Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Konsep Dasar Profesi (KDP)
Dosen Pengampu: TIM
Disusun Oleh :
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, karunia serta hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan
modul yang berjudul “Gagal Ginjal Akut Dan Kronis”.
Penulis sadar, bahwa modul ini dapat terselesaikan berkat dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis dengan setulus hati
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Dewi Lailatul Badriah, M.Kes., AIFO selaku Ketua Yayasan
Pendidikan Bhakti Husada Kuningan (YPBHK).
2. Abdal Rohim, S.Kp., M.H selaku Ketua STIKes Kuningan.
3. Aria Pranatha, S.Kep., Ners., M.Kep selaku Ketua Prodi Profesi Ners STIKes
Kuningan dan Pembimbing Stase Konsep Dasar Profesi (KDP).
4. H. Kanapi, S.Kep., Ners., M.M.Kes selaku Koordinator Kampus 2 STIKKU.
5. Yana Hendriana, S.Kep., Ners., M.Kep selaku Pembimbing dan Koordinator
Stase Konsep Dasar Profesi (KDP).
6. Ega Lestari, S.Kep., Ners selaku Pembimbing Stase Konsep Dasar Profesi
(KDP).
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah
memberikan moral dan bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dalam
menyusun modul ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
membutuhkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan modul ini.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL........................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... vi
MODUL GAGAL GINJAL AKUT DAN KRONIS
I. Tujuan Umum............................................................................ 1
II. Tujuan Khusus........................................................................... 1
III. Anatomi Fisiologi....................................................................... 1
1. Anatomi................................................................................ 1
2. Fisiologi................................................................................ 4
IV. Gagal Ginjal............................................................................... 6
1. Definisi Gagal Ginjal............................................................ 6
2. Definisi GGA....................................................................... 8
3. Definisi GGK....................................................................... 9
4. Etiologi................................................................................. 11
1. Etiologi GGA................................................................ 11
2. Etiologi GGK................................................................ 13
5. Tanda dan Gejala.................................................................. 14
6. Klasifikasi............................................................................. 16
1. Klasifikasi GGA............................................................ 16
2. Klasifikasi GGK............................................................ 17
7. Patofisiologi.......................................................................... 20
1. Patofisiologi GGA......................................................... 20
2. Patofisiologi GGK......................................................... 26
8. Pathways.............................................................................. 27
1. Pathways GGA.............................................................. 27
2. Pathways GGK.............................................................. 28
9. Manifestasi klinis................................................................. 28
1. Manifestasi klinis GGA................................................. 28
2. Manifestasi klinis GGK................................................. 30
10. Komplikasi........................................................................... 31
1. Gagal Ginjal Akut......................................................... 31
2. Gagal Ginjal Kronis...................................................... 31
11. Pemeriksaan Diagnostik....................................................... 32
1. Pemeriksaan diagnostik GGA....................................... 32
2. Pemeriksaan diagnostik GGK....................................... 32
12. Terapi Farmakologi.............................................................. 32
13. Asuhan Keperawatan............................................................ 35
1. Pengkajian..................................................................... 35
2. Pemeriksaan Fisik......................................................... 36
3. Pemeriksaan Diagnostik................................................ 38
4. Diagnosa Keperawatan.................................................. 38
5. Intervensi Keperawatan................................................. 39
V. Berfikir Kritis..................................................................... 43
1. Studi Kasus.................................................................... 43
2. Pertanyaan Terkait Kasus.............................................. 43
VI. Keterampilan Klinik Tindakan Hemodialisa.................. 46
VII. Evaluasi............................................................................... 53
VIII. Daftar Pustaka.................................................................... 53
DAFTAR TABEL
I. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam membuat modul ini, yaitu mahasiswa diharapkan
mampu memahami dan menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
masalah gagal ginjal akut & kronis.
II. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam membuat modul ini, yaitu:
1. Mahasiswa mampu menguraikan anatomi dan fisiologi ginjal.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi gagal ginjal akut & kronis.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian pada klien dengan masalah
gagal ginjal akut & kronis.
4. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan dengan masalah
gagal ginjal akut & kronis.
5. Mahasiswa mampu menyusun rencana asuhan keperawatan dengan
masalah gagal ginjal akut & kronis.
6. Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan
dengan masalah gagal ginjal akut & kronis.
7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan dengan
masalah gagal ginjal akut & kronis.
8. Mahasiswa mampu mendemonstrasikan daftar tilik hemodialisa dan
video hemodialisa.
III. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
Ginjal adalah organ ekskresi yang berbentuk seperti kacang merah
dan berukuran sekitar 11 x 7 x 6 cm 3. Organ ini berfungsi menyaring
kotoran, terutama urea dari dalam darah sekaligus membuangnya
bersama dengan air dalam bentuk urine. Selain itu, ginjal juga berfungsi
menjaga keseimbangan asam dan basa, serta menghasilkan hormon
(Muhammad, 2012).
Ginjal adalah bagian tubuh yang sangat penting. Fungsi ginjal
sebagai penyaring darah dari sisa-sisa metabolisme menjadikan
keberadaanya tidak bisa tergantikan oleh organ tubuh lainnya. Kerusakan
atau gangguan pada ginjal menimbulkan masalah pada kemampuan dan
kekuatan tubuh. Akibatnya, aktivitas kerja terganggu dan tubuh jadi
mudah lelah dan lemas (Colvy, 2010).
Ginjal adalah organ ekskresi yang berperan penting dalam
mempertahankan keseimbangan internal dengan menjaga komposisi
cairan tubuh/ekstraselular. Ginjal merupakan dua buah organ berbentuk
seperti kacang polong, berwarna merah kebiruan (Brunner & Suddarth,
2013).
Ukuran ginjal pada manusia sangat kecil, anatomi juga sangat
sederhana, akan tetapi tanggung jawab nya terhadap kesehatan tubuh
sangat besar. Jadi jagalah selalu kesehatan ginjal agar aktivitas anda
lancar. Pada orang dewasa, setiap ginjal memiliki ukuran panjang sekitar
11 cm dan ketebalan 5 cm dengan berat 150 gram. Ginjal memiliki
bentuk seperti kacang dengan lekukan yang menghadap ke dalam. Di tiap
ginjal terdapat bukaan yang di sebut hilus yang menghubungkan arteri
renal, vena renal dan ureter (Colvy, 2010).
Gambar 1. Anatomi Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, berwarna
merah tua, terletak dikedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal terlindungi
dengan baik dari trauma langsung karena disebelah posterior dilindungi
oleh tulang kosta dan otot-otot yang meliputi kosta, sedangkan dibagian
anterior dilindungi oleh bantalan usus yang tebal. Ginjal kanan sedikit
lebih rendah dibandingkan ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati
(Syaifuddin, 2012).
Ginjal merupakan organ terpenting dalam mempertahankan
homeostasis cairan tubuh secara baik. Berbagai fungsi ginjal untuk
mempertahankan homeostasis dengan mengatur volume cairan,
keseimbangan osmotik, asam basa, ekskresi sisa metabolisme, sistem
pengaturan hormonal dan metabolisme. Ginjal terletak dalam rongga
abdomen, retroperitoneal primer kiri dan kanan kolumna vertebralis,
dikelilingi oleh lemak dan jaringan ikat dibelakang peritoneum
(Syaifuddin, 2012).
Ginjal berfungsi atas dua area besar, yaitu area berwarna cerah di
bagian luar yang dikenal dengan renal cortex dan area berwarna pekat di
bagian dalam yang dikenal dengan istilah renal medulla. Di dalam
medulla terdapat delapan atau lebih cone-shaped sections yang disebut
sebagai renal pyramids. Area di antara piramid disebut renal columns
(Colvy, 2010).
Struktur paling mendasar pada ginjal adalah nephrons. Masing-
masing ginjal memiliki satu juta struktur mikroskopis. Itulah yang
berfungsi menyaring darah dan membuang limbah buangan. Pembuluh
darah arteri menyalurkan darah ke ginjal setiap hari, 180 liter atau sekitar
50 galon. Ketika darah memasuki ginjal, maka ia akan disaring dan
dikembalikan ke jantung melalui pembuluh darah vena (Colvy, 2010).
Proses penyaringan terjadi pada bagian kecil dalam ginjal, yang
disebut dengan nefron. Setiap ginjal memiliki sekitar satu miliar nefron.
Pada nefron ini terdapat pembuluh darah kecil-kecil (kapiler) yang saling
jalin menjalin dengan saluran-saluran yang kecil, yaitu tubulus (Colvy,
2010).
Tubuluslah yang pertama kali menerima gabungan antara zat-zat
buangan dan berbagai zat kimia hasil metabolisme yang masih bisa
digunakan tubuh. Ginjal akan memilih zat-zat kimia yang masih berguna
bagi tubuh dan mengembalikannya ke peredaran darah dan mengeluarkan
lagi kembali ke dalam tubuh. Dengan cara itulah ginjal mengatur kadar
zat-zat kimia dalam tubuh (Colvy, 2010).
Selain membuang sampah-sampah yang tidak terpakai lagi, ginjal
juga berfungsi menjadi pabrik penghasil tiga hormon penting, yaitu
eritropoietin (EPO), renin dan bentuk aktif vitamin D (kalsitriol).
Eritropoietin (EPO) adalah hormon yang merangsang sumsum tulang
membuat sel-sel darah merah (eritrosit). Renin adalah membantu
mengatur tekanan darah dan bentuk aktif vitamin D (kalsitriol) yang
membantu penyerapan kalsium dan menjaga keseimbangan kimia dalam
tubuh (Colvy, 2010).
2. Fisiologi
Ginjal adalah organ penting yang memiliki peran cukup besar dalam
pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi
ginjal yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam
darah, pengatur keseimbangan asam basa darah dan pengatur eksresi
bahan buangan atau kelebihan garam. Proses pengaturan kebutuhan
keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian glomerulus
sebagai penyaring cairan. Cairan yang tersaring kemudian mengalir
melalui tubulus renalis yang sel-selnya menyerap semua bahan yang
dibutuhkan (Damayanti, 2015).
Ginjal yang tidak dirawat dengan baik dapat mengakibatkan
penyakit gagal ginjal. Gagal ginjal (kidney failure) adalah kasus
penurunan fungsi ginjal yang terjadi secara akut (kambuhan) maupun
kronis (menahun). Gagal ginjal akut apabila terjadi penurunan fungsi
ginjal berlangsung secara tiba-tiba, tetapi kemudian dapat kembali
normal, maka penyebabnya dapat segera diatasi. Sedangkan gagal ginjal
kronis gejalanya muncul secara bertahap, biasanya tidak menimbulkan
gejala awal yang jelas, sehingga penurunan fungsi ginjal tersebut tidak
dirasakan dan berlanjut hingga ke tahap parah (Damayanti, 2015).
Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan
komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengeksresi
zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal dicapai dengan
filtrasi plasma darah melalui glomerulus dengan reabsorbsi sejumlah zat
terlarut dan air dalam jumlah yang sesuai di sepanjang tubulus ginjal.
Kelebihan zat terlarut dan air di eksresikan keluar tubuh dalam urine
melalui sistem pengumpulan urine (Price & Wilson, 2012). Ginjal
mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal kemudian akan
mengambil zat-zat yang berbahaya dari darah. Zat-zat yang diambil dari
darah pun diubah menjadi urine. Urine lalu akan dikumpulkan dan
dialirkan ke ureter. Setelah ureter, urine akan ditampung terlebih dahulu
di kandung kemih. Bila orang tersebut merasakan keinginan berkemih
dan keadaan memungkinkan, maka urine yang ditampung di kandung
kemih akan dikeluarkan lewat uretra (Sherwood, 2011).
Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urine,
yaitu filtrasi, reabsorpsi dan sekresi. Pembentukan urine dimulai dengan
filtrasi sejumlah besar cairan yang hampir bebas protein dari kapiler
glomerulus ke kapsula bowman. Kebanyakan zat dalam plasma kecuali
protein, difiltrasi secara bebas sehingga konsentrasinya pada filtrat
glomerulus dalam kapsula bowman hampir sama dengan plasma.
Awalnya zat akan difiltrasi secara bebas oleh kapiler glomerulus tetapi
tidak difiltrasi kemudian direabsorpsi parsial, reabsorbsi lengkap dan
kemudian akan dieksresi (Sherwood, 2011). Dibawah ini merupakan
fungsi ginjal, yaitu:
1) Mengatur keseimbangan pH darah.
2) Meregulasi tekanan darah. Ginjal menghasilkan enzim renin yang
berfungsi mengontrol tekanan darah dan keseimbangan elektrolisis.
Renin mengubah protein dalam darah menjadi hormon angiotensis.
Selanjutnya angiotensis akan diubah menjadi aldosteron yang
mengabsorbsi sodium dan air ke dalam darah.
3) Memproses vitamin D, sehingga dapat distimulasi oleh tulang.
4) Membuang racun dan produk buangan/limbah dari darah. Racun di
dalam darah diantaranya urea dan uric acid. Jika kandungan kedua
racun ini terlalu berlebihan, akan mengganggu metabolisme tubuh.
5) Menjaga kebersihan darah dengan meregulasi seluruh cairan (air dan
garam) di dalam tubuh.
6) Memproduksi hormon erythropoiethin yang bertugas memproduksi
sel darah merah di tulang (Colvy, 2010).
IV. Gagal Ginjal
1. Definisi gagal ginjal
Gagal ginjal adalah sebuah penyakit di mana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama
sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga
keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium di
dalam darah atau produksi urine (Colvy, 2010).
Gagal ginjal adalah ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah
metabolik tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang
biasanya dieliminasi di urine menumpuk dalam cairan tubuh akibat
gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin
dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam basa. Gagal ginjal
merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir yang umum dari
berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal (Price & Wilson, 2012).
Bisa jadi, ginjal menjadi tidak berfungsi secara mendadak. Kondisi
ini disebut acute renal failure. Biasanya, penyakit tersebut dapat
disembuhkan dengan obat-obatan dan dialisis atau cuci darah. Jika proses
pembersihan ginjal berhasil dilakukan, penderita bisa sembuh kembali
dan ginjal pun berfungsi secara normal. Pada umumnya, gagal ginjal
terjadi secara bertahap selama bertahun-tahun. Dengan begitu, bila tanda-
tanda penyakit ini terdeteksi secara dini, penderita dapat ditolong dengan
segera (Muhammad, 2012).
Penyakit ginjal tidak menular, namun menyebabkan kematian.
Bahkan, sebagian besar penderita tidak merasakan keluhan apapun
sebelum ia kehilangan 90% fungsi ginjalnya. Penyakit ini dapat
menyerang pada siapapun, terlebih penderita penyakit serius atau luka
yang berdampak terhadap fungsi ginjal secara langsung. Penyakit gagal
ginjal lebih sering dialami oleh kaum dewasa, terutama orang-orang
berusia lanjut (Muhammad, 2012).
Penyakit gagal ginjal termasuk salah satu penyakit ginjal yang paling
berbahaya. Bahkan, penderita gagal ginjal berat harus menjalani cuci
darah reguler (hemodialisis). Sementara itu, penyakit gagal ginjal
dibedakan menjadi dua, yaitu gagal ginjal akut (GGA) dan gagal ginjal
kronis (GGK) (Muhammad, 2012).
Gagal ginjal akut biasanya terjadi secara tiba-tiba. Pada kasus ini
fungsi ginjal mengalami penurunan secara mendadak. Meskipun begitu,
bila ditangani dengan baik, penderita GGA dapat sembuh dengan
sempurna. Beberapa penyebab GGA antara lain adalah penyakit
glomerulonephritis akut, perdarahan ataupun sumbatan saluran kemih
karena batu, tumor atau bekuan darah (Colvy, 2010).
Berbeda dengan GGA, GGK terjadi perlahan-lahan, bisa dalam
hitungan bulan, bahkan dalam hitungan tahun. Sifatnya GGK tidak dapat
disembuhkan. Memburuknya fungsi ginjal bisa dihambat apabila
penderita melakukan pengobatan secara teratur. Penyebabnya GGK ini
beragam seperti diabetes mellitus, hipertensi, batu ginjal, obat-obatan dan
penyakit glomerulonephritis kronis (Colvy, 2010).
Bila fungsi ginjal telah menurun hingga mencapai kurang dari 10%,
maka kondisi ini disebut gagal ginjal terminal (GGT). GGT ini terjadi
karena racun-racun sisa metabolisme tubuh yang seharusnya dibuang
oleh ginjal menjadi tertimbun di dalam tubuh. Jika kondisi itu terus
berlanjut, kematian dapat terjadi dalam waktu singkat (Colvy, 2010).
2. Definisi GGA
Gagal ginjal akut (GGA) adalah penurunan fungsi ginjal mendadak
dengan akibat hilangnya kemampuan ginjal untuk mempertahankan
homeostasis tubuh. Akibat penurunan fungsi ginjal terjadi peningkatan
metabolik persenyawaan nitrogen seperti ureum dan kreatinin, serta
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang seharusnya
dikeluarkan oleh ginjal. Kriteria diagnosis GGA, yaitu terjadinya
peningkatan kadar kreatinin darah secara progresif 0,5 mg/dL per hari.
Peningkatan kadar ureum darah adalah sekitar 10-20 mg/dL per hari,
kecuali bila terjadi keadaan hiperkatabolisme dapat mencapai 100 mg/dL
per hari (Price & Wilson, 2012).
Gagal ginjal akut (GGA) adalah kemunduran yang cepat dari
kemampuan ginjal dalam membersihkan darah dari bahan-bahan racun,
yang menyebabkan penimbunan limbah metabolik di dalam darah. GGA
bisa merupakan akibat dari berbagai keadaan seperti berkurangnya aliran
darah ke ginjal, penyumbatan aliran kemih setelah meninggalkan ginjal
atau trauma pada ginjal (Colvy, 2010).
Gagal ginjal akut (GGA) adalah akibat dari adanya kelainan ginjal
secara kompleks, sehingga kemampuannya dalam membersihkan bahan-
bahan racun di dalam darah menjadi menurun. Hal tersebut menyebabkan
terjadinya penimbunan limbah metabolis di dalam darah. Penyakit ini
juga disebabkan oleh berbagai kondisi yang mengakibatkan aliran darah
ke ginjal menjadi berkurang, aliran kemih dari ginjal tersumbat dan
trauma pada ginjal. Kondisi tersebut ditandai dengan terjadinya
peningkatan kreatinin darah sebanyak 0,5 mg/dl per-hari dan peningkatan
ureum sebanyak 10-20 mg/dl per-hari. Hanya dalam hitungan jam,
penderita penyakit GGA ini menjadi semakin parah. Karena terjadi
peningkatan kadar BUN dan kreatinin plasma, pengeluaran urine dapat
berkurang dari 40 ml per-jam (oliguria), bertambah dan kadang kala tetap
normal (Muhammad, 2012).
3. Definisi GGK
Gagal ginjal kronis (GGK) adalah proses kerusakan ginjal selama
rentang waktu lebih dari tiga bulan. GGK dapat menimbulkan simtoma,
yaitu laju filtrasi glomerular berada dibawah 60 ml/men/1.73 m2 atau di
atas nilai tersebut yang disertai dengan kelainan sedimen urine. Selain itu
adanya batu ginjal juga dapat menjadi indikasi GGK pada penderita
kelainan bawaan, seperti hioreksaluria dan sistinuria (Muhammad, 2012).
Gagal ginjal kronis (GGK) atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible (tubuh
gagal dalam mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit). Sehingga menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah). GGK merupakan perkembangan gagal ginjal
yang progresif dan lambat (biasanya berlangsung selama beberapa tahun)
(Brunner & Suddarth, 2013).
Gagal ginjal kroník (GGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang
progresif dan irreversible. Saat ginjal sudah tidak mampu menjalankan
fungsinya akan menyebabkan kegagalan ginjal. Penyakit ginjal juga
didefinisikan sebagai kelainan yang mengenai organ ginjal yang timbul
akibat berbagai faktor misalnya infeksi, tumor, kelainan bawaan,
penyakit metabolik atau degeneratif, dan lain-lain (Aditya, Udiyono,
Saraswati & Setyawan, 2018).
Gagal ginjal kronis (GGK) menjadi masalah besar dunia karena sulit
disembuhkan dan prevalensi gagal ginjal kronis terus meningkat setiap
tahunnya. Menurut World Health Organization (WHO) angka kejadian
gagal ginjal di dunia secara global lebih dari 500 juta orang dan yang
harus hidup dengan menjalani hemodialisis sekitar 1,5 juta orang.
Berdasarkan data Indonesia Renal Registri (2015), tercatat 30.554 pasien
aktif dan 21.050 pasien baru yang menjalani terapi hemodialisis.
Pengguna HD adalah pasien dengan diagnosis GGK (89%). Urutan
penyebab gagal ginjal pasien yang mendapatkan hemodialisis
berdasarkan data Indonesia Renal Registri tahun 2015, karena hipertensi
(44%), penyakit diabetes mellitus atau nefropati diabetik (22%), kelainan
bawaan atau glomerulopati primer (8%), pielonefritis kronis/PNC (7%),
gangguan penyumbatan saluran kemih atau nefropati obstruksi (5%),
karena asam urat (1%), penyakit lupus (1%) dan penyebab lainnya (8%)
(Kurniawati & Asikin, 2018).
Ginjal merupakan salah satu organ penting di dalam tubuh kita, yang
berfungsi untuk menyaring (filtrasi) dan mengeluarkan zat-zat sisa
metabolisme (racun) dari darah menjadi urine. Pada keadaan gagal ginjal
kronis (Chronic Renal Failure) terjadi penurunan fungsi ginjal secara
progresif dan tidak dapat pulih kembali (Kurniawati & Asikin, 2018).
Upaya yang bisa dilakukan adalah dengan mempertahankan fungsi
ginjal, yaitu dengan terapi hemodialisis atau lebih dikenal dengan istilah
cuci darah, yang dapat mencegah kematian tetapi tidak dapat
menyembuhkan atau memulihkan fungsi ginjal secara keseluruhan.
Selain itu pengobatan yang diperlukan oleh pasien gagal ginjal selain
hemodialisis adalah transplantasi ginjal dan dialisis peritoneal
(Kurniawati & Asikin, 2018).
Kondisi ginjal penderita gagal ginjal akut dapat dipulihkan kembali,
sedangkan proses pengobatan bagi penderita gagal ginjal kronis hanya
berfungsi menghambat laju tingkat kegagalan fungsi ginjal tersebut agar
tidak menjadi gagal ginjal terminal (GGT), yaitu ginjal hampir tidak
dapat berfungsi lagi. Biasanya, penyakit GGK timbul secara perlahan-
lahan dan bersifat menahun. Bahkan, awalnya kebanyakan penderita
tidak merasakan gejala apapun, hingga ia mengalami sekitar 25%
kelainan dari normal. Sementara itu, ada beberapa penyakit yang memicu
timbulnya penyakit ginjal kronis, diantaranya yaitu penyakit diabetes,
hipertensi dan batu ginjal (Muhammad, 2012).
Dari beberapa definisi GGK diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
pada penderita penyakit ginjal kronis telah terjadi penurunan fungsi
ginjal secara perlahan-lahan. Dengan demikian, gagal ginjal merupakan
stadium terberat dari ginjal kronis. Oleh karena itu, penderita harus
menjalani terapi pengganti ginjal, yaitu cuci darah (hemodialisis) atau
cangkok ginjal yang memerlukan biaya mahal (Muhammad, 2012).
4. Etiologi
1. Etiologi GGA
Berikut ini adalah beberapa penyebab penyakit gagal ginjal akut
(GGA) secara umum, yaitu:
1. Berkurangnya aliran darah ke ginjal. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain:
1) Kekurangan darah akibat perdarahan dan dehidrasi atau cedera
fisik yang menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah.
2) Daya pompa jantung menurun (kegagalan jantung).
3) Tekanan darah sangat rendah (shock).
4) Kegagalan fungsi hati (sindroma hepatorenalis).
2. Terjadi penyumbatan aliran kemih. Terjadinya penyumbatan pada
aliran kemih ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain
pembesaran prostat dan adanya tumor yang menekan saluran kemih.
3. Trauma pada ginjal, yang disebabkan adanya reaksi alergi, zat-zat
racun, keadaan yang mempengaruhi unit penyaringan ginjal (nefron),
penyumbatan arteri atau vena di ginjal dan adanya kristal, protein
atau bahan lainnya yang berada di dalam ginjal (Muhammad, 2012).
Berikut ini adalah penyebab penyakit gagal ginjal akut (GGA) yang
dibagi dalam beberapa kategori, yaitu pre-renal, intra-renal dan post-
renal.
1. Pre-renal
Pre-renal termasuk salah satu jenis penyakit GGA yang paling
umum ditemui. Penyebabnya adalah darah yang diterima oleh ginjal
tidak cukup untuk menyaring molekul-molekul yang tidak perlukan
tubuh (misalnya toksin) karena penderita mengalami dehidrasi,
muntah, diare atau kehilangan darah (Muhammad, 2012).
Penyakit pre-renal berhubungan dengan masalah aliran darah
sebagai akibat hipoperfusi ginjal dan menurunnya laju filtrasi
glomerulus. Secara umum, penderita mengalami penipisan volume
(hemoragi atau kehilangan cairan melalui saluran gastrointestinal),
vasodilatasi (sepsis atau anafilaksis) dan gangguan fungsi jantung
(infark miokardium, gagal jantung kongestif atau shock kardiogenik)
(Muhammad, 2012).
2. Intra-renal
Intra-renal merupakan salah satu penyakit GGA akibat adanya
kerusakan struktur glomerulus atau tubulus ginjal. Cedera karena
terbakar dan akibat benturan, infeksi, serta agen nefrotoksik bisa
menyebabkan akut tubular nekrosis (ATN) dan berhentinya fungsi
renal. Cedera akibat terbakar dan benturan menyebabkan
pembebasan hemoglobin dan mioglobin (protein yang dilepaskan
oleh otot saat cedera) sehingga terjadi toksik renal iskemik atau
keduanya (Muhammad, 2012).
Reaksi transfusi yang parah juga menyebabkan gagal intra-
renal. Hemoglobin yang dilepaskan melalui mekanisme hemolisis
dan melewati membran glomerulus dan terkonsentrasi di tubulus
ginjal merupakan salah satu faktor pencetus terbentuknya
hemoglobin. Penyebab lain adalah pemakaian obat-obat anti
inflamasi non-steroid (NSAID) terutama pada pasien lansia.
Medikasi ini mengganggu prostaglandin yang secara normal
melindungi aliran darah renal, sehingga menyebabkan iskemia ginjal
(Muhammad, 2012).
3. Post-renal
Post-renal termasuk salah stau jenis kelainan organ ginjal yang
dapat mempengaruhi gerakan keluarnya urine dan ginjal. Selain itu,
gagal ini juga disebabkan oleh terhalangnya penghapusan urine
(obstruksi) yang diproduksi oleh ginjal. Namun, hal ini merupakan
penyebab GGA yang paling langka. Obstruksi pada salah satu atau
kedua ureter bisa disebabkan oleh adanya batu ginjal, kanker organ
saluran kemih, atau struktur yang berada di dekat saluran kemih,
sehingga menghambat arus urine, obat-obatan dan faktor
predisposisi lainnya (Muhammad, 2012).
Sekitar 55-70% kasus GGA mempunyai etiologi pre-renal yang
disebabkan oleh menurunnya volume intravaskular (hipovimemia)
kurangnya curah jantung, atau gagal vaskular akibat vasodilatasi.
Kurang lebih 25-40% kasus gagal ginjal akut mempunyai etiologi
gagal intra-renal. Gagal intra-renal disebabkan oleh adanya
kerusakan jaringan ginjal, termasuk nekrosis tubular, nefrotoksisitas
dan perubahan sirkulasi darah ginjal. Sedangkan, kasus gagal post-
renal yang disebabkan oleh obstruksi urine di antara ginjal dan
meatus uretra hanya mencapai 5% (Muhammad, 2012).
2. Etiologi GGK
Berikut ini adalah beberapa penyebab penyakit gagal ginjal kronis
(GGK), yaitu:
1. Tekanan darah tinggi (hipertensi).
2. Penyumbatan saluran kemih.
3. Kelainan ginjal, misalnya penyakit ginjal polikistik.
4. Diabetes mellitus (kencing manis).
5. Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik.
6. Penyakit pembuluh darah.
7. Bekuan darah pada ginjal.
8. Cedera pada jaringan ginjal dan sel-sel.
9. Glomerulonefritis.
10. Nefritis interstisial akut.
11. Akut tubular nekrosis (ATN) (Muhammad, 2012).
Dari total kasus penyakit gagal ginjal, sebanyak 65% disebabkan
oleh penyakit diabetes dan hipertensi. Dengan begitu, dapat disimpulkan
bahwa kedua penyakit ini merupakan penyebab utama gagal ginjal
kronis. Selain itu, penyakit gagal ginjal kronis juga disebabkan oleh
beberapa penyakit lain, seperti glomerulonefritis, ginjal polikistik atau
penyakit yang menyebabkan penyumbatan pada ginjal. Infeksi pada
ginjal dan batu ginjal juga dapat menyebabkan penyakit gagal ginjal
kronis (GGK) (Muhammad, 2012).
Sama seperti hipertensi, penyakit GGK termasuk silent killer, yaitu
penyakit mematikan yang tidak menimbulkan gejala-gejala peringatan
sebelumnya. Awalnya, penyakit ini bisa berawal dari hal-hal sepele,
misalnya dehidrasi (kurang minum) sehingga membuat tubuh rawan
terkena infeksi saluran kemih. Lalu, kondisi tersebut berkembang
menjadi infeksi ginjal. Perlu diingat bahwa kaum wanita sangat rawan
terkena infeksi saluran kemih (dalam istilah kedokteran disebut sistitis)
karena konstruksi alat kelaminnya yang terbuka (Muhammad, 2012).
5. Tanda dan Gejala
Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit gagal ginjal akut (GGA) ini
sangat bergantung pada tingkat keparahan, progresivitas dan penyebab
penyakit. Biasanya, adanya kerusakan pada ginjal juga menunjukkan
gejala-gejala serius yang tidak berhubungan dengan ginjal, seperti
demam tinggi, shock, kegagalan jantung dan kegagalan hati (Muhammad,
2012).
Beberapa keadaan yang menyebabkan gagal ginjal akut juga
mempengaruhi bagian tubuh penderita yang lain, misalnya
granulomatosis wegener yang menyebabkan kerusakan pembuluh darah
ginjal dan paru-paru, sehingga penderita mengalami batuk darah. Ruam
kulit merupakan gejala khas yang ditimbulkan oleh beberapa penyebab
gagal ginjal akut, yaitu poliarteritis, lupus erimatosus sistemik dan
beberapa obat yang bersifat racun (Muhammad, 2012).
Hidromefrosis menyebabkan penyumbatan aliran kemih, sehingga
mengakibatkan gagal ginjal akut. Arus balik dari kemih di dalam ginjal
menyebabkan daerah pengumpul kemih di ginjal (pelvis renalis)
teregang, sehingga timbul nyeri kram (bisa ringan atau sangat hebat)
pada sisi yang terkena. Pada sekitar 10% penderita GGA ditemukan
kandungan darah dalam air seninya (Muhammad, 2012).
Berikut ini adalah tanda dan gejala gagal ginjal akut (GGA), yaitu:
1. Oliguria (volume air kemih berkurang) atau anuria (sama sekali tidak
terbentuk air kemih).
2. Nokturia (berkemih pada malam hari).
3. Pembengkakan tungkai, kaki atau pergelangan kaki.
4. Pembengkakan secara menyeluruh karena terjadi penimbunan cairan.
5. Berkurangnya rasa, terutama dibagian tangan atau kaki.
6. Terjadi perubahan mental atau suasana hati.
7. Kejang.
8. Tremor tangan.
9. Mual dan muntah (Muhammad, 2012).
Berikut ini adalah tanda dan gejala gagal ginjal kronis (GGK), yaitu:
1. Gangguan sistem gastrointestinal
1) Anoreksia, mual dan muntah akibat adanya gangguan
metabolisme protein dalam usus dan terbentuknya zat-zat toksit.
2) Fetor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air
liur, yang kemudian diubah menjadi ammonia bakteri, sehingga
napas penderita berbau ammonia.
3) Cegukan (belum diketahui penyebabnya).
2. Gangguan sistem hematologi dan kulit
1) Anemia karena kekurangan produksi eritropoetin.
2) Kulit pucat dan kekuningan akibat anemia dan penimbunan
urokrom.
3) Gatal-gatal akibat toksis uremik.
4) Trombositopenia (penurunan kadar trombosit dalam darah).
5) Gangguan fungsi kulit (fagositosis dan kematosis berkurang).
3. Gangguan sistem saraf dan otak
1) Miopati, kelainan dan hipertropi otot.
2) Ensilopati metabolik, lemah, tidak bisa tidur dan konsentrasi
terganggu.
V. Berfikir Kritis
1. Studi Kasus
Ny. D, 52 tahun masuk rumah sakit tanggal 20 Januari 2021 dengan
keluhan utama badan lemas dan tidak nafsu makan sejak satu minggu
sebelum masuk rumah sakit, mual (+), muntah (+). Klien menyandang
diabetes mellitus sejak 20 tahun yang lalu. Klien berobat secara teratur ke
poli endokrin di rumah sakit swasta dan minum obat glibenclamid, tetapi
tidak teratur. Riwayat penyakit jantung (+) beberapa bulan yang lalu dan
minum tensivask tidak teratur.
Riwayat batuk-batuk sebelumnya (+), pernah berobat ke poli paru
dan dikatakan ada cairan dalam paru dan disedot, tetapi hasil
pemeriksaan belum ada. Riwayat DM dalam keluarga (+), yaitu ayah,
riwayat penyakit jantung dalam keluarga (-), hipertensi (-). Klien tidak
memiliki riwayat menderita penyakit batu ginjal dan tidak ada riwayat
demam lama serta tidak pernah mengalami kencing berpasir atau
berdarah.
Klien mengatakan sebelum sakit minum tidak banyak, sekitar 5
gelas/hari. Klien jarang minum jamu, kopi atau minuman penambah
tenaga lain. Klien seorang ibu rumah tangga. Saat ini keluhan klien
merasa sesak dan badan terasa lemas. Klien mengatakan berobat
menggunakan asuransi kesehatan dan memiliki anak yang sudah dewasa,
sudah menikah semua. Klien sering mengeluh ingin ditemani anak atau
keluarga di dalam ruangan. Saat ini, klien terpasang kateter urine dan
mendapatkan oksigen nasal kanul 2 liter/menit.
2. Pertanyaan Terkait Kasus
1. Dibawah ini merupakan pengertian ginjal, yaitu...
a. Ginjal adalah organ terpenting dalam mempertahankan
homeostasis cairan tubuh secara baik.
b. Ginjal adalah organ ekskresi yang berbentuk seperti kacang
yang berwarna coklat.
c. Ginjal adalah suatu organ yang tidak dapat menyaring kotoran
dalam darah.
d. Ginjal adalah suatu organ yang dapat menghasilkan hormon
endorfin.
e. Ginjal adalah suatu organ yang memiliki panjang 30 cm pada
orang dewasa.
2. Dibawah ini merupakan pengertian gagal ginjal akut (GGA),
kecuali...
a. Gagal ginjal akut (GGA) adalah penurunan fungsi ginjal
mendadak dengan akibat hilangnya kemampuan ginjal untuk
mempertahankan homeostasis tubuh.
b. Gagal ginjal akut (GGA) adalah kemunduran yang cepat dari
kemampuan ginjal dalam membersihkan darah dari bahan-bahan
racun, yang menyebabkan penimbunan limbah metabolik di
dalam darah.
c. Gagal ginjal akut (GGA) adalah akibat dari adanya kelainan
ginjal secara kompleks, sehingga kemampuannya dalam
membersihkan bahan-bahan racun di dalam darah menjadi
menurun.
d. Gagal ginjal akut (GGA) adalah kondisi yang ditandai dengan
terjadinya peningkatan kreatinin darah sebanyak 0,5 mg/dl per-
hari dan peningkatan ureum sebanyak 10-20 mg/dl per-hari.
e. Gagal ginjal akut (GGA) adalah gangguan fungsi ginjal yang
progresif dan irreversible.
3. Dibawah ini merupakan pengertian gagal ginjal kronis (GGK),
kecuali...
a. Gagal ginjal kronis (GGK) adalah proses kerusakan ginjal
selama rentang waktu lebih dari tiga bulan.
b. Gagal ginjal kronis (GGK) adalah suatu penyakit yang tidak
memerlukan tindakan hemodialisis.
c. Gagal ginjal kronis (GGK) adalah penyakit renal tahap akhir
(ESRD).
d. Gagal ginjal kronis (GGK) adalah penyakit yang sulit
disembuhkan.
e. Gagal ginjal kronis (GGK) adalah suatu penyakit dengan laju
filtrasi glomerular berada dibawah 60 ml/men/1.73 m2.
4. Dibawah ini merupakan etiologi gagal ginjal akut (GGA), kecuali...
a. Kekurangan darah akibat perdarahan dan dehidrasi.
b. Terjadi penyumbatan aliran kemih.
c. Trauma pada ginjal, yang disebabkan adanya reaksi alergi dan
zat-zat racun.
d. Penyumbatan arteri atau vena di ginjal.
e. Terjadi kerusakan struktur penglihatan.
5. Dibawah ini merupakan etiologi gagal ginjal kronis (GGK),
kecuali...
a. Tekanan darah tinggi.
b. Diabetes mellitus.
c. Glomerulonefritis.
d. Penyakit pre-renal, intra-renal dan post-renal.
e. Akut tubular nekrosis (ATN).
6. Dibawah ini merupakan fungsi ginjal, yaitu...
a. Membuang racun dan produk buangan/limbah dari darah.
b. Membuang lemak pada tubuh.
c. Menghasilkan enzim ptialin.
d. Memproses vitamin C.
e. Memproduksi hormon estrogen.
7. Dibawah ini merupakan tanda dan gejala gagal ginjal akut (GGA),
yaitu...
a. Nokturia.
b. Gatal-gatal akibat toksis uremik.
c. Napas berbau ammonia.
d. Anemia.
e. Asidosis metabolik.
8. Dibawah ini merupakan tanda dan gejala gagal ginjal kronis (GGK),
kecuali...
a. Hipertensi.
b. Diabetes mellitus.
c. Trombositopenia.
d. Gangguan irama jantung akibat sklerosis dini.
e. Oliguria.
VI. Keterampilan Klinik Tindakan Hemodialisa
1. Pengertian
Hemodialisa adalah tindakan pengobatan dengan tujuan
mengeluarkan sisa metabolisme melalui proses pertukaran antara bahan
yang ada di dalam darah dan dialisat melewati membran semi permeabel
secara difusi konveksi dan ultrafiltrasi.
2. Tujuan
Menolong penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang sudah tidak
bisa diobati dengan terapi konservatif.
3. Kebijakan
Dilakukan pada setiap pasien gagal ginjal terminal serta pasien gagal
ginjal kronis. Dengan hemodialisa, dapat membantu mempertahankan
fungsi ginjal pasien secara optimal.
Nama Mahasiswa: Nama Pasien:
NIM: No. Rekam Medis:
Tanggal: Ruangan:
Tabel 6. Daftar Tilik Hemodialisa
Tindakan Prosedur
No.
A. Persiapan Sebelum Hemodialisa Keterangan
1 Persiapan pasien
a. Surat dari dokter penanggung jawab Ruang HD
untuk tindakan HD (instruksi dokter).
b. Apabila dokter penanggung jawab HD tidak
berada ditempat atau tidak bisa dihubungi, surat
permintaan tindakan hemodialisa diberikan oleh
dokter spesialis penyakit dalam yang diberi
delegasi oleh dokter penanggung jawab HD.
c. Apabila pasien berasal dari luar RS (traveling)
disertai dengan surat traveling dari RS asal.
d. Identitas pasien dan surat persetujuan tindakan
HD.
e. Riwayat penyakit yang pernah diderita (penyakit
lain).
f. Keadaan umum pasien.
g. Keadaan psikososial.
h. Keadaan fisik (ukur TTV, BB, warna kulit,
ekstremitas edema +/-).
i. Data laboratorium: darah rutin, GDS, ureum,
creatinin, HBsAg, HCV, HIV, CT, BT.
j. Pastikan bahwa pasien benar-benar siap untuk
dilakukan HD.
2 Persiapan mesin
a. Listrik.
b. Air yang sudah diubah dengan cara:
- Filtrasi.
- Softening.
- Deionisasi.
- Reverse osmosi.
c. Sistem sirkulasi dialisat
- Sistem proporsioning.
- Acetate/bicarbonate.
d. Sirkulasi darah
- Dializer/hollow fiber.
- Priming.
3 Persiapan alat
a. Dializer.
b. Transfusi set.
c. Normal saline 0.9%.
d. AV blood line.
e. AV fistula.
f. Spuit.
g. Heparin.
h. Lidocain.
i. Kassa steril.
j. Duk.
k. Sarung tangan.
l. Mangkok kecil.
m. Desinfektan (alkohol/betadin).
n. Klem Matikan.
o. Timbangan.
p. Tensimeter.
q. Termometer.
r. Plastik.
s. Perlak kecil.
4 Langkah-langkah:
2) Lakukan setting dengan cara: keluarkan dializer
dan AV blood line dari bungkusnya, juga slang
infus/transfusi set dan NaCl (perhatikan
sterilitasnya)
3) Sambungkan normal saline dengan set infus, set
infus dengan selang arteri, selang darah arteri
dengan dializer, dializer dengan selang darah
venous.
4) Masukan selang segmen ke dalam pompa darah,
putarlah pump dengan menekan tombol tanda V
atau Λ (pompa akan otomatis berputar sesuai
arah jarum jam).
5) Bukalah klem pada set infus, alirkan normal
saline ke selang darah arteri dan tampung cairan
ke dalam gelas ukur.
6) Setelah selang arteri terisi normal saline, selang
arteri diklem.
b. Lakukan priming dengan posisi dializer biru
(outlet) di atas dan merah (inlet) di bawah
1) Tekan tombol start pada pompa darah, tekan
tombol V atau Λ untuk menentukan angka yang
diinginkan (dalam posisi priming sebaiknya
kecepatan aliran darah 100 rpm).
2) Setelah selang darah dan dializer terisi semua
dengan normal saline, habiskan cairan normal
sebanyak 500 cc.
3) Lanjutkan priming dengan normal saline
sebanyak 1000 cc. Putarlah Qb dan rpm.
4) Sambungkan ujung selang darah arteri dan ujung
selang darah venous.
5) Semua klem dibuka kecuali klem heparin.
6) Setelah priming, mesin akan ke posisi dialisis,
start layar menunjukkan “preparation”, artinya:
consentrate dan RO telah tercampur dengan
melihat petunjuk conductivity telah mencapai
(normal: 13.8-14.2). Pada keadaan
“preparation”, selang concentrate boleh
disambung ke dializer.
7) Lakukan sirkulasi dalam. Caranya: sambung
ujung blood line arteri vena.
a) Ganti cairan normal saline dengan yang baru
500 cc.
b) Tekan tombol UFG 500 dan time life 10 menit.
c) Putarlah kecepatan aliran darah (pump) 350 rpm.
d) Hidupkan tombol UF ke posisi “on” mesin akan
otomatis melakukan ultrafiltrasi (cairan normal
saline akan berkurang sebanyak 500 cc dalam
waktu 10 menit.
e) Setelah UV mencapai 500 cc, akan muncul pada
layar “UFG reached” artinya UFG sudah
tercapai.
8) Pemberian heparin pada selang arteri
Berikan heparin sebanyak 1500 unit sampai
2000 unit pada selang arteri. Lakukan sirkulasi
selama 5 menit agar heparin mengisi ke seluruh
selang darah dan dializer, berikan kecepatan 100
rpm.
Catatan: jika dializer reuse, priming 500 cc
dengan Qb 100 rpm sirkulasi untuk membuang
formalin (UFG: 500, time life 20 menit dengan
Qb 350 rpm). Bilaslah selang darah dan dializer
dengan normal saline sebanyak 2000 cc.
B. Punksi Akses Vaskuler
1. Tentukan tempat punksi atau periksa tempat
shunt.
2. Alasi dengan perlak kecil dan atur posisi.
3. Bawa alat-alat dekat dengan tempat tidur pasien
(alat-alat steril dimasukkan ke dalam bak steril).
4. Cuci tangan, bak steril dibuka dan memakai
handscoon.
5 5. Beritahu pasien bila akan dilakukan punksi.
6. Pasang duk steril, sebelumnya desinfeksi daerah
yang akan dipunksi dengan betadine dan
alcohol.
7. Ambil fistula dan puncti outlet terlebih dahulu.
Bila perlu lakukan anestesi lokal, kemudian
desinfeksi.
8. Punksi inlet dengan cara yang sama, kemudian
difiksasi.
C. Memulai Hemodialisa
Sebelum dilakukan punksi dan memulai
hemodialisa, ukur tanda-tanda vital dan berat badan
pre-hemodialisa.
1. Setelah selesai punksi, sirkulasi dihentikan,
pompa dimatikan, ujung AV blood line diklem.
2. Lakukan reset data untuk menghapus program
yang telah dibuat, mesin otomatis menunjukkan
angka nol (0) pada UV, UFR, UFG dan time left.
3. Tentukan program pasien dengan menghitung
BB datang - BB standar + jumlah makan saat
hemodialisa.
4. Tekan tombol UFG = target cairan yang akan
ditarik.
5. Tekan tombol time left = waktu yang akan
diprogram.
6. Atur concentrate sesuai kebutuhan pasien
(jangan merubah Base Na + karena teknisi sudah
mengatur sesuai dengan angka yang berada di
gallon. Na = 140 mmol).
7. Tekan tombol temperatur (suhu mesin = 36oC –
37oC).
8. Buatlah profil yang sesuai dengan keadaan
pasien.
9. Berikan kecepatan aliran darah 100 rpm.
10.Menyambung selang fistula inlet dengan selang
darah arteri
- Matikan (klem) selang infus.
- Sambungkan selang arteri dengan fistula arteri
(inlet).
- Masing-masing kedua ujung selang darah arteri
dan fistula di swab dengan kassa betadine
sebagai desinfektan.
- Ujung selang darah venous masukkan dalam
gelas ukur.
- Hidupkan pompa darah dan tekan tombol V
atau Λ 100 rpm.
6 - Perhatikan aliran cimino apakah lancar, fiksasi
dengan micropore. Jika aliran tidak lancar,
rubahlah posisi jarum fistula.
- Perhatikan darah, buble trap tidak boleh penuh
(kosong), sebaiknya terisi ¾ bagian.
- Cairan normal saline yang tersisa ditampung
dalam gelas ukur namanya cairan sisa priming.
- Setelah darah mengisi semua selang darah dan
dializer, matikan pompa darah.
11.Menyambung selang darah venous dengan
fistula outlet
- Sambung selang darah venous ke ujung AV
fistula outlet (kedua ujungnya diberi kassa
betadine sebagai desinfektan). Masing-masing
sambungan dikencangkan).
- Klem pada selang arteri dan venous dibuka,
sedangkan klem infus ditutup.
- Pastikan pada selang venous tidak ada udara,
lalu hidupkan pompa darah dari 100 rpm sampai
dengan yang diinginkan.
- Tekan tombol UF pada layar monitor terbaca
“dialisis”.
- Selama proses hemodialisa, ada 7 lampu hijau
yang menyala (lampu monitor, on, dialysis start,
pompa, heparin, UF dan Flow).
- Rapikan peralatan.
4. Penatalaksanaan Selama Hemodialisa
1. Memprogram dan memonitor mesin
hemodialisa
a. Lamanya HD.
b. QB (kecepatan aliran darah) 150-250 cc/menit.
c. QD (kecepatan aliran dialisa) 500 cc/menit.
d. Temperatur dialisat 37oC.
e. UFR dan TMP otomatis.
f. Heparinisasi
1) Dosis awal: 25-50 unit/kgBB.
a) Diberikan pada waktu punksi.
b) Sirkulasi extra corporeal 1500 unit.
c) Dosis maintenance 500-2000 unit/jam diberikan
pada waktu HD berlangsung.
2) Dosis maintenance 500-2000 u/jam
Diberikan pada waktu HD berlangsung.
Cara pemberian dosis maintenance:
a) Kontinyu: diberikan secara terus menerus
dengan bantuan pompa dari awal HD sampai
7 dengan 1 jam sebelum HD berakhir.
b) Intermitten: diberikan 1 jam setelah HD
berlangsung dan pemberian selanjutnya
dimasukan tiap selang waktu 1 jam.
c) Minimal heparin: heparin dosis awal kurang
lebih 200 unit, selanjutnya diberikan kalau perlu.
g. Pemeriksaan (laboratorium, ECG, dll).
h. Pemberian obat-obatan, transfusi, dll.
i. Monitor tekanan
1) Fistula pressure.
2) Arterial pressure.
3) Venous pressure.
4) Dialisat pressure.
5) Detektor (udara blood leak detector).
2. Observasi pasien
a. Tanda-tanda vital (TD, N, S, RR, kesadaran).
b. Fisik.
c. Perdarahan.
d. Sarana hubungan sirkulasi.
e. Posisi dan aktivitas.
f. Keluhan dan komplikasi hemodialisa
5. Mengakhiri Hemodialisa
1. Persiapan alat
a. Piala ginjal.
b. Kassa steril.
c. Betadine solution.
d. Sarung tangan tidak steril.
e. Perban gulung.
f. Band aid (pelekat).
g. Gunting.
h. Nebacetin powder antibiotic.
i. Termometer.
j. Micropore.
2. Pelaksanaan
a. Perawat mencuci tangan.
b. Perawat memakai sarung tangan.
c. Mesin menggunakan UFG reached = UFG
sudah tercapai (angka UV = angka UF).
d. Jika proses hemodialisa sudah selesai, posisi
8 mesin akan terbaca “Reinfusion”.
e. Sebelum 5 menit selesai, pasien diobservasi
tanda-tanda vital.
f. Kecilkan kecepatan aliran darah (pompa darah)
sampai 100 rpm, lalu matikan.
g. Klem pada fistula arteri dan selang darah arteri.
h. Cabutlah fistula outlet (venous), tekan bekas
tusukan dengan kassa betadine, tutuplah bekas
tusukan dengan kassa betadine.
i. Bilaslah fistula, selang darah dan dializer dengan
normal saline secukupnya sampai bersih dan
gunakan kecepatan aliran darah 100 rpm.
j. Cabutlah fistula outlet (venous), tekan bekas
tusukan dengan kassa betadine.
k. Jika tidak ada darah bekas tusukan, maka berilah
nebacetin powder dan tutuplah bekas tusukan
dengan Band Aid (dibalut dengan perban
gulung)
l. Berilah fiksasi dengan micropore pada perban
gulung.
m. Observasi tanda-tanda vital pasien.
n. Kembalikan alat-alat ke tempat semula.
o. Perawat melepas sarung tangan.
p. Perawat mencuci tangan.
Sumber: (Pertiwi, 2017).
VII. Evaluasi
1. Pertanyaan 1: jawaban A.
2. Pertanyaan 2: jawaban E.
3. Pertanyaan 3: jawaban B.
4. Pertanyaan 4: jawaban E.
5. Pertanyaan 5: jawaban D.
6. Pertanyaan 6: jawaban A.
7. Pertanyaan 7: jawaban A.
8. Pertanyaan 8: jawaban E.
VIII. Daftar Pustaka
Aditya, A, Udiyono, A, Saraswati, D.L & Setyawan, H. (2018). Screening
Fungsi Ginjal Sebagai Perbaikan Outcome Pengobatan Pada Penderita
Diabetes Mellitus Tipe II (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep).
Jurnal Kesehatan Masyarakat. Volume 6, Nomer 1. (Internet). Available
from: http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm. (Diakses pada tanggal 20
Januari 2021).
Price, S.A & Wilson, L.M. (2012). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta: EGC.