Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH SENAM LANSIA

OLEH :

NAMA : ENDANG TRISNAWATI

NIM : 1516180065

DOSEN PENGUJI : IVANSRI MARSAULINA PANJAITAN, SST, M.Kes

AKADEMI KEBIDANAN HELVETIA


MEDAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “SENAM
LANSIA”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan Mata Kuliah. Dalam penulisan makalah, tidak sedikit hambatan
yang penulis hadapi.Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penulisan
makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua,
sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi.
Baik pada teknis penulisan maupun dalam materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai.

Medan, Agustus 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1.Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah ................................................................... 2
1.3.Tujuan...................................................................................... 2
1.4.Manfaat.................................................................................... 3
1.5.Metode Penulisan .................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 4
2.1. Konsep Dasar Lansia ............................................................. 4
2.2. Konsep Tekanan Darah ......................................................... 8
2.3. Konsep Dasar Hipertensi ....................................................... 11
2.4. Konsep Senam ........................................................................ 17
2.5. Senam Lansia ......................................................................... 21
2.6. Aktivitas Lansia...................................................................... 25

BAB III PENUTUP .................................................................................... 27


3.1. Kesimpulan............................................................................. 27
3.2. Saran ....................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat

yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan

hidup. Jumlah lansia meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada

tahun 2000 atau 7,2% dari seluruh penduduk dengan usia harapan hidup 64,05

tahun. Tahun 2006 usia harapan hidup meningkat menjadi 66,2 tahun dan jumlah

lansia menjadi 19 juta orang, dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29

jutaorang atau 11,4%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah lansia meningkat

secara konsisten dari waktu ke waktu.

Semakin tingginya usia harapan hidup, maka semakin tinggi pula faktor

resiko terjadinya berbagai masalah kesehatan. Masalah umum yang dialami para

lansia adalah rentannya kondisi fisik para lansia terhadap berbagai penyakit

karena berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi pengaruh dari luar serta

menurunnya efisiensi mekanisme homeostatis, oleh karena hal tersebut lansia

mudah terserang berbagai penyakit.

Menurut Jubaidi (2008) ada beberapa perubahan fisik pada lansia yang

dapat menjadi suatu kondisi lansia terserang penyakit, seperti perubahan

kardiovaskuler. Terdapat beberapa macam penyakit yang biasa menimpa para

lansia antara lain hipertensi, diabetes mellitus, jatung koroner, stroke, katarak, dan

lain sebagainya. Macam-macam masalah kesehatan tersebut yang sering menimpa

1
lansia yaitu hipertensi yang bisa menjadi awitan dari berbagai masalah

kardiovaskuler lainnya yang lebih gawat.

Prevalensi kejadian hipertensi sangat tinggi pada lansia, yaitu 60%-80%

pada usia diatas 65 tahun. Tidak sedikit orang yang menganggap penyakit

hipertensi pada lansia adalah hal biasa. Sehingga mayoritas masyarakat

menganggap remeh penyakit ini. Hipertensi dapat menyebabkan berbagai macam

komplikasi antara lain gagal jantung dan stroke (Muhammad, 2010).

Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa latihan dan olah raga pada usia

lanjut dapat mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional, bahkan latihan

yang teratur dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh

penyakit kardiovaskuler. Penelitian yang telah dilakukan di Jepang memberikan

salah satu bukti bahwa olahraga yang teratur sangat efektif untuk menurunkan

tekanan darah (Williams & Wilkins, 2001). Salah satu olahraga yang mudah

dilakukan adalah senam.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut “Apa

hubungan senam dengan tekanan darah pada lansia”

1.3. Tujuan

Tujuan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui konsep tentang lansia;

2. Untuk mengetahui konsep tentang tekanan darah;

3. Untuk mengetahui konsep tentang hipertensi;

2
4. Untuk mengetahui konsep tentang senam;

5. Untuk mengetahui hubungan senam bagi lansia yang hipertensi.

1.4. Manfaat

Adapun manfaat penyusunan makalah ini adalah:

1. Pembaca dapat mengetahui konsep tentang lansia;

2. Pembaca dapat mengetahui konsep tentang tekanan darah;

3. Pembaca dapat mengetahui konsep tentang hipertensi;

4. Pembaca dapat mengetahui konsep tentang senam;

5. Pembaca dapat mengetahui hubungan senam bagi lansia yang hipertensi.

1.5. Metode Penulisan

Makalah ini disusun dengan metode studi pustaka. Penyusunan dilakukan

dengan mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan manfaat senam untuk

lansia yang hipertensi. Pengumpulan dilakukan dari sumber internet kemudian

dipilih dan dilakukan perubahan seperlunya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Konsep Dasar Lansia

1. Pengertian Lansia

Lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik,

yang dimulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana

diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan

reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan

mengalami penurunan tugas dan fungsi ini dan memasuki tahap lanjut, kemudian

meninggal.

Pengertian Lansia menurut UU No. 4 tahun 1965 adalah seseorang yang

mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan

hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lian (Wahyudi,2000).

Sedangkan menurut UU No. 12 tahun 1998 tentang kesejahteraan Lansia adalah

seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun (Depos,1999).

Pada Lansia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara

perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap suatu penyakit

(Constantinides,1994).

Secara biologis, penduduk Lansia adalah penduduk yang mengalami proses

penuaan secara terus menerus yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik

yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan

4
kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel,

jaringan, dan sistem organ.

Secara ekonomi, penduduk Lansia lebih dipandang sebagai beban dari pada

sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak

lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa

kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negative sebagai beban

keluarga dan masyarakat.

Dari aspek sosial, penduduk Lansia merupakan satu kelompok sosial

sendiri. Di Negara barat, penduduk Lansia menduduki strata sosial di bawah kaum

muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi,

pengaruh terhadap pengambilan keputusan serta luasnya hubungan sosial yang

semakin menurun. Akan tetapi, di Indonesia penduduk Lansia menduduki kelas

sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh warga muda.

2. Klasifikasi Lansia

Menurut WHO, Lansia di golongkan menjadi 4, yaitu :

1. Usia pertengahan 45-59 tahun

2. Lanjut Usia 60-74 tahun

3. Lanjut Usia Tua 75-90 tahun

4. Lansia sangat tua >90 tahun

3. Perubahan Fisik Lansia

Ada perubahan yang terjadi pada fisik yang dialami oleh lansia akibat

proses menua. Menurut Nugroho (2008) adalah sebagai berikut:

5
1) Perubahan fisik dan fungsi

Penurunan fisik dan fungsi pada lansia berkaitan dengan penurunan fungsi

sel, sistem syaraf,sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler,

sistem pengaturan suhu tubuh, sistem pernafasan, sistem pencernaan, sistem

reproduksi, sistem endokrin, dll.

2) Perubahan mental

Terjadi perubahan yang dapat berupa sikap yang semakin egosentrik, mudah

curiga, bertambah pelit bila memiliki sesuatu. Sikap yang semakin umum

ditemukan pada lansia adalah mengharapkan tetapi diberi peran dalam

masyarakat, ingin mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin tetap

berwibawa. Faktor yang mempengaruhi perubahan mental pada lansia diantaranya

 Perubahan anatomi

 Perubahan fisiologi

 Kesehatan umum

 Tingkat pendidikan

 Keturunan

 Lingkungan

Perubahan mental pada lansia juga terjadi pada ketenangan dan juga

Intelegensi Quotion (IQ).

6
3) Perubahan Psikososial

Nilai seseorang sering diukur dari produktivitasnya dan identitasnya

dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Lansia yang mengalami kehilangan

antara lain :

 Kehilangan fungsional

 Pada umumnya setelah seseorang memasuki Lansia maka ia akan

mengalami penurunan fungsi kognitif meliputi belajar, persepsi, pengertian,

pemahaman,dll. Sehingga dapat mengakibatkan reaksi dan perilaku lansia

menjadi lambat.

Sementara fungsi psikomotor meliputi hal-hal yang

berhubungan dengan gerak.

 Kehilangan yang berkaitan dengan pekerjaan. Perubahan dapat diawali

dengan masa pension. Meskipun tujuan ideal pension adalah agar para

lansia menikmati hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan

sebagai kehilangan penghasilan, jabatan, peran, kegiatan, dll.

 Perubahan dalam peran sosial di masyarakat. Berkurangnya fungsi indera,

gerak fisik, dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional pada lansia.

Tindakan untuk mengurangi fungsional pada lansia sebaiknya di cegah

dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan

masih sanggup, agar tidak merasa dipisahkan.

7
2.2. Konsep Tekanan Darah

1. Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.

Tekanan sistolik adalah tekanan darah pada saat terjadi kontraksi otot jantung.

Istilah ini secara khusus digunakan untuk meujuk pada tekanan arterial maksimum

saat terjadi kontraksi arterial maksimum saat terjadi kontraksi pada lobus

ventricular kiri dari jantung. Rentang waktu terjadi kontraksi disebut systole.

Tekanan diastole adalah tekanan darah pada saat jantung tidak sedang

berkontraksi atau beristirahat. Pada kurva denyut jantung tekanan diastole adalah

tekanan darah yang digambarkan pada rentang diantara grafik denyut jantung.

Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah dari sistem sirkulasi

atau sistem vaskuler terhadap dinding pembuluh darah (James,2008).

Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik

terhadap tekanan diastolik. Sebagai contoh, tekanan darah pada angka 120/80

menunjukan tekanan systole pada nilai 120 mmHg, dan tekanan diastole pada

nilai 80 mmHg. Nilai tekanan darah pada orang dewasa pada normalnya berkisar

antara 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80

(Smeltzer & Bare, 2001).

Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Tekanan

darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat

melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Bila tekanan darah

diketahui lebih tinggi dari biasanya secara berkelanjutan, orang itu dikatakan

mengalami masalah darah tinggi.

8
Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung atau tidak

langsung. Pada metode langsung, kateter arteri dimasukan kedalam arteri.

Walaupun hasilnya sangat tepat, akan tetapi metode pengukuran ini sangat

berbahaya dan dapat menimbulkan masalah kesehatan lain (Smeltzer & Bare,

2001). Bahaya yang dapat ditimbulkan saat pemasangan kateter arteri yaitu yeri

inflamasi pada lokasi penusukan, bekuan darah karena tertekuknya kateter,

perdarahan ekimosis bila jarum lepas dan tromboplebitis. Sedangkan pengukuran

tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer dan

stetoskop. sphygmomanometer tersusun atas manset yang dapat dikembangkan

dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan ringga dalam manset.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Tekanan darah manusia tidak konstan, namun dipengaruhi banyak faktor

secara kontinu sepanjang hari. Fakto-faktor yang mempengaruhi tekanan adarah

menurut Perry & Potter yaitu :

1) Usia

Tekanan darah akan meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Hal

tersebut berhubungan dengan berukuran elastisitas pembuluh darah arteri. Dinding

arteri akan semakin kaku, sehingga pertahanan pada arteri akan semakin besar dan

meningkatkan tekanan darah. Kemampuan jantung memompa darah keseluruh

tubuh menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan

menurunnya kontraksi dan volume kehilangan elastisitas pembuluh darah karena

kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigen.

9
2) Stress

Stress akan merangsang saraf simpatik dalam tubuh yang mengakibatkan

meningkatnya frekuensi darah.

3) Jenis Kelamin

Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah yang

terdapat pada laki-laki dan tekanan darah yang ada perempuan. Pada masa

pubertas, laki-laki cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi

dibandingkan dengan tekanan darah perempuan. Pada wanita setelah menopause

cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari pada laku-laki pada usia

tersebut.

3. Klasifikasi Tekanan Darah

Klasifikasi tekanan darah untuk orang dewasa


Kategori systolic, mmHg diastolic, mmHg
Hypotensi < 90 atau < 60
Normal 90 – 119 Dan 60 – 79
Prahipertensi 120 – 139 atau 80 – 89
Tahap 1 hipertensi 140 – 159 Atau 90 – 99
Tahap 2 hipertensi ≥ 160 or ≥ 100

Tabel diatas menunjukan klasifikasi tekanan darah yang berlaku bagi orang

dewasa berusia >18 tahun.

Kategori tekanan darah sistole dan diastole

 Normal : 120 mmHg – 130 mmHg

85 mmHg – 95 mmHg

Untuk lansia tekanan diastole 140 mmHg masih dianggap normal.

 Tingkat Hipertensi pada manusia

 Stadium 1 (Hipertensi ringan) : 90-99 mmHg dan 140-159 mmHg

10
 Stadium 2 (Hipertensi sedang) : 100-109 mmHg dan 160-179 mmHg

 Stadium 3 (Hipertensi berat) : 110-119 mmHg dan 180-209 mmHg

 Stadium 4 (Hipertensi maligna) : >120 mmHg atau >210 mmHg

Klasifikasi hipertensi menurut WHO berdasarkan diastilik,yaitu:

 Hipertensi derajat I : Jika tekanan diastoliknya 95-109 mmHg

 Hipertensi derajat II : Jika tekanan diastoliknya 110-119 mmHg

 Hipertensi derajat III : Jika tekanan diastolic >120 mmHg

4. Mengukur Tekanan Darah

Mengukur tekanan darah dapat dilakukan dengan menggunakan

sfigmanometer dan stetoskop yang dilakukan pada arteri brikialis yang diletakan

disiku. Bunyi detak jantung dapat di dengar pada arteri briakialis, tempat bunyi

pertama sebagai tekanan sistole dan diastole pada darah.

2.3. Konsep Dasar Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan

tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi

yangdibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang

membutuhkannya.

Berdasarkan JNC VII seorang dikatakan hipertensi apabila tekanan darah

sistolik > 140 mmHg dan diastolik > 90 mmHg. Menurut Rohaendi (2008), Pada

populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan

tekanan diastolik 90 mmHg.

11
2. Etiologi Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam.

Pada kebanyakan pasien, etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui (hipertensi

essensial atau hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan

tetapi dapat dikontrol. Kelompok lain dari populasi dengan persentase rendah

mempunyaipenyebab yang khusus, dikenal sebagai hipertensi sekunder. Banyak

penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun eksogen. Bila penyebab

hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapat

disembuhkan secara potensial.

Menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia

adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :

1. Elastisitas dinding aorta menurun;

2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku;

3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah

berumur 20 tahun, kemampuan jantung memompa darah menurun

menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya;

4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya

efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi;

5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

3. Klasifikasi Hipertensi

Menurut Shep (2005), Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya

terbagi menjadi dua, yaitu :

12
a. Hipertensi primer

Hipertensi primer disebut juga hipertensi esensial atau idiopatik adalah suatu

peningkatan persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan

mekanisme kontrol homeostatik normal. Hipertensi ini tidak diketahui

penyebabnya dan mencakup ± 90 % dari kasus hipertensi.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua

selain hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui sebagai akibat

dari penyakit lain dan menyangkut ± 10 % dari kasus hipertensi.

4. Gejala Klinis Hipertensi

Gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan

tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.

Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan

arteri tidak terukur.

b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi

nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala

terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita

hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas,

Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.

13
5. Faktor-Faktor Penyebab Hipertensi

a. Faktor yang tidak dapat diubah

Faktor-faktor yang tidak dapat diubah, yaitu:

1) Faktor genetik

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga

itu mempunyai resiko menderita hipertensi. Individu dengan orang tua yang

menderita hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita

hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat

hipertensi (Anggraini, Waren, Situmorang, Asputra, & Siahaan, 2003).

2) Faktor jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dan wanita sama, akan tetapi

wanita pramenopause (sebelum menopause) prevalensinya lebih terlindung

daripada pria pada usia yang sama. Wanita yang belum menopause dilindungi

oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density

Lipoprotein (HDL) yang merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya

proses terosklerosis yang dapat menyebabkan hipertensi (Price & Wilson, 2006).

Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon

estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan.

Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa

muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60%

penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan

hormon setelah menopause (Marliani, 2007).

14
3) Faktor usia

Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga

prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian

sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan

serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan

kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enampuluhan.

Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi.

b. Faktor yang dapat diubah

1) Obesitas

Pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori

sehingga mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas.

Itu sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia.

Kelompok lansia karena dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti

artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi (Rohendi, 2008).

2) Kurang olahraga

Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular,

karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan

menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi). Kurangnya aktivitas fisik menaikan

risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk.

3) Kebiasaan Merokok

Menurut Bowman (2007) dalam Anggraeni (2009) dalam Resiko merokok

berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap perhari, bukan pada lama merokok.

Seseorang yang merokok lebih dari satu pak rokok perhari menjadi dua kali lebih

15
rentan daripada mereka yang tidak merokok yang diduga penyebabnya adalah

pengaruh nikotin terhadap pelepasan katekolamin oleh sistem saraf otonom.

4) Mengkonsumsi garam berlebih

WHO merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi

risiko terjadinya hipertensi. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan

konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk

menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan

ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut

menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada

timbulnya hipertensi. (Wolff, 2008).

5) Minum alkohol

Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan

organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol berlebihan

termasuk salah satu faktor resiko hipertensi (Marliani, 2007).

6) Minum kopi

Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi

mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi

meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.

7) Stress

Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf

simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak

menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah

menetap tinggi.

16
2.4. Konsep Senam

1. Pengertian Senam

Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta

terencana yang dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud

meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut.

Dalam bahasa Inggris terdapat istilah exercise atau aerobic yang merupakan

suatu aktifitas fisik yang dapat memacu jantung dan peredaran darah serta

pernafasan yang dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga

menghasilkan perbaikan dan manfaat kepada tubuh. Senam berasal dari bahasa

yunani yaitu gymnastic (gymnos) yang berarti telanjang, dimana pada zaman

tersebut orang yang melakukan senam harus telanjang, dengan maksud agar

keleluasaan gerak dan pertumbuhan badan yang dilatih dapat terpantau

(Suroto,2004).

Senam merupakan bentuk latihan-latihan tubuh dan anggota tubuh untuk

mendapatkan kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak,

keseimbangan gerak, daya tahan, kesegaran jasmani dan stamina. Dalam latihan

senam semua anggota tubuh (otot-otot) mendapat suatu perlakuan. Otot-otot

tersebut adalah gross muscle (otot untuk melakukan tugas berat) dan fine muscle

(otot untuk melakukan tugas ringan).

Senam lansia yang dibuat oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga

(MENPORA) merupakan upaya peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia

yang jumlahnya semakin bertambah. Senam lansia sekarang sudah diberdayakan

17
diberbagai tempat seperti di panti wredha, posyandu, klinik kesehatan, dan

puskesmas. (Suroto, 2004).

Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak

memberatkan yang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu

tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap kuat,

memdorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas

yang berkeliaran di dalam tubuh. Jadi senam lansia adalah serangkaian gerak nada

yang teratur dan terarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang

dilakukan dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk

mencapai tujuan tersebut.

2. Manfaat Senam

Semua senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat untuk

menghambat proses degeneratif/penuaan. Senam ini sangat dianjurkan untuk

mereka yang memasuki usia pralansia (45 thn) dan usia lansia (65 thn ke atas).

Orang melakukan senam secara teratur akan mendapatkan kesegaran

jasmani yang baik yang terdiri dari unsur kekuatan otot, kelentukan persendian,

kelincahan gerak, keluwesan, cardiovascular fitness dan neuromuscular fitness.

Apabila orang melakukan senam, peredarah darah akan lancar dan

meningkatkan jumlah volume darah. Selain itu 20% darah terdapat di otak,

sehingga akan terjadi proses indorfin hingga terbentuk hormon norepinefrin yang

dapat menimbulkan rasa gembira, rasa sakit hilang, adiksi (kecanduan gerak) dan

menghilangkan depresi. Dengan mengikuti senam lansia efek minimalnya adalah

18
lansia merasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran

tetap segar.

Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan

fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh

manusia setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi

kecepatan denyut jantung waktu istirahat yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu

istirahat. Jadi supaya lebih bugar, kecepatan denyut jantung sewaktu istirahat

harus menurun.

Manfaat senam lainnya yaitu terjadi keseimbangan antara osteoblast dan

osteoclast. Apabila senam terhenti maka pembentukan osteoblast berkurang

sehingga pembentukan tulang berkurang dan dapat berakibat pada pengeroposan

tulang. Senam yang diiringi dengan latihan stretching dapat memberi efek otot

yang tetap kenyal karena ditengah-tengah serabut otot ada impuls saraf yang

dinamakan muscle spindle, bila otot diulur (recking) maka muscle spindle akan

bertahan atau mengatur sehingga terjadi tarik-menarik, akibatnya otot menjadi

kenyal. Orang yang melakukan stretching akan menambah cairan sinoval

sehingga persendian akan licin dan mencegah cedera (Suroto, 2004).

Olahraga yang bersifat aerobik seperti senam merupakan usaha-usaha yang

akan memberikan perbaikan pada fisik atau psikologis. Faktor fisiologi dan

metabolic yang dikalkulasi termasuk penambahan sel-sel darah merah dan enzim

fosforilase (proses masuknya gugus fosfat kedalam senyawa organik),

bertambahnya aliran darah sewaktu latihan, bertambahnya sel-sel otot yang

mengandung mioglobin dan mitokondria serta meningkatnya enzim-enzim untuk

19
proses oksigenasi jaringan (Kusmana, 2006). Sedangkan menurut Depkes (2003)

olahraga dapat memberi beberapa manfaat, yaitu: meningkatkan peredaran darah,

menambah kekuatan otot, dan merangsang pernafasan dalam. Selain itu dengan

olahraga dapat membantu pencernaan, menolong ginjal, membantu kelancaran

pembuangan bahan sisa, meningkatkan fungsi jaringan, menjernihkan dan

melenturkan kulit, merangsang kesegaran mental, membantu mempertahankan

berat badan, memberikan tidur nyenyak, memberikan kesegaran jasmani.

3. Gerakan Senam Lansia

Tahapan latihan kebugaran jasmani adalah rangkaian proses dalam setiap

latihan, meliputi pemanasan, kondisioning (inti), dan penenangan (pendinginan)

(Sumintarsih, 2006).

a. Pemanasan

Pemanasan dilakukan sebelum latihan. Pemanasan bertujuan menyiapkan

fungsi organ tubuh agar mampu menerima pembebanan yang lebih berat pada saat

latihan sebenarnya. Penanda bahwa tubuh siap menerima pembebanan antara lain

detak jantung telah mencapai 60% detak jantung maksimal, suhu tubuh naik 1ºC -

2ºC dan badan berkeringat. Pemanasan yang dilakukan dengan benar akan

mengurangi cidera atau kelelahan.

b. Kondisioning

Setelah pemansan cukup dilanjutkan tahap kondisioning atau gerakan inti

yakni melakukan berbagai rangkaian gerak dengan model latihan yang sesuai

dengan tujuan program latihan.

20
c. Penenangan

Penenangan merupakan periode yang sangat penting dan esensial. Tahap ini

bertujuan mengembalikan kodisi tubuh seperti sebelum berlatih dengan

melakukan serangkaian gerakan berupa stretching. Tahapan ini ditandai dengan

menurunnya frekuensi detak jantung, menurunnya suhu tubuh, dan semakin

berkurangnya keringat. Tahap ini juga bertujuan mengembalikan darah ke jantung

untuk reoksigenasi sehingga mencegah genangan darah diotot kaki dan tangan.

2.5. Senam Lansia

1) Pengertian

Senam merupakan suatu cabang olahraga yang melibatkan performa gerakan

yang membutuhkan kekuatan, kecepatan dan keserasian gerakan fisik yang

teratur. Bentuk modern dari senam ialah : Palang tak seimbang, balok

keseimbangan, senam lantai. Bentuk-bentuk tersebut konon berkembang dari

latihan yang digunakan oleh bangsa Yunani kuno untuk menaiki dan menuruni

seekor kuda dan pertunjukan sirkus.

Senam biasa digunakan orang untuk rekreasi, relaksasi atau menenangkan

pikiran, biasanya ada yang melakukannya di rumah, di tempat fitness, di

gymnasium maupun di sekolah. Sekarang, sejak kecil banyak anak sudah terbiasa

diajarkan senam, baik oleh orang tua, maupun oleh pengajar olahraga di sekolah.

Senam sangat penting untuk pembentukan kelenturan tubuh, yang menjadi arti

penting bagi kelangsungan hidup manusia. Senam ada berbagai macam,

diantaranya senam lantai, senam hamil, senam aerobik, senam pramuka, Senam

Kesegaran Jasmani (SKJ), dll. Biasanya di sekolah dasar, guru-guru mengajarkan

21
senam-senam yang mudah dicerna oleh murid, seperti SKJ dan senam pramuka.

Namun ketika beranjak remaja, banyak orang melakukan senam aerobik, ataupun

senam lain termasuk meditasi untuk menenangkan diri.

Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak memberatkan

yangditerapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap bugar dan

tetapsegar karena melatih tulang tetap kuat, memdorong jantung bekerja optimal dan

membantumenghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh.

2) Jenis-jenis senam lansia yang biasa diterapkan, meliputi :

 Senam kebugaran lansia

 Senam otak

 Senam osteoporosis

 Senam hipertensi

 Senam diabetes mellitus

 Olahraga rekreatif/jalan santai.

3) Manfaat senam lansia

1. Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia.

2. Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan

(adaptasi).

3. Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya

terhadap bertambahnya tuntutan, misalya sakit. Sebagai

4. Sebagai Rehabilitas Pada lanjut usia, senam lansia dapat mencegah atau

melambatkankehilangan fungsional

22
5. Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan

fungsi organtubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam

tubuh manusia setelahlatihan teratur

6. jantung waktu istirahath yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat.

4) Prinsip Senam lansia

1. Gerakannya bersifat dinamis (berubah-ubah).

2. Bersifat progresif (bertahap meningkat).

3. Adanya pemanasan dan pendinginan pada setiap latihan

4. Lama latihan berlangsung 15-60 menit

5. Frekuensi latihan perminggu minimal 3 kali dan optimal 5kali

5) Langkah –Langkah Senam Lansia

1. Latihan kepala dan leher

 Lihat keatas kemudian menunduk sampai dagu ke dada.

 Putar kepala dengan melihat bahu sebelah kanan lalu sebelah kiri.

 Miringkan kepala ke bahu sebelah kanan lalu kesebelah kiri.

2. Latihan bahu dan lengan

 Angkat kedua bahu ke atas mendekati telinga, kemudian turunkan kembali perlahan-

lahan.

 Tepukan kedua telapak tangan dan renggangkan lengan kedepan lurus dengan bahu.

 Pertahankan bahu tetap lurus dan kedua tangan bertepuk kemudian angkat lengan

keatas kepala.

 Satu tangan menyentuh bagian belakang dari leher kemudian raihlah punggung sejauh

mungkin yang dapat dicapai. Bergantian tangan kanan dan kiri.

23
 Letakan tangan di punggung kemudian coba meraih keatas sedapatnya.

3. Latihan tangan

 Letakan telapak tangan diatas meja. Lebarkan jari-jarinya dan tekan kemeja.

 Baliklah telapak tangan. Tariklah ibu jari melintasi permukaan telapak tangan untuk

menyentuh jari kelingking. Kemudian tarik kembali.

 Lanjutkan dengan menyentuh tiap-tiap jari dengan ibu jari dan kemudian setelah

menyentuh tiap jari.

 Kepalkan tangan sekuatnya kemudian renggangkan jari-jari selurus mungkin.

4. Latihan punggung

 Dengan tangan disamping bengkokan badan kesatu sisi kemudian kesisi yang lain.

 Letakan tangan dipinggang dan tekan kedua kaki, putar tubuh dengan melihat bahu

kekiri dan kekanan.

 Tepukan kedua tangan dibelakang dan regangkan kedua bahu ke belakang.

5. Latihan pernafasan

 Duduklah di kursi dengan punggung bersandar dan bahu relaks.

 Letakkan kedua telapak tangan pada tulang rusuk. Tarik nafas dalam-dalam maka terasa

dada mengambang.

 Sekarang keluarkan nafas perlahan-lahan sedapatnya. Terasa tanganakan

menutupkembali.

24
2.6. Aktivitas Lansia

Pada dasarnya pelayanan sosial lanjut usia (Lansia), selalu mengacu kepada

terpenuhinya kebutuhan lanjut usia (Lansia) yang meliputi kebutuhan biologis,

psikologis, sosial, intelektual dan spiritual serta kegiatan pengisian waktu luang.

Selain itu, dapat bermanfaat untuk memperpanjang usia harapan hidup dan

produktivitas lanjut usia serta terwujudnya kesejahteraan sosial lanjut usia yang

diliputi rasa tenang, tenteram, bahagia, dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang

Maha Esa.

Sampai sampai saat ini, pelayanan sistem Panti atau institusi masih menjadi

salah satu alternatif pelayanan lanjut usia, khususnya bagi lanjut usia yang kurang

mampu secara sosial ekonomi. Pelayanan sistem institusi dalam banyak hal

menjadi model pelayanan yang dapat diadopsi oleh keluarga dan masyarakat

dalam menyelenggarakan pelayanan social lanjut usia.

Disadari, bahwa kehidupan dalam institusi terkadang monoton dan rutinitas

sehingga membuat para lanjut usia merasa jenuh atau bosan tinggal dan hidup

selamanya di dalam Panti atau institusi. Kondisi tersebut sangat berpengaruh pada

upaya pengembangan bakat, minat dan potensi lanjut usia, maka oleh sebab itu

perlu diadakan berbagai kegiatan positip untuk mengisi waktu-waktu luang, dan

perlu dirancang berbagai kegiatan atau aktivitas yang sesuai dengan minat, bakat

dan kemampuan lanjut usia (lansia).

Besaran kegiatan pelayanan dalam Institusi biasanya berkisar pada :

1. Program Rutin, yaitu Program yang secara terus menerus diberikan

kepada Lanjut Usia, seperti : pelayanan makan dan minum, tempat

25
tinggal (asrama), pakaian, pemeriksaan kesehatan, bimbingan Agama,

bimbingan olah raga, bimbingan sosial kelompok dan perorangan

(Konseling), dan sebagainya hingga pada pelayanan Pemulasaran

(pemakaman jenazah).

2. Program atau kegiatan terobosan, yakni program pelayanan Lanjut Usia

yang dirancang di luar program rutin yang bertujuan untuk melengkapi

atau mendukung program rutin dimaksud, seperti : kegiatan pengisian

atau pemanfaatan waktu luang.

26
BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dengan

latihan olahraga secara teratur dapat meningkatkan fungsi tubuh terutama fungsi

jantung. Jantung yang merupakan salah satu organ vital tubuh sudah seharusnya

dijaga kesehatannya. Kerusakan pada jantung akan mempengaruhi semua sistem

tubuh. Sebagai contoh penyakit hipertensi, berawal dari hipertensi jika tidak

tertangani secara baik akan berakibat fatal salah satunya dapat menyebabkan

penyakit stroke yang dapat berakhir dengan kematian. Salah satu cara untuk

menjaga kesehatan jantung adalah dengan olahraga yang teratur. Olahraga ringan

yang mudah dilakukan adalah senam. Senam memiliki banyak manfaat

diantaranya adalah melancarkan peredaran darah dan meningkatkan jumlah

volume darah. Sehingga dengan melakukan senam secara teratur dapat

meminimalkan terjadinya penyakit jantung terutama hipertensi pada oang lansia.

3.2. Saran

Untuk mencapai tekanan darah normal, selain melakukan olahraga senam

secara rutin, beberapa hal di bawah ini juga perlu mendapat perhatian, yaitu:

 Jika kelebihan bobot badan, kurangilah

 Kurangi asupan natrium (sodium)

 Usahakan cukup asupan kalium (potasium)

 Batasi konsumsi alkohol

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Aji Subekti, Insan. 2012. Olahraga Bagi Usia Lanjut.


2. http://insanajisubekti.wordpress.com/2012/04/17/olahraga-bagi-usia-
lanjut/ ,
diakses 26 November 2013
3. Arumdita. 2010. Klasifikasi Tekanan Darah.
http://arumdita.blogspot.com/2010/01/klasifikasi-tekanan-darah.html ,
diakses 26 November 2013.
4. Departemen Kesehatan. 2012. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit
Hipertensi. Buku Saku.
http://www.binfar.depkes.go.id/bmsimages/1361338449.pdf ,
diakses 26 November 2013.
5. Fhajar Pranama, Vendyik. 2012. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan
Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi Di Desa Pomahan Kecamatan
Pulung Kabupaten Ponorogo, Karya Tulis, Universitas Muhammadiyah
Ponorogo.
http://lib.umpo.ac.id/gdl/files/disk1/5/jkptumpo-gdl-vendyikfha-233-1-
abstrak-i.pdf ,
diakses 21 November 2013.
6. Kadulli, Arnold. 2012. Proposal Hipertensi Pada Lansia.
http://arnoldkadulli12081991.blogspot.com/2012/11/proposal-hipertensi-
pada-lansia.html ,
diakses pada 26 November 2013.
7. Karya, Teguh. 2012. Olahraga Pada Lansia Pengidap
Hipertensi, http://teguhkarya277.blogspot.com/2012/03/v-
behaviorurldefaultvmlo_31.html , diakses 26 November 2013.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai