Anda di halaman 1dari 78

DOKUMENTASI

KEPERAWATAN PADA TATANAN KEPERAWATAN


LANSIA (GERONTIK)

Dosen Pengampu :

Ns. Desti Lismayanti, M.Kep

Disusun Oleh :

Alya Putri Nabila

Dhea Pany Mahera

Haisam Maulana

Mimin Cahyati

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

STIKES LENGGOGENI SEHATI INDONESIA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esayang telah
memberikan hikmah dan rahmatNya atas terselesaikannya penulisan makalah
lansia yang berjudul “Asuhan Kepeawatan Lansia ( Gerontik)” dalam
menyelesaikan makalah ini penulis memenuhi banyak kendala, namun atas kerja
sama dan bantuan dari beberapa pihak akhirnya kendala tersebut dapat teratasi.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karen itu kritik dan saran yang bersifat memebangun dari semua
pihak sangat diharapkan demi penyusunan makalah-makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Karawang, 19 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................2
1.3 Tujuan ............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................4
2.1 Konsep Lansia ................................................................................................4
2.1.1 Pengertian Lansia ....................................................................................4
2.1.2 Batasan Batasan Lanjut Usia ...................................................................4
2.1.3 Perubahan yang Terjadi Pada Lansia ......................................................5
2.1.4 Kebutuhan Dasar Lansia .........................................................................6
2.2 Konsep Gerontik ............................................................................................7
2.2.1 Definisi Keperawatan Gerontik ..............................................................7
2.2.2 Faktor Keperawatan Gerontik .................................................................7
2.2.3 Tujuan Keperawatan Geronik .................................................................8
2.2.4 Trend Issue Keperawan Gerontik ...........................................................9
2.2.5 Fungsi Kode Etik Keperawatan ............................................................10
2.3 Dokumentasi Asuhan Keperawatan .............................................................13
2.3.1 Pengertian Dokumentasi keperawatan ..................................................13
2.3.2 Dokumentasi Pengkajian Pada Lansia ..................................................15
2.3.3 Dokumentasi Diagnosa Keperawatan Pada Lansia ...............................22
2.3.4 Dokumentasi Rencana Keperawatan.....................................................25
2.3.5 Dokumentasi Implementasi Keperawatan ............................................26
2.3.6 Dokumentasi Evaluasi ...........................................................................27
FORMAT PENGKAJIAN GERONTIK ...........................................................28
BAB III PENUTUP ..............................................................................................73
3.1 Kesimpulan .................................................................................................73

ii
3.2 Saran ........................................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................74

iii
BAB I
PENDHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang dengan usia 65 Tahun atau lebih yang
terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit melainkan
suatu proses natural tubuh meliputi terjadinya perubahan deoxyribonucleic acid
(DNA). Ketidak normalan kromosom dan penurunana fugsi organ dalam tubuh.
Sekitar 65% dan lansia yang mengalami gangguan kesehatan, hidup hanya di
temani oleh seseorang yang mengingatkan maslah kesehatannya, 35 % hidup
sendiri. Secara individu, pengarauh proses menua dapat menimbulkan berbagai
macam masalah, baik masalah secara fisik, biologis, mental maupun masalah sosial
ekonomi.

Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2015, populasi


penduduk dunia yang berusia 60 tahun atau lebih, mencapai 900 juta jiwa. Dewasa
ini, terdapat 125 juta jiwa yang berusia 80 tahun atau lebih, pada tahun 2050,
diperkirakan mencapai 2 milliar jiwa di seluruh dunia. Akan ada hampir sebanyak
120 juta jiwa yang tinggal sendiri di Cina, dan 434 juta orang di kelompok usia ini
di seluruh dunia. Di kawasan Asia Tenggara populasi Lansia sebesar 8% atau
sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2000 jumlah Lansia sekitar 5,300,000 (7.4%) dari
total polulasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah Lansia 24,000,000 (9,77%) dari
total populasi, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai 28,800,000
(11,34%) dari total populasi (Departemen Kesehatan RI, 2013; WHO, 2015).

Dari sensus penduduk dunia, Indonesia mengalami peningkatan jumlah


lansia (60 tahun ke atas) dari 3,7% pada tahun 1960 hingga 9,7% pada tahun 2011.
Diperkirakan akan meningkat menjadi 11,34% pada tahun 2020 dan 25% pada
tahun 2050. Jumlah orang tua di Indonesia berada di peringkat keempat terbesar di
dunia setelah China, India, dan Amerika. Propinsi Jawa tengah adalah salah satu
propinsi yang mempunyai penduduk usia lanjut diatas jumlah lansia nasional yang
hanya 7,6% pada tahun 2000 dan dengan usia harapan hidup mencapai 64,9 tahun.

1
Secara kuantitatif kedua parameter tersebut lebih tinggi dari ukuran nasional (Kadar,
Francis, dan Sellick, 2012; Departemen Kesehatan, 2013)

Menurut Ambarwati (2014) semakin tua umur seseorang, maka akan


semakin menurun kemampuan fisiknya, hal ini dapat mengakibatkan kemunduran
pada peran sosialnya dan juga akan mengakibatkan gangguan dalam hal mencukupi
kebutuhan hidupnya. Meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan
orang lain dengan kata lain akan menurunkan tingkat kemandirian lansia tersebut.
Maslow (1962, dikutip oleh Ambarwati 2014) menyebutkan teori tentang hierarki
kebutuhan, tingkatan yang tertinggi (ke-5) adalah kebutuhan aktualisasi diri
(needfor self Actualization) yang terkait dengan tingkat kemandirian, kreatifitas,
kepercayaan diri dan mengenal serta memahami potensi diri sendiri.

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu yang ditujukan untuk


merawat masyarakat usia lanjut pada wilayah-wilayah tertentu, digerakkan oleh
masyarakat sendiri sehingga pelayanan kesehatan dapat mereka dapatkan. Program
yang beragam dari posyandu lansia tersebut seharusnya dapat memberikan manfaat
yang banyak bagi para lansia, tetapi dilihat dari data yang diperoleh bahwa
posyandu lansia ini tidak dimanfaatkan semaksimal mungkin, bahkan sekitar 22,6%
saja. Dengan mengikuti kegiatan di posyandu, maka akan sangat bermanfaat bagi
lansia untuk mencegah kepikunan karena sering berinteraksi dengan lansia (Dinas
Kesehatan RI, 2006; Istanti, 2014).

1. 2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan lansia?

2. Apa yang dimaksud dengan gerontik?

3. Bagaimanakah konsep teori lansia gerontik?

4. Bagaimanakah format pengkajian?

5. Bagaiman format asuhan keperawatan pada lansia gerontik?

6. Diagnosa apa saja yang muncul Pada lansia gerontik?

1.3 Tujuan

2
1. Untuk mengeetahui konsep teori keperawatan lansia

2. Untuk mengetahui konsep teori keperawatan gerontik

3. Untuk mengetahui definisi keperawatan gerontik

4. Untuk mengetahui fokus keperawatan gerontik

5. Untuk mengetahui tujuan keperawatan gerontik

6. Untuk mengetahui trend issue keperawatan gerontik

7. Untuk mengetahui fungsi perawat gerontik

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Lansia

2.1.1 Pengertian Lansia

Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang


telah memasuki usia 60 tahun keatas. I telah memasuki tahapan a kelompok umur
pada manusia yang dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia
ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan
menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya
tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian
misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan,
endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia
sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem
organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan
fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan
sosiallansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity of daily living
(Fatmah, 2010).

2.1.2 Batasan-batasan lanjut usia

Menurut World Health Organitation (WHO) lansia meliputi : 1) Usia


pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun 2) Lanjut usia (elderly)
antara usia 60 sampai 74 tahun 3) Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90
tahun 4) Usia sangat tua (very old) Menurut Departemen sehatan RI (2006)
pengelompokkan lansia menjadi: 1) Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia
lanjut yang menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun) 2) Usia lanjut dini
(senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut dini (usia 60-64
tahun) 3) Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif
(usia >65 tahun)

4
2.1.3 Perubahan yang terjadi pada lansia

Menurut Nugroho (2000), perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia


diantaranya adalah:

1. Perubahan fisik seperti perubahan sel, sistem pernafasan, sistem


pendengaran sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem respirasi,
sistem pencernaan, sistem endokrin, sistem integument, dan
muskuloskeletal.
2. Perubahan mental dipengaruhi beberapa faktor berawal dari perubahan fisik,
kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas), dan lingkungan.
Biasanya lansia akan menunjukkan perubahan mental pada memori
(kenangan) dimana kenangan jangka panjang lebih dominan dibandingkan
kenangan jangka EHA pendek. Intelegensi akan menurun dengan
bertambahnya usia seseorang. Beberapa perubahan seperti perkataan verbal,
berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan serta perubahan daya
imajinasi.
3. Perubahan psikososial seperti pensiun maka lansia akan mengalami
berbagai kehilangan yaitu kehilangan finansial, kehilangan status,
kehilangan teman atau relasi, dan kehilangan pekerjaan merasakan atau
sadar akan kematian (sense of awareness of mortality), kehilangan pasangan,
berpisah dari anak dan cucu. perubahan dalam cara hidup yaitu m kronis
dan ketidakmampuan. memasuki rumah perawatan, dan penyakit Melihat
proses penuaan dan perubahan yang terjadi pada lansia maka dapat
mempengaruhi pengetahuan dan memori lansia. Lansia akan mengalami
perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor (Christensen, 2006).

Perubahan kognitif yang terjadi pada lansia dapat dilihat dari penurunan
intelektual terutama pada tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang
memerlukan memori jangka pendek serta

terjadi perubahan pada daya fikir akibat dari penurunan sistem tubuh,
perubahan emosi, dan perubahan menilai sesuatu terhadap suatu objek tetentu

5
merupakan penurunan fungsi afektif. Sedangkan penurunan psikomotor dapat
dilihat dari keterbatasan lansia menganalisa informasi, mengambil keputusan, serta
melakukan suatu tindakan (Nugroho, 2000).

2.1.4 Kebutuhan Dasar Lansia

Kebutuhan lanjut usia adalah kebutuhan manusia pada umumnya, yaitu


kebutuhan makan, perlindungan makan, perlindungan perawatan, kesehatan dan
kebutuhan sosial dalam mengadakan hubungan dengan orang lai, hubungan antar
pribadi dengan keluarga, teman-teman sebaya dan hubungan dengan organisasi-
organisasi sosial, dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Kebutuhan utama, yaitu:

a) Kebutuhan fisiologis/biologis seperti, makanan yang bergizi, seksual,


pakaian, perumahan/tempat beribadah.
b) Kebutuhan ekonomi berupa penghasilan yang memadai.
c) Kebutuhan kesehatan fisik, mental, perawatan pengobatan.
d) Kebutuhan psikologis, berupa kasih sayang adanya tanggapan dari orang
lain. ketentraman, merasa berguna, memiliki jati diri, serta status yang jelas
e) Kebutuhan sosial, berupa peranan dalam hubungan-hubungan dengan orang
lain. hubungan pribadi dalam keluarga, teman-teman dengan organisasi-
organisasi sosial.

2. Kebutuhan sekunder, yaitu:

a) Kebutuhan dalam melakukan aktivitas.


b) Kebutuhan dalam mengisi waktu luang/rekreasi.
c) Kebutuhan yang, perlindungan hukum, politis, yaitu meliputi partisipasi dan
keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dan negara atau
pemerintah.
d) Kebutuhan yang bersifat kegamaan/spiritual, seperti memahami akan
makna keberadaan diri sendiri di dunia dan memahami hal-hal yang tidak
diketahui/diluar kehidupan termasuk kematian.

6
2.2 Konsep gerontik

2.2.1 Definisi Keperawatan Gerotik

Keperawatan gerontik adalah istilah yang diciptakan oleh Laurie Gunter dan
Carmen Estes pada tahun 1979 untuk menggambarkan bidang ini. Namun istiah
keperawatan sudah jarang ditemukan di literature (Ebersole et al, 2005). Gerontic
nursing berorientasi pada lansia, meliputi seni merawat dan menghibur. Istilah ini
belum diterima secara luas, tetapi beberapa orang memandang hal ini lebih spesifik.
Menuurut Nugroho (2006), Gerontik adalag segala sesuatu yang berhubungan
dengan lanjut usia denagn dengan segala permsalahan nya, baik dalam keadaan
sehat maupun sakit. Menurut para ahli istilah yang paling menggambarkan
keperawatan pada lansia adalah gerontologial nursing karena lebih menenkankan
pada kesehatan ketibang penyakit.

Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang


didassarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang bersifat konfresif terdiri
dari bio-psikososial-spiritual dan kultural yang holistic, ditujukan pada klien lanjut
usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelommpok dan
masyarakat (UU RI. NO.38 tahun 2014) penegrtian lain dari keperawatan gerontik
adalah praktek keperawatan yang berkaitan dengan penyakit proses menua (Kozier,
1987). Sedangkan menurut lueckerotte (2000) keperawatan gerontik adalah ilmu
yang mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokuus pada pengkajian
kesehatan dan setatus fungsuional, perencanaan, impelementasi, serta evaluasi

Berdasarkaan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa keperawtan


gerontik adalah suatu bentuk praktekkeprawattan profesional yang dijutukan pada
lansia baik sehat maupun sakit yang bersifat komprehensif terdiridari bo-psio-sosial
dan spritual dengan pendekataan proses keperawatan terdiri dari pengkajian,
diagnosis keperawaan, perencaan, pelaksaan dan evaluasi.

2.2.2 Faktor Keperwatan Gerontik

Ada beberapa fakrot untuk keperawatan gerontik yaitu :

7
a) Pening katan kesehatan (Health Promoton)
Upaya yang dilakukan adalah memelihara kesehtan fdan mengoptimalkan
kondsi lansia denan menjaga perilaku yang sehat. Contohnya adalah
memberikan pendidikan kesehatan tentang gizi seimbang pada lansia,
perilaku hidup bersih dan sehat serta manfaat olahraga.
b) Pencegahan Penykait (Prenvetif)
Upaya untuk mencegah terjadinya penyakit karena proses penuaan dengan
melakukan pemeriksaan secara berkala untuk mendeteksi sedini mungkin
terjadinya penyakit. Contohnya adalah pemeriksaan tekanan darah, gula
darah, kolesterol secara berkala, mejaga pola makan, contohnya makan tiga
kali sehari dengan jarak 6 jam, jumlah porsi makan tidak terlau banyak
mengandung karbohidrat (nasi, jagung, ubi) dan mengatur aktifitas dan
istirahat, misalnya tidur selama 6-8jam/.
c) Mengoptimalkan Fungsi Mental
Upaya yang dilakukan dengan bimbingan rohani, diberikan dengan ceramah
agama, sholat berjamaah, senam GLO (Gerak Latih Otak) dan melakukan
terapi aktivitas kelompok, misalnya mendengarkan music bersama lansia
lainnya dan menebak judul lagunya.
d) Mengatasi Gangguann Kesehatan Umum
Melakukan upaya kerjasama dengan tim medis untuk pengobatan pada
penyakit yang diderita lansia, terutama lansia yang memiliki resiko tinggi
terhadap penyakit, misalnya pada saat kegiatan posyandu lansia.

2.2.3 Tujuan Keperawatan Gerontik

Menurut maryam (2008) Tujuan keperawatan gerontik adalah memenuhi


kenyamanan lansia, mempertahankan funsi tubuh, Serta membantu lansia
menghadapi kematian dengn tenang dan damai melalui ilmu dan teknik
keperawatan gerontik.

Adapunjuga beberpa keperawatan gerontik, yaitu :

8
a. Lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dan
produktif
b. Mempertahankkan kesehatan serta kemampuan lansia seoptimal mungkin.
c. Membantu mempertahankan dan meningkatkan semangat hidup lansi (life
support)
d. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit (kronis
atau akut).
e. Memelihara kemandirian lansia yang sakit sooptimal mungkin.

2.2.4 Trend issue keperawatan gerontik

f. Beberapa trend issue pelayanan keperawatan pada lansia

a. Pengontrolan biaya pelayanan kesehatan

1. Diupayakan sesingkat mungkin di pelayanan kesehatan karena pergeseran


pelayanan dari RS ke rumah (home care).
2. Diperlukan perawat yang kompeten secara teknologi dan transcultural
3. Pemanfaatan caregiver atau pemberdayaan klien untuk bertanggung jawab
erhadap perawatan dirinya.

b. Perkembangan teknologi dan informasi

1. Data based pelayanan kesehatan komprehensif


2. Penggunaan computer-based untuk pencatatan klien
3. Pemberi pelayanan dapat mengakses informasi selama 24 jam.
4. Melalui internet dapat dilakukan pendidikan kesehatan pada klien atau
membuat perjanjian.

c. Peningkatan penggunaan terapi alternatif (terapi modalitas dan terapi


komplementer)

1. Banyak masyarakat yang memanfaatkan terapi alternatif tetapi tidak mampu


mengakses pelayanan kesehatan.

9
2. Dalam melaksanakan pendidikan kesehatan, perawat sebaiknya
mengintegrasikan terapi alternatif kedalam metode praktik pendidikan
kesehatan tersebut.
3. Perawat harus memahami terapi alternatif sehingga mampu memberikan
pelayananan atau informasi yang bermanfaat agar pelayanan menjadi lebih
baik.

d. Perubahan demografi

1. Pengembangan model pelayanan keperatan menjadi holistic model, yang


memandang manusia secara menyeluruh.
2. Perawat mempertimbangkan untuk melakukan praktik mandiri
3. Perawat harus kompeten dalam prkatik "home care".
4. Perawat memiliki pemahamam keperawatan transcultural (berbasi budaya)
sehingga efektif dalam memberikan pelayanan tipe self care.
5. Perawat melakukan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit dan
ketidak mampuan pada penduduk yang sudah lansia.
6. Perawat mampu melakukan proteksi kesehatan dengan deteksi dini dn
manajemen kesehatan secara tepat.
7. Mampu berkolaborasi dengan klien, anggota tim interdisipliner dalam
memberikan pelayanan.
8. Mampu mengembangkan peran advokasi

e. Community-based nursing care

1. Mampu berkolaborasi dalam tim untuk melakukan pelayanan kesehatan


pada lansia.
2. Mampu menggunakan ilmu dan teknologi untuk meningkatkan komunikasi
interdisiplin dengan tim dan klien
3. Mempunyai kemampuan dalam mengambil keputusan sesuai dengan kode
etik keperawatan

2.2.5 Fungsi kode etik keperawatan

10
Menurut Eliopoulus (2005), fungsi perawat gerontik adalah:

1. Guide persons of all ages toward a healthy aging process (membimbing


orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat)
2. Eliminate ageism (menghilangkan perasaan takut tua)
3. Respect the tight of older adults and ensure other do the same (menghormati
hak orang yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang
sama)
4. Overse and promote the quality of service delivery (memantau dan
mendorong kualitas pelayanan)
5. Notice and reduce risks to health and well being (memerhatikan serta
menguragi resiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan)
6. Teach and support caregives (mendidik dan mendorong pemberi pelayanan
kesehatan)
7. Open channels for continued growth (membuka kesempatan untuk
pertumbuhan selanjutnya)
8. Listen and support (mendengarkan dan member dukungan) Offer optimism,
encouragement and hope (memberikan semangat, dukungan, dan harapan)
9. Generate, support, use, and participate in research (menghasilkan,
mendukung, menggunakan, dan berpartisipasi dalam penelitian)
10. Implement restorative and rehabilitative measures (melakukan perawatan
restorative dan rehabilitative)
11. Coordinate and managed care (mengoordinasi dan mengatur perawatan)
12. Asses, plan, implement, and evaluate care in an individualized, holistic
maner (mengkaji,merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
perawatan individu dan perawatan secara menyeluruh)
13. Link service with needs (memberikan pelayanan sesuai kebutuhan)
14. Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality
(membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya)

11
15. Understand the unique physical, emotical, social, spiritual aspect of each
other (saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, social, dan
spiritual)
16. Recognize and encourage the appropriate management of ethical concern
(mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempatnya
bekerja)
17. Support and comfort through the dying process (memberikan dukungan dan
kenyamanan dalam menghadapi proses kematian)
18. .Educate to promote self care and optimal independence (mengajarkan
untuk meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal)
19. Support and comfort through the dying process (memberikan dukungan dan
kenyamanan dalam menghadapi proses kematian)
20. Educate to promote self care and optimal independence (mengajarkan untuk
meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal)

12
2.3 Dokumentasi Asuhan Keperawatan Lansia

2.3.1 Pengertian Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi secara umum merupakan suatu catatan otentik atau semua


warkat asli yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum.
Sedangkan dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan
yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk
kepentingan klien, perawat, dan tim kesehatan dalam memeberikan pelayanan
kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan
tanggung jawab perawat.

Dokumentasi keperawatan sangat penting bagi perawat dalam memberikan


asuhan keperawatan Dokumentasi ini penting karena pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada klien membutuhkan catatan dan pelaporan yang dapat digunakan
sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dari berbagai kemungkinan masalah
yang dialami klien baik masalah kepuasan maupun ketidak puasan terhadap
pelayanan yang diberikan. Dokumentasi keperawatan mempunyai beberapa
kegunaan bagi perawat dan klien antara lain:

a. Sebagai alat komunikasi

Dokumentasi dalam memberikan asuhan keperawatan yang terkoordinasi


dengan baik akan menghindari atau mencegah informasi yang berulang. Kesalahan
juga akan berkurang sehingga dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
Disamping itu. komunikasi juga dapat dilakukan secara efektif dan efisien

b. Sebagai mekanisme peratanggung gugatan

Standar dokumentasi memuat aturan atau ketentuan tentang pelaksanaan


pendokumentasian. Oleh karena itu, kualitas kebenaran standar pendokumentasian
akan mudah dipertanggung jawabkan dan dapat digunakan sebagai perlindungan
atas gugatan karena sudah memilki standar hukum.

c. Metode pengumpulan data

13
Dokumentasi dapat digunakan untuk melihat data-data pasien tentang
kemajuan atau perkembangan dari pasien secara objektif dan mendeteksi
kecendrungan yang mungkin terjadi. Dapat digunakan juga sebagai bahan
penelitian, karena data-datanya otentik dan dapat dibuktikan kebenarannya. Selain
itu, dokumentasi dapat digunakan sebagai data statistic.

d. Sarana pelayanan keperawatan secara individual

Tujuan ini merupakan integrasi dari berbagai aspek klien tentang kebutuhan
terhadap pelayanan keperawatan yang meliputi kebutuhan bio-psiko-sosial-
spiritual sehingga individu dapat merasakan manfaat dari pelayanan keperawatan.

e. Sarana evaluasi

Hasil akhir dari asuhan keperawatan yang telah didokumentasikan adalah


evaluasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan tindakan keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan.

e. Sarana meningkatkan kerja sama antar tim kesehatan

Melalui dokumentasi, tenaga dokter, ahli gizi, fisioterapi, dan tenaga


kesehatan. akan saling kerja sama dalam memberi tindakan yang berhubungan
dengan klien. Karena hanya lewat bukti-bukti otentik dari tindakan yang telah
dilaksanakan, kegiatan tersebut akan berjalan secara professional.

f. Sarana pendidikan lanjutan

Bukti yang telah ada menuntut adanya system pendidikan yang lebih baik
dan terarah sesuai dengan program yang diinginkan klien. Khusus bagi tenaga
perawat, bukti tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan
pendidikan lanjutan tentang layanan keperawatan

g. Digunakan sebagai audit pelayanan keperawatan

14
Dokumentasi berguna untuk memantau kualitas layanan keperawatan yang
telah diberikan sehubungan dengan kompetensi dalam melaksanakan asuhan
keperawatan

2.3.2 Dokumentasi Pengkajian Pada Lansia

Dokumentasi pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang


dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar
tentang klien, dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien.Pengkajian
adalah awal dari tahapan proses keperawatan. Dalam mengkaji, harus
memperhatikan data dasar pasien. Informasi yang didapat dari klien (sumber data
primer ), data yang didapat dari orang lain (data sekunder). catatan kesehatan klien
informasi atau laporan laboratorium, tes diagnostic, keluarga dan orang terdekat,
atau anggota tim kesehatan merupakan pengkajian data dasar, Pengumpulan data
menggunakan berbagai metode seperti observasi ( data yang dikumpulkan berasal
dari pengamatan), wawancara ( bertujuan mendapatkan respons dari klien dengan
cara tatap muka), konsultasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, ataupun
pemeriksaan tambahan. Manusia mempunyai respons terhadap masalah kesehatan
yang berbeda sehingga perawat harus mengkaji respons klien terhadap masalah
secara individual. Tujuan dokumentasi pengkajian adalah:

a. Untuk mengidentifikasi berbagai kebutuhan dan respons pasien terhadap


masalah yang dapat mempengaruhi perawatan

b. Untuk konsolidasi dan organisasi informasi yang didapat dianalisis dan


diidentifikasi

c. Untuk dapat dijadikan sebagai ukuran dalam mencapai mendapatkan informasi.


Dengan kata lain, dapat dijadikan sebagai rujukan untuk ukuran dan perubahan
kondisi pasien.

d. Untuk mengidentifikasi berbagai macam karakteristik serta kondisi pasien dan


respons yang akan mempengaruhi perencanaan perawatan.

15
e. Untuk menyediakan data yang cukup pada kebenaran hasil observasi terhadap
respons pasien.

f. Untuk menyediakan dasar pemikiran pada rencana keperawatan.

Jenis-jenis dokumentsi pengkajian yaitu:

a. Pengkajian Awal (Initial Assesment)

Pengkajian awal (intial assessment ), dilakukan ketika pasien masuk


kerumah sakit. Bentuk dokumentasi biasanya merujuk pada data dasar
perawatan.Selama pengkajian unum, perawat mengidentfikasi masalah kesehatan
yang dialami klien, dengan mengumpulkan data pengkajian baik umum maupun
khusus dapat memudahkan perencanaan perawat klien.

b. Pengkajian kontinu (Ongoing Assesment)

Pengkajian kontinu merupakan pengembangan data dasar, informasi yang


diperoleh dari pasien selama pengkajian awal daan informasi tambahan (berupa tes
diagnostic dan sumber lain) diperlukan untuk menegakkan data.

c. Pengkajian ulang (Reassesment)

Data pengkajian ulang merupkan pengkajian yang didapat dari informasi


selama evaluasi Pengkajian ulang berarti perawat mengevaluasi kemajuan data dari
masalah pasien atau pengembangan dari data dasar sebagai informasi tambahan dari
pasien.

Adapun kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual pada pasien lansia yaitu:

a. Kesehatan

Pada umumnya disepakati bahwa kebugaran dan kesehatan mulai menurun


pada usia setengah baya. Penyakit-penyakit degeneratif mulai menampakkan diri
pada usia ini. Namun demikian kenyataan menunjukkan bahwa kebugaran
dan kesehatan pada usia lanjut sangat bervariasi. Statistik menunjukkan bahwa usia

16
lanjut yang sakit-sakitan hanyalah sekitar 15-25%, makin tua tentu presentase ini
semakin besar.

Demikian pula usia lanjut yang tidak lagi dapat melakukan "aktivitas sehari-
hari" (Activities of Daily Living) hanya 5-15%, tergantung dari umur. Di samping
faktor keturunan dan lingkungan, nampaknya perilaku (hidup sehat) mempunyai
peran yang cukup besar. Perilaku hidup sehat harus dilakukan sebelum usia lanjut
(bahkan jauh- jauh sebelumnya). Perilaku hidup sehat, terutama adalah perilaku
individu, dilandasi oleh kesadaran, keimanan dan pengetahuan. Menjadi tua secara
sehat (normal ageing, healthy ageing) bukanlah satu kemustahilan, tapi sesuatu
yang bisa diusahakan dan diperjuangkan. Seyogyanya dianut paradigma, mencegah
dan mengendalikan faktor- faktor risiko sebaik mungkin, kemudian menunda
kesakitan dan cacat selama mungkin.

b. Sosial

Secara sosial seseorang yang memasuki usia lanjut juga akan mengalami
perubahan- perubahan. Perubahan ini akan lebih terasa bagi seseorang yang
menduduki jabatan atau pekerjaan formal. la akan merasa kehilangan semua
perlakuan yang selama ini didapatkannya seperti dihormati, diperhatikan dan
diperlukan. Bagi orang-orang yang tidak mempunyai waktu atau tidak merasa perlu
untuk bergaul di luar lingkungan pekerjaannya, perasaan kehilangan ini akan
berdampak pada semangatnya, suasana hatinya dan kesehatannya. Di dalam
keluarga, peranannya-pun mulai bergeser, Anak- anaksudah "jadi orang", mungkin
sudah punya rumah sendiri, tempat tinggalnya mungkinjauh. Rumah jadi sepi,
orangtua seperti tidak punya peran apa-apa lagi. Adapun teori kejiwaan social yaitu:

1) Aktivitas atau kegiatan (Activity Theory)

a) Ketentuan akan mengingatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara


langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah
mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan social

17
b) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut
usia

c) Mempertahankan hubungan antara system social dan individu agar tetap


stabil dari usia pertengahan kelanjut usia

2) Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Pada
teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia
dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya.

3) Teori Pembebasan ( Didengagement Theory)

Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran


individu oleh Cummning dan Henry 1961. Teori ini menyatakan bahwa dengan
bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan
pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi social usia lanjut
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan
ganda (triple loos) yakni:

a) Kehilangan peran (loss of role)

b) Hambatan kontak social (Restrustion of Contacts and Relationship)

c) Berkurangnya komitmen (reuced commitmen to social mores dan


values)

c.Psokososial

Memasuki usia lanjut mungkin sekali akan berdampak kepada penghasilan.


Bagi mereka yang menduduki jabatan formal, pegawai negeri atau ABRI, pension
menyebabkan penghasilan berkurang dan hilangnya fasilitas dan kemudahan
kemudahan Bagi para profesional, pensiun umumnya tidak terlalu menjadi masalah
karena masih tetap dapat berkarya setelah pensiun. Namun bagi "non profesional"

18
pensiun dapat menimbulkan goncangan ekonomi. Oleh karena itu, pensiun
seyogyanya dihadapi dengan persiapan-persiapan untuk alih profesi dengan latihan
latihan keterampilan dan menambah ilmu, baik dengan pengembangan hobi
maupun pendidikan formal. Bagi mereka yang mencari nafkah melalui sektor non
formal, seperti petani, pedagang dan sebagainya, memasuki usialanjut umumnya
tidak akan banyak berdampak pada penghasilannya, sejauh kebugarannya tidak
terlalu cepat mengalami kemunduran dan kesehatannya tidak terganggu.
Terganggunya kesehatan berdampak seperti pisau bermata dua. Pada sisi yang satu
menjadi kendala: Untuk mencari nafkah, pada sisi lain menambah beban
pengeluaran. Oleh karena itu, jaminan hari tua, asuransi kesehatan, tabungan, dan
sebagainya akan sangat membantu pada kondisi ini.

Adapun perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia yaitu nilai seseorang


sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan dengan peranan dalam
pekerjaan, bila seseorang pension (purna tugas) ia akan mengalami kehilangan
antara lain:

a. Kehilangan finansial (income berkurang)

b. Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi,


lengkap segala fasilitasnya)

c. Kehilangan teman/kenalan atau relasi

d. Kehilangan pekerjaan / kegiatan

d. Psikologi

Masalah-masalah kesehatan, sosial dan ekonomi, sendiri-sendiri atau


bersama- sama secara kumulatif dapat berdampak negatif secara psikologis. Hal-
hal tersebut dapat menjadi stresor, yang kalau tidak dicerna dengan baik akan
menimbulkan masalah atau menimbulkan stres dalam berbagai manifestasinya.
Sikap mental seseorang sendiri dapat menimbulkan masalah. Usia kronologis

19
memang tidak dapat dicegah, namun penuaan secara biologis dapat diperlambat.
Rambut yang memutih, kulit yang mulai keriput. langkah yang tidak lincah lagi dan
sebagainya, harus diterima dengan ikhlas. Namun janganlah penuaan secara
psikologis terjadi lebih cepat daripada usia kronologis. Untuk itu diperlukan sikap
mental yang positif terhadap proses penuaan. Menua tidak harus sakit-sakitan, juga
tidak harus loyo dan jompo.Kehidupan spiritual mempunyai peran yang sangat
penting. Seseorang yang mensyukuri nikmat umurnya, tentu akan memelihara
umurnya dan mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat, seperti kata sebuah hadis:
"sebaik-baik manusia adalah yang umurnya panjang dan baik amal perbuatannya".
Kalau mensyukuri nikmat sehat, maka akan memelihara kesehatan kita sebaik-
baiknya. Kalau silaturahmi itu memperpanjang umur, kita sebaiknya memelihara
kehidupan sosial selama mungkin.

e. Spiritual

Spiritualitas adalah hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha pencipta,
tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh individu.Spiritual adalah
kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang manusia dalam kehidupannya
tanpa memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan dasar tersebut meliputi:
kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, cinta kasih, dihargai dan
aktualitas diri. Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan Spiritual seseorang,
dimana berlimpah dengan kreativitas, intuisi, keceriaan, sukacita, kasih sayang,
kedamaian, toleransi, kerendahatian serta memiliki tujuan hidup yang jelas
(Maslow 1970, dikutip dari Prijosaksono, 2003). Spiritual adalah keyakinan dalam
hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta (Hamid, 1999).
Spiritual juga disebut sebagai sesuatu yang dirasakan tentang diri sendiri dan
hubungan dengan orang lain, yang dapat diwujudkan dengan sikap mencintai orang
lain, baik dan ramah terhadap orang lain, menghormati setiap orang untuk membuat
perasaan senang seseorang. Spiritual adalah kehidupan, tidak hanya doa, mengenal
dan mengakui Tuhan (Nelson, 2002). Menurut Mickley et al (1992) menguraikan

20
Spiritual sebagai suatu yang multidimensi yaitu dimensi eksitensial dan dimensi
agama.Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan
dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha
Kuasa. Spiritual sebagai konsep dua dimensi, dimensi vertikal sebagai hubungan
dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang,
sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan dengan diri sendiri, dengan orang.

a. Dimensi Spiritual Pada Pasien Lansia

Menurut Koezier & Wilkinson, 1993 cit Hamid, 2000, dimensi spiritual
adalah upaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia
luar. berjuang untuk menjawab atau mendapat kekuatan ketika sedang menghadapi
stres emosional, penyakit fisik atau kematian. kekuatan yang timbul diluar kekuatan
manusia. Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau
keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan
kekuatan ketika sedang menghadapi stress emosional, penyakit fisik, atau kematian.
Dimensi spiritual juga dapat menumbuhkan kekuatan yang timbul diluar kekuatan
manusia (Kozier, 2004).Spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu
dimensi eksistensial dan dimensi agama. Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan
dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan
seseorang dengan Tuhan Yang Maha Penguasa Spirituailitas sebagai konsep dua
dimensi. Dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi
yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal adalah
hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan.
Terdapat hubungan yang terus menerus antara dua dimensi tersebut (Hawari, 2002).

b. Perkembangan Spiritual Pada Pasien Lansia

Kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu


untuk kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti agama dan berusaha untuk
mengerti nilai-nilai agama yang diyakini oleh generasi muda. Perasaan kehilangan
karena pensiun dan tidak aktif serta menghadapi kematian orang lain (saudara,
sahabat) menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri.Perkembangan filosofis

21
agama yang lebih matang sering dapat membantu orang tua untuk menghadapi
kenyataan. berperan aktif dalam kehidupan dan merasa berharga serta
lebih dapat menerima kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak atau
dihindarkan (Hamid, 2000). Mubarak et al (2006),perkembangan spiritual yang
terjadi pada lanjut usia antara lain.

1) Agama kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupan

2) Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini


terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari. Perkembangan
spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler: universalizing,
perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak
dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan.

2.3.3 Dokumentasi Diagnosa Keperawatan Pada Lansia

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seorang, keluarga,


atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
actual dan potensial (NANDA, 1990), Diaognose keperawatan memberikan dasar
pemilihan intervensi yang menjadi tanggung gugat perawat. Perumusan diagnose
keperawatan adalah bagaimana diagnose keperawatan digunakan dalam proses
pemecahan masalah. Melalui identifikasi. dapat digambarkan berbagai masalah
keperawatan yang membutuhkan asuhan keperawatan. Disamping itu, dengan
menentukan atau menyelidiki etiologi masalah, akan dapat dijumpai factor yang
menjadi kendala atau penyebab. Dengan menggambarkan tanda dan gejala, akan
memperkuat masalah yang ada. Dokumentasi keperawatan merupakan catatan
tentang penilaian klinis dari respons individu, keluarga, atau komunitas terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan baik actual maupun potensial.

a. Kategori Diagnosa Keperawatan Untuk memudahkan dalam


mendokumentasikan proses keperawatan, harus diketahui beberapa tipe diagnose
keperawatan. Tipe diagnose keperawatan meliputi tipe actual, risiko, kemungkinan,
sehat dan sejahtera, dan sindroma.

22
1) Diagnose keperawatan actual

Diagnose keperawatan actual menurut NANDA adalah menyajikan


keadaan klinis yang telah divalidasikan melalui batasan karakteristik mayor
yang diidentifikasi. Diagnose keperawatan actual memiliki empat
komponen diantaranya: label, definisi, batasan karakterstik, dan factor yang
berhubungan Label merupakan deskripsi tentang definisi diagnose dan
batasan karakterstik (Gordon, 1990), Definisi menekankan pada
kejelasan, arti yang tepat untuk diagnose, batasun karakterstik menentukan
karakteristik yang mengacu pada petunjuk, klinis, tanda subjektif, dan
objektif. Batasan ini juga mengacu pada diagnose keperawatan, yang terdiri
dari batasan mayor dan minor. Factor yang berhubungan merupakan
etiologi atau factor penunjang Factor ini dapat mempengaruhi perubahan
status kesehatan. Factor yang berhubungan terdiri dari empat komponen
yaitu:

a) Patofisiologis (biologis atau psikologis)

b) Tindakan yang berhubungan

c) Situasional (lingkungan, personal)

d) Maturasional Penulisan rumusan ini adalah PES (Problem +


etiologi+symtoms).

2) Diagnosa keperawatan risiko atau risiko tinggi

Menurut NANDA, diagnosa keperawatan risiko adalah


keputusan klinis tentang individu, keluarga, atau komunitas yang sangat
rentan untuk mengalami masalah dibanding individu atau kelompok lain
pada situasi yang sama atau hampir sama Diagnosa keperawatan ini
mengganti istilah diagnosa keperawatan potensial dengan menggunakan "
risiko terhadap atau risiko tinggi terhadap ". validasi untuk menunjang
diagnosa risiko tinggi adalah factor risiko yang meperlihatkan keadaan
dimana kerentanan meningkat terhadap klien atau kelompok dan tidak

23
menggunakan batasan karakteristik. Penulisan rumusan diagnosa
keperawatan risiko tinggi adalah PE (problem+etiologi)

3) Diagnosa keperawatan sejahtera

Menurut NANDA, diagnosa keperawatan sejahtera adalah


ketentuan klinis mengenai individu, kelompok, atau masyarakat dalam
transisi dari tingkat kesehatan khusus ke tingkat kesehatan yang lebih baik.
Cara pembuatan diagnosa ini menggabungkan pernyataan fungsi positif
dalam masing-masing pola kesehatan fungsional sebagai alat pengkajian
yang di sahkan Dalam menentukan diagnosa keperawatan sejahtera
menunjukkan terjadi peningkatan fungsi kesehatan menjadi fungsi yang
positif. Contoh penulisan diagnosa keperawatan sejahtera : Perilaku
mencari bantuan kesehatan yang berhubungan dengan kurang pengatahuan
tentang peran sebagai orang baru (linda jual carpenito, 1995)

Dalam melakukan pencatatan diagnosa keperawatan digunakan


pedoman dokumentasi yaitu:

1) Gunakan format PES untuk semua masalah actual dan PE untuk


masalah resiko

2) Catat diagnosa keperawatan yang dibuat risiko dan risiko tinggi ke


dalam masalah atau format diagnosa keperawatan

3) Gunakan istilah diagnosa keperawatan yang dibuat dari daftar NANDA


4) Mulai pemyataan diagnosa keperawatan dengan mengidentifikasi
informasi tentang data untuk diagnosa

5) Masukan pernyataan diagnosa keperawatan kedalam daftar masalah

6) Hubungkan setiap diagnosa keperawatan ketika menemukan masalah


keperawatan

7) Gunakan diagnosa keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian,


perencanaan, intervensi, dan evaluasi

24
2.3.4 Dokumentasi Rencama Keperawatan

Dokumentasi rencana keperawatan merupakan catatan tentang penyusunan


" rencana tindakan keperawatan" yang akan dilakukan. Hal ini dilakukan untuk
menanggulangi masalah dengan cara mencegah, mengurangi, dan menghilangkan
masalah. Selain itu, untuk memberikan kesempatan pada perawat, klien, keluarga,
serta orang terdekat dalam merumuskan rencana tindakan Perencanaan adalah
bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan yang meliputi tujuan
perawatan, penetapkan pemecahan masalah, dan menentukan tujuan perencanaan
untuk mengatasi masalah pasien. Tujuan rencana keperawatan:

a. Konsolidasi dan organisasi informasi pasien sebagai sumber


dokumentasi f. Sebagai alat komunikasi antara perawat dank lien

b. Sebagai alat komunikasi antar anggota tim kesehatan

c. Langkah dari proses keperawatan (pengkajian, perencanaan,


pelaksanaan, dan evaluasi) yang merupakan rangkaian yang tidak dapat
dipisahkan

Terdapat dua tipe dokumentasi rencana keperawatan menurut fischbach


yaitu:

a. Rencana perawatan yang dirancang secara tradisional

Tipe dokumentasi rencana keperawatan ini menggunakan tiga pendekatan


yaitu diagnosa keperawatan, kriteria hasil, dan intervensi keperawatan atau
instruksi perawatan

b. Rencana perawatan standar

Tipe dokumentasi rencana keperawatan ini menggunakan standar praktik

keperawatan dalam pendokumentasian yaitu:

25
1) Rencana perawatan di cetak berdasarkan diagnosa medic atau prosedur
khusus seperti prosedur katerisasi jantung, pembedahan, dan lain-lain. Tipe ini
mengantisipasi respon terhadap prosedur yang dilakukan

2) Rencana perawatan dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan. Hal ini


digunakan berdasarkan pengkajian pasien yang mendukung diagnosa
perawatan. Kemudian perawat menuliskan secara lengkap etiologi dan masalah

3) Rencana perawatan dibuat dengan menggunakan standar computer. Perawat


dapat menyeleksi masalah klien dari menu yang terdapat dalam computer.
Dokumentasi Implementasi Pada Lansia

2.3.5 Dokumentasi implementasi Pada Lansia

Dokumentasi merupakan catatan tentang tindakan yang diberikan oleh


perawat Dokumentasi intervensi mencatat pelaksanaan rencana perawatan,
pemenuhan kriteria hasil dari tindakan keperawatan mandiri, dan tindakan
kolaboratif.

Tindakan keperawatan mandiri merupakan tindakan yang dilakukan


perawat tanpa pesanan dokter. Tindakan ini telah ditetapkan oleh standar praktik
keperawatan. Intervensi keperawatan mencakup mengkaji klien, mencatat respons
klien terhadap tindakan. melaporkan status klien kepetugas jaga berikutnya, dan
mencatat respons klien terhadap asuhan keperawatan Selain itu perawat
mengajarkan klien untuk mengubah posisi tidur, melakukan rentang gerak,
mengkaji status fisik klien, dan mengkaji aktivitas hisup sehari- hari. Tindakan
kolaboratif adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat yang bekerja sama dengan
anggota tim kesehatan lainnya untuk mengatasi masalah klien.

Tindakan ini mencakup membahas perencanaan pulang, membahas respons


pasien, merujuk klien keterapi okupasi, memberi obat-obat nyeri sesuai dengan
pesanan dokter.

Intervensi keperawatan ( tindakan atau implementasi ) merupakan bagian


dari proses keperawatan. Tujuan intervensi adalah mengatasi masalah yang terjadi

26
pada manusia.Intervensi keperawatan dicatat untuk mengkomunikasikan rencana
perawatan. mencapai tujuan, dilakukan intervensi yang tepat sesuai dengan masalah,
serta tetap melakukan pengkajian untuk evaluasi efektif terhadap perawatan.

2.3.6 Dokumentasi Evaluasi

Dokumentasi evaluasi merupakan catatan tentang indikasi kemajuan pasien


terhadap tujuan yang dicapai.Evaluasi bertujuan untuk menilai keefektifan
perawatan dan untuk mengkomunikasikan status pasien dari hasil tindakan
keperawatan. Evaluasi memberikan informasi, sehingga memungkinkan revisi
perawatan

Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi


menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah
direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria
hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan Pernyataan evaluasi terdiri dari dua
komponen yaitu data yang tercatat yang menyatakan status kesehatan sekarang dan
pernyataan konklusi yang menyatakan efek dari tindakan yang diberikan pada
pasien.

Terdapat dua tipe dokumentasi evaluasi yaitu evaluasi formatif yang


menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan
respons segera dan evaluasi sumatif yang merupakan rekapitulasi dari hasil
observasi dan analisis status pasien pada waktu tertentu. Untuk dokumentasi
evaluasi yang memenuhi standar, dibutuhkan keterampilan dan pengetahuan
aplikasi prinsip ukuran dan proses evaluasi. Proses ini kemungkinan hanya dipakai
jika tujum dapat di ukur, kepekaan pada pasien tentang kemampuan mencapai
status tujuan, kesadaran tentang factor lingkungan, social dan system pendukung
memadai. Disamping itu, evaluasi juga digunakan sebagai alat ukur suatu tujuan
yang mempunyai kriteria tertentu yang membuktikan apakah tujuan tercapai, tidak
tercapai, atau tercapai sebagian.

27
FORMAT PENGKAJIAN GERONTIK (INDIVIDU)

DEPARTEMEN KEPERAWATAN GERONTIK

A. DATA BIOGRAFI

Nama :

Alamat :

Umur :

Jenis Kelamin

(1) Laki – laki (2) Perempuan

Umur

(1) Middle (2) Elderly (3) Old (4) Very Old

Status

(1) Menikah (2) Tidak menikah (3) Janda (4) Duda

Agama

(1) Islam (2) Protestan (3) Hindu (4) Duda

Suku

(1) Jawa (2) Madura (3) Lain-lain, sebutkan............................

Tingkat Pendidikan

(1) Tidak tamat SD (2) Tamat SD (3) SMP (4) SMU

(5) PT (6) Buta huruf

Lama tinggal di panti

(1) < 1 tahun (2) 1-3 tahun (3) > 3 tahun

28
Sumber pendapatan

(1) Ada, jelaskan.............................................................

(2) Tidak, jelaskan..........................................................

Keluarga yang dapat dihubungi

(1) Ada, ..........................................................................

(2) Tidak, .......................................................................

Riwayat pekerjaan : ........................................................

RIWAYAT KELUARGA

Genogram :

Keterangan :

B. RIWAYAT REKREASI

Hobi /
Minat :....................................................................................................................

Keanggotaan
Organisasi :...................................................................................................

Liburan /
Perjalanan :.................................................................................................................
....................................................................................................................................
.

C. RIWAYAT KESEHATAN

Keluhan yang dirasakan saat ini : (1) Nyeri dada (2) Pusing (3) Batuk (4) Panas
(5) Sesak (6) Diare (7) Gatal (8) Jantung berdebar (9) Nyeri sendi (10)
Penglihatan kabur

29
Apa keluhan yang paling sering dirasakan dalam tiga bulan terakhir :

(1) Nyeri dada (2) Pusing (3) Batuk (4) Panas (5) Sesak (7) Diare (7) Gatal (8)
Jantung berdebar (9) Nyeri sendi (10) Penglihatan kabur

Penyakit yang diderita dalam tiga tahun terakhir :

(1) Sesak nafas (2) Nyeri sendi/ rematik (3) Diare (4) Penyakit kulit (5) Jantung

(6) Mata (7) DM

Tanda – tanda vital dan status gizi :

(1) Suhu :

(2) Tekanan darah :

(3) Nadi :

(4) Respirasi :

(5) Berat badan :

(6) Tinggi badan :

Pengkajian Head to Toe:

Kepala

Kebersihan : Kotor /Bersih

Kerontokan rambut :Ya / Tidak

Keluhan :Ya / Tidak

Jika Ya
jelaskan :.....................................................................................................................
....................................................................................................................................
..

30
Mata

Konjungtiva : anemis / tidak

Sklera : ikterik /tidak

Starbismus : ya / tidak

Penglihatan : kabur / tidak

Penggunaan kacamata : ya /tidak

Peradangan : ya / tidak

Riwayat katarak : ya / tidak

Keluhan : ya / tidak

Jika ya, jelaskan:

...................................................................................................................

Hidung

Bentuk :simetris / tidak

Peradangan : ya / tidak

Penciuman : terganggu / tidak

Jika ya,
jelaskan :..................................................................................................................

Mulut dan Tenggorokan

Kebersihan : baik / tidak

Mukosa : kering / lembab

Peradangan / stomatitis : ya / tidak

31
Gigi : karies / tidak, ompong / tidak

Radang gusi : ya / tidak

Kesulitan mengunyah : ya / tidak

Kesulitan menelan :

Telinga

Kebersihan : bersih / tidak

Peradangan : ya / tidak

Pendengaran : terganggu / tidak

Jika terganggu,
jelaskan :...............................................................................................

Keluhan lain : ya / tidak Jika ya,


jelaskan :...........................................................................................................

Leher

Pembesaran kelenjar tiroid : ya / tidak

Kaku kuduk : ya / tidak

Dada

Bentuk dada : normal chest / barrel chest / pigeon chest / lainnya

Retraksi : ya / tidak

Wheezing : ya / tidak

Rhonchi : ya / tidak

Suara jantung tambahan : ada / tidak

Abdomen

32
Bentuk : Distend / flat / lainnya

Nyeri tekan : ya / tidak

Kembung : ya / tidak

Bising usus : ada / tidak, frekuensi : kali/menit

Massa : ya / tidak, regio

Genetalia

Kebersihan : baik/tidak

Haemoroid : ya/tidak

Hernia : ya/tidak

Ekstremitas

Kekuatan otot : Skala (1-5)

Kekuatan otot :

0 : Lumpuh

1 : Ada kontraksi

2 : Melawan grafitasi

3 : Melawan grafitasi tapi tidak ada tahanan

4 : Melawan grafitasi dengan tahanan sedikit

5 : Melawan grafitasi dengan kekuatan penuh

Postur tubuh : skoliosis/lordosis/tegap (normal)

Rentang gerak : maksimal/terbatas

Deformitas : ya/tidak, jelaskan ...........................................

Tremor : ya/tidak

33
Edema kaki : ya/tidak, pitting edema/tidak

Penggunaan alat bantu : ya/tidak, jenis..........................................

Refleks Kanan Kiri

Biceps

Triceps

Knee

Achiles

Keterangan:

Refleks (+) : normal

Refleks (-) : menurun/meningkat

Integumen

Kebersihan : baik/tidak

Warna : pucat / tidak

Kelembaban : kering/lembab

Gangguan pd kulit : ya/tidak,

jelaskan.................................................................................

PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

Hubungan dengan orang lain dalam wisma:

(1) Tidak dikenal

34
(2) Sebatas kenal

(3) Mampu berinteraksi

(4) Mampu kerjasama

Hubungan dengan orang lain diluar wisma didalam panti:

(1) Tidak dikenal

(2) Sebatas kenal

(3) Mampu berinteraksi

(4) Mampu kerjasama

Kebiasaan lansia berinteraksi ke wisma didalam panti :

(1) Selalu

(2) Sering

(3) Jarang

(4) Tidak pernah

Stabilitas emosi :

(1) Labil

(2) Stabil

(3) Iritabel

(4) Datar

35
Jelaskan:.....................................................................................................................

Motivasi penghuni panti :

(1) Kemampuan sendiri

(2) Terpaksa

Frekwensi kunjungan keluarga :

(1) 1 kali/bulan

(2) 2 kali/bulan

(3) Tidak pernah

PENGKAJIAN PERILAKU TERHADAP KESEHATAN

Kebiasaan merokok

(1) > 3 batang

(2) < 3 batang

(3) Tidak merokok

Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

Frekuensi makan

(1) 1 kali sehari

(2) 2 kali sehari

36
(3) 3 kali sehari

(4) Tidak teratur

Jumlah makanan yang dihabiskan :

(1) 1 porsi habis

(2) ½ porsi yang dihabiskan

(3) < ½ porsi yang dihabiskan

(4) Lain lain

Makanan tambahan:

(1) Dihabiskan

(2) Tidak dihabiskan

(3) Kadang – kadang dihabiskan

Pola Pemenuhan Cairan

(1) < 3 gelas sehari

(2) > 3 gelas sehari

Jenis minuman : (1) Air putih (2) Teh (3) Kopi (4) Susu (5) Lainnya.....

Pola Kebiasaan Tidur

37
Jumlah waktu tidur

(1) < 4 jam

(2) 4 – 6 jam

(3) > 6 Jam

Gangguan tidur berupa:

(1) Insomnia

(2) Sering terbangun

(3) Sulit mengawali

(4) Tidak ada gangguan

Penggunaan waktu luang

(1) Santai

(2) Diam saja

(3) Ketrampilan

(4) Kegiatan keagamaan

Pola Eliminasi BAB

Frekuensi BAB

(1) 1 Kali sehari

(2) 2 Kali sehari

38
(3) Lainnya........................................

Konsistensi

(1) Encer

(2) Keras

(3) Lembek

Gangguan BAB

(1) Inkontinensia alvi

(2) Konstipasi

(3) Diare

(4) Tidak ada

Pola BAK

Frekwensi BAK

(1) 1-3 kali sehari

(2) 4-6 kali sehari

(3) > 6 kali sehari

Warna urine

(1) Kuning jernih

39
(2) Putih Jernih

(3) Kuning keruh

Gangguan BAK

(1) Inkontinensia urine

(2) Retensi urin

(3) Lainnya........

Pola Aktifitas

Kegiatan produktif lansia yang sering dilakukan:

(1) Membantu kegiatan dapur

(2) Berkebun

(3) Pekerjaan rumah tangga

(4) Ketrampilan tangan

Pola Pemenuhan Kebersihan Diri

Mandi

(1) 1 kali sehari

(2) 2 kali sehari

(3) 3 kali sehari

(4) < 1 kali sehari

40
Memakai sabun

(1) Ya

(2) Tidak

Sikat gigi

(1) 1 kali sehari

(2) 2 kali sehari

(3) Tidak pernah, alasan.....................

Menggunakan pasta gigi

(1) Ya

(2) Tidak

Kebiasaan berganti pakaian

(1) 1 kali sehari

(2) > 1 kali sehari

(3) Tidak ganti

DATA PENUNJANG

1.
Laboratorium:………………………………………………………………………

41
………………………………………………………………………………………
………………

2. Radiologi :

……………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………………
………..

3.
EKG : ………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

……

4.
USG : ………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………...………

5. CT – Scan :

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………
………...

6.Obat-Obatan:

……………………………………………………………………………...

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………

42
INDEKS KATZ

(Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan Sehari-hari)

========================================================

A. Nama Klien : ………………………. Tanggal :…………………

Jenis Kelamin : L / P Umur : ……tahun TB / BB : Cm / Kg

Agama : ……………. Suku : ………………… Gol Darah :

Tahun Pendidikan : …………SD, ………..SLTP, ………..SLTA, …….….PT

Alamat : ………………………………………………………………

Skore Kriteria

A Kemandirian dalam hal makan, kontinen,


berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan
mandi.

B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup


sehari-hari, kecuali satu dari fungsi tersebut.

C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup


sehari-hari, kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan.

D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup


sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian dan satu
fungsi tambahan.

43
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup
sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian, kekamar
kecil dan satu fungsi tambahan.

F Kemandirian dalam semua aktivitas hidup


sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.

G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut.

Lain-lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi


tidak dapat diklasifikasikan sebagai C, D, E atau
F.

PENGKAJIAN KEMAMPUAN INTELEKTUAL

Menggunakan SPMSQ (Short Portable Mental Status Quesioner)

Ajukan beberapa pertanyaan pada daftar dibawah ini:

No Pertanyaan Jawaban Benar Salah

1 Tanggal berapa hari ini ?

2 Hari apa sekarang ?

3 Apa nama tempat ini ?

4 Dimana alamat anda ?

5 Berapa umur anda ?

44
6 Kapan anda lahir ?

7 Siapa presiden
indonesia ?

8 Siapa preseiden
indonesia sebelumnya ?

9 Siapa nama ibu anda ?

10 Kurang 3 dari 20 dan


tetap

perngurangan 3 dari
setiap angka baru, secara
menurun ?

JUMLAH

Interpretasi:

Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh

Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan

Salah 6 – 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang

Salah 9 – 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat

PENGKAJIAN KEMAMPUAN ASPEK KOGNITIF

Menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam)

45
No Aspek Kognitif Nilai Maks Nilai Klien Kriteria

1 Orientasi 3 Menyebutkan dengan


benar :

Tahun :

Musim :

Tanggal :

Hari :

Bulan :

2 Orientasi 3 Dimana sekarang kita


berada ?

Negara :

Propinsi :

Kabupaten / Kota :

Panti :

Wisma :

3 Registrasi 5 Sebutkan 3 nama objek


(misal : kursi, meja,
kertas), kemudian
ditanyakan kepada
klien, menjawab :

1. Kursi

2. Meja

46
3. Kertas

4 Perhatian dan kalkulasi 3 Meminta klien


berhitung mulai dari
100 kemudian kurang
7 sampai 5 tingkat.

Jawaban :

1. 93

2. 86

3. 79

4. 72

5. 65

5 Mengingat 9 Minta klien untuk


mengulangi ketiga

objek pada point ke-2


(tiap poin nilai 1)

6 Bahasa 3 Menanyakan pada


klien tentang benda

(sambil menunjukkan
benda tersebut) (point
2)

47
Minta klien untuk
mengulang kata

berikut (point 3):

(tidak ada jika, dan,


atau tetapi)

Minta klien untuk


mengikuti perintah

berikut yang terdiri 3


langkah.

Ambil kertas ditangan


anda, lipat dua dan
taruh dilantai.(point 3)

1.

2.

3.

Perintahkan pada klien


untuk hal berikut ”
Tutup mata anda” (bila

aktifitas sesuai nilai 1


point)

Total nilai 30

48
Interpretasi hasil :

24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif

18 – 23 : Gangguan kognitif sedang

0 – 17 : Gangguan kognitif berat

49
INVENTARIS DEPRESI BECK

Untuk Mengetahui Tingkat Depresi Lansia Dari Beck & Deck (1972)

========================================================

Nama Klien : ………………………. Tanggal :…………………

Jenis Kelamin : L / P Umur : ……tahun TB / BB: Cm / Kg

Agama : ……………. Suku : ………………… Gol Darah :

Tahun Pendidikan : …………SD, ………..SLTP, ………..SLTA, …….….PT

Alamat : ………………………………………………………………

Skore Uraian

A. Kesedihan

3 Saya sangat sedih /tidak bahagia dimana saya takdapat


menghadapinya.

2 Saya galau / sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar
darinya.

1 Saya merasa sedih atau galau.

0 Saya tidak merasa sedih.

B. Pesimisme

3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat
membaik.

2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang kedepan.

1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan.

50
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan.

C. Rasa kegagalan

3 Saya merasa benar-benar gagal sebagai sebagai orang tua.(suami/istri)

2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat


hanya kegagalan.

1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya.

0 Saya tidak merasa gagal.

D. Ketidakpuasan

3 Saya tidak puas dengan segalanya.

2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun.

1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan.

0 Saya tidak merasa tidak puas.

E. Rasa bersalah

3 Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau tak berharga.

2 Saya merasa sangat bersalah.

1 Saya merasa buruk / tak berharga sebagai bagian dari waktu yang
baik.

0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah.

F. Tidak menyukai diri sendiri

3 Saya benci diri saya sendiri.

2 Saya muak dengan diri saya sendiri.

51
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri.

0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri.

G. Membahayakan Diri Sendiri

3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai


kesempatan.

2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri.

1 Saya merasa lebih baik mati.

0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri


sendiri.

H. Menarik Diri dari Sosial

3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak
perduli pada mereka semuanya.

2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
mempunyai sedikit perasaan pada mereka.

1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya.

0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain

I. Keragu-raguan

3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali.

Saya berusaha mengambil keputusan.

2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan.

52
1 Saya berusaha mengambil keputusan.

0 Saya membuat keputusan yang baik.

J. Perubahan Gambaran Diri

3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikkan.

2 Saya merasa bahwa aada perubahan-perubahan yang permanen dalam


penampilan saya dan ini membuat saya tak menarik.

1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tak menarik.

0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada
sebelumnya.

K. Kesulitan Kerja

3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali.

2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan
sesuatu.

1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukan sesuatu.

0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya.

L. Keletihan

3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu.

2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu.

1 Saya merasa lelah dari yang biasanya.

0 Saya tidak merasa lebih lelah dari biasanya.

M. Anoreksia

53
3 Saya tidak lagi mempunyai napsu makan sama sekali.

2 Napsu makan saya sangat memburuk sekarang.

1 Napsu makan saya tidak sebaik sebelumnya.

0 Napsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya.

Penilaian

0-4 Depresi tidak ada atau minimal.

5-7 Depresi ringan

8-15 Depresi sedang.

16+ Depresi berat.

Dari Beck AT, Beck RW : Screening depresed patients in family


practice (1972)

ANALISA DATA

No Data Interprestasi Masalah

54
( Sign / Symptom ) ( Etologi ) ( Problem )

1 2 3 4

55
56
PRIORITAS MASALAH

1.

………………………………………………………………………………………
………

2.

………………………………………………………………………………………
………

3.

………………………………………………………………………………………
………

4.

………………………………………………………………………………………
………

PROSES KEPERAWATAN

Dx. Kep. I : ………………………………………………………

Tujuan :

Kriteria :

INTERVENSI RASIONAL

57
Dx. Kep.II : ………………………………………………………

Tujuan :

Kriteria :

INTERVENSI RASIONAL

58
Etc

PERKEMBANGAN KEPERAWATAN

NO Hari & Tanggal Diagnose Diagnose ttd

Pukul Keperawatan Keperawatan

59
1 2 3 4 5

Lampiran 1

Refleks Ekstermitas

60
Refleks Kanan Kiri

Biceps + +

Triceps + +

Knee - -

Achiles - -

Keterangan :

Refleks (+) : Normal

Refleks (-)

: Menurun/meningkat

61
Lampiran 2

Pengkajian INDEKS KATZ (Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan

Sehari-hari)

Skore Kriteria

A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar

kecil, berpakaian dan mandi.

B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


satu dari fungsi tersebut.

C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali

mandiri dan satu fungsi tambahan.

D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali

mandi, berpakaian, dan satu fungsi tambahan.

E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali

mandi, berpakaian, kekamar kecil, dan satu fungsi tambahan.

F Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali

mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah, dan satu fungsi

tambahan.

G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut.

Lain- lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat

diklasifikasikan sebagai C, D, E, atau F.

62
Dari hasil pengkajian INDEKS KATZ pasien dapat diambil kesimpulan
bahwa pasien berada pada skore A yaitu pasien dapat melakukan semua aktivitas
kehidupan sehari-hari seperti makan, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan
mandi.

Lampiran 3

Pengkajian Kemampuan Intelektual

Menggunakan SPMSQ (Short Portable Mental Status Quesioner)

Ajukan beberapa pertanyaan pada daftar dibawah ini :

NO PERTANYAAN JAWABAN BENAR SALAH

1 Tanggal berapa hari ini ? Tidak Tahu V

2 Hari apa sekarang ? Tidak Tahu V

3 Apa nama tempat ini ? Panti V

4 Dimana alamat anda ? Benowo V

63
5 Berapa umur anda ? Lupa V

6 Kapan anda lahir ? Zaman Bung V


Karno

7 Siapa presiden anda ? Joko V

8 Siapa presiden Indonesia Tidak Tahu V


sebelumnya ?

9 Siapa nama ibu anda ? Ngasimah V

10 Kurang 3 dari 20 dan Tidak Tahu V


tetap perguruan 3 dari
setiap angka baru, secara
menurun ?

Jumlah 4 6

Interpretasi :

Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh

Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan

Salah 6 – 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang

Salah 9 – 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat

Sesuai dengan format SPMSQ klien dapat menjawab

semua pertanyaan dengan jumlah nilai jawaban yang benar 4 dan

jawaban yang salah 6. Dapat diambil kesimpulan fungsi

intelektual kerusakan Sedang.

64
Lampiran 4

Pengkajian kemampuan aspek kognitif

Menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam)

No Aspek Nilai Maks Nilai Kriteria


Kognitif Klien

1 Orientasi 5 1 Menyebutkan dengan benar :

Tahun : Tidak Tahu

Musim : Tidak Tahu

Tanggal : Tidak Tahu

Hari : Tidak Tahu

Bulan : Februari

2 Orientasi 5 2 Dimana sekarang kita


berada ?

Negara : Tidak Tahu

Propinsi : Tidak Tahu

Kabupaten/Kota : Lamongan

(B)

Panti : iya

Wisma : Lupa

3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama objek


(misal :

65
kursi, meja, kertas) kemudian

ditanyakan kepada klien,

menjawab :

1. Kursi (B)

2. Meja (B)

3. Kertas (B)

4 Perhatian 5 0 Meminta klien berhitung


dan mulai
Kalkulasi
dari 100 kemudian kurang 7

sampai 5 tingkat

Jawaban :

1. 932. 86

3. 79

4. 72

5. 65

5 Mengingat 3 2 Minta klien untuk mengulangi

ketiga objek pada point ke 2

(tiap poin nilai 1)

6 Bahasa 9 2 Menanyakan

pada klien

tentang benda (sambil

66
menunjukkan benda tersebut)

(poin 2)

1 1. Kursi (B)

2. Pensil (B)

3 Minta klien untuk mengulang

kata berikut (poin 3)

(tidak ada jika, dan, atau


tetapi)

Minta klien untuk mengikuti

perintah berikut yang terdiri 3

langkah.

Ambil kertas ditangan anda,


1
lipat dua, dan taruh dilantai

(poin 3)

1. Ambil kertas ditangan

anda (bisa)

2. Lipat dua (bisa)

3. Taruh dilantai (bisa)

Perintahkan pada klien untuk

hal berikut “Tutup mata anda”

(bila aktifitas sesuai nilai 1

67
poin)

TOTAL 30 15
NILAI

Interpretasi hasil :

24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif

18 – 23 : Gangguan kognitif sedang

0 – 17 : Gangguan kognitif berat

Untuk aspek kognitif klien yang meliputi orientasi, registrasi, perhatian dan
kalkulasi, mengingat dan bahasa klien ada gangguan kognitif berat. Klien mampu
menjawab semua pertanyaan dengan nilai 15 dan skor klien 0-17 yaitu Gangguan
kognitif Berat .

Lampiran 5

Inventaris Depresi Beck untuk mengetahui tingkat depresi lansia dari

Beck&Deck (1972)

Skore Uraian

A. Kesedihan

3 Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tak dapat


menghadapinya

68
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar
darinya

1 Saya merasa sedih atau galau

0 Saya tidak merasa sedih

B. Pesimisme

3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia – sia dan sesuatu tidak

dapat membaik

2 Saya merasa tidak mempunyai apa – apa untuk memandang


kedepan

1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan

0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan

C. Rasa Kegagalan

3 Saya merasa benar – benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)

2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat

hanya kegagalan

1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya

0 Saya tidak merasa gagal

D. Ketidak Puasan

3 Saya tidak puas dengan segalanya

2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun

1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan

69
0 Saya tidak merasa puas

E. Rasa Bersalah

3 Saya merasa seolah – olah sangat buruk atau tak berharga

2 Saya merasa sangat bersalah

1 Saya merasa buruk / tak berharga sebagai bagian dari waktu yang
baik

0 Saya tidak merasa benar – benar bersalah

F. Tidak Menyukai Diri Sendiri

3 Saya benci diri saya sendiri

2 Saya muak dengan diri saya sendiri

1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri

0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri

G. Membahayakan Diri Sendiri

3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai

kesempatan

2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri

1 Saya merasa lebih baik mati

0 Saya tidak mempunyai pikiran – pikiran mengenai


membahayakan diri sendiri

H. Menarik Diri dari Sosial

3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak

70
peduli pada mereka semuanya

2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan

mempunyai sedikit perasaan pada mereka

1 Saya kurang berminat pada orang lain daripada sebelumnya

0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain

I. Keragu – raguan

3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali

2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan

1 Saya berusaha mengambil keputusan

0 Saya membuat keputusan yang baik

J. Perubahan Gambaran Diri

3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikkan

2 Saya merasa bahwa ada perubahan – perubahan yang permanen


dalam penampilan saya dan ini membuat saya tak menarik

1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tak menarik

0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada

sebelumnya

K. Kesulitan Kerja

3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali

2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk


melakukan sesuatu

71
1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukan
sesuatu

0 Saya dapat bekerja kira – kira sebaik sebelumnya

L. Keletihan

3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu

2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu

1 Saya merasa lelah dari yang biasanya

0 Saya tidak merasa lebih lelah dari biasanya

M. Anoreksia

3 Saya tidak lagi mempunyai napsu makan sama sekali

2 Napsu makan saya sangat memburuk sekarang

1 Napsu makan saya tidak sebaik sebelumnya

0 Napsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya

Penilaian

0-4 Depresi tidak ada atau minimal

5-7 Depresi ringan

8-15 Depresi sedang

16+ Depresi berat

Dari hasil pengkajian Inventaris Depresi Beck klien depresi sedang. Total
penilaiannya klien dalam batas depresi ringan (8-15).

72
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Lansia atau lanjut usia adalah periode dinum manusia telah mencapai kerusakan
dalam ukuran dan fungsi. Selain itu, lansia juga masa dimana seseorang akan
mengalami kemunduran dengan sejalannya waktu. Usia 65 tahun adalah usia yang
menunjukkan seseorang telah mengalami proses menua yang berlangsung secara
nyata dan seseorang itu telah disebut lansia. Ciri-ciri lansia adalah usia lanjut terjadi
periode kemunduran, lanjut usia memiliki status kelompok minoritas, memua
membutuhkan perubahan peran penyesan yang buruk, memasuki masa lansia
umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda
(multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kule mulai
keriput, gigi mulai rontok, tulang makin rapuh, dan sebagainya. Secara umum
kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan
secara berlipat ganda. Usia lanjut memiliki banyak masalah dengan kesehatan yang
terkait dengan menurunnya fungsi tubuh dan faktor-faktor sekitar seperti makanan
dan lingkungan sekitar. Kecukupan gin usia lanjut berada dengan usia muda.
Kebutuhan gi sungat dipengaruhi oleh unur, jenis kelamin, aktivitas kegiatan,
postur tubuh, aktivitas fisik dan mental (termasuk pekerjaan) sehari-hari, kimsuhu
udara, kondisi fisik tertentu (masa pertumbuhan, sedang sakit) dan unsure
lingkungan.

3.2 SARAN

Dengan adanya makalah ini, kami mengharapkan kepada pembaca agar dapat
memahami keperawatan pada tatanan keperawatan lansia ( gerontik). Penyusunan
makalah gerontik ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca agar penulisan makalah berikutnya
lebih baik lagi.

73
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S. (2014). Kehidupan lansia yang dititipkan keluarga dipanti asuhan sosial
tresna werdha khusnus khotimah Pekan Baru. Jurnal Penelitian Psikologi,
3(2), 5-6. Diunduh tanggal 2 Januari, 2020, dari
https://media.neliti.com/media/publications/31318-ID-kehidupan lansia-
yang-dititipkan-keluarga-di-panti-sosial-tresna-werdha-khusmul.pdf.

Amalia, Y.M., Rosidawati. Jubaedi, A., & Batubara, L., (2014). Mengenal usia
lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Azizah, R. (2011). Keperawatan lanjut usia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Diunduh


tanggal 18 November. 2018. dari
https://media.neliti.com/media/publications/107408-ID-none.pdf. Dalam
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1. Februari 2017.
Hubungan inkontinensia urin dengan tingkat depresi pada lansia di panti
werdha bethania Lembean.

Bandiyah, I. (2009). Lanjut usia & keperawatan gerentik. Yogyakarta: Nuhu


Medika.

Bustan, M. (2007). Epidemiologi penyakit tidak menular dan proses keperawatan.


(Eds 2). Jakarta: Salemba Medika.

Darmojo 2000.Buku Ajar Geriatri (nu Kesehatan Usia Lanjut) edisi ke-2. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Kuraningsih, dkk, 2007. Tugas Mata Kuliah Gizi Dour Gizi pada Lansia. Surabaya:
Universitas Airlangga

74

Anda mungkin juga menyukai