Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Komunitas Dasar Profesi
Program Profesi Ners STIKes Kuningan
Dosen pengampu : TIM
Disusun Oleh:
REVITA AYU SELVIANA
JNR0200117
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, karunia serta hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas
laporan yang berjudul “Modul Otitis Media Akut Tahun 2021”
Adapun maksud dan tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi persyaratan
dalam menyelesaikan Tugas Laporan Asuhan Keperawatan Profesi ners ini dapat
terselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
dengan setulus hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pembimbing dan pihak yang sudah berperan dalam penyusunan tugas laporan Asuhan
Keperawatan yang berjudul “ ModulOtitis Media Akut Tahun 2021” ini.
Penulis menyadari karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dalam menyusun
tugas laporan Asuhan Keperawatan profesi ners ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis membutuhkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk
Penulis
DAFTAR ISI
COVER.............................................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
MODUL OTITIS MEDIA AKUT.................................................................... 1
1. Tujuan Umum....................................................................................... 1
2. Tujuan Khusus...................................................................................... 1
3. Sistem Pendengaran.............................................................................. 1
1. Anatomi.......................................................................................... 1
a. Anatomi system pendengaran................................................... 1
b. Anatomi Telinga Luar............................................................... 2
c. Anatomi Telinga Tengah.......................................................... 3
d. Anatomi Telinga Dalam........................................................... 3
e. Fisiologi Pendengaran.............................................................. 6
4. Otitis Media Akut................................................................................. 7
a. Definisi Otitis Media Akut............................................................. 7
b. Etiolgi............................................................................................. 8
c. Tanda dan Gejala............................................................................ 9
d. Klasifikasi....................................................................................... 9
e. Patofisiologi.................................................................................... 11
f. Pathway........................................................................................... 12
g. Pencegahan..................................................................................... 14
h. Komplikasi...................................................................................... 15
i. Penatalaksanaan.............................................................................. 16
j. Asuhan Keperawatan...................................................................... 18
k. Intervensi........................................................................................ 21
STUDI KASUS.................................................................................... 29
Daftar Pustaka....................................................................................... 31
Daftar Tilik........................................................................................... 33
MODUL
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan modul ini mahasiswa mampu memahami dan menerapkan asuhan
2. Tujuan Khusus
1. Anatomi Fisiologi
kemudian gelombang mekanik ini diubah menjadi impuls pulsa listrik dan
dan diintrepetasikan. Telinga dibagi menjadi 3 bagian seperti pada gambar 2.1
(Saladin, 2014).
Telinga luar terdiri dari daun telinga (aurikula), liang telinga (meatus
acusticus eksterna) sampai membran timpani bagian lateral. Daun telinga dibentuk
oleh tulang rawan dan otot serta ditutupi oleh kulit. Kearah liang telinga lapisan
tulang rawan berbentuk corong menutupi hampir sepertiga lateral, dua pertiga
lainnya liang telinga dibentuk oleh tulang yang ditutupi kulit yang melekat erat dan
tonjolan dan cekungan serta bentuk liang telinga yang lurus dengan panjang
sekitar 2,5 cm, akan menyebabkan terjadinya resonansi bunyi sebesar 3500 Hz.
Sepertiga bagian luar terdiri dari tulang rawan yang banyak mengandung kelenjar
serumen dan rambut, sedangkan dua pertiga bagian dalam terdiri dari tulang
Telinga tengah berbentuk kubus yang terdiri dari membrana timpani, cavum
timpani, tuba eustachius, dan tulang pendengaran. Bagian atas membran timpani
disebut pars flaksida (membran Shrapnell) yang terdiri dari dua lapisan, yaitu
lapisan luar merupakan lanjutan epitel kulit liang telinga dan lapisan dalam dilapisi
oleh sel kubus bersilia. Bagian bawah membran timpani disebut pars tensa
(membran propria) yang memiliki satu lapisan di tengah, yaitu lapisan yang terdiri
Tulang pendengaran terdiri atas maleus (martil), inkus (landasan), dan stapes
(sanggurdi) yang tersusun dari luar kedalam seperti rantai yang bersambung dari
membrana timpani menuju rongga telinga dalam. Prosesus longus maleus melekat
pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat pada
stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea.
2014).
belakang telinga. Ruang udara yang berada pada bagian atasnya disebut antrum
menjalar dari rongga telinga tengah sampai ke antrum mastoideus yang dapat
Telinga dalam terdiri dari dua bagian, yaitu labirin tulang dan labirin
membranosa. Labirin tulang terdiri dari koklea, vestibulum, dan kanalis semi
sirkularis, sedangkan labirin membranosa terdiri dari utrikulus, sakulus, duktus
koklearis, dan duktus semi sirkularis. Rongga labirin tulang dilapisi oleh lapisan
tipis periosteum internal atau endosteum, dan sebagian besar diisi oleh trabekula
Koklea (rumah siput) berbentuk dua setengah lingkaran. Ujung atau puncak
atas) dan skala timpani (sebelah bawah). Diantara skala vestibuli dan skala timpani
terdapat skala media (duktus koklearis). Skala vestibuli dan skala timpani berisi
perilimfa dengan 139 mEq/l, sedangkan skala media berisi endolimfa dengan 144
mEq/l mEq/l. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut
adalah membrana basilaris. Pada membran ini terletak organ corti yang
Organ Corti terdiri dari satu baris sel rambut dalam yang berisi 3.000 sel dan tiga
baris sel rambut luar yang berisi 12.000 sel. Ujung saraf aferen dan eferen
menempel pada ujung bawah sel rambut. Pada permukaan sel-sel rambut terdapat
stereosilia yang melekat pada suatu selubung di atasnya yang cenderung datar,
dikenal sebagai membran tektoria. Membran tektoria disekresi dan disokong oleh
suatu panggung yang terletak di medial disebut sebagai limbus (Pearce, 2016).
saraf vestibular bergerak menuju nukleus vestibularis yang berada pada titik
nukleus khusus yang berada tepat di belakang thalamus, kemudian dipancarkan lagi
menuju pusat penerima akhir dalam korteks otak yang terletak pada bagian bawah
anteroinferior atau cabang dari A. Basilaris atau A. Verteberalis. Arteri ini masuk ke meatus
akustikus internus dan terpisah menjadi A. Vestibularis anterior dan A. Kohlearis communis
Labirintin yang diteruskanke sinus petrosus inferior atau sinus sigmoideus. Vena-
dibentuk oleh bagian kohlear dan vestibular, didalam meatus akustikus internus
bersatu pada sisi lateral akar N. Fasialis dan masuk batang otak antara pons dan
vestibularis (scarpa) terletak didasar dari meatus akustikus internus. Sel-sel sensoris
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke
membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini
membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik
ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan
Otitis media adalah infeksi pada telinga tengah yang menyebabkan peradangan
telinga. Otitis media akut biasanya merupakan komplikasi dari disfungsi tuba
eustachian yang terjadi selama infeksi saluran pernafasan atas virus. Streptococcus
yang paling umum diisolasi dari cairan telinga bagian tengah (Rudi haryono,2019).
Otitis media akut merupakan penyakit yang umum terjadi pada anak, yang
disebabkan oleh infeksi (bakteri atau virus) cairan di telinga tengah. Peningkatan
kerentanan pada bayi dan anak yang masih kecil sebagian disebabkan oleh tuba
antigen, dan sebelumnya kurang terpajan patogen umum (Yoon et al., 2011).
tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media akut
merupakan peradangan pada telinga tengah yang onsetnya akut, ditandai dengan
adanya cairan dan atau inflamasi di telinga tengah. Otore yang terjadi melalui
perforasi membran timpani dengan gejala akut diklasifikasikan sebagai otitis media
akut. Disebut efusi telinga tengah bila cairan keluar dari telinga berlangssung selama
3 bulan. Otitis media akut yang dikatakan berulang apabila terdapat tiga episode
otitis media akut baru dalam waktu 6 bulan atau empat kali selama satu tahun (Umar,
2013).
b. Etiologi
ISPA adalah salah satu faktor penyebab otitis media akut. Pada penelitian Wald
mengatakan bahwa anak dengan infeksi saluran pernapasan atas dalam kurun waktu
10 – 15 hari dengan simptom yang jelas dapat berpotensi megalami otitis media.
Selain itu, infeksi saluran pernapasan yang terjadi lebih dari tiga kali dalam setahun
juga bisa menyebabkan peningkatan potensi terjadinya otitis media. Infeksi saluran
epitel nasofaing dan telinga tengah. Akibat infeksi tersebut, sel-sel mukosilia, sel-sel
pertahanan telinga tengah ini lah yang kemudian menyebabkan sistem drainase pada
akibat produksi secret terus menerus, kemudian menyebabkan infeksi, dan terjadilah
Usia merupakan salah satu faktor risiko yang sering berkaitan dngan kejadian
otitis media akut. Dimana umumnya kejadian OMA ini terjadi pada anak anak-anak
dibandingkan dengan usia dewasa. Anak-anak pada usia 6-11 bulan lebih rentan
terkena otitis media akut. Kejadian otitis media ini menurun drastis setelah
munculnya gigi permanen, meski pada beberapa orang masih dapat terkena otitis
media akut bahkan hingga memasuki usia dewasa. Otitis media akut tidak hanya
menyebabkan sakit yang parah, tetapi juga dapat menyebabkan komplikasi yang
Tanda dan gejala yang sering terjadi pada anak dengan otitis media akut yaitu sebagai
berikut :
6. Kehilangan keseimbangan
d. Klasifikasi
Otitis media akut menyebabkan perubahan mukosa telinga tengah akibat infeksi
di dalam telinga tengah. Membran timpani tampak normal atau keruh pucat.
2. Stadium Hiperemis
Pada stadium ini terjadi adanya pelebaran pembuluh darah, sehingga membran
Cavum timpani tampak menonjol (bulging) ke arah telinga luar karena terjadi
edem yang hebat di mukosa telinga tengah. Pada stadium ini umumnya rasa
sakit di telinga akan bertambah hebat dan pasien mengalami demam tinggi.
4. Stadium Perforasi
yang mengakibatkan sekret keluar dari telinga tengah ke telinga luar. Pada
stadium ini umumnya rasa sakit di telinga berkurang dan demam mulai turun.
5. Stadium resolusi
Bila membrane timpani tetap utuh, maka membrane timpani perlahan akan
normal kembali. Bila terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya
kering dan membran timpani akan menutup kembali (Efiaty et al., 2014).
utama terjadinya OMA. Karena fungsi tuba eustachius terganggu, sehingga terjadi
invasi kuman ke dalam telinga tengah. Kuman yang masuk kedalam telinga tengah
akan mengakibatkan peradangan. Selain itu pencetus terjadinya OMA adalah infeksi
saluran pernafasan atas. Pada anak-anak semakin sering terkena ISPA maka semakin
besar juga kemungkinan terjadi OMA pada anak-anak. Terjadi akibat terganggunya
faktor pertahanan tubuh yang bertugas menjaga kesetrilan telinga tengah. Otitis
media akut sering diawali dengan infeksi pada saluran nafas seperti radang
tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eutacgius.
menyebabkan transudasi, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri.
Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka
sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telingah tengah. Selain itu
Jika lender dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena
gendang telinga dan tulang-tulang kecil pengubung gendang telinga dengan organ
yang dialami umurnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih
cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena
tekanannya.
f. Pathway
g. Pencegahan
komplikasi, biaya kesehatan, serta waktu yang dihabiskan di tempat kerja dan sekolah.
Edukasi orang tua, vaksinasi, chemophylaxis, dan terkadang operasi memiliki peran
Dokter harus mampu mengedukasi orang tua pasien tentang cara mengurangi
eksposur untuk mencegah kejadian otitis media. Beberapa faktor risiko yang perlu
1. ASI minimal tiga bulan dapat proteksi melawan otitis media akut untuk tahun
pertama kehidupan.
2. Day care adalah program, organisasi, atau tempat yang merawat anak – anak
atau manula pada siang hari, biasanya disaat anggota keluarga lain sedang
bekerja. Day care memiliki korelasi yang tinggi dengan kejadian infeksi saluran
pernafasan atas dan kambuhnya otitis media akut. Day care yang baik dan
3. Keluarga harus diberi tahu akan bahaya merokok yang hubungannya dengan
Pencegahan dari otitis media akut dapat dilakukan dengan pencegahan pada infeksi
saluran pernafasan atas, pencegahan atau eliminasi dari kolonisasi bakteri patogen
pada nasofaring, dan pengobatan awal untuk infeksi saluran pernafasan atas. Pada
saat ini, pencegahan efektif dan pengobatan untuk virus pernafasan yang tersedia
hanya untuk virus influenza. Menurut studi, Trivalent Inactived Influenza Vaccine
(TIV) dan Live Atttenuated Influenza Vaccine (LAIV) menunjukan efektif dalam
pemakaian rutin pada anak-anak di Amerika Serikat pada tahun 2000. Vaksin ini
ditujukan untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh tujuh yang paling umum
pada lebih dari 90 serotype dari S. Pneumoniae. PCV-7 secara dramatis mengurangi
h. Komplikasi
Komplikasi dari otitis media akut bervariasi dari ringan sampai berat. Efusi pada
telinga tengah yang berhubungan dengan otitis media akut atau otitis media dengan
permanen. Kehilangan pendengaran lebih sering konduktif tapi bisa juga tipe
sensorineural pada kasus langka. Pada anak-anak degan efusi yang menetap memiliki
nilai pada tes kemampuan berbicara, Bahasa, dan kognotif yang lebih rendah
Perluasan infeksi dari telinga tengah pada otitis bisa mengenai struktur
abcess, brain abcess, lateral sinus thrombosis, cavenours sinus thrombosis, subdurula
1. Pemberian Antibiotik
Berdasarkan AAP dan AAFP Clinical practice guideline pada otitis media akut,
apakah pasien harus diobservasi atau diberi terapi antibakteri pada otitis media
direkomendasikan saat didiagnosis otitis media akut sudah pasti, atau saat
penyakitnya parah meski diagnosis belum pasti. Pemyakit parah jika terjadi
otalgia sedang sampai berat atau suhu tubuh ≥ 39°C dalam 24 jam terakhir.
Observasi adalah pilihan pada grup usia ini saat diagnosis belum pasti dan
diagnosis dari otitis media akut sudah pasti dan penyakitnya parah. Observasi
adalah pilihan saat diagnosis pasti atau tidak pasti tapi tapi penyakitnya
ringan.
4) Observasi hanya diaanggap sebagai pilihan yang cocok saat pasien dapat
Pemilihan antibiotic yang tepat untuk pengobatan otitis media akut sangat
penting untuk pemberantasan infeksi bakteri pada telinga tengah. Kegagalan dan
kesuksesan pemberantasan infeksi bakteri berhubungan dengan kegagalan
pengobatan dan otitis media akut yang menetap dan berulang (Cunningham dkk.,
resisten. Harga yang murah dan efek samping yang rendah membuat
amkoksilin menjadi pilihan yang menarik sebagai terapi garis pertama pada
anak-anak dengan otitis media akut. Amoksilin sebaiknya tidak menjadi pilihan
terapi pada anak-anak yang baru saja mendapat beta lactam. Kegagalan
dkk., 2012).
untuk pasien dengan penyakit ringan dan riwayat alergi penisilin. Obat ini
tidak direkomendasikan untuk pasien yang sensitive pada penisilin atau pasien
pengobatan garis pertama pada pasien dengan alergi penisilin yang bukan tipe
satu dan penyakit yang ringan. Karena tingginya kemungkinan untuk resisten,
efektivitas yang rendah, rasa yang tidak enak. Cephalosporin yang diminum
secara oral sebaiknya tidak dijadikan garis pertama untuk otitis media akut,
kecuali pasien memiliki gejala yang ringan riwayat alergi penisilin yang bukan
pasien dengan gejala yang berat dengan alergi penisilin, dan pada pasien yang
membaik, dosis kedua dan ketiga dapat dilakukan (Cunningham dkk., 2012).
media akut dengan alergi penisilin dan gejala ringan. Clindamicyn hanya
j. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan otitis media akut adalah :
1. BIODATA
Pada pasien dengan otitis media akut merupakan penyakit yang umum terjadi
pada anak biasanya sejak bayi. yang disebabkan oleh infeksi (bakteri atau
virus) cairan di telinga tengah. Sedangkan pasien An.A Terjadi pada usia 3
tahun.
Biasanya klien merasakan sakit telinga/ nyeri, penurunan/ tidak ada ketajaman
pendengaran pada satu atau kedua telinga, titinus, perasaan penuh pada telinga,
suara bergema dari suara sendiri, bunyi”letupan” sewaktu menguap atau
menelan, pasien merasa pusing serta gatal pada telinga, tanda-tanda vital ( suhu
bisa sampai 40o C ), dan cairan pada telinga yaitu hitam, kemerahan, jernih,
kuning
c. Riwayat penyakit dahulu
5. Head to too
a. Kepala
- Telinga
1. Inspeksi
Inspeksi liang telinga, perhatikan adanya cairan atau bau,
pembengkakan pada MAE, warna kulit telinga, apakah terdapat
benda asing, peradangan, tumor. Inspeksi dapat menggunakan alat
otoskopik (untuk melihat MAE sampai ke membran timpany).
Apakah suhu tubuh klien meningkat.
2. Palpasi
Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika terjadi
respon nyeri dari klien, maka dapat dipastikan klien menderita
otitis eksterna sirkumskripta.
- Mulut
Terdapat halitosis
1. Inspeksi
a. Bibir : Mukosa bibir kering.
b. Lidah : Agak kotor, tidak ada pembengkakan.
- Kulit
1. Inspeksi
Warna kulit : Kemerahan
2. Palpasi
a. Suhu : Teraba panas
b. Kelembaban : Kering
c. Tekstur : Kasar
d. Turgor : Jelek atau tidak elastis
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan telinga dengan
otoskop. Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran
timpani. Untuk menentukan organisme penyebabnya dilakukan pembiakan
terhadap nanah atau cairan lainnya dari telinga.
d. Pemeriksaan diagnostik
Test suara bisikan, tes garputala (Test Rinne, Test Weber, dan Test Swabach).
4. PENGOBATAN
Clindamicyn.
5. DIAGNOSA KEPERAWATAN
pendengaran
pajanan pathogen
K. Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri SLKI: SIKI :
Setelah dilakukan Manajemen nyeri
berhubungan
asuhan keperawatan Observasi
dengan proses selama 3 x 24 jam - Identifikasi lokasi,
diharapkan nyeri pada karakteristik, durasi,
pendengaran
pasien berkurang frekuensi, kualitas,
dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
Tingkat Nyeri
- Identifikasi respon
1. Nyeri berkurang
dengan skala 2 nyeri nonverbal
6. Tekanan - Identifikasi
120/80 samping
mmHg) penggunaan
26
komunikasi Observasi
Setelah dilakukan
beruhubungan asuhan keperawatan - Periksa kemampuan
selama 3 x 24 jam
dengan efek pendengaran
diharapkan Gangguan
kehilangan komunikasi - Monitor akumulasi
berkurang/hilang:
pendengaran serumen berlebihan
- Kemampuan
- Identifikasi metode
berbicara meningkat
komunikasi yang disukai
- Kemampuan
pasien)
mendengar
Terapeutik
meningkat
- Gunakan Bahasa yang
- Kesesuaian ekspresi
sederhana
wajah/tubuh
- Gunakan Bahasa isyarat,
menigkat
jika perlu
- Respon perilaku
- Fasilitasi penggunaan alat
pemahaman
bantu
komunikasi
- Berhadapan dengan
membaik
pasien secara langsung
(SLKI, hal:49)
- Pertahankan kontak mata
selama berkomunikasi
berkomunikasi
- Pertahankan kebersihan
27
telinga
(SIKI, hal:374).
3. Hipertermia SLKI SIKI
hipertermia
Terapeutik :
- Sediakan lingkungan yang
dingin
pakaian
- Lakukan pendinginan
eksternal (mis.selimut
28
dada, abdomen, aksila).
Edukasi :
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
jika perlu.
4. Resiko Infeksi SLKI : SIKI
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
30
STUDI KASUS
1. Berfikir Kritis
a. Studi Kasus
Seorang anak usia 3 tahun dengan keluhan nyeri pada telinga, demam tinggi
38.5°C, batuk dan pilek, sulit tidur, tidak nafsu makan sudah 3 hari, menurut ibu
An.A anaknya sudah 1 minggu Sering menarik atau menggaruk telinga, Lebih rewel
atau sering menangis daripada biasanya. Kadanf timbul cairan kuning dari
b. Pertanyaan Terkait
1. Seorang anak usia 5 tahun saat ini merasakan sakit saat ditekan dibawah telinga
bagian kanan dan bengkak, disertai dengan batuk, pilek dan demam.
c. Vertigo
d. Demam
e. Semua benar
kegagalan pengobatan dan otitis media akut yang menetap dan berulang.
b. Antasida doen
c. Allopurinol
d. Antangin
e. Bisacodyl
e. Semua benar
b. Nyeri telinga
c. Demam
d. Gangguan pendengaran
e. Semua benar
e. Semua benar
Efiaty AS, Nurbaiti I, Jenny B, Ratna DR. 2014. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi ke-7. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Edisi Ketujuh. hlm. 212 - 5; 217 - 8.
Garna H., Sjahrodji, M., Alam, A. 2012. Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis.
Jakarta: sagung seto.
Saladin, K. 2014. Anatomy and Physiology: The Unity of Form and Function 7 th
ed. New York:McGraw-Hill Education.
Toy EC., Girardt, r., Yetman, R. 2011. Case Files Pediatri. Alih Bahasa
gandaputra EP. Tangerang: Karisma.
Umar S. 2013. Prevalensi dan Faktor Risiko Otitis Media Akut Pada Anak-Anak
di Kotamadya Jakarta Timur [tesis]. Universitas Indonesia : Fakultas Kedokteran
Program Pendidikan Dokter Spesialis Bidang Studi Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorokan Kepala Leher.
Wald ER, Nancy G, Carol B. 2011. Upper Respiratory Tract Infections In Young
Children : Duration of and Frequency of Complications. Pediatric 82(2):129 – 32.
(Diakses pada 22 Januari 2021).
33
William J., Parkes, IV., MD.2017. Middle Ear Infections (Otitis Media).
http:kidshealth.org/en/parents/otitis –media.html. (Di akses pada 21 januari 2021)
34
DAFTAR TILIK
TES PENDENGARAN
Program Pofesi Ners STIKes Kuningan
Nama Mahasiswa/i :
NIM :
Program :
N Aspek Penilaian Pe K
o nil e
ai t
an .
37