Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS KELUARGA PADA KELUARGA

SEHAT DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

DI DESA CANGKOAK RT.011 RW.003 KECAMATAN

DUKUPUNTANG KABUPATEN CIREBON

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Komunitas


STIKes Kuningan
Dosen pengampu : TIM

Disusun Oleh:
REVITA AYU SELVIANA
JNR0200117

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
TAHUN 2021
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuhan keperawatan keluarga  yaitu suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktek
keperawatan pada keluarga. Asuhan keperawatan keluarga  digunakan untuk membantu
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga  dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan. Agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat diterima oleh keluarga, maka
perawat harus mengerti, memahami tipe dan struktur keluarga, mengetahui tingkat pencapaian
keluarga  dalam melakukan fungsinya. Memerlukan pemahaman setiap tahap perkembangan
keluarga dan tugas perkembangannya. Promosi Kesehatan yang di lakukan pada keluarga yaitu
untuk memberikan informasi pada keluarga terkait segala hal yang bertujuan pada peningkatan
kualitas kesehatan, sedangkan Pengkajian asuhan keperawatan keluarga  dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana keluarga  memenuhi tugas perkembangannya dalam menerapkan pola
hidup bersih dan sehat di rumah tangga.
Berdasarkan paradigma sehat ditetapkan visi Indonesia Seat 2010, dimana ada 3 pilar yang
perlu mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat serta pelayanan
kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Untuk perilaku sehat bentuk kongkrit nya yaitu
perilaku proaktif memelihara dan meningkatkan kesehatan. mencegah risiko terjadinya penyakit,
melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan.
Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka diperlukan
berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat. Salah satunya melalui
program promosi kesehatan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kepada
masyarakat, keluarga atau suatu kelompok komunitas.
B. Definisi
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas
kesadaran sehingga anggota keluarga atau masyarakat dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.
PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi
bagi perorangan, keluarga kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalan komunikasi,
memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social support), dan
pemberdayaan masyarakat (empowerman) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat
mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan masing-masing, agar dapat
menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan
kesehatan. (Maryunani A, 2013).
C. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga
PHBS dirumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu,
mau dan mampu melaksanakan PHBS yang bertujuan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat.
Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga yaitu
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi bayi ASI Eksklusif
3. Menimbang bayi dan balita
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik nyamuk di rumah
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah
D. Penjelasan dari tiap indikator PHBS tersebut adalah sebagai berikut :
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, perawa). Setiap persalinan dari
ibu hamil harus ditolong oleh tenaga kesehatan karena :
a. Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan, sehingga
keselamatan ibu dan bayi lebih terjamin.
b. Apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera ditolong oleh bidan, dokter, perawat
dan para medis lainnya atau dirujuk ke Puskesmas atau Rumah Sakit.
c. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang aman, bersih,
dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya.
d. Apabila terdapat tanda-tanda persalinan seperti ibu mengalami mulas-mulas yang
timbulnya semakin sering dan semakin kuat, rahim terasa kencang bila diraba terutama saat
terasa mulas, keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir, keluar cairan ketuban yang
berwarna jernih kekuningan dari jalan lahir, merasa seperti mau buang air besar maka
harus segera hubungi tenaga kesehatan (bidan/ dokter), tetap tenang dan tidak bingung,
untuk mengurangi rasa sakit dari mulasnya dapat bernapas panjang melalui hidung dan
mengeluarkan melaluimulut dengan perlahan.
2. Memberi bayi ASI Eksklusif
ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang
cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan baik.
ASI pertama berupa cairan bening berwarna kekuningan (kolostrum), sangat baik untuk
bayi karena mengandung zat kekebalan terhadap penyakit.
Bayi disusui sesegera mungkin paling lambat 30 menit setelah melahirkan untuk
merangsang agar ASI cepat keluar dan menghentikan pendarahan, berikan ASI dari kedua
payudara secara bergantian. ASI Eksklusif diberikan pada bayi usia 0-6 bulan, hanya diberi
ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan atau minuman lain, sementara selain ASI
diberikan pula Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dalam bentuk lumat dan jumlah yang
sesuai dengan perkembangan umur bayi. Pemberian ASI tetap dilanjutkan hingga bayi
berusia 2 tahun.
Pemberian ASI juga harus memperhatikan bahwa ibu harus yakin mampu menyusui
bayinya dan mendapat dukungan dari keluarga agar upaya pemberian ASI Eksklusif selama
enam bulan bisa berhasil.
3. Menimbang bayi dan balita
Penimbangan bayi dan balita dilakukan setiap bulan mulai umur 1 bulan sampai 5 tahun di
Posyandu untuk memantau pertumbuhannya setiap bulan. Setelah bayi dan balita ditimbang,
catat hasil penimbangan di Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) atau Kartu Menuju
Sehat (KMS) maka akan terlihat berat badannya naik atau tidak naik.
Dengan melihat berat badan bayi dan balita naik atau tidak naik pada pencatatan setiap
bulan, dapat diketahui apakah bayi dan balita tumbuh sehat, bisa mencegah gangguan
pertumbuhan, jika berat badan dua bulan berturut-turut tidak naik atau bahkan berat
badannya dibawah garis merah (BGM) dan dicurigai gizi buruk, dapat segera dirujuk ke
Puskesmas. Datang secara rutin ke Posyandu juga berfungsi untuk mengetahui kelengkapan
imunisasi serta untuk mendapatkan penyuluhan gizi.
4. Menggunakan air bersih
Air bersih adalah air yang secara fisik dapat dibedakan melalui indera kita (dapat
dilihat, dirasa, dicium, dan diraba):
a. Air tidak berwarna, harus bening/ jernih
b. Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan kotoran lainnya.
c. Air tidak berasa.
d. Air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk, atau bau belerang.
Dengan menggunakan air bersih dapat terhindar dari gangguan penyakit seperti diare,
kolera, disentri, thypus, kecacingan, penyakit mata, penyakit kulit atau keracunan selain itu,
setiap anggota keluarga terpelihara kebersihannya. Keberadaan air bersih ini yang sangat
penting, maka perlu untuk menjaga kebersihan sumber air bersih yaitu :
a. Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah sampai paling
sedikit 10 meter.
b. Sumber mata air harus dilindungi dari bahan pencemaran.
c. Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus dijaga bangunannya agar tidak
rusak.
d. Harus dijaga kebersihannya seperti tidak ada genangan air di sekitar sumber air, tidak ada
bercak-bercak kotoran, tidak berlumut pada lantai/ dinding sumur. Ember/ gayung
pengambil air harus tetap bersih dan tidak diletakkan di lantai.
e. Meskipun air sudah bersih tetapi ketika diminum harus tetap dimasak mendidih
karena air belum tentu bebas kuman penyakit, yang hanya bisa mati pada suhu 1000C (saat
mendidih).
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun merupakan suatu intervensi kesehatan yang
paling hemat tapi sangat bermanfaat karena dapat membunuh kuman penyakit yang ada di
tangan sehingga tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman, mencegah penularan penyakit,
seperti disentri, flu burung, flu babi, typhus, dll.
Aktivitas yang dianjurkan untuk cuci tangan yaitu :
a. Setiap kali tangan kita kotor (setelah; memegang uang,memegang binatang,
berkebun, dll).
b. Setelah buang air besar.
c. Setelah menceboki bayi atau anak.
d. Sebelum makan dan menyuapi anak.
e. Sebelum memegang makanan.
f. Sebelum menyusui bayi.
Adapun cara yang benar untuk cuci tangan itu sendiri dengan menggunakan air bersih
yang mengalir dan memakai sabun seperlunya, selanjutnya bersihkan telapak tangan,
pergelangan tangan, sela-sela jari dan punggung tangan, dan yang terakhir bersihkan tangan
pakai lap bersih.
6. Menggunakan jamban sehat
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia.
Jamban yang sehat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Tidak mencemari sumber air minum (Jarak antara sumber air minum dengan lubang
penampungan minimal 10 meter)
b. Tidak berbau.
c. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.
d. Tidak mencemari tanah disekitarnya.
e. Mudah dibersihkan dan aman digunakan.
f. Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
g. Penerangan dan ventilasi cukup.
h. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.
i. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
j. Semua anggota keluarga harus menggunakan jamban untuk membuang tinja, sehingga
dapat menjaga lingkungan menjadi bersih, sehat, nyaman dan tidak berbau, tidak
mencemari sumber air yang dijadikan sebagai air baku air minum atau air untuk kegiatan
sehari- hari, dan tidak mengundang serangga dan binatang yang
dapatmenyebarluaskan bibit penyakit.
7. Memberantas jentik di rumah
Keluarga perlu melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M
Plus (Menguras, Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan nyamuk). 3 M Plus adalah
tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN yaitu :
a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, tatakan
kulkas, alas pot kembang.
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti lubang bak kontrol, lubang pohon,
lekukan-lekukan yang dapat menampung air hujan.
c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air.
d. Plus menghindari gigitan nyamuk yaitu dengan menggunakan kelambu, memakai obat
yang dapat mencegah gigitan nyamuk, menghindari kebiasaan menggantung pakaian
dalam kamar, mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai, menabur larvasida
di tempat yang sulit dikuras dan memeliharaikan pemakan jentik di kolam. 15
8. Makan buah dan sayur setiap hari
Sayur dan buah merupakan sumber nutrisi antioksidan dengan kandungan vitamin dan
mineral. Buah dan sayur juga kaya akan senyawa fitokimia anti-kanker serta serat.
Adapun porsi ideal sayur dan buah tiap hari untuk menjaga tubuhtetap sehat yaitu
mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari.
Konsumsi sayur dan buah yang tidak merusak kandungan dari gizinya adalah dengan
memakannya dalam keadaan mentah atau dikukus.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Setiap anggota keluarga diharapkan melakukan aktivitas fisik secara bertahap sampai
mencapai 30 menit setiap hari, bisa dilakukan sebelum makan atau 2 jam sesudah makan,
berupa kegiatan sehari-hari dan olahraga. Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dapat
menyehatkan jantung, paru-paru serta alat tubuh lainnya.
10. Tidak merokok di dalam rumah
Bahaya merokok di dalam rumah yaitu asap rokok yang mengandung zat-zat
nikotin, tar dan zat berbahaya lainnya terhisap oleh perokok pasif yang dapat menyebabkan
berbagai penyakit antara lain jantung dan pembuluh darah.
Jika di dalam lingkungan masyarakat, semua rumah tangga menerapkanPHBS maka akan
diperoleh manfaat sebagai berikut :
1) Bagi Rumah Tangga
a. Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit. b. Anak tumbuh sehat
dan cerdas.
b. Anggota keluarga giat bekerja.
c. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga,
pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.
2) Bagi Masyarakat
a. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.
b. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah- masalah kesehatan.
c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
d. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
(UKBM) seperti posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulans desa dan
lain-lain.
3) Bagi Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota
a. Peningkatan persentasi Rumah Tangga ber-PHBS menunjukan kinerja dan citra
pemerintah provinsi dan kabupaten/kota yang baik.
b. Biaya yang tadinya dialokasikan untuk menangungulangi masalah-masalah kesehatan
dapat dialihkan untuk pengembangan lingkungan yang bertata rapih dan sehat serta
penyediaan sarana pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau.
c. Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain
dalam pembinaan PHBS di Rumah Tangga.

E. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Untuk mewujudkan PHBS di setiap tatanan masyarakat, diperlukan pengelolaan


manajemen program PHBS sebagai berikut:
Pengkajian

Perencanaan

Penggerakan
pelaksanaaan dan
pemantauan

Penilaian

Gambar 4. Alur program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

1. Pengkajian
Tujuan pengkajian adalah untuk mempelajari, menganalisis dan merumuskan masalah
perilaku yang berkaitan dengan PHBS. Kegiatan pengkajian meliputi pengkajian PHBS secara
kuantitatif, pengkajian PHBS secara kualitatif dan pengkajian sumber daya (dana, sarana dan
tenaga).
a. Pengkajian PHBS secara kuantitatif yaitu dengan cara pengumpulan data sekunder
selanjutnya dibuat simpulan hasil analisis data sekunder, data tersebut diolah dan
dianalisis sehingga dapat dibuat pemetaan nilai IPKS (Indeks Potensi Keluarga Sehat)
sehingga semua masalah PHBS dapat diintervensi dengan tepat dan terarah selain itu juga
dapat ditentukan prioritas utama. Adapaun besar pengambilan sampel PHBS sederhana
rekomendasi WHO:

30 x 7 = 210 rumah tangga


( 30 kluster, 7 rumah tangga; kluster disetarakan dengan desa atau kelurahan)

b. Pengkajian PHBS secara kualitatif

Setelah ditentukan prioritas masalah perilaku, selanjutnya dilakukan pengkajian kualitatif.


Tujuannya untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang kebiasaan,
kepercayaan, sikap, norma, budaya perilaku masyarakat yang tidak terungkap dalam
kajian kuantitatif PHBS.

c. Pengkajian PHBS secara kualitatif

Setelah ditentukan prioritas masalah perilaku, selanjutnya dilakukan pengkajian kualitatif.


Tujuannya untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang kebiasaan,
kepercayaan, sikap, norma, budaya perilaku masyarakat yang tidak terungkap dalam
kajian kuantitatif PHBS.
d. Pengkajian sumber daya (dana, tenaga dan sarana)
Pengkajian sumber daya dilakukan untuk mendukung pelaksanaan program PHBS.

2. Perencanaan
Penyusunan rencana kegiatan PHBS berguna untuk menentukan tujuan dan strategi
komunikasi PHBS. Adapun langkah-langkah perencanaan yaitu menentukan tujuan dan
menentukan jenis kegiatan intervensi.
3. Pemantauan
Pemantauan dilakukan untuk mengetahui program PHBS telah berjalan dan memberikan
hasil atau dampak seperti yang diharapkan, maka perlu dilakukan pemantauan.
Waktu pemantauan dapat dilakukan secara berkala atau pada pertemuan
bulanan, topik bahasannya adalah kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan
dikaitkan dengan jadwal kegiatan yang telah disepakati bersama. Selanjutnya
kendala-kendala yang muncul perlu dibahas dan dicari solusinya.

Cara pemantauan dapat dilaksanakan dengan melakukan kunjungan


lapangan ke tiap tatanan atau dengan melihat buku kegiatan/ laporan kegiatan
intervensi penyuluhan PHBS.

4. Penilaian

Penilaian dilakukan dengan menggunakan Formulir atau Kartu PHBS yang telah
19
dirancang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Waktu penilaian dapat dilakukan pada
setiap tahun atau setiap dua tahun. Caranya dengan membandingkan data dasar PHBS
dibandingkan dengan data PHBS hasil evaluasi selanjutnya menilai kecenderungan masing-
masing indikator apakah mengalami peningkatan atau penurunan, mengkaji penyebab masalah
dan melakukan pemecahannya, kemudian merencanakan intervensi berdasarkan data hasil
evaluasi PHBS.

Cara melakukan penilaian melalui :


a) Pengkajian ulang tentang PHBS.

b) Menganalisis data PHBS oleh kader/ koordinator PHBS.

Pembinaan PHBS di rumah tangga diawali dengan pengumpulan data oleh kader dengan
cara menyiapkan tenaga pengumpul data, disarankan menggunakan kader desa/ kelurahan
yang telah dilatih PHBS di rumah tangga dengan menggunakan Formulir atau Kartu
PHBS sesuai jumlah rumah tangga yang ada.

Sebelum dilakukan pengumpulan data, kader diberi penjelasan singkat tentang cara
pengumpulan PHBS di rumah tangga. Kader desa/ kelurahan yang telah dilatih PHBS di
rumah tangga, mengumpulkan data Rumah Tangga ber-PHBS berdasarkan 10 indikator
yang dikelompokkan menjadi kesehatan ibu dan anak (KIA) dan gizi, kesehatan
lingkungan, gaya hidup, usaha kesejahteraan masyarakat dengan 10 indikator pusat yaitu
persalinan oleh tenaga kesehatan, ASI eksklusif, gizi, air bersih, jamban, kepadatan
hunian, lantai rumah, aktifitas fisik, tidak merokok dan JPK.

Pengkajian PHBS tingkat rumah tangga dengan 16 indikator adalah

a. Indikator perilaku yaitu,

1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga para
medis lainnya).

2. Pemberian ASI Eksklusif pada usia bayi 0-6 bulan.

3. Penimbangan balita setiap bulan atau minimal 8 kali dalam setahun


sampai berusia 60 bulan.

4. Anggota rumah tangga mengkonsumsi aneka ragam makanan dalam jumlah


cukup untuk mencapai gizi seimbang.

5. Aktivitas fisik dilakukan secara terukur minimal 30 menit setiap hari. Dilakukan
3 – 5 kali seminggu.

6. Tidak merokok yaitu anggota rumah tangga yang merokok di luar rumah/ rumah
bebas asap rokok.

7. Cuci tangan dengan sabun sebelum makan dan sesudah BAB.

8. Gosok gigi minimal 2 kali sehari sesudah makan dan sebelum tidur.

9. Tidak minum minuman keras dan tidak menyalah gunakan narkoba.


10. Anggota rumah tangga menjadi anggota JPK (Dana Sehat, Askes, Jamsostek,
KIS (Kartu Indonesia Sehat), BPJS, dll.

11. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3 M : Menguras, Menutup,


Mengubur (bak, mandi, tempayan, drum, vas bunga, dll)

b. Indikator lingkungan yaitu

1. Air bersih yaitu anggota rumah tangga menggunakan air bersih untuk minum,
memasak, mandi dan mencuci.

2. Jamban sehat yaitu anggota rumah tangga menggunakan jamban sehat (leher
angsa, septic tank atau jamban cemplung tertutup)

3. Sampah ditampung dan dibuang setiap hari pada tempat yang memenuhi syarat.

4. Kepadatan hunian yaitu setiap anggota rumah tangga menempati ruang minimal 9
m. .

5. Lantai rumah yaitu kedap air dan dijaga kebersihannya.


Dari indikator tersebut dapat ditentukan rumus strata yaitu
1. Sehat Pratama (Merah) : Jumlah nilai keluarga antara 0 sampai dengan 5.
2. Sehat Madya (Kuning) : Jumlah nilai keluarga antara 6 sampai dengan 10.
3. Sehat Utama (Hijau) : Jumlah nilai keluarga antara 11 sampai dengan 15.
4. Sehat Paripurna (Biru) : Jumlah nilai keluarga 16.20

c) Melakukan analisis laporan rutin di Dinas Kesehatan kabupaten/ kota


(SP2TP).
d) Observasi, wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah kepada petugas
kader dan keluarga.
Hasil yang dicapai pada tahap pemantauan dan penilaian adalah :
a) Pelaksanaan program PHBS sesuai rencana.
b) Adanya pembinaan untuk mencegah terjadinya penyimpangan.
c) Adanya upaya jalan keluar apabila terjadi kemacetan/ hambatan.
d) Adanya peningkatan program PHBS.
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. PENGKAJIAN

1. IDENTITAS UMUM

1. Identitas Kepala Keluarga


Nama: Tn.F Pekerjaan : Pedagang
Umur : 39 Tahun Alamat : Ds.Cangkoak Cirebon
Agama : Islam No. Telepon : 081321xxxxxx
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
2. Daftar Anggota Keluarga

No Nama L/P Hub. Dg KK Umur Pendidikan Imunisasi KB Kesehatan


Tn.F SMP Sehat
Ny.M SMP Sehat
Tn.A Anak SMA Sehat
Nn.M Anak SMP Lengkap Sehat

3. Type Keluarga
a. Jenis type Keluarga:
Keluarga Inti
b. Masalah yang terjadi dilihat dari type Keluarga:
Tidak ada masalah yang terjadi dalam keluarga Tn.F
4. Suku bangsa (etnis)
a. Latar Belakang Etnis Keluarga atau Anggota keluarga
Jawa
b. Tempat tinggal Keluarga (bagian dari sebuah lingkungan yang secara etnis bersifat homogen)
Tn.F mengatakan, keluarga Tn.F bertempat tinggal di desa yang memiliki lingkungan
tetangga dengan berbagai macam etnis, akan tetapi lebih banyak etnis Jawa
c. Kegiatan keagamaan, social, budaya
Tn.F mengatakan, keluarga Tn.F senantiasa menaati dan menikuti kegiatan keagamaan yang
dilaksanakan di rumah maupun di masjid dan mengikuti kegiatan sosial yang diadakan
di lingkungan sekitar jika sedang tidak berjualan.
d. Kebiasaan berbusana sehari-hari
Memakai baju sehari-hari sopan dan rapih
e. Struktur kekuasaan keluarga
Tn.F adalah kepala keluarga dan Ny.M adalah Ibu Rumah Tanggga
f. Bahasa yang digunakan di rumah
Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa
g. Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi
Tn.F mengatakan, keluarga Tn.F menggunakan jasa perawatan kesehatan yang terdekat dari
rumahnya seperti layanan klinik dokter umum maupun puskesmas terdekat.
5. Agama dan Kepercayaan
a. Agama yang dianut keluarga
Agama Islam
b. Apakah antara anggota keluarga ada yang berbeda keyakinan keagamaan mereka?
Tidak ada
c. Seberapa aktiv keluarga terlibat dalam kegiatan keagamaan atau organisasi keagamaan?
Tidak ada
d. Adakah kepercayaan dan nilai kegamaan yang berpengaruh terhadap kesehatan keluarga?
Keluarga percaya bahwa hidup ini sudah ada yang mengatur yaitu Allah SWT demikian pula dengan
sehat sakit. Keluarga juga percaya bahwa setiap sakit ada obatnya, bila ada keluarga yang sakit
dibawa ke puskesmas.
6. Status social ekonomi keluarga
a. Berapa penghasilan keluarga per bulan?
Pendapatan Tn.F dari hasil berdagang yaitu Rp.1.500.000/Bulan, penghasilan Tn.F dipergunakan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
b. Apakah keluarga merasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan penghasilan
saat ini?
Tn.F dan Istrinya berusaha membuat cukup untuk kebutuhan.
c. Apakah keluarga memiliki tabungan untuk keperluan yang akan datang (misalnya anak
melanjutkan sekolah, dll)
Tidak ada
d. Apakah keluarga memiliki tunjangan kesehatan (asuransi, dll)?
Tn.F memiliki kartu BPJS
e. Bagaimana aktifitas rekreasi keluarga?
Selama Pandemi Covid-19 keluarga Tn.F tidak pernah pergi jalan-jalan
1. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Pada saat ini keluarga Tn.F sedang berada pada tahap perkembangan yaitu tahap keluarga dengan anak
dewasa (pelepasan)
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
-
2. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA INTI
1. Riwayat kesehatan keluarga masa lalu
Tn.f tidak mempunyai masalah dengan istirahat, makan maupun kebutuhan dasar yang lain, tidak
mempunyai penyakit menurun (hipertensi) dan penyakit menular (TBC dan Kusta). Ny.M tidak
mempunyai masalah kesehatan dan juga anak-anaknya.
2. Riwayat kesehatan keluarga saat ini (masing-masing anggota keluarga)
Tn.F dan Keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan. Anak Tn.F memiliki masalah kesehatan.
3. Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan keluarga
Tn. F mengatakan, keluarga Tn.F menggunakan jasa perawatan kesehatan yang terdekat dari
rumahnya seperti layanan klinik dokter umum di lingkungan rumah maupun puskesmas
terdekat.
3. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
1. Karakteristik Rumah Tinggal
a. Gambaran tipe rumah
Rumah yang ditempaati merupakan rumahnya sendiri dengan panjang 5 meter dan lebar 5
meter.
b. Denah Rumah

Kamar 3 Kamar 3 Kamar


Mandi

Dapur
Ruang Tamu Kamar 1 Ruang
Keluarga

c. Gambaran kondisi rumah


1) Ruang tamu
Tn.F mengatakan, ruang tamunya cukup kurang lebih untuk 7-8 orang tamu, ruang tamu
bersih tidak terlalu banyak ornament yang mengisi ruangan dan sirkulasi udara baik
hanya ada lukisan kuda saja.
2) Kamar tidur
Tn.F mengatakan, memilki 3 kamar tidur, dengan bersih rapih dan memiliki sirkulasi
udara yang baik.
3) Ruang keluarga
Tn. N mengatakan, memiliki ruang keluarga yang cukup luas dengan TV LED dan tidak
terlalu banyak ornament yang mengisi ruangan.
4) Dapur
Tn.F mengatakan, memiliki dapur yang cukup untuk memasak, bersih dan memiliki
sirkulasi udara yang baik.
5) Kamar mandi
Tn.F mengatakan, memiliki 1 kamar mandi yang bersih.
d. Pola pembersihan rumah dan lingkungan rumah
Kebersihan rumah Tn.F tampak bersih dan rapih.
e. Perasaan subjektif keluarga terhadap rumah tempat tinggal keluarganya
Tn.F mengatakan, merasa aman dan nyaman terhadap rumah tempat tinggal keluarganya
f. Tempat pembuangan sampah dan limbah rumah tangga
Kebiasaan keluarga Tn.F dalam system pembuangan sampah yang dilakukan yaitu selalu
membkar sisa-sisa sampah rumah tangga, keluarga juga memiliki tempat sampah
dirumahnya.
g. Karakteristik tetangga dan lingkungan rumah
Tn.F mengatakan, memiliki tetangga dan lingkungan rumah yang ramah tamah dengan
berbagai macam etnis.
h. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tidak pernah pindah-pindah rumah.
i. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Tn.F dan keluarga tidak pernah mengikuti kegiatan yang ada dilingkungan masyarakat.
j. System pendukung keluarga
Termasuk siapa saja yang terlibat bila keluaarga mengalami masalah. Keluarga biasanya
mengurusi masalahnya secara interen didalam keluarganya.

4. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola komunikasi keluarga
Keluarga biasanya berkomunikasi menggunakan Bahasa jawa atau bahasa Cirebon.Struktur
2. kekuatan keluarga
Tn.F mengatakan, orang yang dekat dengan keluarga Tn.F adalah Tn. S yang merupakan adik
kandung karena masih tinggal satu desa, bila Tn.F memiliki kesulitan Tn.F berusaha
membantunya begitupun sebaliknya.
3. Struktur peran
Semua anggotanya memilki peran masing-masing dalam keluarga yaitu sebagai kepala keluarga,
IRT dan peran sebagai anak-anak. Di lingkungan pergaulan maupaun dipekerjaan, anggota
keluarga memiliki peran sebagai pedagang dan juga ibu rumah tangga.
4. Nilai atau norma keluarga
Anggota keluarga Tn.F biasanya melakukan sholat dengan baik teratu dan menjunjung tinggi
nilai-nilai yang ada di masyarakat.

5. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif:
Tn.F mengatakan, keluarga Tn.F selalu menyayangi dan perhatian kepada anaknya, juga selalu
mendukung dan mengarahkan segala sesuatu yang dilakukan oleh anak-anaknya selama
dalam batas kewajaran dan tidak melanggar norma dan etika sopan santun.
2. Fungsi Sosialisasi:
Tn.F mengatakan, interaksi Tn.F dengan anak istrinya terjalin dengan sangat baik, saling
mendukung, bahu membahu, dan saling ketergantungan.Tn.F memiliki peran yang besar
dalam mengambil keputusan, namun Tn.F selalu adil kepada keluarganya. Masing-masing
anggota keluarga masih memperhatikan dan menerapkan sopan santun dalam berperilaku.
Keluarga mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial yang baik, keluarga cukup aktif di
dalam masyarakat.
3. Fungsi perawatan kesehatan:
Keluarga sering membawa anggota keluarga ke puskesmas untuk berobat, namun keluarga jarang
mengajarkan anggota keluarga cara untuk mencegah penyakit atau mempromosikan
kesehatan itu sendiri.

4. Fungsi reproduksi:
Tn.F mengatakan, Tn.F dan Ny.M memiliki 3 anak .
5. Fungsi ekonomi:
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan 3 kali sehari, pakaian untuk anak dan biaya sekolah.

6. STRESS DAN KOPING KELUARGA


1. Stress
a. Stres jangka pendek dan panjang:
Keluarga Tn.F berharap agar tetap dalam keadaan sehat. Tn.F selalu berharap yang terbaik untuk
anaknya.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor:
Keluarga Tn.F jika menghadapi suatu masalah, Tn.F dan istri serta anak-anaknya menghadapi
masalah tersebut dengan bermusyawarah, sabar, berdo’a dan bertawakal kepada Allah SWT
agar masalahnya dapat terselesaikan dengan baik.
3. Strategi koping yang digunakan:
Apabila ada permasalahan dalam keluarga, biasanya Tn.F meminta bantuan istri dan anak-
anaknya untuk memutuskan dan menyelesaikan,  walaupun sebelumnya dimusyawarahkan
terlebih dahulu.

7. PEMERIKSAAN FISIK

No Pemeriksaan Tn.F Ny.M Tn.A Nn.M


Fisik
1 Kepala Simetris, rambut Simetris, rambut Simetris, rambut Simetris, rambut
berwarna hitam, berwarna hitam, tidak berwarna hitam, berwarna hitam, tidak
tidak ada ketombe. ada ketombe. tidak ada ketombe. ada ketombe.
2. Leher leher tidak nampak leher tidak nampak leher tidak nampak leher tidak nampak
adanya peningkatan adanya peningkatan adanya peningkatan adanya peningkatan
tekanan vena tekanan vena jugularis tekanan vena tekanan vena jugularis
jugularis dan arteri dan arteri carotis, tidak jugularis dan arteri dan arteri carotis, tidak
carotis, tidak teraba teraba adanya carotis, tidak teraba teraba adanya
adanya pembesaran pembesaran kelenjar adanya pembesaran pembesaran kelenjar
kelenjar tiroid tiroid (struma). kelenjar tiroid tiroid (struma).
(struma). (struma).

3. Mata Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak


terlihat anemis, terlihat anemis, tidak terlihat anemis, terlihat anemis, tidak
tidak ada katarak, ada katarak, tidak ada katarak, ada katarak,
penglihatan jelas penglihatan jelas penglihatan jelas penglihatan jelas
4. Telinga Simetris, keadaan Simetris, keadaan Simetris, keadaan Simetris, keadaan
bersih,Fungsi bersih,Fungsi bersih,Fungsi bersih,Fungsi
pendengaran baik pendengaran baik pendengaran baik pendengaran baik
5. Hidung Simetris,keadaan Simetris,keadaan Simetris,keadaan Simetris,keadaan
bersih,Tidak ada bersih,Tidak ada bersih,Tidak ada bersih,Tidak ada
kelainan yang kelainan yang kelainan yang kelainan yang
ditemukan ditemukan ditemukan ditemukan
6. Mulut Mukosa mulut Mukosa mulut Mukosa mulut Mukosa mulut
lembab,keadaan lembab,keadaan lembab,keadaan lemb,keadaan
bersih,Tidak ada bersih,Tidak ada bersih,Tidak ada bersih,Tidak ada
kelainan kelainan kelainan kelainan
7. Dada Pergerakan dada Pergerakan dada Pergerakan dada Pergerakan dada
terlihat simetris, terlihat simetris, suara terlihat simetris, terlihat simetris, suara
suara jantung S1 jantung S1 dan S2 suara jantung S1 jantung S1 dan S2
dan S2 tunggal,tidak terdapat dan S2 tunggal,tidak terdapat
tunggal,tidak palpitasi, suara mur- tunggal,tidak palpitasi, suara mur-
terdapat palpitasi, mur (-), ronchi (-), terdapat palpitasi, mur (-), ronchi (-),
suara mur-mur (-), wheezing(-) suara mur-mur (-), wheezing (-)
ronchi (-), ronchi (-),
wheezing(-) wheezing (-)
8. Abdomen Pada pemeriksaan Pada pemeriksaan Pada pemeriksaan Pada pemeriksaan
abdomen tidak abdomen tidak abdomen tidak abdomen tidak
didapatkan adanya didapatkan adanya didapatkan adanya didapatkan adanya
pembesaran hepar, pembesaran hepar, pembesaran hepar, pembesaran hepar,
tidak kembung, tidak kembung, tidak kembung, tidak kembung,
pergerakan pergerakan peristaltik pergerakan pergerakan peristaltik
peristaltik usus usus 35x/mnt, tidak peristaltik usus usus 35x/mnt, tidak
35x/mnt, tidak ada ada bekas luka operasi 35x/mnt, tidak ada ada bekas luka operasi
bekas luka operasi bekas luka operasi
9. TTV  TD : 120/80 TD :110/90 mmHg,  TD: 110/80 mmHg TD: 100/80 mmHg
mmHg N : 100x/m, R: 18 x/mnt R: 18 x/mnt
N : 74x/m, S : 36,50C N: 84 x/mnt N: 72 x/mnt
S : 360C R: 20x/m S: 37,2OC S:370C
R: 20x/m R: 20x/m  R: 20x/m
 

8. HARAPAN KELUARGA
Keluarga Tn.F sangat berharap agar petugas kesehatan lebih peduli pada orang yang tidak
mampu serta tidak membeda-bedakan golongan.

B. Diagnosa Keperawatan Keluarga


1. Analisa Data

No Data Masalah/ Diagnosa


. Keperawatan
1. DS :  Resiko terjadinya
1.    Keluarga mengatakan tidak mempunyai penyakit diare
tempat sampah  Keluarga belum
2.    Keluarga mengatakan tidak memiliki sumur mengetahui
3.    Keluarga mengatakan tidak memiliki kamar manfaat imunisasi
mandi dan WC pada anak.
4.    Keluarga mengatakan cara penyajian  Keluarga kurang
makanan tertutup tapi kadang terbuka mengetahui
5.    Anak ke-2 dan Anak ke-3 belum diiminusasi pentingnya
karena ayah takut anaknya panas ventilasi dan
6.    Ventilasi yang kurang, kebersihan kurang kebersihan rumah.

DO :
1.    Tidak adanya tempat pembuangan sampah
2.    Tn. N numpang mandi di sumur tetangga
3.    Keluarga Tn. N BAB sembarang tempat
4.    Perabotan dapur sedikit berantakan

2. Perumusah Masalah

No Diagnosis Keperawatan (PES)


.
1 Resiko timbulnya penyakit diare, malaria, tifoid, DBD, berhubungan dengan
ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah.
2 Ketidak tahuan keluarga tentang pentingnya pemberian imunisasi terhadap anak
berhubungan dengan tingkat pendidikan yang rendah.
Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi
3 kesehatan dan perkembangan anggota keluarga berhubungan dengan ketidak
tahuan pentingnya sanitasi lingkungan.

3. Penilaian (Skoring) Diagnosa Keperawatan


4. DX : Resiko timbulnya penyakit diare, malaria, tifoid, DBD, berhubungan dengan
ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah.
No.
Diag Kriteria Bobot Nilai Pembenaran
.
Kep.
1. Sifat masalah : 1 2 /3 x 1 Keluarga kurang mengetahui
Ancaman kesehatan =2/3 pengaruh lingkungan seperti tidak
memiliki WC dan cara penyajian
makanan yang kadang terbuka dapat
menimbulkan diare

2. Kemungkinan 2 1 / 2 x2 Keluarga kurang paham bahwa


Masalah =1 kesehatan lingkungan dan prilaku
diubah : dapat mempengaruhi kesehatan diri.
Tanya sebagian
3. Potensial Masalah untuk 1 2/3x1 Keluarga mau mengikuti penyuluhan
dicegah : =2 / 3 kesehatan yang diberikan
Cukup
4. Menonjolnya masalah 1 0 / 2 x1 Keluarga belum mengalami masalah
untuk dicegah : =0 kesehatan yang diakibatkan oleh
Masalah tidak dirasakan lingkungan dan prilaku yang tidak
sehat
Total Skor 1 4/6
5.
6. DX : Ketidak tahuan keluarga tentang pentingnya pemberian imunisasi terhadap anak
berhubungan dengan tingkat pendidikan yang rendah.
No Kriteria Bobot Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah 2/3 X 1 2/3 Ancaman kesehatan.
2. Kemungkinan 2/2 X 2 2 Masalah dapat mudah dirubah karena biaya
masalah dapat dapat dijangkau keluarga.
diubah
3. Potensi 3/3 X 1 1 Kepekaan terhadap penyakit dapat dicegah.
pencegahan
4. Menonjolnya 1/2 X 1 1/2 Keluarga menyadari masalah tapi beban
masalah segera diberikan.
Total Skor 3 3/6
7.
8. DX : Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi
kesehatan dan perkembangan anggota keluarga berhubungan dengan ketidak tahuan
pentingnya sanitasi lingkungan.
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1. Sifat masalah 2/3 X 1 2/3 Ancaman kesehatan.
2. Kemungkinan 1/2 X 2 1 Ada kemauan keluarga untuk
masalah dapat membersihkan rumah
diubah
3. Potensi 2/3 X 1 2/3 Kepekaan terhadap penyakit dapat
pencegahan dicegah.
4. Menonjolnya 0/2 X 1 0 Keluarga menyadari masalah tapi
masalah beban segera diberikan.
Total Skor 1 4/6

4. Prioritas Diagnosa Keperawatan


Prioritas Diagnosis Keperawatan Skor

1. Ketidak tahuan keluarga tentang pentingnya


pemberian imunisasi terhadap anak 3 3/6
berhubungan dengan tingkat pendidikan yang
rendah.
2. Resiko timbulnya penyakit diare, malaria,
tipoid, DBD sehubungan dengan
ketidaksanggupan memelihara lingkungan 1 4/6
rumah
3 Ketidaksanggupan memelihara lingkungan
rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan
dan perkembangan anggota keluarga 1 4/6
berhubungan dengan ketidak tahuan pentingnya
sanitasi lingkungan.

5. Rencana asuhan Keperawatan Keluarga


Resiko timbulnya penyakit diare, malaria, tipoid, DBD sehubungan dengan ketidaksanggupan
memelihara lingkungan rumah
Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana
Intervensi
Umum Khusus Kriteria Standar
Setelah Setelah dilakukan Respon 1.      Berikan
memberikan kunjungan di verbal Keluarga penyuluhan
penyuluhan harapkan keluarga mampu kesehatan
kesehatan mampu memelih kepada
lingkungan memahami ara keluarga
diharapkan tentang kesehatan lingkung tentang
dapat lingkungan. an yang pentingnya
memelihara aman kesehatan,
lingkungan. dan sehat yaitu PHBS
2.     
Keluarga
dapat
membuat
keadaan
dapur
rapi dan
besih
6. Implementasi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi


Ketidak tahuan keluarga Penyuluhan kesehatan
Keluarga mampu
tentang pentingnya kepada keluarga tentang menjelaskan pokok
pemberian imunisasi imunisasi, meliputi : bahasan dan
terhadap anak memahaminya
berhubungan dengan 1. Pengertian imunisasi. serta mau
tingkat pendidikan yang 2. Macam –macam imunisasi. melaksanakan.
rendah 3. Manfaat imunisasi.
4. Efek samping imunisasi
dan cara mengatasi
5. Cara mendapatkan
imunisasi
Resiko timbulnya penyakit 1. Mmberikan penyuluhan 1. Keluarga
diare, malaria, tipoid, kesehatan kepada keluarga mengatakan
DBD berhubungan tentang pentingnya sudah mengerti
dengan kesehatan tentang
ketidaksanggupan 2. Menjelaskan kepada penjelasan yang
memelihara lingkungan keluarga mengenai akibat- diberikan
rumah akibat yang akan timbul 2. Keluarga
akibat sanitasi lingkungan mengikuti
yang buruk anjuran yang
3. Memberikan motivasi diberikan
kepada keluarga untuk 3. Keluarga belum
selalu membersihkan dapur, menata
perabotan ditata dengan perabotan dapur
rapih 4. Keluarga belum
4. Menanyakan kepada menata
keluarga apakah keluarga perabotan dapur
mengerti tentang dengan rapih
pentingnya kesehatan 5. Keluarga tidak
lingkungan mengikuti saran
5. Memantau apakah keluarga yang telah
sudah membersihkan dapur diberikan
dan menata perabotan 6. Keluarga belum
6. Mengamati kembali apakah menata
saran yang diberikan perabotan dapur
mampu dilakukan oleh 7. Keluarga
keluarga atau tidak mengatakan
7. Mengamati apakah sudah mengerti
keluarga sudah tentang
membersihkan dapur dan penjelasan yang
menata perabotan diberikan
8. Memberikan penjelasan 8. Keluarga belum
kepada keluarga tentang menata
sanitasi lingkungan yang perabotan dapur
buruk      Keluarga sudah
9. Menjelaskan kepada membersihkan
keluarga syarat pembuatan dapur dan menata
jamban dan sumur perabotan
10. Menanyakan kembali
apakah keluarga mengerti
tentang penjelasan yang
telah diberikan
11. Mengamati kembali
apakah keluarga sering
membersihkan lingkungan
khususnya bagian dapur
Ketidaksanggupan memelihara Memberikan penyuluhan Keluarga mengerti
lingkungan rumah yang kesehatan kepada keluarga dan memahami
dapat mempengaruhi tentang : pokok bahasannya.
kesehatan dan
perkembangan anggota      Ventilasi rumah dan
keluarga berhubungan kebersihan rumah dalam
dengan ketidak tahuan hubungannya dengan
pentingnya sanitasi kesehatan
lingkungan
26

Anda mungkin juga menyukai