Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEBIDANAN

PADA BY Ny I BBL DENGAN LABIOPALATOSKISIS

DI BPS Hj.ISMACHIL M

WINONG GEMPOL

Laporan Study Kasus


Disusun untuk memenuhi tugas
Praktek Klinik Kebidanan 1 Semester IV

Oleh :
IKA FAJARIAH NURLAILI
NIM : 02.09.272

PRODI DIII KEBIDANAN


STIKES DIAN HUSADA
MOJOKERTO

2011
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan By Ny. I BBL dengan Labiopalatoskisis.

telah disetujui pada :

Hari :

Tanggal:

Mengetahui,

Mahasiswa

IKA FAJARIAH N

02.09.272

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

NANIK NUR R, S.ST Hj,ISMACHIL M

.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala


rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya
Asuhan Kebidanan dengan Judul Bayi Ny.I BBL DENGAN
LABIOPALTOSKISIS di BPS Hj.ISMACHIL ini disusun dengan
maksud sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan
pendidikan D III Kebidanan.
Selama penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini, penulis
banyak memperoleh bantuan dan dorongan baik moril maupun
materiil dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Yulianto, S.Kep.Ners, M.M. Kes selaku Ketua STIKES Dian
Husada yang
2. Ibu Indra Yuliati S,ST selaku Kaprodi DIII Kebidanan Stikes Dian Husada
Mojokerto.
3. Ibu nanik nur R, S.ST selaku Dosen Pembimbing Akademik Stikes Dian
Husada Mojokerto.
4. Hj.ismachil selaku pembimbing klinik BPS Hj.ismachil M, Winong
GempolPasuruan
5. Sahabat-sahabat yang telah membantu dan mendampingi
dalam suka maupun duka.
Penulis menyadari dalam pelaksanaan makalah kebidanan
ini masih jauh dari sempurna untuk itu kritik dan saran demi
perbaikan sangat diharapkan.

Mojokerto, Juni 2011

Penulis

.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................


i
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................
ii
KATA PENGANTAR .............................................................................
iii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN
..................................................................
1
1.1 Latar Belakang
...............................................................
1
1.2 Tujuan .........................................................................
1
1.2.1 Tujuan Umum ........................................................
1
1.2.2 Tujuan Khusus........................................................
2
1.3 Manfaat ........................................................................
2
1.4 Metode Penulisan ........................................................
2

.
1.5 Teknik Pengumpulan Data
............................................
3
1.6 Sistematika Penulisan ................................................
3
BAB II TINJAUAN TEORI .........................................................
5
2.1 Definisi
............................................................................
5
2.2 Etiologi
.........................................................................
5
2.3 Patofisiologi
....................................................................
2.4 Diagnosis
.......................................................................
2.5 Pengobatan ...................................................................
2.6 Tinjauan Manajemen ....................................................
BAB III TUNJAUAN KASUS .......................................................
11
3.1 Pengkajian ..................................................................
11
3.2 Identifikasi Masalah / Diagnosa
...................................
17
3.3 Identifikasi Masalah Potensial
......................................
18
3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera ....................................
18

.
3.5 Intervensi .....................................................................
18
3.6 Implementasi
..................................................................
19
3.7 Evaluasi
........................................................................
20
BAB IV PEMBAHASAN
..................................................................
21
BAB V PENUTUP
.............................................................................
22
6.1 Kesimpulan ..............................................................
22
6.2 Saran .........................................................................
22
DAFTAR PUSTAKA
..................................................................................
23

.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bibir yang terbelah atau bibir sumber merupakan cacat bawaan, sudah
dikenal sejak dahulu, akan tetapi problem yang di akibatkan oleh adanya bibir
sumbing atau cleft palate ini selain problem personal-sosial, sangat jarang
dibahas.

Kelainan bawaan yang timbul saat pembentukan janin ini menyebabkan


adanya celah di antara kedua sisi kanan dan kiri dari bibir. Kadang kala malah
lebih luas, dapat mencapai langit-langit bahkan sampai dengan merusak
estetika cuping hidung (labio-palato-gnato schizis).

Bayi yang dilahirkan dengan cacat seperti ini, akan mengalami kesulitan
dalam koordinasi & pengolahan nafas, sehingga tanda paling awal adalah
kesulitan menghisap saat menyusui. Anak bingung karena pada saat
menghisap, ada cairan yang muncrat lari melewati lubang yang ada di langit-
langit sehingga anak jadi tersedak. Tentu saja hal ini terjadi pada anak dengan
celah bibir dan langit-langitnya panjang / luas.

Secara medis, hal ini diakibatkan adanya inkompetensi dari velofaringeal


clossure, dimana seharusnya aliran rongga hidung ke saluran nafas itu terpisah
dengan saluran makan dari rongga mulut. Secara anatomis normalnya kita
memiliki langit-langit mulut yang membatasinya. Sehingga saat sedang makan
atau minum anak akan bingung, kadang terlihat seperti berhenti bernafas,
malas makan, padahal anak itu takut menelan karena dia tahu pasti akan
tersedak.

Intervensi bedah dari sejawat dokter spesialis bedah plastik biasanya


membuat koreksi deformitas tersebut dapat diatasi. Otomatis, intervensi sedini
mungkin akan sangat membantu dalam mengejar pertumbuhan bahas maupun
kematangan oromotor seorang anak. Biasanya dalam waktu 6 minggu pasca

.
operasi, anak dapat memulai latihan aktif untuk stretching dan latihan
koordinasi otot-otot mulut, kemudian dilanjutkan dengan pengenalan vokal,
lalu konsonan dsb. Untuk anak tentunya hal itu dilakukan sambil bermain.

Kendala yang paling saya rasakan apabila ketaatan pasien untuk latihan
kurang, karena mereka (orangtua) hanya berpikir bahwa secara kosmetik toh
anaknya sudah cakap karena celahnya sudah menutup, padahal tidak semua
anak dapat meraih kemampuan bicara yang sama.

Kendala lain adalah beragamnya bahasa daerah. Terutama keluarga yang


menerapkan bilingualistik di dalam pola asuh anak. Misalkan ayah dan ibu
bicara dalam bahasa Indonesia, sedangkan anak dan pengasuhnya bicara
dalam bahasa daerah. Wah, hal ini akan sangat memusingkan si anak,
termasuk memusingkan saya juga yang bertugas sebagai dokternya.

Dalam hal ini pills without prescription kesepakatan dalam pola asuh, serta
kedisiplinan latihan sangat penting karena periode emas tumbuh kembang
anak ada pada periode awal kehidupannya.

Seperti dingat bahwa anak normal sampai usia 2 minggu s/d 1 bulan, suara
yang dia hasilkan hanyalah reflek vokalisasi saja. Setelah menginjak umur 6
minggu, masuk dalam periode babbling nampak anak seperti senang bermain
dengan ludahnya sendiri sambil mencucu. Lalu saat usia 6 bulan, mulailah
anak meniru & mengulang semua kata yang didengarnya dalam periode
Lalling. Saat ini pendengaran yang baik juga amat berperan besar, oleh karena
itu, bantuan asesmen fungsi pendengaran oleh sejawat SpTHT sangat
diperlukan. Kondisi anatomi oromotor (bibir, rongga mulut dan jaringan
sekitarnya) yang baik juga akan berpengaruh dalam kematangan kemampuan
bicara seorang anak.

.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah membuat laporan asuhan kebidanan diharapkan mahasiswa dapat
mengerti, memahami, serta mampu membuat asuhan kebidanan pada bayi
dengan Labiopalatoskisis

1.2.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan yang dapat kita ambil dari penyusunan laporan ini adalah
agar mahasiswa mampu:

a. Melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif bayi baru lahir


dengan labiopalatoskkisis
b. Mengidentifikasi masalah dan diagnosa.
c. Mengidentifikasi masalah potensial.
d. Mengidentifikasi kebutuhan yang harus segera dipenuhi.
e. Membuat rencana tindakan.
f. Melaksanakan tindakan.
g. Melaksanakan evaluasi dan haisl tindakan.
1.3 Manfaat
a. Mahasiswa
Mahasiswa dapat memahami tentang konsep dasar BBL dengan labio
palatoskisis

b. Bagi Institusi
Institusi dapat mengetahui sejauh mana mahasiswa akademi kebidanan
Dian Husada mampu membuat asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan
Labiopalatoskisis

c. Bagi Lahan Praktek


BPS dapat meningkatkan asuhan pelayanan yang komperehensif pada
BBL dengan labiopalotoskisis

.
1.4 Metode penulisan
Di dalam penulisan makalah ini yang digunaklan adlah deskriptif dengan
menggunakan study kasusmelalui pendekatan managemen kebidanan menurut
Varney meliputi lengkah-langkah pengumpulan data, identifikasi diagnosa dan
masalah, identifikasi masalah potensial, identifikasi kebutuhan sesgera,
intervensi, implementasi, dan evaluasi.

1.5 Teknik pengumpulan data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan makalah ini
adalah:

a. Wawancara
Yaitu dengan bertanya langsung kepada klien tentang hal-hal yang
berhubungan dengan latar belakang kondisi kesehatan klien.

b. Observasi Langsung
Yaitu melalui pengamatan langsung maupun pemeriksaan fisik dengan
inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.

c. Study Dokumen
Dengan melihat rekam medis.

d. Study Literatur
Yaitu melalui referensi dan literature.

1.6 Sistematika Penulisan


BAB 1 PENDAHULUAN

Meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, manfaat metode


penulisan, teknik pengumpulan data, serta sistematika penulisan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pada tinjauan pustaka ini yang dibahas adalah definisi bayi baru lahir,
prinsip dasar, pemantauan bayi baru lahir, pemeriksaan lanjutan,
perubahan yang terjadi setelah kelahiran, keadaan klinik, penilaian bayi

10

.
untuk tanda kegawatan, penatalaksanaan segera BBL dengan
Labiopalatoskisis.

BAB 3 TINJAUAN KASUS

Meliputi 7 langkah manajemen Varney meliputi lengkah-langkah


pengumpulan data, identifikasi diagnosa dan masalah, identifikasi
masalah potensial, identifikasi kebutuhan sesgera, intervensi,
implementasi, dan evaluasi.

BAB 4 PEMBAHASAN

Membahas tentang kesenjangan teori dan praktek di lapangan yaitu pada


tinjauan kasus bayi baru lahir dengan Labiopalatoskisis

BAB 5 PENUTUP

Meliputi kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

11

.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Labioskizis/Labiopalatoskizis yaitu kelainan kotak palatine (bagian depan
serta samping muka serta langit-langit mulut) tidak menutup dengan
sempurna.
B. Etiologi
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing. faktor
tersebut antara lain , yaitu :

1. Faktor Genetik atau keturunan

Dimana material genetic dalam kromosom yang mempengaruhi/.


Dimana dapat terjadi karena adaya adanya mutasi gen ataupun kelainan
kromosom. Pada setiap sel yang normal mempunyai 46 kromosom yang
terdiri dari 22 pasang kromosom non-sex ( kromosom 1 s/d 22 ) dan 1
pasang kromosom sex ( kromosom X dan Y ) yang menentukan jenis
kelamin. Pada penderita bibir sumbing terjadi Trisomi 13 atau Sindroma
Patau dimana ada 3 untai kromosom 13 pada setiap sel penderita, sehingga
jumlah total kromosom pada tiap selnya adalah 47. Jika terjadi hal seperti
ini selain menyebabkan bibir sumbing akan menyebabkan gangguan berat
pada perkembangan otak, jantung, dan ginjal. Namun kelainan ini sangat
jarang terjadi dengan frekuensi 1 dari 8000-10000 bayi yang lahir.

2. Kurang Nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin C pada waktu


hamil, kekurangan asam folat.

3. Radiasi

4. Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama.

12

.
5. Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infeksi
Rubella dan Sifilis, toxoplasmosis dan klamidia.

6. Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal,


akibat toksisitas selama kehamilan, misalnya kecanduan alkohol, terapi
penitonin.

7. Multifaktoral dan mutasi genetic

8. Diplasia ektodermal

C. Patofisiologi

Cacat terbentuk pada trimester pertama kehamilan, prosesnya karena tidak


terbentuknya mesoderm, pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah
menyatu (proses nasalis dan maksilaris) pecah kembali.

Labioskizis terjadi akibat fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan


prominen nasalis medial yang diikuti disfusi kedua bibir, rahang, dan palatum
pada garis tengah dan kegagalan fusi septum nasi. Gangguan fusi palatum
durum serta palatum mole terjadi sekitar kehamilan ke-7 sampai 12 minggu.

D. Klasifikasi

1. Berdasarkan organ yang terlibat

a. Celah di bibir (labioskizis)

b. Celah di gusi (gnatoskizis)

c. Celah di langit (palatoskizis)

d. Celah dapat terjadi lebih dari satu organ mis = terjadi di bibir dan langit-
langit (labiopalatoskizis)

2. Berdasarkan lengkap/tidaknya celah terbentuk

13

.
Tingkat kelainan bibr sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga
yang berat. Beberapa jenis bibir sumbing yang diketahui adalah :

a. Unilateral Incomplete. Jika celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi
bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung.

b. Unilateral Complete. Jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu
sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.

c. Bilateral Complete. Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan
memanjang hingga ke hidung.

E. Gejala Dan Tanda

Ada beberapa gejala dari bibir sumbing yaitu :

2. TERJADI PEMISAHAN LANGIT LANGIT

3. TERJADI PEMISAHAN BIBIR

4. TERJADI PEMISAHAN BIBIR DAN LANGIT LANGIT

5. INFEKSI TELINGA BERULANG

6. BERAT BADAN TIDAK BERTAMBAH.

7. PADA BAYI TERJADI REGURGITASI NASAL KETIKA MENYUSUI YAITU

KELUARNYA AIR SUSU DARI HIDUNG.

F. Diagnosis

Untuk mendiagnosa terjadi celah sumbing pada bayi setelah lahir mudah
karena pada celah sumbing mempunyai ciri fisik yang spesifik. Sebetulnya
ada pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mengetahui keadaan janin
apakah terjadi kelainan atau tidak. Walaupun pemeriksaan ini tidak sepenuhya

14

.
spesifik. Ibu hamil dapat memeriksakan kandungannya dengan menggunakaan
USG.

G. Komplikasi

Keadaan kelaianan pada wajah seperti bibir sumbing ada beberapa komplikasi
karenannya, yaitu ;

1. Kesulitan makan; dalami pada penderita bibir sumbing dan jika diikuti
dengan celah palatum. memerlukan penanganan khusus seperti dot khusus,
posisi makan yang benar dan juga kesabaran dalam memberi makan pada
bayi bibir sumbing.

2. Infeksi telinga dan hilangnya Dikarenakan tidak berfungsi dengan baik


saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan kerongkongan dan
jika tidak segera diatasi makan akan kehilangan pendengaran.

3. Kesulitan berbicara. Otot otot untuk berbicara mengalami penurunan


fungsi karena adanya celah. Hal ini dapat mengganggu pola berbicara
bahkan dapat menghambatnya

4. Masalah gigi. Pada celah bibir gigi tumbuh tidak normal atau bahkan tidak
tumbuh, sehingga perlu perawatan dan penanganan khusus.

H. Penatalaksanaan

Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi. Operasi


ini dilakukan setelah bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan yang
meningkat, dan bebas dari infeksi oral pada saluran napas dan sistemik. Dalam
beberapa buku dikatakan juga untuk melakukan operasi bibir sumbing
dilakukan hukum Sepuluh (rules of Ten)yaitu, Berat badan bayi minimal 10
pon, Kadar Hb 10 g%, dan usianya minimal 10 minggu dan kadar leukosit
minimal 10.000/ui.

15

.
1. Perawatan

a. Menyusu ibu

Menyusu adalah metode pemberian makan terbaik untuk seorang bayi


dengan bibir sumbing tidak menghambat pengahisapan susu ibu. Ibu dapat
mencoba sedikit menekan payudara untuk mengeluarkan susu. Dapat juga
mnggunakan pompa payudara untuk mengeluarkan susu dan
memberikannya kepada bayi dengan menggunakan botol setelah dioperasi,
karena bayi tidak menyusu sampai 6 mgg.

b. Menggunakan alat khusus

m Dot domba

Karena udara bocor disekitar sumbing dan makanan dimuntahkan


melalui hidung, bayi tersebut lebih baik diberi makan dengan dot yang
diberi pegangan yang menutupi sumbing, suatu dot domba (dot yang besar,
ujung halus dengan lubang besar), atau hanya dot biasa dengan lubang
besar.

m Botol peras

Dengan memeras botol, maka susu dapat didorong jatuh di bagian


belakang mulut hingga dapat dihisap bayi

Ortodonsi

Pemberian plat/ dibuat okulator untuk menutup sementara celah


palatum agar memudahkan pemberian minum dan sekaligus mengurangi
deformitas palatum sebelum dapat dilakukan tindakan bedah definitive

c. Posisi mendekati duduk dengan aliran yang langsung menuju bagian sisi
atau belakang lidah bayi.

16

.
d. Tepuk-tepuk punggung bayi berkali-kali karena cenderung untuk menelan
banyak udara.

e. Periksalah bagian bawah hidung dengan teratur, kadang-kadang luka


terbentuk pada bagian pemisah lobang hidung.

f. Suatu kondisi yang sangat sakit dapat membuat bayi menolak menyusu.
Jika hal ini terjadi arahkan dot ke bagian sisi mulut untuk memberikan
kesempatan pada kulit yang lembut tersebut untuk sembuh.

g. Setelah siap menyusu, perlahan-lahan bersihkan daerah sumbing dengan


alat berujung kapas yang dicelupkan dala hydrogen peroksida setengah
kuat atau air

2. Pengobatan

a. Dilakukan bedah elektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk


penanganan selanjutnya. Bayi akan memperoleh operasi untuk
memperbaiki kelainan, tetapi waktu yang tepat untuk operasi tersebut
bervariasi.

b. Tindakan pertama dikerjakan untuk menutup celah bibir berdasarkan


kriteria rule often yaitu umur > 10 mgg, BB > 10 pon/ 5 Kg, Hb > 10 gr/dl,
leukosit > 10.000/ui.

c. Tindakan operasi selanjutnya adalah menutup langitan/palatoplasti


dikerjakan sedini mungkin (15-24 bulan) sebelum anak mampu bicara
lengkap seingga pusat bicara otak belum membentuk cara bicara. Pada
umur 8-9 tahun dilaksanakan tindakan operasi penambahan tulang pada
celah alveolus/maxilla untuk memungkinkan ahli ortodensi mengatur
pertumbuhan gigi dikanan dan kiri celah supaya normal.

d. Operasi terakhir pada usia 15-17 tahun dikerjakan setelah pertumbuhan


tulang-tulang muka mendeteksi selesai.

17

.
e. Operasi mungkin tidak dapat dilakukan jika anak memiliki kerusakan
horseshoe yang lbar. Dalam hal ini, suatu kontur seperti balon bicara
ditempl pada bagian belakang gigi geligi menutupi nasofaring dan
membantu anak bicara yang lebih baik.

f. Anak tersebut juga membutuhkan terapi bicara, karena langit-langit sangat


penting untuk pembentukan bicara, perubahan struktur, juag pada sumbing
yamh telah diperbaik, dapat mempengaruhi pola bicar secara permanen.

Perinsip perawatan secara umum:

1. lahir ; bantuan pernafasan dan pemasangan NGT (Naso Gastric Tube) bila
perlu untuk membantu masuknya makanan kedalam lambung.

2. umur 1 minggu; pembuatan feeding plate untuk membantu menutup


langit-langit dan mengarahkan pertumbuhan, pemberian dot khusus.

3. umur 3 bulan; labioplasty atau tindakan operasi untuk bibir, alanasi (untuk
hidung) dan evaluasi telinga.

4. umur 18 bulan - 2 tahun; palathoplasty; tindakan operasi langit-langit bila


terdapat sumbing pada langit-langit.

5. Umur 4 tahun : dipertimbangkan repalatorapy atau pharingoplasty.

6. umur 6 tahun; evaluasi gigi dan rahang, evaluasi pendengaran.

7. umur 11 tahun; alveolar bone graft augmentation (cangkok tulang pada


pinggir alveolar untuk memberikan jalan bagi gigi caninus). perawatan
otthodontis.

8. umur 12-13 tahun; final touch; perbaikan-perbaikan bila diperlukan.

9. umur 17-18 tahun; orthognatik surgery bila perlu.

Konsep Management

18

.
I. Pengkajian

Merupakan awal untuk mendapatkan data yang tentang keadaan


pasien melalui anamnesa fisik, pemeriksaan penunjang dan data-data tersebut
diklasifikasikan sebagai data subyektif, obyektif dan penunjang.

A. Data Subyektif
Data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada klien, keluarga
dan tenaga medis.

1. Biodata
Berisi tentang identitas pasien, beserta orang tuanya meliputi nama-nama,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat.
2. Keluhan Utama
Apa yang menyebabkan pasien hingga ke tenaga kesehatan.

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Awal mula terjadinya penyakit sampai pasien diperiksakan.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit dalam keluarga yang dapat mempengaruhi kelainan baik
langsung maupun tak langsung.
5. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit dahulunya pernah diderita oleh klien.
6. Riwayat Neonatal
Riwayat pada masa bayi atau anak-anak, meliputi :
a. Prenatal
Riwayat pada saat kehamilannya sebelum dilahirkan.
b. Natal
Riwayat klien pada saat dilahirkan, imunisasi TT berapa kali.
c. Post natal
Jenis kelamin laki-laki, perempuan, BB, TB.

7. Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi apa yang pernah didapatkan klien, apakah sudah lengkap
belum.
8. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi

19

.
Bagaimana nafsu makannya, berapa kali makanannya dalam sehari,
berapa jumlah minumnya adalah sehari.

b. Pola Aktivitas

Bagaimana aktivitas yang dilakukan klien sehari-hari, apakah


perkembangannya berjalan dengan normal.

c. Pola Istirahat
Bagaimana pola tidurnya, berapa lama tidurnya dalam 24 jam, apakah
ada gangguan atau tidak.
d. Pola Eliminasi
Berapa BAK dan BAB nya dalam sehari, bagaimana warnanya,
baunya dan konsistensinya.
e. Pola personal hygiene
Berapa kali mandi dalam sehari, berapa kali ganti baju dan CD.

B. Data Obyektif

Data yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik yang terdiri dari


inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi terdiri dari :

1. Keadaan Umum

Bagaimana tingkat kesadarannya, bagaimana kondisi umum klien.

2. Pemeriksaan Fisik

Kepala : Rambut bersih atau tidak, ubun-ubun sudah


menutup atau belum, sutura sudah menutup
atau belum, ada chepal hematom atau
tidak, ada benjolan atau tidak.

Muka : Simetris atau tidak.

20

.
Mata : Simetris atau, sklera putih atau
kekuningan, konjungtiva merah muda atau
pucat, pupil sama besarnya atau tidak.

Telinga : Simetris atau tidak, ada sekret atau tidak.

Hidung : Simetris atau tidak, ada sekret atau tidak,


ada pernafasan cuping hidung atau tidak.

Gigi dan mulut : Bibir lembab atau kering, ada stomatitis


atau tidak, bibir simetris atau tidak.

Leher : Ada pembesaran kelenjar thyroid atau


tidak. Ada pembendungan vena jugularis
atau tidak.

Dada : Simetris atau tidak, ada benjolan atau


tidak, bentuk normal atau tidak, ada
penarikan intercosta atau tidak.

Genetalia : Jenis kelamin laki-laki atau perempuan,


ada kelainan bentuk atau tidak, bersih atau
kotor.

Punggung : Simetris atau tidak, ada kelainan bentuk


atau tidak.

Anus : Ada kelainan bentuk atau tidak.

Ekstremitas atas : Simetris atau tidak, oedem atau tidak, ada


gangguan pergerakan atau tidak.

Ekstremitas bawah : Simetris atau tidak, oedem atau tidak, ada


gangguan pergerakan atau tidak.

II. Identifikasi Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan

21

.
Langkah kedua merupakan pengembangan mengenai masalah dari
interprestasi data dasar ke dalam identifikasi yang spesifik mengenai
masalah atau diagnosa. Beberapa masalah tidak dapat diidentifikasi
sebagai diagnosa akan tetapi membutuhkan suatu rencana yang
komprehensif untuk klien dari diagnosa yang telah ditetapkan dan
berfokus pada apa yang ditemukan oleh klien secara individu. Diagnosa
adalah hasil dari perumusan masalah yang merupakan keputusan yang
ditetapkan oleh bidan.

Adapun diagnosa dan masalah yang mungkin timbul adalah :

Diagnosa bayi baru lahir :

- Neonatus cukup bulan


- Neonatus kurang bulan
Masalah bayi baru lahir :

- Infeksi
- Diare
- Nutrisi
- Demam
- Asfiksia
Kebutuhan bayi baru lahir :

- Perawatan tali pusat


- ASI eksklusif
- Pencegahan hipotermi

III. Antisipasi Masalah Potensial

Mengidentifikasikan masalah diagnosa potensial lainnya


berdasarkan rangkaian masalah, dan diagnosa yang ada merupakan
antisipasi, pencegahan bila mungkin. Masalah potensial adalah yang
mungkin timbul dan bila tidak segera diatasi akan mengganggu
keselamatan hidup klien. Oleh karena itu masalah potensial harus segera

22

.
diantisipasi, dicegah, diawasi dan segera dipersiapkan tindakan untuk
mengawasinya.

IV. Intervensi

Suhu rencana yang menyeluruh, meliputi apa yang


diidentifikasikan oleh kondisi klien, setiap masalah yang berkaitan,
gambaran besar tentang apa yang terjadi berikutnya, konseling dan
rujukan. Rencana asuhan haruslah disetujui bersama oleh tenaga
kesehatan dan pasien serta keluarga. Keputusan data-data pengembangan
rencana asuhan harus berdasarkan rasional yang dapat sesuai pengetahuan
yang berhubungan dan terkini.

V. Implementasi

Implementasi yang komprehensif merupakan perwujudan dari


rencana yang telah disusun dalam tahap perencanaan. Pelaksanaan dapat
terealisasi yang baik apabila ditetapkan berdasarkan hakikat masalah jenis
tindakan atau pelaksanaan bisa dikerjakan oleh tenaga kesehatan sendiri,
klien, kolaborasi dengan tim kesehatan lain dan rujukan serta proses lain.

VI. Evaluasi

Evaluasi adalah seperangkat tindakan yang berhubungan untuk


mengukur pelaksanaan serta didasarkan atau rujukan dan kriteria. Guna
evaluasi ini adalah menilai kemampuan dalam memberikan asuhan
kebidanan sebagai umpan balik untuk memperbaikinya. Dalam evaluasi
ini menggunakan format SOAP yaitu :

S : Data yang didapat dari wawancara langsung

O : Data yang didapat dari observasi dan pemeriksaan

A : Pernyataan yang terjadi atas dasar data subyektif dan data obyektif

P : Perencanaan yang ditentukan sesuai dengan masalah

23

.
2.10 Tinjauan Manajemen
No Register : Untuk mengetahui nomor urut, status pasien dan
memudahkan pencarian kartu atau status pasien saat
kunjungan ulang.

Pengkajian : Untuk mengetahui kapan waktunya, dilakukan dimana dan


mulai masuk ke sarana kesehatan kapan.

2.10.1 Langkah I (Pengkajian)

Data Subyektif

1. Biodata
Nama Ibu / Suami : Untuk mengetahui identitas dan digunakan
sebagai sapaan saat komunikasi.

Umur Ibu / Suami : Untuk mengetahui apakah umur ibu menjadi


factor predisposisi pada kasus plasenta previa,
tidak untuk mngetahui selisih umur ibu dan
suami.

Agama : Untuk mengetahui adanya kepercayaan klien


terhadap agama yang dianutnya dan mengenali
hal-hal yang berkaitan dengan masalah asuhan
yang diberikan..

Suku / Bangsa : Untuk mengetahui asal suku daerah ibu atau


suami, mengetahui adapt budayanya,
memudahkan dalam berkomunikasi dengan
bahasa daerah dalam menyampaikan KIE.

Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu /


suami sebagai dasar dalam memberikan KIE.

24

.
Pekerjaan : Untuk mengetahui aktifitas ibu di tempat kerja
berkaitan dengan kemungkinan kenaikan
tekanan darah.

Penghasilan : Untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan


social ekonomi keluarga.

Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal kllien,


menilai keadaan lingkungan bising/tidak,
dekat dengan orang tua (ibu) atau tidak, dekat
dengan sarana kesehatan atau tidak

2. Alasan Datang
Untuk mengetahui alasan pertama kali ibu berkunjung ke sarana
kesehatan.

3. Keluhan Utama
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu saat pengkajian
berkaitan

4. Riwayat Kesehatan Sekarang

Untuk mengetahui apakah saat ini ibu sedang menderita penyakit


menurun seperti DM, Asma, Penyakit menular seperti Hepatitis,
PMS, penyakit menaun seperti TBC dan Jantung.

5. Riwayat Kesehatan yang Lalu


Untuk mengetahui apakah ibu pernah menderita penyakit menurun
seperti DM, Asma, Penyakit menular seperti Hepatitis, PMS,
penyakit menaun seperti TBC dan Jantung.

6. Riwayat Kesehatan Keluarga


Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita
penyakit menurun seperti DM, Asma, Penyakit menular seperti
Hepatitis, PMS, penyakit menaun seperti TBC dan Jantung.

7. Riwayat Haid

25

.
Untuk mengetahui siklus haid teratur / tidak, banyaknya darah yang
keluar, lamanya haid, disertai nyeri/tidak, keputihan atau tidak,
gatal/tidak, serta untuk mengetahui fungsi alat reproduksi.

8. Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan ibu, menikah berapa kali,
lamanya menikah, usia pertama kali menikah, termasuk resiko tinggi
atau tidak, pada wanita yang paling ideal menikah pertama kali usia
> 20 tahun, dan hamil antara usia 20 35 tahun.

9. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas Yang Lalu


Untuk mengetahui apakah ibu sebelumnya pernah hamil/bersalin,
dan adakah resiko atau penyulit dalam kehamilan, persalinan, dan
nifas yang lalu. Bila ada dapat diantisipasi dengan segera oleh
petugas kesehatan sehingga komplikasi tidak terjadi.

10. Riwayat KB Yang Lalu


Untuk mengetahui apakah ibu pernah menggunakan alat
kontrasepsi/tidak, kontrasepsi jenis apa, lama pemakaian kontrasepsi,
apakah ada keluhan selama menggunakan alat kontrasepsi/tidak,
serta untuk mengetahui kontra indikasi terhadap metode kontrasepsi
tertentu.

11. Pola Kebiasaan Sehari-hari


Untuk mengetahui pola kebiasaan ibu sebelum masuk sarana
kesehatan dan selama berada di sarana kesehatan.

12. Data Psikososial


Untuk mengetahui keadaan kejiwaan ibu saat ini.

13. Data Sosial Budaya


Untuk mengetahui hubungan dengan suami, keluara, ataupun dengan
orang lain. Untuk mengetahui budaya yang dianut oleh ibu, adakah

26

.
kemungkinan budaya yang dianut berpengaruh buruk terhadap ibu
atau keadaan janin pada persalinan.

14. Data Spiritual


Untuk mengetahui kepercayaan ibu terhadap agama yang dianutnya
dan mengenali hal-hal yang berkaitan dengan masalah asuhan yang
diberikan.

Data Obyektif

1. Pemeriksaan Umum : Untuk mengetahui keadaan ibu secara


keseluruhan.

Kesadaran : Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu

Tekanan Darah : Untuk mengetahui tekanan darah ibu

Suhu : Untuk mengetahui temperature suhu ibu.

Nadi : Untuk mengetahui frekuensi detak jantung ibu


per menit.

Pernafasan : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan ibu


berapa kali per menit, iramanya regular atau
tidak.

2. Pemerikasaan Fisik
a. Inspeksi
Wajah : Untuk mengetahui ekspresi wajah ibu,
anemi/tidak, odem/tidak, bagaimana tingkat
kelembaban kulit wajah.

27

.
Mata : Untuk mengetahui apakah konjungtiva ibu
pucat.tidak, sclera putih/kuning, ada
secret/tidak, simetris/tidak, palpebra
odem/tidak.

Hidung : Untuk mengetahui kebersihan hidung, dan


apakah ada polip/tidak

Mulut : Untuk mengetahui tingkat kelembaban


mukosa bibir, ada stomatitis/tidak, ada caries
gigi/tidak

Telinga : Untuk mengetahui kebersihan telinga, ada


pengeluaran abdormal/tidak

Leher : Untuk mengetahui adanya pembendungan


vena jugularis, kelenjar tyroid, kelenjar limfe
atau tidak.

Peyudara : Untuk mengetahui apakah terdapat


hiperpigmentasi karena pengaruh hormone
melanosit, adakah kelainan pada putting susu,
dan apakah ASI sudah keluar/tidak.

Abdomen : Untuk mengetahui adanya benjolan


abnormal/tidak, adakah luka bekas
operasi/tidak

Vulva : Untuk mengetahui derajat kebersihannya,


keluaran berupa darah, adakah peradangan,
varises, odem, kondiloma akuminata.

Perineum : Untuk mengatahui derajat kebersihannya dan


adanya bekas jahitan episiotomi.

Anus : Untuk mengetahui derajat kebersihannya dan


adakah pembeesaran vena di daerah anus.

28

.
Ekstremitas : Untuk mengetahui kualitas pergerakan spontan
atau tidak, adanya varises pada kaki/tidak,
odem/tidak, apakah ada kelainan
abnormal/tidak.

b. Palpasi
Kepala : Untuk mengetahui adakah nyeri tekan/tidak,
adakah odema/tidak

Leher : Untuk mengetahui adanya pembengkakan atau


massa.

Mamme : Untuk mengetahui adakah benjolan abnormal


dan pengeluaran ASI

Abdomen : Untuk mengetahui Tinggi Fundus Uteri ibu.


Untuk mengetahui keadaan UC keras/lembek,
adakah nyeri tekan/tidak, kandung kemih
kosong/tidak.

c. Auskultasi
Dada : Untuk mengetahui apakah ada bunyi nafas
tambahan/tidak.

Abdomen : Untuk mengetahui terdapat bising usus/tidak

d. Perkusi
Untuk mengetahui reflek patella positif atau negative.

3. Pemeriksaan Penunjang
Untuk membantu menegakkan diagnosa.

2.10.2 Langkah II (Diagnosa / Masalah)

29

.
- Menganalisa data dasar dari langkah I,menginterpretasikan secara
akurat dan logis sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah
kebidanan.
- Diagnosa dirumuskan dengan menggunakan nomenkltur
kebidanan. Meliputi :
1. Persalainan normal
2. Syok
3. DJJ tidak normal
4. Abortus
5. Solutio Plasenta
6. Akut pyelonefritis
7. Amninitis
8. Apendeksitis
9. Atonia uteri
10. Infeksi mamae
11. Pembengkakan mammae
12. Presentasai bokong
13. Asma Bronkhiale
14. Presentasi dagu
15. CPD
16. Hypertensi akut
- Masalah dirumuskan bila menemukan kesenjangan yang terjadi
pada ibu terhadap kehamilannya,persalinan,nifas dan BBLR
- Diagnosa menggambarkan kesimpulan Diagnosa bisa muncul
diagnosa dan masalah atau diagnosa tanpa masalah tergantung
keadaan klien.

2.10.3 Langkah III ( Antisipasi Diagnosa/ Masalah Potensial )

- Langkah ini merupakan langkah antisipasi yaitu dimana dituntut


untuk mengantisipasi permasalahan yang akan timbul sehingga
dapat merumuskan tindakan yang perlu diberikan untuk mencegah
masalah / diagnosa yang akan terjadi.

30

.
- Langkah ini penting dalam melakukan asuhan yang aman dan
dilakukan secara tepat karena sering terjadi dalam kondisi
emergenci

2.10.4 Langkah IV (Identifikasi Kebutuhan Segera )

- Tahap ini mengidentifikasikan perlunya tindakan secara, baik


tindakan intervensi, tindakan konsultasi kolaborasi dengan dokter
atau rujukan berdasar kondisi klien
- Lankah ini mencerminkan kesinambungan dari proses
penatalaksanaan kebidanan dalam kondisi emergency/berdasarkan
hasil analisa data bahwa klien membutuhkan tindakan segera untuk
menyelamatkan jiwa ibu dan anaknya.

2.10.5 Langkah V (Intervensi )

- Langkah ini direncanakannya asuhan yang menyeluruh yang


ditentukan oleh langkah sebelumnya
- Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap
masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi
yang sifatnya segera/rutin.
- Asuhan yang direncanakan harus rasional & logis berdasarkan
pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan evidence
based.

2.10. 6 Langkah VI ( Implementasi )

- Langkah ini rencana asuhan menyeluruh dilaksanakan secara


efsien,efektif dan aman.
- Pelaksanaan dapat dilakukan oleh nakes seluruhnya atau bila perlu
kolaborasi dengan dokter.

31

.
2.10.7 Langkah VII Evaluasi )

- Langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah


diberikan.
Ada kemungkinan sebagian rencana tersebut efektif dan sebagian
lagi kurang efektif,maka perlu mengulang dari awal asuhan yang tidak
efektif melalui pengkajian ulang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo,Sarwono. 2002. Buku Saku Panduan Praktis Pelayanan


Kesehatan Maternal dan Neonatal . Jakarta : YBP-SP
2. Obstetri Fisiologis UNPAD. Bandung : Elemen
3. APN edisi 2008

32

.
ASUHAN KEBIDANAN

PADA BAYI NY I BBL DENGAN LABIOPALATOSKISIS

DI BPS HJ.ISMACHIL M

WINONG,GEMPOL-PASURUAN

I. PENGKAJIAN
Tanggal : 21 juni 2011
Jam : 18.05 WIB

A. Data Subjektif
1. Biodata
Nama bayi : By I
Jenis kelamin : perempuan

BBL : 3000 gram

PB : 47cm

LK : 33 cm

Nama ibu : Ny I Nama ibu : Tn A

Umur : 23 tahun Umur : 23 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : swasta

33

.
Alamat : Tempel Alamat : Tempel

1) Riwayat kelahiran
Bayi lahir spontan dengan letak kepala tanggal 21-juni 2011 jam
18.05 Wib dengan BBL: 3000gram dan PBL : 47cm.,LK:33,bayi
mengalami kelainan pada bagian mulut yaitu LABIOPALTOSKISIS
2) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan di keluarganya terdapat keturunan bibir sumbing dan
di keluarga juga yang memiliki kuturunan pnyakit menahun jantung
3) Riwayat antenatal
- Periksa di Bidan sebanyak 4x
- Imunisasi lengkap (TT 2 x)
- Selama hamil tidak ada keluahan apapun hanya pada saat hamil
muda sering mual, muntah, pusing biasa, namun nafsu makan
tetap baik
- Selama hamil tidak pernah menderita penyakit yang serius
4) Riwayat persalinan
- Lahir pada usia kehamilan 40 minggu
- Lahir ditolong bidan di BPS Hj.ISMACHIL M.winong -gempol
- Lahir spontan, belakang kepala jam 18.05 Wib, segera menangis
setelah jalan nafas dibersihkan, Apgar score 7-8, terdapat cacat
bawaan Labiopalotoskisis
5) Riwayat post natal
- Bayi langsung diletakkan d atas perut ibu tetapi tidak bisa
menyusu di karenakan terdapat kelainan bawaan di bagian mulut
bayi.
B. Data Obyektif
1) Pemeriksaan umum
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis

34

.
- Tanda-tanda vital : Suhu : 365 oC
Nadi : 120 x/menit

Pernapasan : 30 x/menit

2) Pemeriksaan antropometri
- BBL : 3000 gram
- PBL : 47 cm
- Lingkar kepala :
SOB : 33 cm
FO : 34 cm
MO : 35 cm
3) Pemeriksaan fisik
Inspeksi
- Kepala : Rambut tebal dan halus, pertumbuhan merata,
warna hitam, ubun-ubun besar belum menutup 2
jari, ubun-ubun kecil belum menutup 1 jari,
terdapat caput succedaneum , ceptial haematom
tidak ada
- Mata : Simetris, sekret tidak ada
- Hidung : Bersih, tidak ada sekret, terdapat pernapasan
cuping hidung
- Telinga : Simetris, tidak ada serumen
- Mulut : terdapat labio palato skizis , tidak normal,
mukosa lembab, tidak kering,
- Leher : Tonus otot leher cukup
- Dada : Simetris, pernapasan tidak teratur
- Perut : Perkusi : Perut tidak membuncit, tidak ada
hernis umbilikalis, tali pusat belum
lepas, masih basah, kebersihan cukup,
perut tak kembung

35

.
Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar dan lien
- Pelipatan paha : Kebersihan cukup, tidak ada pembesaran
kelenjar lymfe, tidak ada hernia inguinalis
- Genitalia : Labia mayora menutupi labia minora
- Anus :
- Ekstremitas : Atas : Simetris, kuku sudah mencapai ujung
jari, tidak oedem
Bawah : Simetris, kuku sudah mencapai ujung
jari
- Turgor : Baik
- Refleks : Morro Refleks : tidak ada
Rooting Refleks : tidak ada

Swallowing reflek : ada

Sucking reflek : tidak ada

Grasping reflek :ada

Babinsky :ada

Tonick neck :ada

4) Pemeriksaan penunjang
Tidak ada

5) Therapi

3.1 Identifikasi Masalah/Diagnosa

DX : by ny I BBL dengan labiopalatoskisis

DS : - Ibu mengatakan telah melahirkan anak yang pertama, jenis


kelamin perempuan pada tanggal 21 juni 2011 jam 18.05
Wib,tetapi bayi cacat

36

.
DO : - Bayi lahir tanggal 21 juni 2011 jam 18.05 spontan belakang
kepala, jenis kelamin perempuan (), menangis kuat setelah
jalan nafas dinersihkan

- A-S : 7-8

- BBL : 3000gram

- PBL :47 cm

LK :33 cm

- Hidung : Bentuk normal, tidak ada sekret, terdapat


pernapasan cuping hidung
- Telinga : Simetris, terdapat ganguan pendengaran
- Mulut : tidak normal, mukosa lembab, tidak kering,
terdapat labio palato skizis,terdapat genato
palato skizis
-
- Morro Refleks : ada
Rooting Refleks : ada

Swallowing reflek : ada

Sucking reflek : ada

Grasping reflek :ada

Babinsky :ada

Tonick neck :ada

3.2 Antisipasi Masalah Potensial

37

.
- Potensial terjadinya hipothermi
- Potensial terjadinya hipoglycaemi
- Potensial terjadinya perdarahan tali pusat

3.3 Identifikasi Kebutuhan Segera


Pemasangan NGT untuk pemenuhan asupan di lambung bila perlu

II. INTERVENSI
Tanggal : 21Juni 2011

Jam : 18.05 WIB

Dx : By I BBL dengan labiopalatoskisis

Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan 1x 24 jam diharapkan


keadaan bayi agak membaik dan bayi bisa menyusui sedikit
demi sedikit dengan bantuan NGT bila perlu

Intervensi

1) Lakukan pendekatan terapeutik dengan ibu dan keluarga bayi


R/ menjalin hubungan saling percaya antara tenakes dan keluarg

2) Jaga agar bayi tetap hangat


R/mencegah terjadinya hipotermi
3) Lakukan penimbangan
R/ mengetahui perkembangan BB bayi

4) Observasi TTV
R/ mengetahui kondisi pasien

38

.
5) Beri nutrisi yang cukup melalui NGT bila perlu
R/ untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam tubuh

6) Rawat tali pusat


R/ untuk mencegah infeksi tali pusat

7) Ganti popok bayi yang basah ketika BAB dan BAK


R/ mencegah kehilangan panas secara konduksi

8) Lakukan kolaborasi dengan tim medis lain dokter spesialis anak


R/ mendapatkan terapi. dan tindakan perawatan

10) Berikan dukungan dan motivasi untuk merawat anak

R/agar ibu dan keluarga lebih tenang dan lebih bisa menerima keadaan
bayinya

III. IMPLEMENTASI
Tanggal : 21 Juni 2011

Jam : 18.05 WIB

1) Melakukan pendekatan terapeutik dengan ibu dan keluarga bayi dan


menjelaskan kondisi bayi pada keluarga
2) Meletakkan bayi di inkubator untuk mendapat kehangatan dan
mencegah hipotermia
3) Mengukur BB setiap hari untuk mengetahui pertumbuhan bayi
4) Mengobservasi keadaan umum TTV
RR : 62x/mnt N: 124 x/menit S : 36,90C
5) Memberi nutrisi pada bayi melalui NGT bila perlu
6) Merawat tali pusat mengganti kasa setiap kali saat setelah mandi
7) Mengganti popok saat bayi BAB dan BAK

39

.
8) Melakukan kolaborasi dengan tim medis lain, dokter untuk mendapat
terapi.
9) Memberikan dukungan moril terhadap ibu dan keluarga

IV. EVALUASI
Tanggal : 21 Juni 2011

Jam : 18.05 WIB

Dx : Bayi Ny I BBL dengan Labiopaltoskisis

S : ibu mengatakan bayinya lahir dengan normal tetapi menglami


cacat bawaan pada bibir dan ibu sangat khawatir dengan
keaadaan anknya

O : - keadaan umum : cukup

- kesadaran : composmentis

- TTV RR : 48 x/mnt S : 365 0C

- tangis (+)

- kembung (-)

-reflek moro tidak ada

-reflek sucking tidak ada

-reflek swallowing ada

-reflek rooting tidak ada

Grasping reflek :ada

40

.
Babinsky :ada

Tonick neck :ada

A : By Ny I BBL dengan labiopalatoskisis

P : intervensi dilanjutkan

Anjurkan ibu untuk memompa ASinya untuk kebutuhan bayi

Anjurkan ibu untuk merawat bayi

Berikan O2 untuk pmnhan kebthan O2

Beriikan NGT untuk pemenuhan nutrisi

Lakukan kolaborasi dengan tim spesialis Anak

Berikan dukungan moril terhadap ibu dan keluarga

41

.
`

BAB IV

PEMBAHASAN

Pembahasan merupakan analisa dari penulis mengenai kesenjangan-


kesejangan yang terjadi antara teori dan kasus dilapangan.

Dalam laporan ini penulis melakukan pengkajian data, identifikasi


dagnosa dan masalah, intervensi, implementasi dan evaluasi. Pada kasus yang
diangkat dalam pemberian asuhan kebidanan tidak jauh berbeda dengan teori
sehingga tidak ada kesenjangan yang berarti antara keduanya. Adapun kesamaan
antara teori dan kasus yaitu :

1. Pengkajian
Pada pengkajian data baik pada tinjauan pustaka maupun kasus tidak
ditemukan kesenjangan

2. Identifikasi diagnosa dan masalah


Pada identifikasi diagnosa dan masalah tidak ditemukan kesenjangan-
kesenjangan baik pada tinjauan pustaka/kasus

42

.
3. Intervensi
Pada tinjauan pustaka maupun kasus tidak terdapat kesenjangan karena
dilaksanakan sesungguhnya.

4. Implementasi
Pada tinjauan pustaka tidak dijelaskan tapi pada tinjauan kasus dijelaskan
secara umum

5. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dari proses asuhan kebidanan berdasarkan tujuan dan
kriteria hasil.

43

.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Labioskizis/Labiopalatoskizis yaitu kelainan kotak palatine (bagian depan
serta samping muka serta langit-langit mulut) tidak menutup dengan
sempurna.

Perinsip perawatan secara umum;

1. lahir ; bantuan pernafasan dan pemasangan NGT (Naso Gastric Tube) bila perlu
untuk membantu masuknya makanan kedalam lambung.

2. umur 1 minggu; pembuatan feeding plate untuk membantu menutup langit-


langit dan mengarahkan pertumbuhan, pemberian dot khusus.

3. umur 3 bulan; labioplasty atau tindakan operasi untuk bibir, alanasi (untuk
hidung) dan evaluasi telingga.

4. umur 18 bulan - 2 tahun; palathoplasty; tindakan operasi langit-langit bila


terdapat sumbing pada langit-langit.

5. Umur 4 tahun : dipertimbangkan repalatorapy atau pharingoplasty.

B. Saran

Setelah dilakukan asuhan kebidanan hendaknya ibu dan keluarga dapat


mengenal :
1. Masalah-masalah dan perubahan yang terjadi pada byi dengan
kelainan pada bagian mulut

44

.
2. Dapat merawat tali pusat dengan benar
3. Dapat menjaga kebersihan bayi
4. Mengetahui cara pemberian ASI terhadap bayi dengan gangguan
cacat bawaan pada bagian mulut
5. Mengetahui tindakan sedini mungkin yang akan dilakukan terhadap
bayinya bila mengalami kelainan
6. Memberitahukan pada ibu untuk kontrol secara teratur yang
berhubungan dengan jadwal imunisasi yang harus diberikan pada
bayi

Petugas kesehatan
1. Diharapkan petugas kesehatan selalu bersikap kooperatif terhadap
ibu dan keluarga sehingga terjalin hubungan yang baik antara
petugas dan keluarga
2. Diharapkan petugas kesehatan dapat mengenali perubahan-
perubahan secara dini pada BBL sehingga tidak terjadi komplikasi
pada bayi

45

.
DAFTAR PUSTAKA

Farrer, Hellen, 1999. Perawatan Maternalis, Jakarta EGC

Mochtar Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Jakarta : EGC.

Prawirohardjo Sarwono, 2002, Buku Penduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal, YBP-SP, Jakarta.

, 1990, Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Staf Pengajar IKA Gk UI, 1986, Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta : Bagian IKA IF
UI.

46

.
47

Anda mungkin juga menyukai