Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH GERONTIK

“ Konsep Dasar Keperawatan Gerontik ”

DOSEN PEMBIMBING:
NLP YUNIANTI SUNTARI C,S.Kep,Ns.,M.Pd
DISUSUN OLEH

Ni Komang Ayu Trisnawati (P07120120030)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
KELAS 3.1 D-III KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2022

1
KATA PENGANTAR
Om Swastiastu.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
beliau saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan
beliau tentunya saya tidak akan sanggup menyelesaikan makalah yang berjudul “
Konsep Dasar Keperawatan Gerontik” dengan baik.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh ibu dosen NLP Yunianti Suntari C,S.Kep,Ns.,M.Pd selaku dosen
pembimbing pada mata kuliah gerontik . Selain itu, tugas ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan mengenai hak dan kewajiban warga negara bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
terdapat banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk makalah ini, agar nantinya
penulis dapat membuat makalah yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak
kesalahan dalam makalah ini, penulis memohon maaf sebesar-besarnya.
Demikian kata pengantar yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini
dapat bermanfaat untuk kita semua. Sekian terimakasih. Om Santhi Santhi Santhi Om.

Klungkung , 10 Juli 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4
C. Tujuan........................................................................................ 5
D. Manfaat penulisan ..................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian lanjut usia ................................................................ 6
B. Batasan Lanjut Usia................................................................... 6
C. Tipe Lanjut Usia........................................................................ 6
D. Proses Penuaan........................................................................... 7
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penuaan ............................ 7
F. Teori  –  Teori Penuaan ..........................................................7
G. Karakteristik Biologis Penuaan ................................................. 9
H. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia .............. 11
I. Program-program Nasional untuk Lansia................................. 14
J. Program Nasional untuk Lansia................................................. 21
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................ 26
B. Saran ........................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia (lansia) adalah seseorang dengan usia 65 tahun atau lebih yang terkadang
menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit melainkan suatu proses natural
tubuh meliputi terjadinya perubahan deoxyribonucleic acid (DNA), ketidaknormalan kromosom
dan penurunan fungsi organ dalam tubuh. Sekitar 65% dari lansia yang mengalami gangguan
kesehatan, hidup hanya ditemani oleh seseorang yang mengingatkan masalah kesehatannya,
dan 35% hidup sendiri. Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai
macam masalah, baik masalah secara fisik, biologis, mental maupun masalah sosial ekonomi
(Nies & McEwen, 2007; Tamher & Noorkasiani, 2009). Menurut World Health Organization
(WHO), pada tahun 2015, populasi penduduk dunia yang berusia 60 tahun atau lebih, mencapai
900 juta jiwa. Dewasa ini, terdapat 125 juta jiwa yang berusia 80 tahun atau lebih, pada tahun
2050, diperkirakan mencapai 2 milliar jiwa di seluruh dunia. Akan ada hampir sebanyak 120 juta
jiwa yang tinggal sendiri di Cina, dan 434 juta orang di kelompok usia ini di seluruh dunia. Di
kawasan Asia Tenggara populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2000
jumlah Lansia sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total polulasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah
Lansia 24,000,000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun
2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai 28,800,000 (11,34%) dari total populasi
(Departemen Kesehatan RI, 2013; WHO, 2015). Dari sensus penduduk dunia, Indonesia
mengalami peningkatan jumlah lansia (60 tahun ke atas) dari 3,7% pada tahun 1960 hingga 9,7%
pada tahun 2011. Diperkirakan akan meningkat menjadi 11,34% pada tahun 2020 dan 25% pada
tahun 2050. Jumlah orang tua di Indonesia berada di peringkat keempat terbesar di dunia
setelah China, India, dan Amerika. Propinsi Jawa tengah adalah salah satu propinsi yang
mempunyai penduduk usia lanjut diatas jumlah lansia nasional yang hanya 7,6% pada tahun
2000 dan dengan usia harapan hidup mencapai 64,9 tahun. Secara kuantitatif kedua parameter
tersebut lebih tinggi dari ukuran nasional (Kadar, Francis, dan Sellick, 2012; Departemen
Kesehatan, 2013) Menurut Ambarwati (2014) semakin tua umur seseorang, maka akan semakin
menurun kemampuan fisiknya, hal ini dapat mengakibatkan kemunduran pada peran sosialnya
dan juga akan mengakibatkan gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya.
Meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain dengan kata lain akan
menurunkan tingkat kemandirian lansia tersebut. Maslow (1962, dikutip oleh Ambarwati 2014)
menyebutkan teori tentang hierarki kebutuhan, tingkatan yang tertinggi (ke-5) adalah

4
kebutuhan aktualisasi diri (need for self Actualization) yang terkait dengan tingkat kemandirian,
kreatifitas, kepercayaan diri dan mengenal serta memahami potensi diri sendiri.
Kemandirian sangat penting dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia. Dengan
pemikiran para lansia, diakui sebagai individu yang mempunyai karakteristik yang unik.
Kemandirian pada lanjut usia dapat dinilai dari kemampuannya dalam melakukan aktivitas
kesehariannya atau yang sering disebut dengan Activity of daily living (ADL), sehingga
meminimalkan morbiditas para lanjut usia. Salah satu ukuran penting pada morbiditas adalah
kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas seharihari, seperti mandi, berpakaian,
toileting, dan makan. Ketika tidak dapat melakukan self-care, maka akan menjadi tergantung
dengan bantuan (Dunlop, Hughes, dan Manheim, 1997; Sari, 2013). Posyandu lansia adalah pos
pelayanan terpadu yang ditujukan untuk merawat masyarakat usia lanjut pada wilayah-wilayah
tertentu, digerakkan oleh masyarakat sendiri sehingga pelayanan kesehatan dapat mereka
dapatkan. Program yang beragam dari posyandu lansia tersebut seharusnya dapat memberikan
manfaat yang banyak bagi para lansia, tetapi dilihat dari data yang diperoleh bahwa posyandu
lansia ini tidak dimanfaatkan semaksimal mungkin, bahkan sekitar 22,6% saja. Dengan mengikuti
kegiatan di posyandu, maka akan sangat bermanfaat bagi lansia untuk mencegah kepikunan
karena sering berinteraksi dengan lansia (Dinas Kesehatan RI, 2006; Istanti, 2014). Di Desa
Gumpang Kartasura terdapat Posyandu Lansia Pinilih dengan total populasi sebanyak 129 lansia,
tetapi pada saat survey pendahuluan pada tanggal 19 November 2015 didapatkan data
akumulasi fluktuatif dengan rata- rata kunjungan dalam 2 tahun terakhir adalah sebanyak 30,7%
pada tahun 2014 dan 37,3% pada tahun 2015. Sedangkan capain kunjungan yang harus dipenuhi
adalah sebesar 85% dalam waktu satu tahun. Didapatkan bahwa 10 orang lansia, diantaranya 8
orang termasuk tergantung total dan 2 orang lansia lainnya termasuk mandiri total adalah aktif
mengikuti kegiatan di Posyandu Lansia Pinilih. Menurut kader lansia dan petugas kesehatan
Puskesmas Kartasura, keluhan-keluhan para lansia di Posyandu Lansia Pinilih adalah pusing,
gangguan pendengaran, gangguan penglihatan dan pegal-pegal. Pada umumnya lansia yang
mengalami keluhan dengan kesehatannya akan langsung berobat ke Posyandu Lansia tersebut.
Dari data status kesehatan lansia penyakit yang sering diderita lansia adalah hipertensi, pusing,
gangguan pencernaan, dan diabetes mellitus. Hasil wawancara kepada kader posyandu tentang
fenomena yang terjadi adalah ketidakhadiran sebagian lansia ke posyandu yang disebabkan oleh
berbagai kondisi fisik yang terjadi pada lansia, seperti tidak adanya anggota keluarga yang
mengantarkan ke posyandu atau sedang sakit. Walaupun demikian, keterangan yang didapat
dari kader posyandu adalah sikap para lansia terhadap posyandu adalah baik, yaitu masih ada
keinginan para lansia untuk berkunjung ke posyandu lansia sesuai dengan jadwal pelayanan

5
posyandu lansia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Munbahij (2012) mengatakan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara keaktifan lansia mengikuti posyandu lansia Adji Yuswo
Ngebel Tamantirta Kasihan Bantul terhadap kemandirian lansia. Para lansia yang selalu aktif
dalam mengikuti kegiatan di posyandu lansia maka tingkat kemandiriannya akan semakin baik,
sehingga mereka dapat melakukan aktifitas sehari-hari dengan leluasa. Dari paparan diatas maka
penulis ingin meneliti tentang adanya hubungan antara keaktifan dalam mengikuti kegiatan
posyandu lansia dengan tingkat kemandirian lansia di Posyandu Lansia Pinilih Kelurahan
Gumpang Kartasura.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian konsep dasar keperawatan Gerontik ?
2. Apa saja Batasan Lanjut Usia?
3. Bagaimana Tipe Lanjut Usia?
4. Bagaimana Proses Penuaan?
5. Bagaimana Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penuaan?
6. Bagaimana Teori  –  Teori Penuaan ?
7. Bagaimana karakteristik Biologis Penuaan ?
8. Bagaimana Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia ?
9. Bagaimana Program-program Nasional untuk Lansia ?
10. Bagaimana Program Nasional untuk Lansia ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian konsep dasar keperawatan gerontik .
2. Untuk mengetahui batasan lanjut usia .
3. Untuk mengetahui Tipe lanjut usia .
4. Untuk mengetahui Proses Penuaan.
5. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penuaan.
6. Untuk mengetahui Teori – Teori Penuaan
7. Untuk karakteristik Biologis Penuaan
8. Untuk Perubahan – perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia
9. Untuk Program – program Nasional untuk lansia
10. Untuk Program Nasional untuk Lansia
D. Manfaat Penulisan

6
a. Untuk penulis: dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan kepada penulis
bisa lebih memahami materi dan memperdalam lagi mengenai materi yang
diberikan.
b. Untuk pembaca: diharapkan agar pembaca bisa mempelajari materi yang
diberikan dengan baik.
c. Untuk dosen: diharapkan agar dosen mampu memberikan materi lebih baik lagi
agar mahasiswa lebih mudah memahami.

7
BAB II
PEMBAHASAN

Konsep Dasar Keperawatan Gerontik
2.1.1 Pengertian Lanjut Usia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi
Anna Keliat, 1999 dalam Buku Siti Maryam, dkk, 2008). Sedangkan menurut Pasal 1 ayat(2),
(3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. (R. Siti Maryam, dkk, 2008: 32).
2.1.2 Batasan Lanjut Usia
Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur.1.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)Lanjut Usia meliputi:
a. Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun. 
b. Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.
d. Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.
2. Departemen Kesehatan RI mengklasifikasikan lanjut usia sebagai berikut:
a. Pralansia (prasenilis)Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun. 
b. Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia risiko tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih denganmasalah kesehatan (Depkes RI, 2003).
d. Lansia potensial Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang
dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
e. Lansia tidak potensial Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan oranglain (Depkes RI, 2003).
2.1.3 Tipe Lanjut Usia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan,
kondisifisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000 dalam buku R. Siti Maryam,
dkk, 2008).
Tipe tersebut dapat dibagi sebagai berikut:
1. Tipe arif bijaksana Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiri Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, bergauldengan teman, dan memenuhi undangan.

8
3. Tipe tidak puas Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudahtersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
4. Tipe pasrah Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja.
5. Tipe bingung Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif, dan acuh tak acuh.Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe
dependen (ketergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militant dan serius, tipe
pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalandalam melakukan sesuatu), serta tipe putus
asa (benci pada diri sendiri). Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang
dinilai berdasarkan kemampuanuntuk melakukan aktivitas sehari-hari (indeks
kemandirian Katz), para lansia dapat digolongkanmenjadi beberapa tipe yaitu lansia
mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan langsungkeluarganya, lansia mandiri
dengan bantuan secara tidak langsung, lansia dengan bantuan badan sosial, lansia di panti
werda, lansia yang dirawat di rumah sakit, dan lansia dengan gangguan mental.
2.1.4 Proses Penuaan
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang maksimal. Setelah
itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang ada di dalam tubuh.
Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara perlahan-lahan.
Itulah yang dikatakan proses penuaan.Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita(Constantinides, 1994). Seiring
dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang
biasa disebut sebagai penyakit degeneratif.
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penuaan
 R. Siti Maryam, dkk, 2008 menyebutkan factor-faktor yang mempengaruhi penuaan adalah
sebagai berikut:
1. Hereditas (Keturunan/Genetik)
2. Nutrisi (Asupan Makanan)
3. Status Kesehatan
4. Pengalaman Hidup
5. Lingkungan
6. Stress
2.2 Teori  –  Teori Penuaan 
2.2.1 Menurut Betty Newman
Sebenarnya secara individual tahap proses penuaan terjadi pada orang dengan usia
berbeda,masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda, tidak ada satu faktor
pundi temukan untuk mencegah proses penuaan.
1.Teori-Teori Biologi

9
a. Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatic Theory)
 
Menurut teori ini menua telah terprogram secara generic untuk spesies-spesies
tertentu.Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-
molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas
adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).
 b. Pemakaian dan Rusak kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah
(terpakai).
c. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut teori akumulasi dari
produksisa. Sebagai contoh adanya pigmen Lipofuchine di sel otot jantung dan sel susunan
syaraf pusat pada orang lanjut usia yang mengakibatkan mengganggu sel itu sendiri.
d. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
e. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.
f. Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory)Di dalam proses metabolisme tubuh,
suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringantubuh tertentu yang tidak tahan terhadap
zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh ialah tambahan
kelenjar timus yang ada pada usia dewasa berinvolusi dan semenjak itu terjadilah kelainan
autoimun (menurut Goldteris dan Brocklehurst).
g. Teori Immunology Slow Virus (Immunology Slow Virus Theory)Sistem imun menjadi
efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuhdapat menyebabkan
kerusakan organ tubuh.
h. Teori Stress Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringantidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan
usaha dan stressmenyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
i. Teori Radikal Bebas Radikal bebas dapat terbentuk di dalam bebas, tidak stabilnya radikal
bebas (kelompokatom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti
karbohidrat dan proton. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi. 
j. Teori Rantai Silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen, ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan, dan
hilangnya fungsi.
k. Teori Program Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah
setelah sel-sel tersebut mati.
2. Teori Kejiwaan Sosiala.
 Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
1) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini
menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan sosial.
2) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.

10
3) Mempertahankan hubungan antara system sosial dan individu agar tetap stabil dari
usia pertengahan ke lanjut usia. 
b. Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory) Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak
berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakangabungan dari teori di atas. Pada teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi padaseseorang yang lanjut usia dipengaruhi oleh
tipe personality yang dimiliknya.
c.Teori Pembebasan (Didengagement Theory) Putusnya pergaulan atau hubungan dengan
masyarakat dan kemunduran individu olehCummning dan Henry 1961. Teori ini menyatakan
bahwa dengan bertambahnya usia, seseorangsecara berangsur-angsur mulai melepasuikan diri
dari kehidupan sosialnya atau menarik diri
dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, b
aik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda (Triple Loss),
yakni:
1) Kehilangan peran (Loss of Role)
2) Hambatan kontak sosial (Restrastion of Contacts and Relation Ships)
3) Berkurangnya komitmen (Reuced Commitment to Social Mores and Values).
2.2.2 Menurut Barbara Cole Donlon
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkanyang
terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis
tertentu. Ini merupakan suatu fenomena yang kompleks dan multi dimensional yang dapat
diobservasi di dalam satu sel dan berkembang sampai pada keseluruhan sistem. ( Mickey and
Patricia, 2006) Walaupun hal itu terjadi pada tingkat kecepatan yang berbeda, di dalam
parameter yangcukup sempit, proses tersebut tidak tertandingi. Teori  –  teori yang
menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi oleh Barbara ColeDonlon di
kelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan psikososial (Tabel2-1).
Penelitian yang terlibat dengan jalur biologi telah memusatkan perhatian pada indikatoryang
dapat dilihat dengan jelas pada proses penuaan, banyak pada tingkat seluler, sedangkan ahli
teori psikososial mencoba untuk menjelaskan bagaimana proses tersebut dipandang dalam
kaitan dengan kepribadian dan perilaku.
Tabel 2-1 Teori-Teori Penuaan
 Teori Biologis
 Tingkat Perubahan
 Genetika
Gen yang diwariskan & dampak lingkungan 
Dipakai dan rusak 
(Wear and Tear)
 Kerusakan oleh radikal bebas 
Lingkungan

11
Meningkatnya pajanan terhadap hal-hal yang berbahaya 
Imunitas
 Integritas sistem tubuh untuk melawan kembali 
Neuroendokrin
 Kelebihan atau kurangnya produksi hormon 
Teori Psikologis
 Tingkat Proses
 Kepribadian
 Introvert lawan ekstrovert 
Tugas Perkembangan
 Maturasi sepanjang rentang kehidupan 
Disengagment
 Antisipasi menarik diri 
Aktivitas
 Membantu mengembangkan usaha 
Kontinuitas
 Pengembangan individualitas
Teori Biologis
Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi
dan struktur, pengembangan, pajang usia, dan kematian. Perubahan –  perubahan dalam tubuh
.
Termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh
untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit. Seiring dengan berkembangnya
kemampuan kita untuk menyelidiki komponen-komponen yang kecil dan sangat kecil, suatu
pemahaman tentang hubungan hal-hal yang
mempengaruhi penuaan ataupun tentang penyebab penuaan yang sebelumnya tidak diketahui, 
sekarang telahmengalami peningkatan. Walaupun bukan merupakan suatu definisi penuaan,
tetapi limakerakteristik penuaan telah dapat di identifikasi oleh para ahli (Tabel 2-2). Teori
biologis jugamencoba untuk menjelaskan mengapa orang mengalami penuaan dengan cara
yang berbeda dariwaktu ke waktu dan faktor apa yang mempengaruhi umur pajang,
perlawanan terhadaporganisme, dan kematian atau perubahan seluler. Suatu pemahaman
tentang perspektif biologidapat memberikan pengetahuan pada perawat tentang faktor resiko
spesifik dihubungkan
dengan penuaan dan bagaimana orang dapat dibantu untuk meminimalkan atau menghindari r
isiko dan memaksimalkan kesehatan.

12
Teori GenetikaTeori sebab –  akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama dipengaruhi oleh
pembentukangen dan dampak lingkungan pada pembentukan kode genetik. Menurut teori
genetika, penuaanadalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang berjalan dari
waktu ke waktu untukmerubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata lain, perubahan
rentang hidup dan panjang usiatelah ditentukan sebelumnya. Teori genetika terdiri dari teori
asam deoksiribonukleat (DNA),teori ketepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan teori
glokogen. Teori – teori ini
menyatakan bahwa proses replikasi pada tingkatan seluler menjadi tidak teratur karena adany
a informasih tidak sesuai yang diberikan dari inti sel. Molekul DNA menjadi saling
bersilangan (crosslink) dengan unsur yang lain sehingga mengubah informasi genetik.
Adanya crosslink ini mengakibatkan kesalahan pada tingkat seluler yang akhirnya
menyebabkan sistem dan organ tubuh gagal untuk berfungsi. Bukti yang mendukung teori  –
teori ini termasuk perkembangan radikal bebas, kolagen, dan lipofusin.Selain itu, peningkatan
frekuensi kanker dan penyakit autoimun yang dihubungkan
dengan bertambahnya umur menyatakan bahwa mutasi atau kesalahan terjadi pada tingkat m
olekuler dan seluler.
Tabel 2-2 Karakteristik Biologis Penuaan
Peningkatan usia harapan hidup, tetapi mortalitas tidak dapat dihindari.
Penuaan dapat ditemukan di dalam sel, molekul, jaringan, dan massa tulang.
Perusakan bersifat progresif dan tidak tertandingi serta memengaruhi semua sistem hidup. 
Diperlukan waktu yang panjang untuk kembali dari periode serangan,kelelahan, dan stress.
Peningkatan kerentanan terhadap infeksi, kanker, dan penyakit lain yang berhubungan
dengan pertambahan usia.
Teori Wear-And-Tear (Dipakai dan Rusak)Teori Wear-And-Tear (Dipakai dan Rusak)
mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintesis
DNA, sehingga mendorong malfungsimolekuler dan akhirnya malfungsi organ tubuh.
Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan berdasarkan suatu
jadwal. Radikal bebas adalah contoh dari produksampah metabolime yang menyebabkan
kerusakan ketika akumulasi terjadi. Radikal bebasadalah molekul atau atom dengan suatu
elektron yang tidak berpasangan. Ini merupakan jenisyang sangat reaktif yang dihasilkan dari
reaksi selama metabolisme. Radikal bebas dengan cepatdihancurkan oleh sistem enzim
pelindung pada kondisi normal. Beberapa radikal bebas berhasillolos dari proses perusakan
ini dan berakumulasi di dalam struktur biologis yang penting, saat itukerusakan organ
terjadi.Karena laju metabolisme terkait secara langsung pada pembentukan radikal
bebas,sehingga ilmuan memiliki hipotesis bahwa tingkat kecepatan produksi radikal
bebas berhubungan dengan penentuan waktu rentang hidup. Pembatasan kalori dan efeknya
pada
perpanjangan hidup mungkin berdasarkan pada teori ini. Namun, orang lain percaya bahwa p
embatasan kalori mungkin menggunakan efeknya melalui sistem neuroendokrin.
Teori ImunitasTeori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang
berhubungandengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan mereka terhadap
organisme asingmengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk menderita

13
berbagai penyakit sepertikanker dan infeksi.Seiring dengan berkurangnya fungsi sistem imun,
terjadilah peningkatan dalam responsautoimun tubuh. Ketika orang mengalami penuaan,
mereka mungkin mengalami penyakitautoimun seperti artritis reumatoid dan alergi terhadap
makanan dan faktor lingkungan yang lain.Penganjur teori ini sering memusatkan pada peran
kelenjar timus. Berat dan ukuran kelenjar timus menurun seiring dengan bertambahnya umur,
seperti halnya kemampuan tubuh untuk diferensiasi sel T. Karena hilangnya proses
diferensiasi sel T, tubuh salah mengenali selyang tua dan tidak beraturan sebagai benda asing
dan menyerangnya. Selain itu, tubuh kehilangan kemampuannya untuk meningkatkan
respons terhadap sel asing, terutama bila menghadapi infeksi.Pentingnya pendekatan
pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit dan promosi kesehatan terhadap pelayanan
kesehatan, terutama pada saat penuaan terjadi tidak dapat diabaikan. Walaupun semua orang
memerlukan pemeriksaan rutin untuk memastikan deteksidini dan perawatan seawal
mungkin, tetapi pada usia lanjut, kegagalan melindungi sistem imun yang telah mengalami
penuaan memalui pemeriksaan kesehatan dapat mendorong kearahkematian awal yang tidak
terduga.Selain itu, program imunisasi secara nasional untuk mencegah kejadian dan
penyebaran epidemi penyakit, seperti pneumonia dan influenza diantara orang usia
lanjut juga mendukung dasar teoritis praktek keperawatan.
d. Teori NeuroendokrinTeori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan hal-hal seperti yang
telah terjadi padastruktur dan perubahan pada tingkat molekul dan sel, nampak sangaat
mengagumkan dalam
beberapa situasi. Sebagai contoh, diskusi sebelumnya tentang kelenjar timus dan sistem imun
serta interaksi antara saraf dan endokrin.Pada kasus selanjutnya, para ahli telah memikirkan
bahwa penuaan terjadi oleh karenaadanya suatu perlambatan dalam sekresi hormon tertentu
yang mempunyai suatu dampak padareaksi sistem saraf. Hal ini lebih jelas ditunjukkan dalam
kelenjar hipofisis, tiroid, adrenal dan reproduksi. Salah satu area neurologi yang mengalami
gangguan secara universal akibat penuaanadalah waktu reaksi yang diperlukan untuk
menerima, memproses, dan bereaksi terhadap perintah. Dikenal sebagai perlambatan tingkah
laku, respons ini kadang-kadang diinterpretasikansebagai tindakan melawan, ketulian, atau
kurangnya pengetahuan. Pada umumnya, sebenarnyayang terjadi bukan satupun dari hal-hal
tersebut, tetapi orang lanjut usia sering dibuat untuk merasa seolah-olah mereka tidak
kooperatif atau tidak patuh. Perawat dapat memfasilitasi proses pemberian perawatan dengan
cara memperlambat instruksi dan menunggu respons mereka.
2. Teori PsikologisTeori psikologis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku
yang
menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada kerusakan anatomis. U
ntuk tujuan pembahasan ini, perubahan sosiologis atau nonfisik dikombinasikan dengan peru
bahan psikologis. Masing-masing individu, muda, setengah baya, atau tua, adalah unik dan
memiliki pengalaman, melalui serangkaian kejadian dalam kehidupan dan melalui banyak per
istiwa.
Selama 40 tahun terakhir, beberapa teori telah berupaya untuk menggambarkan
bagaimana perilaku dan sikap pada awal tahap kehidupan dapat memengaruhi reaksi manusia 
sepanjang tahap akhir hidupnya. Pekerjaan ini disebut proses “ penuaan yang sukses”. Contoh
dari teori-teori ini termasuk teori kepribadia.
a. Teori Kepribadian

14
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur dalam tahun-
tahunakhir kehidupannya dan telah merangsang penelitian yang
pantas dipertimbangkan. Teorikepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan
psikologis tanpa menggambarkan harapanatau tugas spesifik
lansia.Menurut Jung 1960, mengembangkan suatu teori pengembangan
kepribadian orangdewasa yang memandang kepribadian sebagai ekstrovert atau
introvert. Ia berteori bahwa
b.  Keseimbangan antara kedua hal tersebut adalah penting bagi kesehatan. Dengan
menurunnya tanggung jawab dan tuntutan dari keluarga dan ikatan sosial, yang sering
terjadi di kalanganlansia, jung percaya bahwa orang akan menjadi lebih introvert. Di
dalam konsep interioritas dariJung, separuh kehidupan manusia berikutnya
digambarkan dengan memiliki tujuannyasendiri,yaitu untuk mengembangkan
kesadaran diri sendiri melalui aktivitas yang dapatmerefleksikan dirinya
sendiri.Jung melihat tahap akhir kehidupan sebagai waktu ketika orang mengambil
suatuinventaris dari hidup mereka, suatu waktu untuk lebih melihat ke belakang
daripada melihat kedepan. Selama proses refleksi ini, lansia harus menghadapi
kenyataan hidupnya secararetrospektif. Lansia sering menemukan bahwa hidup telah
memberikan satu rangkaian pilihanyang sekali dipilih, akan membawa orang tersebut
pada suatu arah yang tidak bisa diubah.Walupun peneysalan terhadap beberapa aspek
kehidupan sering terjadi, tetapi banyak lansiamenyatakan suatu perasaan kepuasan
dengan apa yang telah mereka penuhi. 
c. Teori Tugas perkembangan Beberapa ahli teori terkenal sudah menguraikan proses
maturasi dalam kaitannya dengantugas yang harus dikuasai pada berbagai tahap
sepanjang rentang hidup manusia. Hasil penelitianErickson (Vital Involvment in Old
Age, 1986 ) mungkin teori terbaik yang dikenal dalam bidangini. Tugas
perkembanagn adalah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh
seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang su
kses. Ericksonmenguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan
seseorang sebagai kehidupanyang dijalani dengan integritas.Pada kondisi tidak
adanya pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan
yang baik, maka lansia tersebut berisiko untuk disibukkan dengan rasa penyesalan ata
u putus asa. Minat yang terbaru dalam konsep ini sedang terjadi pada saat ahli
gerontologi dan perawatgerontologi memeriksa kembali tugas perkembangan lansia.
d. Teori DisengagementTeori Disengagement (teori pemutusan hubungan),
dikembangkan pertama kali pada awal tahun 1960-an, menggambarkan proses
penarikan diri oleh lansia dari peran bermasyarakat dantanggung jawabnya.(Comming
dan Henry, 1961) Menurut ahli teori ini, proses penarikan diri ini dapat diprediksi,
sistematis, tidak dapatdihindari, dan penting untuk fungsi yang tepat dari masyarakat
yang sedang tumbuh. Lansia Lawan langsung dari teori disengagement adalah teori
aktivitas penuaan, yang
berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif. 
Havighurst yang pertama menulis tentang pentingnya tetap aktif secara sosial
sebagai alat untuk penyesuaian diriyang sehat untuk lansia pada tahun 1952. Sejak
saat itu, berbagai penelitian telah memvalidasihubungan positif antara
mempertahankan interaksi yang penuh arti dengan orang lain dankesejahteraan fisik
dan mental orang tersebut.Gagasan pemenuhan kebutuhan seseorang harus seimbang
dengan pentingnya perasaandibutuhkan oleh orang lain. Kesempatan untuk turut
berperan dengan cara yang penuh arti bagikehidupan seseorang yang penting bagi
dirinya adalah suatu komponen kesejahteraan yang penting bagi lansia.Penelitian

15
menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran pada lansia secara negatifmemengaruhi
kepuasan hidup. Selain itu, penelitian terbaru menunjukkan pentingnya
aktivitasmental dan fisik yang berkesinambungan untuk mencegah kehilangan dan
pemeliharaankesehatan sepanjang masa kehidupan manusia.
e. Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas, juga dikenal sebagai suatu teori perkembangan, merupakan suatu
kelanjutan dari kedua teori sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan dampak
kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar mencapai ke
bahagiaan danterpenuhinya kebutuhan di usia tua. (Verdery, 1997)Teori ini
menekankan pada kemampuan koping individu sebelumnya dan kepribadiansebagai
dasar untuk memprediksi bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri
terhadap perubahan akibat penuaan.Ciri kepribadian dasar dikatakan tetap tidak
berubah walupun usianya telah lanjut.Selanjutnya, ciri kepribadian secara khas
menjadi lebih jelas pada saat orang tersebut bertambahtua. Seseorang yang menikmati
bergabung dengan orang lain dan memiliki kehidupan sosialyang aktif akan terus
menikmati gaya hidupnya ini sampai usianya lanjut.Orang yang menyukai kesendirian
dan memiliki jumlah aktivitas yang terbatas mungkinakan menemukan kepuasaan
dalam melanjutkan gaya hidupnya ini. Lansia yang terbiasa memiliki kendali dalam
membuat keputusan mereka sendiri tidak akan dengan mudahmenyerahkan peran ini
hanya karena usia mereka yang telah lanjut.Selain itu, individu yang telah melakukan
manipulasi atau abrasi dalam interaksi interpersonal mereka selama masa mudanya
tidak akan tiba-tiba mengembangkan suatu pendekatan yang berbeda di dalam masa
akhir kehidupannya.Ketika perubahan gaya hidup dibebankan pada lansia oleh
perubahan sosial-ekonomi atau faktor kesehatan, permasalahan mungkin akan
timbul.Kepribadian yang tetap tidak diketahui selama pertemuan atau kunjungan
singkat kadang-kadang dapat menjadi fokal dan juga menjadi sumber kejengkelan
ketika situasi mengharuskan adanya suatu perubahan di dalam pengaturan tempat
tinggal. Keluarga yang berhadapan dengan keputusan yang sulit tentang perubahan
pengaturan tempat tinggal untuk seorang lansia sering memerlukan banyak
dukungan.Suatu pemahaman tentang pola kepribadian lansia sebelumnya dapat
memberikan pengertian yang lebih diperlukan dalam proses pengambilan keputusan
ini.
2.3 Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia
Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung rambut sampai
ujung kaki mengalami perubahan dengan makin bertambahnya umur. Menurut Nugroho
(2000) perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut:
1. Perubahan Biologis
a.Sel Jumlah sel menjadi menurun atau lebih sedikit, ukuran sel lebih besar, berkurangnya
cairanintra seluler, menurunnya proporsi protein di otak; otot; ginjal; darah dan hati, jumlah
sel otakmenurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel. Otak menjadi atrofi (beratnya
berkurang 5-10%), lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar.
 b. Perubahan Sistem Persyarafan Struktur dan fungsi system saraf berubah dengan
bertambahnya usia. Berkurangnya massa otak progresif akibat berkurangnya sel syaraf yang
tidak bisa diganti. Terjadi penurunan sintesisdan neuro transmitter utama. Impuls saraf

16
dihantarkan lebih lambat, sehingga lansia memerlukanwaktu yang lebih lama
untukmerespons dan bereaksi.Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan
menurun, berat otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga
mengakibatkan berkurangnya respon penglihatandan pendengaran, mengecilnya syaraf
penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap suhu,ketahanan tubuh terhadap dingin rendah,
kurang sensitif terhadap sentuhan.Waktu reaksi yang lama menyebabkan lansia beresiko
mengalami kecelakaan dan cedera. Kehilangan kesadaran atau pingsan dapat terjadi bila
orang tersebut berdiri terlalu cepat
dari posisi berbaring atau duduk. Perawat harus menasehati orang tersebut untuk menunggu 
waktumerespons terhadap rangsang dan bergerak lebih pelan. Kebingungan yang terjadi tiba-
tibamungkin merupakan gejala awal infeksi atau perubahan kondisi fisik (pneumonia, infeksi
salurankencing, interaksi obat, dehidrasi dan lainnya).
c. Perubahan Penglihatan Karena sel-sel baru terbentuk di permukaan luar lensa mata, maka
sel tengah yang tus akan menumpuk dan menjadi kuning, kaku, padat dan berkabut. Jadi,
bagian luar lensa yang masih elastic untuk berubah bentuk (akomodasi) dan berfokus pada
jarak jauh dan dekat.
Lansia memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
gelapdan terang dan memerlukan sinar yang lebih terang untuk melihat benda yang sangat
dekat.Meskipun kondisi visual patologis bukan merupakan bagian penuaan normal, namun
terjadi peninekatan penyakit mata pada lansia. Menurun lapang pandang dan daya akomodasi
mata, lensa lebih suram (kekeruhan padalensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya
membedakan warna menurun.
d.Perubahan Pendengaran Kehilangan kemampuan untuk mendengar nada berfrekuensi tinggi
terjadi pada
usia pertengahan. Ini disebabkan karena perubahan telinga dalam yang irreversible. Lansia se
ringtidak mampu mengikuti percakapan karena nada konsonan frekuensi tinggi (huruf f, s, th,
ch,
sh, b, t, p) semuanya terdengar sama. Ketidakmampuan berkomunikasi, membuat mereka tera
saterisolasi dari menarik diri dari pergaulan social. Bila dicurigai ada gangguan pendengaran,
makaharus dilakukan kajian telinga dan pendengaran.Hilangnya atau turunnya daya
pendengaran, terutama pada bunyi suara atau nada yang tinggi,suara tidak jelas, sulit
mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membrantimpani menjadi
atrofi menyebabkan otosklerosis.Kehilangan pendengaran menyebabkan lansia berespons
tidak sesuai dengan yangdiharapkan, tidak memahamin percakapan, dan menghindari
interaksi social. Perilaku ini seringdisalahkaprahkan sebagai kebingungan atau“senile”.
d.Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian pada semua kelompok umur
termasuklansia. Angka kematian akibat penyakit kardiovaskuler juga meningkat dengan
meningkatnyausia. Perubahan structural yang normal dari penuaan yang terjadi pada jantung
dan systemvascular mengakibatkan kemampuannya untuk berfungsi secara efisien
menurun.Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung menurun 1% setiap
tahunsesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah,
kurangnyaefektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisi dari tidur ke
duduk (dudukke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg dan

17
tekanan darah. meninggi akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole
normal ±170mmHg, diastole normal ± 95 mmHg.
 Hipertensi sistolik 
pernah dipercaya sebagai bagian dari proses penuaan normal. Hipertensi,merupakan masalah
yang banyak ditemui pada populasi lansia. Hipertensi merupakan faktorresiko yang menonjol
bagi semua kelompok usia terhadap penyakit kardiovaskuler dan stroke.Pada individu lansia,
diagnosis hipertensi diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Hipertensi sistolik saja dimana tekanan sistolik terukur melebihi 160 mmhg, dengan
tekanandistolik normal atau mendekati normal (di bawah 90 mmhg).
2. Hipertensi esensial dimana tekanan diastoliknya lebih besar atau sama dengan 90
mmhg berapapun tekanan sistoliknya.
3. Hipertensi sekunder atau hipertensi yang dapat disebabkan oleh penyebab yang
mendasarinya.
d. Perubahan Sistem Pengaturan Temperatur TubuhPada pengaturan suhu,
hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat yaitumenetapkan suatu
suhu tertentu, kemunduran terjadi beberapa faktor yang mempengaruhinyayang
sering ditemukan antara lain: temperatur tubuh menurun (hipotermi) yang secara
fisiologiskeadaan ini akibat metabolisme yang menurun, keterbatasan reflek
menggigil dan tidak dapatmemproduksi panas yang banyak sehingga terjadi
rendahnya aktifitas otot. Pada kondisi ini,lanjut usia akan merasa kedinginan dan
dapat pula menggigil, pucat, dan gelisah.
e. Perubahan Sistem RespirasiPerubahan sistem respirasi yang berhubungan dengan
usia yang mempengaruhi kapasitas danfungsi paru meliputi yang berikut :
peningkatan diameter anterioposterior dada, kolapsosteoporotic vertebra yang
mengakibatkan kifosis (peningkatan kurvatura konveks tulang belakang),
kalsifikasi kartilago kosta dan penurunan mobilitas alveoli. Peningkatan rigiditas
atauhilangnya recoil elastisitas paru mengakibatkan peningkatan volume residual
paru dan penurunankapasitas vital.Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas
residu meningkat, menarik nafas lebih berat,kapasitas pernafasan maksimum
menurun dan kedalaman nafas turun. Kemampuan batukmenurun (menurunnya
aktivitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak berganti.
f. Sistem Gastrointestinal
Fungsi traktus gastrointestinal biasanya tetap adekuat sepanjang hidup. Namun
demikian beberapa orang lansia mengalami ketidaknyamanan akibat motilitas yang melambat
. Peristalticdi esophagus kurang efisien pada lansia. Selain itu, sfingter gastroesofagus gagal
berelaksasi dankeluhan utama biasanya berpusat bpada perasaan penuh, nyeri ulu hati, dan
gangguan pencernaan.Banyak gigi yang tanggal, sensitivitas indra pengecap menurun,
pelebaran esophagus, rasalapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan
menurun, peristaltik lemah, dansering timbul konstipasi, fungsi absorbsi
menurun.Peningkatan kesehatan untuk sistem gastrointestinal pada lansia dapat dipandu
untukmeningkatkan fungsi gastrointestinalnya untuk mengikuti praktik peningkatan
kesehatan seperti;menggosok gigi setiap hari, perawatan gigi yang teratur, menghindari
aktivitas berat setelahmakan, makan makanan tinggi serat, diet rendah lemak, minum banyak
air, menjaga kebiasaan defekasi secara teratur, dan menghindari laksatif dan antasida.

18
g. Sistem Genitourinaria Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya
menurun sampai 200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi
vulva, selaput lendir mongering,
elastisitas jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual intercrouse bere
fek pada sekssekunder.Peningkatan kesehatan sistem genitourinaria dilakukan dengan
mengonsumsi cairan yangmencukupi sangat penting untuk mencegah infeksi kandung
kemih dan memeliharakeseimbangan caira. Masalah kontinensia urin dan sering
berkemih dapat dikurangi bila individu lansia mengikuti petunjuk berikut:
a. Selalu dekat dengan fasilitas kamar mandi 
b.Berkemih secara teratur
c. Melatih otot dasar panggul Latihan otot dasar panggul sangat berguna dalam
mengurangi gejala stress dan dorongan inkontinensia. Karena untuk mencapai control
muskulus yang baik diperlukan latihan beberapaminggu, maka individu lansia harus
didorong untuk melakukan latihan secara teratur. 
j. Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH), penurunan
sekresihormon kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan testoteron.
k.Sistem Kulit
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi dan
kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan cairan dan vaskularisas
i, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya,
perubahan pada bentuk sel epidermis.
l. Sistem Muskuloskeletal
Penurunan progresif dan gradual masa tulang mulai terjadi sebelum usia 40 tahun.
Kehilangandensitas tulang yang massif akan mengai]kibatkan osteoporosis. Kondisi ini
kebanyakan terjadi pada wanita pasca menopausedan berhubungan dengan inaktivitas,
masukan kalsium yang tidakadekuat, dan kehilangan estrogen. Perubahan tersebut
mengakibatkan penurunan mobilitas,keseimbangan dan fungsi organ internal berkurangnya
ukuran otot dan kehilangan kekuatan,fleksibilitas, dan ketahanannya sebagai akibat
penurunan aktivitas pada lnsia yang ditandaidengan nyeri punggung.Tulang kehilangan
cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan tulang, persendianmembesar dan kaku,
tendon mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi serabut otot sehinggagerakan menjadi
lamban, otot mudah kram dan tremor.Peningkatan kesehatan tulang pada lansia
dengan osteoporosis. Osteoporosis merupakanmasalah yang sering terjadi pada wanita lansia.
Demineralisasi yang terjadi pada osteoporosisdipercepat dengan hilangnya estrogen,
inaktivitas, dan diet rendah kalsium tinggi fosfat. Perawat dapat menganjurkan:
a. Masukan tinggi kalsium 
b. Diet rendah fosfor
c. OlahragaPeningkatan kesehatan untuk fungsi musculoskeletal dengan melaksanakan
Program olahraga rutin harus dijalankan seumur hidup atau dimulai pada lansia.
Aksioma ”gunakan atau kamu kehilangan” sangat sesuai dengan kapasitas fisik

19
lansia.Hambatan terbesar untuk berolahraga adalah perilaku masyarakat secara
keseluruhan
dan perilaku negative lansia itu sendiri. Perawat mempunyai peranan yang sangat pent
ing dengan
d. Memberi semangat dan menantang lansia untuk berpartisipasi dalam program
olahraga dengan teratur. Perubahan Sistem Reproduksi Perubahan yang terjadi pada
sistem reproduksi wanita antara lain vagina mengalami kontraktur dan mengecil,
ovari menciut, uterus mengalami atrofi, atrofi payudara, atrofi vulva,selaput lendir
vagina menurun. Sedangkan perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi pria
antara lain ada penurunan secara berangsur-angsur meskipun testis masih dapat
memproduksi spermatzoa, dan sebanyak±75% pria usia di atas usia 65 tahun
mengalami pembesaran prostat.
 
Tabel 2-3 Perubahan Pada Usia Lanjut
 
Perubahan
Temuan Subyektif dan Obyektif 
Peningkatan Kesehatan/RekomendasiKeperawatan
Sistem Kardiovaskular
Penurunan curah jantung: penurunan kemampuan merespon sstress: frekuensi jantung dan
volume sekuncup tidak meningkat dengan kebutuhan maksimal: kecepatan
pemulihan jantung lebih lambat; peningkatan tekanan darah. Keluhan keletihan
dengan peningkatan aktivitas waktu pemulihan frekuensi jantung meningkat.Telakanan darah
normal <140/90 mmHg.
Olahraga secara teratur, aktivitasyang berirama, hindari merokok,makan-makanan rendah
lemak, dietrendah garam ; berpartisipasi dalamaktivitas penurunan stress, ukur tekanandarah
secara teratur, kepatuhan pengobatan, control berat badan.
Sistem Pernapasan
Peningkatan volume residual paru; penurunan kapasitasvital; penurunan pertukaran gas dan
kapasitas difusi, penurunan efisiensi batuk 
 
Keletihan dan sesak nafass setelah beraktivitas;gangguan
penyembuhan jaringan akibat penurunanoksigensi; kesulitan membatukan secret.Olahraga
secara teratur, hindaari meroko, minum banyak cairan untuk mengencerkan untuk
mencairkan secret, imunisasi influenza setiap tahun; hindari pajanan terhadap infeksi traktus
respiraatorius bagian atas.
Sistem Integumen
Penurunan perlindungan terhadap trauma dan pajanan matahari;
penurunan perlindungan terhadap suhu yang ekstrim; berkurangnya sekresi Kulit Nampak

20
tipis dan keriput; keluhan cedera,memar dan terbakar matahari; keluhan tidak tahan panas;
struktur tulang menonjol; kulit kering Hindari pajanan matahari (pakaian,tabir surya, tetap
dalam ruangan); berpakaian yang sesuai dengan iklim;menjaga suhu dalam ruangan yang
aman; berendam 1-2 kali seminggu;lumasi kulit.
minyak alami dan berkeringat.
Sistem Reproduksi
Wanita : penyempitan dan penurunan elastisitas vagina; penurunan sekresi vagina
Pria : penurunan ukuran penis dan testis
Pria dan wanita:respons seksual yang melambat
 
Wanita : nyeri
saat berhubungan kelamin, perdarahan vagina setelah berhubungan seksual, gatal dan iritasi
vagina; orgasme melambat.
Pria : ereksi dan pencapaian orgasme melambat.
Mungkin memerlukan peresapan pemberian krim esterogen/antibiotik,gunakan pelumas saat
berhubungan kelamin; carilah bimbingan kesehatan/seksual bila perlu.
Sistem Muskuloskeletal
 Kehilangan kepadatan tulang; kehilangan ukuran dan kekuatan otot; degenerasi tulang rawan
sendi Penurunan tinggi badan,rentan terhadap fraktur,kifosis, keluhan
nyeri punggung. Kehilangan kekuatan, fleksibiltas dan ketahanan. Keluhan
nyerisendiBerolahraga secara teratur, makan-makanan tinggi kalsium, batasi masukan fosfor.
Mungkin perlu mendapat resep tambahan hormon dan kalsium.
Sistem Genitourinarius
 Pria dan wanita;kapasitas kandungkemih menurun,keterlambatan rasa ingin berkemih.
Retensi urin Kesulitan berkemih Urgensi, frekuensi dan ketahanan. Keluhan nyeri sendi.
Kunjungi dokter untuk
pemeriksaan berkala, jangan jauh dari toilet, pakai pakaian yang mudah di buka, minum bany
ak air, pertahankan keasaman urin, pelihara hygiene perineal.
Sistem Gastrointestinal
Penurunan salivasi,kesulitan menelan makanan, perlambatan pengosongan esophagus dan
lambung, penurunan motilitas GI. Keluhan mulut keringKeluhan sesak, nyeri uluhati, dan
gangguan pencernaan. Gunakan es batu, obat kumur, sikatgigi, dan pijatan gusi setiap hari.
Makan sedikit tapi sering, mintalah perawatan gigi berkala.
2. Perubahan Mental Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:
a. Perubahan fisik. 
b. Kesehatan umum.
c. Tingkat pendidikan.
d. Hereditas.

21
e. Lingkungan.
f. Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya kekakuan sikap.
g. Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.
h. Kenangan lama tidak berubah.
i. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal,
berkurangnya penampilan, persepsi, dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan pada d
aya membayangkan karena tekanan dari faktor waktu.
3. Perubahan Psikososial
a. Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang menyebabkan rasa tidak
aman,takut, merasa penyakit selalu mengancam sering bingung panik dan depresif. 
b. Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan sosioekonomi.
c. Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan status, teman atau
relasi.
d. Sadar akan datangnya kematian.
e. Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.
f. Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.
g. Penyakit kronis.
h. Kesepian, pengasingan dari lingkungan sosial.
i. Gangguan syaraf panca indra. 
j. Gizi
k. Kehilangan teman dan keluarga.
l. Berkurangnya kekuatan fisik
 
4. Perubahan kultural
a. Kolektifitas Etnis Adalah kelompok dengan asal yang umum, perasaan identitas dan
memiliki standart perilakuyang sama. Individu yang bedasarkan dalam kelompok seperti itu
mengikuti budaya oleh norma-norma yang menentukan jalan pikiran dan perilaku mereka.
(Harwood, 1981) 
b. Shok Budaya Adalah salah satu sebab karena bekerja dengan individu yang latar belakang
kulturnya berbeda.Shock budaya sebagai perasaan yang tidak ada yang menolong ketidak
nyamanan dan kondisi disoirentasi yang dialami oleh orang luar yang berusaha beradaptasi
secara komprehensif atau secara efektif dengan kelompok yang berbeda akibat akibat
paraktek nilai-nilai dan kepercayaan.
( Leininger, 1976)Perawat dapat mengurangi shock budaya dengan mempelajari tentang
perpedaan

22
kelompok budaya dimana ia terlibat. Penting untuk perawat mengembangkan hormat kepada 
orang lain yang berbeda budaya sambil menghargai perasaan dirinya.
Praktik perawatan kesehatan memerlukan toleransi kepercayaan yang bertentangan dengan
perawat.
c. Pola Komunikasi
Kendala yang paling nyata timbul bila kedua orang berbicara dengan bahasa yang
berbeda.Kebiasaan berbahasa dari klien adalah salah satu cara untuk melihat isi dari budaya.
MenurutKluckhohn 1972, bahwa tiap bahasa adalah merupakan jalan khusus untuk
meneropong dan interprestasi pengalaman tiap bahasa membuat tatanan seluruhnya dari
asumsi yang tidak disadari tetang dunia dan penghidupan. Kendala untuk komunkasi bisa saja
terjadi walaupun individu berbicara dengan bahasa yang sama.Perawat kadang kesulitan
untuk menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang sederhana, bebas dari bahasa yang jlimet
yang klien bisa menangkap. Sangat penting untuk menentukan bahwa pesan kita bisa
diterima dan dimengerti maksudnya
.d. Jarak Pribadi dan Kontak Jarak pribadi adalah ikatan yang tidak terlihat dan fleksibel.
Pengertian tentang jarak pribadi
bagi perawat kesehatan masyarakat memungkinkan proses pengkajian dan peningkatan intera
ksi perawat klien. Profesional kesehatan merasa bahwa mereka mempunyai ijin keseluruh dae
rah
badan klien. Kontak yang dekat sering diperlukan perawat saat pemeriksaan fisik, perawat
hendaknya berusaha untuk mengurangi kecemasan dengan mengenal kebutuhan individu
akan jarak dan berbuat yang sesuai untuk melindungi hak privasi.
e. Pandangan Sosio kultural tentang Penyakit dan Sakit Budaya mempengaruhi harapan dan
persepsi orang mengenai gejala cara memberi etika
kepada penyakit, juga mempengaruhi bilamana, dan kepada siapa mereka harus mengkomuni
kasikan masalah –  masalah kesehatan dan berapa lama mereka berada dalam pelayanan.
Karenakesehatan dibentuk oleh faktor –  faktor budaya, maka terdapat variasi dari perilaku
pelayanankesehatan, status kesehatan, dan pola – pola sakit dan pelayanan didalam dan
diantara budayayang berbeda –  beda.Perilaku pelayanan kesehatan merujuk kepada kegiatan-
kegiatan sosial dan biologis individuyang disertai penghormatan kepada mempertahankan
akseptabilitas status kesehatan
atau perubahab kondisi yang tidak bisa diterima. Perilaku pelayanan kesehatan dan status kes
ehatan saling keterkaitkan dan sistem kesehatan. (Elling, 1977)
2.4 Program-program Nasional untuk Lansia
 1. Posyandu Lansia Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia
lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat
dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu lansia merupakan
pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui
pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui programPuskesmas
dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasisosial
dalam penyelenggaraannya.
Tujuan Posyandu Lansia

23
 Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain :
a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga
terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia 
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta
dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia
lanjut.
Sasaran posyandu lansia
 Sasaran langsung:
a. Pra usia lanjut (pra senilis) 45-59 thn 
b. Usia lanjut 60-69 thn
c. Usia lanjut risiko tinggi: usia lebih dari 70 thn atau usia lanjut berumur 60 thn atau
lebih dgn masalah kesehatan Sasaran tidak langsung:
a. Keluarga dimana usia lanjut berada
b. Masyarakat di lingkungan usia lanjut
c. Organisasi sosial yg peduli
d. Petugas kesehatan
e. Masyarakat luas
 Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia
Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang
diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan kebijakan pelayanan
kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada yang
menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada juga hanya
menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut :
a. Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau tinggi
badan
b. Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT).
Pelayanankesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan
di meja II ini.
c. Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa dilakukan
pelayanan pojok gizi.
 Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia
 Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu antara lain :
a. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu.Pengetahuan lansia akan
manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalamkehidupan
sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan
mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbata
san atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini,
pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan

24
dapat mendorong minat atau motivasimereka untuk selalu mengikuti kegiatan
posyandu lansia 
b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkauJarak posyandu
yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa harusmengalami
kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan
fisiktubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan
faktorkeamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa
mudah untukmenjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau
masalah yang lebih serius,maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia
untuk mengikuti kegiatan posyandu.Dengan demikian, keamanan ini merupakan
faktor eksternal dari terbentuknya motivasi untukmenghadiri posyandu lansia.
c. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia untuk
datang ke posyandu.Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau
kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi
motivator kuat bagi lansia apabilaselalu menyediakan diri untuk mendampingi atau
mengantar lansia ke posyandu, mengingatkanlansia jika lupa jadwal posyandu, dan
berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia.
d. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu.Penilaian pribadi atau sikap yang
baik terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan ataukesediaan lansia untuk
mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung
untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal
inidapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk
bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan potensial untuk
bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang
menghendaki adanya suatu respons. Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia Pelayanan
Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan Kesehatan fisik dan
mentalemosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk
mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah
kesehatan yang dihadapi.
 Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia seperti:
a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan,
sepertimakan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air
besar/kecil dansebagainya. 
b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional
denganmenggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit.
c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan dandicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
d. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan
denyutnadi selama satu menit.
e. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat
f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula
(diabetesmellitus).
g. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakitginjal.

25
h. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan
kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7.
i. Penyuluhan Kesehatan.Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan
kondisi setempat seperti PemberianMakanan Tambahan (PMT) dengan
memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dankegiatan olah raga seperti
senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran.Untuk
kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan, sarana
dan prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuk
a), meja dankursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran
pengukuran tinggi badan,stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium sederhana,
thermometer, Kartu Menuju Sehat(KMS) lansia.
2. Puskesmas LansiaTujuan pelaksanaan kegiatan dalam program usia lanjut adalah :
a. Melaksanakan penyuluhan secara teratur dan berksinambungan sesuai kebutuhan
melalui berbagai media mengenai kesehatan usia lanjut. Usaha ini
dilakukan terhadap berbagai kelompoksasaran yaitu usia lanjut sendiri, keluarga
dan masyarakat dilingkungan usia lanjut.
b. Melaksanakan penjaringan usia lanjut resiko tinggi, pemeriksaan berkala usia
lanjut danmemberi petunjuk upaya pencegahan penyakit, gangguan psikososial
dan bahaya kecelakaanyang dapat terjadi pada usia lanjut.
c. Melaksanakan diagnose dini, pengobatan,perawatan dan pelayanan rehabilitative
kepada usialanjut yang membutuhkan dan memberi petunjuk mengenai tindakan
kuratif atau rehabilitativeyang harus dijalani, baik kepada usia lanjut maupun
keluarganya.
d. Melaksanakan rujukan medic ke fasilitas rumah sakit untuk pengobatan,
perawatan ataurehabilitative bagi usia lanjut yang membutuhkan termasuk
mengusahakan kemudahan-kemudahannya.Kegiatan yang dilaksanakan antara
lain :
a. Pemeriksaan tekanan darah, 
b. pengobatan secara umum,
c. penyuluhan terkait dengan penyakit yang diderita (face to face),
d. mengirimkan pasien untuk operasi katarak setiap tahun,
e. senam lansia bila ada program dari dinas kesehatan dan rujukan medic ke Rumah
sakit.
3. Terapi pada lansiaa.
Terapi Modalitas : Untuk mengisi waktu luang bagi lansia 
b. Terapi Aktifitas Kelompok : Untuk meningkatkan kebersaman dan bertukar
pengalaman
c. Terapi Musik : Untuk meningkatkan gairah hidup
d. Terapi Berkebun : Untuk melatih kesabaran
e. Terapi dengan Binatang : Untuk meningkatkan kasih sayang dan mengisi waktu luang
f. Terapi Kognitif : Agar daya ingat tidak menurung.
 

26
Life Review Terapi : Meningkatkan gairah hidup dan harga dirih.
 
Terapi Keagamaan : Meningkatkan rasa nyaman menjelang kematian

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.
Batasan lanjut usia menurut WHO terbagi menjadi 5 yaitu usia pertengahan (Middle Age)
ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60
dan 74 tahun, lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun, usia sangat
tua (VeryOld) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.
Teori  – teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi oleh Betty
Newmandi kelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu teori biologi dan kejiwaan
sosial. Sedangkan teori penuaan menurut Barbara Cole Donlon di kelompokkan kedalam dua
kelompok besar, yaitu teori biologis dan psikososial.Penelitian yang terlibat dengan jalur
biologi telah memusatkan perhatian pada indikatoryang dapat dilihat dengan jelas pada
proses penuaan, banyak pada tingkat seluler, sedangkan ahli teori psikososial mencoba untuk
menjelaskan bagaimana proses tersebut dipandang dalam kaitan dengan kepribadian dan
perilaku.Kesejahteraan individu lansia tergantung pada faktor fisik, mental, sosial dan
lingkungan.Pengkajian total meliputi evaluasi sistem tubuh utama, status social dan mental,
dan kemampuanindividu untuk berfungsi secara mandiri meskipun menderita penyakit
kronis.
3.2 Saran
1. Mahasiswa Keperawatan mampu memahami tentang konsep keperawatan gerontik.
2. Mahasiswa Keperawatan dapat bekerja sama dengan perawat kesehatan komunitas dan
populasiuntuk memperbaiki kembali kesehatan lansia.
3. Semoga makalah ini menjadi salah satu bahan untuk menambah wawasan mengenai
konsep keperawatan komunitas. 
Gerontik : gerontologi + geriatrik
• Gerontologi adalah cabang ilmu yang membahas / menangani tentang proses penuaan /
masalah yang
timbul pada orang yang berusia lanjut.
PENGERTIAN
Ilmu + Keperawatan + Gerontik
•Ilmu : pengetahuan dan sesuatu yang dapat dipelajari

27
 
•Keperawatan : kons
isten terhadap hasil lokakarya nasional keperawatan 1983
•Gerontik : gerontologi + geriatrik
 
•Gerontologi adalah cabang ilmu yang membahas/menangani tentang proses
penuaan/masalah yang
timbul pada orang yang berusia lanjut.
•Geriatrik berkaitan dengan peny
akit atau kecacatan yang terjadi pada orang yang berusia lanjut.
•Keperawatan Gerontik : suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan
kiat/teknik
keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan
pada klienlanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. LINGKUP PERAN DAN TANGGUNGJAWAB
Fenomena yang menjadi bidang garap keperawatan gerontik adalah tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia (KDM) lanjut usia sebagai akibat proses penuaan. Lingkup askep
gerontik meliputi:
1. Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan
2. Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan
3. Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi kebutuhan akibat proses penuaanDalam
prakteknya keperawatan gerontik meliputi peran dan fungsinya sebagai berikut:
1. Sebagai Care Giver /pemberi asuhan langsung
2. Sebagai Pendidik klien lansia
3. Sebagai Motivator
4. Sebagai Advokasi
5. Sebagai Konselor
Tanggung jawab Perawat Gerontik
1. Membantu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal
2. Membantu klien lansia untuk memelihara kesehatannya
3. Membantu klien lansia menerima kondisinya
4. Membantu klien lansia menghadapi ajal dengan diperlakukan secara manusiawi sampai
denganmeninggal.Sifat Pelayanan Gerontik

28
1. Independent (layanan tidak tergantung pada profesi lain/mandiri)
2. Interdependent
3. Humanistik (secara manusiawi)
4. Holistik (secara keseluruhan)
Model Pemberian Keperawatan Profesional
1. Model Asuhan
2. Model Manajerial?
berkaitan pada pengaturan/manajemen
Model asuhan yang sesuai masih dalam penelitian…………………………………
 
Diterima sementara ini “Adan Adaptation Model of Nursing” (Sister Calista Roy)
 Gerontologi adalah bidang studi yang mempelajari aspek sosial, psikologi dan biologi dari
proses penuaan. Hal iniberbeda dengan geriatri, yang merupakan cabang dari ilmu
kedokteran yang mempelajari penyakit padalanjut usia (lansia). Istilah geriatri ini berasal
dari bahasa Yunani geron yang berarti “orang tua” daniatros yang berarti “penyembuh” alias
dokter atau dukun Meski ilmu ini sudah diperkenalkan sejak 1909, namun perkembangannya
tidak sepesat ilmu kedokeranyang lain. Katakanlah ilmu biologi molekuler, saat ini sebagian
universitas terkenal di negeri ini “demam”
dengan ilmu tersebut. Bisa jadi, penghargaan kita terhadap generasi pendahulu kita perlu
diperbaharui. Konotasi “jompo” atau orang yang tidak berdaya, amat lekat pada lansia.
Barangkali, bila semakin banyak kelompok lansia yang cukup kaya untuk membiayai
kesehatannya, ilmu geriatri ini akan lebihberkembangDi Amerika, ahli geriatri adalah dokter
keluarga atau dokter penyakit dalam yang memperoleh pelatihansesuai kualifikasi ilmu
geriatri. Pada pokoknya, dokter untuk lansia ini bekerja di level komunitas.Sedangkan di
Inggris, sebagian besar ahli geriatri adalah ahli geriatri yang bekerja di rumah sakit,meskipun
memiliki perhatian pula terhadap geriatri komunitas. Pelayanannya meliputi
pelayananorthogeriatrics (fokus pada osteoporosis dan penanganan komplikasinya),
psychogeriatrics (fokus padademensia dan depresi pada geriatri) dan rehabilitasi.Di Indonesia
memiliki sejarah yang kurang lebih sama. Adalah Prof Supartondo, ahli penyakit dalam
yangmerintis bidang ini. Guru besar FKUI ini, merekrut ahli penyakit dalam dari berbagai
divisi sepertireumatologi (Prof Harry Isbagio), pulmonologi (dr Asril Bahar), kardiologi
(Prof) dan ginjal hipertensi (DrSuhardjono) untuk membangun divisi Geriatri. Saat ini sudah
ada 2 orang ahli geriatri di FKUI yangsecara khusus mendalami bidang ini, Dr. Czeresna
Heriawan dan Dr. Siti SetiatiPerkembangan IPTEK memberikan dampak positif terhadap
kesejahteraan yang terlihat dari angkaharapan hidup (AHH) yaitu:AHH di Indonesiatahun
1971 : 46,6 tahuntahun 1999 : 67,5 tahunPopulasi lansia akan meningkat juga yaitu:
•Pada tahun 1990 jumlah penduduk 60 tahun ± 10 juta jiwa/5,5 % dari total populasi
penduduk. 
•Pada tahun 2020 diperkirakan meningka 3X menjadi ± 29 juta jiwa/11,4 % dari total popula

29
si penduduk(Lembaga Demografi FE-UI-1993).Selanjutnya :Terdapat hasil yang
mengejutkan, yaitu:
•62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dai pekerjaannya sendiri
 •59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepala keluarga
 •53 % lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga
• hanya 27,5 % lansia mendapat penghasilan dari anak/menantu
 DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut:1. kelompok menjelang usia lanjut (45 - 54
th) sebagai masa VIRILITAS2. kelompok usia lanjut (55 - 64 th) sebagai masa
PRESENIUM3. kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUMSedangkan WHO
membagi lansia menjadi 3 kategori, yaitu:1. Usia lanjut : 60 - 74 tahun2. Usia Tua : 75 - 89
tahun3. Usia sangat lanjut : > 90 tahunPROSES PENUAANProses Terjadinya Penuaan1.
Biologi
a. Teori “Genetic Clock”;
 Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya program jam
genetik didalam nuklei.Jam ini akan berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini
sudah habis putarannya maka, akanmenyebabkan berhentinya proses mitosis. Hal
ini ditunjukkan oleh hasil penelitian Haiflick, (1980)dikutif Darmojo dan Martono
(1999) dari teori itu dinyatakan adanya hubungan antara kemampuanmembelah sel dalam
kultur dengan umur spesies Mutasisomatik (teori error catastrophe) hal pentinglainnya yang
perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor-aktor penyebab terjadinya proses menuaadalah
faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah
umumdiketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur. Menurut teori ini
terjadinya mutasiyang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya
penurunan kemampuan fungsionalsel tersebut.
b. Teori “Error”
Salah satu hipotesis yang yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis “
Error Castastrophe” (Darmojo dan Martono, 1999). Menurut teori tersebut menua diakibatkan
oleh
menumpuknya berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia. Akibat kesalahan
tersebutakan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan sel
dan fungsi sel secaraperlahan.
c. Teori “Autoimun”
 Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi yang dapat
mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (Self
recognition). Jika mutasisomatik menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan sel,
maka hal ini akan mengakibatkan sistem imun tubuh menganggap sel yang
mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya Goldstein(1989)
dikutip dari Azis (1994). Hal ini dibuktikan dengan makinbertambahnya prevalensi auto
antibodi pada lansia (Brocklehurst,1987 dikutif dari Darmojo dan Martono, 1999). Dipihak

30
lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua,
daya serangnya terhadap antigen menjadi menurun, sehingga sel-sel patologis meningkat
sesuai dengan menigkatnya umur (Suhana,1994 dikutif dari Nuryati, 1994)
d. Teori “Free Radical”
Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas dalam tubuh manusia.
Radikalbebas dapat berupa : superoksida (O2), Radikal Hidroksil (OH) dan Peroksida
Hidrogen (H2O2). Radikalbebas sangat merusak karena sangat reaktif , sehingga dapat
bereaksi dengan DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh. Menurut Oen (1993) yang dikutif
dari Darmojo dan Martono (1999) menyatakanbahwa makin tua umur makin banyak
terbentuk radikal bebas, sehingga poses pengrusakan terus terjadi, kerusakan organel sel
makin banyak akhirnya sel mati.e. Wear &Tear TeoriKelebihan usaha dan stress menyebaban
sel tubuh rusak.f. Teori kolagenPeningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan
kecepatan kerusakan jaringan danmelambatnya perbaikan sel jaringan.
2. Teori Sosiologia. Activity theory, ketuaan akan menyebabkan penurunan jumlah kegiatan
secara langsung.b. Teori kontinuitas, adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan
adanya suatu pola prilakuyang meningkatkan stress.c. Disengagement Theory, putusnya
hubungan dengan dunia luar seperti hubungan dengan masyarakat,hubungan dengan individu
lain.d. Teori Stratifikasi usia, karena orang yang digolongkan dalam usia tua akan
mempercepat prosespenuaan.
3. Teori Psikologisa. Teori kebutuhan manusia dari Maslow, orang yang bisa mencapai
aktualisasi menurut penelitian 5%dan tidak semua orang bisa mencapai kebutuhan yang
sempurna.b. Teori Jung, terdapat tingkatan-tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam
perkembangankehidupan.c. Course of Human Life Theory, Seseorang dalam hubungan
dengan lingkungan ada tingkatmaksimumnya.d. Development Task Theory, Tiap tingkat
kehidupan mempunyai tugas perkembangan sesuai denganusianya.
•Penuaan Primer : perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang mempunyai inti DNA/RNA
pada proses
penuaan DNA tidak mampu membuat protein dan RNA tidak lagi mampu mengambil
oksigen, sehinggamembran sel menjadi kisut dan akibat kurang mampunya membuat protein
maka akan terjadipenurunan imunologi dan mudah terjadi infeksi.
•Penuaan Skunder : proses penuaan akibat dari faktor lingkungan, fisik, psikis dan sosial .
 Stress fisik, psikis, gaya hidup dan diit dapat mempercepat proses menjadi tua.
Contoh diet ; suka memakan oksidator, yaitu makanan yang hampir expired.
 
Gairah hidup yang dapat mempercepat proses menjadi tua dikaitkan dengan kepribadian
seseorang,misal: pada kepribadian tipe A yang tidak pernah puas dengan apa yang
diperolehnya.Secara umum perubahan proses fisiologis proses menua adalah:
1. Perubahan Mikro
•Berkurangnya cairan dalam sel
•Berkurangnya besarnya sel
31
 •Berkurangnya jumlah sel
 2. Perubahan Makro
•Mengecilnya mandibula
•Menip
isnya discus intervertebralis
•Erosi permukaan sendi
-sendi
•Osteoporosis
 •Atropi otot (otot semakin mengecil, bila besar berarti ditutupi oleh lemak tetapi
kemampuannya menurun)
•Emphysema Pulmonum
•Presbyopi
•Arterosklerosis
•Manopause pada wanita
•Demintia senilis
•Kulit tidak elastis
•Rambut memutih
 Proses menua Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahapkehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua
( Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki
masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik
ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran,
penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ
vital, sensitifitasemosional meningkat dan kurang gairah.Meskipun harus menimbulkan
penyakit oleh karenanya lanjut usia harus sehat. Sehat dalam hal ini diartikan :
1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial
2) Mampu melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat(Rahardjo, 1996)
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan-perubahan yang menuntut
dirinya untuk menyesuaikan diri secara terus menerus. Apabila proses penyesuaian diri
dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai masalah. Hurlock (1979)
seperti dikutip oleh Munandar Ashar Sunyoto( 1994) menyebutkan masalah-masalah yang
menyertai lansia yaitu :
1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain
2) Ketidak pastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya

32
3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau pindah
4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak
5) Belajar memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh dewasa.
Berkaitan dengan perubahan fisik,Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang
mendasar adalhan perubahan gerak.Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat.
Pertama minat terhadap diri makin bertambah.Kedua minat terhadap penampilan semakin
berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat,terkhir minta terhadap kegiatan
rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itudiperlukan motivasi yang tinggi
pada diri lansia untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetapsehat secara fisik.
Motivasi tersebut diperlikan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teraturuntuk
meningkatkan kebugaran fisiknya.Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990)
mengatakan bahwa perubahan yang dialamioleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya
terhadap perubahan tersebut dan akhirnyamempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap
yang ditunjukan apakah memuaskan atau tidakmemuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh
perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya.Perubahan yang diminati oleh para
lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalahpeningkatan kesehatan, ekonmi
atau pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992).Dalam menghadapi perubahan tersebut
diperlukan penyesuaian. Ciri-ciri penyesuaian yang tidak baikdari lansia ( Hurlock, 1979) di
kutip oleh Munandar (1994) adalah :1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya2)
penarikan diri ke dalam dunia fantasi3) Selalu mengingat kembali masa lalu4) Selalu kwuatir
karena pengangguran5) Kurang ada motivasi6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan
keluarga kurang baik7) Tempat tinggal yang tidak diinginkanDilain pihak ciri penyesuaian
diri lanjut usia yang baik antara lain adalah : Minat yang kuat,ketidaktergantungan secara
ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan hasil kerja, menikmatikegiatan yang
dilakukan saat ini dan memiliki kekuatiran minimal terhadap diri dan orang lain.Faktor faktor
yang mempengaruhi penuaan1)Hereditas atau ketuaan genetik2)Nutrisi atau makanan3)Status
kesehatan4)Pengalaman hidup5)Lingkungan6)Stres
KARAKTERISTIK PENYAKIT PADA LANSIA
•Saling berhubungan satu sama lain 
•Penyakit sering multiple
•Penyakit bersifat degeneratif
•Berkembang secara perlahan
•Gejala sering tidak jelas
•Sering bersama
-sama problem psikologis dan sosial
•Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut
•Sering terjadi penyakit iatrogenik (penyakit yang disebabkan oleh konsumsi obat yang tidak
sesuai dengan dosis)Hasil penelitian Profil Penyakit Lansia di 4 kota (Padang, Bandung,
Denpasar, Makasar),sebagai berikut:

33
•Fungsi tubuh dirasakan menurun:
 Penglihatan (76,24 %),Daya ingat (69,39 %),Sexual (58,04 %),Kelenturan (53,23 %),Gilut
(51,12 %).
•Masalah kesehatan yang sering muncul
Sakit tulang (69,39 %),Sakit kepala (51,15 %),Daya ingat menurun (38,51 %), Selera makan
menurun (30,08 %),Mual/perut perih (26,66 %),Sulit tidur (24,88 %) dan sesak nafas (21,28
%).Permasalahan umuma) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan
b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehinggan anggota keluaraga yang lanjut usia
kurangdiperhatikan, dihargai dan dihormati.
c) Lahirnya kelompok masyarakat industri
d) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia
e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan
lansiaPerubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia
1. Perubahan Fisik Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh,
diantaranya sistempernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan
tubuh, muskuloskeletal,gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.a. Sistem
pernafasan pada lansia.
1) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi
berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
2) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial terjadi
penumpukan sekret.
3) Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga jumlah udara
pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang
kira kira 500 ml.
4) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal 50m²),
Ù menyebabkan terganggunya prose difusi.
5) Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu proses oksigenasi dari
hemoglobin,sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.
6) CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun yang
lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
7) kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari saluran
nafasberkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.
b. Sistem persyarafan.
1) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
2) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
3) Mengecilnya syaraf panca indera.

34
4) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium & perasa
lebihsensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.c.
Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.
1) Penglihatana) Kornea lebih berbentuk skeris.
b) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
d)Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat,
susahmelihat dalam cahaya gelap.
e) Hilangnya daya akomodasi.
F Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.
g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala.
2) Pendengarana) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) :Hilangnya kemampuan (daya)
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara, antaralain nada nada yang
tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65
tahun.
b) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
c) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya kreatin.
3) Pengecap dan penghidu.
a) Menurunnya kemampuan pengecap.
b) Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera makan berkurang.
4) Peraba.
a) Kemunduran dalam merasakan sakit.
b) Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.
b. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.
1) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur 20 tahun.
Hal inimenyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari
tidur keduduk( duduk ke berdiri ) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65
mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak ).
4) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (normal
± 170/95mmHg ).
c. Sistem genito urinaria.

35
1) Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50
%,penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya
kurangnyakemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria ( biasanya
+ 1 ) ; BUNmeningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
2) Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai
200 ml ataumenyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan
pada pria lanjut usiasehingga meningkatnya retensi urin.
3) Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
4) Atropi vulva.
5) Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan menjadi
halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna. 6
Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas untuk
melakukan danmenikmati berjalan terus.
d. Sistem endokrin / metabolik pada lansia.
1) Produksi hampir semua hormon menurun.
2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.
3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah
danberkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
4) Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya pertukaran zat.
5) Menurunnya produksi aldosteron.
6) Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen, testosteron.
7) Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum tulang serta
kurangmampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stess).e. Perubahan sistem pencernaan pada
usia lanjut.
1) Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi setelah
umur 30tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
2) Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera
pengecap (± 80%), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis,
asin, asam & pahit.
3) Esofagus melebar.
4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung menurun,
waktu mengosongkan menurun.
5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
6) Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).
7) Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran
darah.

36
f. Sistem muskuloskeletal.
1) Tulang kehilangan densikusnya Ù rapuh.
2) resiko terjadi fraktur.
3) kyphosis.
4) persendian besar & menjadi kaku.
5) pada wanita lansia > resiko fraktur.
6) Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
7) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tinggi badan berkurang ).
a. Gerakan volunter / gerakan berlawanan.
b. Gerakan reflektonik / Gerakan diluar kemauan sebagai reaksi terhadap rangsangan pada
lobus.
c. Gerakan involunter / Gerakan diluar kemauan, tidak sebagai reaksi terhadap suatu
perangsanganterhadap lobus
d. Gerakan sekutu / Gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk menjamin efektifitas dan
ketangkasanotot volunter.
g. Perubahan sistem kulit & karingan ikat.
1). Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
2). Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adiposa
3). Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu tahan
terhadap panasdengan temperatur yang tinggi.
4). Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan
menurunnya sel selyang meproduksi pigmen.
5). Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka luka kurang
baik.
6). Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
7). Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut kelabu.
8). Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun.
9).Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun.
10).Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak rendahnya akitfitasotot.
11). Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.
1) Perubahan sistem reprduksi.
a) selaput lendir vagina menurun/kering.

37
b) menciutnya ovarium dan uterus.
c) atropi payudara.
d) testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur berangsur.
e) dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik.
2) Kegiatan sexual.Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan
yang berhubungan denganalat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan sexual, disini
kita bisa membedakan dalam tiga sisi:
1) fisik, Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi secara biologis melalui organ kelamin
yangberhubungan dengan proses reproduksi,
2) rohani, Secara rohani Ù tertuju pada orang lain sebagaimanusia, dengan tujuan utama
bukan untuk kebutuhan kepuasan sexualitas melalui pola pola yang bakuseperti binatang dan
3) sosial, Secara sosial Ù kedekatan dengan suatu keadaan intim dengan orang lainyang
merupakan suatu alat yang apling diharapkan dalam menjalani sexualitas.Sexualitas pada
lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang lain dari
sebelumnya,membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda. Juga
sebagai pihak yang lebih tua tampa harus berhubungan badan, msih banyak cara lain unutk
dapat bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan pernyataan lain yang menyatakan
rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil alih fungsi hubungan sexualitas dalam
pengalaman sex.
2. Perubahan-perubahan mental/ psikologisFaktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
mental adalah :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b. kesehatan umum
c. Ttingkat pendidikan
d. Keturunan (herediter)
e. Lingkungan
f. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatanh. Rangkaian dari kehilangan yaitu
kehilangan hubungan dengan teman dan familii. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik,
perubahan terhadap gambaran diri dan perubahan konsep diri Perubahan kepribadian yang
drastis keadaan ini jarang terjadi lebih sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan
seseorang, kekakuan mungkin oleh karena faktor lain seperti penyakit-penyakit.
Kenangan (memory) ada dua; 1) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari
yang lalu, mencakup beberapa perubahan, 2) Kenangan jangka pendek atau seketika (0-
10 menit), kenangan buruk.
Intelegentia Quation;
1) tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal,

38
2) berkurangnya penampilan,persepsi dan keterampilan psikomotor terjadi perubahan pada
dayamembayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktro waktu. Pengaruh proses penuaan
pada fungsi psikososial.
1. perubahan fisik, sosial mengakibatkan timbulnya penurunan fungsi, kemunduran
orientasi,penglihatan, pendengaran mengakibatkan kurangnya percaya diri pada fungsi
mereka.
2. Mundurnya daya ingat, penurunan degenerasi sel sel otak.
3. Gangguan halusinasi.
4. Lebih mengambil jarak dalam berinteraksi.
5. Fungsi psikososial, seperti kemampuan berfikir dan gambaran diri.
3. Perubahan Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya (Maslow,1970).
Lansia makin maturdalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berpikir
dan bertindak dalam sehari-hari.(Murray dan Zentner,1970)Konsep Model
Florence NightingleInti konsep Florence Nightingale, pasien dipandang dalam kontek
lingkungan secara keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan psikologis dan
lingkungan sosial.
a. Lingkungan fisik (physical enviroment)Merupakan lingkungan dasar/alami yan
berhubungan dengan ventilasi dan udara. Faktor tersebutmempunyai efek terhadap
lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun dia
berada didalam ruangan harus bebas dari debu, asap, bau-bauan.Tempat tidur
pasienharus bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan.
Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi
orang lain maupun dirinya sendiri. Luas,tinggi penempatan tempat tidur harus
memberikan memberikan keleluasaan pasien untuk beraktifitas.
b. Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan
bau limbah. Posisipasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya
mendapat ventilasi.b. Lingkungan psikologi (psychologi enviroment)F. Nightingale
melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat menyebabkan stress fsiik
danberpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada
pasien menjagarangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang
menarik dan aktivitas manual dapatmerangsang semua faktor untuk membantu pasien
dalam mempertahankan emosinya.Komunikasi dengan pasien dipandang dalam suatu
konteks lingkungan secara menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara terburu-
buru atau terputus-putus. Komunikasi tentang pasien yang dilakukandokter dan
keluarganya sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien dan kurang baik bila dilakukan
diluarlingkungan pasien atau jauh dari pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan
harapan yang terlalumuluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi penyakitnya.
Selain itu membicarkan kondisi-kondisilingkungan dimana dia berada atau cerita hal-
hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baikdapat memberikan rasa
nyaman.c. Lingkungan sosial (social environment)Observasi dari lingkungan sosial
terutama huhbungan yang spesifik, kumpulan data-data yang spesifikdihubungkan

39
dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan penyakit. Dengan
demikiansetiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi dalam hubungan
dengan kasus-kasus secaraspesifik lebih dari sekedar data-data yang ditunjukkan
pasien pada umumnya.Seperti juga hubungan komuniti dengan lingkungan sosial
dugaannya selalu dibicarakan dalamhubungnya individu pasien yaitu lingkungan
pasien secara menyeluruh tidak hanya meliputi lingkunganrumah atau lingkungan
rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas yang berpengaruh terhadaplingkungan
secara khusus.d. Hubungan teori Florence Nightingale dengan beberapa
konsepHubungan teori Florence Nightingale dengan konsep keperawatan :1)
Individu / manusiaMemiliki kemampuan besar untuk perbaikan kondisinya dalam
menghadapi penyakit.2) KeperawatanBertujuan membawa / mengantar individu pada
kondisi terbaik untuk dapat melakukan kegiatan melaluiupaya dasar untuk
mempengaruhi lingkungan.3) Sehat / sakitFokus pada perbaikan untuk sehat.4)
Masyarakaat / lingkunganMelibatkan kondisi eksternal yang mempengaruhi
kehidupan dan perkembangan individu, fokus padaventilasi, suhu, bau, suara dan
cahaya.e. Hubungan teori Florence Nightingale dengan proses keperawatan1)
Pengkajian / pengumpulan dataData pengkajian Florence N lebih menitik beratkan
pada kondisi lingkungan (lingkungan fisik, psikis dansosial).
c. 2 Analisa data
Data dikelompokkan berdasarkan lingkungan fisik, sosial dan mental yang
berkaitan dengan kondisi klien yang berhubungan dengan lingkungan keseluruhan.
d.  3) MasalahDifokuskan pada hubungan individu dengan lingkungan
misalnya :Kurangnya informasi tentang kebersihan lingkungan??Ventilasi??
Pembuangan sampah??Pencemaran lingkungan??Komunikasi sosial, dll??
e. 4) Diagnosa keperawatanBerrbagai masalah klien yang berhubungan dengan
lingkungan antara lain :Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas
asuhan.??Penyesuaian terhadap lingkungan.??Pengaruh stressor lingkungan terhadap
efektivitas asuhan.??
f. 5) ImplementasiUpaya dasar merubah / mempengaruhi lingkungan yang
memungkinkan terciptanya kondisi lingkunganyang baik yang mempengaruhi
kehidupan, perrtumbuhan dan perkembangan individu.
g. 6) EvaluasiMengobservasi dampak perubahan lingkungan terhadap kesehatan
individu.f. Hubungan teori Florence Nightingale dengan teori-teori lain :
1. Teori adaptasiAdaptasi menunjukkan penyesuaian diri terhadap kekuatan yang
melawannya. Kekuatan dipandangdalam konteks lingkungan menyeluruh yang ada
pada dirinya sendiri. Berrhasil tidaknya respon adapatsiseseorang dapat dilihat dengan
tinjauan lingkungan yang dijelaskan Florence N.Kemampuan diri sendiri yang alami
dapat bertindak sebagai pengaruh dari lingkungannyaberperanpenting pada setiap
individu dalam berespon adaptif atau mal adaptif.
2) Teori kebutuhanMenurut Maslow pada dasarnya mengakui pada penekanan teori
Florence N, sebagai contoh kebutuhanoksigen dapat dipandang sebagai udara
segar, ventilasi dan kebutuhan lingkungan yang amanberhubungan dengan saluran
yang baik dan air yang bersih.Teori kebutuhan menekankan bagaimana hubungan
kebutuhan yang berhubungan dengan kemampuanmanusia dalam mempertahankan
hidupnya.
3) Teori stress
Stress meliputi suatu ancaman atau suatu perubahan dalam lingkungan, yang harus
ditangani. Stressdapat positip atau negatip tergantung pada hasil akhir. Stress dapat

40
mendorong individu untukmengambil tindakan positip dalam mencapai keinginan
atau kebutuhan.Stress juga dapat menyebabkan kelelahan jika stress begitu
kuat sehingga individu tidak dapatmengatasi. Florence N, menekankan penempatan
pasien dalam lingkungan yang optimum sehinggaakan menimumkan efek stressor,
misalnya tempat yang gaduh, membangunkan pasien dengan tiba-tiba,,semuanya itu
dipandang sebagai suatu stressor yang negatif. Jumlah dan lamanya stressor
jugamempunyai pengaruh kuat pada kemampuan koping individu.
5. Teori Kejiwaan sosiala) Aktifitas atau kegiatan ( activity theory )Ketentuan akan
meningkatnya pada penurunan jumlah secara langsung. Teri ini menyatakan bahwa
lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut dalam banyak kegiatan
sosialUkuran optimum ( pola hidup ) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut
usiaMempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia
pertengahan kelanjut usiab) Kepribadian berlanjut ( continuity theory )Dasar kepribadian
aatau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dariteori
diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut
usiasangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.c) Teori Pembebasan
( Disengagement theory )Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara bengangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya.
Keadaan ini mengakibatkan interksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda ( tripel loss ),yakni 1) kehilangan peran
2) hambatan kontak sosial 3) berkurangnya kontak komitmen .

41
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan
danpendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made Sumarwati.
Edisi: 3. Jakrta:EGC.Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Nugroho,
Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.Parsudi, Imam A. (1999).
Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUIPrice, Sylvia Andrson.
(1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi clinicalconcept
of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGCSmeltzer, Suzanne
C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih Bhasa:Agung
Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3.Jakarta: FKUI.

42

Anda mungkin juga menyukai