H DENGAN
DIAGNOSA POST OP KATARAK DI RSU XXX
TAHUN 2019
DISUSUN
Oleh :
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Askep yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Tn. H Dengan Diagnosa Post Op Katarak di RSU XXX
Tahun 2019 ”.
Penulisan Askep ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan Mata Kuliah. Dalam penulisan Askep, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penulisan
Askep ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga
kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi.
Baik pada teknis penulisan maupun dalam materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan Askep ini. Semoga
Askep ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai.
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
mencangkup dua aspek yaitu Prepentif dan promotif (Notoadmojo, 2003 : 02).
baik atau kesejahteraan adalah suatu kondisi dimana tidak hanya bebas dari
penyakit, namun juga harus sehat dan sejahtera antara mental dan sosial.
meliputi antara lain perilaku mencari pengobatan dan perilaku hidup bersih dan
sehat, sedangkan faktor lingkungan antara lain kondisi lingkungan yang sehat dan
Mata merupakan bagian panca indra yang sangat penting, para ahli
mengatakan jalur utama informasi 80% adalah melalui mata. Mata sering juga
disebut sebagai jendela karena bisa menyerap semua yang memantulkan, fatalnya
banyak hal yang dapat menyebabkan gangguan pada mata hingga menimbulkan
1
kondisi tidak bisa melihat susuatu apapun yang ada dihadapinya, penyebab
perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh.
Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan
lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan
yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata
dapat bervariasi.
(WHO) saat ini diseluruh dunia ada sekitar 135 juta penduduk dunia memiliki
penglihatan lemah dan 45 juta orang menderita katarak. Dari jumlah tersebut,
210.000 orang pertahun, 16% diantaranya berada pada usia produktif. Angka
kejadian katarak dan angka pertumbuhan katarak pertahun 0,1% dari jumlah
bertambahnya usia seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data
statistik menunjukkan bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65 tahun
2
menderita katarak. Sekitar 550% orang berusia 75-85 tahun daya penglihatannya
akan secara definitif memperbaiki ketajaman penglihatan pada lebih 90%. Sisanya
10% pasien mungkin telah mengalami penyulit pasca bedah serius, misalnya
epitel ke bawah (ke arah kamera interior) yang menghambat pemulihan visus.
periode Januari 2010 sampai dengan Januari 2011 dari keseluruhan pasien dengan
gangguan mata, didapatkan data 760 penderita katarak di provinsi Jambi dengan
3
Tabel 1.1. Daftar 10 Penyakit terbesar di Rumah Sakit Umum Daerah
Mayjen. H. A. Thalib Kabupaten Kerinci Ruang Rawat Inap
THT/Mata dalam decade 3 tahun terakhir (2009-2011)
Tahun
No Nama penyakit 2011
2009 % 2010 % %
(Jan - Juni)
1 Katarak 49 50,9 25 15,2 19 9,5
2 Tonsilitis 25 26 4 2,4 14 7
3 Abses sub 5 5,2 6 3,6 1 0,5
mandibula
4 Fharingitis 6 6,2 9 5,4 11 5,5
5 Epistaksis 11 11,4 12 7,3 1 0,5
6 Konjungtivitis 3 3,1 2 1,2 1 0,5
7 Trauma Oculi 2 2,8 2 1,2 1 0,5
8 Udem Palfebra 1 1,4 0 0 0 0
9 Osink 1 1,4 0 0 0 0
10 Rhinitis 1 1,4 1 0,6 2 1
Sumber: Medical Record Ruang THT/Mata RSUD May. H. A. Thalib
Pajanan terhadap sinar matahari selama hidup, alkohol, merokok dan asupan
vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama serta predisposisi
ktarak, serta sebagai peneliti yaitu dimana perawat berupaya meneliti asuhan
4
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui
lebih lanjut dan bagaimana asuhan keperawatan pada Klien dengan diagnosa
asuhan keperawatan pada pasien dengan katarak pasca operasi di instalasi rawat
inap THT/Mata Rumah Sakit Umum Daerah May.H.A Thalib Kabupaten Kerinci.
perawatan dengan klien dengan diagnosa Medis Post Operasi Katarak hari ke 1
operasi serta mengetahui komplikasi yang mungkin muncul pada pasien post
mampu:
pasien post operasi Katarak dan pemulihan penglihatan agar dapat beraktifitas
5
2. Untuk memahami perawatan pasien post operasi Katarak untuk mencegah
6
1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan agar penulisan ini dapat
dilakukan dengan melihat permasalahan lain yang berkaitan dengan kasus yang
maupun tim kesehatan lain tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.1. Definisi
merupakan suatu daerah yang berkabut dan keruh didalam lensa. Pada stadium
sangat mengganggu penglihatan, maka keadaan itu perlu diperbaiki dengan cara
mengangkat lensa melalui operasi. Bila ini dilakukan, maka mata kehilangan
sebagaian besar daya biasnya, dan harus digantikan dengan lensa konveks berdaya
penuh didepan mata, atau sebuah lensa buatan ditanam didalam mata pada tempat
8
Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan
tembus cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat
dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan
akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk
Katarak adalah perubahan lensa mata yang tadinya jernih dan tembus
berselaput dan rabun. Lensa mata menjadi keruh dan cahaya tidak dapat
kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang
lebih dari 65 tahun. Katarak sering terjadi secara bilateral, tetapi tiap katarak
bahan lensa di dalam kapsul lensa. Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa
dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein
9
2.1.2. Anatomi Fisiologi
rongga mata, dan hanya 1/6 bagiannya saja yang tampak pada bagian luar.
berikut:
a. Sklera : Melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan menjadi tempat
10
d. Badan Siliaris: Menyokong lensa dan mengandung otot yang memungkinkan
aqueus humor
pigmen.
h. Bintik buta: Daerah syaraf optic meninggalkan bagian dalam bola mata
Bola mata dibagi menjadi 3 lapisan, dari luar ke dalam yaitu tunica fibrosa,
11
1. Tunica Vibrosa
Tunica vibrosa terdiri dari sklera, sklera merupakan lapisan luar yang sangat
kuat. Sklera berwarna putih putih, kecuali di depan. Pada lapisan ini terdapat
kornea, yaitu lapisan yang berwarna bening dan berfungsi untuk menerima
maka disekresikan air mata sehingga keadaannya selalu basah dan dapat
membersihkan dari debu. Pada batas cornea dan sclera terdapat canalis
schlemm yaitu suatu sinus venosus yang menyerap kembali cairan aquaus
2. Tunica Vasculosa
Tunica vasculosa merupakan bagian tengah bola mata, urutan dari depan ke
belakang terdiri dari iris, corpus ciliaris dan koroid. Koroid merupakan lapisan
tengah yang kaya akan pembuluh darah, lapisan ini juga kaya akan pigmen
warna. Daerah ini disebut Iris. Coba Anda perhatikan mata orang Indonesia
warna. Orang Indonesia biasanya bermata hitam atau coklat, adapun orang
barat biasanya berwarna biru atau hijau. Nah, di bagian irislah terdapatnya
12
Bagian depan dari lapisan iris ini disebut Pupil yang terletak di belakang
kornea tengah. Pengaruh kerja ototnya yaitu melebar dan menyempitnya bagian
ini. Coba Anda masuk ke dalam suatu kamar yang gelap gulita, maka Anda akan
berusaha melihat dengan melebarkan mata agar cahaya yang masuk cukup. Pada
kondisi ini disebut dengan dilatasi, demikian sebaliknya jika Anda berada pada
ruangan yang terlalu terang maka Anda akan berusaha untuk menyempitkan mata
karena silau untuk mengurangi cahaya yang masuk yang disebut dengan
konstriksi. Pada sebuah kamera, pupil ini diibaratkan seperti diafragma yang dapat
Di sebelah dalam pupil terdapat lensa yang berbentuk cakram otot yang
disebut Musculus Siliaris. Otot ini sangat kuat dalam mendukung fungsi lensa
melihat benda dengan jarak yang jauh tidak mengakibatkan otot lensa mata
bekerja, tetapi apabila seseorang melihat benda dengan jarak yang dekat maka
akan memaksa otot lensa bekerja lebih berat karena otot lensa harus menegang
untuk membuat lensa mata lebih tebal sehingga dapat memfokuskan penglihatan
13
Pada bagian depan dan belakang lensa ini terdapat rongga yang berisi caira
3. Tunica Nervosa
Tunica nervosa (retina) merupakan reseptor pada mata yang terletak pada
bagian belakang koroid. Bagian ini merupakan bagian terdalam dari mata.
Lapisan ini lunak, namun tipis, hampir menyerupai lapisan pada kulit bawang.
Retina tersusun dari sekitar 103 juta sel-sel yang berfungsi untuk menerima
cahaya. Di antara sel-sel tersebut sekitar 100 juta sel merupakan sel-sel batang
yang berbentuk seperti tongkat pendek dan 3 juta lainnya adalah sel konus
(kerucut). Sel-sel ini berfungsi untuk penglihatan hitam dan putih, dan sangat
a. Sel Batang tidak dapat membedakan warna, tetapi lebih sensitif terhadap
cahaya sehingga sel ini lebih berfungsi pada saat melihat ditempat gelap.
cahaya remang-remang.
b. Sel Kerucut atau cone cell mengandung jenis pigmen yang berbeda, yaitu
iodopsin yang terdiri dari retinen. Terdapat 3 jenis iodopsin yang masing-
disebut iodopsin merah, hijau dan biru. Segala warna yang ada di dunia ini
14
diperlukan untuk penglihatan ketika cahaya terang. Signal listrik dari sel
batang dan sel kerucut ini akan di teruskan melalui sinap ke neuron
syaraf yaitu syaraf otak ke II yang menembus coroid dan sclera menuju
otak. Bagian yang menembus ini disebut dengan discus opticus, dimana
discus opticus ini tidak mengandung sel batang dan sel kerucut, maka
cahaya yang jatuh ke discus opticus tidak akan terlihat apa-apa sehingga
Alat-alat tambahan mata terdiri dari alis mata, kelopak mata, bulu mata
a) Alis: terdiri dari rambut kasar yang terletak melintang di atas mata, fungsinya
untuk melindungi mata dari cahaya dan keringat juga untuk kecantikan.
b) Kelopak mata: ada 2, yaitu atas dan bawah. Kelopak mata atas lebih banyak
menutup mata dilakukan oleh otot otot yang lain yang melingkari kelopak
mata atas dan bawah yaitu musculus orbicularis oculi. Ruang antara ke-2
“melotot” atau “sipit” nya seseorang. Pada sudut dalam mata terdapat
15
c) Bulu mata: ialah barisan bulu-bulu terletak di sebelah anterior dari kelenjar
Meibow. Kelenjar sroacea yang terletak pada akar bulu-bulu mata disebut
2.1.3. Etiologi
Pajanan terhadap sinar matahari selama hidup, alkohol, merokok dan asupan
vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama serta predisposisi
Katarak dapat timbul pada usia berapa saja setelah trauma lensa, infeksi
mata, atau akibat pajanan radiasi atau obat tertentu. Janin yang tepajan virus
rubella dapat mengalami katarak. Para pengidap diabetes melitus kronik sering
bertambahnya usia seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data
statistik menunjukkan bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65 tahun
menderita katarak. Sekitar 550% orang berusia 75-85 tahun daya penglihatannya
bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur
16
60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu
terinfeksi virus pada saat hamil muda. Penyebab katarak lainnya meliputi :
a) Faktor keturunan.
f) Gangguan pertumbuhan.
g) Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
k) Trauma.
n) Defek kongenital (salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi
2.1.4. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur yang posterior iris yang jernih,
besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat
nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul
17
anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan
duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan
bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela.
transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjng dari
jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnta protein lensa
normal terjadi disertai influks air kedalam lensa. Proses ini mematahkan serabut
lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa
suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah
enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan
seseorang memasuki dekade ke tujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus
18
Lensa mata yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih,
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleuas,
di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan
coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan
posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang
daari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa Misalnya dapat menyebabkan
jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa
normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut
lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa
suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah
19
enzim akan menurun dengan bertambahnya usia darn tidak ada pada kebanyakan
berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistematis, seperti DM,
dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering yang berperan
merokok, DM, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu
lama.
1. Katarak congenital:
Merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak lahir yang terjadi akibat
2. Katarak Traumatik :
Merupakan katarak yang terjadi karena kecelakaan pada mata akibat trauma
20
3. Katarak Sekunder
3 jenis katarak ini, yakni nuclear sclerosis, cortical, dan posterior subcapsular.
terutama warna birru. Katarak jenis cortical terjadi bila serat-serat lensa
menjadi keruh, dapat menyebabkan silau terutama bila menyetir pada malam
lensa. Katarak ini menyebabkan silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya
derajat tertentu.
21
c) Pandangan kabur atau redup, menyilaukan dengan distorsi bayangan dan
d) Pupil yang normalnya hitam akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih.
f) Pada malam hari penglihatan terganggu dan pandangan kabur yang tidak
dapat dikoreksi dengan kaca mata atau ukuran kaca mata yang sering
berubah.
g) Sulit saat membaca atau mengemudi di malam hari dan dapat melihat
berasap.
dilihat, akhirnya reflek fundus tiidak ada, dan pupil berwarna putih.
Selain uji mata yang biasa, keratometri dan pemeriksaan lampu slit dan
Intra Okuler.
22
atau vitreus humor, kesalahan refraksi atau penyakit sistem saraf atau
vaskuler, massa tumor pada hipofisis otak, karotis atau patologis arteri
serebral, gloukoma.
aterosklerosis.
Doenges,2000)
8) Selain uji mata yang biasa, keratometri dan pemeriksaan lampu slit, dan
dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien ini
23
2.1.7. Penatalaksanaan Medis
rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari hari atau bila telah menimbulkan
a. Pengobatan berupa eksisi seluruh lensa untuk diganti oleh lensa buatan, atau
fragmentasi lensa dengan ultrasound atau laser, diikuti oleh aspirasi fragmen
pembedahan.
3) Fakoemulsifikasi
24
korteks lensa menjadi partikel kecil yang lebih pendek dan penurunan
4) Pengangkatan lensa
focus mata, maka bila lensa di angkat, pasien memerlukan koreksi optikal.
Koreksi ini dapat dilakukan dengan salah satu metode dari 3 metode yaitu:
b) Lensa kontak : jauh lebih nyaman dari kaca mata apakia, tidak terjadi
sferis, tidak ada penurunan lapang pandangan dan tak ada kesalahan
orientasi spasial.
2.1.8. Komplikasi
1. Endoftalmitis
2. Edema kornea
5. Glaucoma
6. Uveitis
25
7. Dislokasi lensa intraokuler
9. Ablasio retina
2.2.1. Pengkajian
mulai dari pengumpulan data, identifikasi dan evaulasi status kesehatan klien
(Nursalam, 2001).
gangguan penglihatan.
akut).
c. Tanda: Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil
26
d. Nyeri/Kenyamanan : Ketidaknyamanan ringan/mata berair. Nyeri tiba-
tiba/berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, sakit kepala
g. Pola neurosensory
i. Pola penyuluhan/pembelajaran
steroid/toksisitas fenotiazin.
terapetik dibatasi
keterbatasan kognitif.
27
4. Ansietas yang berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya
invasive/ tindakan operatif dan adanya proses inflamasi luka post operasi
kerusakan penglihatan.
a. Tujuan :
cedera.
b. Kriteria hasil :
c. Intervensi
28
2) Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi pasca operasi, nyeri,
kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan
membongkok.
6) Berikan tempat tidu yang nyaman pada pasien dan pasang pengaman
pada tempat tidur seperti guling disisi kanan dan kiri klien atau pagar
pembatas bed.
dibatasi.
a. Tujuan :
29
b. Kriteria Hasil :
c. Intervensi :
penglihatan klien
keterbatasan kognitif.
a. Tujuan :
pengobatan.
b. Kriteria Hasil :
30
c. Intervensi :
katarak.
medis klien.
nyeri tiba-tiba.
a. Tujuan:
b. Kriteria hasil:
31
c. Intervensi:
penyebab kecemasannya
katarak
pasien.
memungkinkan.
kurang pengetahuan.
a. Tujuan:
b. Kriteria hasil:
32
c. Intervensi
memadai.
kerusakan penglihatan.
diperlukan.
cedera.
lebih lanjut.
invasive/ tindakan operatif dan adanya proses inflamasi luka post operasi
33
a. Tujuan:
terjadi.
b. Kriteria hasil:
hemoglobin normal.
c. Intervensi
34
Rasional: Meningkatkan penyembuhan dan menghindari infeksi
klien
infeksi.
a. Tujuan:
pasien.
b. Kriteria hasil:
c. Intervensi
35
Rasional: Tanda-tanda vital merupakan pedoman terhadap perubahan
2) Kaji nyeri meliputi lokasi, frekuensi, kwalitas dan skala nyeri pasien.
secara bertahap
penglihatan.
36
a. Tujuan:
klien terpenuhi dan tidak terjadi deficit perawatan diri pada klien
b. Kriteria hasil:
c. Intervensi
1) Beri instruksi pada pasien atau orang terdekat mengenai tanda dan
2) Beri instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan orang yang berarti
37
BAB III
ASKEP TEORITIS
3.1. Pengkajian
fisik head to toe terhadap pasien hampir semua hasil pengkajian yang penulis
Dalam penulisan teori dan kasus saling mendukung. Namun ada juga yang
tidak sesuai dengan teori, yaitu diagnosa kecemasan. Pasien yang akan dioperasi
terlihat rilek, tidak terlihat cemas. Mungkin kecemasan orang berbeda - beda ini
yang membuat diagnosa kecemasan ada yang dimunculkan dan ada yang tidak
dimunculkan.
2. Diagnose keperawatan yang tidak ditemukan pada kasus nyata tetapi ada
38
BAB IV
ASKEP KASUS
bertempat tinggal di Piasa Kulon, pasien sudah menikah, beragama islam. Pasien
merupakan suku jawa, pendidikan terakhir pasien SD, pasien tidak bekerja dan
seharian hanya dirumah. Pasien masuk rumah sakit tanggal 24 Februari 2014.
informasi di dapat dari pasien dan keluarga pasien secara langsung melalui
wawancara.
Pada saat masuk rumah sakit pasien mengatakan keluhan utama yang
periksa di puskesmas dengan keluhan pandangan mata menjadi kabur dan ada
bercak putih di matanya. pasien disarankan untuk periksa di poli mata RSU
tanggal 4 Februari 2014. Dilakukan pemeriksaan cek darah lengkap dan gula
darah sewaktu. Dengan hasil GDS 129 mg/dl. Pasien dioperasi dan rawat inap
39
4.1.2. Biodata
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. H
Agama : Islam
Umur : 68 Tahun.
Pendidikan : SD.
Pekerjaan : Tani
No Register : 090059
Ruang/Kamar : THT/Mata
Golongan Darah : A.
B. Penanggung Jawab
Nama : Ny. H.
Pekerjaan : Tani.
40
4.1.3. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada luka operasi, luka terasa panas dan menusuk
selain itu juga klien mengatakan kepala pusing dan nyeri semakin meningkat
terutama saat klien bergerak atau menoleh secara tiba-tiba dan batuk.
mengeluhkan pandangan mata kabur dan tidak jelas, mata klien tampak keruh
klien menderita katarak. Semakin lama pandangan mata klien semakin kabur dan
tidak jelas dan semakin keruh. Kemudian oleh keluarga diperiksakan ke dokter
dan oleh dokter dianjurkan untuk operasi, kemudian oleh keluarga dibawa
kerumah sakit Mayjen H.A. Thalib Kerinci pada tanggal 10 Juni 2011, kemudian
klien menjalani operasi pada tanggal 10 Juni 2011. Dan pada saat melakukan
pengkajian pada klien post operasi pada hari ke 1 yaitu pada tanggal 11 Juni 2011,
didapatkan keluhan/data.
Paliatif : Klien mengatakan nyeri pada luka operasi yaitu dibagian mata
Quality : Klien mengatakan nyeri terasa menusuk, pedih dan panas, nyeri
terasa semakin sakit saat klien bergerak dan batuk terutama saat
klien duduk selain itu klien mengatakan mata terasa panas dan
41
Region : Klien mnegeluhkan nyeri terasa di luka operasi yaitu di mata
punggung.
Severity : Kelurga klien mengatakan saat ini tidak dapat beraktivitas karena
makan, minum dan BAK serta BAB klien dibantu oleh keluarga,
total.
Time : Klien mengatakan nyeri muncul setiap saat terutama saat klien
Klien mengatakan menderita Katarak sejak 3 tahun yang lalu, selain itu
klien juga klien sering menderita batuk dan pilek dan untuk mengobatinya klien
operasi terutama dengan penyakit yang sama (katarak). Klien juga mengatakan
sebelumnya klien tidak pernah dan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan dan
42
4.1.6. Riwayat Penyakit Keluarga
A. Orang tua
riwayat penyakit yang sama yang diderita klien saat ini yaitu katarak dan keluarga
klien juga tidak ada yang mengalami penyakit menular seperti hepatitis dan alergi
terhadap makanan apapun. Tetapi menurut klien kakek klien dahulu juga pernah
menderita katarak tapi tidak dioperasi karena keterbatasan fasilitas pada saat itu.
Dan tidak ada juga yang mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes mellitus,
(Koto teluk).
Klien menganggap bahwa sakit yang dideritanya adalah cobaan dari Tuhan
baik dan bila ada anggota keluarga yang sakit selalu memeriksakan
klien katarak dan keluarga berusaha mengobati klien hingga klien bisa
dioperasi.
43
c. Konsep Diri
1) Body Image
sabar dan keluarga menganggap ini adalah ujian dan ia bersabar dalam
2) Ideal Diri
Klien berharap agar cepat sembuh dan segera pulang dan beraktivitas
3) Harga Diri
Klien menganggap bahwa kondisi sakitnya saat ini adalah cobaan bagi
klien dan klien tidak merasa minder dengan kondisinya saat ini karena
keluarga klien selalu mensuport klien, dan klien pasti dapat sembuh
4) Peran
berusia 68 tahun berperan sebagai suami dari seorang istri dengan dua
5) Identitas Diri
44
d. Keadaan Emosi
kata-kata klien terhenti karena klien merasakan nyeri pada mata kanannya.
terjalin baik dan saling memperhatikan satu sama lainnya termasuk apabila
ada anggota keluarga yang sakit keluarga yang lain ikut mendukung untuk
45
4.1.8. Pemeriksaan Fisik
46
Auskultasi : Suara paru sonor.
: Bunyi nafas vesikuler dan tidak terdengar suara nafas
tambahan seperti wheezing, ronkhi, krekels dan ralles
b) Jantung/Cardio
Inspeksi : Terlihat ictus cordis berdenyut halus di intercosta 6
Palpasi : Teraba ictus cordis di intercosta ke 4-5-6 sebelah kiri.
Perkusi : Batas jantung jelas, kesan tidak ada pembesaran
Auskultasi jantung
: Terdengar bunyi jantung suara 1 (lub) tunggal dan bunyi
jantung suara 2 (dub) tunggal dan tidak terdengan mur-
mur pada semua lapang dada sebelah kiri.
5. Abdomen
Inspeksi : Permukaan abdomen simetris kanan dan kiri, tidak ada
ascitas dan tidak terdapat lesi pada abdomen
Auakultasi : Bising usus kurang lebih 12x / menit.
Perkusi : Suara Tympani.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada semua lapang abdomen
dan tidak terdapat pembesaran pada hepar dan ginjal.
6. Ekstremitas
a) Ekstremitas atas
Fungsi ekstremitas atas normal dan dapat berfungsi dengan baik dan tidak
menggunakan alat bantu dan ekstremitas sebelah kanan terpasang Infus RL
dengan infuset makro, 12 tetes/menit keadaan infus baik tidak terdapat
oedem pada area yang terpasang infus dan tidak ada nyari infus terpasang
hari ke 2.
b) Ekstremitas bawah
Ekstremitas bawah tidak terdapat kelainan dan dapat berfungsi dengan baik
hanya saja klien tidak mau banyak bergerak karena terasa nyeri pada luka
operasi semakin meningkat ketika bergerak.
c) Skala kekuatan otot
R L Keterangan : Skala kekuatan otot pada kedua kaki dan
5 5 kedua tangan nilai 5 yaitu dapat bergerak
dengan baik dan mampu menahan gravitasi.
5 5
7. Vital sign
TD : 150/90 mmHg S : 368 o C
N : 84 x / menit RR : 20 x/menit
47
4.1.9. Pola Kebiasaan Sehari – Hari
48
2 Pola Eliminasi BAB Klien mengatakan Klien selama 3 hari ini
dirumah BAB 1x sehari. klien belum BAB, klien
Kadang-kadang 2x dalam belum BAB karena kurang
sehari. Konsistensi lunak, gerak dan kurang makanan
warna coklat, bau khas berserat selain itu juga
feaces dan tidak ada karena klien merasa takut
masalah dalam BAB mengejan saat BAB karena
nyeri semakin terasa saat
mengejan hingga klien
belum BAB.
3 Pola Eliminasi BAK Klien mengatakan Klien mengatakan sebelum
sebelum mondok mondok dirumah sakit
dirumah sakit dalam dalam sehari kencing 5 –
sehari kencing 5 – 6x, 6x, warna urin kuning
warna urin kuning jernih, jernih, bau khas urin. Klien
bau khas urin dan tidak selama dirumah sakit BAK
masalah dalam kebiasaan dengan menggunakan
eliminasi pasien pispot dibantu oleh
keluarga klien karena jika
duduk dan berjalan klien
merasakan nyeri semakin
meningkat.
4 Pola Istirahat dan Klien mengatakan Selama sakit klien
Tidur dirumah dalam sehari mengatakan kurang bisa
tidur + 10 jam siang + 2 tidur, sering terbangun
jam dan 8 jam, klien terutama pada malam hari
lebih banyak tidur pada karena nyeri serng terasa
malam hari. Dan tidak dan suasana yang sepi.
ada masalah dalam pola
tidur klien dirumah.
49
6 Kebersihan Diri Klien mengatakan dapat Untuk pemenuhan
melakukan aktivitas dan kebersihan diri klien
personal hygiene dilakukan oleh keluarga
mandiri, mandi sehari 2X klien dengan cara dilap
kadang-kadang lebih. dengan menggunakan
washlap dan air hangat
setiap pagi dan sore.
sebagai berikut:
50
4.1.11. Analisa Data
Peningkatan
- Tanda–tanda vital: Nociceptor/
TD : 150/90 mmHg rangsang nyeri
N : 84 x / menit
RR : 20 x / menit
S : 368oC Nyeri akut
51
2 Data subyektif: Intoleransi
- Klien mengatakan takut Peningkatan Aktivitas
bergerak dan beraktivitas tekanan intraokuler
karena mata kanan akan terasa
nyeri saat beraktivitas
- Klien meengatakan saat
begerak dan batuk mata kanan Peningkatan
pusing dan nyeri rangsang nociceptor
- Keluarga klien mengatakan
semua aktivitas klien seperti
makan, minum dan kebersihan Nyeri
diri dibantu oleh istri klien.
Data Obyektif: Ketakutan bergerak
- Pasien tampak bedrest total
setelah operasi katarak. Malaise
- Skala kekuatan otot pada
semua ekstremitas bawah 5,
tetapi klien dianjurkan untuk
Keterbatasan
bedrest.
rentang gerak
- Untuk memenuhi ADLnya
pasien dibantu oleh keluarga
Intolerasi
dan perawat.
52
klien. pandang
- Klien dibatasi aktivitasnya
hanya boleh bedrest diruangan.
pandangan tidak
jelas/silau
Gangguan persepsi
sensori penglihatan
Gangguan pola
istirahat tidur
53
palpebral, dan mata merah. inflamasi luka post
Mata kanan tertutup kasa steril. operasi
- Pemeriksaan leukosit: Terpapar organisme
11.400/ul. luar
- Suhu : 368oC
Oedem pada
palpebra
Resiko infeksi
6 Data Obyektif: Resiko Tinggi
- Klien mengatakan pandangan Cedera
Perdarahan
mata kabur dan ganda
intarokuler
- Klien mengatakan apabila
mata kanan dibuka pandangan
silau.
- Klien mengatakan takut Peningkatan
bergerak karena takut jatuh tekanan intraokuler
- Klien mengatakan saat
bergerak merasa pusing.
Data Obyektif: Gangguan
- Klien tampak cemas penerimaan cahaya
beraktivitas
- Mata kanan klien tertutup
kasa steril sehingga klien Penurunan lapang
melihat dengan satu mata. pandang
- Bed/tempat tidur rumah sakit
yang tanpa pengaman/pagar
bed sehingga memungkinkan
dapat membahayakan klien. Tidak mampu
melihat bahaya
Resiko cedera
54
4.2. Prioritas Masalah Keperawatan/ Diagnosa Keperawatan
Setelah melakukan pengkajian dan melakukan analisa data pada klien An.
intraokuler, dan akibat penggantian lensa mata proses inflamasi luka operasi
ditandai dengan nyeri pada mata sebelah kanan skala nyeri 6, ekspresi wajah
pergerakan terutama untuk duduk dan menoleh, pada mata kanan post operasi
ekstraksi lensa mata terdapat jahitan halus pada kornea mata jumlah 5 simpul,
oedem pada palpebral kanan dan mata kanan tertutup kasa steril dan tanda–
dibatasi ditandai dengan pandangan mata klien kabur dan apabila balutan mata
kanan dibuka terasa silau, klien mengatakan apabila melihat kadang bayangan
klien dan klien melihat jelas dengan satu mata yaitu mata sebelah kiri, pada
mata kanan post operasi katarak, pada lensa mata terdaapat jahitan sebanyak 5
simpul, terdapat oedem palpebra, dan mata merah. Mata kanan tertutup kasa
55
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler dan
adanya keterbatasan rentang gerak dan ketakutan bergerak akibat dari respon
nyeri dan prosedur infasive ditandai dengan klien mengatakan takut bergerak
karena nyeri meningkat saat bergerak, klien tampak lemah dan bedrest, dan
rangsang nyeri (nociceptor) akibat dari adanya prosedur infasive operasi dan
bisa tidur terutama pada malam hari, sering terbangun pada malam hari karena
sering mengeluhkan nyeri muncul pada mata sebelah kanan dan pusing, klien
tampak pucat dan mata merah, klien hanya tidur 5 jam pada malam hari dan
pandangan mata kabur, ganda dan silau. klien mengatakan takut bergerak
karena takut jatuh, klien mengatakan saat bergerak merasa pusing. Klien
tampak cemas beraktivitas, mata kanan klien tertutup kasa steril sehingga
klien melihat dengan satu mata, bed/tempat tidur rumah sakit yang tanpa
invasive/ tindakan operatif dan adanya proses inflamasi luka post operasi
ditandai dengan klien mengatakan luka terasa panas dan pedih, dan pada mata
kanan post operasi katarak, pada lensa mata terdaapat jahitan sebanyak 5
56
simpul, terdapat oedem palpebra, dan mata merah. Mata kanan tertutup kasa
4.4. Implementasi
R: mata kanan,
S: 3, dan
T : hilang timbul
57
Do : Tampak rileks
Respon Ds :-
Do : Tampak rileks
Respon Ds :-
R: mata kanan,
S: 1, dan
T : hilang timbul
Respon Ds :-
58
4.5. Implementasi Keperawatan/ Catatan Keperawatan
59
3 Sabtu a) Mengobservasi Data obyektif:
11Juni 2011 ketajaman - Klien melihat jelas
13.30wib penglihatan, dan kaji dengan satu mata yaitu
adanya masalah mata sebelah kiri.
dalam penglihatan - Klien sulit mengenali
klien warna dan terkadang
orang disekitarr klien.
- Hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital:
TD:150/90mmHg,
Nadi 84x/menit,
respirasi 20x/menit,
8
Suhu 36 oC.
60
- Cindo Cytrol tetes
mata 2 tetes.
7 Sabtu IIIa) Kaji kemampuan Subyektif:
11 Juni 2011 klien dalam- Klien mengatakan
15.00wib melakukan aktivitas takut bergerak karena
nyeri pada pada mata
kanan dan terasa
pusing
Obyektif:
- Klien belum berani
banyak bergerak dan
pemenuhan
kebutuhannya dibantu
oleh keluarga
61
10 Sabtu Va) MengkajiData Obyektif:
11 Juni 2011 kemampuan lapang - Klien mengatakan
16.30wib pandang klien dan pandangan mata kabur
resiko terhadap dan ganda dan apabila
cedera serta mata kanan dibuka
kemampuan klien pandangan silau.
dalam beraktivitas - Klien mengatakan
11 Sabtu takut bergerak karena
11 Juni 2011 takut jatuh
16.30wib b) mengobservasi apa - Klien mengatakan
yang terjadi tentang saat bergerak merasa
kondisi pasca pusing.
operasi, nyeri,
Data Obyektif:
pembatasan aktifitas,
- Klien tampak cemas
penampilan, balutan beraktivitas dan mata
mata. kanan klien tertutup
kasa steril sehingga
klien melihat dengan
satu mata.
- Bed/tempat tidur
rumah sakit yang tanpa
pengaman/pagar bed
sehingga
memungkinkan dapat
membahayakan klien.
62
14 Minggu I a. Mengajarkan Subyektif:
12 Juni 2011 tekhnik relaksasi dan
- Klien mengatakan
08.45wib dextrasi nafas dalam nyeri masih terasa,
untuk mengurangi tetapi dengan nafas
nyeri saat nyeri dalam secara perlahan-
muncul lahan dan berulang kali
nyeri berngsur-angsur
berkurang
Minggu b. Menganjurkan
12 Juni 2011 pada keluarga untuk Obyektif:
09.20wib memberikan - Klien mencoba
pengalihan dengan malakukan nafas
mengajak klien dalam.
bercerita saat nyeri - Ekspresi wajah
muncul dan nafas sedikit lebih rileks
dalam - Tampak keluarga
mendampingi klien
nafas dalam
15 Minggu IIa. Mengobservasi Subyektif:
12 Juni 2011 ulang tanda-tanda - Klien mengatakan
09.20wib disorientasi seperti takut bergerak karena
mata kabur dll. nyeri pada pada mata
kanan dan terasa
pusing
Minggu b. Anjurkan pada - Klien mengatakan
12 Juni 2011 keeluarga untuk mulai latihan bergerak
09.45wib membantu klien dengan bantuan
dalam beraktivitas. keluarga dan perawat
Obyektif:
- Klien belum berani
banyak bergerak dan
c. Menganjurkan pemenuhan
keluarga untuk kebutuhannya dibantu
memasang oleh keluarga.
pengaman pada- Keluarga
sebelah kanan kiri mengatakan setiap pagi
tempat tidur, membantu klien
misanya dengan bergerak perlahan dan
menaruh bantal memasang bantal
guling guling disisi kanan dan
kiri pasien
63
16 Minggu IIIa. Memberikan Subyektif:
12 Juni 2011 lingkungan tenang - Keluarga klien
09.20wib dan mempertahankan mengatakan klien
tirah baring. mulai mau belajar
beraktivitas mandiri
seperti makan dan
minum sendiri dan
17 Minggu b. Membantu aktifitas berani duduk sendiri.
12 Juni 2011 atau ambulasi pasien
09.20wib sesuai dengan Obyektif:
kebutuhan - Klien mau
beraktivitas secara
bertahap.
- Kecemasan klien
mulai berkurang dan
tampak lebih rileks
64
20 Minggu Va. Menganjurkan Data Obyektif:
12 Juni 2011 klien untuk- Klien mengatakan
10.00wib membatasi aktifitas apabila mata kanan
seperti menggerakan dibuka pandangan
kepala tiba-tiba, silau.
menggaruk mata,- Klien mengatakan
membongkok. takut bergerak karena
b. Membantu klien takut jatuh
melakukan ambulasi Data Obyektif:
dengan bantuan- Klien tampak cemas
dengan cara anjurkan beraktivitas
pada keluarga untuk - Mata kanan klien
membantu dalam tertutup kasa steril
pemenuhan activity sehingga klien melihat
daily living klien dengan satu mata.
seperti ke kamar - Tempat tidur klien
mandi, duduk, disisi kiri dan kanan
makan dll. dipasang bantal guling
oleh keluarga
21 Minggu VIa) Menjaga prinsip Subyektif:
12 Juni 2011 steril dan aseptik - Klien mengatakan
11.00wib antiseptik dalam mata masih terasa nyeri
setiap melakukan tapi tidak panas dan
tindakan nyeri mulai sedikit
keperawatan dengan berkurang
mencuci tangan
Obyektif:
setiap sebelum dan - Tanda-tanda vital:
sesudah melakukan TD: 150/90 mmHg,
tindakan nadi 84x/menit,
keparawatan. respirasi: 20x/menit,
dan Suhu tubuh klien:
b) Mengukur tanda- 37oC
tanda vital dan - Mata kanan masih
mengganti perban merah dan terdapat
steril mata kanan jahitan halus dengan 5
klien dengan prinsip simpul, oedem
bersih/steril. palpebra sedikit
berkurang dan mata
kanan tertutup kasa
steril.
65
22 Senin I a) Mengkaji ulang
Subyektif:
13Juni 2011 status nyeri pasien - Pasien mengatakan
08.30wib dengan menanyakan nyeri sudah berkurang,
kwalitas dan skala nyeri tidak menusuk-
nyeri pasien nusuk lagi, skala nyeri
1
b) Mengakaji tanda-
Obyektif:
tanda vital klien - Pasien tampak rileks.
- Tanda-tanda vital:
Tekanan Darah:
140/90mmHg, nadi:
84x/menit, respirasi:
20x/menit, Suhu: 37oC
66
25 Senin IIIa. Menganjurkan Subyektif:
13 Juni 2011 klien dan - Keluarga klien
08.30wib berpartisipasi mengatakan klien
bersama klien dalam mulai mau berjalan dan
semua aktifitas bangun sendiri dan
sesuai kemampuan kekamar mandi sendiri.
individual. - Klien mengatakan
mulai tidak takut
beraktivitas dan nyeri
b.Menganjurkan, mulai beerkurang.
memberikan Obyektif:
dukungan dan - Klien mampu
bantuan seperlunya beraktivitas mandiri
keluarga/orang pada - Klien tidak cemas
terdekat klien dalam lagi
aktivitas klien
26 Senin IVa) Mengidentifikasi Subyektif:
13 Juni 2011 ulang penyebab - Keluarga klien
08.30wib kesulitan tidur pasien mengatakan klien
dan masalah dalah seudah mulai tidur
pola istirahat tidur nyenyak dan tidak
sering terbangun lagi
b) Ciptakan karena nyeri sudah
lingkungan yang berkurang.
nyaman dan tenang - Ibu klien mengatakan
dengan membatasi klien mulai mampu
pengunjung dan beradaptasi dengan
mengurangi lingkungan rumah sakit
kebisingan yang bising dan selalu
27 Senin memulai tidur dengan
13 Juni 2011 berdo’a
08.50wib Obyektif:
c) Ajarkan tekhnik - Klien tampak tidur
relaksasi dengan nyenyak
nafas dalam sebelum - Waktu tidur klien
tidur saat nyeri dimulai pada jam
muncul 19.30wib dan
terbangun pada pukul
05.30wib
67
28 Senin Va. Mengkaji ulang Subyektif:
13 Juni 2011 adanya resiko cedera - Klien mengatakan
08.50wib pada klien padangan mata tidak
silau lagi dan tidak
takut begerak dan
beraktivitas lagi
sehingga klien tidak
b. Mengkaji ulang takut dan cemas
kemampuan lapang terjatuh lagi.
pandang klien dan - Klien mengatakan
resiko terhadap melakukan aktivitas
cedera serta sudah tidak dibantu
kemampuan klien lagi karena klien mulai
29 Senin dalam beraktivitas bisa melakukannya
13 Juni 2011 sendiri.
09.30wib c. Berikan posisi
yang nyaman pada Obyektif:
pasisi misalnya: - Kecemasan klien
posisi bersandar, berkurang dan klien
kepala tinggi, atau lebih rileks beraktivitas
miring ke sisi yang - Klien tidak
tak sakit sesuai mengalami cedera
keinginan. - Klien mampu duduk
mandiri dan tidur
dalam posisi bersandar.
30 senin VIa) Mengukur tanda– Subyektif:
13 Juni 2011 tanda vital pasien, - Klien mengatakan
11.30wib mengganti linen dan mata sebelah kanan
membersihkan sudah tidak begitu
tempat tidur pasien nyeri dan panas
tiap pagi. - Keluarga klien
mengatakan setiap pagi
dan sore tempat tidur
selalu dibersihakan
dan pasien tiap pagi
dan sore selalu di lap
dengan washlap air
hangat
Obyektif:
31 Senin b) Melakukan - Pada mata kanan post
13 Juni 2011 penggantian kassa operasi ekstraksi lensa
12.30wib steril dan memeriksa mata terdapat jahitan
fungsi penglihatan halus pada korrnea
68
mata jumlh 5 simpul,
oedem pada palpebral
kanan berkurang dan
mata kanan tertutup
kasa steril
- Hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital:
tekanan darah:
140/80mmHg, Nadi:
84x/menit, respirasi
20x/ menit, Suhu 367
o
C
minggu.
(sepeda motor, becak atau angkot yang terbuka) selama satu minggu.
(sepeda motor, becak atau angkot yang terbuka) selama satu minggu.
69
i. Kalau mata terasa sakit boleh diberikan obat mata (satu tetes saja)
membungkuk.
2 hari sekali.
diclofenac 2 x sehari.
70
4.7. Evaluasi
Indikator IR ER
Melaporkan adanya nyeri 5 5
Frekuensi nyeri 5 5
Ekspresi nyeri pada wajah 5 5
P : Hentikan intervensi. Pasien boleh pulang atas ijin dokter.
71
b. Risiko Infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan
Senin, 24 Februari 2014
S : Pasien mengatakan merasa rileks
O : Terdapat balutan luka
A : masalah resiko infeksi teratasi
Indikator IR ER
Pengetahuan tentang risiko 5 5
Memonitor faktor risiko dari perilaku personal 5 5
Memonitor faktor risiko dari lingkungan 5 5
P : Hentikan intervensi. Pasien boleh pulang atas ijin dokter.
72
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
secara obyektif atau tanda-tanda yang dapat di observasi dengan cara melihat dan
melakukan pemeriksaan pada pasien lebih mudah di kenali dan lebih mudah di
pasien. Hal ini terkendala karena pasien kesulitan berkomunikasi dengan bahasa
Terutama data mengenai apa yang pasien rasakan dan alami selama sakit.
Meskipun data juga di dapatkan dari keluarga pasien namun data yang
berhubungan langsung dengan pasien tidak bisa di dapatkan dari orang lain.
5.2. Saran
Saran penulis tunjukan kepada pihak rumah sakit, perawat, teman sejawat
dan profesi untuk bersikap ramah dan tersenyum kepada pasien dan keluarga
pasien. Sikap ramah dan tersenyum yang di tujukan para tenaga medis di rumah
penyakitnya. Bentuk pelayanan ini memotivasi pasien untuk cepat sembuh dari
sakitnya.
73
DAFTAR PUSTAKA
74