencing secara teratur

b) Batasi minum di malam hari

c) Pakai pelembut wanita, ganti segera jika basah

5) Rasa lemah dan mudah lelah

Penyebab:

a) Peningkatan metabolisme

b) Peningkatan hormon estrogen/progesteron, relaxin

dan HCG (Human Chorionic Gonadotropin)

Cara Mengatasi:

a) Istirahat sesuai kebutuhan

b) Konsumsi menu seimbang untuk mencegah anemia


(kurang darah)

6) Mual dan Muntah

Dapat terjadi sepanjang hari atau hanya pada pagi hari (morning

sickness)

Penyebab:

Mual dan Muntah pada ibu hamil disebabkan karena respon

emosional ibu terhadap kehamilan dan adanya peningkatan hormon

HCG.

Cara mengatasi mual muntah pada ibu hamil yaitu dengan cara

menghindari perut kosong atau penuh, menghindari rokok atau asap

rokok, makan-makanan tinggi karbohidrat: biscuit, makan dengan

porsi sedikit tapi sering, istirahat dengan cara tiduran sampai gejala

mereda, segera konsultasikan dengan tenaga kesehatan/bidan setempat

bila mual, muntah terus menerus.

7) Pengeluaran Air Ludah Berlebihan (Piyalism)

Penyebab:

Stimulasi kelenjar ludah oleh peningkatan hormone esterogen

malas menelan ludah akibat mual.

Cara Mengatasi:

Kunyah permen karet atau hisap permen yang keras untuk

memberikan kenyamanan.

8) Keputihan

Penyebab
a) Peningkatan pelepasan epitel vagina akibat peningkatan

pembentukan sel- sel

b) Peningkatan produksi lender akibat stimulasi hormonal

pada leher rahim

Cara Mengatasi

a) Jangan membilas bagian dalam vagina

b) Kenakan pembalut wanita.

2.4 Kerangka Teori

c) Faktor Kejadian
Kejadian Abortus
Abortus

- Faktor Janin
- Paritas
- Umur Ibu
- Jarak
Kehamilan
- Aktivitas
Fisik
Jenis Abortus
d)
- e)Abortus iminens
- f)Abortus insipient Dampak Fisik
- Abortus
inkompletus
- Missed abortion
Dampak Psikis
- Abortus berulang

Tingkat Stress

Bagan 2.1 Kerangka Teori


Sumber: Pribadi (2009), Mezy (2016), dan Marmi (2011)

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN

HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep


Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum 20 minggu kehamilan atau

berat janin dibawah 500 gram. Pengalaman Kejadian abortus ini dapat

menyebabkan dampak secara fisik maupun psikologis yaitu pengalaman kejadian

abortus sangat mempengaruhi tingkat stressor pada ibu hamil.

Berdasarkan penelitian, peneliti membagi variabel menjadi 2 variabel antara

lain variabel bebas yaitu Kejadian Abortus sedangkan variabel terikat yaitu

Tingkat Stress.

Adapun kerangka konsep penelitian yang dapat digambarkan sebagai

berikut:

Variabel bebas Variabel Terikat

Kejadian Abortus Tingkat Stress

Bagan 3.1: Kerangka Konsep

Keterangan:

: Variabel yang akan diteliti

: Korelasi/ Penghubung

3.2 Definisi Operasional

Menurut Badriah (2019:97) Pengertian definisi operasional yaitu

Kepentingan merumuskan variabel secara operasional didasarkan pada suatu


kenyataan bahwa variabel – variabel penelitian sebenarnya merupakan kumpulan

konsep mengenai fenomena yang diteliti. Maka rumusan yang masih bersifat

konseptual, maknanya masih abstrak, malah mungkin dapat bersifat mengaburkan

pemahaman yang dimaksud sebenarnya. Dengan demikian variabel yang masih

dalam tataran konsep teoritis belum dapat diukur. Untuk itu, sangat diperlukan

suatu perumusan operasional terhadap variabel – variabel yang terlibat dalam

penelitian.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur
Variabel Suatu Lembar Berdasark 1. 0: Tidak Nominal

Bebas: kejadian Observas an catatan mengalami

Kejadian kegagalan i medis Abortus

Abortus janin responden 2. 1: Pernah

berkembang mengalami

dalam abortus

kandungan
Variabel Suatu Lembar Responde 1. Stress Ringan Ordinal

Terikat: tingkatan Kuisioner n Mengisi Skor (24-64)

Tingkat respon lembar 2. Stress Sedang

Stress psikologis Kuisioner Skor (65-96)

manusia 3. Stress Berat

yang Skor (97-120)

disebabkan (Rasmun, 2004)


oleh

beberapa

faktor

3.3 Hipotesis

Menurut Badriah (2019:76) Pengertian hipotesis yaitu jawaban sementara

terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris.

Hipotesis menyatakan hubungan apa yang kita dan atau ingin kita pelajari.

Hipotesis adalah keterangan sementara dan hubungan fenomena – fenomena yang

kompleks.

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha: Adanya Hubungan yang signifikan antara Kejadian Abortus dengan

Tingkat Stress pada Ibu Hamil di Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon 2020.

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan statistic analitik dengan rancangan Cross

Sectional atau potong lintang. Menurut Badriah (2019:27) Rancangan Cross

Sectional adalah penelitian yang mengukur prevalensi penyakit. Oleh karena


ituseringkali disebut sebagai penelitan prevalensi. Penelitian ini bertujuan untuk

mempelajari hubungan penyakit dengan paparan dengan cara mengamati status

paparan dan penyakit secara serentak pada individu dari populasi tunggal pada

satu saat atau periode tertentu.

Pada penelitian ini mencari Hubungan Kejadian Abortus dengan Tingkat

Stress pada Ibu Hamil di Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon 2020.

4.2 Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Menurut Badriah (2019:94) Pengertian variabel bebas adalah variabel yang

variasinya mempengaruhi variabel lain.Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

Kejadian Abortus.

2. Variabel Terikat

Menurut Badriah (2019:94) pengertian variabel terikat adalah variabel

penelitian yang diukur untuk mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel

lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Tingkat Stress.

4.3 Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Menurut Badriah (2019:101) “Pengertian populasi adalah kelompok subyek

yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Sebagai suatu populasi,

kelompok subyek tersebut harus memiliki ciri – ciri atau karakeristik bersama

yang membedakannya dari kelompok subyek yang lain. Ciri tersebut dapat

meliputi, ciri lokasi, ciri individu, atau juga ciri karakter tertentu.”.
Sedangkan menurut Sugiyono (2010:73) Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 Ibu

Hamil di Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon 2020.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Menurut Sugiyono (2011:62) Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Penelitian ini merupakan penelitian

sampel bukan penelitian populasi karena menurut Sugiyono (2011:68) sampling

jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan

sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang

dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan

yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota

populasi diajadikan sampel.

Menurut Badriah (2019:102) Sampel adalah sebagian dari populasi, karena

ia merupakan bagian dari populasi tentulah ia memiliki ciri – ciri yang dimiliki

oleh populasi. Teknik pengambilan sampel ini dalam penelitian ini menggunakan

teknik total sampling dengan jumlah data 30 Ibu Hamil di Puskesmas Sunyaragi

Kota Cirebon 2020.

4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria Inklusi
Menurut (Hajijah, 2012) Kriteria Inklusi adalah kriteria yang apabila

terpenuhi dapat mengakibatkan calon objek menjadi objek penelitian. Adapun

kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

a. Ibu hamil trimester 1 dan 2

b. Ibu hamil yang bersedia menjadi responden dan mengisi lembar

kuesioner.

2. Kriteria Eksklusi

Menurut Notoatmodjo (2010:130), Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota

populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel. Kriteria eksklusi dalam

penelitian ini terdiri dari :

a. Ibu Hamil trimester 3 yaitu usia kehamilan 28 – 40 minggu

b. Responden tidak mengisi lembar kuesioner dengan lengkap.

4.5 Instrumen Penelitian

Menurut Badriah (2012:114) Instrumen dapat diartikan sebagai alat

pengumpulan data yang telah baku atau alat pengumpulan data yang memiliki

standard validitas dan reliabilitas. Instrumen yang valid dan reliable, akan sangat

menentukan kualitas data yang dikumpulkan. Suatu instrument selain memiliki

norma validitas dan reliabilitas, juga harus memiliki nilai objektivitas dan

prosedur baku untuk penggunaannya.

Jenis instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah untuk

pengukuran variabel pengukuran kejadian abortus adalah lembar observasi yang

akan diperoleh dari catatan medis responden dan untuk mengukur variabel tingkat

stress adalah lembar kuisioner dimana responden menjawab sebuah pertanyaan


pada lembar yang sudah disediakan sehingga ini sangat mempermudah peneliti

dalam memperoleh data

2. Uji Validitas

Menurut Notoatmodjo (2010) Uji Validitas adalah suatu indeks yang

menunjukkan alat ukur (kuesioner) yang dibuat benar – benar mengukur apa yang

ingin peneliti ukur. Apabila kuesioner kuesioner yang telah dibuat sudah memiliki

validasi yang konstruk, hal tersebut menunjukkan bahwa pertanyaan – pertanyaan

yang terdapat pada kuesioner, telah mengukur variabel yang kita ukur. Uji

validitas dalam penelitian ini diukur dengan korelasi rank spearman test yaitu

dengan menganalisis korelasi bermakna. Berdasarkan uji validitas pada tanggal 27

Juni 2020 di Puskesmas Kalitanjung didapatkan hasil data

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Instrumen

No r Tabel r Hitung Valid/ Tidak


Valid
1 Pertanyaan 1 0,361 ,600** Valid

2 Pertanyaan 2 0,361 ,609** Valid

3 Pertanyaan 3 0,361 ,449* Valid

4 Pertanyaan 4 0,361 ,600** Valid

5 Pertanyaan 5 0,361 ,609** Valid

6 Pertanyaan 6 0,361 ,449* Valid

7 Pertanyaan 7 0,361 ,600** Valid

8 Pertanyaan 8 0,361 ,609** Valid

9 Pertanyaan 9 0,361 ,449* Valid

10 Pertanyaan 10 0,361 ,600** Valid


11 Pertanyaan 11 0,361 ,609** Valid

12 Pertanyaan 12 0,361 ,449* Valid

13 Pertanyaan 13 0,361 ,600** Valid

14 Pertanyaan 14 0,361 ,609** Valid

15 Pertanyaan 15 0,361 ,449* Valid

16 Pertanyaan 16 0,361 ,600** Valid

17 Pertanyaan 17 0,361 ,609** Valid

18 Pertanyaan 18 0,361 ,449* Valid

19 Pertanyaan 19 0,361 ,600** Valid

20 Pertanyaan 20 0,361 ,609** Valid

21 Pertanyaan 21 0,361 ,449* Valid

22 Pertanyaan 22 0,361 ,600** Valid

23 Pertanyaan 23 0,361 ,609** Valid

24 Pertanyaan 24 0,361 ,449* Valid

Berdasarkan hasil uji validitas untuk variabel tingkat stress dikatakan valid

karena dari tabel Correlation, semuanya lebih dari nilai r-tabel yaitu 0,361 didapat

dari tabel r untuk jumlah sampel 30 dengan menggunakan taraf significan 95%.

3. Uji Reliabilitas

Menurut Sujarweni (2014) Uji Reliabilitas adalah indeks untuk melihat

seberapa jauh alat ukur bisa digunakan atau diandalkan. Hal ini menunjukkan

bahwa hasil dari kuesioner tersebut bisa konsisten. Perhitungan reliabilitas harus

dengan kuesioner yang sudah divalidasi. Teknik uji reliabilitas pada penelitian ini

menggunakan teknik ekuivalen, yaitu dengan melakukan pengujian kuesioner

cukup sekali, instrument yang diuji ada 2 variabel yatu variabel kejadian abortus
menggunakan catatan medik responden dan variabel tingkat stress menggunakan

lembar kuesioner pada responden yang sama. Reliabilitas diukur dengan cara

mengkorelasikan instrumen yang satu dengan instrumen yang diekuivalennya,

bila korelasi positif atau signifikan, maka instrumen tersebut dapat dinyatakan

valid. Perhitungan jumlah skor dari kedua instrumen menggunakan teknik korelasi

rank spearman test.

Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Cronbach's
Alpha N of Items
0,903 24
Berdasarkan hasil uji reliabilitas untuk variabel tingkat stress dikatakan

reliabel karena dari tabel “Reliability Statistic” didapatkan nilai Cronbach’s Alpha

lebih dari nilai r tabel yaitu 0,361 didapat dari tabel r untuk jumlah sampel 30

dengan menggunakan taraf significan 95%.

4.6 Teknik Pengumpulan Data

1. Sifat dan Sumber Data

Sifat data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder.

Data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data (Sugiyono: 2016: 225). Sumber data primer didapatkan

melalui kegiatan wawancara dengan subjek penelitian dan dengan observasi atau

pengamatan langsung di lapangan. Dan menurut Sugiyono (2016: 225)

mengatakan bahwa data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau lewat
dokumen. Sumber data sekunder digunakan untuk mendukung informasi yang

didapatkan dari sumber data primer yaitu dari bahan pustaka, literatur, penelitian

terdahulu, buku, laporan-laporan kegiatan.

2. Teknik Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

observasi dan juga lembar kuesioner yang terdiri dari pertanyaan mengenai

tingkat stress pada ibu hamil sebagai responden. Langkah – langkah pengumpulan

data:

a. Mengajukan izin penelitian kepada institusi tempat pelaksanaan,

b. Pengumpulan data sebelumnya memberikan penjelasan singkat

kepada responden dan responden bersedia menjadi sampel penelitian,

c. Setelah data terkumpul dilakukan tabulasi,

d. Menganalisa data yang telah ditabulasi.

4.7 Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Menurut Notoatmojo (2018:74) Langkah – langkah pengolahan data

sebagai berikut:

a. Editing

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data dari hasil jawaban

lembar checklist yang telah diberikan kepada responden dan kemudian

dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing dilakukan

di lapangan sehingga, bila terjadi kekurangan atau tidak sesuai dapat segera

dilengkapi.
b. Coding

Kegiatan ini memberi kode angka pada lembar checklist terhadap

tahap – tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan

data.

c. Tabulating

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban

lembar checklist responden yang sudah diberikan kode, kemudian

dimasukkan dalam tabel.

d. Memasukkan Data (Data Entry atau Processing)

Memasukkan data yaitu jawaban dari masing – masing responden

dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukan kedalam program atau

software computer.

e. Pembersihan Data

Apabila semua data dari setiap sumber atau data responden selessi

dimasukkan, perlu dicetak kembali untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan – kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya kemudian

dilakukan koreksi, proses ini disebut pembersihan data.

2. Analisis Data

Menurut Notoatmojo (2018:182) Analisis univariat yaitu menganalisa

terhadap setiap variable dari setiap hasil penelitian untuk menghasilkan distribusi

frekuensi dan persentase dari setiap variabel.

a. Analisis Univariat
Menurut Badriah (2019:148) analisis data dapat dilakukan secara

univariat untuk melihat tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya

hasil analisis ini menghasilkan distribusi dari persentase dari tiap variabel.

Analisis penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran umum

dengan cara mendeskripsikan variabel yang digunakan dalam penelitian

melalui distribusi frekuensi.

f
P= × 100 %
N

Keterangan: P = Jumlah presentase jawaban

f = Frekuensi jawaban responden

N = Jumlah total pertanyaan

b. Analisis Bivariat

Menurut Badriah (2019:148) analisis bivariat yaitu analisis yang

dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan satu sama lain.

Analisis ini digunakan untuk melihat hubungan dari variabel bebas, terikat,

menggunakan uji statistic Rank Spearman. Secara sistematis analisis Rank

Spearman diformulasikan sebagai berikut:

6∑ 2
di
ρ=1− 2
n(n −1)

Keterangan:

ρ= Koefisien korelasi rank spearman test

n = banyak ukuran sample


∑2di = Jumlah kuadrat dari selisih rank spearman variabel x dengan

variabel y

Interpretasi hasil uji korelasi spearman didasarkan pada nilai p,

kekuatan korelasi dan arah korelasinya. Interpretasi hasil uji hipotesis

adalah sebagai berikut:

No Parameter Nilai Interpretasi

.
1. Nilai P P < 0,05 Terdapat korelasi

yang bermakna antara

dua variabel yang

diuji

P > 0,05 Tidak terdapat

korelasi yang

bermakna antara

variabel korelasi

4.8 Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2009) Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan

prinsip – prinsip etika penelitian meliputi:

1. Informed Consent

Informed consent adalah bentuk persetujuan antar peneliti dan responden

dengan memberikan bantuan, penelitian menjamin hak – hak responden dengan

cara menjamin kerahasiaan identitas responden. Selain itu peneliti memberikan


penjelasan kepada responden tentang penelitian yang akan dilakukan untuk

mengetahui tujuan penelitian secara jelas.

2. Anonimity

Masalah etika keperawatan adalah masalah yang memungkinkan dalam

penggunaan subjek dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama

responden pada lembar pengukuran dan hanya menggunakan data atau hasil

penelitian yang disajikan. Responden tidak perlu mengisi identitas (tidak

mencantumkan nama responden) dengan tujuan untuk menjaga kerahasiaan

responden, tetapi peneliti menggunakan kode khusus untuk masing – masing

responden.

3. Confidentiality

Masalah ini merupakan etika dengan memberikan jaminan hasil penelitian

baik informasi maupun masalah – masalah lainnya. Kerahasiaan informasi yang

telah dikumpulkan dari responden yang dilakukan oleh peneliti, data tersebut

hanya akan disajikan atau diberitahukan pada pihak yang terkait dalam penelitian.

4.9 Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini mengambil lokasi di Puskesmas Sunyaragi kota

Cirebon. Karena di Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon terdapat banyak jumlah

data ibu hamil. Hal tersebut menarik penulis untuk menelitinya. Tahap-tahap

dalam pelaksanaan kegiatan ini rencananya akan dimulai dari tahap persiapan,

observasi, sampai dengan penulisan laporan penelitian. Secara keseluruhan semua

kegiatan dilakukan selama kurang lebih 2 minggu, yaitu sejak minggu pertama
bulan Juli 2020 sampai minggu ke – 2 bulan Juli 2020 yaitu dimulai pada tanggal

1 Juli sampai dengan 15 Juli 2020.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dijelaskan hasil penelitian dan pembahasan mengenai

“Hubungan Antara Kejadian Abortus dengan Tingkat Stress pada Ibu Hamil di

Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon Tahun 2020”. Penelitian ini dilakukan di

Puskesmas Sunyaragi pada bulan Juli 2020. Subyek penelitian ini adalah

responden ibu hamil sebanyak 30. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini

yaitu menggunakan total sampling.


Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengirimkan kuesioner melalui

google form yang berisi variabel - variabel yang diteliti. Kuesioner diberikan

kepada ibu hamil trimester 1 dan 2 kemudian hasilnya akan dianalisis dengan

menggunakan uji Rank Spearman, data penelitian dilampirkan sebagai berikut:

1. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya hubungan

antara kejadian abortus dengan tingkat stress pada ibu hamil di Puskesmas

Sunyaragi Kota Crebon Tahun 2020. Data penelitian diperoleh langsung dari

responden yang ada di Puskesmas Sunyaragi sebanyak 30 reponden. Penelitian ini

dianalisis dengan analisis univariat dan bivariate. Hasilnya sebagai berikut:

a. Analisis Univariat

Hasil analisis univariat menggambarkan distribusi frekuensi kejadian

abortus di Puskesmas Sunyaragi pada tabel 5.1

1) Gambaran Kejadian Abortus Ibu Hamil di Puskesmas Sunyaragi

Tahun 2020

Berikut disajikan data distribusi frekuensi kejadan abortus Ibu Hamil di

Puskesmas Sunyaragi Tahun 2020.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Abortus Ibu Hamil di

Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon Tahun 2020.

Kejadian Abortus Jumlah (N) Persentase (%)

Pernah 27 90.0
Tidak Pernah 3 10.0
Total 30 100.0
Sumber: Hasil Olah Data Penelitian (2020)
Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat diketahui bahwa terdapat 27 orang

(90.0%) ibu hamil dalam kategori pernah mengalami kejadian abortus, sedangkan

3 orang (10.0%) ibu hamil dalam kategori tidak pernah mengalami kejadian

abortus.

2) Gambaran Tingkat Stress Ibu Hamil di Puskesmas Sunyaragi Kota

Cirebon Tahun 2020

Berikut ini disajikan data distribusi frekuensi tingkat stress ibu hamil di

Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon Tahun 2020.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Stress di Puskesmas Sunyaragi

Kota Cirebon Tahun 2020.

Tingkat Stress Jumlah (N) Persentase (%)

Ringan 10 33.3
Sedang 13 43.3
Berat 7 23.3
Jumlah 30 100.0
Sumber: Hasil Olah Data Penelitian (2020)

Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat diketahui bahwa terdapat 10 orang

(33.3%) ibu hamil dalam kategori stress ringan, 13 orang (43.3%) ibu hamil

dalam kategori stress sedang, dan 7 orang (23.3%) ibu hamil dalam kategori stress

berat.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan untuk pembuktian

hipotesis antara variabel bebas (Kejadian Abortus) dan terikat (Tingkat Stress) ibu

hamil di Puskesmas Sunyaragi Tahun 2020. Analisis bivariat dalam penelitian ini

menggunakan uji Rank Spearman karena menghubungkan variabel independen


dengan variabel dependen. Pengujian menggunakan uji korelasi Rank Spearman

karena menghubungkan variabel yang berskala ordinal dengan variabel berskala

nominal.

Tabel 5.3 Hubungan Antara Kejadian Abortus dengan Tingkat Stress

pada Ibu Hamil di Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon Tahun 2020.

Kejadian Tingkat Stress P


Ringan Sedang Berat Total
Abortus Value

0,023
F % F % F % F %
Pernah 7 23.3% 13 43.3% 7 23.3% 27 90.0%
Tidak 3 10% 0 0% 0 0% 3 10.0%

Pernah
Jumlah 10 33.3% 13 43.3% 7 23.3% 30 100%
Sumber Data: Hasil Olahan Data (2020)

Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat diketahui bahwa dari 27 ibu hamil yang

mengalami kejadian abortus 23,3% diantaranya memiliki kategori stress ringan,

43,3% memiliki kategori stress sedang, dan 23,3% memiliki kategori stress berat.

Sedangkan terdapat 3 ibu hamil yang tidak pernah mengalami kejadian abortus

10% diantaranya memiliki kategori stress ringan.

Berdasarkan hasil uji statistic didapatkan nilai p = 0,0381, yang artinya

nilai p ini lebih kecil dari nilai a = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan antara kejadian abortus dengan tingkat stress pada ibu hamil di

Puskesmas Sunryaragi Kota Cirebon Tahun 2020.

2. Pembahasan
a. Gambaran Kejadian Abortus pada Ibu Hamil di Puskesmas Sunyaragi

Kota Cirebon Tahun 2020

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Sunyaragi

menunjukkan bahwa dari 30 responden, sebagian besar responden, yaitu sebanyak

27 responden (90,0%) mengatakan pernah mengalami kejadian abortus.

Hal ini juga dapat dikaitkan dengan teori dari Kemenkes RI (2016) yang

menyatakan bahwa abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun

sebelum janin mampu bertahan hidup pada usia kehamilan sebelum 20 minggu

didasarkan pada tanggal hari pertama haid normal terakhir atau berat janin kurang

dari 500 gram. Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil

konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang

terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di luar kandungan mempunyai berat badan

297 gram waktu lahir.Akan tetapi, karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan

berat badan di bawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan

sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau

kurang dari 20 minggu. Menurut Hidayanti (2009) bahwa abortus adalah keadaan

terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri diluar

uterus. Belum sanggup 12 diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400-

1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu. Menurut Amalia (2015)

kejadian abortus diduga mempunyai efek terhadap kehamilan berikutnya, baik pada

timbulnya penyulit kehamilan maupun pada hasil kehamilan itu sendiri. Wanita dengan

riwayat abortus mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya persalinan prematur,

abortus berulang, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Menurut Siti (2013) klasifikasi

kejadian abortus dibagi menjadi 2 diantaranya: berdasarkan terjadinya, berdasarkan


pelaksanaannya dan gambaran klinik. Berdasarkan terjadinya terbagi menjadi 2, yaitu

abortus spontan dan abortus provokatus, sedangkan berdasarkan pelaksanaannya, yaitu

keguguran buatan teraupetik dan keguguran buatan illegal serta gambaran klinik

diantaranya abortus iminens, abortus iminens, abortus inkompletus, abortus

kompletus, abortus servikalis dan missed abortion.

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa ibu hamil di Puskesmas

Sunyaragi sebagian besar mengalami kejadian abortus, abortus yang dialami ibu

ialah abortus berulang sehingga ibu sangat mengkhawatirkan kandungannya saat

ini. Kejadian abortus ibu disebabkan karena jumlah usia kehamilan ibu yang

muda, jumlah paritas, ekonomi, dan jarak kehamilan. Hasil penelitian ini sejalan

dengan hasil penelitian yang dilakukan Tetra (2017) yang menunjukkan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya abortus pada ibu hamil adalah usia, paritas

riwayat abortus, sosial ekonomi pendidikan, penyakit infeksi, alkohol, merokok, status

perkawinan, dan jarak kehamilan, Rahmani (2013) Bila jarak kelahiran dengan anak

sebelumnya kurang dari 2 tahun. Rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik.

Kehamilan dalam keadaan ini perlu di waspadai karena ada kemungkinan pertumbuhan

janin kurang baik, mengalami persalinan yang lama atau perdarahan (abortus).

Insidensi abortus meningkat pada wanita yang hamil dalam 3 bulan setelah

melahirkan. Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan

oleh Ahmad (2016) bahwa usia kehamilan muda atau kehamilan trimester I

berisiko untuk terjadinya abortus. Responden yang didiagnosa abortus sebagian

besar dari responden yang mengalami abortus memiliki usia kehamilan berisiko.

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti berasumsi bahwa kejadian

abortus terjadi karena usia kehamilan ibu yang sangat beresiko terutama pada
trimester 1 dan 2, sehingga sangat rentan ibu mengalami kejadian abortus, dan

juga jarak kehamilan yang terlalu dekat. Oleh karena itu ibu harus menjarak

kehamilan dengan pemilihan KB.

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa, jika ibu dapat menjarak

kehamilannya, maka resiko mengalami kejadian keguguran menjadi rendah.

b. Gambaran Tingkat Stress pada Ibu Hamil di Puskesmas Sunyaragi

Kota Cirebon Tahun 2020

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Sunyaragi

menunjukkan bahwa dari 30 responden, sebagian besar responden yaitu sebanyak

13 orang (43.3%) ibu hamil yang mengalami kejadian abortus dalam kategori

stress sedang.

Hasil penelitian Field, dkk (2007) mengatakan ibu hamil yang mengalami

stres yang tinggi sehingga mengakibatkan insomnia dapat meningkatkan tekanan

darah ibu, dapat meningkatkan resiko kehamilan bayi prematur bahkan

keguguran. Ibu yang mengalami stress mungkin mengalami tekanan yang sangat

berat saat melahiran, fakor lainnya yaitu karena proses persalinan yang membuat

trauma, kurangnya dukungan pada saat kehamilan dan persalinan, perasaan belum

siap menjadi ibu misalnya karena usia terlalu muda. Menurut Prawirohardjo

(2010) pada kehamilan usia muda keadaan ibu masih labil dan belum siap

mental untuk menerima kehamilannya. Akibatnya, selain tidak ada persiapan,

kehamilannya tidak dipeliharan dengan baik. Kondisi ini menyebabkan ibu

menjadi stress. Dan akan meningkatkan resiko terjadinya abortus.


Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa tingkat stress yang

dialami ibu hamil yang pernah mengalami kejadian abortus, memiliki

kekhawatiran dan rasa takut terhadap kandungannya saat ini. Emosi yang berubah

– ubah pada ibu hamil sangat mengkhawatirkan kejadian keguguran akan terulang

kembali terutama pada trimester 1 dan 2.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa stress yang dialami ibu hamil

memiliki potensi besar akan kembalinya kejadian keguguran, jika ibu tidak rutin

memeriksakan kandungannya ke dokter atau bidan terdekat.

c. Hubungan Antara Kejadian Abortus dengan Tingkat Stress pada Ibu

Hamil Di Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon Tahun 2020

Berdasarkan hasil penelitian, menemukan hasil bahwa terdapat hubungan

antara kejadian abortus dengan tingkat stress pada ibu hamil di Puskesmas

Sunyaragi Kota Cirebon tahun 2020, (p=0,02).

Hal ini sesuai dengan teori eksistensial yang dikutip dari penelitian

Setyaningsih (2011) menjelaskan bahwa depresi terjadi jika perbedaan antara

ideal self dan kenyataan terlalu besar. Pasien yang mengalami depresi menyadari

bahwa dirinya tidak hidup sesuai dengan idealnya sehingga menyebabkan

perasaan tidak berdaya dan putus asa, oleh karena itu semakin tinggi dan semakin

kompleks resiko terjadinya abortus maka akan semakin tinggi pula tingkat depresi

seseorang. Dalam hal ini, tindakan yang dilakukan dokter dalam mempertahankan

dan pengeluaran janin juga dapat berakibat pada tingkat depresinya, semakin sulit

dan kompleks tindakan yang dilakukan juga akan semakin tinggi tingkat

depresinya. Hal ini juga terdapat kaitan dengan penelitian Harsanti (2010)
sebagian besar perempuan menyatakan bahwa mereka dapat mengatasi reaksi

psikologis primer yang terjadi akibat abortus yang mereka alami. Memang

beberapa wanita mengalami rasa sedih, kehilangan ataupun perasaan-perasaan

negatif lainnya, namun beberapa wanita yang mengalami abortus ternyata tidak

lama mengalami dampak psikologis dari abortus itu seperti kecemasan dan

masalah harga diri.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Pertiwi (2013)

Hasil analisis hubungan melalui uji statistik chi square didapatkan nilai

Asymp.Sig (2-sided) dengan nilai p = 0,000 < 0,05 yang berarti Ho ditolak dan

Hα diterima yaitu ada hubungan antara jenis abortus dengan kejadian depresi

pada ibu yang mengalami abortus di RSKIA Sadewa Sleman Yogyakarta. Hal ini

juga berkaitan dengan penelitian Herlina (2017) Hasil penelitian berdasarkan uji

statistic Pearson Chi-Square test Berdasarkan uji statistik Chi-Square test

dengan tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05) disajikan dalam tabel 2x3 diperoleh

nilai p = 0,036 yakni lebih kecil dibandingkan α (0,05) dengan H0 ditolak dan Ha

diterima sehingga terdapat hubungan antara stres dengan

kejadian abortus pada ibu hamil di Puskesmas Bahu Kota Manado.

Berdasarkan hasil uraian diatas, peneliti berasumsi bahwa kejadian abortus

sangat mempengaruhi psikis ibu, sehingga dapat mengganggu kesehatan janin

yang ada dalam kandungan ibu.

3. Keterbatasan Peneliti
Penelitian mengenai Hubungan Antara Kejadian Abortus dengan Tingkat

Stress pada Ibu Hamil di Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon Tahun 2020,

memiliki keterbatasan penelitian yaitu:

a. Keterbatasan waktu yang dimiliki peneliti dikarenakan adanya wabah

penyakit Covid-19.

b. Masih terdapat jawaban kuesioner yang tidak konsisten menurut

pengamat peneliti. Karena responden kurang teliti terhadap pernyataan

yang ada sehingga terjadi tidak konsisten terhadap jawaban kuesioner.

c. Proses berlangsungnya pengisian kuesioner via google form tidak

seluruhnya diawasi oleh peneliti.

d. Peneliti tidak dapat meneliti faktor kejadian abortus yang lain seperti

jumlah paritas, jarak kehamilan, faktor infeksi.


BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubugan Kejadian Abortus dengan

Tingkat Stress pada Ibu Hamil di Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon Tahun

2020, maka penulis membuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Lebih dari sebagaian 27 responden (90,0%) pernah mengalami kejadian

abortus. Sedangkan kurang dari sebagian responden yang tidak pernah

mengalami kejadian abortus 3 responden (30,0%)

2. Kurang dari sebagian responden 4 orang (13,3%) ibu hamil dalam kategori

stress ringan, 10 orang (33,3%) ibu hamil dalam kategori stress sedang, dan

16 orang (53,3%) ibu hamil dalam kategori stress berat.

3. Ada Hubungan Antara Kejadian Abortus dengan Tingkat Stress pada Ibu

Hamil di Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon Tahun 2020.

6.2 Saran

Berdasarkan dari kesimpulan penelitian diatas, maka dapat diberikan saran

sebagai berikut:

a. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk pihak

STIKKU dan mahasiswa, terkait Hubungan Antara Kejadian Abortus


dengan Tingkat Stress pada Ibu Hamil di Puskesmas Sunyaragi Kota

Cirebon 2020.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya agar dapat meneliti faktor – faktor lainnya

yang dapat mencegah terjadinya kejadian abortus pada ibu hamil.

c. Bagi Responden

Diharapkan untuk menjadi gambaran kesadaran penting pada

kehamilan selanjutnya agar ibu selalu memeriksakan kandungannya

pada tenaga kesehatan seperti bidan atau dokter kandungan.

d. Bagi Puskesmas Sunyaragi

Hasil Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan agar Puskesmas

agar lebih berupaya mengendalikan tingkat stress ibu hamil terkait

kejadian abortus.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad La Ode, AL. (2016). Analisis Faktor Resiko Usia Kehamilan dan
ParitasTerhadap Kejadian Abortus. Jurnal. Fakultas Kesehatan Universitas
Haluoleo Kendari. https://www.neliti.com/publications diakses pada 5
Agustus 2020.

Amalia, M. (2015). Faktor Resiko Kejadian Abortus. Jurnal. Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jkmi/article/view/2374 diakses pada 5
Agustus 2020.

Andriza. (2013). Hubungan Umur dan Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian
Abortus. Jakarta: Bina Pustaka.

Anestesia, T. (2017). Faktor – factor yang berhubungan dengan Kejadian Abortus


di RSUD DR.Adnaan WD Payakumbuh. Jurnal. Fakultas Kesehatan
STIKes Perintis Padang. https://jurnal.stikesperintis.ac.id diakses pada 5
Agustus 2020.

Badriah, DL. (2019). Metodologi Penelitian Ilmu – Ilmu Kesehatan. Bandung:


Mutazam.

BKKBN. (2013). Jarak Kehamilan. Jakarta: EGC.

Harsanti, I. (2010). Dampak Psikologis pada Wanita yang Mengalami Abortus


Spontan. Jurnal. Fakultas Kesehatan Universitas Gunadarma.
https://ejournal.gunadarma.ac.id diakses pada 10 Agustus 2020.

Heriana, C. (2015). Manajemen Pengolahan Data Kesehatan. Bandung: PT


Refika Aditama

Hidayat, RD. (2009). Ilmu Perilaku Manusia Pengantar Psikologi untuk Tenaga
Kesehatan.

Husin, F. (2013). Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Bandung: Sagung Seto.


Irianti. (2009). Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.

Jannah. (2012). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT


Salemba Medika.

Junita, E dan Asmah. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Aplikasi Nanda
NIC NOC. Klaten: Fakultas Ilmu.

Kemenkes, RI. (2016). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta.

Khasanah, P, N. (2017). Hubungan Tingkat Stress Dengan Kejadian Emesis


Gravidarum Pada Ibu Trimester 1 Di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Cilongok
Kabupaten Banyumas. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah. Jakarta. http://repository.ump.ac.id/ diakses pada 2 Mei
2020.

Kusmaryanto, SCJ., (2016). Kontroversi Aborsi. Gramedia Widiasarana


Indonesia. Jakarta.

Matjino, HS. (2013). Faktor Resiko Kejadian Abortus di RSUD DR. Chasan
Boesoirie Ternate. Jurnal. Fakultas Kesehatan Universitas Hasanuddin
Makassar. https://google.com/digilib.unhas.ac.id diakses pada 5 Agustus
2020.

Mezy. (2016). Abortus Berulang. Bandung: PT. Refika Aditama.

Mochtar. (2012). Nyeri Persalinan. Jakarta: Pustaka Ilmu.

Notoatmodjo. (2018). Metode Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta.

Pariani, S. (2012). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta:


Sagung Seto.

Pertiwi, W. (2013). Analisis Kejadian Depresi pada Ibu yang Mengalami Abortus
di RSKIA Sadewa Sleman Yogyakarta. Jurnal. Fakultas Kesehatan STIKes
Aisyiyah Yogyakarta. https://digilib.unisayogya.ac.id diakses pada 10
Agustus 2020.

Prawirohardjo, S. (2010). Ilmu kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.
Pribadi. (2009). Abortus Spontan. Jakarta: EGC.
Rahmani, S, L. (2014). Faktor-faktor resiko kejadian abortus di RS Prikasih
Jakarta Selatan. Skripsi. Program Sarjana Kedokteran Universitas Islam
Negri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Rasmun. (2004). Stress, koping dan adaptasi teori dan pohon masalah
keperawatan. Jakarta: CV Sagung Seto.

Rochmawati, P, N. (2013). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Klaten:


Fakultas Ilmu.

Rukiyah, A, Y, dkk. (2013). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta:
EGC.

Sabarudin, U. (2009). Obstetrics and Gynecology. Bandung.

Sarafino, (2008) HealthPsychology: Byopsychosocial Interactions Sixth Edition.


United States : John Willey & Sons, Inc.

Sarwono. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka.

Setyaningsih, dkk. (2011). Hubungan Antara Prevalensi Depresi dengan Tipe


Locus Of Control pada Peserta Meditasi di Kota Denpasar. Jurnal. Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. https://www.google.com/url?sa=t&source
diakses pada 10 Agustus 2020.

SDKI. (2013). Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2013. Jakarta:
Badan Pusat Statistik.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dari R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sujarweni, V. W. (2014). Metode Penelitian: Lengkap, Praktis, dan Mudah


Dipahami. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Ummi, H, dkk. (2011). Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Jakarta: Salemba


Medika.

Wijayanegara H. (2009). Prematuritas. Bandung: PT. Refika Aditama.


Yanti, L. (2018). Faktor Determinan Kejadian Abortus pada Ibu Hamil: Case
Control. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan STIKes Harapan Bangsa.
Purwokerto. http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/ Diakses pada 17 Mei
2020.
Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN

Maret April Mei Juni Juli Agustus


Kegiatan
1 2 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Konsultasi Awal
2 Penyusunan Proposal
3 Seminar Proposal
4 Revisi Seminar Proposal
5 Persiapan Penelitian
6 Pelaksanaan Penelitian
7 Analisis
8 Penyusunan Skripsi
9 Sidang Skripsi
10 Revisi Skripsi
11 Naskah Publikasi
12 Penggandaan Skripsi
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN

Setelah mendapatkan penjelasan mengenai kegiatan penelitian yang

dilakukan oleh saudari Armelita Tri Kusumarini, Mahasiswa Program Studi Ilmu

Keperawatan STIKes Kuningan (STIKKU) tentang “Hubungan Antara Kejadian

Abortus dengan Tingkat Stress pada Ibu Hamil di Puskesmas Sunyaragi Kota

Cirebon Tahun 2020”, maka saya (Bersedia/ Tidak Bersedia) untuk menjadi

responden.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa ada

unsur paksaan dari pihak manapun

Cirebon, Juni 2020

Yang menyatakan,

( )
Lampiran 3

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth : Saudara/i …………..

Dengan hormat,

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Armelita Tri Kusumarini

NIM : CKR0160179

Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Kuningan


bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Kejadian
Abortus dengan Tingkat Stress pada Ibu Hamil di Puskesmas Sunyaragi Kota
Cirebon Tahun 2020”.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka saya mohon kesediaan Saudara/i


untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Saya berjanji akan menjaga
kerahasiaan dari data yang diperoleh baik dalam proses pengumpulan, pengolahan
ataupun penyajian dan data tersebut hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian saja.

Atas perhatian dan kerjasama Saudara/i, saya ucapkan terima kasih.

Cirebon, Juni 2020

Hormat Saya

Armelita Tri Kusumarini


Lampiran 4
Lembar Kuesioner Penelitian

Petunjuk umum pengisian:

1. Isilah identitas anda secara lengkap dan benar


2. Dalam menjawab pertanyaan, anda diminta tidak bertanya pada orang lain
yang ada didekat anda.
3. Anda diminta menjawab sesuai dengan hati nurani.
4. Semua soal harus dijawab.
No Pertanyaan Sangat Setuju Cukup Tidak Sangat
. Setuju Setuju Tidak
Setuju
Perasaan Ansietas

1. Apakah Ibu selalu mengalami


ketakutan terhadap anaknya
akan mengalami kelainan?

2. Apakah Ibu mudah


tersinggung saat ada yang
mengingatkan kejadian
keguguran di masa lalu?

3. Apakah ibu merasa cemas


terhadap kandungan saat ini
dan sering memeriksakannya
demi mencegah terjadinya
kejadian keguguran?

4. Apakah ibu ketika


memeriksakan kandungannya
ke dokter, ibu bertanya
mengenai kesehatan psikis
ibu setelah mengalami
kejadian keguguran?
Ketakutan
5. Apakah Ibu merasa takut
kejadian keguguran terulang
kembali?

6. Apakah Ibu merasa tidak


tenang saat banyak orang
yang membicarakan kejadian
keguguran?

7. Apakah ibu dapat


mengendalikan rasa takut
setelah mengalami kejadian
keguguran?
8. Apakah ketika ibu merasa
takut, ibu mengalami sesak
nafas di dada?
Gangguan Gastrointestinal
9. Apakah dengan kejadian
keguguran di masa lalu
mengakibatkan ibu
mengalami stress sehingga
asam lambung meningkat lalu
ibu merasa mual?

10. Apakah dengan


meningkatnya asam lambung
ibu menjadi tidak nafsu
makan?

11. Apakah pola makan ibu tidak


teratur sehingga dapat
meningkatkan asam
lambung?
12. Apakah dengan adanya
peningkatan asam lambung,
ibu merasakan nyeri tekan
pada ulu hati?
13. Apakah munculnya rasa nyeri
pada ulu hati menyebabkan
kontraksi pada kandungan
ibu?
Aktivitas Fisik
14. Apakah Ibu merasa takut
untuk melakukan aktivitas
tertentu yang dapat
mengakibatkan kejadian
keguguran terulang kembali?

15. Apakah tekanan darah ibu


selalu rendah karena
mengalami kejadian
keguguran di masa lalu?
16. Apakah ibu selalu didampingi
suami ketika melakukan
aktivitas berat?

17. Apakah sering berolahraga


ringan seperti yoga demi
mencegah terjadinya kejadian
keguguran?

18. Apakah setiap melakukan


aktivitas ibu dapat mengatur
pola nafas dengan baik?
Gangguan Tidur
19. Apakah di malam hari ibu
merasa gelisah memikirkan
kejadian keguguran di masa
lalu?

20. Apakah ibu sering bermimpi


buruk tentang kejadian
keguguran sehingga malam
hari ibu merasa stress?

21. Apakah ibu selalu melakukan


kebutuhan spiritual seperti
berdzikir ketika ibu
mengalami gangguan tidur?
22. Apakah disaat ibu mengalami
gangguan tidur, ibu juga
merasakan nyeri di kepala?
23. Apakah ibu dapat mengatasi
nyeri di bagian kepala?
24. Apakah ketika mengalami
gangguan tidur, ibu ditemani
suami?
Lampiran 5

Surat Keterangan Izin Penelitian


Lampiran 6

Surat Keterangan Izin Penelitian


Lampiran 7

Surat Keterangan Uji Validitas Kuesioner


Lampiran 8
Hasil Uji Statistik Data (SPSS)

5. Frekuensi Data

Kejadian Abortus

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Tidak Pernah 3 10.0 10.0 10.0

Valid Pernah 27 90.0 90.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Tingkat Stress

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

stres ringan 10 33.3 33.3 33.3

stres sedang 13 43.3 43.3 76.7


Valid
stres berat 7 23.3 23.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

6. Normalitas Data

Case Processing Summary


Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Tingkat Stress * 30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%


Kejadian Abortus

7. Tabulasi Data

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Tingkat Stress * 30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%


Kejadian Abortus
Tingkat Stress * Kejadian Abortus Crosstabulation

Kejadian Abortus Total

Tidak Pernah Pernah

Count 3 7 10
stres ringan
% of Total 10.0% 23.3% 33.3%

Count 0 13 13
Tingkat Stress stres sedang
% of Total 0.0% 43.3% 43.3%

Count 0 7 7
stres berat
% of Total 0.0% 23.3% 23.3%
Count 3 27 30
Total
% of Total 10.0% 90.0% 100.0%

8. Uji Rank Spearman

Nonparametric Correlations

Correlations

Tingkat Stress Kejadian


Abortus

Correlation Coefficient 1.000 .413*

Tingkat Stress Sig. (2-tailed) . .023

N 30 30
Spearman's rho
Correlation Coefficient .413* 1.000

Kejadian Abortus Sig. (2-tailed) .023 .

N 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


Lampiran 9

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Armelita Tri Kusumarini
Tempat, tanggal lahir : Cirebon, 18 April 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Gn. Salak III D25 No.347 Perumnas Kota Cirebon
No. Hp : 082315771003

PENDIDIKAN FORMAL
1. SDN Kebon Baru 3 Kota Cirebon

2. SMPN 18 Kota Cirebon

3. SMAN 3 Kota Cirebon

4. Prodi S1 Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan

(2016-2020)

Anda mungkin juga menyukai